STUDI PERBANDINGAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPEGROUP INVESTIGATION(GI) DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 WAY TENONG
LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2011/2112
Oleh
DEDE KURNIAWAN
Hasil belajar merupakan salah satu indikator keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Rendahnya hasil belajar ekonomi siswa kelas X SMA Negeri Way Tenong dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu kurangnya keaktifan siswa serta kurangnya variasi dalam menggunakan model pembelajaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dan model pembelajaran langsung pada mata pelajaran ekonomi. Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation digunakan di kelas eksperimen dan model pembelajaran langsung pada kelas kontrol.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, tepatnya quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 274 orang siswa kelas X SMA Negeri 1 Way Tenong pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012, dengan sampel sebanyak 64 orang siswa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, dokumentasi dan teknik tes. Pengujian hipotesis menggunakan rumus T-test dan rumusN-gain.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh:
pembelajaran langsung.
2. Berdasarkan pengujian diketahui hasil N-gain kelas eksperimen lebih besar daripada N-gain kelas kontrol yaitu (1.632 > 1.492) dan uji t (kesamaan dua rata-rata) N-gain yaitu thitung > ttabel, dengan demikian Ho diterima yang berarti ada peningkatan hasil belajar ekonomi antara siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipegroup investigatondengan siswa yang diberi model pembelajaran langsung.
STUDI PERBANDINGAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 WAY TENONG
LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2011/2112
Oleh
DEDE KURNIAWAN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
STUDI PERBANDINGAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 WAY TENONG
LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2011/2112
Oleh
DEDE KURNIAWAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Tedi Rusman, M.Si .………...
Sekertaris : Drs. Nurdin, M.Si. ………...
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Yon Rizal, M.Si. ………...
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, adalah :
1. Nama : Dede Kurniawan 2. NPM : 0853031007
3. Program Studi : Pendidikan Ekonomi
4. Jurusan / Fakultas : Pendidikan IPS / FKIP Unila 5. Alamat : Wangun Reja RT 002/RW 003,
Kelurahan Pajar Bulan, Kec. Way Tenong, Kab. Lampung Barat
Telp. 085840225522
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali disebutkan dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, Mei 2013 Yang membuat pernyataan,
Penulisdilahirkan di Desa Pajarbulan Kec. Way Tenong Kab.
Lampung Barat pada tanggal 5 Desember 1988, sebagai anak
keenam dari tujuh bersaudara pasangan. Bapak A. Rohman dan
Ibu Anacih.
Pendidikan formal yang pernah diselesaikan oleh penulis adalah :
1. Sekolah Dasar Negeri 1 Puralaksana selesai pada tahun 2001
2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Way Tenong selesai pada tahun 2004
3. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Way Tenong selesai pada tahun 2007.
Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Ekonomi Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan
Universitas Lampung, melalui Ujian Mandiri (UM). Pada bulan Januari 2010
penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Solo, Yogyakarta,
Semarang, Bandung, dan Jakarta. Pada bulan Juli hingga September 2011 penulis
melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 Banyumas
dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Banyumas kec. Banyumas Kab.
Pringsewu.
Penulis
SANWACANA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahi robbil ‘alamin
Puji syukur penulis panjatkan atas berkah dan rahmat Allah S.W.T, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Perbandingan Peningkatan Hasil Belajar Ekonomi Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Dan Model Pembelajaran Langsung Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Way Tenong Tahun Pelajaran 2011/2012”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan
dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. M. Thoha B.S Jaya, M.S., selaku Pembantu Dekan I FKIP;
3. Bapak Drs.Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembantu Dekan II FKIP;
4. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H., selaku Pembantu Dekan III FKIP;
5. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku ketua jurusan Ilmu Pengetahuan
Sosial;
6. Bapak Drs. Nurdin, M.Si. selaku ketua program studi Pendidikan Ekonomi
sekaligus sebagai pembimbing II bagi penulis yang bersedia menyisihkan
waktunya untuk memeriksa, memberikan masukan, saran, motivasi, dan
pengarahan dalam penulisan karya ini;
7. Bapak Drs.Tedi Rusman, M.Si, selaku Pembimbing I yang telah memberikan
ide, bimbingan, pengarahan, motivasi dan saran- saran yang sangat berguna
8. Seluruh Bapak / Ibu Dosen Pendidikan Ekonomi, yang dengan tulus ikhlas
memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis;
9. Kepala SMA Negeri 1 Way Tenong Kabupaten Lampung Barat, Bapak Drs.
Dahlin, M.Pd., beserta guru dan karyawan yang telah memberikan izin dan
membantu kelancaran dalam penelitian penulis;
10.Ibu Kumaini Mustafa, S.E., selaku guru mitra yang telah memberikan
waktunya untuk ‘direpotin’ dalam penelitian penulis;
11.Seluruh siswa/i kelas X3 dan X5 SMA Negeri 1 Way Tenong Kabupaten
Lampung Barat atas kerjasama yang baiknya;
12.Kepada Emak dan bapak ku tersayang. Tiada kata yang patut terucap atas ketulusan kasih sayang, do’a dan cucuran air matanya atas kesabaran dalam
membimbing anak-anaknya;
13.Aa dan teteh-teteh ku : aa Carta beserta istri, Teh Engkar, Teh Encih, Teh oni,
Teh Wati, terimakasih atas doa dan dukungannya yang selama ini telah
diberikan;
14.Terimakasih juga untuk adikku Cicih Nurhayati, rajin-rajin belajar dan sayang
sama keluarga, semangat untuk mencari ilmu lagi (kuliah);
15.Teman dan sahabat seperjuanganku ECOUTION 08, terimakasih atas
kebersamaan dan motivasinya dalam perjalanan ini;
16.Teman-teman kost Madukoro : Aswin Yusup, M. Syaifullah ACC, Oni
Fesandinata, Ahmad Adi Styawan, Dongah Ali, terimakasih atas doa dan
dukungannya selama ini;
17.Teman-teman KKN Tematik dan PPL di Banyumas, Adi, Resa, Jani, Neng,
18.Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, jika kalian tidak
menemukan nama kalian disini. Semoga segala sesuatu yang telah diberikan
secara tulus kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT;
19.Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,
namun besar harapan penulis agar skripsi yang sederhana ini bermanfaat bagi
kita semua. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandar Lampung, Mei 2013 Penulis
DAFTAR ISI
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN DIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Hasil Belajar ... 13
