• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Status Pencemaran Logam Berat di Wilayah Pesisir (Studi Kasus Pembuangan Limbah Cair dan Tailing Padat/Slag Pertambangan Nikel Pomalaa)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Status Pencemaran Logam Berat di Wilayah Pesisir (Studi Kasus Pembuangan Limbah Cair dan Tailing Padat/Slag Pertambangan Nikel Pomalaa)"

Copied!
264
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STATUS PENCEMARAN LOGAM BERAT

DI WILAYAH PESISIR

(Studi Kasus Pembuangan Limbah Cair dan Tailing Padat/Slag Pertambangan Nikel Pomalaa)

SYAMSUL ALAM ZUBAYR

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini, saya menyatakan bahwa tesis “Analisis Status Pencemaran Logam Berat Di Wilayah Pesisir (Studi Kasus Pembuangan Limbah Cair Dan Tailing Padat/Slag Nikel Pomalaa)” adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2009

Syamsul Alam Zubayr

(3)

SYAMSUL ALAM ZUBAYR. Analysis of Pollution Status in Coastal Area (Case Study in nickel mining Pomalaa). Under the rection of ETTY RIANI and SUPRIHATIN.

The research aims to qualify and characterize the tailing waste liquid or solid, pollution load, assimilation capacity of coastal waters at location of nickel mining Pomalaa and to investigate the status of pollution in the waters as liquid waste disposal or tailing (slag). In addition, the public perception on the liquid waste or tailing results from the nickel processing. The highest pollution was TSS counted up to nomely 2.613 tons/month. The station 3 shows the highest TSS contribution of is 731 tons/month. BOD5 is the second highest contribution of pollution load, counted 292 tons/month. Ammonic nutrients load is 17,1 tons nitrate/month and 0,140 tons zn/month. Heavy metal that given highest contribution to pollution load is Zn amount counted 3,6 tons/month. Huko-huko river contributes 1,421 tons/month and Kumoro river contribute 1,3 tons Zn/month. Pollution load of nickel amount is 1.7 tons/month, where highest contribution was again stasion-3 counted 1,04 tons/month. Pollution load that has been above of level of assimilation capacity was TSS, Fe, Zn, Khrom, Pb dan Nikel. Based on Storet index 12, just station-4 (Kumoro river) that in low pollution categories, while 11 of stations were within middle pollution categories.

(4)

RINGKASAN

SYAMSUL ALAM ZUBAYR. Analisis Status Pencemaran Logam Berat Di Wilayah Pesisir (Studi Kasus Pembuangan Limbah Cair dan Tailing Padat/Slag

Pertambangan Nikel Pomalaa). Dibimbing oleh ETTY RIANI dan SUPRIHATIN.

Kabupaten Kolaka merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Sulawesi Tenggara yang terletak di wilayah pesisir dan memiliki potensi sumberdaya pesisir laut sangat besar. Kabupaten Kolaka juga memiliki cadangan sumberdaya mineral berupa nikel. Pertambangan nikel merupakan salah satu sektor terbesar yang memberikan kontribusi bagi pemerintah untuk pembangunan yang saat ini sedang direalisasikan, khususnya di Kabupaten Kolaka Propinsi Sulawesi Tenggara. Namun selain memberikan kontribusi bagi pemerintah, pertambangan juga akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitar baik, berupa dampak positif maupun dampak negatif. Sebagai contoh dampak yang ditimbulkan dari aktivitas penambangan adalah perubahan rona lingkungan (bentang fisik dan kimia), pencemaran tanah, air maupun udara.

Daerah pesisir yang digunakan sebagai tempat pembuangan limbah cair dan tailing padat slag pengolahan nikel, sekaligus dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk kebutuhan sehari-hari, memerlukan pemantauan, khususnya masalah perubahan kualitas perairan. Berdasarkan hal di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis status pencemaran logam berat di wilayah pesisir Kabupaten Kolaka khususnya di daerah pembuangan limbah/tailing melalui serangkaian pengamatan karakterisasi limbah/tailing dan pengukuran sifat fisika-kimia air di wilayah pesisir dengan harapan dapat menjadi bahan masukan sekaligus informasi dalam upaya rehabilitasi, pelestarian dan pemanfaatan kawasan pesisir lokasi pertambangan nikel Pomalaa Sulawesi Tenggara. Penentuan stasiun pengamatan pada lokasi penelitian didasarkan pada pendekatan konseptual dengan melakukan survey sehingga lokasi pengambilan sampel terdiri dari 2 bagian yaitu 4 stasiun sebagai jalan masuk limbah dari lokasi eksploitasi dan pabrik, 8 stasiun berada di laut sebagai penerima limbah.

Penentuan status mutu perairan lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan metode STORET yang terdapat pada Lampiran II Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003. Sedangkan standar baku mutu perairan mengacu pada PP No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air sedangkan standar baku mutu yang digunakan untuk outlet pabrik dipakai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.51/Men-LH/2004 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri. Analisis data utama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penentuan beban pencemaran dan kapasitas asimilasi. Analisis data sosial tentang persepsi masyarakat tentang limbah cair dan tailing padat (slag) di lokasi penelitian adalah berupa wawancara dan kuisioner bersifat diskriptif.

