• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PERBANDINGAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 WAY TENONG LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2011/2112

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI PERBANDINGAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 WAY TENONG LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2011/2112"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PERBANDINGAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPEGROUP INVESTIGATION(GI) DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 WAY TENONG

LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2011/2112

Oleh

DEDE KURNIAWAN

Hasil belajar merupakan salah satu indikator keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Rendahnya hasil belajar ekonomi siswa kelas X SMA Negeri Way Tenong dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu kurangnya keaktifan siswa serta kurangnya variasi dalam menggunakan model pembelajaran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dan model pembelajaran langsung pada mata pelajaran ekonomi. Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation digunakan di kelas eksperimen dan model pembelajaran langsung pada kelas kontrol.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, tepatnya quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 274 orang siswa kelas X SMA Negeri 1 Way Tenong pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012, dengan sampel sebanyak 64 orang siswa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, dokumentasi dan teknik tes. Pengujian hipotesis menggunakan rumus T-test dan rumusN-gain.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh:

(2)

pembelajaran langsung.

2. Berdasarkan pengujian diketahui hasil N-gain kelas eksperimen lebih besar daripada N-gain kelas kontrol yaitu (1.632 > 1.492) dan uji t (kesamaan dua rata-rata) N-gain yaitu thitung > ttabel, dengan demikian Ho diterima yang berarti ada peningkatan hasil belajar ekonomi antara siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipegroup investigatondengan siswa yang diberi model pembelajaran langsung.

(3)

STUDI PERBANDINGAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 WAY TENONG

LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2011/2112

Oleh

DEDE KURNIAWAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

STUDI PERBANDINGAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 WAY TENONG

LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2011/2112

Oleh

DEDE KURNIAWAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Tedi Rusman, M.Si .………...

Sekertaris : Drs. Nurdin, M.Si. ………...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Yon Rizal, M.Si. ………...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003

(6)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, adalah :

1. Nama : Dede Kurniawan 2. NPM : 0853031007

3. Program Studi : Pendidikan Ekonomi

4. Jurusan / Fakultas : Pendidikan IPS / FKIP Unila 5. Alamat : Wangun Reja RT 002/RW 003,

Kelurahan Pajar Bulan, Kec. Way Tenong, Kab. Lampung Barat

Telp. 085840225522

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali disebutkan dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Mei 2013 Yang membuat pernyataan,

(7)

Penulisdilahirkan di Desa Pajarbulan Kec. Way Tenong Kab.

Lampung Barat pada tanggal 5 Desember 1988, sebagai anak

keenam dari tujuh bersaudara pasangan. Bapak A. Rohman dan

Ibu Anacih.

Pendidikan formal yang pernah diselesaikan oleh penulis adalah :

1. Sekolah Dasar Negeri 1 Puralaksana selesai pada tahun 2001

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Way Tenong selesai pada tahun 2004

3. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Way Tenong selesai pada tahun 2007.

Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan

Ekonomi Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan

Universitas Lampung, melalui Ujian Mandiri (UM). Pada bulan Januari 2010

penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Solo, Yogyakarta,

Semarang, Bandung, dan Jakarta. Pada bulan Juli hingga September 2011 penulis

melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 Banyumas

dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Banyumas kec. Banyumas Kab.

Pringsewu.

Penulis

(8)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahi robbil ‘alamin

Puji syukur penulis panjatkan atas berkah dan rahmat Allah S.W.T, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Perbandingan Peningkatan Hasil Belajar Ekonomi Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Dan Model Pembelajaran Langsung Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Way Tenong Tahun Pelajaran 2011/2012”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan

dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S Jaya, M.S., selaku Pembantu Dekan I FKIP;

3. Bapak Drs.Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembantu Dekan II FKIP;

4. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H., selaku Pembantu Dekan III FKIP;

5. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku ketua jurusan Ilmu Pengetahuan

Sosial;

6. Bapak Drs. Nurdin, M.Si. selaku ketua program studi Pendidikan Ekonomi

sekaligus sebagai pembimbing II bagi penulis yang bersedia menyisihkan

waktunya untuk memeriksa, memberikan masukan, saran, motivasi, dan

pengarahan dalam penulisan karya ini;

7. Bapak Drs.Tedi Rusman, M.Si, selaku Pembimbing I yang telah memberikan

ide, bimbingan, pengarahan, motivasi dan saran- saran yang sangat berguna

(9)

8. Seluruh Bapak / Ibu Dosen Pendidikan Ekonomi, yang dengan tulus ikhlas

memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis;

9. Kepala SMA Negeri 1 Way Tenong Kabupaten Lampung Barat, Bapak Drs.

Dahlin, M.Pd., beserta guru dan karyawan yang telah memberikan izin dan

membantu kelancaran dalam penelitian penulis;

10.Ibu Kumaini Mustafa, S.E., selaku guru mitra yang telah memberikan

waktunya untuk ‘direpotin’ dalam penelitian penulis;

11.Seluruh siswa/i kelas X3 dan X5 SMA Negeri 1 Way Tenong Kabupaten

Lampung Barat atas kerjasama yang baiknya;

12.Kepada Emak dan bapak ku tersayang. Tiada kata yang patut terucap atas ketulusan kasih sayang, do’a dan cucuran air matanya atas kesabaran dalam

membimbing anak-anaknya;

13.Aa dan teteh-teteh ku : aa Carta beserta istri, Teh Engkar, Teh Encih, Teh oni,

Teh Wati, terimakasih atas doa dan dukungannya yang selama ini telah

diberikan;

14.Terimakasih juga untuk adikku Cicih Nurhayati, rajin-rajin belajar dan sayang

sama keluarga, semangat untuk mencari ilmu lagi (kuliah);

15.Teman dan sahabat seperjuanganku ECOUTION 08, terimakasih atas

kebersamaan dan motivasinya dalam perjalanan ini;

16.Teman-teman kost Madukoro : Aswin Yusup, M. Syaifullah ACC, Oni

Fesandinata, Ahmad Adi Styawan, Dongah Ali, terimakasih atas doa dan

dukungannya selama ini;

17.Teman-teman KKN Tematik dan PPL di Banyumas, Adi, Resa, Jani, Neng,

(10)

18.Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, jika kalian tidak

menemukan nama kalian disini. Semoga segala sesuatu yang telah diberikan

secara tulus kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT;

19.Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,

namun besar harapan penulis agar skripsi yang sederhana ini bermanfaat bagi

kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Mei 2013 Penulis

(11)

DAFTAR ISI

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN DIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Hasil Belajar ... 13

III.METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Desain Eksperimen... 32

2. Prosedur Penelitian... 33

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi ... 34

(12)

