• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penguatan kelembagaan koperasi dalam masyarakat pasca konflik: kasus koperasi perikanan sihida ngone Desa Tuada, Provinsi Maluku Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penguatan kelembagaan koperasi dalam masyarakat pasca konflik: kasus koperasi perikanan sihida ngone Desa Tuada, Provinsi Maluku Utara"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

Desa Tuada, Propinsi Maluku Utara)

KALBI RASID

SEKOLAHPASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGaR

(2)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa kajian pengembangan masyarakat dengan judul :

"PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI DALAM MASYARAKAT PASCA KONFLIK (Kasus Koperasi Perikanan Sihida Ngone Desa Tuada, Propinsi Maluku Utara)"

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Desember 2006

(3)

Pasca Konflik (Kasus Koperasi Perikanan Sihida Ngone Desa Tuada Propinsi Maluku Utara). Dibimbing oleh LALA M. KOLOPAKING dan NURAINI W PRASODJO.

Konflik sosial yang terjadi di Maluku Utara kurang lebih tiga tahun telah memberikan dampak yang signifikan terhadap rusaknya sendi-sendi perekonomian dan pranata sosial masyarakat. Implikasinya. banyak penduduk yang mengungsi. rusak atau hancurnya prasarana dan sarana umum dan pemerintahan. menurunnya ketahanan ekonomi rumah tangga. meningkatnya jumlah pengangguran. menurunnya pelayanan kepada masyarakat serta trauma psikologis yang dialami masyarakat. khususnya perempuan dan anak-anak.

Berbagai upaya memberdayakan masyarakat kembali dilakukan pemerintah maupun masyarakat secara mandiri untuk keluar dari krisis pasca konflik diantaranya dengan membentuk lembaga-Iembaga ekonomi di tingkat desa dalam wilayah konflik. Koperasi merupakan salah satu bentuk organisasi ekonomi yang dipilih oleh sebagian anggota masyarakat dalam rangka meningkatkan kemajuan ekonomi (rumah tangga) serta kesejahteraan hidupnya. Organisasi ekonomi seperti koperasi akan diterima dan berkesinambungan sebagai kelembagaan ekonomi apabila dirasakan atau diyakini dapat mendatangkan manfaat lebih besar bagi masyarakat dari pada bentuk organisasi ekonomi lain.

(4)

ABSTRACT

KALBI RASID. Strengthen Cooperative institution in post-conflict people

(Case: Fishing Cooperative of Sihida Ngone, Tuada, North Maluku Province).

Guided by LALA M. KOLOPAKING and NURAINI W PRASODJO.

Social conflict happened in North Maluku less than three years has

given significant effect to crush of economic aspects and degradation of social

institutions. The implication, many people flees, public and government

facilities and infrastructures is shattered and damage, economic achievement

of household decreases, increasing of unemployment, decreasing of public

service, and psychological trauma is experienced by people, especially

women and children.

Any public empowerment efforts are done by government and public

autonomously to overcome from post-conflict crisis such as by establish

economic institutions in villages level in conflict area. Cooperative is as one of

economic institution chosen by people in order to increase economic

progress, like cooperative, will be received and continually as economic

institutions, if felt or convinced can bring higher benefit to people in the form of

other economic organizations.

Related to those problems, this community development study will

arrange cooperative institution strengthening model and its impact to welfare

progress of fishing cooperative members of Sihida Ngone, Tuada village.

The result of this study indicate that skill and know-how aspects as well

as cooperation capital is a factor influencing strengthen of cooperation

institution. So, the efforts to give training, guidance, and provide information

concerning to cooperation can give understanding to cooperation members in

cooperative life, and it can motivate co-operation members to have role in

every activity of cooperative. Besides, board of management and members

can cooperate with government agencies, private instititions and ban kings to

(5)
(6)

PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI

DALAM MASYARAKAT PASCA KONFLIK

(Kasus Koperasi Perikanan Sihida Ngone Desa Tuada, Propinsi Maluku Utara)

KALBI RASID

Tugas Akhir

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Profesional pada

Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat

SEKOLAHPASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGaR

(7)

Nama NRP

Perikanan Sihida Ngone Desa Tuada, Maluku Utara)

KALBI RASID : A 154034235

Disetujui

Komisi Pembimbing

Propinsi

セ@

Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS Ketua

Ketua Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat

Tanggal Ujian : 13 Juni 2005

Diketahui

Ir. Nuraini

W.

Prasodjo, MS Anggota
(8)

PRAKATA

Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT, karena hanya dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Kajian Pengembangan Masyarakat ini dengan Judul :

"PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI DALAM MASYARAKAT PASCA KONFLIK (Kasus Koperasi Perikanan Sihida Ngone Desa Tuada, Propinsi Maluku Utara)".

Kajian Pengembangan Masyarakat ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Pad a kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada IPB yang telah menyelenggarakan Program Pascasarjana Magister Profesional Pengembangan Masyarakat dan penulis dapat menjadi salah seorang peserta yang mengikuti program dimaksud. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah ikut memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan kajian pengembangan masyarakat ini.

Secara khusus ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS dan Ir. Nuraini W. Prasodjo, MS selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan petunjuk dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan kajian ini.

2. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS selaku Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Bogor.

3. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS selaku Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat pada Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor.

4. Bapak dan Ibu para dosen yang telah memberikan materi kuliah selama penulis mengikuti program Magister Pengembangan Masyarakat.

(9)

7. Teman-teman Karyawan dan karyawati Bappeda Kabupaten Halmahera Barat yang telah memberikan dorongan moril dan materiil kepada penulis selama melaksanakan studio

8. Teman-teman kuliah yang telah ikut membantu penulis dalam proses perkuliahan maupun penyusunan kajian pengembangan masyarakat ini. 9. Ayahanda dan Ibunda tercinta serta Mama Ba dan Almarhum Papa Ko yang

selama ini mendorong, memotivasi dan mendoakan penulis. Isteri dan anakku tersayang Michaiel Rali Allah Adhany serta saudara-saudaraku yang telah memberikan bantuan bahkan pengorbanan kepada penulis selama melaksanakan studio

Selanjutnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih terdapat kelemahan-kelemahan yang perlu disempurnakan. Untuk itu penulis berharap dapat diberikan kritik dan masukan yang membangun sehingga tulisan ini menjadi lebih sempurna dan bermanlaat.

Akhirnya atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan semua pihak, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT selalu memberikan petunjukNya kepada kita sekalian. Amin.

Bogor, Desember 2006

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Ambon, Maluku pad a tanggal 31 Maret 1971 dari Ayah Rasid Hasan dan Nurfa Sangadji, merupakan putra pertama dari tujuh bersaudara.

Jenjang pendidikan penulis dimulai dari SO Inpres Suli sampai kelas em pat, pindah ke SO Negeri Oufa-Oufa 2 Kota Ternate dan lulus pada tahun 1984. Pada Tahun 1987 lulus dari SMP Negeri 2 Ternate dan selanjutnya lulus SMA Negeri 1 Ternate pada tahun 1990. Pad a tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan pada Universitas Patlimura Ambon Pad a Fakultas IImu Sosial dan IImu Politik dan lulus pad a tahun 1996. Mulai tahun 1998 penulis bekerja di lingkungan Pemerintah Oaerah Kabupaten Maluku Utara pada Badan Perencanaan Pembangunan Oaerah sampai dengan sekarang.

(11)

DAFTAR GAM BAR ... . DAFTAR LAMPIRAN ... . I. PENDAHULUAN ... .

1.1. Latar Belakang 1.2. Masalah Kajian 1.3. Tujuan Kajian

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Koperasi Sebagai Suatu Lembaga ... . 2.1.1. Konsep Koperasi ... ... .... .... .... . ... . 2.1.2. Konsep Kelembagaan ... . 2.1.3. Koperasi Sebagai Lembaga ... . 2.1.4. Perkembangan Kelembagaan Koperasi ... . 2.2. Penguatan Kelambagaan Koperasi ... .

III. METODE KAJIAN ... . 3.1. Kerangka Pemikiran ... ... .... ... ... . ... . 3.1. Waktu dan Tempat ... . ... . 3.2. Pengumpulan Data dan Analisis Data

3.4. Perancangan dan Penyusunan Program Kerja

IV. PETA SOSIAL MASYARAKAT TUADA

4.1. Mata Pencaharian Masyarakat Pasca Konflik ... . 4.2. Punahnya Nilai-Nilai Budaya Yang Mendukung Kelembagaan

Ekonomi Masyarakat Tuada ... . 4.3. Upaya Pemerintah Dalam Perbaikan Sosial Ekonomi ... . 4.4. Kependudukan ... . 4.3. Organisasi, Kelembagaan dan Struktur Sosial ... .

V. KINERJA KOPERASI PERI KANAN SIHIDA NGONE

5.1. Perkembangan Koperasi Perikanan Sihida Ngone ... . 5.1.1. Sejarah Pendirian Koperasi ... . 5.1.2. Menguatkan Unit-Unit Usaha ... . 5.1.3. Kinerja Anggota Koperasi ... . 5.1.4. Pandangan Anggota Terhadap Usaha Koperasi ... .

