• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Saluran Tataniaga Sawi Di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Saluran Tataniaga Sawi Di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SALURAN TATANIAGA SAWI DI KELURAHAN

TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN

SKRIPSI

Oleh:

HIRORIMUS LIMBONG 080304078

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS SALURAN TATANIAGA SAWI DI KELURAHAN

TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN

SKRIPSI

Oleh:

HIRORIMUS LIMBONG 080304078

AGRIBISNIS

Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Ir. Iskandarini, MM, Phd) (Ir. Sinar Indra Kusuma, M.Si NIP : 196405051994032002 NIP : 196509261993031002

)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

HIRORIMUS LIMBONG (080304078), dengan judul “ANALISIS SALURAN TATA NIAGA SAWI (Studi Kasus :Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan”. Penelelitian ini dibimbing oleh ibu Ir.Iskandarini, MM dan Bapak Ir.Sinar Indra Kusuma, M,si.

Penelitian ini dilakukan bulan Maret tahun 2013 di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan yang dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut memiliki banyak petani dengan usahatani Sawi.

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengidentifikasi saluran tataniaga di daerah penelitian, Untuk menganalisis besarnya biaya tataniaga, price spread dan

share margin setiap saluran tataniaga sawi di daerah penelitian dan Untuk menganalisis tingkat efesiensi tataniaga sawi di daerah penelitian.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan:

1. Pada tingkatan petani, price spread untuk biaya tataniaga adalah sebesar Rp. 52,- dengan share marginnya sebesar 0,94%. Pada tingkatan pedagang pengumpul, price spread untuk biaya tataniaga adalah sebesar Rp. 225,- dengan share marginnya sebesar 4,09%. Sedangkan untuk pedagang pengecer, price spread untuk biaya tataniaga adalah sebesar Rp. 212,- dengan share marginnya sebesar 3,85%.

2. Biaya tata niaga, sebaran harga (price spread) dan persentasi mergin (share margin) pedagang yang menyalurkan sayuran sawi,pedagang pengumpul memperoleh keuntungan yang paling besar di banding lembaga tata niaga yag lain yang terlibat dalam saluran pemasaran. Saluran tata niaga sayuran sawi yang ada di daerah penelitian efesien.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Hirorimus Limbong, Lahir di Lobutua pada tanggal 4 November 1989. Anak

ketujuh dari tujuh bersaudara dari ayahanda Alm. L. Limbong dan E. Br

Manullang.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah

1. Tahun 1995 masuk Sekolah Dasar Negeri 153033 Ladang Tengah tamat

pada Tahun 2001

2. Tahun 2001 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Barus tamat pada

Tahun 2004

3. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Atas Katolik Budi Murni 2 Medan

tamat pada Tahun 2007

4. Tahun 2008 menempuh pendidikan di Universitas Sumatera Utara,

Fakultas Pertanian, Program Studi Agribisnis

Selama perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi IMASEP (Ikatan

Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian), dan POPMASEPI (Perhimpunan

Organisasi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia).

Penulis melaksanakan penelitian Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa

Pematang Sei Baru, Kecamatan Tanjung Balai, Kabupaten Asahan. Dan

Melaksanakan penelitian skripsi di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat

dan kasih-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan masa perkuliahan dengan

skripsi yang berjudul ANALISIS SALURAN TATANIAGA SAWI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan.

1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, M. S, sebagai ketua Departemen Agribisnis, Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara, yang telah memimpin dan

mengelola institusi pendidikan di tingkat departemen sekaligus anggota

komisi pembimbing penulis.

2. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. S, sebagai sekretaris Departemen

Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, yang telah

membantu dalam mengelola institusi pendidikan di tingkat departemen.

3. Ibu Iskandarini, MM, sebagai ketua komisi pembimbing yang telah

banyak memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan kepada Penulis.

4. Bapak Ir. Sinar Indra Kusuma, M. si sebagai Anggota komisi pembimbing

yang memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan kepada Penulis.

5. Dosen penguji skripsi Bapak/Ibu dan Bapak/Ibu yang telah bersedia menguji

Penulis dan memberikan masukan.

6. Seluruh staf pengajar di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian,

(6)

7. Seluruh instansi, petani, dan pedagang yang terkait dengan penelitian

Penulis

8. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, namun telah

ikut membantu Penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Secara khusus, Penulis mengucapkan terima kasih, atas segala bantuan, doa, dan

semangat, kepada ayahanda tercinta Alm. L. Limbong, ibunda tercinta Ibu E. Br

Manullang, abg dan kakak penulis yang memberikan dukungan moril serta

sahabat yang mendampingi penulis dengan setia, Ivony Sarah A Saragih. Penulis

juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman penulis yang telah

memberikan motivasi selama masa perkuliahan Dian Avilla, Martin Pasaribu, Eva

Amalia, Anggun Nurul Mauliddar, Anggi Umar, Reza Adiguna, Boim Tanjung,

Hendrik Nadapdap serta semua rekan-rekan di Departemen Agribisnis Stambuk

2008 yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu.

Sebagai sebuah karya ilmiah, skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan yang

disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki Penulis. Masukan dan

saran akan sangat berarti agar skripsi ini dapat dikembangkan dengan

penelitian-penelitian selanjutnya. Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi semua pihak

Medan, September 2013

(7)

DAFTAR ISI

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 6

2.1.1 Tataniaga ... 9

2.2 Landasan Teori ... 12

2.3 Kerangka Pemikiran ... 23

2.4 Hipotesis Penelitian ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 27

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 27

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 27

3.4 Metode Analisis Data ... 28

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 29

3.5.1 Definisi ... 29

3.5.2 Batasan Operasional ... 30

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 31

4.1.1 Letak Geografis, Batas, dan Luas Wilayah ... 31

4.1.2 Penggunaan Tanah ... 32

(8)

4.1.4 Sarana dan Prasarana... 37 4.2 Karakteristik Petani Sampel ... 40

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Saluran Tataniaga Sawi di Daerah Penelitian ... 43 5.2 Biaya Tataniaga, (price spreed), Persentase Margin (share

margin), dan Saluran Tataniaga Sawi di Daerah Penelitian... 45 5.3 Tingkat Efisiensi Tataniaga Usahatani Sawi di Daerah

Penelitian ... 47

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 49 6.2 Saran ... 49

(9)

DAFTAR TABEL

No Keterangan Hal

1 Produksi Sayuran Per Kecamatan di Kota Medan Tahun 2011 (ton) 3

2 Luas Lahan Pertanaman Sayuran di Kecamatan Medan Marelan Tahun 2011

4

3 Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Terjun Tahun 2012 32

4 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Terjun Tahun 2012

33

5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2012 34

6 Distribusi Penduduk Berdasarkan Etnis Tahun 2012 35

7 Distribusi Penduduk Berdasarkan Lingkungan Tahun 2012 36

8 Sarana dan Prasarana Desa Terjun Tahun 2011 38

9 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama/Aliran Kepercayaan Tahun 2012

39

10 Karakteristik Petani Sampel Tahun 2012 40

11 Biaya Tata niaga (Price spread),persentase margin (share margin)

Petani Sawi di Daerah Penelitian

(10)

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Hal

1 Skema Kerangka Pemikiran 25

(11)

ABSTRAK

HIRORIMUS LIMBONG (080304078), dengan judul “ANALISIS SALURAN TATA NIAGA SAWI (Studi Kasus :Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan”. Penelelitian ini dibimbing oleh ibu Ir.Iskandarini, MM dan Bapak Ir.Sinar Indra Kusuma, M,si.

Penelitian ini dilakukan bulan Maret tahun 2013 di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan yang dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut memiliki banyak petani dengan usahatani Sawi.

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengidentifikasi saluran tataniaga di daerah penelitian, Untuk menganalisis besarnya biaya tataniaga, price spread dan

share margin setiap saluran tataniaga sawi di daerah penelitian dan Untuk menganalisis tingkat efesiensi tataniaga sawi di daerah penelitian.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan:

1. Pada tingkatan petani, price spread untuk biaya tataniaga adalah sebesar Rp. 52,- dengan share marginnya sebesar 0,94%. Pada tingkatan pedagang pengumpul, price spread untuk biaya tataniaga adalah sebesar Rp. 225,- dengan share marginnya sebesar 4,09%. Sedangkan untuk pedagang pengecer, price spread untuk biaya tataniaga adalah sebesar Rp. 212,- dengan share marginnya sebesar 3,85%.

2. Biaya tata niaga, sebaran harga (price spread) dan persentasi mergin (share margin) pedagang yang menyalurkan sayuran sawi,pedagang pengumpul memperoleh keuntungan yang paling besar di banding lembaga tata niaga yag lain yang terlibat dalam saluran pemasaran. Saluran tata niaga sayuran sawi yang ada di daerah penelitian efesien.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia sentral produksi sayuran masih terpusat di daerah-daerah dataran

tinggi. Dataran rendah yang arealnya lebih luas justru jarang terkenal sebagai

sentral produksi sayuran. Kota-kota besar yang kebanyakan terletak didaerah

dataran rendah setiao hari mendatangkan sayur dalam jumlah besar dari daerah

dataran tinggi. Padahal potensi untuk menjadi daerah penghasil sayur sangatlah

besar (Nazaruddin, 2002).