C. Variabel Penelitian ... 35

D. Definisi Operasional ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

F. Uji Persyaratan Instrumen ... 38

1. Uji Validitas Instrumen ... 38

2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 40

3. Tingkat Kesukaran ... 41

4. Daya Pembeda ... 43

G. Uji Persyaratan Analisis Data 1. Uji Normalitas ... 45

2. Uji Homogenitas ... 45

H. Teknik Analisis Data 1. T-Test Dua Sampel Independen ... 46

2. Pengujian Hipotesis ... 48

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Sekolah ... 50

2. Visi, Misi, serta Tujuan SMA Negeri 1 Way Tenong a) Visi ... 51

b) Misi ... 51

c) Tujuan ... 52

3. Situasi dan Kondisi Sekolah ... 53

4. Kondisi Guru dan Karyawan ... 55

5. Kegiatan Belajar Mengajar ... 55

B. Deskripsi Data 1. Data Hasil Pretes (Tahap Awal) ... 56

2. Data Hasil Postes ... 61

C. Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 67

1. Uji Normalitas ... 67

2. Uji Homogenitas ... 69

D. Pengujian Hipotesis ... 69

E. Pembahasan 1. Ada perbedaan hasil belajar ekonomi antara siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dengan siswa yang diberi model pembelajaran langsung ... 72

(13)

A. Kesimpulan . ... 76 B. Saran ... . ... 76

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil belajar ekonomi siswa kelas X Semester Ganjil SMA N 1

Way Tenong TP 2011/2012 ... 7

2. Sintak model pembelajaran langsung ... 27

3. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 28

4. Definisi Operasional Variabel ... 36

5. Interpretasi Koefisien Korelasi ... 39

6. Hasil Uji Validitas Soal ... 39

7. Kategori Besarnya Reliabilitas ... 41

8. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal ... 42

9. Hasil Uji Daya Pembeda ... 44

10.Daftar Sarana Dan Prasarana SMA Negeri 1 Way Tenog TA 2011/2012 ... 54

11.Distribusi Frekuensi Hasil Pretes Awal Kelas Eksperimen ... 57

12.Distribusi Frekuensi Hasil Pretes Kelas Kontrol ... 60

13.Distribusi Frekuensi Hasil Postes Kelas Eksperimen ... 62

14.Distribusi Frekuensi Hasil Postes Kelas Kontrol ... 65

15.Hasil Uji Normalitas Sampel Hasil Belajar Ekonomi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 68

16.Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 69

(15)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1. Hasil Pretes Kelas Eksperimen ... 58

2. Hasil Pretes Kelas Kontrol ... 60

3. Hasil Postes Kelas Eksperimen ... 63

(16)

I. Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dalam pengembangan dan

pembangunan suatu negara. Pembangunan sumber daya manusia perlu

dilakukan agar dapat berpartisipasi aktif terhadap program-program

pembangunan yang telah direncanakan. Semakin banyak orang yang

berpendidikan maka semakin mudah bagi suatu negara untuk membangun

bangsanya.

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar

pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap

tuntutan perubahan zaman. kemudian yang dimaksud dengan sistem

pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling

terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Di dalam

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menegaskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

(17)

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Tujuan

dasar pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan upaya pemenuhan manusia siap pakai seperti halnya beberapa

kritik yang muncul dewasa ini, khususnya masalah pengangguran terdidik yang

cenderung menyalahkan dunia pendidikan sebagai penyebabnya.

Hakikat pendidikan adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan

setiap peserta didik menggembangkan bakat, minat dan kemampuannya secara

optimal dan utuh (mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik). Pada

intinya adalah memberikan ruang seluas-luasnya bagi peserta didik untuk

mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Sehingga hasil yang akan

didapatkan nantinya utuh sesuai dengan hakikat pendidikan itu sendiri, yakni

berkembangnya potensi diri peserta didik dari sisi kognitif (pengetahuan),

afektif (sikap), psikomotorik (perbuatan atau kemampuan untuk melakukan

sesuatu).

Sekolah merupakan bagian dari sistem pendidikan yang memiliki peran

penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, di dalamnya berlangsung

proses pembelajaran yang merupakan kegiatan paling mendasar dalam

pendidikan. Oleh karena itu, sekolah yang terdiri atas para pendidik berupaya

untuk mewujudkan tujuan tersebut, salah satunya dengan cara meningkatkan

kualitas proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran yang bermakna akan

membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman

(18)

diperoleh merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Dalam

konteks ini siswa mengalami dan melakukannya sendiri. Hasil belajar peserta

didik merupakan suatu indikator dari tingkat keberhasilan suatu lembaga

pendidikan dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar di sekolah.

Seorang guru bertugas mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana

kegiatan pembelajaran yang dapat mencapai tujuan pendidikan nasional. Agar

tujuan pendidikan dapat tercapai seorang guru tidak hanya menjadi penyaji

atau penyampai pengetahuan kepada para siswa, melainkan juga seorang guru

harus berperan menjadi motivator bagi siswa yang berperan dalam memotivasi

siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya. Jika guru hanya menjalankan

perannya sebagai penyampai materi saja hanya akan membuat siswa jenuh

dalam belajar. Hal ini dikarenakan guru tidak memotivasi siswa tersebut.

Karenanya itu peran guru sebagai motivator siswa sangat diperlukan dalam

proses pembelajaran.

Tercapainya tujuan pendidikan yang baik dalam kegiatan pendidikan dan

pengajaran, memerlukan usaha terciptanya interaksi yang baik pula antara guru

dan peserta didik. Kemampuan guru dalam mengajar sangat berpengaruh

terhadap keberhasilan dalam tujuan pembelajaran. Terkait dengan kemampuan

guru dalam mengajar, guru perlu menyajikan pembelajaran yang menarik dan

menyenangkan bagi peserta didik bertujuan agar terpenuhinya suatu

kompetensi dan profesionalisme guru dalam mengajar. Teknik penyajian dan

pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang

(19)

pelajaran kepada peserta didik di dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat

ditangkap, dipahami, dimengerti dan digunakan oleh peserta didik dengan baik.

semuanya harus disesuaikan dengan indikator yang ingin dicapai dalam

pembelajaran tersebut, serta waktu yang diperlukan dalam mencapai

ketuntasannya. Selain itu, seorang guru disamping menguasai bahan atau

materi ajar, tentu perlu pula mempersiapkan strategi pembelajaran yang

optimal, salah satunya yaitu dengan memilih model pembelajaran yang tepat

sehingga tugas mengajar guru dapat berjalan dengan efektif dan siswa akan

termotivasi untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran yang akhirnya

dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.

Mata pelajaran ekonomi di SMA berguna untuk mengembangkan kemampuan

siswa dalam melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas

ekonomi sehari-hari. Dengan pelajaran ekonomi siswa dibekali kemampuan

untuk menganalisa dan memecahkan berbagai permasalahan ekonomi dan

menjadi pelaku ekonomi yang lebih kritis dan objektif. Karena tujuan umum

dari pengajaran ekonomi adalah siswa memahami konsep-konsep dasar dan

teori ekonomi serta kegiatan ekonomi menyeluruh. Bahan kajian yang dibahas

dalam mata pelajaran ekonomi meliputi berbagai kajian diantaranya meliputi

masalah-masalah ekonomi rumah tangga, masalah-masalah yang dihadapi

negara-negara yang sedang berkembang, bagaimana menerapkan pola hidup

hemat dalam perilaku ekonomi dan bagaimana menerapkan perilaku produksi

yang mengutamakan kepentingan masyarakat, masalah pemerataan dan

keadilan dalam semua kegiatan distribusi, masalah kesempatan kerja dan

(20)