VI. PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI ... . 6.1. Identifikasi Potensi Pengembangan Masyarakat ... . 6.2. Identifikasi Permasalahan ... . 6.3. Penyusunan Program Penguatan Partisipasi Anggota Koperasi

dalam Masyarakat Pasca Konflik ... . a. Pengetahuan Anggota Koperasi yang Berbasis Komunitas b. Manajemen Usaha yang Dimiliki Koperasi ... . c. Pemanfaatan Sumber Daya Koperasi

d. Membangun Komunikasi Multipihak Berbasis Komunitas

VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

7.1. Kesimpulan .... ... ... . 7.2. Implikasi Kebijakan ... . DAFTAR PUSTAKA ... . LAMPIRAN-LAMPIRAN ... .

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Jenis Alat Tangkap Perikanan Desa Tuada . ... 32

2. Permasalahan, sebab-sebab dan pemecahan permasalahan

dalam penguatan partisipasi 。ョセァッエ。@ koper;:1si ... 53

3. Analisis Pihak Terkait dalam Penguatan Kelmbagaan Koperasi ... 56

[image:12.550.87.466.95.744.2]
(13)

2. Piramida Jumlah Penduduk Desa Tuada Tahun 2004 38

3. Analisis Permasalahan Kelembagaan Koperasi ... ... ... 53

4. Analisis Tujuan Penguatan Kelembagaan Koperasi 54

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

lampiran 1. Peta Lokasi Penilitian ... 69

2. Foto-Foto Dokumentasi 70

(15)

Konflik sosial yang terjadi di penghujung tahun 1999 di berbagai wilayah Propinsi Maluku Utara telah menghancurkan berbagai tatanan kehidupan sosial ekonomi masyarakat dan juga berakibat pada tingginya gelombang pengungsian penduduk dari daerah asal ke sejumlah wilayah yang aman di propinsi Maluku Utara. Jumlah pengungsi yang tercatat sampai dengan tahun 2002 adalah 289.593 jiwa (Satkorlak PBP Maluku Utara, 2002). Pola mobilitas pengungsian penduduk tidak hanya menuju daerah aman di propinsinya sendiri, melainkan juga melintasi batas propinsi. Di luar Propinsi Maluku Utara, pola mobillitas pengungsian terbesar mengalir ke Propinsi Sulawesi Utara, terutama di Kota Manado dan Bitung. Sebagian lainnya memiliki pol a mobilitas yang mencari daerah-daerah aman di berbagai propinsi antara lain di Jawa Timur dan Irian Jaya.

Dampak sosial konflik yang dirasakan masyarakat adalah mobilitas pengungsian yang tinggi, perasaan traumatik dimana sebagian korban konflik menyaksikan secara langsung berbagai pembantaian dan pembunuhan terhadap keluarga mereka, terbatasnya kesempatan bersekolah bagi anak-anak usia sekolah, rendahnya kesehatan dan gizi masyarakat para pengungsi. Sedangkan dampak ekonomi adalah tidak berfungsi fasilitas seperti pasar dan lembaga-Iembaga ekonomi di tingkat desa, tidak adanya kesempatan bagi masyarakat untuk mengelolah hasil pertanian, perkebunan dan perikanan. Dengan demikian maka interaksi ekonomi tidak dapat berjalan dengan normal. Dan untuk bertahan hidup di tempat pengungsian, masyarakat korban konflik hanya mengharapkan perhatian pemerintah setempat.

(16)

2

Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Halmahera Sarat (2001), dimana Koperasi yang mengalami kerusakan akibat konflik berjumlah 40 koperasi, dengan jumlah kerugian fisik sebesar Rp. 1.731.116.000.- dan kerugian kegiatan usaha sebesar Rp. 4.804.871.000.- sehingga jumlah seluruhnya Rp.

6.535.987.000.-Fakta dampak sosial dan ekonomi konflik tersebut menyadarkan masyarakat bahwa akibat dari konflik telah menimbulkan banyak korban fisik maupun hancurnya tatanan kehidupan masyarakat yang selama ini hidup berdampingan. Oleh karena itu, seluruh komponen masyarakat mendukung adanya upaya penyelesaian konflik secara tuntas dan meyeluruh melalui program 3 R (reevakuasi, rekonsiliasi, rehabilitasi), dan bentuk-bentuk penyelesain konfik lainnya.

Program reevakuasi pengungsi yang dilakukan pemerintah daerah Halmahera Sarat terfokus pada pemindahan pengungsi dari tempat-tempat penampungan ke daerah asal mereka sesuai dengan target yang hendak dicapai, dengan memperhatikan penyediaan sarana serta prasarana pendukung untuk dapat hidup secara layak dan mandiri. Program reevakuasi ini juga dilakukan untuk menunjang rekonsiliasi dan rehabilitasi terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat pasca konflik.

Salah satu arah kebijakan program 3R (reevakuasi, rekonsiliasi dan rehabilitasi) adalah melakukan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan ekonomi kerakyatan. Program pemberdayaan masyarakat ini dilakukan bagi warga masyarakat korban konflik yang sudah kembali ke daerah asal. Program pemberdayaan masyarakat yang dimotori oleh pemerintah daerah dan berbagai lembaga donor (LSM dalam dan luar negeri) dilakukan dengan memberikan bantuan kepada masyarakat dalam bentuk sarana prasarana dan modal kepada kelompok-kelompok ekonomi yang di bentuk masyarakat korban konflik di masing-masing desa.

(17)

pelaksanaan pengembangan masyarakat harus dilaksanakan dengan memberdayakan seluruh komponen dalam masyarakat. Dalam pelakasanaan usaha-usaha tersebut diperlukan pemikiran lebih jauh, yaitu tentang cara-cara untuk membawa masyarakat berpartisipasi dalam pelaksanaannya. Dukungan dari masyarakat tidaklah begitu mudah diperoleh. Munculnya kelompok-kelompok yang mempunyai kepentingan yang berbeda di des a akan membawa pengaruh yang penting.

Pada aras desa, untuk memperbaiki kehidupan ekonomi masyarakat, pemerintah daerah melakukan berbagai pemberdayaan ekonomi masyarakat pasca konflik. Bantuan dari pemerintah daerah diberikan dalam bentuk barang dan uang kepada masyarakat yang telah mempunyai kelompok-kelompok. Hal ini dilakukan untuk mempermudah kontrol terhadap jalannya program pemberdayaan ekonomi masyarakat pasca konflik.

Masyarakat Desa Tuada yang merupakan salah satu desa di Kabupaten Halmahera Barat yang juga lang sung menjadi korban konflik sosial merasa perlu untuk memperbaiki kehidupan ekonomi meraka. Masyarakat sendiri melakukan pengembangan ekonomi dengan membentuk kelompok usaha ekonomi des a yaitu melalui jalur koperasi.

(18)

4

kekeluargaan dan gotong royong yang oleh beberapa masyarakat dimanfaatkan untuk menjadi pendorong dalam menggerakkan koperasi.

Koperasi yang dibentuk oleh masyarakat Desa Tuada pasca konflik adalah koperasi perikanan. Dimana masyarakat yang tergabung dalam anggota koperasi perikanan sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan dan ini juga didukung dengan kondisi geografis desa Tuada yang berada di wilayah pesisir. Dengan demikian maka diharapkan adanya koperasi perikanan terse but dapat :

1. Mendorong produktitivitas 54 orang anggota koperasi perikanan dan juga akan berdampak pada masyarakat desa Tuada.

2. Malayani berbagai kebutuhan sehari-hari anggota koperasi perikanan dan juga masyarakat Desa Tuada.

Diharapkan dampak kegiatan dan keberadaan koperasi terhadap perekonomian desa merupakan hal yang penting, namun hal yang paling mendasar adalah untuk mempelajari hal apa yang dapat meningkatkan kegiatan koperasi sehingga dampaknya kepada perekonomian dapat diperbesar. Dampak yang ditimbulkan koperasi pada akhirnya bersumber pad a ketepatan pengambilan keputusan (perilaku) usaha koperasi itu sendiri (Thyfault, 1996); yang pada gilirannya akan mempengaruhi kegiatan perekonomian anggota, perkembangan usaha yang dilakukan koperasi, dan manfaat yang dirasakan masyarakat secara keseluruhan. 1.2. Permasalahan

Dalam upaya menanggulangi dampak sosial dan ekonomi yang timbul dengan adanya konflik sosial yang terjadi di Maluku Utara, berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pasca konflik melalui kegiatan pengembangan masyarakat yang menekankan pada prinsip-prinsip pengembangan komunitas secara berkelanjutan. Aktivitas pengembangna masyarakat berbasis pad a potensi sumberdaya lokal yang dimiliki oleh masyarakat.

(19)

desa korban konflik melakukan berbagai upaya pemberdayaan dengan mendirikan Koperasi Perikanan Sihida Ngone. Kehadiran koperasi ini diharapkan dapat menjawab berbagai problem ekonomi yang dihadapi oleh warga desa yang baru saja dilanda konflik sosial. Namun disadari bahwa dalam perjalanan koperasi selama kurang lebih empat tahun, apa yang diharapkan oleh anggota terhadap koperasi dan masyarakat belum mampu secara optimal menjawab berbagai kebutuhan diantaranya masih terbatasnya unit-unit usaha yang disediakan koperasi untuk melayani berbagai kebutuhan anggota koperasi dan masyarakat desa.