(5)

12,55 mg/l dan nilai-nilai tersebut juga, jauh melebihi baku mutu yang ditetapkan yakni >3 mg/l (PP No. 82 tahun 2004). Hasil pengukuran amonia masing-masing stasiun berada pada kisaran 0,002-0,006 mg/l pada stasiun sungai dan outlet pabrik, sedangkan perairan laut kisaran 0,002-0,016 mg/l. Konsentrasi nitrat pada stasiun sungai dan outlet pabrik berkisar 0,54-0,70 mg/l. Hasil pengukuran BOD5 pada 3 stasiun di sungai dan 1 di outlet pabrik menunjukan angka kisaran yaitu 1,44-22,13 mg/l. Indikator Logam Berat Besi (Fe), seng (Zn), krom heksavalen (CR+6), nikel (Ni), krom (Cr) dan timbal (Pb) yang ditemukan. Kandungan unsur besi yang ditemukan pada stasiun pengamatan berada pada kisaran 0,024–0,081 mg/l. Pada stasiun sungai dan outlet pabrik, seng hanya terdeteksi pada stasiun III (outlet pabrik) dengan kisaran 0,0009–0,045 mg/l. Sedangkan pada stasiun laut, seng terdeteksi pada semua stasiun pengamatan dengan kisaran 0,003-0,049 kosentrasi krom heksavalen yang ditemukan berada pada kisaran 0,023–0,082 mg/l. Kandungan nikel (Ni) berkisar antara 0,002–0,043 mg/l untuk stasiun sungai dan Outlet pabrik, pada stasiun laut kosentrasi nikel tertinggi pada stasiun 8 (Dermaga Slag) yaitu 0,04 mg/l. Konsentrasi Pb kisaran 0,014–0,038 mg/l sedangkan konsentrasi timbal diperairan untuk keperluan peternakan dan perikanan adalah 0.03 mg/l.

Ada dua jenis limbah khusus yaitu tailing (slag) dan batuan limbah. Tipe kedua dari limbah tersebut yaitu tailing (slag) ini dihasilkan dari proses ekstrasi peleburan yang non ekonomis yang mengandung beraneka mineral seperti silika, silikat besi, magnesium, natrium, kalium, dan sulfida. Sedangkan batuan limbah

(waste rock) ini adalah overburden yang berupa lumpur/air asam tambang (ARD) yang mengandung mineral rendah. Limbah pertambangan nikel Pomalaa mengandung logam berat Ni, Pb, Zn, Fe dan Cr yang secara signifikan lebih tinggi. Parameter logam berat yang memberikan kontribusi paling besar terhadap beban pecemaran adalah besi sebesar 3,62 ton/bulan, nikel sebesar 1,66 ton/bulan dengan kontribusi terbesar yaitu berasal dari stasiun 3 sebesar 1,04 ton/bulan. Beban pencemar logam berat yang sudah melebihi ambang batas kapasitas asimilasi adalah Fe, Zn, Cr, Pb, dan Nikel. Hasil analisis storet dari 8 stasiun pengukuran di wilayah pesisir tempat pembuangan limbah cair dan tailing padat (slag), semuanya dalam kategori pencemaran sedang. Ada 90% masyarakat tidak mengetahui wilayah pesisir Pomalaa memilik kandungan logam berat ini menandakan kurangnya perhatian pemerintah terhadap kegiatan pertambangan khususnya pemantauan limbah/tailing yang dibuang.

(6)

© Hak cipta milik IPB, Tahun 2009 Hak cipta dilindungi Udang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruhnya karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(7)

DI WILAYAH PESISIR

(Studi Kasus Pembuangan Limbah Cair dan Tailing Padat/Slag Pertambangan Nikel Pomalaa)

SYAMSUL ALAM ZUBAYR

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Pada

Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Judul Tesis

:

Analisis Status Pencemaran Logam Berat di Wilayah Pesisir (Studi Kasus Pembuangan

Limbah Cair dan Tailing Padat/Slag

Pertambangan Nikel Pomalaa)

Nama Mahasiswa

:

Syamsul Alam Zubayr

Nomor Pokok (NRP)

:

P052070111

Program Studi

:

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Disetujui, Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Etty Riani, MS Dr. Ir. Suprihatin, Dipl. Eng

K e t u a Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

(9)

Alhamdulillahirabbil’alamin penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Raab yang senantiasa melimpahkan rahmat dan kasih-Nya, sholawat dan salam atas Kekasih Allah Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul Analisis Status Pencemaran Logam Berat Di Wilayah Pesisir (Studi Kasus Pembuangan Limbah Cair dan Tailing Padat/Slag Pertambangan Nikel Pomalaa). Usulan ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan dalam penyelesaian tesis ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS selaku ketua program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana IPB, yang telah banyak memberikan arahan dan bantuan yang tak hingga selama penulis menempuh pendidikan di IPB.

2. Dr. Ir. Etty Riani, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Suprihatin, Dipl. Eng sebagai anggota komisi pembimbing, atas curahan waktu, perhatian, motivasi dan pikiran dalam penyusunan tesis ini. Semoga semuanya menjadi ibadah yang tiada putusnya dan mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari ALLAH SWT. Amin.

3. Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti selaku penguji luar dan Dr. Ir. Lailan Syaufina, MS selaku penguji Program Studi Sumberdaya Alam dan Lingkungan, atas segala waktu, pikiran dan pengetahuan yang diberikan demi kesempurnaan tesis ini.

(10)

5. Segenap staf administrasi Sekolah Pascasarjana Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) dan rekan-rekan mahasiswa program studi PSL yang kubanggakan khususnya ‘Angkatan 2007’ dan keluarga Akang Ujang Cimpea yang telah banyak memberikan dukungan dan perhatian yang sangat berarti pada saat-saat yang tepat (special thank’s to you all). Kepada semua pihak yang telah membantu namun tak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata, sehingga kekurangan–kekurangan yang menyertai merupakan gambaran keterbatasan manusia. Oleh karena itu, saran, kritik dan sumbangan pemikiran yang membangun sangat penulis harapkan.. Penulis berharap, semoga hasil ini dapat berguna bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi semua pihak.

.

Bogor, Agustus 2009

(11)

ANALISIS STATUS PENCEMARAN LOGAM BERAT

DI WILAYAH PESISIR

(Studi Kasus Pembuangan Limbah Cair dan Tailing Padat/Slag Pertambangan Nikel Pomalaa)

SYAMSUL ALAM ZUBAYR

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini, saya menyatakan bahwa tesis “Analisis Status Pencemaran Logam Berat Di Wilayah Pesisir (Studi Kasus Pembuangan Limbah Cair Dan Tailing Padat/Slag Nikel Pomalaa)” adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2009

Syamsul Alam Zubayr

(13)

SYAMSUL ALAM ZUBAYR. Analysis of Pollution Status in Coastal Area (Case Study in nickel mining Pomalaa). Under the rection of ETTY RIANI and SUPRIHATIN.