Besarnya jumlah konsumen sayuran di dalam negeri menyebabkan ribuan ton

sayur segar ludes diserbu pembeli setiap hari. Belum lagi sayuran dikirim untuk

konsumen luar negeri. Alam Indonesia yang subur, kaya dengan aneka ragam

tanaman sayur sehhingga konsumen mempunya berbagai alternatif pilihan

(Nazaruddin, 2002).

Fluktuasi harga sayuran pada umumnya lebih tinggi dibanding buah, padi dan

palawija dengan kata lain ketidakseimbangan antara volume pasokan dan

kebutuhan konsumen lebih sering terjadi pada sayuran. Marjin pemasaran sayuran

juga relatif tinggi. Sebaliknya harga yang diterima petani dan transmisi harga dari

daerah konsumen ke daerah produsen rendah. Kondisi tersebut tidak kondusif

bagi upaya pengembangan agribisnis dan peningkatan daya saing agribisnis

sayuran yang dicirikan oleh kemampuan merespon dinamika pasar secara efektif

dan efisien (Irawan, 2007).

(13)

diuntungkan. Oleh karena itu peran lembaga pemasaran yang biasanya terdiri dari

produsen, tengkulak, pedagang pengumpul, broker, eksportir, importir dan yang

lainnya menjadi amat penting. Biasanya pada negara berkembang, lembaga

pemasaran untuk pemasaran hasil pertanian masih lemah (Soekartawi, 2003).

Tanaman sawi (Brasicca juncea L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Jenis sayuran ini mempunyai prospek yang

baik untuk dikembangkan karena mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi.

Keadaan alam indonesia memungkinkan dilakukannya pembudidayaan berbagai

jenis tanaman sayuran, baik yang lokal maupun yang berasal dari luar negeri. Hal

tersebut menyebabkan indonesia ditinjau dari aspek klimatologis sangat potensial

dalam usaha bisnis sayur-sayuran (Haryanto dkk,2000).

Sawi banyak dijadikan sebagai peluang bisnis karena peminatnya yang cukup

banyak. Permintaan pasarnya juga cukup stabil, sehingga resiko kerugian petani

sangat kecil. Hal ini tentu memberikan prospek bisnis yang cukup cerah bagi para

petani sawi karena permintaan pasarnya yang cukup tinggi (Margiyanto, 2007).

Masalah yang dihadapi petani ini menyebabkan rendahnya keuntungan yang

diperoleh petani, karena itu diperlukan strategi untuk memperkecil berbagai

masalah tersebut dengan program terpadu. Untuk itu diperlukan paket teknologi

budidaya yang tangguh, informasi pasar yang benar, sarana dan prasarana

termasuk transportasi pemasaran serta tersedianya sistem kelembagaan usaha tani,

termasuk permodalan, pelatihan tenaga kerja serta koperasi (Ashari, 1995).

Perbedaan harga petani dengan harga yang diterima konsumen menjadi suatu

pertanyaan apakah rantai tataniaga sawi di Kelurahan Terjun Kecamatan Marelan

(14)

maka tataniaga tersebut semakin efisien.Kebanyakan dalam rantai tataniaga suatu

hasil pertanian, keuntungan yang diperoleh lembaga tataniaga (middleman) lebih besar daripada keuntungan yang diperoleh konsumen. Panjang pendeknya rantai

tataniaga sawi juga menjadi salah satu indikator tingkat efisiensi tataniaga sawi,

karena semakin kompleks rantai tataniaga sawi, maka harga sawi yang diterima

konsumen akan semakin mahal. Hal itu menyebabkan tataniaga sawi akan tidak

efisien.Kecamatan Medan Marelan memiliki potensi pertanian sayuran. Pada tabel

di bawah ini ditunukkan produksi (ton) sayuran tahun 2011 setiap kecamatan

dikota medan.

Tabel 1. Produksi Sayuran Per Kecamatan di Kota Medan Tahun 2011 (ton)

No Kecamatan

(15)

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa Kecamatan Medan Marelan merupakan Daerah

yang Produksi sayurannya tertinggi diantara kecamatan Medan Marelan

Merupakan sentra produksi sayur-sayuran dan merupakan daerah pengembangan

agribisnis sayur-mayur di kota Medan. Berikut akan di jelas luas pertanaman

sayuran di Kecamatan Medan Marelan.

Tabel 2. Luas Lahan Pertanaman Sayuran di Kecamatan Medan Marelan tahun 2010.

Dari tabel 2 diatas dapat dlihat bahwa Kelurahan Terjun merupakan daerah yang

paling luas menanam sawi yaitu 40 Ha di Kecamatan Medan

Marelan.Berdasarkan data ini, Kelurahan Terjun dapat dijadikan sebagai objek

penelitian.

Kelurahan Terjun Kecamatan Marelan merupakan daerah sentral produksi sawi di

Kota Medan. Pemasaran sawi di daerah ini terdiri dari beberapa pelaku tataniaga

seperti produsen, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Masing-masing

pelaku tataniaga akan memperoleh keuntungan tergantung pada biaya yang

dikeluarkan dan harga jual. Harga yang diterima konsumen akan menentukan

(16)

dilakukan penelitian tentang analisis saluran tataniaga sawi di Kelurahan Terjun,

Kecamatan Marelan, Kota Medan

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan beberapa permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk saluran tataniaga sawi di daerah penelitian ?

2. Berapa biaya tataniaga, price spread dan share margin disetiap saluran tataniaga sawi di daerah penelitian?

3. Bagaimana tingkat efesiensi tataniaga sawi di daerah penelitian ?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengidentifikasi saluran tataniaga di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis besarnya biaya tataniaga, price spread dan share margin setiap saluran tataniaga sawi di daerah penelitian.

3. Untuk menganalisis tingkat efesiensi tataniaga sawi di daerah penelitian.

1.4Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi bagi petani sawi dalam memasarkan atau

mengembangkan hasil usahataninya dalam mendapatkan keuntungan yang

diinginkan

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan untuk perbaikan

(17)

3. Sebagai bahan imformasi dan refrensi bagi pihak-pihak yang

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka Sawi

Sawi (Brassica juncea) sudah lama dikenal diberbagai negara. Tanaman ini diperkirakan berasal dari daratan Asia Tengah dan menyebar ke dunia Eropa

melalui Yunani. Bagaimana sawi masuk ke Indonesia untuk dikeahui dengan

pasti, tetapi saaat ini sawi sudah merupakan sayuran yang sangat dikenal di

berbagai golongan masyarakat Indonesia (Novary, 1999).

Sawi (Brassica juncea) berbeda dengan Petsai (Brassica chinensis). Petsai adalah tanaman dataran tinggi sementara sawi bisa juga ditanam di dataran rendah.

Batang sawi ramping dan lebih hijau sedangkan batang petsai gemuk dan

berkelompok dengan daun putih kehijauan. Ciri sawi yang khas ialah berdaun

lonjong, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Sawi yang banyak ditanam di

Indonesia sebenarnya dikenal juga dengan nama caisim (Nazaruddin,

2002).

Sawi dapat di tanam di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Akan tetapi

umumnya sawi diusahakan orang di dataran rendah, yaitu di pekarangan , di

ladang, atau di sawah, jarang diusahakan di daerah pegunungan. Tanaman sawi

termasuk tanaman sayuran yang tahan terhadap hujan. Sehingga ia dapat ditanam

di sepanjang tahun, asalkan pada saat musim kemarau disediakan air yang cukup

(19)

memgandung humus, dan drainase baik dengan derajat keasaman (pH) 6-7 (Tim

Penulis PS, 1993).

Tanaman sawi , seperti halnya produk pertanian pada umunya merupakan

komoditi yang mempunyai masa kesegaran yang relatif pendek. Untuk itu,

masalah pengangkutan, pengemasan, penyimpanan dan pemasaran perlu

mendapat perhatian dalam pengelolaan pemasaran komoditi ini. Hal-hal tersebut

perlu dilakukan secepatnya. Jika terlambat atau tidak ditangani dengan baik, sawi

akan gampang rusak dan tidak laku dijual atau harganya rendah sehingga dapat

menyebabkan kerugian.

Sayuran dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis berdasarkan bagian yang

dikomsumsi. Kelompokkan yang pertama adalah sayuran buah, yaitu jenis

tanaman yang dimamfaatkan jenis buahnya seperti tomat. Kelompok yang lain

adalah sayuran daun, yaitu tanaman yang dimamfaatnkan daunnya untuk

dikomsumsi. Selain daunnya, pada umumnya konsumen juga mengkonsumsi

batang bagian atas dan pucuk daun seperti selada, bayam, dan kangkung.