Hal menarik dalam kajian ini adalah bahwa koperasi yang akan dianalisis merupakan kelompok yang tumbuh dari bawah. Oleh karena itu menarik juga untuk diketahui bagaimana koperasi yang tumbuh dari bawah tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya serta masyarakat dan bagaimana strategi yang tepat untuk mengembangkan koperasi terse but.

Dari gambaran latar belakang dan permasalahan di atas, dapat dirumuskan masalah kajian sebagai berikut :

1. Bagaimana mekanisme kelembagaan koperasi meningkatkan kesejahteraan anggota khusunya dan umumnya.

perikanan masyarakat

2. Bagaimana penguatan kelembagaan koperasi perikanan yang baru di kembangkan?

3. Bagaimana strategi dan program yang tepat untuk menguatkan kelembagaan koperasi?

1.3. Tujuan Kajian

Maksud kajian ini adalah untuk mempelajari dan merumuskan pola pengembangan koperasi perikanan masyarakat pasca konflik dalam mengembangkan ekonomi rakyat. Tujuan yang ingin dicapai dari kajian pegembangan masyarkat secara khusus adalah :

(20)

6

2. Menganalisis proses penguatan kelembagaan koperasi dalam

masyarakat pasca konflik.

3. Merumuskan strategi dan program penguatan kelembagaan koperasi

(21)

2. 1. 1. Konsep Koperasi

Koperasi secara etimologis terdiri dari dua kata "Co dan Operation". Co artinya bersama dan Operation artinya bekerjasama atau kebersamaan (Koerman, 2003). Sehingga secara harfiah dapat diartikan sebagai bekerja bersama atau lebih populer dengan sebutan kebersamaan.

International Cooperative Alliance (lCA), suatu lembaga koperasi internasional memberikan defenisi koperasi sebagai berikut : Koperasi adalah kumpulan orang-orang atau badan hukum yang bertujuan untuk perbaikan sosial ekonomi anggotanya dengan memenuhi kebutuhan anggotanya dengan jalan berusaha bersama saling membantu antara yang satu dengan lainnya dengan cara membatasi keuntungan.

Dr. Mohammad Hatta memberikan pengertian koperasi sebagai berikut : Bahwa koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki penghidupan ekonomi berdasarkan tolong menolong para anggotanya dengan percaya kepada diri sendiri atas dasar solidaritas, individualitas dan kolektivitas. Sejak awalnya Bung Hatta telah menekankan bagaimana pentingnya faktor kejujuran perlu dihidupkan dan dikembangkan dalam koperasi.

Djojohadikoesoemo da/am Hendrojogi (2003), mengatakan bahwa "Koperasi ialah perkumpulan manusia seorang-seorang yang dengan sukanya sendiri hendak bekerja sam a untuk memajukan ekonominya. Defenisi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

• Adanya unsur kesukarelaan dalam berkoperasi;

• Bahwa dengan bekerjasama itu, manusia akan lebih mudah mencapai apa yang diinginkan;

(22)

8

Soeriatmaatmadja da/am Hendrojogi (2003), dalam kuliahnya pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia memberikan defenisi koperasi sebagai berikut : Koperasi ialah suatu perkumpulan dari orang-orang yang atas persamaan derajat sebagai manusia, dengan tidak memandang haluan agama dan politik secara sukarela masuk, untuk sekedar memenuhi kebutuhan bersama yang bersifat kebendaan atas tanggungan bersama. Apa yang didefenisikan ini mengandung unsur-unsur:

• Unsur Demokrasi • Unsur sosial

• Unsur tidak semata-mata mencari keuntungan.

Raka, (1981), memberi defenisi koperasi adalah : suatu badan usaha bersama, khususnya dalam bidang perekonomian, dimana anggota-anggotanya, yang umumnya ekonomi lemah, bergabung secara sukarela dan atas dasar persamaan hak dan kewajiban melakukan suatu usaha yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan anggota-anggotanya.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian mendefenisikan Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

Dengan demikian maka Koperasi pada hakekatnya adalah suatu organisasi yang menghimpun orang-orang yang mempunyai kesamaan tujuan dengan sukarela berkumpul untuk melakukan kegiatan ekonomi demi kesejahteraan mereka.

2. 1. 2. Konsep Kelembagaan

(23)

tatanan aturan yang disepakati bersama guna pencapaian tujuan bersama dalam kerjasama tersebut. Dalam hal ini menurut Tonny dan Utomo (2003) kelembagaan memiliki tujuan untuk mengatur antar hubungan yang diadakan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang paling penting.

Kelembagaan sendiri merupakan terjemahan langsung dan istilah social institution. Dalam hal ini kelembagaan dapat diartikan sesuai dengan asal kata institute yang merujuk kepada berbagai bentuk organisasi. Namun Veblen (Daryanto, 2004) lebih mengartikan kelembagaan kepada norma-norma, nilai-nilai, tradisi dan budaya. Goldsmith dan Brikenhoff (Daryanto, 2004) mengartikan kelembagaan sebagai aturan prosedur yang menentukan bagaimana manusia bertindak dan atau peranan organisasi yang bertujuan untuk memperoleh status atau legitimasi tertentu.

Melihat kedua perbedaan di atas, dalam Tonny dan Utomo (2003) terdapat dua perspektif tentang kelembagaan sosial. Pertama, suatu perspektif yang memandang baik kelembagaan maupun asosiasi sebagai bentuk organisasi sosial, yakni sebagai kelompok-kelompok, hanya saja kelembagaan bersifat lebih universal dan penting sedangkan asosiasi bersifat kurang penting dan bertujuan lebih spesifik. Kedua, perspektif yang memandang kelembagaan sebagai kompleks peraturan dan peranan sosial secara abstrak dan memandang asosiasi-asosiasi sebagai bentuk-bentuk organisasi yang konkrit. Sehubungan dengan hal ini Soekanto (2001) menyatakan bahwa social institution merupakan himpunan norma-norma segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan wujud kongkrit lembaga kemasyarakatan tersebut adalah asosiasi (association).

(24)

10

masyarakat dikenal, diakui, dihargai, dan kemudian ditaati dalam kehidupan sehari-han (Soekanto, 2001).

Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari lembaga dijadikan sebagai sarana untuk mengatur dan mempengaruhi perilaku dan tindakan masyarakat dalam mencapai tujuan tertentu. Mubyarto (1972), mengatakan bahwa masyarakat memiliki kelembagaan yang mengatur tata kehidupan mereka. Kelembagaan sosial adalah suatu sistem peraturan-peraturan dan adat istiadat yang mempertahankan nilai-nilai penting. Masyhuri (1996), lembaga adat yang penting dalam masyarakat nelayan misalnya kepemilikan alat tangkap, jual beli hasil tangkap, sewa menyewa alat tangkap, bagi hasil, gotong royong, himpunanlkelompok nelayan, koperasi dan lain-lain.

Doom dan Lammers da/am Kolopaking (2002) memberi pengertian tentang fungsi kelembagaan sosial adalah (1) memberi pedoman berprilaku pada individulmasyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan; (2) menjaga keutuhan, dengan adanya pedoman yang diterima bersama, maka kesatuan dalam masyarakat dapat dipelihara; (3) memberi pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan kontrol sosial. Artinya sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku anggotanya; dan (4) memenuhi kebutuhan pokok manusialmasyarakat. Dari fungsi kelembagaan diatas maka dapat disebutkan bahwa kelembagaan berfungsi sebagai pedoman individulmasyarakat perekat untuk mempersatukan masyarakat dan sebagai kontol sosial.

2. 1. 3. Koperasi Sebagai Lembaga

Koperasi merupakan salah satu bentuk organisasi ekonomi yang dipilih oleh sebagian anggota masyarakat dalam rangka meningkatkan kemajuan ekonomi rumah tanggan serta kesejahteraan hidupnya. Secara logika sederhana, orang akan memilih koperasi jika organisasi ekonomi tersebut dirasakan atau diyakini bisa mendatangkan manfaat lebih besar baginya dari pada bentuk organisasi ekonomi lain.

(25)

menawarkan kesamaan hak dan kewajiban anggota dalam sistem perekonomian tanpa memandang kekayaan dan atau status sosialnya.

Rochdale atau lebih dikenal dengan "The Rochdale Society of Equitable Pioneers", yang dinyatakan sebagai peraturan dari perkumpulan itu kemudian dikenal sebagai asas-asas Rochdale, telah mengilhami cara kerja dari gerakan-gerakan koperasi sedunia ( Hendrojogi, 2004). Asas- asas Rochdale tersebut adalah :

1. Pengendalian secara demokratis (Democratic controf). 2. Keanggotaan yang terbuka (Open membership).

3. Bunga terbatas atas modal (Limited interest on capitaf).

4. Pembagian sisa hasil usaha kepada anggota proporsional dengan pembeliannya (The distribution of surplus in devidend to the members in proportion to their purchases).

5. Pembayaran secara tunai atas transaksi perdagangan (Trading strictly on

a

cash basis).

6. Tidak boleh menjual barang-barang palsu dan harus murni (Selling only pure and unadelterated goods).

7. Mengadakan pendidikan bagi anggota-anggotanya tentang asas-asas koperasi dan perdagangan yang saling membantu (Providing for the education of the members in Co-operative principles as well as for mutual trading).