The research aims to qualify and characterize the tailing waste liquid or solid, pollution load, assimilation capacity of coastal waters at location of nickel mining Pomalaa and to investigate the status of pollution in the waters as liquid waste disposal or tailing (slag). In addition, the public perception on the liquid waste or tailing results from the nickel processing. The highest pollution was TSS counted up to nomely 2.613 tons/month. The station 3 shows the highest TSS contribution of is 731 tons/month. BOD5 is the second highest contribution of pollution load, counted 292 tons/month. Ammonic nutrients load is 17,1 tons nitrate/month and 0,140 tons zn/month. Heavy metal that given highest contribution to pollution load is Zn amount counted 3,6 tons/month. Huko-huko river contributes 1,421 tons/month and Kumoro river contribute 1,3 tons Zn/month. Pollution load of nickel amount is 1.7 tons/month, where highest contribution was again stasion-3 counted 1,04 tons/month. Pollution load that has been above of level of assimilation capacity was TSS, Fe, Zn, Khrom, Pb dan Nikel. Based on Storet index 12, just station-4 (Kumoro river) that in low pollution categories, while 11 of stations were within middle pollution categories.

(14)

RINGKASAN

SYAMSUL ALAM ZUBAYR. Analisis Status Pencemaran Logam Berat Di Wilayah Pesisir (Studi Kasus Pembuangan Limbah Cair dan Tailing Padat/Slag

Pertambangan Nikel Pomalaa). Dibimbing oleh ETTY RIANI dan SUPRIHATIN.

Kabupaten Kolaka merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Sulawesi Tenggara yang terletak di wilayah pesisir dan memiliki potensi sumberdaya pesisir laut sangat besar. Kabupaten Kolaka juga memiliki cadangan sumberdaya mineral berupa nikel. Pertambangan nikel merupakan salah satu sektor terbesar yang memberikan kontribusi bagi pemerintah untuk pembangunan yang saat ini sedang direalisasikan, khususnya di Kabupaten Kolaka Propinsi Sulawesi Tenggara. Namun selain memberikan kontribusi bagi pemerintah, pertambangan juga akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitar baik, berupa dampak positif maupun dampak negatif. Sebagai contoh dampak yang ditimbulkan dari aktivitas penambangan adalah perubahan rona lingkungan (bentang fisik dan kimia), pencemaran tanah, air maupun udara.

Daerah pesisir yang digunakan sebagai tempat pembuangan limbah cair dan tailing padat slag pengolahan nikel, sekaligus dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk kebutuhan sehari-hari, memerlukan pemantauan, khususnya masalah perubahan kualitas perairan. Berdasarkan hal di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis status pencemaran logam berat di wilayah pesisir Kabupaten Kolaka khususnya di daerah pembuangan limbah/tailing melalui serangkaian pengamatan karakterisasi limbah/tailing dan pengukuran sifat fisika-kimia air di wilayah pesisir dengan harapan dapat menjadi bahan masukan sekaligus informasi dalam upaya rehabilitasi, pelestarian dan pemanfaatan kawasan pesisir lokasi pertambangan nikel Pomalaa Sulawesi Tenggara. Penentuan stasiun pengamatan pada lokasi penelitian didasarkan pada pendekatan konseptual dengan melakukan survey sehingga lokasi pengambilan sampel terdiri dari 2 bagian yaitu 4 stasiun sebagai jalan masuk limbah dari lokasi eksploitasi dan pabrik, 8 stasiun berada di laut sebagai penerima limbah.

Penentuan status mutu perairan lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan metode STORET yang terdapat pada Lampiran II Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003. Sedangkan standar baku mutu perairan mengacu pada PP No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air sedangkan standar baku mutu yang digunakan untuk outlet pabrik dipakai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.51/Men-LH/2004 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri. Analisis data utama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penentuan beban pencemaran dan kapasitas asimilasi. Analisis data sosial tentang persepsi masyarakat tentang limbah cair dan tailing padat (slag) di lokasi penelitian adalah berupa wawancara dan kuisioner bersifat diskriptif.

(15)

12,55 mg/l dan nilai-nilai tersebut juga, jauh melebihi baku mutu yang ditetapkan yakni >3 mg/l (PP No. 82 tahun 2004). Hasil pengukuran amonia masing-masing stasiun berada pada kisaran 0,002-0,006 mg/l pada stasiun sungai dan outlet pabrik, sedangkan perairan laut kisaran 0,002-0,016 mg/l. Konsentrasi nitrat pada stasiun sungai dan outlet pabrik berkisar 0,54-0,70 mg/l. Hasil pengukuran BOD5 pada 3 stasiun di sungai dan 1 di outlet pabrik menunjukan angka kisaran yaitu 1,44-22,13 mg/l. Indikator Logam Berat Besi (Fe), seng (Zn), krom heksavalen (CR+6), nikel (Ni), krom (Cr) dan timbal (Pb) yang ditemukan. Kandungan unsur besi yang ditemukan pada stasiun pengamatan berada pada kisaran 0,024–0,081 mg/l. Pada stasiun sungai dan outlet pabrik, seng hanya terdeteksi pada stasiun III (outlet pabrik) dengan kisaran 0,0009–0,045 mg/l. Sedangkan pada stasiun laut, seng terdeteksi pada semua stasiun pengamatan dengan kisaran 0,003-0,049 kosentrasi krom heksavalen yang ditemukan berada pada kisaran 0,023–0,082 mg/l. Kandungan nikel (Ni) berkisar antara 0,002–0,043 mg/l untuk stasiun sungai dan Outlet pabrik, pada stasiun laut kosentrasi nikel tertinggi pada stasiun 8 (Dermaga Slag) yaitu 0,04 mg/l. Konsentrasi Pb kisaran 0,014–0,038 mg/l sedangkan konsentrasi timbal diperairan untuk keperluan peternakan dan perikanan adalah 0.03 mg/l.