III.METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Desain Eksperimen... 32
2. Prosedur Penelitian... 33
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi ... 34
C. Variabel Penelitian ... 35
D. Definisi Operasional ... 35
E. Teknik Pengumpulan Data ... 37
F. Uji Persyaratan Instrumen ... 38
1. Uji Validitas Instrumen ... 38
2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 40
3. Tingkat Kesukaran ... 41
4. Daya Pembeda ... 43
G. Uji Persyaratan Analisis Data 1. Uji Normalitas ... 45
2. Uji Homogenitas ... 45
H. Teknik Analisis Data 1. T-Test Dua Sampel Independen ... 46
2. Pengujian Hipotesis ... 48
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Sekolah ... 50
2. Visi, Misi, serta Tujuan SMA Negeri 1 Way Tenong a) Visi ... 51
b) Misi ... 51
c) Tujuan ... 52
3. Situasi dan Kondisi Sekolah ... 53
4. Kondisi Guru dan Karyawan ... 55
5. Kegiatan Belajar Mengajar ... 55
B. Deskripsi Data 1. Data Hasil Pretes (Tahap Awal) ... 56
2. Data Hasil Postes ... 61
C. Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 67
1. Uji Normalitas ... 67
2. Uji Homogenitas ... 69
D. Pengujian Hipotesis ... 69
E. Pembahasan 1. Ada perbedaan hasil belajar ekonomi antara siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dengan siswa yang diberi model pembelajaran langsung ... 72
A. Kesimpulan . ... 76 B. Saran ... . ... 76
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil belajar ekonomi siswa kelas X Semester Ganjil SMA N 1
Way Tenong TP 2011/2012 ... 7
2. Sintak model pembelajaran langsung ... 27
3. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 28
4. Definisi Operasional Variabel ... 36
5. Interpretasi Koefisien Korelasi ... 39
6. Hasil Uji Validitas Soal ... 39
7. Kategori Besarnya Reliabilitas ... 41
8. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal ... 42
9. Hasil Uji Daya Pembeda ... 44
10.Daftar Sarana Dan Prasarana SMA Negeri 1 Way Tenog TA 2011/2012 ... 54
11.Distribusi Frekuensi Hasil Pretes Awal Kelas Eksperimen ... 57
12.Distribusi Frekuensi Hasil Pretes Kelas Kontrol ... 60
13.Distribusi Frekuensi Hasil Postes Kelas Eksperimen ... 62
14.Distribusi Frekuensi Hasil Postes Kelas Kontrol ... 65
15.Hasil Uji Normalitas Sampel Hasil Belajar Ekonomi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 68
16.Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 69
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
1. Hasil Pretes Kelas Eksperimen ... 58
2. Hasil Pretes Kelas Kontrol ... 60
3. Hasil Postes Kelas Eksperimen ... 63
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan penting dalam pengembangan dan
pembangunan suatu negara. Pembangunan sumber daya manusia perlu
dilakukan agar dapat berpartisipasi aktif terhadap program-program
pembangunan yang telah direncanakan. Semakin banyak orang yang
berpendidikan maka semakin mudah bagi suatu negara untuk membangun
bangsanya.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar
pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap
tuntutan perubahan zaman. kemudian yang dimaksud dengan sistem
pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling
terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Di dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menegaskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Tujuan
dasar pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan upaya pemenuhan manusia siap pakai seperti halnya beberapa
kritik yang muncul dewasa ini, khususnya masalah pengangguran terdidik yang
cenderung menyalahkan dunia pendidikan sebagai penyebabnya.
Hakikat pendidikan adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan
setiap peserta didik menggembangkan bakat, minat dan kemampuannya secara
optimal dan utuh (mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik). Pada
intinya adalah memberikan ruang seluas-luasnya bagi peserta didik untuk
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Sehingga hasil yang akan
didapatkan nantinya utuh sesuai dengan hakikat pendidikan itu sendiri, yakni
berkembangnya potensi diri peserta didik dari sisi kognitif (pengetahuan),
afektif (sikap), psikomotorik (perbuatan atau kemampuan untuk melakukan
sesuatu).
Sekolah merupakan bagian dari sistem pendidikan yang memiliki peran
penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, di dalamnya berlangsung
proses pembelajaran yang merupakan kegiatan paling mendasar dalam
pendidikan. Oleh karena itu, sekolah yang terdiri atas para pendidik berupaya
untuk mewujudkan tujuan tersebut, salah satunya dengan cara meningkatkan
kualitas proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran yang bermakna akan
membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman
diperoleh merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Dalam
konteks ini siswa mengalami dan melakukannya sendiri. Hasil belajar peserta
didik merupakan suatu indikator dari tingkat keberhasilan suatu lembaga
pendidikan dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar di sekolah.
Seorang guru bertugas mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana
kegiatan pembelajaran yang dapat mencapai tujuan pendidikan nasional. Agar
tujuan pendidikan dapat tercapai seorang guru tidak hanya menjadi penyaji
atau penyampai pengetahuan kepada para siswa, melainkan juga seorang guru
harus berperan menjadi motivator bagi siswa yang berperan dalam memotivasi
siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya. Jika guru hanya menjalankan
perannya sebagai penyampai materi saja hanya akan membuat siswa jenuh
dalam belajar. Hal ini dikarenakan guru tidak memotivasi siswa tersebut.
Karenanya itu peran guru sebagai motivator siswa sangat diperlukan dalam
proses pembelajaran.
Tercapainya tujuan pendidikan yang baik dalam kegiatan pendidikan dan
pengajaran, memerlukan usaha terciptanya interaksi yang baik pula antara guru
dan peserta didik. Kemampuan guru dalam mengajar sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan dalam tujuan pembelajaran. Terkait dengan kemampuan
guru dalam mengajar, guru perlu menyajikan pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan bagi peserta didik bertujuan agar terpenuhinya suatu
kompetensi dan profesionalisme guru dalam mengajar. Teknik penyajian dan
pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang
pelajaran kepada peserta didik di dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat
ditangkap, dipahami, dimengerti dan digunakan oleh peserta didik dengan baik.
semuanya harus disesuaikan dengan indikator yang ingin dicapai dalam
pembelajaran tersebut, serta waktu yang diperlukan dalam mencapai
ketuntasannya. Selain itu, seorang guru disamping menguasai bahan atau
materi ajar, tentu perlu pula mempersiapkan strategi pembelajaran yang
optimal, salah satunya yaitu dengan memilih model pembelajaran yang tepat
sehingga tugas mengajar guru dapat berjalan dengan efektif dan siswa akan
termotivasi untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran yang akhirnya
dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.