8. Netral dalam ali ran agama dan politik (Politik and religious neutrality).

Dr. Mohammad Hatta membagi asas-asas Rochdale tersebut dalam dua bagian ( Hendrojogi, 2004) :

Dasar-dasar pokok :

1. Demokrasi koperatif, yang artinya bahwa kemudi (pengelolaan) dan tanggungjawab, adalah berada di tangan anggota sendiri. 2. Dasar persamaan hak suara.

3. Tiap orang boleh manjadi anggota.

(26)

jasa-jasanya.

5. Sebagian dari keuntungan diperuntukkan pendidikan anggota. Dasar-dasar moral:

1. Tidak boleh dijual dan dikedaikan barang-barang palsu. 2. Harga barang harus sarna dengan harga pasar setempat. 3. Ukuran dan timbangan barang harus benar dan dijamin.

12

4. Jual beli dengan tunai. Kredit dilarang karena menggerakkan hati orang untuk membeli di luar kemampuannya.

Memang dalam kenyataannya, kita melihat bahwa tidak semua kedelapan buah asas Rochdale itu dipatuhi oleh perkumpulan koperasi di semua negara.

Dalam membicarakan koperasi di Indonesia, tidak dapat dipisahkan dengan Mohammad Hatta. Dialah dalam perjalanan sejarah Indonesia, dinobatkan sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Bung Hatta-Iah yang meperkenalkan gerakan koperasi di Indonesia. Tujuan Bung Hatta memperkenalkan gerakan koperasi adalah memperbaiki nasib orang-orang yang lemah ekonominya dengan jalan kerja sarna. Kerjasama adalah dasar rasa solidaritas.

Pemikiran diatas memiliki banyak persamaan dengan paradigma pokok koperasi sebagai lembaga ekonomi. Koperasi merupakan kelembagaan yang memiliki norma dan peraturan yang dinyatakan dalam bentuk prinsip-prinsip koperasi, yang menjadi ciri pembeda terhadap lembaga usaha non-koperasi. Koperasi berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat yang dilayaninya. Salah satu pendekatan yang dikembangkan oleh pendekatan ekonomi kelembagaan adalah kelembagaan memandang perilaku sebagai bag ian dari rangkaian struktur - perilaku - kinerja. Struktur dianggap akan menentukan pola perilaku, dan pola perilaku akan mempengaruhi kinerja, serta pada akhirnya kinerja akan mempengaruhi kondisi struktur kelembagaan ekonomi yang bersangkutan (Cook, 1995).

(27)

berkelanjutan di pedesaan diperlukan adanya lembaga ekonomi yang efektif. Oleh sebab itu proses transformasi struktural yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan kegiatan ekonomi yang efektif memerlukan pula model pembinaan dan pengorganisasian tertentu. Lembaga yang diharapkan dapat banyak berperan dalam proses transformasi struktural tersebut diatas adalah lembaga ekonomi yang berwatak sosial. Lembaga yang sesuai untuk itu adalah koperasi, karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Dufler dalam Nasution, 1990).

a. Anggota terikat oleh satu atau beberapa kepentingan atau tujuan bersama (kelompok koperasi).

b. Anggota koperasi berjuang bersama dan saling mendukung untuk meningkatkan status ekonomi dan sosial mereka (swadaya koperasi secara tidak langsung terlihat dari loyalitas dan solidaritas para anggotanya).

c. Anggota kopersai memanfaatkan organisasinya dengan prinsip pemilikan bersama dan mempertahankan bersama bangun usaha koperasi.

d. Usaha koperasi dituntut sesuai dengan keragaan dan tugasnya untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya secara individu.

Dengan demikian maka kelembagaan koperasi adalah organisasi ekonomi mandiri, yang dimiliki anggota dan bertujuan mengingkatkan kesejahteraan anggota.

2. 1. 4. Perkembangan Kelembagaan Koperasi.

Perkembangan koperasi dari waktu ke waktu mengalami berbagai perubahan. Berkaitan dengan pandangan kelembagaan atas struktur hak kepemilikan dan perkembangan kegiatan koperasi, Cook (1995) menyatakan bahwa koperasi akan berkembang secara bertahap. dimana tantangan yang dihadapi pada setiap tahap adalah hasil dari perubahan struktur hak yang dialami pad a tahap sebelumnya.

(28)

14

dipaparkan melalui beberapa masa pertumbuhan. Koperasi di Indonesia mulai dengan didirikannya bank bantuan dan tabungan pegawai bangsa Indonesia (Spaark bank vaar Inlandsche bestuurs ambtenaren) oleh R. Bei Aria Wiria Atmadja (patih di Purwakerto) pada tahun 1895. pendirian bank tersebut ditujukan untuk membantu pegawai negeri bumi putra, petani dan tukang. Oleh karena itu bank tersebut mendapat julukan De Vader van de Landbauw Crediet Bank. Pad a watu itu Patih Wiria Atmadja tidak pernah menamaknnya dengan koperasi, tetapi prinsip dasar yang dianut oleh bank terse but yang dikenal sebagai swadaya (self help) adalah prinsip dasar koperasi. diawal abad ke 20 bank-bank serupa telah berdiri pula di luar jawa seperti misalnya di Sumatera dan Manado (Saedjita Sosrodiharjo, 1982). Usaha yang dirintis oleh Aria Wiria Atmadja diteruskan oleh Westerrode sehingga kemudian terbentuk Bank Rakyat, Rumah Gadai, Bank Oesa dan Lumbung Oesa. Oalam perkembangan selanjutnya Bank Rakyat diubah menjadi Bank Koperasi Tani dan Nelayan dan sekarang Menjadi Bank Rakyat Indonesia.

Dr. R. Soetomo pada tahun 1908 mendirikan Perkumpulan Budi Utomo yang di bidang ekonomi menggerakkan masyarakat dengan prinsip-prinsip koperasi melalui pendirian koperasi-koperasi konsumsi. Oemikian juga H.O.S. Tjokroaminoto mendirikan Syarekat Oagang Islam (SOl) pad a tahun 1912. disamping bergerak dibidang politik, SOl juga bergerak di bidang ekonomi yang mengembangkan koperasi-koperasi simpan-pinjam.

(29)

1947 di Tasikmalaya. Dalam kongres itu dibentuk Sentral Organsiasi Koperasi Rakyat Indonesia (SOKRI) dan Niti Sumantri juga terpilih menjadi ketuanya yang pertama. Dan dalam catatan sejarah perkoperasian dalam kong res tersebut diputuskan tanggal 12 Juli sebagai Hari Koperasi Indonesia.

Dalam kongres I koperasi seluruh Indonesia yang berlangsung di Tasikmalaya, melahirkan beberapa keputusan yang penting bagi perkembangan koperasi di Indonesia. Keputusan tersebut antara lain: a. Ditetapkan tanggal12 Juli sebagai Hari Koperasi Indonesia.

b. Ditetapkannya azas gotong royong sebagai azas Koperasi Indonesia. c. Mengusahakan terbentuknya Koperasi Desa di seluruh Indonesia

untuk memperkuat perekonomian nasional.

Sejarah perkoperasian juga mencatat tokoh pejuang kemerdekaan Muhammad Hatta yang sejak awal perjuangan memperebutkan kemerdekaan, memperjuangkan berdirinya koperasi Indonesia. Bung Hatta berperan sebagai arsitek Pasal 33 UUD 1945. kongres ke II pada tahun 1953 menetapkan Dr. Muhammad Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia.

Dalam perkembangan koperasi, tercatat berabagai pertauran perundang-undangan yang mengatur tentang koperasi, antara lain: a. Tahun 1949 Pemerintah Federal Belanda mengeluarkan

Undang-Undang tentang perkumpulan Koperasi yang termuat dalam Staatsblad 1979 tahun 1949. Undang-Undang tersebut hanya merupakan terjemahan Undang-Undang Perkoperasian tahun 1949 dan Undang-undang perkoperasian tahun 1933.

b. Pemerintah Indonesia pad a tahun 1958 mengeluarkan Undang-undang nomor 79 tahun 1958 tentang Perkumpulan Koperasi. dalam Undang-undang ini ada bebrapa hal yang dapat dikemukakan.

• Mulai saat itu koperasi Indonesia hidup atas dasar Undang-undang Perkumpulan Koperasi Nasional. bukan kolonial.

(30)

16

• Orang asing tidak lagi dibenarkan mendirikan dan menjadi anggota serta pengurus koperasi.

• Pemerintah berkewajiban untuk membimbing, memampukan dan mengawasi koperasi.

Koperasi Indonesia juga tidak terlepas dari kepentingan politik, dim ana pada tahun 1960 sampai dengan 1965, Undang-undang dan beberapa peraturan dikeluarkan dalam rangka pembangun koperasi, tetapi baik undang-undang maupun peraturan-peraturan tersebut lebih diarahkan pada kepentingan politik dari golongan-golongan tertentu dan menempatkan koperasi sebagai bagian tertentu dalam sistem ekonomi.

Setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965. Pemerintah Indonesia mulai menata kehidupan baru Gerakan Koperasi Indonesia dengan ditetapkannya Undang-undang No 12 tahun 1967 sebagai pengganti Undang-undang Koperasi No 14 tahun 1965. Undang-undang no 12 tahun 1967, berusaha mengembalikan koperasi kepada citra yang sebenarnya yaitu sesuai dengan Undang-undang dasar 1945 pasal 33, dan diharapkan koperasi menjadi tulang punggung perekonomian nasional.