Ada dua jenis limbah khusus yaitu tailing (slag) dan batuan limbah. Tipe kedua dari limbah tersebut yaitu tailing (slag) ini dihasilkan dari proses ekstrasi peleburan yang non ekonomis yang mengandung beraneka mineral seperti silika, silikat besi, magnesium, natrium, kalium, dan sulfida. Sedangkan batuan limbah

(waste rock) ini adalah overburden yang berupa lumpur/air asam tambang (ARD) yang mengandung mineral rendah. Limbah pertambangan nikel Pomalaa mengandung logam berat Ni, Pb, Zn, Fe dan Cr yang secara signifikan lebih tinggi. Parameter logam berat yang memberikan kontribusi paling besar terhadap beban pecemaran adalah besi sebesar 3,62 ton/bulan, nikel sebesar 1,66 ton/bulan dengan kontribusi terbesar yaitu berasal dari stasiun 3 sebesar 1,04 ton/bulan. Beban pencemar logam berat yang sudah melebihi ambang batas kapasitas asimilasi adalah Fe, Zn, Cr, Pb, dan Nikel. Hasil analisis storet dari 8 stasiun pengukuran di wilayah pesisir tempat pembuangan limbah cair dan tailing padat (slag), semuanya dalam kategori pencemaran sedang. Ada 90% masyarakat tidak mengetahui wilayah pesisir Pomalaa memilik kandungan logam berat ini menandakan kurangnya perhatian pemerintah terhadap kegiatan pertambangan khususnya pemantauan limbah/tailing yang dibuang.

(16)

© Hak cipta milik IPB, Tahun 2009 Hak cipta dilindungi Udang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruhnya karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(17)

DI WILAYAH PESISIR

(Studi Kasus Pembuangan Limbah Cair dan Tailing Padat/Slag Pertambangan Nikel Pomalaa)

SYAMSUL ALAM ZUBAYR

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Pada

Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(18)

Judul Tesis

:

Analisis Status Pencemaran Logam Berat di Wilayah Pesisir (Studi Kasus Pembuangan

Limbah Cair dan Tailing Padat/Slag

Pertambangan Nikel Pomalaa)

Nama Mahasiswa

:

Syamsul Alam Zubayr

Nomor Pokok (NRP)

:

P052070111

Program Studi

:

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Disetujui, Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Etty Riani, MS Dr. Ir. Suprihatin, Dipl. Eng

K e t u a Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

(19)

Alhamdulillahirabbil’alamin penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Raab yang senantiasa melimpahkan rahmat dan kasih-Nya, sholawat dan salam atas Kekasih Allah Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul Analisis Status Pencemaran Logam Berat Di Wilayah Pesisir (Studi Kasus Pembuangan Limbah Cair dan Tailing Padat/Slag Pertambangan Nikel Pomalaa). Usulan ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan dalam penyelesaian tesis ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS selaku ketua program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana IPB, yang telah banyak memberikan arahan dan bantuan yang tak hingga selama penulis menempuh pendidikan di IPB.

2. Dr. Ir. Etty Riani, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Suprihatin, Dipl. Eng sebagai anggota komisi pembimbing, atas curahan waktu, perhatian, motivasi dan pikiran dalam penyusunan tesis ini. Semoga semuanya menjadi ibadah yang tiada putusnya dan mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari ALLAH SWT. Amin.

3. Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti selaku penguji luar dan Dr. Ir. Lailan Syaufina, MS selaku penguji Program Studi Sumberdaya Alam dan Lingkungan, atas segala waktu, pikiran dan pengetahuan yang diberikan demi kesempurnaan tesis ini.

(20)

5. Segenap staf administrasi Sekolah Pascasarjana Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) dan rekan-rekan mahasiswa program studi PSL yang kubanggakan khususnya ‘Angkatan 2007’ dan keluarga Akang Ujang Cimpea yang telah banyak memberikan dukungan dan perhatian yang sangat berarti pada saat-saat yang tepat (special thank’s to you all). Kepada semua pihak yang telah membantu namun tak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata, sehingga kekurangan–kekurangan yang menyertai merupakan gambaran keterbatasan manusia. Oleh karena itu, saran, kritik dan sumbangan pemikiran yang membangun sangat penulis harapkan.. Penulis berharap, semoga hasil ini dapat berguna bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi semua pihak.

.

Bogor, Agustus 2009

(21)

Penulis lahir pada hari Selasa, 28 Desember 1978 dari pasangan Muh. Zubayr Yusuf dan Salmah di Bangka, Sumatra Selatan (sekarang Bangka Belitung). Penulis merupakan anak ketujuh dari sepuluh bersaudara. Penulis masuk Sekolah Dasar Negeri (SDN) No. 9 Kabupaten Kolaka pada tahun 1985 dan tamat tahun 1991. Kemudian melanjutkan studi pada tahun 1991 pada jenjang Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) dan tamat pada tahun 1994. Setelah menamatkan MTsN, penulis melanjutkan studi pada Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) No. 1 dan tamat pada tahun 1997, semuanya berada di Kabupaten Kolaka Propinsi Sulawesi Tenggara.