ketimpangan neraca pembayaran, masalah-masalah sekitar koperasi dan

ekonomi kerakyatan, kewirausahaan, dan sebagainya. Sehingga diharapkan

siswa dapat mempelajari kajian-kajian ekonomi tersebut dengan baik sehingga

dapat menerapkannya dalam kehidupan masyarakat. Namun dalam memahami

pelajaran biasanya siswa hanya mengandalkan informasi yang berasal dari guru

saja. Guru dianggap merupakan satu-satunya sumber belajar yang dapat

mereka andalkan. Dalam kondisi yang seperti ini guru dituntut untuk memiliki

informasi yang lebih dalam penguasaan ilmu ekonomi dengan materi pelajaran

yang akan diajarkan. Karenanya guru diharapkan dapat menerima

masukan-masukan dari luar tentang perkembangan ekonomi. Misalnya saja dengan

banyak membaca buku-buku refrensi. Hal lain yang tidak kalah penting adalah

guru harus mengetahui perkembangan perekonomian yang terjadi baik dalam

negeri maupun secara global. Mata pelajaran ekonomi bukanlah materi

pelajaran yang kaku artinya selalu mengikuti perkembangan perekonomian

yang terjadi di lingkungan sekitar. Jika seorang guru ekonomi tidak mampu

mengikuti perkembangan perekonomian yang terjadi maka materi pelajaran

ekonomi akan terkesan monoton/kuno. Kesan kuno inilah yang menyebabkan

mata pelajaran ekonomi kurang diminati siswa.

Faktor motivasi dalam diri siswa juga sangat menentukan dalam tercapainya

tujuan pembelajaran yang diharapkan. Namun bukan berarti motivasi dapat

dikatakan menjadi faktor satu-satunya untuk masuk dalam proses atau kegiatan

pembelajaran di kelas. Jadi guru tidak perlu menunda proses pembelajaran

sampai ada motivasi untuk belajar di kelas. Kelemahan dalam proses

(21)

pembelajaran adalah dengan memusatkan perhatian pada materi pelajaran

tanpa memperhatikan ada tidaknya motivasi dalam diri siswa. Hal ini yang

membuat guru jadi cenderung menerapkan model yang sama dalam setiap

proses pembelajaran di kelas. Model pembelajaran yang sering diterapkan oleh

guru adalah model pembelajaran konvensional atau model pembelajaran

langsung dimana di dalam proses belajar guru yang banyak mengambil andil.

Guru hanya berpusat kepada materi saja dan menggunakan metode ceramah

dalam proses pembelajaran tersebut. Penggunaan model pembelajaran inilah

yang mempengaruhi motivasi siswa, sehingga siswa menjadi jenuh untuk

menggali informasi dalam proses belajar. Terkait dengan motivasi dalam

belajar ini, pemilihan model pembelajaran yang tepat tentunya dapat

memotivasi siswa untuk lebih mengembangkan potensi yang ada dalam diri

mereka. Model pembelajaran yang membosankan hanya akan membuat siswa

merasa dibatasi ruang geraknya untuk berkreativitas dan mengembangkan

dirinya. Disinilah peran guru sangat diperlukan yaitu sebagai motivator dalam

proses pembelajaran yang dilakukan siswa.

Ketersediaan sarana dan parasarana belajar juga merupakan salah satu faktor

pendukung dalam belajar. Sarana pendidikan yang lengkap akan menjadi

penunjang dalam terciptanya proses pembelajaran yang baik. Namun karena

terbiasa dengan model pembelajaran konvensional yang cenderung monoton

tadi, siswa menjadi cenderung hanya mengandalkan guru sebagai sumber

(22)

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran

ekonomi di SMA N 1 Way Tenong, diperoleh informasi hasil belajar mata

pelajaran ekonomi dari ujian Akhir Semester Ganjil Tahun Pelajaran

2011/2012 yaitu sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil belajar ekonomi siswa kelas X Semester Ganjil SMA N 1 Way Tenong TP 2011/2012

No Kelas Interval Nilai Jumlah

Siswa

Jumlah Siswa 173 101 274

Persentase 63,12% 36,86% 100%

Sumber: guru mata pelejaran ekonomi

Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa hasil belajar ekonomi siswa

kelas X pada mata pelajaran ekonomi siswa masih tergolong rendah. Karena

yang mencapai nilai 70 ke atas hanya 101 siswa atau hanya 36,86% siswa,

selebihnya hanya memperoleh nilai <70 atau 63,12% siswa tidak lulus. Hal ini

sesuai dengan pendapat Djamarah (2006: 97), bahwa setiap interaksi edukatif

selalu menghasilkan prestasi belajar. Keberhasilan proses interakasi edukatif

dibagi atas beberapa kriteria, yaitu sebagai berikut.

1. Istimewa/maksimal apabila seluruh bahan pelajaran dapat dikuasai oleh anak didik.

2. Baik sekali/optimal, apabila sebagian besar (76% - 90%) bahan pelajaran dapat dikuasai oleh anak didik.

3. Baik/minimal, apabila bahan pelajaran dikuasai oleh anak didik hanya 66% - 75% saja.

(23)

Rendahnya hasil belajar umumnya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor

yang berasal dari luar siswa atau faktor eksternal meliputi: suasana rumah,

orang tua, motivasi dari orang tua, dan juga faktor yang berasal dari dalam diri

siswa itu sendiri atau faktor internal meliputi: kesehatan, intelegensi, bakat,

motivasi, minat, kreativitas dan lain-lain.

Metode pembelajaran yang terutama selama ini digunakan di SMA Negeri 1

Way Tenong adalah pembelajaran langsung atau metode-metode ceramah.

Dalam pembelajaran ini siswa cenderung terlihat jarang dilibatkan dalam

proses belajar dan pembelajaran, karena siswa hanya berperan sebagai

pendengar pasif saja. Walaupun mereka sudah mengenal metode diskusi tetapi

penerapan dalam metode ini masih kurang baik dan sangat sedikit sekali

keaktifan dari siswa. Dan akhirnya hanya guru yang mendominasi proses

belajar dan pembelajaran di kelas tersebut. Dari uraian diatas dapat

disimpulkan bahwa diperlukan metode atau model yang melibatkan siswa

secara aktif dalam kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas. Untuk itu

dilakukan studi perbandingan hasil belajar ekonomi siswa melalui model

pembelajaran kooperatif tipegroup investigation(GI) dan model pembelajaran

langsung.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai” studi perbandingan peningkatan hasil belajar ekonomi

(24)

(GI) dan model pembelajaran langsung pada siswa kelas X SMA N 1 Way

Tenong Lampung Barat tahun pelajaran 2011/2012”

Dalam penelitian ini peneliti mencoba melihat apakah ada perbedaan hasil

belajar antara siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipegroup

investigationdengan siswa yang diberi model pembelajaran langsung. Karena

dalam penelitian ini terdapat dua model pembelajaran, mungkin saja hasil

belajar yang diperoleh siswa dengan model pembelajaran yang berbeda juga

akan berbeda pula.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan dalam penelitian ini dapat

diidentinfisikin sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa masih rendah, khususnya pada siswa kelas X SMA

Negeri 1 Way Tenong Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Kurangnya minat belajar siswa terhadap pelajaran ekonomi.

3. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered), sehingga

siswa menjadi pasif.

4. Keaktifan siswa dalam pembelajaran sangat kurang sehingga siswa

tidak dapat menggali potensi diri.

5. Belum digunakannya model pembelajaran kooperatif dalam

(25)

6. Belum diketahuinya penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

grouf investigationyang meningkatkan prestasi untuk materi tertentu

pada dibidang studi ekonomi.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka pembatasan

masalah penelitian ini adalah “ studi perbandingan peningkatan hasil belajar

ekonomi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeGroup

Investigation (GI) dan model pembelajaran Langsung pada siswa kelas X

SMA Negeri 1 Way Tenong Lampung Barat Tahun Pelajaran 2011/2012.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan pembahasan masalah,

maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada perbedaan hasil belajar ekonomi siswa yang pembelajarannya

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeGroup Investigation

(GI)dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model

pembelajaran langsung?

2. Apakah peningkatan hasil belajar ekonomi siswa yang diberikan model

pembelajaran kooperatif tipeGroup Investigation (GI)lebih tinggi dari

(26)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan

masalah, dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui ada perbedaan hasil belajar ekonomi siswa yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Group Investigation (GI)dengan siswa yang pembelajarannya

menggunakan model pembelajaran langsung.

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar ekonomi siswa yang

diberikan model pembelajaran kooperatif tipeGroup Investigation (GI)

lebih tinggi dari pada siswa yang diberikan model pembelajaran

langsung.

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

a. Menyajikan suatu wawasan khusus tentang penelitian yang

menekankan pada penerapan model pembelajaran yang berbeda pada

mata pelajaran ekonomi.

b. Untuk melengkapi dan memperkaya khasanah keilmuan serta teori

yang telah diperoleh sebelumnya.

2. Secara Praktis

a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan

(27)

b. Bagi guru, sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam

pemilihan alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan

hasil belajar ekonomi siswa yang disesuaikan dengan kemampuan awal

siswa.

c. Bagi siswa, sebagai tambahan wawasan untuk meningkatkan hasil

belajar melalui model pembelajaran yang melibatkan siswa secara

lebih optimal.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:

- Objek penelitian

Objek penelitian ini adalah adalah model pembelajaran langsung dan

model pembelajaran kooperatif tipe GI.

- Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X semester genap

- Tempat penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Way Tenong Lampung Barat

- Waktu penelitian.

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Hasil Belajar

Salah satu tujuan dari proses pembelajaran adalah meningkatkan hasil belajar

yang diperoleh siswa pada akhir kegiatan pembelajaran. Berhasil atau tidaknya

suatu proses pembelajaran dapat dilihat pada hasil belajar siswa pada akhir

pembelajaran. Oleh karena itu hasil belajar merupakan hal yang tak terpisahkan

dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses yang nantinya

berpengaruh terhadap hasil belajar.

Menurut Slameto, (2010: 2) pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai suatu

proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut R. Gagne

(dalam Slameto 2010: 13) memberikan dua defenisi yaitu:

1) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,

keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku;

2) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh

(29)

Belajar juga merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi

dengan lingkungnnya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

Menurut Wittaker (dalam Djamarah, 2008 : 12) merumuskan belajar sebagai

proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau

pengalaman.

Proses belajar pada dasarnya ditandai dengan perubahan prilaku pada diri siswa

dan belajar dapat dikatan berhasil jika siswa dapat mengulangi dan

menyampaikan materi dengan bahasa sendiri. Menurut Garret (dalam Sagala,

2010 : 13) belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama

melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan

perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Sedangkan Crow

(dalam Sagala, 2010 : 13) mengemukakan belajar ialah upaya untuk memperoleh

kebiasan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap. Belajar dikatakan berhasil

manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang telah dipelajarinya,

maka belajar seperti ini disebut “rote learning”. Kemudian jika yang telah

dipelajarinya itu mampu disampaikan dan diekspresikan dalam bahasa sendiri,

maka disebut “overlearning”.

Perubahan sebagai sebuah hasil dari proses belajar dapat ditunjukan dalam

berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah

(30)

individu yang belajar. Untuk mengetahui hasil dari proses belajar, dilakukan

evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur

tingkat penguasaan materi siswa. Biasanya cara yang sering dilakukan untuk

mengukur hasil belajar siswa adalah dengan melalui tes.

Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa setelah mengikuti

kegiatan proses belajar mengajar berdasarkan kriteria tertentu dalam pengukuran

pencapaian tujuan pembelajaran itu sendiri. Dimyati (2006: 3) berpendapat

bahwa:

“ Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan

tindak mengajar. Hasil belajar tidak terlepas dari tindak guru, pencapaian

tujuan pengajaran pada bagian ini merupakan peningkatan kemampuan

siswa.”

Menurut taksonomi Bloom, dkk dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 26) hasil

belajar dibedakan menjadi tiga yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek

psikomotorik. Aspek kognitif terdiri dari enam jenis perilaku yaitu sebagai

berikut;

1. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Yang berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau metode.

2. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal

yang dipelajari.

3. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk

(31)

4. Analisis,mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

5. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

6. Evaulasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal

berdasarkan kriteria tertentu.

Hasil dan bukti belajar dari siswa ialah adanya perubahan tingkah laku. Menurut

Oemar Hamalik (2004:30) yaitu :

“Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah sedang berpikir dapat dilihat dari raut mukanya, sikapnya dalam rohaniahnya tidak bisa kita lihat.”

Menurut Dick dan Reiser dalam Djamarah Sopah (2000: 17) mengatakan bahwa

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang di miliki siswa sebagai hasil

kegiatan pembelajaran mereka membedakan hasil belajar atas empat macam,

yaitu pengetahuan, keterampilan intelektual, keterampilan motorik, dan sikap.

Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik

perilaku dalam penguasaan pengetahuan, keterampilan berfikir maupun

kemampuan motorik. Hampir sebagian besar perilaku atau kegiatan yang

diperlihatkan oleh seseorang merupakan hasil dari belajar. Jika di sekolah hasil

belajar dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam menguasai mata pelajaran yang

(32)

Menurut Slameto (2010: 55), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

adalah:

1. Faktor intern meliputi: a. Faktor jasmaniah

1. Faktor kesehatan 2. Faktor cacat tubuh b. Faktor Psikologis 2. Faktor ekstern meliputi

a. Faktor keluarga

1. Cara orang tua mendidik 2. Relasi antar keluarga 3. Suasana Rumah

4. Keadaan ekonomi keluarga 5. Pengertian orang tua 6. Latar belakang kebudayaan b. Faktor sekolah

1. Metode mengajar 2. Kurikulum

3. Relasi guru dengan siswa 4. Relasi siswa dengan siswa 5. Disiplin sekolah

6. Alat pengajaran 7. Waktu sekolah

8. Standar pengajaran diatas ukuran 9. Keadan Gedung

10. Metode belajar 11. Tugas Rumah c. Faktor masyarakat

1. Kegiatan siswa dalam masyarakat 2. Mass Media

3. Teman bergaul

(33)

Menurut Oemar Hamalik (2008:30) hasil belajar akan tampak pada perubahan-perubahan di setiap aspek:

1. Pengetahuan 2. Pengertian 3. Kebiasaan 4. Keterampilan 5. Apresiasi 6. Emosional 7. Hubungan social 8. Jasmani

9. Etis atau budi pekerti 10. Sikap

Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang

diperoleh siswa setelah ia menerima suatu pengetahuan dan perubahan tingkah

laku yang diwujudkan dalam bentuk skor atau telah mengikuti tes.