(31)

KUD. Dengan kebijakn seperti ini maka koperasi dianggap sebagai agen pemerintah untuk mempercepat pembangunan.

Dalam melihat keberhasilan koperasi di Indonesia berikut kita lihat beberapa hasil kajian terdahulu tentang koperasi. Bisri (2000), dalam penelitiannya pada Koperasi Perikanan KUD Makaryo Mino Pekalongan. Dimana KUD Mino sang at maju dan bahkan menjadi KUD Mina sebagai Koperasi Teladan Tingkat Nasiona!. Anggota KUD Makaryo Mino ini terdiri dari para buruh nelayan, para pemilik kapal, dan para baku!. Tiga kelompok anggota yang memiliki karakteristik berbeda secara sosial ekonomi ini berkoperasi karena memiliki kesamaan, yaitu sama-sama bergerak di bidang perikanan. Keberhasilan KUD Makaryo Mino dalam menggalang sinergi (sinkronisasi energi) dari ketiga kelompok anggota tersebut untuk kesejahteraan bersama merupakan suatu keberhasilan yang patut dicontoh.

Kunci keberhasilan dari KUD Makaryo Mino adalah ditumbuhkannya iklim demokratis, terbuka, dan partisipatif yang dipandu dengan kepemimpinan usaha yang jujur dan profesional, serta memperoleh bantuan pembinaan yang tepat dari pemda dan Departemen Koperasi dan UKM.

(32)

18

informasi dan teknologi untuk mengembangkan usaha dan lingkungan yang mendukung pertambangan.

Untuk mengatasi masalah-masalah struktural yang dihadapi koperasi tambak di Kabupaten Indramayu, perlu dilakukan dengan pendekatan institusional dengan memprioritaskan pada peningkatan faktor-faktor penentu intemal dengan upaya-upaya pemberdayaan (empowerment), membangun kapasitas (capacity building) dan pembangunan secara berkelanjutan (sustainable development), terhadap faktor-faktor dominan melalui strategi :

a. Meningkatkan kualitas 80M petambak untuk meningkatkan produktivitas.

b. Meningkatkan pengatahuan dan pemahaman tentang perkoperasian serta meningkatkan pelayanan koperasi secara tepat pad a anggota dan masyarakat.

c. Meningkatkan usaha simpan plnJam koperasi yang mantap dan terjangkau oleh anggota dan masyarakat.

d. Meningkatkan akses terhadap permodalan, pasar, informasi dan teknologi dalam pengembangan usaha dan memperbaiki kondisi lingkungan.

e. Meningkatkan kemampuan organisasi dan manajemen dalam pengusahaan tambak secara berkelanjutan.

Untuk mendukung terlaksananya upaya-upaya tersebut, juga diperlukan dukungan peningkatan faktor-faktor penentu ekstemal meliputi perbaikan sarana dan prasarana, penyediaan tenaga penyuluh yang handal, keberpihakan perbankan, penatagunaan lahan, penegakan hukum, dan dukungan kebijakan-kebijakan dari berbagai instansi terkait.

(33)

Hasil kajian ini menunjukkan bahwa keberhasilan KUD dalam mencapai tujuannya sangat ditentukan oleh faktor-faktor internal yang melekat pada para pelaksana manajemen dan dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang merupakan iklim pertumbuhan dan perkembangannya.

Faktor-faktor internal yang dimaksud adalah : 1. Tingkat Pendidikan Pengurus.

Tingkat pendidikan pengurus erat sekali kaitannya dengan kemampuan manajemen yaitu manajemen organisasi, manajemen usaha dan manajemen tenaga pelaksana, serta kemampuan memanfaatkan potensi lingkungan.

2. Tingkat Pendidikan Badan Pemeriksa.

Tingkat pendidikan dan pengetahuan badan pemeriksa di bidang administrasi dan keuangan, juga status sosialnya yang tinggi akan memudahkan badan pengawas untuk melakukan pemeriksaan terhadap jalannya kegiatan perkoperasian. Sehingga meminimalisir terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang merugikan KUD terutama di bidang keuangan.

3. Tingkat Pendidikan dan Pendapatan Manajer.

Dalam melaksanakan berbagai pelayanan yang sebaik-baiknya kepada anggota harus didukung dengan kemampuan manajer yang profesional. Di mana pengetahuan manajerial yang di miliki manajer harus dapat mengembangkan koperasi dan ini didukung oleh pendapatan manajer yang memadai.

4. Jumlah Anggota.

(34)

20

5. Besar Modal Yang Dipergunakan Dalam Usaha.

Besar modal yang dipergunakan dalam usaha berkaitan langsung dengan volume usaha. Sampai pada suatu batas tertentu semakin besar volume usaha semakin kecil biaya persatuan barang sehingga lebih besar kemungkinan diperoleh sisa hasil usaha.

Faktor-faktor Eksternal :

Sebagai suatu organisasi ekonomi yang berwatak sosial yang hidup ditengah-tengah masyarakat, beranggotakan orang-orang dari masyarakat yang sama, maka KUD tidak terlepas dari pengaruh sifat-sifat anggota masyarakat setempat. Sedangkan faktor eksternal yang tidak secara lang sung berpengaruh terhadap KUD adalah kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi.

Nasution (1990), menelaah keragaan KUD sebagai organisasi ekonomi pedesaan secara komprehensif dengan pendekatan persamaan simultan yang menyangkut fungsi keberhasilan usaha KUD, fungsi pencapaian target, fungsi pelayanan kepada anggota, fungsi partisipasi anggota dan fungsi keanggotaan.

Studi terse but telah memberikan banyak penjelasan mengenai hubungan sebab akibat dari berbagai faktor dalam lingkup sosial, ekonomi dan manajemen koperasi. Hampir seluruh faktor internal dan eksternal telah ditelaah dalam kaitannya dengan keberhasilan dan terhadap sebagian dari dampak koperasi masyarakat.

2. 2. Penguatan Kelembagaan Koperasi.

Kelembagaan merupakan wadah bagi masyarakat untuk berpartisiipasi, masyarakat akan berpartisipasi menekala organisasi tersebut sudah dikenal dan dapat memberikan manfaat langsung pada masyarakat yang bersangkutan, serta pimpinan yang dikenali dan diterima oleh kelompok sosial (Nurdin, 1998)

(35)

da1am konteks pengembangan kelembagaan dapat pula dilakukan penguatan kelembagaan.

Penguatan kelembagaan dilakukan dengan cara Capacity Building

(penguatan kapasitas), di mana istilah ini makna dan caranya berbeda-beda antara orang dan organisasi. Penguatan kelembagaan dikatakan juga sebagai " ... Strengthening people's capacity to determine their own values and priorities, and to organize themselves to act on these, which is

the basic for development". (memeperkuat kapasitas orang-orang untuk

menentukan nilai-nilai dan prioritas mereka sendiri dan untuk mengatur diri mereka sendiri dari bertindak dalam kegiatan yang merupakan dasar dari pengembangan) (Deborah Eade dan Suzane, dalam Tim O'Shaughnessy with Leane Black and Helen Carter, 1999). Ada juga yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan capacity building

adalah untuk menggambarkan serangakaian tindakan mulai dari mengembangkan kapasitas manusia secara langsung, restrukturisasi organisasi, dan pemasaran tanaga kerja. Tiga elemen penguatan kapasitas adalah :

1. Pembangunan manusia, terutama dalam biadang kesehatan, pendidikan, makanan, ketrampilan teknis.

2. Restrukturisasi pemerintah dan swasta untuk menciptakan pekerjaan yang terampil dapat berfungsi secara efektif.

3. Kepemimpinan politik yang memahami bahwa institusi merupakan satu kesatuan yang rentan dan mudah hancur, oleh karena itu memerlukan pendampingan yang berkelanjutan. (Bank Dunia dan

United Nation Development Program, 1999).

(36)

22

seringkali mengabaikan kemampuan kelembagaan, karena hampir semua kelembagaan yang mendukung sektor ini lemah dalam : (a) meraneang reneana kegiatan yang luwes; (b) manajemen dan administrasi seeara profesional; (e) mengoperasionalkan dan melaksanakan tugas kelembagaan seeara efektif, dan (d) melanjutkan pendanaan seeara efesien dan mandiri. Dengan dasar demokratisasi ekonomi dan kebijakan otonomi, maka strategi itu perlu menghidupkan kembali konsep peran serta masyarakat dan komunitas di dalam pengembangan kelembagaan.

Faktor-faktor berikut menunjukkan bahwa di dalam pengembangan koperasi diperlukan penguatan kapasitas kelembagaan koperasi :

Faktor Internal

a. Kualitas sumber daya anggota koperasi baik. b. Kualitas pengurus koperasi yang handal.

e. Modal dan kegatan usaha koperasi yang mendukung pengembangan koperasi.

Faktor Eksternal

a. Lingkungan sosial masyarakat dimana koperasi berada.

b. Kebijakan Pemerintah di bidang ekonomi yang terkait dengan pengembangan koperasi.