(22)
(23)

DAFTAR ISI Kerangka Pemikiran ... 3 Perumusan Masalah ... 6 Tujuan Penelitian ... 7 Hipotesis Penelitian ... 7 Manfaat Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Limbah B3 ... 9 Tailing Pertambangan ... 9 Tailing Pertambangan Nikel ... 11 Undang-undang Pembuangan Limbah Cair ... 12 Logam dan Logam Berat ... 13 Pencemaran Air ... 22 Bahan Pencemar dan Ekosistem Perairan ... 24 Pencemaran Logam Berat Pada Wilayah Pesisir ... 26

III. METODE PENELITIAN ... 29

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29 Metode Pengambilan Data dan Pengukuran ... 30 Metode Pengambilan Data ... 30 Penentuan Stasiun Pengamatan ... 30 Peralatan dan Bahan Penelitian ... 32 Rancangan Penelitian ... 32 Tahapan Penelitian ... 32

(24)

ii

IV. GAMBARAN UMUM ... 37

(25)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 83 Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85

(26)

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kadar Pb pada beberapa nilai kesadahan ... 21 2. Kadar Cd pada beberapa nilai kesadahan ... 22 3. Posisi stasiun pengambilan sample ... 31 4. Alat dan metode analisis pengukuran karakteristik fisika-kimia air ... 33 5. Storet tentang klasifikasi mutu air ... 34 6. Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air ... 35 7. Rekapitulasi skor indeks STORET dan status mutu air ... 71 8. Beban pencemaran perairan lokasi pertambangan nikel Pomalaa ... 73 9. Karakteristik responden tentang logam berat dari hasil penambangan dan

(27)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Bagan alir kerangka pemikiran penelitian ... 5 2. Peta lokasi penelitian ... 29 3. Lokasi titik stasiun pengambilan sampel ... 31 4. Grafik hubungan beban pencemaran dengan kosentrasi polutan ... 36 5. Struktur umum batuan yang mengandung biji nikel ... 38 6. Salah satu penampang struktur batuan lokasi penelitian ... 38 7. Struktur dan komposisi lahan sebelum penambangan ... 42 8. Alur proses peleburan nikel ... 46 9. Suhu pada stasiun pengamatan pada sungai dan outlet pabrik ... 50 10. Suhu pada stasiun pengamatan pada laut ... 50 11. Kecerahan pada stasiun pengamatan di laut ... 51 12. Kekeruhan pada stasiun pengamatan di laut ... 52 13. TSS pada stasiun pengamatan sungai dan outlet pabrik ... 53 14. TSS pada stasiun pengamatan di laut ... 54 15. Salinitas pada stasiun pengamatan di laut ... 55 16. pH pada stasiun pengamatan sungai dan outlet pabrik ... 56 17. pH pada stasiun pengamatan di laut ... 56 18. DO pada stasiun pengamatan sungai dan outlet pabrik ... 58 19. DO pada stasiun pengamatan laut ... 58 20. BOD5 pada stasiun pengamatan di sungai dan outlet pabrik ... 61

21. BOD5 pada stasiun pengamatan di laut ... 61

22. Nitrat pada stasiun pemantauan di sungai dan outlet pabrik ... 62 23. Amonia Bebas pada stasiun pemantauan di sungai dan outlet pabrik ... 63 24. Amonia total pada stasiun pemantauan di laut... 64 25. Besi pada stasiun pemantauan di sungai dan outlet pabrik ... 64 26. Seng pada stasiun pengamatan di sungai dan outlet pabrik ... 65 27. Seng pada stasiun pemantauan di laut ... 65 28. Total khrom pada stasiun pengamatan di sungai dan outlet pabrik ... 66 29. Krom heksavalen pada stasiun pemantauan di laut ... 67 30. Timbal pada stasiun pemantauan di sungai dan outlet pabrik ... 68 31. Timbal pada stasiun pengamatan di laut ... 68 32. Nikel pada stasiun pemantauan di sungai dan outlet pabrik ... 69 33. Nikel pada stasiun pemantauan di laut ... 70 34. Status pencemaran stasiun pengamatan selama penelitian ... 71 35. Analisis regresi antara beban pencemaran TSS dengan konsentrasi ... 74 36. Analisis regresi antara beban pencemaran BOD5 dengan

konsentrasi BOD5 perairan pesisir ... 75

37. Analisis regresi antara beban pencemaran amonia dengan

konsentrasi amonia perairan pesisir ... 75 38. Analisis regresi antara beban pencemaran Fe dengan konsentrasi

Fe perairan pesisir ... 76 39. Analisis regresi antara beban pencemaran Zn dengan konsentrasi

(28)

vi

40. Analisis regresi antara beban pencemaran krom dengan

konsentrasi krom perairan pesisir ... 77 41. Analisis regresi antara beban pencemaran timbal dengan

konsentrasi timbal perairan pesisir ... 77 42. Analisis regresi antara beban pencemaran nikel dengan konsentrasi

nikel perairan pesisir ... 78 43. Pengetahuan masyarakat terhadap tailing padat/slag nikel ... 82 44. Pengetahuan terhadap tailing padat/slag mengandung logam berat ... 82 45. Pengetahuan masyarakat tentang kandungan logam berat di

(29)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Hasil pemantauan/pengukuran parameter fisika kimia untuk stasiun jalan masuk limbah pertambangan nikel Pomalaa Sulawesi

Tenggara ... 91 2. Hasil pemantauan/pengukuran parameter fisika kimia untuk

stasiun penerima limbah pertambangan nikel Pomalaa wilayah

pesisir (laut) Pomalaa Sulawesi Tenggara ... 94 3. Penentuan status/mutu perairan lokasi pertambangan nikel

(30)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kabupaten Kolaka merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Sulawesi Tenggara yang berada di wilayah pesisir dan memiliki potensi sumberdaya pesisir laut sangat besar. Kabupaten Kolaka juga memiliki cadangan sumberdaya mineral berupa nikel. Pertambangan nikel merupakan salah satu sektor terbesar yang memberikan kontribusi bagi pemerintah untuk pembangunan yang saat ini sedang direalisasikan, khususnya di Kabupaten Kolaka Propinsi Sulawesi Tenggara. Namun selain memberikan kontribusi bagi pemerintah, pertambangan juga akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitar baik, yang berupa dampak positif maupun dampak negatif. Sebagai contoh dampak yang ditimbulkan dari aktivitas penambangan adalah perubahan rona lingkungan (bentang fisik dan kimia), pencemaran tanah, air maupun udara. Limbah yang dihasilkan oleh kegiatan industri umumnya mengandung unsur logam berat beracun seperti Hg, Cd, Pb, Cu, Zn dan Ni (Sanusi, 1985). Selain memiliki daya cemar yang tinggi juga seringkali bersifat berbahaya dan beracun, oleh karena itu banyak dari limbah yang dihasilkan oleh industri tergolong ke dalam bahan berbahaya dan beracun (B3) (Sudarmaji et al., 2006).