Mata pelajaran ekonomi di SMA berguna untuk mengembangkan kemampuan
siswa dalam melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas
ekonomi sehari-hari. Dengan pelajaran ekonomi siswa dibekali kemampuan
untuk menganalisa dan memecahkan berbagai permasalahan ekonomi dan
menjadi pelaku ekonomi yang lebih kritis dan objektif. Karena tujuan umum
dari pengajaran ekonomi adalah siswa memahami konsep-konsep dasar dan
teori ekonomi serta kegiatan ekonomi menyeluruh. Bahan kajian yang dibahas
dalam mata pelajaran ekonomi meliputi berbagai kajian diantaranya meliputi
masalah-masalah ekonomi rumah tangga, masalah-masalah yang dihadapi
negara-negara yang sedang berkembang, bagaimana menerapkan pola hidup
hemat dalam perilaku ekonomi dan bagaimana menerapkan perilaku produksi
yang mengutamakan kepentingan masyarakat, masalah pemerataan dan
keadilan dalam semua kegiatan distribusi, masalah kesempatan kerja dan
ketimpangan neraca pembayaran, masalah-masalah sekitar koperasi dan
ekonomi kerakyatan, kewirausahaan, dan sebagainya. Sehingga diharapkan
siswa dapat mempelajari kajian-kajian ekonomi tersebut dengan baik sehingga
dapat menerapkannya dalam kehidupan masyarakat. Namun dalam memahami
pelajaran biasanya siswa hanya mengandalkan informasi yang berasal dari guru
saja. Guru dianggap merupakan satu-satunya sumber belajar yang dapat
mereka andalkan. Dalam kondisi yang seperti ini guru dituntut untuk memiliki
informasi yang lebih dalam penguasaan ilmu ekonomi dengan materi pelajaran
yang akan diajarkan. Karenanya guru diharapkan dapat menerima
masukan-masukan dari luar tentang perkembangan ekonomi. Misalnya saja dengan
banyak membaca buku-buku refrensi. Hal lain yang tidak kalah penting adalah
guru harus mengetahui perkembangan perekonomian yang terjadi baik dalam
negeri maupun secara global. Mata pelajaran ekonomi bukanlah materi
pelajaran yang kaku artinya selalu mengikuti perkembangan perekonomian
yang terjadi di lingkungan sekitar. Jika seorang guru ekonomi tidak mampu
mengikuti perkembangan perekonomian yang terjadi maka materi pelajaran
ekonomi akan terkesan monoton/kuno. Kesan kuno inilah yang menyebabkan
mata pelajaran ekonomi kurang diminati siswa.
Faktor motivasi dalam diri siswa juga sangat menentukan dalam tercapainya
tujuan pembelajaran yang diharapkan. Namun bukan berarti motivasi dapat
dikatakan menjadi faktor satu-satunya untuk masuk dalam proses atau kegiatan
pembelajaran di kelas. Jadi guru tidak perlu menunda proses pembelajaran
sampai ada motivasi untuk belajar di kelas. Kelemahan dalam proses
pembelajaran adalah dengan memusatkan perhatian pada materi pelajaran
tanpa memperhatikan ada tidaknya motivasi dalam diri siswa. Hal ini yang
membuat guru jadi cenderung menerapkan model yang sama dalam setiap
proses pembelajaran di kelas. Model pembelajaran yang sering diterapkan oleh
guru adalah model pembelajaran konvensional atau model pembelajaran
langsung dimana di dalam proses belajar guru yang banyak mengambil andil.
Guru hanya berpusat kepada materi saja dan menggunakan metode ceramah
dalam proses pembelajaran tersebut. Penggunaan model pembelajaran inilah
yang mempengaruhi motivasi siswa, sehingga siswa menjadi jenuh untuk
menggali informasi dalam proses belajar. Terkait dengan motivasi dalam
belajar ini, pemilihan model pembelajaran yang tepat tentunya dapat
memotivasi siswa untuk lebih mengembangkan potensi yang ada dalam diri
mereka. Model pembelajaran yang membosankan hanya akan membuat siswa
merasa dibatasi ruang geraknya untuk berkreativitas dan mengembangkan
dirinya. Disinilah peran guru sangat diperlukan yaitu sebagai motivator dalam
proses pembelajaran yang dilakukan siswa.
Ketersediaan sarana dan parasarana belajar juga merupakan salah satu faktor
pendukung dalam belajar. Sarana pendidikan yang lengkap akan menjadi
penunjang dalam terciptanya proses pembelajaran yang baik. Namun karena
terbiasa dengan model pembelajaran konvensional yang cenderung monoton
tadi, siswa menjadi cenderung hanya mengandalkan guru sebagai sumber
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran
ekonomi di SMA N 1 Way Tenong, diperoleh informasi hasil belajar mata
pelajaran ekonomi dari ujian Akhir Semester Ganjil Tahun Pelajaran
2011/2012 yaitu sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil belajar ekonomi siswa kelas X Semester Ganjil SMA N 1 Way Tenong TP 2011/2012
No Kelas Interval Nilai Jumlah
Siswa
Jumlah Siswa 173 101 274
Persentase 63,12% 36,86% 100%
Sumber: guru mata pelejaran ekonomi
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa hasil belajar ekonomi siswa
kelas X pada mata pelajaran ekonomi siswa masih tergolong rendah. Karena
yang mencapai nilai 70 ke atas hanya 101 siswa atau hanya 36,86% siswa,
selebihnya hanya memperoleh nilai <70 atau 63,12% siswa tidak lulus. Hal ini
sesuai dengan pendapat Djamarah (2006: 97), bahwa setiap interaksi edukatif
selalu menghasilkan prestasi belajar. Keberhasilan proses interakasi edukatif
dibagi atas beberapa kriteria, yaitu sebagai berikut.
1. Istimewa/maksimal apabila seluruh bahan pelajaran dapat dikuasai oleh anak didik.
2. Baik sekali/optimal, apabila sebagian besar (76% - 90%) bahan pelajaran dapat dikuasai oleh anak didik.
3. Baik/minimal, apabila bahan pelajaran dikuasai oleh anak didik hanya 66% - 75% saja.
Rendahnya hasil belajar umumnya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
yang berasal dari luar siswa atau faktor eksternal meliputi: suasana rumah,
orang tua, motivasi dari orang tua, dan juga faktor yang berasal dari dalam diri
siswa itu sendiri atau faktor internal meliputi: kesehatan, intelegensi, bakat,
motivasi, minat, kreativitas dan lain-lain.
Metode pembelajaran yang terutama selama ini digunakan di SMA Negeri 1
Way Tenong adalah pembelajaran langsung atau metode-metode ceramah.
Dalam pembelajaran ini siswa cenderung terlihat jarang dilibatkan dalam
proses belajar dan pembelajaran, karena siswa hanya berperan sebagai
pendengar pasif saja. Walaupun mereka sudah mengenal metode diskusi tetapi
penerapan dalam metode ini masih kurang baik dan sangat sedikit sekali
keaktifan dari siswa. Dan akhirnya hanya guru yang mendominasi proses
belajar dan pembelajaran di kelas tersebut. Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa diperlukan metode atau model yang melibatkan siswa
secara aktif dalam kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas. Untuk itu
dilakukan studi perbandingan hasil belajar ekonomi siswa melalui model
pembelajaran kooperatif tipegroup investigation(GI) dan model pembelajaran
langsung.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai” studi perbandingan peningkatan hasil belajar ekonomi
(GI) dan model pembelajaran langsung pada siswa kelas X SMA N 1 Way
Tenong Lampung Barat tahun pelajaran 2011/2012”
Dalam penelitian ini peneliti mencoba melihat apakah ada perbedaan hasil
belajar antara siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipegroup
investigationdengan siswa yang diberi model pembelajaran langsung. Karena
dalam penelitian ini terdapat dua model pembelajaran, mungkin saja hasil
belajar yang diperoleh siswa dengan model pembelajaran yang berbeda juga
akan berbeda pula.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan dalam penelitian ini dapat
diidentinfisikin sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa masih rendah, khususnya pada siswa kelas X SMA
Negeri 1 Way Tenong Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Kurangnya minat belajar siswa terhadap pelajaran ekonomi.
3. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered), sehingga
siswa menjadi pasif.
4. Keaktifan siswa dalam pembelajaran sangat kurang sehingga siswa
tidak dapat menggali potensi diri.
5. Belum digunakannya model pembelajaran kooperatif dalam
6. Belum diketahuinya penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
grouf investigationyang meningkatkan prestasi untuk materi tertentu
pada dibidang studi ekonomi.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka pembatasan
masalah penelitian ini adalah “ studi perbandingan peningkatan hasil belajar
ekonomi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeGroup
Investigation (GI) dan model pembelajaran Langsung pada siswa kelas X
SMA Negeri 1 Way Tenong Lampung Barat Tahun Pelajaran 2011/2012.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan pembahasan masalah,
maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada perbedaan hasil belajar ekonomi siswa yang pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeGroup Investigation
(GI)dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran langsung?
2. Apakah peningkatan hasil belajar ekonomi siswa yang diberikan model
pembelajaran kooperatif tipeGroup Investigation (GI)lebih tinggi dari
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan
masalah, dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui ada perbedaan hasil belajar ekonomi siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Group Investigation (GI)dengan siswa yang pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran langsung.
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar ekonomi siswa yang
diberikan model pembelajaran kooperatif tipeGroup Investigation (GI)
lebih tinggi dari pada siswa yang diberikan model pembelajaran
langsung.
F. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
a. Menyajikan suatu wawasan khusus tentang penelitian yang
menekankan pada penerapan model pembelajaran yang berbeda pada
mata pelajaran ekonomi.
b. Untuk melengkapi dan memperkaya khasanah keilmuan serta teori
yang telah diperoleh sebelumnya.
2. Secara Praktis
a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan
b. Bagi guru, sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam
pemilihan alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan
hasil belajar ekonomi siswa yang disesuaikan dengan kemampuan awal
siswa.
c. Bagi siswa, sebagai tambahan wawasan untuk meningkatkan hasil
belajar melalui model pembelajaran yang melibatkan siswa secara
lebih optimal.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Objek penelitian
Objek penelitian ini adalah adalah model pembelajaran langsung dan
model pembelajaran kooperatif tipe GI.
- Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X semester genap
- Tempat penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Way Tenong Lampung Barat
- Waktu penelitian.
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Hasil Belajar
Salah satu tujuan dari proses pembelajaran adalah meningkatkan hasil belajar
yang diperoleh siswa pada akhir kegiatan pembelajaran. Berhasil atau tidaknya
suatu proses pembelajaran dapat dilihat pada hasil belajar siswa pada akhir
pembelajaran. Oleh karena itu hasil belajar merupakan hal yang tak terpisahkan
dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses yang nantinya
berpengaruh terhadap hasil belajar.
Menurut Slameto, (2010: 2) pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut R. Gagne
(dalam Slameto 2010: 13) memberikan dua defenisi yaitu:
1) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,
keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku;
2) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh
Belajar juga merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungnnya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.
Menurut Wittaker (dalam Djamarah, 2008 : 12) merumuskan belajar sebagai
proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman.
Proses belajar pada dasarnya ditandai dengan perubahan prilaku pada diri siswa
dan belajar dapat dikatan berhasil jika siswa dapat mengulangi dan
menyampaikan materi dengan bahasa sendiri. Menurut Garret (dalam Sagala,
2010 : 13) belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama
melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan
perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Sedangkan Crow
(dalam Sagala, 2010 : 13) mengemukakan belajar ialah upaya untuk memperoleh
kebiasan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap. Belajar dikatakan berhasil
manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang telah dipelajarinya,
maka belajar seperti ini disebut “rote learning”. Kemudian jika yang telah
dipelajarinya itu mampu disampaikan dan diekspresikan dalam bahasa sendiri,
maka disebut “overlearning”.
Perubahan sebagai sebuah hasil dari proses belajar dapat ditunjukan dalam
berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah
individu yang belajar. Untuk mengetahui hasil dari proses belajar, dilakukan
evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur
tingkat penguasaan materi siswa. Biasanya cara yang sering dilakukan untuk
mengukur hasil belajar siswa adalah dengan melalui tes.
Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa setelah mengikuti
kegiatan proses belajar mengajar berdasarkan kriteria tertentu dalam pengukuran
pencapaian tujuan pembelajaran itu sendiri. Dimyati (2006: 3) berpendapat
bahwa:
“ Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
tindak mengajar. Hasil belajar tidak terlepas dari tindak guru, pencapaian
tujuan pengajaran pada bagian ini merupakan peningkatan kemampuan
siswa.”
Menurut taksonomi Bloom, dkk dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 26) hasil
belajar dibedakan menjadi tiga yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek
psikomotorik. Aspek kognitif terdiri dari enam jenis perilaku yaitu sebagai
berikut;
1. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Yang berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau metode.
2. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal
yang dipelajari.
3. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk
4. Analisis,mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
5. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.
6. Evaulasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal
berdasarkan kriteria tertentu.
Hasil dan bukti belajar dari siswa ialah adanya perubahan tingkah laku. Menurut
Oemar Hamalik (2004:30) yaitu :
“Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah sedang berpikir dapat dilihat dari raut mukanya, sikapnya dalam rohaniahnya tidak bisa kita lihat.”
Menurut Dick dan Reiser dalam Djamarah Sopah (2000: 17) mengatakan bahwa
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang di miliki siswa sebagai hasil
kegiatan pembelajaran mereka membedakan hasil belajar atas empat macam,
yaitu pengetahuan, keterampilan intelektual, keterampilan motorik, dan sikap.
Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik
perilaku dalam penguasaan pengetahuan, keterampilan berfikir maupun
kemampuan motorik. Hampir sebagian besar perilaku atau kegiatan yang
diperlihatkan oleh seseorang merupakan hasil dari belajar. Jika di sekolah hasil
belajar dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam menguasai mata pelajaran yang
Menurut Slameto (2010: 55), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
adalah:
1. Faktor intern meliputi: a. Faktor jasmaniah
1. Faktor kesehatan 2. Faktor cacat tubuh b. Faktor Psikologis 2. Faktor ekstern meliputi
a. Faktor keluarga
1. Cara orang tua mendidik 2. Relasi antar keluarga 3. Suasana Rumah
4. Keadaan ekonomi keluarga 5. Pengertian orang tua 6. Latar belakang kebudayaan b. Faktor sekolah
1. Metode mengajar 2. Kurikulum
3. Relasi guru dengan siswa 4. Relasi siswa dengan siswa 5. Disiplin sekolah
6. Alat pengajaran 7. Waktu sekolah
8. Standar pengajaran diatas ukuran 9. Keadan Gedung
10. Metode belajar 11. Tugas Rumah c. Faktor masyarakat
1. Kegiatan siswa dalam masyarakat 2. Mass Media
3. Teman bergaul
Menurut Oemar Hamalik (2008:30) hasil belajar akan tampak pada perubahan-perubahan di setiap aspek:
1. Pengetahuan 2. Pengertian 3. Kebiasaan 4. Keterampilan 5. Apresiasi 6. Emosional 7. Hubungan social 8. Jasmani
9. Etis atau budi pekerti 10. Sikap
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang
diperoleh siswa setelah ia menerima suatu pengetahuan dan perubahan tingkah
laku yang diwujudkan dalam bentuk skor atau telah mengikuti tes.
2. Metode Mengajar
Di dalam setiap proses pembelajaran yang kita lakukan, kita mengharapkan hasil
yang baik. Tentu saja hasil belajar yang baik tidak akan kita dapat tanpa
menggunakan metode mengajar yang baik. Metode pembelajaran merupakan
salah satu komponen pembelajaran yang sangat penting untuk diperhatikan
dalam proses belajar mengajar.
Menurut Hamzah B.Uno (2009: 65) Metode pembelajaran merupakan cara-cara
yang digunakan pengajar atau instruktur dalam menyajikan informasi atau
pengalaman baru, menggali pengalaman peserta belajar, menampilkan unjuk
terkadang guru harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana dikelas. Di
dalam mengajar guru jarang sekali hanya menggunakan satu metode saja, karena
mereka sadar setiap metode mempunyai kelebihan dan kelemahan
masing-masing.
Materi dan metode adalah dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Materi
tanpa metodologi dirasa kurang efektif dan metodologi tanpa materi akan terasa
hampa, karena tidak ada yang diolah dan dikembangkan. Dua-duanya penting
untuk dipelajari dan dipraktikan, agar pembelajaran berjalan secara efektif dan
berkualitas tinggi.
Menurut Slameto (2000:65), metode adalah cara yang harus dilalui untuk
mencapai tujuan tertentu. Senada dengan hal tersebut Djamarah Syaiful Bahri
(2000: 19) metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan/bantuan
kepada anak didik dalam melakukan proses belajar. Menurut Djajadisastra
Yusuf, mengajar merupakan suatu usaha yang memerlukan tanggung jawab
moral yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung
pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Sedangkan
pengertian mengajar menurut Slameto (2010:85) adalah kegiatan yang
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar mengajar adalah suatu
usaha atau aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan suatu
perbuatan atau pengetahuan sebagai hasil dari interaksi dengan orang lain atau
interaksi dengan siswa.
Pengertian metode mengajar menurut Syaiful Djamarah Bahri (2000:83) suatu
cara yang bersifat netral dan umum, tidak diwarnai suatu bidang apapun, tetapi
menggunakan unsure-unsur inovatif, karena memberi alternatif yang dapat
dipergunakan di kelas.
Agar proses pembelajaran dapat mencapai tujuan pembelajaran sebagaimana
yang dikehendaki, maka dapat memilih metode mengajar yang tepat, sebab
dengan metode mengajar yang tepat memungkinkan terjadinya interaksi dan
aktivitas belajar yang optimal.
3. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan siswa
dalam mengikuti proses belajar mengajar. Penerapan model pembelajaran yang
tepat oleh guru dapat mendorong siswa untuk aktif dalam mengikuti kegiatan
belajar di dalam kelas. Dalam memilih model pembelajaran, guru harus
memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta
sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata
dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah, (2) demontrasi, (3) diskusi, (4) simulasi,
(5) laboratorium, (6) pengalaman lapangan, (7)brainstorming, (8) debat, (9)
symposium, dan sebagainya (Kokom Komalasari, 2010: 56)
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran
melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerjasama dalam memaksimalkan
kondisi kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Depdiknas, 2003: 5).
Komalasari dalam Ben dan Ericksoon (2001: 62) mengemukakan bahwa
cooperative learning(pembelajaran kooperatif) merupakan strategi pembelajaran
yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil
di mana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajarn kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran di mana siswa belajar
dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya
terdiri dari 2 sampai 5 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat
heterogen. Keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan
aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yaitu siswa
belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan dikelompokan dengan tingkat
kemampuan yang berbeda. Jadi disetiap kelompok terdapat peserta didik yang
berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Dalam menyelesaikan tugas, semua
anggota saling membantu dan bekerjasama untuk memahami bahan pelajaran.
Apabila salah satu anggota kelompok belum bisa menguasai bahan pelajaran
maka belajar belum dianggap selesai.
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe GI (Group Investigation)
Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan kegiatan. Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau
desain; (2) suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu
proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati; (3) suatu
sistem asumsi-asumsi, data-data, dan referensi-referensi yang dipakai untuk
menggambarkan secara sistematis suatu obyek atau peristiwa; (4) suatu desain
yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang
disederhanakan; (5) suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau
imajiner; dan (6) penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan
menunjukkan sifat bentuk aslinya Komaruddin dalam Sagala, (2010 : 175).
Group Investigationmerupakan salah satu bentuk model pembelajaran
siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. ModelGroup Investigationdapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/06/20/)
Tipegroup investigationmelibatkan siswa sejak dalam perencanaan, baik dalam
menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe
ini menuntut para siswa untuk memiliki kemempuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process
skill).
Model investigasi kelompok merupakan model pembelajaran yang melatih para siswa berpartisipasi dalam pengembangan sistem sosial dan melalui pengalaman, secara bertahap belajar bagaimana menerapkan metode ilmiah untuk
meningkatkan kualitas masyarakat. model ini merupakan bentuk pembelajaran yang mengkombinasikan dinamika proses demokrasi dengan proses inquiry akademik. melalui negosiasi siswa-siswa belajar pengetahuan akademik dan mereka terlibat dalam pemecahan masalah sosial. dengan demikian kelas harus menjadi sebuah miniatur demokrasi yang menghadapi masalah-masalah dan melalui pemecahan masalah, memperoleh pengetahuan dan menjadi sebuah kelompok sosial yang lebih efektif.
(http://ekocin.wordpress.com/2011/06/17/)
Peran guru yang menggunakan modelgroup inverstigationumumnya membagi
kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan
karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok juga biasanya didasarkan atas
kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para
berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan
suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan.