(37)

dalam keterlibatan anggota koperasi. Oleh sebab itu dibutuhkan kualitas anggota koperasi yang sadar akan tanggungjawab yang begitu besar terhadap penguatan koperasi.

Faktor pengurus juga memempunyai peran yang sangat penting. Dimana pengurus koperasi dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam Rapat Anggota, sebagaiman tercantum dalam pasal 29 (1) UU No 25/1992, untuk mewakili anggota dalam menjalankan kegiatan koperasi, dapat menunjukkan orang lain untuk menjalankan fungsi usaha sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada, yaitu manajer dan karyawan sebagai pengelolah. Pengurus memperoleh wewenang dan kekuasaan dari RAT dan melaksanakan seluruh keputusan RAT tersebut guna memberikan manfaat kepada anggota koperasi. Atas dasar itulah Pengurus merumuskan berbagai kebijaksanaan yang harus dilakukan Pengelola (Team Manajemen) dan menjalankan tugas-tugasnya. Leon Garayon dan PaulO. Mohn

dalam Hendrojogi (2004), menyebutkan bahwa pengurus koperasi

mempunyai fungsi idiil (ideal function), dan karenanya pengurus mempunyai fungsi yang luas, yaitu :

a. Berfungsi sebagai pusat pengambil keputusan tertinggi. b. Berfungsi sebagai pemberi nasi hat.

c. Berfungsi sebagai pengawas atau sebagai orang yang dapat dipercaya.

d. Berfungsi sebagai penjaga berkesinambungannya organisasi. e. Berfungsi sebagai simbol.

(38)

24

perkembangan ilmu. Dalam UU No.25 Tahun 1992 tentang perkoperasian mengatakan bahwa modal dalam koperasi pad a dasarnya dipergunakan untuk kemanfaatan anggota dan bukan untuk sekedar mencari keuntungan. Oleh karena itu balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada para anggota juga terbatas, dan tidak didasarkan semata-mata atas besarnya modal yang diberikan. Yang dimaksud dengan terbatas adalah wajar dalam arti tidak melebihi suku bunga yang berlaku di pasar. UU Perkoperasian juga menjelaskan jenis-jenis modal dalam koperasi, berupa simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela dan cadangan yang dipupuk dari hasil usaha yang merupakan kekayaan dari koperasi. 8erapa jumlah modal yang diperlukan oleh suatu koperasi sudah harus bisa ditentukan dalam proses pengorganisasian atau pada waktu berdirinya dengan rincian berpa untuk modal tetap atau yang disebut juga sebagai modal jangka panjang dan berapa untuk modal kerja yang disebut sebagai modal jangka pendek.

Faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan koperasi dapat dilihat dari lingkungan sosial masyarakat dan kebijakan pemerintah. Koperasi yang lahir ditengah masyarakat yang lingkungan sosialnya mendukung keberadaan koperasi, dimana masyarakat dapat menerima keberadaan koperasi dan memanfaatkan berbagai unit usaha yang dimiliki koperasi untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup sehari-hari.

(39)

Konflik yang terjadi selama tiga tahun terakhir ini telah memberikan dampak yang signifikan terhadap sendi-sendi perekonomian dan pranata sosial masyarakat. Impilkasinya, banyak penduduk yang mengungsi, rusak atau hancurnya prasarana dan sarana umum dan pemerintahan, menurunnya kinerja perekonomian daerah, meningkatnya jumlah angka pengangguran, menurunnya pelayanan kepada masyarakat, membengkaknya pembelanjaan pemerintah (government expenditure) serta trauma psikologis kepada masyarakat, khususnya perempuan dan anak-anak, disamping penegakkan supremasi hukum belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Upaya pemerintah untuk penyelesaian konflik dan dampak yang ditimbulkan pasca konflik dilakukan melalui berbagai program pemberdayaan masyarakat. Program ini dilakukan dalam upaya mengembalikan ekonomi keluarga korban konflik. Tindakan penyelamatan terhadap para korban konflik telah dilakukan, baik dalam bentuk penyediaan tempat tinggal, pemberian makanan maupun pemenuhan kebutuhan dasar lainnya, utamanya pelayanan kesehatan dan pendidikan. Untuk itulah pemerintah melakukan kegiatan yang dapat mengembalikan pengungsi pada kehidupan normal.

Pad a hakekatnya, pemberdayaan kegiatan ekonomi masyarakat terkait erat dengan upaya menggerakan perekonomian perdesaan. Oleh karena itu, upaya meningkatkan pembangunan perdesaan termasuk di daerah konflik, daerah minus, daerah kritis dan daerah terbelakang lainnya merupakan prioritas utama dalam pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan prasarana dan sarana perdesaan.

(40)

26

capacity) terbatas dipenuhi oleh pengungsi dari berbagai wilayah Maluku Utara. Sehingga banyak penduduk usia produktif yang kehilangan mata pencaharian menganggur di Ternate.

Koperasi baik dalam kedudukan sebagai sokoguru perekonomian nasional maupun sebagai bagian integral tata perekonomian nasional. Dengan memperhatikan kedudukan koperasi seperti itu maka koperasi sangatlah penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi masyarakat pasca konflik serta dalam mewujudkan kehidupan demokrasi ekonomi yang mempunyai ciri-ciri demokratis, kebersamaan, kekeluargaan dan keterbukaan. Dengan ciri khas ini maka koperasi dapat menjadi media bagi masyarakat memperbaiki kehidupan perekonomian keluarga mereka.

Sebagaian besar koperasi selama ini belum sepenuhnya menampakkan wujud dan perannya sebagaimana dimaksud pasal 33 ayat 1 UUD 1945. Pembangunan koperasi perlu diselaraskan dengan perkembangan lingkungan secara dinamis sehingga semakin berperan dalam perekonomian nasional, pengembangannya diarahkan agar koperasi benar-benar kembali ke jati dirinya yaitu memahami pengertian koperasi secara tepat dan benar dengan menegakkan nilai-nilai hidup yang dianut gerakan koperasi yaitu menolong diri sendiri dengan kebersamaan secara gotong royong dan kekeluargaan yang dalam pelaksanaannya senantiasa berpedoman dan menerapkan prinsip-prinsip koperasi maupun kaidah ekonomi dan bisnis.

(41)

yang serba terbatas (untuk petani gurem bahkan berada pad a tingkat subsisten). Agar bisa berpartisipasi dengan baik anggota koperasi seharusnya, minimal mampu membaca. Dengan kemampuan itu mereka bisa membaca laporan pengurus, dan lebih baik lagi bila mengerti laporan keuangan, sehingga dapat mengikuti jalannya usaha, mengontrol dan membantunya. Hanya dengan jalan demikianlah anggota akan merasa ikut memiliki, menjaga dan berjuang mengembangkan koperasi.

Kajian ini akan melihat mekanisme kelembagaan koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan anggota koperasi dan menganalisis proses penguatan kelembagaan koperasi.

(42)
[image:42.556.125.394.100.506.2]

Gambar 1 : Skema Kerangka Pemikiran

PETASOSIAL

ANALISIS

Proses Penguatan Kelembagaan Koperasi Pasca Konflik

Penyusunan Strategi Pola Penguatan Kelembagaan Koperasi

Pasca Konflik

PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN KOPERASI

PASCA KONFLIK

3.2. Waktu dan Tempat

28

(43)

salah satu dasar pertimbangan.

3.3. Pengumpulan Data dan Analisis Data

Cara pengumpulan data yang dipergunakan dalam kajian pengembangan masyarakat ini menguraikan metode-metode :

a. Pengamatan langsung melalui penulusuran data primer yaitu dengan melakukan wawancara dengan anggota koperasi (27 orang) untuk memperoleh data yang terkait dengan kegiatan-kegiatan koperasi dan sejauh mana peran anggota koperasi dalam setiap kegiatan koperasi. Wawancara dengan pengurus (3 orang), ini dilakukan untuk mengetahui unit-unit usaha yang dimiliki oleh koperasi, rencana kegiatan yang akan dilakukan untuk pengembangan kegiatan usaha koperasi dan peran serta anggota koperasi dalam setiap kegiatan koperasi. Wawancara dengan kepada kepala desa, dilakukan untuk mengetahui dampak dengan adanya koperasi dan respon masyarakat terhadap kegiatan usaha koperasi. Dan kunjungan lapangan untuk mengamati perilaku anggota koperasi dalam setiap program dan kegiatan usah yang dilaksanakan koperasi.

b. Penelusuran data sekunder yang berasal dari beberapa lembaga seperti :

";> Kantor Desa, untuk memperoleh data monografi desa.

>-

Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Halmahera Barat, untuk mengetahui data koperasi dan berbagai kegiatan yang sudah dilakukan untuk pengembangan kegiatan koperasi.

>-

LSM Semang, untuk mengetahui kegiatan pendampingan yang telah kepada koperasi di Kabupaten Halmahera Barat.
(44)

30

koperasi perikanan Desa Tuada, maka dilakukan beberapa tahapan sebagai berikut :

(1) Membentuk kelompok diskusi yang beranggotakan 12 orang (2 orang pengurus koperasi, 1 orang pengawas koperasi, 2 orang pimpinan unit usaha koperasi, 4 orang anggota koperasi, 1 orang dari LSM Semang, 1 orang staf dinas koperasi, dan 1 orang staf dinas perikanan dan kelautan). Diskusi Kelompok Terfokus ini tidak hanya dilakukan sekali saja, tetapi dilakukan sebanyak 4 kali. Dengan peserta yang berbeda.