(31)

Secara administratif lokasi kegiatan penambangan nikel dibagi menjadi tiga lokasi yaitu daerah tambang utara, daerah tambang tengah dan daerah tambang selatan. Pembagian ini lebih berdasarkan kepada konsentrasi titik-titik kegiatan penambangan biji. Sedangkan pabrik ferronikel dibagi dalam tiga unit lokasi. Dalam operasionalnya, ketiga unit pabrik tersebut menghasilkan tiga jenis limbah cair berupa air pendingin mesin, air pendingin slag dan oli bekas serta satu jenis limbah padat berupa tailing slag. Air pendingin slag, pada umumnya berupa air yang disemprotkan ke dalam kolam slag untuk mendinginkan slag yang baru keluar dari

electric furnace dengan temperatur 1.550 0C. Air pendingin ini sebagian akan menguap dan sebagian lagi menjadi limbah yang dialirkan melalui drainase pabrik hingga menuju outlet terakhir yaitu laut. Temperatur air buangan yang keluar dari kolam slag ke drainase pabrik adalah ± 47 0C dan diperkirakan sampai ke drainase keluar pabrik adalah ± 27 0C. Selain limbah cair, ketiga unit pabrik FeNi juga menghasilkan limbah cair dari proses pengoperasian engine, yaitu berupa oli bekas. Sebelum dialirkan ke saluran pembuangan effluent/drainase, oli-oli bekas diolah dalam unit pengolahan oli bekas (UPOB) hingga kandungan airnya mencapai 10 - 15%. Tailing padat (slag) hasil penambangan biasanya mengandung mineral inert (tidak aktif). Secara mineralogi tailing terdiri atas beraneka mineral seperti silika, silikat besi, magnesium, natrium, kalium dan sulfida (Danny, 2006).

Daerah pesisir mempunyai batasan kemampuan tertentu untuk menerima pembuangan limbah hasil pengolahan sejauh mana pertambangan tersebut masih berada dalam batas daya dukung perairan yang bersangkutan (Dahuri, 2005). Apabila jumlah zat pencemar dari limbah/tailing hasil pengolahan tersebut melebihi daya dukungnya, maka kemampuan untuk memulihkan dirinya pun tidak ada lagi, sehingga dapat mengakibatkan menurunnya kualitas perairan daerah di wilayah pesisir dan terjadi pencemaran air. Turunnya atau tercemarnya kualitas di wilayah pesisir akan berpengaruh terhadap kehidupan dari organisme air yang ada di dalamnya dan sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.

(32)

3

organisme, maupun efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Sifat sangat sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dilingkungan perairan dan keberadaannya secara alami sulit terurai, kedua dapat terakumulasi dalam organisme termasuk moluska/kerang dan ikan, dan ketiga mudah terakumulasi di sedimen sehingga konsentrasinya selalu lebih tinggi dari kosentrasi logam di kolom air (Sutamihardja et al.,1982).

Berdasarkan hal di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis status pencemaran logam berat di wilayah pesisir Kabupaten Kolaka khususnya di daerah pembuangan limbah/tailing melalui serangkaian pengamatan karakteristik limbah/tailing dan pengukuran sifat fisika-kimia air di wilayah pesisir dengan harapan dapat menjadi bahan masukan sekaligus informasi dalam upaya rehabilitasi, pelestarian dan pemanfaatan kawasan pesisir lokasi pertambangan nikel Pomalaa Sulawesi Tenggara.

1.2. Kerangka Pemikiran

Kemajuan yang begitu pesat pada sektor pertambangan di daerah Kabupaten Kolaka Propinsi Sulawesi Tenggara akan memberikan berbagai pengaruh kepada lingkungan. Salah satu pengaruh negatif yang dihasilkan berasal dari limbah/tailing dari aktivitas pengolahan hasil pertambangan. Mengingat hal-hal yang telah dijabarkan di atas, bahwa dalam operasional hingga menghasilkan biji nikel, mulai dari penggalian hingga peleburan tidak terlepas dari berbagai dampak negatif yang ditimbulkan pada lingkungan yaitu dihasilkannya tiga jenis limbah cair berupa air pendingin mesin, air pendingin slag dan oli bekas serta dua jenis limbah padat berupa

overburden dan tailing (slag). Selain itu kegiatan masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi pertambangan dengan berbagai aktivitasnya juga tidak terlepas dari limbah. Bila semua jenis limbah yang dihasilkan tersebut masuk ke perairan, tentu akan mempengaruhi kualitas perairan pesisir yang notabene merupakan tempat yang digunakan masyarakat sebagai lapangan mata pencaharian.

(33)

terakumulasi pada organisme perairan dan dapat beracun bagi manusia yang mengkonsumsinya, selain itu juga sifat logam yang terdapat di wilayah pesisir akibat pembuangan limbah cair dan tailing/slag akan memberikan pengaruh buruk pada manusia, khusus masyarakat sekitar wilayah pesisir. Oleh karena itu diperlukan penerapan program perlindungan terhadap lingkungan melalui pengembangan: metode penambangan dan pengolahan; sistem penanganan dan daur ulang tailing; rancangan konstruksi penampungan tailing dan pengawasan pembuangannya; serta pencegahan pencemaran oleh unsur-unsur berpotensi racun dimaksud. Oleh sebab itu, diperlukan upaya pemantauan kualitas perairan agar sedini mungkin dampak negatif dari adanya pertambangan dapat diminimalisasi sehingga keberlanjutan sumberdaya pesisir lokasi pertambangan dapat dipertahankan. Selain itu mencari solusi-solusi alternatif yang dapat dilakukan agar usaha pertambangan dapat terus berlangsung tanpa mengorbankan kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Untuk lebih jelasnya kerangka pikir penelitian secara skematik dapat dilihat pada Gambar 1.