2. Metode Mengajar

Di dalam setiap proses pembelajaran yang kita lakukan, kita mengharapkan hasil

yang baik. Tentu saja hasil belajar yang baik tidak akan kita dapat tanpa

menggunakan metode mengajar yang baik. Metode pembelajaran merupakan

salah satu komponen pembelajaran yang sangat penting untuk diperhatikan

dalam proses belajar mengajar.

Menurut Hamzah B.Uno (2009: 65) Metode pembelajaran merupakan cara-cara

yang digunakan pengajar atau instruktur dalam menyajikan informasi atau

pengalaman baru, menggali pengalaman peserta belajar, menampilkan unjuk

(34)

terkadang guru harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana dikelas. Di

dalam mengajar guru jarang sekali hanya menggunakan satu metode saja, karena

mereka sadar setiap metode mempunyai kelebihan dan kelemahan

masing-masing.

Materi dan metode adalah dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Materi

tanpa metodologi dirasa kurang efektif dan metodologi tanpa materi akan terasa

hampa, karena tidak ada yang diolah dan dikembangkan. Dua-duanya penting

untuk dipelajari dan dipraktikan, agar pembelajaran berjalan secara efektif dan

berkualitas tinggi.

Menurut Slameto (2000:65), metode adalah cara yang harus dilalui untuk

mencapai tujuan tertentu. Senada dengan hal tersebut Djamarah Syaiful Bahri

(2000: 19) metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan/bantuan

kepada anak didik dalam melakukan proses belajar. Menurut Djajadisastra

Yusuf, mengajar merupakan suatu usaha yang memerlukan tanggung jawab

moral yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung

pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Sedangkan

pengertian mengajar menurut Slameto (2010:85) adalah kegiatan yang

(35)

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar mengajar adalah suatu

usaha atau aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan suatu

perbuatan atau pengetahuan sebagai hasil dari interaksi dengan orang lain atau

interaksi dengan siswa.

Pengertian metode mengajar menurut Syaiful Djamarah Bahri (2000:83) suatu

cara yang bersifat netral dan umum, tidak diwarnai suatu bidang apapun, tetapi

menggunakan unsure-unsur inovatif, karena memberi alternatif yang dapat

dipergunakan di kelas.

Agar proses pembelajaran dapat mencapai tujuan pembelajaran sebagaimana

yang dikehendaki, maka dapat memilih metode mengajar yang tepat, sebab

dengan metode mengajar yang tepat memungkinkan terjadinya interaksi dan

aktivitas belajar yang optimal.

3. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan siswa

dalam mengikuti proses belajar mengajar. Penerapan model pembelajaran yang

tepat oleh guru dapat mendorong siswa untuk aktif dalam mengikuti kegiatan

belajar di dalam kelas. Dalam memilih model pembelajaran, guru harus

memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta

sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan

(36)

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata

dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode

pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi

pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah, (2) demontrasi, (3) diskusi, (4) simulasi,

(5) laboratorium, (6) pengalaman lapangan, (7)brainstorming, (8) debat, (9)

symposium, dan sebagainya (Kokom Komalasari, 2010: 56)

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran

melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerjasama dalam memaksimalkan

kondisi kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Depdiknas, 2003: 5).

Komalasari dalam Ben dan Ericksoon (2001: 62) mengemukakan bahwa

cooperative learning(pembelajaran kooperatif) merupakan strategi pembelajaran

yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil

di mana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajarn kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran di mana siswa belajar

dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya

terdiri dari 2 sampai 5 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat

heterogen. Keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan

aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok

(37)

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yaitu siswa

belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan dikelompokan dengan tingkat

kemampuan yang berbeda. Jadi disetiap kelompok terdapat peserta didik yang

berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Dalam menyelesaikan tugas, semua

anggota saling membantu dan bekerjasama untuk memahami bahan pelajaran.

Apabila salah satu anggota kelompok belum bisa menguasai bahan pelajaran

maka belajar belum dianggap selesai.

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe GI (Group Investigation)

Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman

dalam melakukan kegiatan. Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau

desain; (2) suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu

proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati; (3) suatu

sistem asumsi-asumsi, data-data, dan referensi-referensi yang dipakai untuk

menggambarkan secara sistematis suatu obyek atau peristiwa; (4) suatu desain

yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang

disederhanakan; (5) suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau

imajiner; dan (6) penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan

menunjukkan sifat bentuk aslinya Komaruddin dalam Sagala, (2010 : 175).

Group Investigationmerupakan salah satu bentuk model pembelajaran

(38)

siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. ModelGroup Investigationdapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/06/20/)

Tipegroup investigationmelibatkan siswa sejak dalam perencanaan, baik dalam

menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe

ini menuntut para siswa untuk memiliki kemempuan yang baik dalam

berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process

skill).

Model investigasi kelompok merupakan model pembelajaran yang melatih para siswa berpartisipasi dalam pengembangan sistem sosial dan melalui pengalaman, secara bertahap belajar bagaimana menerapkan metode ilmiah untuk

meningkatkan kualitas masyarakat. model ini merupakan bentuk pembelajaran yang mengkombinasikan dinamika proses demokrasi dengan proses inquiry akademik. melalui negosiasi siswa-siswa belajar pengetahuan akademik dan mereka terlibat dalam pemecahan masalah sosial. dengan demikian kelas harus menjadi sebuah miniatur demokrasi yang menghadapi masalah-masalah dan melalui pemecahan masalah, memperoleh pengetahuan dan menjadi sebuah kelompok sosial yang lebih efektif.

(http://ekocin.wordpress.com/2011/06/17/)

Peran guru yang menggunakan modelgroup inverstigationumumnya membagi

kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan

karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok juga biasanya didasarkan atas

kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para

(39)

berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan

suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan.

Langkah-langkah metode investigasi kelompok yang dikemukakan oleh

Komalasari, (2010: 76) sebagai berikut:

a. Seleksi topik

Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang bisanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented group)yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen, baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik.

b. Merencanakan kerjasama

Para siswa dan guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopikyang telah dipilih dari langkah a) di atas.

c. Implementasi

Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dengan mendorong para siswa untuk menggunakan bebagai sumber, baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.

d. Analisis dan sintesis

Para siswa menganalisis dan menyintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkas dalam suatu

penyajian yang menarik di depan kelas. e. Penyajian hasil akhir

Semua kelompok menyajikan persentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.

f. Evaluasi

Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan . evaluasi dapat

(40)

Langkah-langkah atau teknis yang sudah diuraikan di atas dapat diterapkan pada

saat pembelajaran berlangsung untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah

ditetapkan. Dengan strategi seperti ini siswa diharapkan dapat lebih banyak

terlibat dalam proses pembelajaran tanpa harus bergantung pada guru.