Selanjutnya adalah sayuran umbi, yaitu kelompok sayuran sayuran yanng bagian

umbinya dikonsumsi oleh konsumen. Yang termasuk dalam sayuran umbi adalah

wortel, lobak, bawang, dan lain-lain (Yati Supriati,2010).

Menurut Novary (1999), adapun varietas atau jenis-jenis sawi yaitu :

1. Sawi putih atau sawi jabung

Sawi ini memang banyak dikomsumsi oleh masyarakat karena rasanya paling

enak diantara jenis sawi lainnya. Daunnya lebar, berwarna hijau tua,

(20)

varietas rugosa dan varietas prain. Varietas yang terakhir merupakan varietas

pendatang dari luar negeri.

2. Sawi hijau

Sawi hijau mempunyai rasa agak pahit sehingga jarang dikomsumsi segar.

Untuk menghilangkan rasa pahit tersebut sawi ini sering diasinkan. Sawi asin

dapat diolah menjadi berbagai jenis masakan. Ukuran sawi hijau lebih kecil

daripada sawi putih. Daunnya lebar mirip sawi putih, tapi warna hijaunya

lebih tua. Batangnya sangat pendek dan tangkai daunnya pipih serta sedikit

berliku, tetapi kuat.

3. Sawi huma

Disebut sawi huma karna jenis sawi ini menyukai tempat-tempat kering

seperti tegalan atau huma. Jenis sawi ini memiliki daun yang sempit dengan

warna hijau keputih putihan. Batangnnya kecil dan panjang dengan tangkai

yang bersayap. jenis sawi ini cukup digemari konsumennya.

4. Sawi bakso atau caisim

Sawi ini dikenal juga dengan nama sawi cina tapi umumnya digunakan untuk

masakan-masakan cina. Daunnya lebar memanjag, tipis, dan berwarna hijau.

Sawi ini bertangkai panjang, langsing, dan berawarna hijau keputihan.

Rasanya pun ckup enak, renyah,segar, dan tidak terlalu pahit.

5. Sawi keriting

Dari namanya dapat diduga bahwa daun sawi jenis ini keriting. Daunnya

berwarna hijau dan mulai tumbuh dari pangkal tangkai daun yang berwarna

(21)

6. Sawi monumen

Sawi monumen tumbuh tegak dan berdaun kompak sehingga menyerupai tugu

atau monumen. Daunnya berwarba hijau segar dengan tangkai lebar dan

tulang daun berwarna putih. Dari sekian jenis sawi, sawi inilah yang paling

besar dan paling berat.

Pendukung dalam tataniaga sawi mempunyai peranan penting dalam sistem

distribusinya adalah petani, pedagang perantara dan konsumen. Ketiganya

mempunyai fungsi dan peranan masing-masing dalam rentetan jalur tataniaga

komoditi ini.

Petani sebagai produsen sawi merupakan orang yang langsung berhubungan

dengan proses produksi. Mutu sawi yang secara langsung juga menentukan tinggi

rendahnya harga, merupakan tanggung jawab yang di pegangnya. Pemilihan jalur

tataniaga selanjutnya juga sangat menentukan lancar tidaknya pemasaran

komoditi ini.

2.2 Tataniaga

Secara umum pemasaran dianggap sebagai proses aliran barang yang terjadi

dalam pasar.dalam pemasaran ini barang mengalir dari produsen kepada

konsumen akhir yang disertai penambahan guna bentuk melalui proses

pengolahan, guna tempat melalui proses pengangkutan dan guna waktu melalui

proses penyimpanan. Peranan agribisbis dalam suatu negara agraris seperti

Indonesia adalah besar sekali.hal ini disebabkan oleh karena cakupan aspek

agribisnis adalah meliputi kaitan mulai dari proses produksi, pengolahan sampai

(22)

Pemasaran sebagai kegiatan produksi mampu meningkatkan guna tempat, guna

bentuk dan guna waktu. Dalam menciptakan guna tempat, guna bentuk dan guna

waktu ini memerlukan biaya pemasaran.Pemasaran produk agraris, cenderung

merupakan proses yang kompleks, sehingga saluran distribusi lebih panjang dan

mencakup lebih banyak perantara. Ada beberapa ciri produksi pertanian yang

mempengaruhi hasil-hasil pertanian: pertama, produksi dilalukan secara

kecil-kecilan. Kedua, produksi terpencar. Ketiga, produksi musiman, menyebabkan

kesulitan dalam tataniaganya, dimana harus ada fasilitas-fasilitas penyimpanan

yang sudah pasti menyebabkan bertambahnya biaya tataniaga. Biaya pemasaran

ini diperlukan untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran oleh lembaga-lembaga

pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran dari produsen kepada konsumen

akhir. Pengukuran kinerja pemasaran ini memerlukan ukuran efisiensi pemasaran

(Soekartawi,2002).

Sistem pemasaran yang kurang efisien ini akan mengakibatkan biaya pemasaran

yang relatif besar. Dengan demikian akan mengakibatkan harga jual produk hasil

pertanian menjadi tinggi. Tingginya biaya pemasaran ini akan dibebankan kepada

produsen dengan menekan tingkat harga dan menaikkan harga dikonsumen,

sehingga produsen dan konsumen akan dirugikan (Ginting,2006).

Dalam tataniaga hasil-hasil pertanian umumnya ada tiga tahap proses

penyampaian komuditas atau barang mulai dari produsen sampai kepada

konsumen. Tahap-tahap tersebut adalah 1) Proses konsentrasi dimana pedagang

perantara mengumpulkan barang-barang dari produsen dan pedagang besar

mengumpulkan barang-barang dari pedagang pengumpul ; 2) Proses equalisasi

(23)

kepasar ; 3) Proses diversi yaitu proses penjualan barang dari pedagang besar

sampai kepada konsumen (Ginting,2006).

Dalam rantai tataniaga posisi petani tergolong lemah karna penawarannya sedikit,

kebanyakan produknya merupakan produk massa yang homogen, produknya

sering kurang tahan lama, pengangkutannya sering sukar, petani sering kurang

sekali dalam mendapatkan informasi tentang harga, dan pengaruh kebutuhan

kredit terhadap posisi tataniaga, dalam hal ini kebutuhan petani akan uang tunai

merupakan faktor yang penting dalam kebijaksanaan tataniaga petani

(Kartasapoetra, 1992).

Sejalan dengan batasan tataniaga yang menghubungkan sektor produksi dengan

sektor konsumen, maka diantara produsen dengan konsumen ada “jarak” yang

ditempuh oleh komuditi sebelum sampai kekonsumen. Disepanjang perjalanan

komuditi tersebut terdapat pihak-pihak sebagai perantara yang terdiri dari

pedagang dll. Jumlahnya tidak selalu sama, ada yang dua saja, ada yang tiga

bahkan lebih. Mereka ini biasanya disebut sebagai lembaga tataniaga. Lembaga

tataniaga merupakan pihak-pihak yang secara langsung menangani perjalanan

suatu komuditi. Lembaga tataniaga dalam penyempurnaan dan perbaikan

tataniaga ditujukan terutama pada kelancaran tataniaga, seperti dapat mengadakan

tempat, jumlah barang, keadaan barang, dan sebagainya yang ddiminta konsumen

dalam keadaan sempurna (Gultom,1996).

Biaya tataniaga terjadi sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan fungsi-fungsi

tataniaga. Biaya tataniaga menjadi bagian tambahan harga pada barang-barang

yang harus ditanggung oleh konsumen. Komponen biaya tataniaga petani terdiri

(24)

tataniaga yang berperan secara langsung dan tidak langsung dalam proses

perpindahan barang dan keuntungan yang diambil oleh perantara atas jasa

modalnya (Gultom,1996)

Lembaga pemasaran adalah badan atau usaha atau individu yang

menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komuditi dari produsen

kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau

individu lainnya. Lembaga pemasaran ini timbul karena adanya keinginan

konsumen untuk memperoleh komuditi yang sesuai dengan waktu, tempat dan

bentuk keinginan konsumen. Tugas lembaga pemasaran ini adalah menjalankan

fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal

mungkin. Konsumen memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran ini

berupa margin pemasaran (Sudiyono,2004).

2.3 Landasan Teori

Tataniaga secara umum adalah suatu proses sosial dan managerial dimana

individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan melalui

penawaran dan pertukaran produk yang bernilai dengan individu dan kelompok

lain. Dalam penyampaian barang kepada individu dan kelompok maka diperlukan

suatu sistem managerial yang baik sehingga tidak saling merugikan antara

masing-masing midleman (Kotler, 1993).