(34)

5

SUMBER PENCEMARAN LOGAM BERAT

PENAMBANGAN PENGOLAHAN

STATUS PENCEMARAN LOGAM BERAT

PP/Kepmen LH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR /LAUT BERKELANJUTAN

DISPOSAL AREA ORE

Gambar 1 Bagan alir kerangka pemikiran.

(35)

1.3. Perumusan Masalah

Daerah pesisir yang digunakan sebagai tempat pembuangan limbah cair dan

tailing padat slag pengolahan nikel, sekaligus dimanfaatkan masyarakat sekitar

untuk kebutuhan sehari-hari, memerlukan pemantauan, khususnya masalah

perubahan kualitas perairan. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan, pada saat

hujan biasanya air yang melalui sungai-sungai berwarna pekat kemerah-merahan.

Keadaan ini juga terjadi di laut, dan bahkan mencapai radius 5 -10 km sejajar pantai

dan radius ± 700 meter tegak lurus terhadap garis pantai. Kuat dugaan bahwa

material yang terbawa bersama air tersebut berasal dari sisa aktivitas penambangan

(overburden) yang masuk ke perairan pesisir melalui sungai dan air limpasan

permukaan di sekitar lokasi pertambangan. Selain itu, bahwa pada kegiatan

produksi pada unit-unit pabrik pengelolaan ferronikel 1, 2 dan 3 juga menghasilkan

limbah padat berupa tailing/slag dan limbah cair berupa air pendingin dan limbah

minyak. Adanya input sedimen (overburden) sebagai akibat eksploitasi lahan dan

adanya input limbah proses peleburan logam nikel (tailing, oli bekas dan air

pendingin) serta adanya input limbah domestik tentu akan direspon oleh perairan

sesuai dengan kemampuan purifikasinya.

Jika limbah-limbah tersebut mengandung zat-zat berbahaya dan

terakumulasi sehingga melewati ambang batas, dikhawatirkan dapat mempengaruhi

dan atau membahayakan organisme-organisme yang hidup di perairan tersebut.

Kondisi-kondisi tersebut di atas, bukan saja akan merusak lingkungan, tetapi dapat

pula menurunkan pendapatan dan atau memiskinkan masyarakat setempat terutama

bagi masyarakat yang bermata pencaharian utama sebagai nelayan tangkap

tradisional dan nelayan budidaya.

Berdasarkan uraian masalah diatas dapat dirumuskan beberapa

permasalahan pada penelitian ini, antara lain :

1. Seberapa besar beban pencemaran yang masuk ke perairan lokasi penambangan

dan pengolahan nikel Pomalaa.

2. Seberapa besar kapasitas asimilasi perairan lokasi penambangan dan

(36)

7

3. Bagaimana pengetahuan masyarakat tentang limbah/tailing padat slag hasil

pengolahan pertambangan nikel.

4. Bagaimana status pencemaran logam berat pada perairan di wilayah pesisir

tempat pembuangan limbah cair dan tailing padat (slag) pengolahan nikel

Pomalaa.

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan umum yaitu menentukan status pencemaran

logam berat di wilayah pesisir daerah penambangan dan pengolahan bijih nikel

Pomalaa, sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mendapatkan kuantitas dan karakteristik limbah cair/tailing padat (slag) dari

hasil penambangan dan pengolahan nikel Pomalaa.

2. Mendapatkan besarnya beban pencemaran yang masuk ke perairan lokasi

penambangan nikel Pomalaa.

3. Mendapatkan kapasitas asimilasi perairan pesisir lokasi penambangan nikel

Pomalaa.

4. Mendapatkan status pencemaran di perairan tempat pembuangan limbah cair

dan tailing (slag) dari penambangan dan pengolahan nikel Pomalaa.

5. Mendapatkan informasi tentang seberapa jauh pengetahuan masyarakat

tentang limbah cair/tailing padat (slag) hasil pengolahan nikel Pomalaa.

1.5. Hipotesis

Hipotesis yang akan diajukan pada penelitian ini adalah:

1. Limbah cair/tailing padat (slag) dari hasil pengolahan nikel pomalaa

merupakan jenis limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).

2. Pembuangan limbah cair dan tailing padat (slag) dari hasil pengolahan nikel

Pomalaa telah melampaui baku mutu.

3. Konsentrasi logam berat dalam air laut di wilayah pesisir penambangan dan

pengolahan nikel pomalaa telah melampaui baku mutu.

4. Masyarakat belum mengetahui kandungan limbah cair/tailing padat (slag) dari

(37)

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi kandungan limbah cair/tailing padat (slag) hasil

pengolahan nikel Pomalaa kepada masyarakat di wilayah kegiatan

pertambangan nikel.

2. Memberikan informasi tentang status pencemaran logam berat dan tingkat

pencemaran di wilayah pesisir, khususnya daerah tempat pembuangan limbah

cair/tailing padat (slag) hasil pengolahan nikel Pomalaa.

3. Sebagai bahan masukan bagi semua pihak yang berkepentingan di daerah

tersebut agar selalu melakukan pemantauan, pemeliharaan, serta pemanfaatan

perairan wilayah pesisir dengan lebih baik sehingga dapat berlangsung secara

berkelanjutan.

4. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam menganalisa untuk

(38)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Limbah B3

Ada banyak definisi yang digunakan untuk menerangkan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Definisi umum dari limbah B3 adalah limbah yang berpotensi menimbulkan resiko terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Definisi limbah B3 menurut United Nation Environment Program (UNEP) adalah limbah selain radioaktif yang karena aktivitas kimiawinya, sifat toksisitasnya, kemudahannya untuk meledak, sifat korosivitasnya, dan/atau sifat-sifat lainnya membahayakan atau berpotensi membahayakan kesehatan dan lingkungan. Definisi limbah B3 menurut Konvensi Basel adalah limbah yang memiliki minimal salah satu dari sifat-sifat berikut: mudah terbakar, oksidator, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan bersifat ekotoksik. Definisi limbah B3 menurut PP No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun adalah ”sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya

baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau

merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup,

kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain”. Lebih lanjut PP No. 18/1999 ini juga menetapkan bahwa limbah B3 memiliki minimal salah satu dari keenam karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, dan bersifat korosif.