5. Model Pembelajaran Langsung

Model pembelajaran langsung merupakan proses pembelajaran yang lebih

berpusat pada guru (teacher centered), menurut Arends (dalam Trianto, 2010 :

41), model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang

dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan

pengetahuan deklaratif atau pengetahuan prosedural yang tersetruktur dengan

baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi

selangkah. Menurut Sudrajat (2011 : 1) pengetahuan prosedural adalah

pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu, dan pengetahuan

deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta,

konsep, prinsip, atau generalisasi.

Pengajaran menggunakan model pengajaran langsung (Direct Instruction)

memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati dipihak guru.

Agar efektif pengajaranDirect Instructionmensyaratkan tiap detil keterampilan

atau isi didefinisikan secara seksama begitu pula pada pelaksanaan demonstrasi.

Hal ini sesuai dengan pendapat Kardi (dalam Trianto, 2010 : 43) dalam model

(41)

mencapai tujuan pembelajaran harus seefisisen mungkin, sehingga guru dapat

merancang dengan tepat waktu yang diguanakan.

Pada model pengajaran langsung memiliki ciri-ciri yaitu:

1. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk

prosedur penilaian belajar

2. Sintaks atau pola keselurahan atau alur kegiatan pembelajaran, dan

3. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar

kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.

Trianto (2010 : 41)

Penyampaian materi dengan model pembelajaran langsung dapat berupa

ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktik, dan kerja kelompok. Hal ini sesuai

dengan pendapat Roy Killen (dalam Sugiharto, 2011 : 2) bahwaDirect

Instructionmerujuk pada berbagai teknik pembelajaran ekspositori (pemindahan

pengetahuan dari guru kepada murid secara langsung, misalnya melalui ceramah,

demonstrasi, dan tanya jawab) yang melibatkan seluruh kelas. Pendekatan dalam

model pembelajaran ini berpusat pada guru di mana guru menyampaikan isi

akademik dalam format yang sangat terstruktur, mengarahkan kegiatan para

siswa, dan mempertahankan fokus pencapaian akademik.

Pada model pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting. Guru

mengawali pelajaran dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang

(42)

Sintak model pengajaran langsung tersebut disajikan dalam lima tahap, seperti

ditunjukkan dalam tabel 2 berikut.

Tabel 2. Sintak model pengajaran langsung

Fase Peran guru

Fase 1

Menyampaiakan tujuan dan mempersiapkan siswa

Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pembelajaran, pentingnya pelajaran,

mempersiapkan siswa untuk belajar Fase 2

Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan

Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap

Fase 3

Membimbing pelatihan

Guru merencanakan atau memberi bimbingan pelatiahan awal

Fase 4

Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik Fase 5

Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan

Guru mempersiapkan kesempatan melakuakan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-sehari

Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2010 : 43)

6. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang ada kaitannya dengan pokok masalah ini dan

(43)

Tabel 3. Hasil Penelitian yang Relevan

No Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Mahfud Fauzi (GI) dan Tipe Number

Head Together(NHT)

Ditinjau dari Jumlah Indikator yang Belum Tuntas ( Studi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Gunung Agung Tulang Bawang Barat (NHT) pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Gunung Agung Tulang Bawang dan kelas kontrol 67,917.

2 Nika Anggel

(Kaji Tindak di SMP Negeri 16 Bandar

> 62,5 dengan nilai

(44)

B. Kerangka Pikir

Hasil belajar yang baik tentunya sangat diharapkan oleh siswa dalam kegiatan

pembelajaran dikelas. Tercapainya hasil belajar yang baik oleh siswa disebabkan

oleh faktor intern yakni dari dalam diri siswa itu sendiri serta faktor ekstern.

Tingkat keberhasilan suatu proses pembelajaran ditentukan oleh tinggi rendahnya

hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar disini tentunya berkaitan juga

dengan kegiatan pembelajaran yang sudah direncanakan oleh guru. Perencanaan

yang baik akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan.

Pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dilakukan dengan membagi

siswa ke dalam beberapa kelompok dan disetiap kelompok terdiri dari 5-6 orang

siswa yang heterogen. Setiap siswa diikutsertakan sejak melakukan perencanaan

hingga pemilihan topik pada setiap pembelajaran dan cara untuk mempelajarinya

melalui investigasi. Siswa dituntut untuk memiliki keterampilan dalam

berkomunikasi maupun keterampilan dalam proses berkelompok. Dengan

keadaan seperti ini diharapkan siswa dapat berinteraksi serta dapat menguasai

materi dengan baik.

Bedasarkan pemikiran tersebut, maka disimpulkan bahwa model pembelajaran

kooperatif tipeGroup investigationdapat diterapkan karena mampu memberikan

kesempatan pada siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran serta

(45)

Kelas X3 GI

Langsung

Postes

Postes

Hasil Belajar informasi dari guru saja. Hal ini sangat berbeda dengan pembelajaran langsung

dimana proses pembelajaran lebih didomonasi oleh guru. Dengan adanya

perbedaan aktivitas tersebut, antara antara siswa yang diajar dengan model

penbelajaran kooperatif tipegroup investigationdengan siswa yang diajar

dengan model pembelajaran langsung maka hasil belajar ekonomi akan

meningkat. Bedasarkan kerangka berpikir di atas maka dapat digambarkan

sebagai berikut:

Gambar 1. Paradigma Penelitian

Sumber : Sugiono (2004 : 39)

C. Hipotesis

Rumusan hipotesis yaitu:

1. Ada perbedaan hasil belajar ekonomi antara siswa yang diberi model

pembelajaran kooperatif tipegroup investigatondengan siswa yang diberi

model pembelajaran langsung.

2. Ada peningkatan hasil belajar ekonomi antara siswa yang diberi model

pembelajaran kooperatif tipegroup investigatonlebih tinggi daripada

siswa yang diberikan model pembelajaran langsung. Pre test

(46)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

komparatif dengan pendekatan eksperimen. Penelitian komparatif merupakan

suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Menguji hipotesis komparatif

berarti menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan (sugiyono,

2005: 115). Metode yang digunakan untuk mengetahui perbedaan suatu variabel

yaitu hasil belajar ekonomi siswa dengan perlakuan yang berbeda.

Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan eksperimen,

yaitu suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap

variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat (Sugiyono, 2005:

7). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Metode

eksperimen dibedakan menjadi dua, yaitu eksperimen murni (True Eksperimen)

dan eksperimen semu (Quasi Eksperimen). Pada penelitian ini yang

digunakan adalah penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperimen).

Penelitian kuasi eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian yang mendekati

eksperimen atau eksperimen semu yaitu jenis penelitian yang tidak

(47)

relevan secara penuh. Bentuk penelitian ini banyak digunakan dalam bidang ilmu

pendidikan atau penelitian lain dengan subjek yang diteliti adalah manusia.

(Sukardi, 2003: 16).

1. Desain Eksperimen

Desain penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

desain faktorial. Menurut Sugiono (2010: 110) desain faktorial merupakan

modifikasi dari desaintrue experimental(eksperimen yang betul-betul),

yaitu dengan memperhatikan adanya variabel moderator yang

mempengaruhi perlakuan (variabel indevenden) terhadap hasil (variabel

indevenden.