Sistem adala kumpulan kumpulan komponen yang saling berinteraksi atau saling

bergantung yang dikoordinasikan sedemikia rupa sehingga membentuk suatu

kebulatan dan dioorganisir sehingga mencapai tujuan tertentu (Swastha, 1996)

Sistem tata niaga merupakan pemasaran atau distribusi, yaitu kegiatan ekonomi

(25)

konsumen. Biaya tata niaga terbentuk sebagai konsekwensi logis dari pelaksanaan

fungsi-fungsi tata niaga. Komponen biaya tata niaga terdiri dari semua jenis

pengeluaran yang dikorbankan oleh setiap middleman dan lembaga tata niaga yang berperan secara langsung dan tidak langsung dalam proses perpindahan

barang. Keuntungan yang diambil oleh middleman atau lembaga tata niaga atas jasa modalnya dan jasa tenaganyandalam menjalankan aktivitas pemasaran

tersebut. setelah dikelompokkan menurut harga beli dan harga jual, biaya-biaya

pemasaran menurut fungsi tata niaga dan margin keuntungan dari setiap lembaga

maka disebut juga sebaran harga (price spread). Bila angka-angka sebaran harga (price spread) dipersenkan terhadap harga beli konsumen, maka diperoleh persentase margin (share margin). Biaya tata niaga yang tinggi akan membuat sisitem kurang atau yidak efesien (Sudiyono, 2004).

Tata niaga adalah proses yang merupakan serangkaian kegiatan berturut-turut

yang terjadi selama perjalanan suatau barang atau komoditi mulai dari produsen

primier sampai ketengan konsumen. Produsen primier adalah mata rantai pertama

dalam saluran produksi. Dalam menyalurkan komoditi dari produsen kepada

konsumen ahir,akan dilihat adanya rangkaian mata rantai tata niaga dari suatau

mata rantai tata niaga, apabila komoditi tertentu memerlukan proses terlebih

dahulu, maka mata rantai tata niaga tersebut akan lebuh panjang. Pada setiap mata

rantai tata niaga tersebut akan lebih panjang. Pada setiap mata rantai tata niaga,

umumnya komoditinya tersebut akan mengalami penambahan nialai karena

waktu, tempat dan bentuk (Gultom, 1996).

Pasar pada awalnya mengacu pada suatu georgafis tempat transaksi berlansung.

(26)

terutama berkembangnya teknologi imformasi yang memungkinkan transaksi

dapat dilakukan tampa melalu kontak langsung antara pennjual dan pembeli.

Dengan demikian pasar dapat didefinisikan sebagai tempat ataupun terjadinya

pemenuhan kebetuhan dan keinginan dengan menggunakan alat pemuas berupa

barang ataupun jasa dimana terjadi pemindahan hakmilik antara penjual dengan

pembeli (Suyidono, 2004)

Secara umum pemasaran dianggap sebagai proses aliran barang yang terjadi dala

pasar. Dalam pemasaran ini barang mengalir dari produsen kepada konsumen

akhir yang disertai penambahan guna untuk, melalui proses pengolahan, guna

tempat melalu proses pengangkutan dan guna waktu melalui proses penyimpanan.

Peran agribisnis dalam suatu negara agraris seperti indonesia adalah besar sekali.

Hal ini disebabkan oleh karena cakupan aspek agribisnis adalah meliputi mulai

dari proses produksi, pengolahan sampai pemasaran termasuk didalamnya

(Soekartawi, 1999)

Menurut soekartawi (2002) pemasaran sebagai kegiatan produksi mampu

meningkatkan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu. Dalam menciptakan

guna tempat, guna bentuk dan guna waktu ini memerlukan biayapemasaran.

Pemasaran produk agribisnis merupakan proses yag kompleks, sehingga saluran

distribusi lebih panjang dan lebih mencakup lebih panjang perantara. Ada

beberapa ciri produksi pertanian yang mempengaruhi hasil-hasil pertanian :

pertama, produksi dilakukan secara kecil-kecilan, kedua produksi terpencar;

Ketiga, produksi musiman, menyebabkan kesulitan dalam tata niaganya, dimana

harus ada fasilitas-fasilitas penyimpanan yang sudah pasti menyebabkan

(27)

fungsi-fungsi tata niaga oleh lembaga – lembaga tata niaga yang terlihat dalam

proses tata niaga dari produsen sampai pada konsumen akhir. Pengukuran kinerja

tata niagaini memerlukan ukuran efisiensi tata niaga.

Sistem pemasaran yang kurang efisien ini akan mengakibatkan biaya pemasaran

yang relatif besar. Dengan demikian akan mengakibatkan harga jual produk hasil

pertanian menjadi tinggi. Tingginya biaya pemasaran ini akan dibebankan kepada

produsen menekan tingkat harga dan menaikkan tingkat harga dan menaikkan

harga konsumen, sehingga produsen dan konsumen akan dirugikan (Ginting,

2006)

Dalam tata niaga hasil-hasil pertanian umumnya ada tiga tahap proses

penyampaian komoditas atau barang mulai dari produsen sampai kepada

konsumen. Tahap-tahap tersebut adalah 1) proses konsentrasi dimana pedagang

perantara mengumpulkan barang-barang dari produsen dan pedagang perantara

pengumpulan barang-barang dari produsen dan pedagang besar mengumpulkan

barang-barang dari pedagang pengumpul; 2) proses equalisasi dimana pedagang

besar menahan barangnya untuk sementara sebelum dijual kepasar; 3) Proses

diversi yaitu proses penjualan barang dari pedagang besar sampai kepada

konsumen (Ginting, 2006).

Menurut kartasapoetra (2002) posisi petani dalam saluran tata niaga tergolong

lemah karena penawarannya sedikit, kebanyakan produknya merupakan produk

massa yang homogen, produknya sering kurang tahan lama, pengangkutannya

sering sukar, petani sulit untuk mendapatkan informasi tentang harga, dan

(28)

petani akan uang tunai merupakan faktor yag penting dalam kebijaksanaan tata

niaga petani.

Sejalan dengan batasan tata niaga yang menghubungkan sektor produksi dengan

sektor konsmen, maka diantara produsen dengan konsumen ada ’’jarak’’ yang

ditempuh oleh komoditi sebelum sampai ke konsumen. Disepanjang perjalanan

komoditi tersebut terdapat pihak-pihak sebagai perantara yang terdiri dari

pedagang dan lain-lain. Jumlahya tidak selalu sama, ada yang dua saja. Ada yang

tiga bahkan lebih. Middleman atau pedagang perantara biasanya disebut sebagai lembaga tata niaga. Lembaga tata niaga merupaka piha-pihak yang secara

langsung menangani perjalanan suatu komoditi. Lembaga tata niaga dalam

penyempurnaan dan perbaikan tata niaga ditujukan terutama pada kelancaran tata

niaga, seperti dapat mengadakan tempat, jumlah barang, keadaan barang, dan

sebagainya yang diminta konsumen dalam keadaan sempurna (Gultom, 1996).

Biaya tata niaga terjadi sebagai konsekwensi logis dari pelaksanaan fungsi-fungsi

tata niaga. Biaya tata niaga menjadi bagaian tambahan harga pada barang yang

harus ditanggung oleh konsumen. Komponen biaya tata niaga petani terdiri dari

semua jenis pengeluaran yang dikorbankan oleh setiap perantara dan lembaga tata

niaga yang berperan secara langsung dan tidak langsung dalam proses perpindahan

barang dan keuntungan yang diambil oleh perantara atas jasa modalnya (Gultom,

1996)

Lembaga pemasaran adalah badan atau usaha individu yang menyelenggarakan

pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir

serta mempunyai hubungan dengan badan usaha individu lainnya. Lembaga

(29)

komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat dan bentuk keinginan konsumen.

Tugas lembaga pemasaran ini adalah menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta

memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. konsumen memberikan

balas jasa kepada lembaga pemasaran ini berupa margin pemasaran (Sudiyono,

2004)

Menurut kertasapoetra (2002) proses tata niaga mengandung beberapa fungsi yang

harus ditanggung oleh pihak produsen dan lembaga-lembaga tata niaga ataumata

rantai penyaluran produk-produknya. Seringkali fungsi-fungsi menimbulkan

masalah – masalah yang harus dipecahkan baik dari pihak produsen yang

bersangkutan maupun lembaga – lembaga yang merupakan mata rantai saluran

produk – produk itu.

Semakin panjang saluran tataniaga maka sistem tataniaga semakin tidak efisien.

Masing-maing perantara akan mengambil keuntungan atau jasa yang mereka

korbankan atau disebut profit margin, kemudian pada akhirnya akan membuat harga ditingkat konsumen tinggi. Selain iyu juga akan memperlambat arus barang

kekonsumen. Ketidakefisienan ini juga akan memperlambat arus barang ke

konsumen.ketidakefisienan ini juga akan berdampak buruk bagi petani dimana

harga yang diterima petani akan berbeda jauh dengan harga yang akan diberikan

konsumen semakin rendah dan permintaan semakin menurun, harga dari petani

juga semakin menurun sehingga pendapatan petani menurun.Proses tataniaga

mengandung beberapa fungsi yang harus ditanggung oleh pihak produsen dan

lembaga-lembaga tataniaga atau mata rantai penyaluran produk-produknya.