Langkah-langkah metode investigasi kelompok yang dikemukakan oleh
Komalasari, (2010: 76) sebagai berikut:
a. Seleksi topik
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang bisanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented group)yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen, baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik.
b. Merencanakan kerjasama
Para siswa dan guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopikyang telah dipilih dari langkah a) di atas.
c. Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dengan mendorong para siswa untuk menggunakan bebagai sumber, baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
d. Analisis dan sintesis
Para siswa menganalisis dan menyintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkas dalam suatu
penyajian yang menarik di depan kelas. e. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan persentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
f. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan . evaluasi dapat
Langkah-langkah atau teknis yang sudah diuraikan di atas dapat diterapkan pada
saat pembelajaran berlangsung untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah
ditetapkan. Dengan strategi seperti ini siswa diharapkan dapat lebih banyak
terlibat dalam proses pembelajaran tanpa harus bergantung pada guru.
5. Model Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung merupakan proses pembelajaran yang lebih
berpusat pada guru (teacher centered), menurut Arends (dalam Trianto, 2010 :
41), model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang
dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan
pengetahuan deklaratif atau pengetahuan prosedural yang tersetruktur dengan
baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi
selangkah. Menurut Sudrajat (2011 : 1) pengetahuan prosedural adalah
pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu, dan pengetahuan
deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta,
konsep, prinsip, atau generalisasi.
Pengajaran menggunakan model pengajaran langsung (Direct Instruction)
memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati dipihak guru.
Agar efektif pengajaranDirect Instructionmensyaratkan tiap detil keterampilan
atau isi didefinisikan secara seksama begitu pula pada pelaksanaan demonstrasi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Kardi (dalam Trianto, 2010 : 43) dalam model
mencapai tujuan pembelajaran harus seefisisen mungkin, sehingga guru dapat
merancang dengan tepat waktu yang diguanakan.
Pada model pengajaran langsung memiliki ciri-ciri yaitu:
1. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk
prosedur penilaian belajar
2. Sintaks atau pola keselurahan atau alur kegiatan pembelajaran, dan
3. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar
kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.
Trianto (2010 : 41)
Penyampaian materi dengan model pembelajaran langsung dapat berupa
ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktik, dan kerja kelompok. Hal ini sesuai
dengan pendapat Roy Killen (dalam Sugiharto, 2011 : 2) bahwaDirect
Instructionmerujuk pada berbagai teknik pembelajaran ekspositori (pemindahan
pengetahuan dari guru kepada murid secara langsung, misalnya melalui ceramah,
demonstrasi, dan tanya jawab) yang melibatkan seluruh kelas. Pendekatan dalam
model pembelajaran ini berpusat pada guru di mana guru menyampaikan isi
akademik dalam format yang sangat terstruktur, mengarahkan kegiatan para
siswa, dan mempertahankan fokus pencapaian akademik.
Pada model pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting. Guru
mengawali pelajaran dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang
Sintak model pengajaran langsung tersebut disajikan dalam lima tahap, seperti
ditunjukkan dalam tabel 2 berikut.
Tabel 2. Sintak model pengajaran langsung
Fase Peran guru
Fase 1
Menyampaiakan tujuan dan mempersiapkan siswa
Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pembelajaran, pentingnya pelajaran,
mempersiapkan siswa untuk belajar Fase 2
Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap
Fase 3
Membimbing pelatihan
Guru merencanakan atau memberi bimbingan pelatiahan awal
Fase 4
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik Fase 5
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
Guru mempersiapkan kesempatan melakuakan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-sehari
Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2010 : 43)
6. Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang ada kaitannya dengan pokok masalah ini dan
Tabel 3. Hasil Penelitian yang Relevan
No Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Mahfud Fauzi (GI) dan Tipe Number
Head Together(NHT)
Ditinjau dari Jumlah Indikator yang Belum Tuntas ( Studi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Gunung Agung Tulang Bawang Barat (NHT) pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Gunung Agung Tulang Bawang dan kelas kontrol 67,917.
2 Nika Anggel
(Kaji Tindak di SMP Negeri 16 Bandar
> 62,5 dengan nilai
B. Kerangka Pikir
Hasil belajar yang baik tentunya sangat diharapkan oleh siswa dalam kegiatan
pembelajaran dikelas. Tercapainya hasil belajar yang baik oleh siswa disebabkan
oleh faktor intern yakni dari dalam diri siswa itu sendiri serta faktor ekstern.
Tingkat keberhasilan suatu proses pembelajaran ditentukan oleh tinggi rendahnya
hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar disini tentunya berkaitan juga
dengan kegiatan pembelajaran yang sudah direncanakan oleh guru. Perencanaan
yang baik akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dilakukan dengan membagi
siswa ke dalam beberapa kelompok dan disetiap kelompok terdiri dari 5-6 orang
siswa yang heterogen. Setiap siswa diikutsertakan sejak melakukan perencanaan
hingga pemilihan topik pada setiap pembelajaran dan cara untuk mempelajarinya
melalui investigasi. Siswa dituntut untuk memiliki keterampilan dalam
berkomunikasi maupun keterampilan dalam proses berkelompok. Dengan
keadaan seperti ini diharapkan siswa dapat berinteraksi serta dapat menguasai
materi dengan baik.
Bedasarkan pemikiran tersebut, maka disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipeGroup investigationdapat diterapkan karena mampu memberikan
kesempatan pada siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran serta
Kelas X3 GI
Langsung
Postes
Postes
Hasil Belajar informasi dari guru saja. Hal ini sangat berbeda dengan pembelajaran langsung
dimana proses pembelajaran lebih didomonasi oleh guru. Dengan adanya
perbedaan aktivitas tersebut, antara antara siswa yang diajar dengan model
penbelajaran kooperatif tipegroup investigationdengan siswa yang diajar
dengan model pembelajaran langsung maka hasil belajar ekonomi akan
meningkat. Bedasarkan kerangka berpikir di atas maka dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 1. Paradigma Penelitian
Sumber : Sugiono (2004 : 39)
C. Hipotesis
Rumusan hipotesis yaitu:
1. Ada perbedaan hasil belajar ekonomi antara siswa yang diberi model
pembelajaran kooperatif tipegroup investigatondengan siswa yang diberi
model pembelajaran langsung.
2. Ada peningkatan hasil belajar ekonomi antara siswa yang diberi model
pembelajaran kooperatif tipegroup investigatonlebih tinggi daripada
siswa yang diberikan model pembelajaran langsung. Pre test
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
komparatif dengan pendekatan eksperimen. Penelitian komparatif merupakan
suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Menguji hipotesis komparatif
berarti menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan (sugiyono,
2005: 115). Metode yang digunakan untuk mengetahui perbedaan suatu variabel
yaitu hasil belajar ekonomi siswa dengan perlakuan yang berbeda.