Gambar 2. Desain Penelitian

R1 : O1 Y1 O2

R2 : O3 Y2 O4

Penelitian ini akan membandingkan keefekifan dua model pembelajaran

yaituGroup Investigation (GI)dan model Pembelajaran Langsung terhadap

hasil belajar ekonomi di kelas X(3) dan X(5) dengan keyakinan bahwa

mungkin kedua model pembelajaran ini mempunyai pengaruh yang berbeda

(48)

2. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam desain eksperimental dalam

penelitian ini adalah:

1. Melakukan observasi ke sekolah untuk mengetahui kelas yang akan

digunakan sebagai populasi dalam penelitian.

2. Memberikan tes awal pada semua subjek yang berkenaan dengan

variabel dependen. Tes ini juga bermanfaat untuk mengetahui

kesetaraan dua kelompok.

3. Memberikan perlakuan yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Pada kelas eksperimen guru hanya sebagai fasilitator, guru

hanya memberikan materi yang akan dibahas secara singkat kemudian

tiap kelompok akan membahas materi tersebut. Kemudian siswa

mempresentasikan hasil dari diskusi di depan kelas oleh masing-masing

kelompok. Sedangkan untuk kelas kontrol guru menyampaikan materi,

siswa mendengarkan atau menerima materi yang disampaikan oleh guru.

4. Pembelajaran pada kelas eksperimen dilakukan dalam 5 kali pertemuan

diamana setiap pertemuan 90 menit.

5. Pada akhir penelitian dilakukan tes akhir/post tes pada dua kelompok

subjek untuk mengetahui tingkat kondisi subjek yang berkenaan dengan

variabel dependen. Adapun soal yang diberikan adalah soal pilihan

(49)

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono:2010,117).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1

Way Tenong Kabupaten Lampung Barat Tahun Pelajaran 2011/2012 kelas

10 semester genap yang berjumlah 274 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi mempunyai ciri atau keadaan

tertentu yang akan diteliti. Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010: 118).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknikcluster

random sampling.Teknik ini memilih sampel bukan didasarkan individu,

tetapi lebih didasarkan pada kelompok, daerah, atau kelompok subyek yang

secara alami berkumpul bersama (Sukardi, 2003: 61).

Sampel penelitian ini diambil dari populasi sebanyak 8 kelas, yaitu X1, X2,

X3, X4,X5, X6, X7,dan X8. Hasil teknikcluster random samplingdiperoleh

kelas X3dan X5 sebagai sampel, kemudian kedua kelas tersebut diundi untuk

menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol (pembanding). Hasil undian

(50)

pembelajaran kooperatif tipegroup investigation, dan kelas X5 sebagai kelas

kontrol (pembanding) yang menggunakan model pembelajaran langsung.

Kelas X3dan X5 merupakan kelas yang mempunyai rata-rata kemampuan

akademis yang relatif sama karena dalam pendistribusian siswa tidak

dikelompokkan ke dalam kelas unggulan, atau tidak ada perbedaan antara

kelas yang satu dengan kelas yang lain walaupun dengan kelas yang bukan

termasuk ke dalam sampel.

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 64 siswa yang tersebar ke dalam 2

kelas yaitu kelas X3sebanyak 30 siswa yang merupakan kelas eksperimen

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatifgroup investigation,

dan X5sebanyak 34 siswa yang merupakan kelas kontrol (pembanding) yang

menggunakan model pembelajaran langsung.

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini merupakan variabel mandiri yaitu hasil belajar

dengan perlakuan yang berbeda.

D. Defenisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah meliputi variabel, konsep

(51)

Table 4. Defenisi Operasional Variabel

No. Variabel Konsep Variabel Indikator Skala

Pengukuran

1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil

dari suatu interaksi tindakan belajar dan mengajar Dimiyati (2006:3)

GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri

materi (informasi) pelajaran

yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet.

(Direct learning) merupakan

pengetahuan yang bersifat informasi dan procedural yang menjurus pada keterampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. (Suherman Educare: Jurnal pendidikan dan Budaya. Vol. 5. No. 2)

Kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang telah

(52)

E. Teknik Pengumpulan Data

Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data

dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

Hadi dalam Sugiyono (2008: 203) mengemukakan bahwa, observasi

merupakan sesuatu yang sangat kompleks, suatu proses yang tersusun dari

berbagai proses biologis dan psikologis. Teknik observasi dilakukan dengan

cara mengadakan pengamatan langsung tentang kegiatan proses belajar dan

pembelajaran di SMA Negeri 1 Way Tenong.

2. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang berkenaan dengan

jumlah siswa, fasilitas-fasilitas yang ada dan sejarah atau gambaran umum

mengenai SMA Negeri 1 Way Tenong.

3. Teknik Tes

Tes ini diberikan pada tahap awal dan tahap akhir. Tes awal digunakan untuk

mengetahui tingkat kemampuan awal siswa dalam pelajaran ekonomi dan tes

akhir digunakan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

F. Uji Persyaratan Instrumen

Instrumen dalam penelitian ini berupa tes. Instrumen tes diberikan pada awal

sebelum siswa diberi perlakuan(pretes) yang bertujuan untuk mengetahui tingkat

(53)

bertujuan untuk mengukur hasil belajar ekonomi siswa. Sebelum tes awal dan tes

akhir diberikan kepada siswa, maka terlebih dahulu diadakan uji coba tes atau

instrumen untuk mengetahui validitas soal, reliabilitas soal , tingkat kesukaran

soal dan daya beda soal.

1. Uji Validitas Instrumen

Suatu alat ukur yang dinyatakan valid jika alat ukur tersebut mampu mengukur apa yang harus diukur. Untuk mengukur tingkat validitas item

soal pada penelitian ini digunakan rumus korelasibiserial, sebagai berikut.

γpbi =

Suharsimi Arikunto (2005: 79)

Keterangan:

γpbi = koefisien korelasi biserial

Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang

dicari validitasnya

Mt = rerata skor total

St = standar deviasi dari skor total

P = proporsi siswa yang menjawab benar

( p = )

q = proporsi siswa yang menjawab salah.

(54)

Tabel 5 . Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

Antara 0, 800 sampai dengan 1, 00 Antara 0, 600 sampai dengan 0, 800 Antara 0, 400 sampai dengan 1, 600 Antara 0, 200 sampai dengan 1, 400 Antara 0, 00 sampai dengan 0, 200

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah

Suharsimi Arikunto (2005: 75)

Kriteria pengujian, apabila rhitung ≥ rtabelmaka item tersebut dinyatakan

valid. Demikian pula sebaliknya apabila nilai rhitung ≤ rtabel maka item

tersebut dinyatakan tidak valid.