(2) Tahap pra diskusi, tahap ini dilakukan sebagai media antara peserta diskusi khususnya anggota, pengurus dan pengawas koperasi untuk saling mengenal dengan pihak LSM, staf dinas koperasi, dan staf dinas perikanan dan kelautan. Tahap ini juga dijadikan sebagai informasi kepada peserta diskusi tentang エッーゥォセエッーゥォ@ yang akan didiskusikan.

(3) Proses diskusi, tahap ini dimulai dengan setiap peserta diskusi menyampaikan berbagai permasalahan dan kendala yang dihadapi oleh koperasi perikanan sihida ngone, dari permasalahan dan kendala yang disampaikan kemudian diidentifikasi dan dilihat permasalahan dan kendala yang menonjol dan dirasakan oleh anggota, pengurus dan pengawas koperasi. Dan ini didiskusikan secara partisipatif oleh seluruh peserta diskusi.

(4) Laporan hasil diskusi,

3.4. Perancangan dan Penyusunan Program Kerja.

(45)

sebagai fasilitator. Informasi yang digunakan adalah informasi yang dimiliki oleh anggota dan pengurus koperasi tentang partisipasi dalam pengembangan koperasi perikanan sihida ngone di Desa Tuada. Hasil diskusi ini kemudian dirumuskan secara bersama-sama menjadi program pengembangan masyarakat untuk mendesain pola penguatan partisipasi anggota koperasi.

Penyusunan program pengembangan masyarakat merupakan proses yang selalu berjalan. Penyusunan program dimulai dan dasarkan pada evaluasi terhadap program/kegiatan yang dilaksanakan. Evaluasi program dilakukan dengan proses diskusi untuk menemukan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam proses pelaksanaannya. Hasil diskusi ini yang telah berhasil mengidentifikasi masalah yang dihadapi merupakan dasar untuk penyusunan program.

Program yang telah disusun di terjemahkan dalam beberapa bentuk aktivitas atau kegiatan sesuai garis-garis besar program. Pelaksanaan aktivitas dimulai dengan penyusunan rancangan program yang akan menjadi pedoman bagi pelaksanaan kegiatan termasuk penyusunan anggaran biaya yang diperlukan dan sum bar dana.

(46)

IV. PETA SOSIAL MASYARAKAT TUADA 4.1. Mata Pencarian Masyarakat Pasca Konflik.

Desa Tuada merupakan salah satu desa dari 27 desa yang berada di wilayah kecamatan Jailolo dan secara geografis berada di wilayah pesisir. Secara ekonomi dengan kondisi geografis di wilayah pesisir des a Tuada menyimpan potensi perikanan yang melimpah. Ini juga dilihat dari sebahagian besar penduduk desa yang bermata pencharian sebagai nelayan. Selain sumber daya perikanan terdapat potensi sumber daya lokal yang mampu memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat dimana

perkebunan adalah

yang menjadi kelapa dalam

komuditas unggulan di bidang dan kakao disamping itu dikembangkannya tanaman cengkih, pala. Komuditas pertanian yang dikembangkan masyarakat Tuada antara lain tanaman holtikultura sayur dan buah-buahan.

Sumber mata pencaharian masyarakat yang mengandalkan sumber daya laut (perikanan) merupakan mata pencaharian terbesar masyarakat desa Tuada. Ini dapat terlihat dari jumlah dan jenis alat tangkap yang di miliki masyarakat Desa Tuada pada Tabel1.

Tabel 1 : Data Jenis Alat Tangkap Perikanan Desa Tuada, Tahun 2004 No Jenis Alat Tangkap Jumlah (unit)

1 Pajeko (Purciene) 1

2 Giop (Purciene Mini) 6

3 Katinting 20

4 Rumpun 5

5 Jaring Dampar 4

6 Jaring Lingkar 20

7 Tambak Ikan 32

Sumber Data: Kepala Desa Tuada. Mel 2004

[image:46.550.85.471.324.639.2]
(47)

warga keturunan cina tersebut meninggalkan des a tuada dan sampai saat ini tidak kembali lagi sedangkan KSU Tunas Banau belum dapan melanjutkan kegiatan koperasi.

Koperasi Perikanan Sihida Ngone di bentuk dengan mempertimbangkan sebagian besar jumalah anggota koperasi yang bermata pencharian sebagai nelayan, walaupun ada anggota koperasi yang bermata pencharian ganda dimana pada waktu tertentu sebagai nelayan dan waktu tertentu sebagai petani.

4.2. Punahnya Nilai-Nilai Budaya Yang Mendukung Kelembagaan Ekonomi Masyarakat Desa Tuada.

Nilai-nilai budaya masyarakat yang meliputi nilai-nilai budaya tolong menolong telah melembaga dan berkembang dalam masyarakat. Budaya tolong menolong bagi masyarakat desa Tuada di sebut

"babari".

Pada masyarakat terdapat kelompok-kelompok gotong royong yang didalamnya berkumpul orang-orang yang baru berumah tangga (rumah tangga muda) dan kegiatan-kegiatan mereka adalah membuat arisan untuk bahan baku rumah.

Kerusuhan yang bernuansa SARA yang terjadi di Propinsi Maluku Utara hampir kurang lebih dua tahun, telah merusak berbagai tatanan ekonomi, sosial termasuk nilai-nilai masyarakat yang sudah sekian abad tertanam dalam kehidupan masyarakat di zajirah Moloku Kie Raha. Korban nyawa dan harta benda yang dialami oleh masyarakat sangat besar, dan ini berpengaruh pad a tatanan dan kehidupan sosial budaya dan ekonomi masyarakat pasca konflik sosial.

(48)

34

berbagai fasilitas perdagangan/pasar, koperasi dan usaha ekonomi rumah tangga.

4.3. Upaya Pemerintah Dalam Perbaikan Sosial Ekonomi.

Dengan adanya program pemerintah dengan yang dinamakan program 3 R (Rekonsiliasi, Reevakuasi dan Rehabilitasi), berbagai program yang diarahkan untuk melakukan perbaikan di bidang sosial dan ekonomi. Untuk itu program yang pertama dilakukan adalah program reevakuasi dimana dengan telah dipulangkanya para pengungsi kedaerah asal mereka maka proses rekonsiliasi dan rehabilitasi kehidupan mereka akan berjalan dengan baik. Program reevakuasi yang juga disebut program pemulangan pengungsi menjadi perhatian serius pemerintah daerah. Karena dengan program pemulangan pengungsi maka pelaksanaan pemberdayaan dan pengembangan masyarakat pasca konflik untuk memperbaiki kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

Pelaksanaan pengembangan masyarakat desa sangat tergantung pada usaha-usaha mendinamiskan masyarakat desa. Sedangkan kemampuan pemerintah dalam menyediakan dana maupun tenaga ahli untuk melancarkan usaha terse but sangat terbatas. Dengan demikian pelaksanaan pengembangan masyarakat harus dilaksanakan dengan memberdayakan seluruh komponen dalam masyarakat. Dalam pelakasanaan usaha-usaha tersebut diperlukan pemikiran lebih jauh, yaitu tentang cara-cara untuk membawa masyarakat berpartisipasi dalam pelaksanaannya. Dukungan dari masyarakat tidaklah begitu mudah diperoleh. Munculnya kelompok-kelompok yang mempunyai kepentingan yang berbeda di desa akan membawa pengaruh yang penting.

(49)

Masyarakat Oesa Tuada yang merupakan salah satu desa di Kabupaten Halmahera Barat yang juga lang sung menjadi korban konflik sosial merasa perlu untuk memperbaiki kehidupan ekonomi meraka. Masyarakat sendiri melakukan pengembangan ekonomi dengan membentuk kelompok usaha ekonomi des a yaitu melalui jalur koperasi perikanan Sihida Ngone.

Koperasi merupakan salah satu bentuk organisasi ekonomi yang dipilih oleh sebagian anggota masyarakat dalam rangka meningkatkan kemajuan ekonomi (rumah tangga) serta kesejahteraan hidupnya. Secara logika sederhana, orang akan memilih koperasi jika organ!sasi ekonomi tersebut dirasakan atau diyakini bisa mendatangkan manfaat lebih besar baginya dari pada bentuk organisasi ekonomi lain. Oisamping itu koperasi yakini sebagai lembaga ekonomi yang memiliki semangat kekeluargaan dan gotong royong. Kondisi ini sesuai dengan jiwa dan semangat Masyarakat Tuada dimana koperasi perikanan sihida ngone berada. Jiwa gotong royong dan kekeluargaan yang dimiliki masyarakat desa tuada mampu membawa semangat dalam membina hubungan kemasyarakatan termasuk kegiatan berekonomi.

(50)

36

maka hasil tersebut dibagi dua antara pemilik dengan orang yang melakukan panen. Pol a dan semangat hidup yang ada dalam masyarakat Tuada inilah yang oleh pengurus dijadikan sebagai semangat dalam menggerakkan anggota koperasi.