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan eksperimen,
yaitu suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap
variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat (Sugiyono, 2005:
7). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Metode
eksperimen dibedakan menjadi dua, yaitu eksperimen murni (True Eksperimen)
dan eksperimen semu (Quasi Eksperimen). Pada penelitian ini yang
digunakan adalah penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperimen).
Penelitian kuasi eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian yang mendekati
eksperimen atau eksperimen semu yaitu jenis penelitian yang tidak
relevan secara penuh. Bentuk penelitian ini banyak digunakan dalam bidang ilmu
pendidikan atau penelitian lain dengan subjek yang diteliti adalah manusia.
(Sukardi, 2003: 16).
1. Desain Eksperimen
Desain penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
desain faktorial. Menurut Sugiono (2010: 110) desain faktorial merupakan
modifikasi dari desaintrue experimental(eksperimen yang betul-betul),
yaitu dengan memperhatikan adanya variabel moderator yang
mempengaruhi perlakuan (variabel indevenden) terhadap hasil (variabel
indevenden.
Gambar 2. Desain Penelitian
R1 : O1 Y1 O2
R2 : O3 Y2 O4
Penelitian ini akan membandingkan keefekifan dua model pembelajaran
yaituGroup Investigation (GI)dan model Pembelajaran Langsung terhadap
hasil belajar ekonomi di kelas X(3) dan X(5) dengan keyakinan bahwa
mungkin kedua model pembelajaran ini mempunyai pengaruh yang berbeda
2. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam desain eksperimental dalam
penelitian ini adalah:
1. Melakukan observasi ke sekolah untuk mengetahui kelas yang akan
digunakan sebagai populasi dalam penelitian.
2. Memberikan tes awal pada semua subjek yang berkenaan dengan
variabel dependen. Tes ini juga bermanfaat untuk mengetahui
kesetaraan dua kelompok.
3. Memberikan perlakuan yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Pada kelas eksperimen guru hanya sebagai fasilitator, guru
hanya memberikan materi yang akan dibahas secara singkat kemudian
tiap kelompok akan membahas materi tersebut. Kemudian siswa
mempresentasikan hasil dari diskusi di depan kelas oleh masing-masing
kelompok. Sedangkan untuk kelas kontrol guru menyampaikan materi,
siswa mendengarkan atau menerima materi yang disampaikan oleh guru.
4. Pembelajaran pada kelas eksperimen dilakukan dalam 5 kali pertemuan
diamana setiap pertemuan 90 menit.
5. Pada akhir penelitian dilakukan tes akhir/post tes pada dua kelompok
subjek untuk mengetahui tingkat kondisi subjek yang berkenaan dengan
variabel dependen. Adapun soal yang diberikan adalah soal pilihan
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono:2010,117).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1
Way Tenong Kabupaten Lampung Barat Tahun Pelajaran 2011/2012 kelas
10 semester genap yang berjumlah 274 orang.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi mempunyai ciri atau keadaan
tertentu yang akan diteliti. Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010: 118).
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknikcluster
random sampling.Teknik ini memilih sampel bukan didasarkan individu,
tetapi lebih didasarkan pada kelompok, daerah, atau kelompok subyek yang
secara alami berkumpul bersama (Sukardi, 2003: 61).
Sampel penelitian ini diambil dari populasi sebanyak 8 kelas, yaitu X1, X2,
X3, X4,X5, X6, X7,dan X8. Hasil teknikcluster random samplingdiperoleh
kelas X3dan X5 sebagai sampel, kemudian kedua kelas tersebut diundi untuk
menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol (pembanding). Hasil undian
pembelajaran kooperatif tipegroup investigation, dan kelas X5 sebagai kelas
kontrol (pembanding) yang menggunakan model pembelajaran langsung.
Kelas X3dan X5 merupakan kelas yang mempunyai rata-rata kemampuan
akademis yang relatif sama karena dalam pendistribusian siswa tidak
dikelompokkan ke dalam kelas unggulan, atau tidak ada perbedaan antara
kelas yang satu dengan kelas yang lain walaupun dengan kelas yang bukan
termasuk ke dalam sampel.
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 64 siswa yang tersebar ke dalam 2
kelas yaitu kelas X3sebanyak 30 siswa yang merupakan kelas eksperimen
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatifgroup investigation,
dan X5sebanyak 34 siswa yang merupakan kelas kontrol (pembanding) yang
menggunakan model pembelajaran langsung.
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini merupakan variabel mandiri yaitu hasil belajar
dengan perlakuan yang berbeda.
D. Defenisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah meliputi variabel, konsep
Table 4. Defenisi Operasional Variabel
No. Variabel Konsep Variabel Indikator Skala
Pengukuran
1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil
dari suatu interaksi tindakan belajar dan mengajar Dimiyati (2006:3)
GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri
materi (informasi) pelajaran
yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet.
(Direct learning) merupakan
pengetahuan yang bersifat informasi dan procedural yang menjurus pada keterampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. (Suherman Educare: Jurnal pendidikan dan Budaya. Vol. 5. No. 2)
Kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang telah
E. Teknik Pengumpulan Data
Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data
dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Hadi dalam Sugiyono (2008: 203) mengemukakan bahwa, observasi
merupakan sesuatu yang sangat kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis. Teknik observasi dilakukan dengan
cara mengadakan pengamatan langsung tentang kegiatan proses belajar dan
pembelajaran di SMA Negeri 1 Way Tenong.
2. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang berkenaan dengan
jumlah siswa, fasilitas-fasilitas yang ada dan sejarah atau gambaran umum
mengenai SMA Negeri 1 Way Tenong.
3. Teknik Tes
Tes ini diberikan pada tahap awal dan tahap akhir. Tes awal digunakan untuk
mengetahui tingkat kemampuan awal siswa dalam pelajaran ekonomi dan tes
akhir digunakan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
F. Uji Persyaratan Instrumen
Instrumen dalam penelitian ini berupa tes. Instrumen tes diberikan pada awal
sebelum siswa diberi perlakuan(pretes) yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
bertujuan untuk mengukur hasil belajar ekonomi siswa. Sebelum tes awal dan tes
akhir diberikan kepada siswa, maka terlebih dahulu diadakan uji coba tes atau
instrumen untuk mengetahui validitas soal, reliabilitas soal , tingkat kesukaran
soal dan daya beda soal.
1. Uji Validitas Instrumen
Suatu alat ukur yang dinyatakan valid jika alat ukur tersebut mampu mengukur apa yang harus diukur. Untuk mengukur tingkat validitas item
soal pada penelitian ini digunakan rumus korelasibiserial, sebagai berikut.
γpbi =
Suharsimi Arikunto (2005: 79)
Keterangan:
γpbi = koefisien korelasi biserial
Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang
dicari validitasnya
Mt = rerata skor total
St = standar deviasi dari skor total
P = proporsi siswa yang menjawab benar
( p = )
q = proporsi siswa yang menjawab salah.