Seringkali fungsi-fungsi tersebut menimbulkan masalah-masalah yang harus

(30)

lembaga-lembaga yang merupakan mata rantai saluran produk-produknya itu

(Kartasapoetra,1992).

Menurut Kohls and Joseph (1980), ada tiga tipe fungsi pemasaran, yaitu:

A.Fungsi Pertukaran (Exchange Functions).

1. Pembelian (Buying) adalah memilih barang-barang yang dibeli untuk dijual dengan harga dan kualitas produk tertentu.

2. Penjualan (Selling) adalah sumber pendapatan yang diperlukan untuk menutup ongkos-ongkos dengan harapan mendapatkan laba.

B.Fungsi Fisis (Physical Functions)

1. Penyimpanan (Storage) adalah fungsi menyimpan baran-barang pada saat barang selesai diproduksi sampai pada saat barang dikonsumsi.

2. Pengangkutan (Transportation) adalah fungsi pemindahan barang dari tempat barang dihasilkan sampai ketempat barang dikonsumsi.

C.Fungsi Pelancar / Penyedia Sarana (Facilitating Functions)

1. Standarisasi (Standardization) adalah penentuan batas-batas dasar dalam bentuk spesifikasi barang-barang hasil manufuktur, disebut juga normalisasi.

2. Permodalan / Pembiayaan (Financing) adalah fungsi mendapatkan modal dari sumber ekstren guna menyelenggarakan kegiatan pemasaran.

3. Penanggung Resiko (Risk-bearing) adalah fungsi menghindari dan mengurangi resiko yang berkaitan dengan pemasaran.

4. Informasi Pasar (Market Intelligence) adalah fungsi untuk mengumpulakan dan penafsiran keterangan-keterangan tentang macam barang yang beredar dipasar,

(31)

Biaya tataniaga terjadi sebagai konsekwensi logis dari pelaksanaan fungsi-fungsi

tataniaga. Biaya tata niaga ini menjadi bagian tambahan harga pada barang-barang

yang harus di tanggung oleh konsumen. Komponen biaya tata niaga terdiri dari

semua jenis pengeluaran yag dikorbankan oelh setiap middleman dan lembaga tataniaga yang berperan secara langsung dan tidak langsung dalam proses

perpindahan barang, dan keuntungan (profit margin) yang diambil oleh

middleman atas jasa modalnya (Gultom, 1996).

Menurut Daniel (2002) Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh

lembaga pemasaran (pedagang) dalam menyalurkan hasil pertanian dari produsen

kepada konsumen. Lembaga pemasaran yan terlibat dalam proses bisa lebih dari

satu. Bila produsen tersebut bertindak sebagai penjual produknya, maka biaya

pemasaran bisa dieliminasi. Besarnya biaya pemasaran berbeda satu sama

lainnnya,tergantung pada hal berikut.

a. Macam Komoditas yang dipasarkan

Adanya komoditas yang bobotnya besar, tetapi nilainya kecil sehingga

membbutuhkan biaya tata niaga yang besar.

b. Lokasi atau daerah produsen

Bila lokasi produsen jauh dari pasar atau lokasi konsumen maka biaya

transportasi menjadi besar pula.

c. Macam dan peranan lembaga tata niaga

Semakin banyak lembaga tataniaga yang terlihat semakin panjang pula

rantai tataniaga dan semakin besar biaya tata niaganya.

Menurut soekartawi (2002) Beberapa sebab mengapa terjadi rantai tata niaga hasil

(32)

a. Pasar yang tidak bekerja secara sempurna

b. Lemahnya informasi pasar

c. Lemahnya posisi produsen untuk melakukan penawaran untuk

medapatkan harga yang baik

d. Petani / produsen melakukan usahatani melakukan usaha taninya tidak

didasarkan pada permintaan pasar.

Marketing margin memberikan ukuran secara terpisah menurut komponen biaya

dari efesiensi penyelenggaraan fungsi-fungsi tata niaga. Pada umumnya suatu

sistem tata niaga. Pada umumnya suatu sistem tata niaga untuk sebagian sistem

tata niaga untuk sebagian produk pertanian dapat dikatakan sudah efisien bila

persentase margin (share margin) peani diatas 50% (Gultom, 1996)

Margin pemasaran adalah selisih harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan

harga yang diterima oleh produsen. Margin ini akan diterima oleh lembaga

pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran tersebut. makin panjang

pemasaran (semakin banyak lembaga tata niaga yang terlibat) maka semakin besar

margin pemsarannya (Daniel, 2002).

Margin pemasaran adalah perbedaaan antar harga yang dibayarkan konsumen

denganharga yang diterima petani. Margin pemasaran terdiri dari biaya-biaya

untuk melakukam fungsi-fungsi pemasaran yang berbeda sehingga share margin

yang diperoleh pada masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat akan

berbeda pula (sudiyono, 2004)

Menurut soekartawi (2002) efisiensi pemasaran diukur dengan menggunakan

(33)

efisien akan terjadi jika biaya pemasaran semakin besar. Sedangkan tingkat

efisiensi pemasaran akan berbeda pula jika :

a. Apabila harga pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran

dapat lebih tinggi

b. Persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen

tidak terlalu tinggi.

c. Adanya kompetisi pasar yang sehat

Menurut Kotler dalam Daniel (2002) ada lima faktor yang menyebabkan mengapa

pemasaran atau tata niaga itu penting.

a. Jumlah produk yang dijual menurun

b. Pertumbuhan perusahaan juga menurun

c. Terjadi perubahan yang diinginkan konsumen

d. Kompetisi yang semakin tajam

e. Terlalu besarnya pengeluaran untuk penjualan

Menurut Hadikoesworo (1986) Beberapa masalah pemasaran atau tata niaga

komoditi pertanian yang banyak ditemukan di negara-negara sedang

berkembangan pada umumnya dan indonesia pada khususnya, anatar lain

sebagai berikut:

a. Tidak tersedianya komoditi pertanian dalam jumlah kontiniu

b. Harga komoditi yang sering berfluktuasi secara tajam yang bukan saja

berpengaruh terhadap kestabilan pendapatan produsen dan tingkat

(34)

c. Tidak efisiensinya para pelaku pasar dalam melakukan kegiatan

pemasaran

d. Tidak memadai fasilitas misalnya sistem transfortasi, gudang, tempat

komoditi pertanian dipasaran dan lain-lain

e. Lokasi produsen dan konsumen yang terpencar juga merupakan masalah

karena menyulitkan dalam penyampaian barang dari produsen kepada

konsumen

f. Kurang lengkapnya informasi pasar

g. Kurangnya pengetahuan terhadap pemasaran

h. Kurangnya modal

i. Tidak memadai peraturan –peraturan yang ada.

Menurut Gultom (1996) Upaya-upaya perbaikan dalam sistem tata niaga

dilakukan oleh semua pihak yang terkait. Upaya-upaya itu antara lain:

1. Produsen harus dapat memenuhi dengan baik saluran tata niaga yang

ditempuh, juga tentang informnasi pasar pada saat produsen mempunyai

hasil untuk dijual. Produsen juga harus dapat merencanakan produksi

dengan pedoman kemungkinan pasaran hansilnya.

2. Lembaga tata niaga dapat melakukan integarasi sehingga biaya total tata

niaga barang dapat dikurangi dan keuntungan lembaga tata niaga yang

meakukan integrasi yang lebi besar.

3. Konsumen, dalam hal ini melakukan usaha perbaikan dengan jalan

(35)

4. Pemerintah, hal-hal yang dapat dilakukan yakni pengadaan pengawasan

seperti mengeluarkan peturan-peraturan, perbaikan fasilitas tata niaga, da

perbaikan alat-alat komunikasi.

Menurut Mubyarto (1985), yang di maksud adil dalam hal ini adalah pemberian

balas jasa fungsi-fungsi tataniaga sesuai dengan masing-masing. Panjangnya

saluran tataniaga membuat terdapatnya perbedaan antara margin tataniaga, share margni, dan price spread. Dimana margin tataniaga adalah selisih anatar harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima produsen. Margin ini

akan diterima oleh lembaga tataniaga yang terlibat dalam proses tataniaga.

Daniel (2002), menyatakan bahwa makin panjang tataniaga maka makin besar

margin tataniaga. Secara teoritis, dapat dikatan maka semakin pendek ranta

tataniaga hasil pertanian, maka :

1. Biaya tataniaga semakin rendah

2. Margin tataniaga semakin rendah

3. Harga yang harus dibayarkan konsumen semakin rendah

4. Harga yang diterima produsen semakin tinggi

Soerkartawi (2002), menyatakan bahwa share margin (Sm) adalah persentase price spread terhadap harga beli konsumen.