Tabel 6 . Hasil Uji Validitas Soal

No rhitung rtabel kesimpulan keterangan

1 0,419 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid

2 0,569 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid

3 0,371 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid

4 0,455 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid

5 0,398 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid

6 0232 0,349 rhitung < rtabel Tidak Valid

7 0,394 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid

8 0,472 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid

9 0,450 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid

10 0,374 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid

11 0,418 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid

12 0,399 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid

13 0,220 0,349 rhitung < rtabel Tidak Valid

14 0,375 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid

15 0,393 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid

16 0,412 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid

17 0,385 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid

18 0,379 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid

19 0,396 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid

20 0,387 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid

21 0,366 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid

(55)

23 0,449 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid

24 0,393 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid

25 0,441 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid

26 0,402 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid

27 0,392 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid

28 0,425 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid

29 0,385 0,349 rhitung ≥ rtabel Valid

30 0,074 0,349 rhitung < rtabel Tidak Valid

Sumber: data diolah

Dalam perhitungan uji validitas soal pretest dari 30 item soal terdapat 3 item

yang tidak valid yaitu item soal nomor 6, 13, dan 30. Soal-soal yang tidak

valid tersebut didrop.

2. Uji Reabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah ketepatan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang

sama. Uji reliabilitas item soal pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan rumus KR-21, yaitu:

r11= 

Suharsimi Arikunto (2005: 103).

Keterangan:

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

n = banyaknya item

M = mean atau rerata skor total

S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians).

(56)

Tabel 7. Kategori Besarnya Reliabilitas

Nilai r11 Keterangan

0,8 - 1,000

Sumber : Suharsimi Arikunto (2005:276)

Hasil perhitungan uji reabilitas soal pretest dan tes hasil belajar adalah 0,762

berarti soal tersebut tergolong soal yang memiliki tingkat reabilitas sangat

tinggi.

3. Tingkat Kesukaran

Untuk menguji taraf kesukaran soal tes yang digunakan dalam penelitian ini

digunakan rumus:

P = JS

B

Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

(57)

Tabel 8. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal

No B JS TS Keterangan

1 23 30 76,67 Mudah

2 17 30 56,67 Sedang

3 21 30 70,00 Mudah

4 8 30 26,67 Sukar

5 22 30 73,34 Mudah

6 18 30 60,00 Sedang

7 15 30 50,00 Sedang

8 13 30 43,33 Sedang

9 18 30 60,00 Sedang

10 20 30 66,67 Mudah

11 13 30 50,00 Sedang

12 20 30 43,33 Sedang

13 18 30 66,67 Mudah

14 20 30 60,00 Sedang

15 16 30 66,67 Mudah

16 14 30 53,33 Sedang

17 16 30 46,67 Sedang

18 16 30 53,33 sedang

19 14 30 46,67 Sedang

20 9 30 30,00 Sukar

21 17 30 56,67 Sedang

22 17 30 56,67 Sedang

23 14 30 46,67 Sedang

24 14 30 46,67 Sedang

25 15 30 50,00 Sedang

26 11 30 36,67 Sedang

27 15 30 50,00 Sedang

28 19 30 63,64 Mudah

29 12 30 40,00 Sedang

30 15 30 50,00 Sedang

Sumber: Hasil data diolah

Hasil tes kemampuan awal dan hasil belajar dari 30 soal terdapat 7 soal yang

tergolong mudah (nomor 1, 3, 5, 10, 13, 15, 28), 21 soal tergolong sedang

(nomor 2, 6, 7, 8, 9, 11, 12 , 14, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29,

(58)

4. Daya Beda

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan

antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang

berkemampuan rendah. Adapun rumus untuk menentukan indeks diskriminasi,

yaitu :

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu

benar

= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB=

B B

J B

= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar. (Suharsimi Arikunto, 2005:213-214)

Klasifikasi daya pembeda menurut Suharsimi Arikunto (2005: 218) yaitu:

D = 0,00 – 0,20 : jelek (poor)

D = 0,20 – 0,40 : cukup (satisfactory)

D = 0,40 – 0,70 : baik (good)

D = 0,70 – 1,00 : baik sekali (excellent)

D = negatif : semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang

(59)

Tabel 9. Hasil Uji Daya Pembeda

No. BA JA BB JB D Keterangan

1 10 10 2 10 0.8 Baik Sekali

Hasil perhitungan daya beda pretest dari 30 item soal terdapat 5 soal

tergolong baik sekali ( soal 1, 8, 10, 21, 23 ), 14 soal tergolong baik (3, 4, 5, 7,

9, 12, 13, 15, 16, 20, 22, 27, 28, 30) dan 11 soal tergolong cukup (2, 6, 11, 14,

(60)

G. Uji Persyaratan Analiisis Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan adalah ujiLilieforsberdasarkan sampel yang

akan di uji hipotesisnya, apakah sampel berdistribusi normal atau sebaliknya

dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Lo = F (Zi) – S (Zi)

(Sudjana, 1996 : 466)

Keterangan:

Lo = Harga mutlak terbesar

F (Zi) = Peluang angka baku S (Zi) = Proporsi angka baku.

Kriteria pengujiannya adalah jika Lhitung< Ltabeldengan taraf signifikansi 0,05,

maka variabel tersebut berdistribusi normal, demikian pula sebaliknya.

(Sudjana, 2005 : 467).

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas menggunakan rumus uji F:

F =Varian terbesar Varian terkecil

(61)

Dalam hal ini berlaku ketentuan bahwa bila harga Fhitung ≤Ftabel maka data

sampel akan homogen, dengan taraf signifikansi 0,05 dan dk (n1–1 ; n2–1).

H. Teknik Analisis Data

1. T-Test Dua Sampel Independen

Terdapat beberapa rumus t-test yang digunakan untuk pengujian hipotesis

komparatif dua sampel independen, yaitu:

t =

(separated varians)

t =

(polled varians)

Keterangan:

= rata-rata hasil belajar ekonomi siswa yang diajar dengan menggunakan

pembelajaran kooperatif tipegroup investigation

= rata-rata hasil belajar ekonomi siswa yang diajar dengan menggunakan

pembelajaran langsung

2 1

S = varians total kelompok 1

2 2

S = varians total kelompok 2

1

n = banyaknya sampel kelompok 1

2

Gambar

Tabel 1. Hasil belajar ekonomi siswa kelas X Semester Ganjil SMA N 1Way Tenong TP 2011/2012
Tabel 2. Sintak model pengajaran langsung
Tabel 3. Hasil Penelitian yang Relevan
Gambar 1. Paradigma Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tahap Aplikasi Adsorben dalam Pemurnian Minyak Goreng Bekas Pakai terdiri dari proses filtrasi minyak goreng bekas pakai yang digunakan pada tahap kajian pengaruh

PP ini diha- an pemerintah maupun pemerintah rapkan menjadi dasar untuk melaku- i daerah yang ironinya, di satu sisi, ma- kan tata hutan nasional, perencanaan : sih

ANALISIS KESANTUNAN TINDAK TUTUR PADA KUMPULAN CRITA CEKAK BLANGKON SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI AJAR PEMBELAJARAN BERBICARA BAHASA JAWA SMP.. Skripsi, Surakarta:

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDA AAN DIREKTORAT JENDERAL. GURU DAN

[r]

Penilaian masyarakat tersebut sangat mungkin akan berpengaruh terhadap anak-anaknya, apalagi ketika anak-anak tersebut sudah mulai masuk pada periode remaja, periode ini anak

[r]