Tabel 5 . Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
Antara 0, 800 sampai dengan 1, 00 Antara 0, 600 sampai dengan 0, 800 Antara 0, 400 sampai dengan 1, 600 Antara 0, 200 sampai dengan 1, 400 Antara 0, 00 sampai dengan 0, 200
Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah
Suharsimi Arikunto (2005: 75)
Kriteria pengujian, apabila rhitung ≥ rtabelmaka item tersebut dinyatakan
valid. Demikian pula sebaliknya apabila nilai rhitung ≤ rtabel maka item
tersebut dinyatakan tidak valid.
Tabel 6 . Hasil Uji Validitas Soal
No rhitung rtabel kesimpulan keterangan
1 0,419 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid
2 0,569 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid
3 0,371 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid
4 0,455 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid
5 0,398 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid
6 0232 0,349 rhitung < rtabel Tidak Valid
7 0,394 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid
8 0,472 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid
9 0,450 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid
10 0,374 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid
11 0,418 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid
12 0,399 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid
13 0,220 0,349 rhitung < rtabel Tidak Valid
14 0,375 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid
15 0,393 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid
16 0,412 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid
17 0,385 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid
18 0,379 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid
19 0,396 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid
20 0,387 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid
21 0,366 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid
23 0,449 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid
24 0,393 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid
25 0,441 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid
26 0,402 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid
27 0,392 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid
28 0,425 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid
29 0,385 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid
30 0,074 0,349 rhitung < rtabel Tidak Valid
Sumber: data diolah
Dalam perhitungan uji validitas soal pretest dari 30 item soal terdapat 3 item
yang tidak valid yaitu item soal nomor 6, 13, dan 30. Soal-soal yang tidak
valid tersebut didrop.
2. Uji Reabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah ketepatan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang
sama. Uji reliabilitas item soal pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan rumus KR-21, yaitu:
r11=
Suharsimi Arikunto (2005: 103).
Keterangan:
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
n = banyaknya item
M = mean atau rerata skor total
S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians).
Tabel 7. Kategori Besarnya Reliabilitas
Nilai r11 Keterangan
0,8 - 1,000
Sumber : Suharsimi Arikunto (2005:276)
Hasil perhitungan uji reabilitas soal pretest dan tes hasil belajar adalah 0,762
berarti soal tersebut tergolong soal yang memiliki tingkat reabilitas sangat
tinggi.
3. Tingkat Kesukaran
Untuk menguji taraf kesukaran soal tes yang digunakan dalam penelitian ini
digunakan rumus:
P = JS
B
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Tabel 8. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal
No B JS TS Keterangan
1 23 30 76,67 Mudah
2 17 30 56,67 Sedang
3 21 30 70,00 Mudah
4 8 30 26,67 Sukar
5 22 30 73,34 Mudah
6 18 30 60,00 Sedang
7 15 30 50,00 Sedang
8 13 30 43,33 Sedang
9 18 30 60,00 Sedang
10 20 30 66,67 Mudah
11 13 30 50,00 Sedang
12 20 30 43,33 Sedang
13 18 30 66,67 Mudah
14 20 30 60,00 Sedang
15 16 30 66,67 Mudah
16 14 30 53,33 Sedang
17 16 30 46,67 Sedang
18 16 30 53,33 sedang
19 14 30 46,67 Sedang
20 9 30 30,00 Sukar
21 17 30 56,67 Sedang
22 17 30 56,67 Sedang
23 14 30 46,67 Sedang
24 14 30 46,67 Sedang
25 15 30 50,00 Sedang
26 11 30 36,67 Sedang
27 15 30 50,00 Sedang
28 19 30 63,64 Mudah
29 12 30 40,00 Sedang
30 15 30 50,00 Sedang
Sumber: Hasil data diolah
Hasil tes kemampuan awal dan hasil belajar dari 30 soal terdapat 7 soal yang
tergolong mudah (nomor 1, 3, 5, 10, 13, 15, 28), 21 soal tergolong sedang
(nomor 2, 6, 7, 8, 9, 11, 12 , 14, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29,
4. Daya Beda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang
berkemampuan rendah. Adapun rumus untuk menentukan indeks diskriminasi,
yaitu :
J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu
benar
= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB=
B B
J B
= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar. (Suharsimi Arikunto, 2005:213-214)
Klasifikasi daya pembeda menurut Suharsimi Arikunto (2005: 218) yaitu:
D = 0,00 – 0,20 : jelek (poor)
D = 0,20 – 0,40 : cukup (satisfactory)
D = 0,40 – 0,70 : baik (good)
D = 0,70 – 1,00 : baik sekali (excellent)
D = negatif : semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang
Tabel 9. Hasil Uji Daya Pembeda
No. BA JA BB JB D Keterangan
1 10 10 2 10 0.8 Baik Sekali
Hasil perhitungan daya beda pretest dari 30 item soal terdapat 5 soal
tergolong baik sekali ( soal 1, 8, 10, 21, 23 ), 14 soal tergolong baik (3, 4, 5, 7,
9, 12, 13, 15, 16, 20, 22, 27, 28, 30) dan 11 soal tergolong cukup (2, 6, 11, 14,
G. Uji Persyaratan Analiisis Data
1. Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan adalah ujiLilieforsberdasarkan sampel yang
akan di uji hipotesisnya, apakah sampel berdistribusi normal atau sebaliknya
dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Lo = F (Zi) – S (Zi)
(Sudjana, 1996 : 466)
Keterangan:
Lo = Harga mutlak terbesar
F (Zi) = Peluang angka baku S (Zi) = Proporsi angka baku.
Kriteria pengujiannya adalah jika Lhitung< Ltabeldengan taraf signifikansi 0,05,
maka variabel tersebut berdistribusi normal, demikian pula sebaliknya.
(Sudjana, 2005 : 467).
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas menggunakan rumus uji F:
F =Varian terbesar Varian terkecil
Dalam hal ini berlaku ketentuan bahwa bila harga Fhitung ≤Ftabel maka data
sampel akan homogen, dengan taraf signifikansi 0,05 dan dk (n1–1 ; n2–1).
H. Teknik Analisis Data
1. T-Test Dua Sampel Independen
Terdapat beberapa rumus t-test yang digunakan untuk pengujian hipotesis
komparatif dua sampel independen, yaitu:
t =
(separated varians)
t =
(polled varians)
Keterangan:
= rata-rata hasil belajar ekonomi siswa yang diajar dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipegroup investigation
= rata-rata hasil belajar ekonomi siswa yang diajar dengan menggunakan
pembelajaran langsung
2 1
S = varians total kelompok 1
2 2
S = varians total kelompok 2
1
n = banyaknya sampel kelompok 1
2