Sm =

��

��

×100%

Menurut Mubyarto (1994), sistem taaniaga dianggap efisien apabila

memenuhi dua syarat :

(36)

2. Mampu mengadakan dengan biaya semurah – muarahnya. Pembagian yang adil

dari keseluruhan harga yang di bayar konsumen terakhir kepada konsumen

terakhir kepada semua pihak yang ikut serta didalam kegiatan produksi dan

tataniaga barang itu.

Menurut Sihombing (2010), penentuan efisiensi dapat juga dilihat dengan

memperbandingkan antara besarnya keuntungan (Profit) petani produsen dan seluruh Middleman yang terlibat dengan seluruh ongkos tata niaga yang dikeluarkan oleh Middleman dan biaya produksi serta ongkos pemasaran yang dikeluarkan oleh petani produsen. Metode ini di dekati dengan model :

E =

��+��

��+��

Keterangan:

E = Efisiensi

Ji = Keuntungan lembaga tata niaga

Jp = Keuntungan Produsen

Ot = Ongkos tata niaga

Op = Ongkos produksi dan pemasaran yang dikeluarkan oleh petani produsen

Dimana jika:

E>1 = maka pasar tersebut dikatakan efisien

E<1 = maka pasar tersebut dikatakan tidak efisien.

Efisiensi tidak terjadi jika biaya pemasaran semakin besar dan nilai produk yang

dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar. Efisiensi tataniaga akan terjadi jika

biaya pemasaran dapan ditekan sehingga keuntungan tata niaga dapat lebih tinggi,

(37)

tinggi, tersedianya fasilitas fisik pemasaran dan adanya kompetisi pasar yang

sehat (Soekartawi,2002).

2.3 Kerangka Pemikiran

Tataniaga merupakan kegitan yang sangat penting dalam pembangunan pertanian,

karena dalam tata niaga akan terjadi perpindahan barang atau komoditi dari

produsen kepada konsumen, dimana konsumen akan membayarkan sejumlah

harga atau uang sebagai balas jasa atas barang yang telah diperolehnya. Aliran

barang atau komoditi ini terjadi karena adanya lembaga tata niaga atau saluran

tata niaga yang akan melakukan fungsi tata niaga

Dalam mekanisasi tata niaga atau pemasaran ini melibatkan beberapa pihak yang

meliputi produsen, agen, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, konsumen.

Dalam hal ini produsen adalah petani sawi dan konsumen adalah masyarakat yang

mengkonsumsi sayur sawi.

Tiap lembaga tata niaga melakukan fungsi-fungsi tata niaga. Fungsi-fungsi tata

niaga yang dilakukan antara lain fungsi pertukaran yaitu fungsi penjualan dan

pembelian, fungsi fisis yaitu penyimpanan dan pengangkutan, fungsi pelancar

yaitu standarisasi, pembiayaan, penanggung resiko dan informasi pasar. Setiap

pedagang (middleman) melakukan fungsi-fungsi tata niaga tersebut maka akan dikeluarkan biaya yang disebut dengan biaya pemasaran. Disamping itu pedagang

juga memperoleh balas jasa yang disebut dengan keuntungan.

Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan

kegiatan fungsi- fungsi tata niaga.biaya tersebut berbeda-beda pada

masing lembbaga tata niaga. Maka biaya tersebut berbeda-beda pada

(38)

organik ini, maka lembaga tata niaga mengambil keuntungan (profil). Harga jual sawi berbeda-beda untuk setiap masing-masing lembaga tata niaga berbeda-beda.

Dari harga penjualan dapat diketahui margin tata niaga yang merupakan selisih

antara harga eceran dan harga tingkat produsen. Kemudian dapat diketahui

sebaran harga (price spread) dengan mengelompokkan harga beli, harga jual, biaya pemasaran dankeuntungan yang diperoleh lembaga tata niaga. Datri sebaran

harga (price spread) dapat dihitung persentase margin (share margin) yaitu harga barang diterima oleh setiap lembaga tata niaga terhadap harga beli konsumen

dalam bentuk persen (%)

Biaya tata niaga akan menetukan harga yang diterima oleh setiap lembaga. Biaya

tata niaga diukur dengan sebaran harga (price spread) dan persentase margi (share margin ). Besarnya biaya tata niaga dibandingkan dengan nilai produk yang dipasarkan akan menunjukkan tingkst efesiensi tata niaga sawi. Semakin panjang

rantai tata niaga, biaya yang dikeluarkan jugaakan semakin lebih besar, mak

sistem tata niaga akan semakin tidak efisien. Sebaliknya rantai tata niaga yang

semakin pendek, tidak membutuhkan biaya tata niaga yang besar, dalam keadaan

seperti ini sistem tata niaga aka lebih efisien

Dalam tataniaga sawi, tentunya ada pelaku tataniaga yang terlibat, yaitu mulai dari

produsen, pedagang sampai diterima oleh konsumen. Hasil produksi dari petani

disalurkan kepada konsumen melalui lembaga tataniaga seperti pedagang

pengumpul dan pedagang pengecer. Tiap lembaga tataniaga akan melakukan

fungsi tataniaga yang berbeda satu sama lain yang dicirikan oleh aktivitas yang

dilakukan. Dengan adanya pelaksanaan fungsi tataniaga, maka akan terbentuk

(39)

petani dan lembaga tataniaga. Atas jasa lembaga-lembaga tataniaga maka tiap

lembaga akan mengambil keuntungan (profit). Dari biaya tataniaga dan harga jual

akan didapatkan margin keuntungan yang merupakan pengukuran untuk efisiensi

tataniaga. Berarti semakin banyak lembaga tataniaga yang berperan dalam

tataniaga sawi, maka sistem tataniaga sawi semakin tidak efisien. Berikut skema

(40)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Ket : Menjual ke Ada Hubungan

Fungsi- Fungsi Tata Niaga :

1. Fungsi Pertukaran

a. Penjualan

b. Pembelian

2. Fungsi Fisis

a. Pengepakan

b. Pengangkutan

Produsen Perantara Konsumen

Biaya Keuntungan

Harga

Efisiensi Price Spread

(41)

2.4 Hipotesis penelitian

Sesuai dengan landasan teori diatas dan untuk mengarahkan penelitian ini pada

fokus yang ingin dicapai maka dirumuskan beberapa hipotesis sebagai berikut :

1. Bentuk saluran tata niaga sawi didaerah penelitian

(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) di Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa

Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan ini merupakan daerah sentral

produksi tanaman sayuran dan pengembangan agribisnis usahatani sayuran di

Kota Medan.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah petani sawi di daerah penelitian.

Adapun metode penelitian sampel menggunakan metode Insidental Sampling, dimana sampel adalah petani yang menjadi sampel penelitian adalah petani yang

dijumpai atau dapat dijumpai. Adapun jumlah petani sayur mayur di kecamatan

Medan Marelan ada sebanyak 235 petani. Dengan demikian, sampel yang akan

diambil sebanyak 30 petani sayuran sawi.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dan observasi langsung kepada

petani dengan bertanya langsung kepada petani sampel dengan menggunakan

daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan

data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Dinas Pertanian Kota Medan,

Kantor Lurah Kelurahan Terjun, literatur-literatur, serta instansi terkait dengan

(43)

3.4 Metode Analisis Data

Untuk indentifikasi masalah (1), digunakan pendekatan “Apa yang terjadi” (what happens scholl) dengan survei menelusuri komunitas mulai dari farm gate sampai ke konsumen akhir. Peneliti memperhatikan dan mencatat semua kegiatan

tataniaga sawi yang terjadi baik dari kegiatan yang dilakukan produsen sampai

kegiatan yang dilakukan lembaga-lembaga tataniaganya (Crammer dan Jensen,

1979).

Untuk identifikasi masalah (2), yaitu menganalisis besarnya biaya tataniaga, price spread dan share margin. Untuk menganalisis biaya tataniaga menggunakan metode deskripsi dengan mencatat semua biaya yang dikeluarkan oleh petani dan

lembaga-lembaga tataniaga sawi.

Untuk menganalisis price spread tataniaga sawi, menggunakan metode deskripsi dengan membuat tabel price spread yang mencakup harga beli, harga jual, biaya-biaya tataniaga yang dikeluarkan petani dan lembaga tataniaga, serta margin

keuntungan yang diperoleh.

Menurut Gultom (1996), untuk menghitung share margin digunakan rumus sebagai berikut :

Sm = ��

��

100%

Dimana :

Sm : Share margin (%)

Pp : Harga yang diterima petani dan pedagang (Rp/Kg)

Pk : Harga yang dibayar oleh konsumen akhir (Rp/Kg)

Untuk identifikasi masalah (3), yaitu menganalisis tingkat efisiensi

(44)

E =

��+��

��+��

Keterangan:

E = Efisiensi

Jt = Keuntungan lembaga tata niaga

Jp = Keuntungan Produsen

Ot = Ongkos tata niaga

Op = Ongkos produksi dan pemasaran yang dikeluarkan oleh petani produsen

Dimana jika:

E>1 = maka pasar tersebut dikatakan efisien

E<1 = maka pasar tersebut dikatakan tidak efisien.