Koperasi Perikanan Sihida Ngone yang dibentuk pasca konflik di Kabupaten Halmahera Barat dalam perkembangan empat tahun terakhir ternyata belum mampu memberi pelayanan yang baik. Kenyataan tersebut dilihat dari berbagai unit-unit usaha yang dimiliki koperasi dapat belum sepenuhnya melakukan aktivitas serta memberi pelayanan yang dibutuhkan anggota koperasi serta masyarakat desa.

Pada awal pendirian koperasi perikanan Sihida Ngone oleh beberapa orang tokoh masyarakat dan tokoh pemuda. Mereka mengalami berbagai kendala dalam menghadapi masyarakat desa yang memiliki sikap negatif pada koperasi. Sikap negatif sebagian masyarakat terhadap koperasi terbentuk karena oleh pengalaman buruk pada dua koperasi yang didirikan sebelum konflik. Kedua koperasi tersebut tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan masyarakat. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap koperasi tersebut justru menjadi pendorong bagi para pendiri koperasi Perikanan Sihida Ngone untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa koperasi yang baru dibentuk pasca konflik merupakan koperasi yang dapat menjalankan berbagai program/kegiatan koperasi yang telah disepakati bersama oleh anggota koperasi.

(51)

Berbagai upaya yang dilakukan oleh pengurus ternyata belum maksimal dimana masih ada anggota koperasi yang tidak dapat hadir dalam pertemuan yang dilakukan oleh pengurus. Disamping itu unit-unit usaha yang dimiliki koperasi belum seluruhnya menyediakan peluang bagi anggota koperasi untuk terlibat dalam pengelolaan unit-unit usaha terse but. Keterbatasan unit-unit usaha ini di sebabkan karena kekurangan modal untuk membiayai berbagai kegiatan unit usaha. Modal koperasi yang di dapat dari anggota koperasi melalui sumbangan wajib dan sumbangan sukarela di manfaatkan untuk unit usaha waserda, unit usaha BBM dan unit usaha jasa angkutan laut.

Berdasarkan hasil Rapat Anggota Tahun (RAT) Tahun Buku 2004 di sepakati beberapa hal sebagai berikut :

r Memberikan tanggungjawab kepada pengurus koperasi untuk

melakukan kerjasama dengan pihak Pemerintah Daerah, swasta dan perbanki:m untuk mendapatkan modal dalam rangka pengembangan usaha koperasi.

;;- Menjalin kerjasama dengan Dinas Koperasi dan UKM serta Dinas Perikanan Kabupaten Halmahera Barat untuk memperoleh bantuan alat tangkap perikanan.

4.4. Kependudukan

(52)

38

[image:52.550.125.450.261.598.2]

Berdasarkan komposisi penduduk (Gambar 2) tampak bahwa kelompok umur produktif (15 - 59 tahun) merupakan kelompok terbesar dengan jumlah 451 jiwa (59 %) dari total penduduk desa Tuada. Ini menunjukkan bahwa secara ekonomi kelompok usia produktif ini menjadi tulang punggung masyarakat dalam pemenuhan berbagai kebutuhan hidup sehari-hari.

Gambaran 2 : Piramida penduduk Desa Tuada Tahun 2004

Piramida Penduduk Desa Tuada

Tahun 2004

I

Kelompok Umur

I

I

I

I

VZセVHョ@

60fa4

I

55-$9

t

o-

54 45-49 40-44 35-39 30-34 25-29 20-24 15-19 10-14 5-9 0-4

I

I

I

I

I

I

I

l

I

I

o

10 20 30 40 50 60 Jiwa

o

Laki-Laki 0 Perempuan
(53)

4.5. Organisasi, Kelembagan dan Struktur Sosial.

Organisasi dan lembaga sosial kemasyarakatan yang berada di Desa Tuada baik formal maupun non formal mencakup :

a.

Bidang Pemerintahan dan Kemasyarakatan

Organisasi pemerintah Desa dan perengkat desa yang masih belum lengkap

Badan Perwakilan Desa (BPD) Tim Penggerak PKK

Kelembagaan Adat yang terdiri dari Kapita (panglima perang), Fanyira Koma (Ketua Adat)

Organisasi Pemuda Tingkat Desa

Hubungan antar lembaga pemerintahan dan kemasyarakatan yang ada ternyata belum maksimal, ini terlihat dari komunikasi antara kepala desa selaku pimpinan pemerintahan di tingkat desa dengan organisasi atau lembaga lainnya belum berjalan secara baik. Konflik sosial yang terjadi kurang lebih dua tahun berjalan ternyata telah melemahkan lembaga adat yang selama ini dijadikan mitra oleh pemerintah desa dalam memotivasi masyarakat desa dalam pelaksanaan program-program pembangunan di desa.

Kehidupan sosial budaya masyarakat meliputi nilai-nilai budaya tolong menolong yang telah melembaga dan berkembang dalam masyarakat. Budaya tolong menolong bagi masyarakat desa Tuada di sebut "babari". Selain itu dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok gotong royong yang didalamnya berkumpul orang-orang yang baru berumah tangga (rumah tangga muda) dan kegiatan-kegiatan mereka adalah membuat arisan untuk bahan baku rumah.

b. Bidang Ekonomi :

Koperasi Perikanan Sihida Ngone (54 Anggota)

Koperasi Serba Usaha (KSU) Tunas Banau (27 Anggota) Kelompok Nelayan Giop (15 Anggota)

(54)

40

ekonomi yang ada kurang harmonis, hal ini dipengaruhi kinerja antar lembaga ekonomi yang tidak seimbang sehingga berdampak pada persaingan usaha yang tidak sehat.

c. Bidang Pendidikan.

Sekolah Dasar Negeri 1 Tuada dengan jumlah 116 murid

SL TP kelas jauh (dalam persiapan dan tahun ajaran 2004/2005)

Dewan Pendidikan SON 1 Tuada

Sebagai desa dengan posisi yang strategis dimana berada pada posisi tengah dari beberapa desa di wilayah kecamatan Jailolo dan ditunjang dengan jumlah murid serta fasilitas gedung sekolah yang memadai maka lewat kesepakatan antar masyarakat dengan sekolah-sekolah yang berada di lima desa ( Tuada, Matui, Guaeria, Todowongi dan Bukumatiti) maka dengan izin kepala kantor cabang dinas Pendidikan Nasional Kecamatan Jailolo, untuk tahun ajaran 2004/2005 akan dibuka SL TP kelas jauh dari SMP Negeri 2 Jailolo.

d. Bidang Keagamaan.

Satu Buah Masjid dilengkapi dengan pengurus masjid Dua buah Mushollah

Empat buah tempat pengajian

Lembaga yang bertanggungjawab atas kehidupan beragama di tingkat desa, peran dari lembaga yang ada sang at begitu penting, ini dapat dilihat dari peran lembaga keagaman baik dalam hal perkawinan, kematian dan kegiatan keagaman yang lain.

(55)

"

dan tingkat pendidikan masyarakat juga memberikan gambaran tentang struktur atau pelapisan sosial masyarakat.

Desa Tuada juga merupakan salah satu desa yang masih memegang teguh adat istiadat Moloku Kie Raha. Sebelum terjadinya konflik sosial struktur adat pada tingkat desa juga mempunyai peranan yang sangat strategis dimana kepemimpinan adat lebih didengar oleh masyarakat bila dibandingkan dengan kepemimpinan formal (Kepala Desa dan perangkatnya). Namun dirasakan oleh masyarakat dalam dua tahun terakhir peran informal yang begitu kuat semakin tidak terlihat. Hal ini disebabkan karena masyarakat masih trauma dengan konflik sosial yang sempat menjadikan adat sebagai salah satu sebab timbulnya konflik

Gambar

Tabel 1. Data Jenis Alat Tangkap Perikanan Desa Tuada
Gambar 1 : Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 1 : Data Jenis Alat Tangkap Perikanan Desa Tuada, Tahun 2004
Gambaran 2 : Piramida penduduk Desa Tuada Tahun 2004
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kuasa resmi untuk mewakili dan bertindak untuk dan atas nama (nama perusahaan) dan setelah memeriksa serta memahami sepenuhnya seluruh isi pengumuman

Kapemimpinan operasional Ketua Program Studi ditunjukkan dengan pengelolaan program studi telah berjalan dengan sangat baik, melalui pelaksanaan pendidikan/

Buku ini menceritankan tentang penulis buku tersebut dalam pengalaman Pertempuran Surabaya dan menceritakan juga bagaimana terbentuknya Polisi Istimewa tersebut, karena

Penyusunan Renja SKPD ini sebagai implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2008 dan peraturan pelaksanaannya yaitu Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Tahapan,

Sementara kelompok pengeluaran lainnya tercatat memberikan sumbangan inflasi yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,0516 persen; kelompok

Pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa Pungutan Perikanan adalah pungutan negara atas hak pengusahaan dan/atau pemanfaatan sumberdaya ikan yang harus dibayar kepada Pemerintah oleh

Penerapan intervensi keperawatan pemberdayaan keluarga (family empowerment) untuk meningkatkan koping keluarga dengan diabetes militus tipe-2 masih sangat jarang dilakukan

penyelesaian secara mediasi dimana mediasi merupakan salah satu penyelesaian wanprestasi yang dapat dipilih oleh kedua belah pihak yang bersengketa sesuai