3.4 Defenisi dan Batasan Operasional

Beberapa defenisi dan batasan operasional untuk menghindari kesalapahaman dan

kekeiliruan atas pengertian dalam penelitian ini.

3.4.1 Definisi

1. Petani sawi adalah orang yang melakukan usahatani sawi.

2. Tataniaga adalah proses aliran barang dari produsen ke konsumen akhir

yang disertai penambahan guna tempat melalui proses pengangkutan dan

guna waktu melalui proses penyampaian.

3. Pedagang pengumpul adalah pedagang yang membeli hasil produksi sawi

dari petani dan pedagang yang berasal dari Kelurahan Terjun.

4. Konsumen adalah pembeli sawi yang merupakan konsumen akhir yang

(45)

5. Biaya tataniaga adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga

dalam menyalurkan sawi dari produsen hingga konsumen akhir (Rp).

6. Share Margin adalah persentase price spread terhadap harga beli konsumen.

7. Efisiensi tataniaga adalah perbandingan antara biaya tataniaga dengan nilai

produk yang dipasarkan yang dinyatakan dengan persen.

8. Price spread adalah kelompok harga beli dan jual, biaya-biaya tataniaga menurut fungsi tataniaga yang dilakukan dan margin keuntungan dari

setiap lembaga tataniaga.

3.4.2 Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan.

2. Sampel penelitian adalah petani yang mengusahakan tanaman sawi.

(46)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Letak Geografis, Batas, dan Luas Wilayah

Daerah penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Marelan terdiri dari lima

kelurahan. Kelurahan yang terdapat di kecamatan Medan Marelan. Kelurahan

Terjun, Kecamatan Medan Marelan terletak 24 km dari ibu kota

kabupaten/kota dengan waktu tempuh 1 jam dan 26 km dari ibu kota Propinsi

Sumatera Utara dangan waktu tempuh 1 jam. Kelurahan Terjun terletak 150

meter diatas di permukaan laut dengan suhu udara rata-rata berkisar 32°

dengan curah hujan rata-rata 600 mm/tahun, dengan luas secara keseluruhan

adalah 1.605 ha yang terdiri dari 22 lingkungan. Berdasarkan letak

geografisnya, Kelurahan Terjun memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Pulau Sicanang dan Kelurahan Paya

Pasir.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tanah Enam Ratus.

- Sebelah Timur berbatasan Dengan Kelurahan Rengas Pulau dan Kelurahan

Paya Pasir.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Hamparan Perak dan Perkebunan

Kelumpang Deli Serdang.

Kelurahan Terjun memiliki banyak prestasi yang pernah diraih. Diantaranya

adalah pernah menjadi Kelurahan Terbaik Kesatuan Gerakan PKK-KB

(47)

Tingkat Propinsi KB Kesehatan Tahun 2010, Kelurahan Terbaik I Kebersihan

Sepanjang Pesisir Pantai Tahun 2010 Tingkat Kota Medan, juara terbaik II

Kelurahan Mandiri Pangan Tingkat Propinsi Sumatera Utara, dan juara I

Sepuluh Pokok Program PKK Tahun 2010 Tingkat Kota Medan. Selain itu,

Kelurahan Terjun juga ditetapkan sebagai daerah pemukiman atau tempat

tinggal.

4.1.2 Penggunaan Tanah

Luas lahan di Kelurahan Terjun menurut penggunaanya dapat dilihatpada tabel

dibawah ini.

Tabel 3. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Terjun Tahun 2012.

No Jenis Lahan Luas Lahan (Ha) Persentase(%)

Sumber : Potensi Desa dan Kelurahan Terjun Tahun 2012

Dari tabel 3 diatas menunjukkan bahwa penggunaan lahan yang paling luas

adalah digunakan untuk pemukiman dengan luas 1.170,5 Ha (72,93%), awah

dan ladang dengan luas 390 Ha (24,3%), fasilitas umum dengan luas 40,3 Ha

(2,51%), kolam dengan luas 2,7 Ha (0,17%), dan lapangan sepakbola dengan

luas 1,5 Ha (009%).

4.1.3 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Terjun tahun 2012 adalah sebanyak 23.804 jiwa atau

(48)

kepadatan penduduk 623 jiwa per km. Penduduk yang terdapat di Kelurahan

Terjun adalah waraga negara Indonesia asli dan juga warga negara Indonesia

turunan. Warga negara Indonesia asli berjumlah 22.223 jiwa sedangkan

jumlah warga negara Indonesia turunan sebanyak 581 jiwa.

Keadaan penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel

dibawah ini : Sumber : Potensi Desa dan Kelurahan Terjun Tahun 2011

Dari tabel 4 diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat

pada kelompok umur 15-19 tahun yaitu sebanyak 2.276 jiwa dengan

persentase 9,58% dan jumlah penduduk terendah berada pada kelompok umur

60-65 tahun yaitu sebanyak 427 jiwa dengan persentase 1,80%.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa data penduduk di Kelurahan terjun

(49)

menunjukkan bahwa penduduk di kelurahan Terjun masih tergolong usia

produktif.

Mata pencaharian penduduk Desa Terjun ini terdiri dari pegawai, petani,

nelanyan, pedagang, dan buruh harian. Untuk lebih jelasnya dapa dilihat pada

tabel dibawah ini .

Tabel 5. Distribusi Penduduk Berdasarkan mata PencaharianTahun 2012 No Pekerjaan Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase (%)

1. Buruh Tani dan Petani 2.71 60,99

Berdasarkan tabel 5 di atas menunjukka bahwa mata pencaharian penduduk

terbesar adalah sebagian besar bersumber dari Pertanian yaitu sebagai buruh tani

dan petani sebanyak 2.701 jiwa (60,99%) yang pada umumnya mengusahakan

sayur mayur seperti sawi , kangkung, bayam, mentimun, kacang panjang dan

lain-lain.Dan ada juga yang mengusahakan tanaman padi dan palawija, sebanmyak

651 jiwa (14,70%) bermata pencaharia sebagai karyawan swasta, sebanyak 399

jiwa (9,01%) bermata pencaharian sebagbai nelanyan, sebanyak 357 jiwa (8,06%)

bermata pencaharian sebagai pegawai negeri sipil, sebnayak 160 jiwa (3,07%)

(50)

pencaharian sebagai TNI dan Polri, dan sisanya sebanyak 25 jiwa (0,5%) bermata

pencaharan sebagai karyawan pemerintah.

Tabel 6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Etnis Tahun 2012

No Suku Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase (%)

1. Jawa 11.659 48,98

2. Melayu 5.450 22,89

3. Minang 544 2,29

4. Aceh 1.149 4,83

5. Batak 2.302 9,67

6. Tionghoa 533 2,24

7. Lain-lain 2.167 9,10

Total 23.804 100

Sumber : Potensi Desa dan Kelurahan Terjun 2011

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa mayoritas penduduk di Kelurahan

Terjun adalah Suku Jawa yaitu sebanyak 11.659 jiwa atau sebesar 48,98% dari

total penduduk di Kelurahan Terjun. Selanjutnya adalah suku Melayu sebanyak

5.450 jiwa (22,89%), suku Batak sebanyak 2.302 jiwa (9,67%), suku Aceh

sebanyak 1.149 jiwa (4,83%), suku Minang sebanyak 544 jiwa (2,29%), suku

Tionghoa sebanyak 533 jiwa (2,24%), dan selebihnya adalah suku Nias, Sunda,

dan Banjar sebanyak 2.167 jiwa.

Penduduk di Kelurahan Terjun tersebar di setiap lingkungan yang terdapat di

Kelurahan Terjun, yaitu di 22 lingkungan. Berikut akan disajikan dalam tabel

(51)

Tabel 7. Distribusi Penduduk Berdasarkan Lingkungan Tahun 2012

No Lingkungan Jumlah Penduduk

(jiwa)

Sumber : Potensi Desa dan Kelurahan Terjun Tahun 2011

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jumlah penduduk terbesar berada di

lingkungan IV yaitu sebesar 1.895 jiwa (7,9%), sedangkan jumlah penduduk

(52)

Hubungan kekeluargaan dapat dilihat dari banyaknya kegiatan yang dilakukan di

Kelurahan Terjun seperti kegiatan gotong-royong dan beberapa kegiatan adat

seperti perkawinan maupun acara-acara lainnya.

4.1.4 Sarana dan Prasarana

Infrasturktur adalah sarana atau prasana yang disediakan baik oleh pemerintah

maupun oleh swasta dalam rangka menunjang kegiatan produksi dan proses

pembangunan. Sarana dan prasarana yang tersedia dengan baik dapat

mempelancar jalannya pembangunan sehingga dapat mempengaruhi

perkembangan masyarakat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik

Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di kelurahan terjun dapat dilihat

(53)

Tabel 8. Sarana dan Prasarana Desa Terjun Tahun 2011

No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1. Prasarana Kesehatan

-Pendidikan non formal 3

3. Prasarana Peribadatan

-Mesjid 11

-Mushola 21

-Gereja 5

-Kelenteng 1

4. Prasarana Air Bersih

-Sumur Pompa 825

-Sumur Gali 1.246

5. Sarana Keamanan Lingkungan

-Pos Keamanan Lingkungan 22

-Pos Penjaga Satpam Perumahan 22

6. Sarana Komunikasi

-Pesawat Telepon 127

-Pesawat Tv 1.857

7. Kelembagaan Ekonomi 22

8. Kantor Kelurahan 1

9. Kelompok Tani 4

(54)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana yang terdapat

di desa ini dinilai sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari tersedianya sarana

kesehatan,pendidikan, komunikasi, dan air bersih. Sarana transportasi di

Kelurahan Terjun cukup tersedia sehingga petani dapat dengan mudah

memperoleh sarana produksi dan dalam pemasaran hasil produksi mereka, karena

jalan dan jembatan merupakan prasarana utama yang dibutuhkan dalam proses

pembangunan pertanian. Jalan dan jembatan tidak hanya digunakan untuk

menghubungkan satu desa dengan desa yang lain atau kota, tetapi yang lebih

terasa manfaatnya adalah dalam penyaluran informasi serta menjamin kelancaran

dan transportasi dan komunikasi.

Pada tabel di atas terdapat lembaga ekonomi seperti koperasi. Koperasi juga

merupakan hal yang dibutuhkan dalam proses pengembangan pertanian dan

pertmbuhan ekonomi di suatu desa. Hal ini tentu saja akan sangat membantu

petani dalam hal bantuan sarana produksi. Selain itu kelompok tani yang ada di

Kelurahan Terjun juga ada dalam kondisi yang aktif. Kelompok tani yang terdapat

di Kelurahan Terjun ada sebanyak empat kelompok yaitu kelompok tani Sedar,

Bali, Sepakat, dan Santai. Kelompok-kelompok tani ini yang akan berperan dalam

menyalurkan setiap bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada petani seperti

pupuk bersubsidi yang diterima oleh petani yaitu pupuk urea.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sarana ibadah di Kelurahan Terjun

sudah sudah dapat dikatan sangat cukup mendukung. Ini terlihat dari tersedianya

sarana ibadah bagi warga beragama Islam, Kristen, dan juga Budha.

Berikut akan dijelaskan tentang keadaan penduduk di Kelurahan Terjun

(55)

Tabel 9. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama/Aliran Kepercayaan Tahun 2012

No Agama Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase(%)

1. Islam 21.002 88,32

Sumber : Ekspose Kepala Kelurahan Terjun 2012

Pada Tabel diatas diketahui bahwa jumlah penduduk terbesar adalah yang

memeluk agama Islam sebesar 21.022 jiwa (83,23%), sedangkan yang beragama

Kristen protestan ialah sebanyak 1.902 jiwa (7,99%), beragama Budha sebanyhak

535 jiwa (2,25%), Kristen Katholik sebanyak 319 jiwa (1,34%), dan beragama

Hindu yaitu sebanyak 46 jiwa (0,19%). Ini menunjukkan bahwa manyoritas

penduduk di Kelurahan Terjun memeluk agama islam.

4.1 Karateristik Petani Sampel

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya biaya yang dikeluarkan dan

besarnya pendapatan yang diperoleh dalam suatu usaha tani. Faktorterbut

diantaranya adalah faktor internal dan faktor eksternal. Yang termasuk dalam

faktor internal adalah umur petani, pendidikan atupun pengetahuan (pengalaman

berusahatani dan keterampilan), jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, dan

(56)

Karateistik petani sampel dalam penelitian ini terdiri dari umur, lama bertani, luas

lahan, pendidikan dan jumlah tanggungan kelurga. Karateristik petani sampel

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 10. Karateristik Petani Sampel Tahun 2012

No Uraian Satuan Range Rata-rata

1. Umur Tahun 30-77 47,167

2. Lama Bertani Tahun 3-40 20,533

3. Luas Lahan Ha 0,04-0,4 0,196

4. Pendidikan Tahun 12-18 14,133

5. Jumlah Tanggungan Jiwa 1-8 4

Sumber : Analisis Data Primer

Umur seseorang menentukan kinerja dari orang tersebut. Semakin tua umur

seseorang, maka pekerjaan berat yang akan dilakukan akan semakin sedikit dan

begitu pula sebaliknya. Dari tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa umur petani sampel

di daerah penelitian berkisar antara 30 – 77 tahun dengan rata-rata umur petani

47,16. Dapat dilihat bahwa petani masih berada pada kategori umur produktif

yang masih cukup berpotensi dalam mengoptimalkan usahataninya.

Semakin lama petani mengusahakan lahannya, maka akan semakin baik pula

dalam mengusahakan usahataninya petani didaerah penelitian sudah 3 – 40 tahun

dalam mengusahakan usahatani sawi dengan rata-rata lama berusahatani selama

20 tahun. Dari rata-rata ini dapat dilihat bahwa petani sudah memiliki pengalaman

yang cukup untuk menjalankan dan mengembangkan usahataninya.

Luas lahan penguasaan lahan pertanian merupakan sesuatu yabg sangat penting

dalam proses produksi atpun usahatani. Dalam usahatani, penguasaan lahan yang

(57)

Luas lahan usahatani yang dikelola akan berpengaruh terhadap jumlah

penerimaan, pendapatan, dan biaya yang akan dikeluarkan dalam usahatani

tersebut. semakin luas lahan yang dikelola maka produksinya maka juga akan

meningkat sehingga semakin besar pendapatan usahatani yang diperoleh. Dengan

demikian akan semakin besar pula pembiayaan terhadapa tenaga kerja yang

digunakan. Luas lahan usahatani sawi peti sampel didaerah penelitian berkisar

anatar 0,04 – 0,4 Ha atau berkisar antara 1-10 rante dengan rata-rata luas lahan

sebesar 0,0197 Ha. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa luas lahan yang

diusahakan oleh petani di daerah penelitian masih tergolong sangat kecil.

Pendidikan formal merupakan salah satu faktor yang dalam mengelola usahatani

dimana respon petani terhadap teknologi yang sedang berkembang sangat

bergantung dari tingkat pendidikannya.semakin tinggi tingkat pendidikan petani,

maka akan semakin mudah untuk mengadaptasi teknologi dalam menjalankannya.

Hal ini sangat dibutuhkan mengingat sebagian besar petani berpendidikan formal

rendah. Tingkat pendidikan formal petani sampel rendah. Tingkat pendidikan

formal petani sampel di daerah penelitian berkisar antara 12-18 tahun rata-rata

14,13 tahun. Dari data ini dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan petani masih

rendah, yaitu hanya tamatan SD.

Gambar

Tabel 1. Produksi Sayuran Per Kecamatan di Kota Medan Tahun 2011 (ton)
Tabel 2. Luas Lahan Pertanaman Sayuran di Kecamatan Medan Marelan
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 3. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Terjun Tahun 2012.
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Ukuran dan toleransi paving block untuk semua variasi sabut kelapa memenuhi persyaratan British Standar 6717-1 1993.. 4) Kuat tekan tertinggi paving block geopolimer

Oleh karena itu, kuliner asli Indonesia saat ini kalah dengan kuliner asing karena suatu bentukan dari media yang menunjukkan nilai tinggi dalam kuliner asing daripada kuliner lokal

Thirdly, as has been mentioned in the background of the study, this current study was aimed to investigated the most effective learning method that is discovery learning to the

Dengan membaca teks tentang “Pengalaman Belajar dari Negara-negara ASEAN” dan mencari informasi dari berbagai sumber, siswa mampu menuliskan laporan tentang posisi dan

Algoritma yang digunakan adalah alogaritma contrast stretching untuk meningkatkan kualitas citra, serta untuk klasifikasi batu boulder (batu gajah) menggunakan

Temuan-temuan penelitian yang dikemukakan di atas mengarahkan penulis untuk menyimpulkan bahwa: (1) Transformasi pengetahuan oleh guru pemula dan guru pakar untuk

Data kajian ini dikumpul dengan menggunakan borang soal selidik untuk mengetahui jenis bahan bantu mengajar yang ada di sekolah, persepsi responden terhadap kepentingan dan

Budi added, &#34;The Nature of differentiated business in Elnusa also gives us distinctive advantages, while throughout the middle of 2016 ’s de lining usiness a tivity of