2.2. Tailing Pertambangan

(39)

menghasilkan asam sulphuric dan logam-logam berat jika dibuang akan menyebabkan permasalahan lingkungan (Lowson, 1982).

Secara mineralogi, mineral pengotor alkali dalam tailing sering berperan sebagai pengendali pencemaran yang alamiah; dimana salah satunya adalah peranan kalsium (Ca) dalam batugamping yang dapat mempermudah pelarutan logam-logam dan menetralisir hasil oksidasi (Danny, 2006). Unsur ini bersifat lentur, tahan terhadap tekanan, memiliki titik lebur rendah serta dapat dimanfaatkan untuk pencampur logam lain seperti nikel, perak, tembaga, dan besi. Manakala sulfida secara bebas bereaksi dengan air dan oksigen, produksi sulphuric dan logam-logam berat dapat dilepaskan (Lowson, 1982), menyebabkan permasalahan lingkungan. Jangka panjang dampak lingkungan tambang tailing leachat tingkat kekhawatiran semakin meningkat, telah diakui bahwa total logam dalam tanah tidak baik untuk bioavailability dan potensi resiko/racun yang kontaminasi tanah (Sauve

et al., 2000). Menurut Vlado (2007), tailing seperti tanah salah satu masalah terbesar, masalah kompleks tailing dari rendahnya kesuburan tanah dan peningkatan akumulasi berat lapisan tanah bagian bawah dari lapisan logam.

Selain limbah lain berupa batuan limbah (air asam tambang/ARD). Menurut Kempton (2003), ARD (Acid Rock Drainage) adalah proses oksidasi yang menghasilkan asam dan melepaskan logam berat dari bentuk mineral, memungkinkan polutan ini terbawa ke lingkungan sekitarnya seperti dasar sungai dan permukaan drainase air. Meskipun potensi ARD di sebuah lokasi bisa diidentifikasi, namun kadang tetap terjadi kegagalan dalam memprediksi mekanisme dan skala masalah ARD di masa yang akan datang dimana kemampuan menyerap dan potensi penetralan asam dari tailing dan lapisan di bawah tanah saat tambang ditutup tidak sebaik yang diduga (Lottemoser et al., 2003). Tailing tambang termasuk mineralogi, ukuran butiran, kepadatan, dan komposisi kimia (Andrade et al., 2007).

(40)

11

(Hilman, 2000). Setiap kegiatan pertambangan logam menghasilkan limbah sebagai tailing yang menyebar secara terbuka dan secara parsial; pembukaan lahan melalui pengangkutan angin dan banjir, mengakibatkan macam-macam masalah lingkungan (Habashi, 1992). Kegiatan pertambangan dan geochemical menghasilkan air asam tambang (ARD) yang berasosiasi dengan aktifitas pertambangan biasanya berupa pyrite (FeS2) dan sulfid lain merupakan mineral yang dihasilkan dari pasca pertambangan antara lain logam ion, sulfat dan keasaman (Duruibe et al., 2007).

Beberapa peneliti telah melakukan investigasi penggunaan adsorption isotherms untuk memprediksi hasil dari tailing/terak (Drizo et al., 2006) karena variasi dalam proses metalurgi terdapat banyak jenis tailing/slag. Baru-baru ini penelitian menunjukkan bahwa logam oxides/oxyhydroxides slag granules di dalam penyaring peran penting yang dilakukan di absorbsi logam berat dari sungai (Pratt

et al., 2007).

2.3. Tailing Pertambangan Nikel

Menurut Hernandez et al., (2007) sekitar 100 juta ton leacing residu mengandung kurang lebih 0,5% Ni dan 0,1% Co telah diproduksi dalam 50 tahun terakhir. Tzeferis et al., (1994) menemukan bahwa sitrat acid yang paling efektif untuk larutan nikel. Tailing pertambangan nikel yaitu slag berupa butiran-butiran semen yang seperti logam. Bila limbah padat slag tersebut sifatnya terlalu asam bisa menyebabkan logam-logam tertentu seperti seng dan logam lain terlepas sehingga dapat membahayakan suatu perairan karena dapat menyebabkan penurunan kualitas perairan baik secara fisik maupun kimia dan memberikan pengaruh terhadap struktur komunitas organisme suatu perairan contohnya ikan, makrozoobentos dan organisme perairan lainnya yang dapat menurunkan populasi dan keanekaragamannya secara drastis.

Stamboliadis et al., (2004) menemukan bahwa magnetis pemrosesan tailing dari residu yang nickelferous laterit diperoleh dari yunani sehingga mengakibatkan suatu kosentrasi besi dan nikel berkurang. Lokasi Tambang di Kristineberg di Sweden utara satu tailing impoundment mempunyai suatu lapisan clayey moraine

(41)

dan lapisan penutup pasir/kerikil 1,5 m seperti tumpukan batu di gunung (Carlsson, 2002).

Analisis kimia dari tailing/slag nikel di Moa mengandung logam berat Ni: 0,34%; Co: 0,08%; Fe: 44,20%; Mg: 3,57%; Mn: 0,73%; Al: 5,2%; Cr: 0,83%; Cu: 0,01%; Zn: 0,03; SiO2: 7,8%; N: 0,01%; C: 0,84% dan S: 0,08% (Hernandez et al.,

2007). Berbagai teknik telah dikembangkan untuk mencegah oksidasi mineral sulfid dengan menciptakan penghalang oksigen, seperti lapisan penutup tailing/limbah tambang (Elander et al., 1998). Untuk mengeringkan lapisan penutup terdiri dari 1- 2m suatu lapisan dari tumpukan batu di gunung yang dilakukan diatas tailing yang mana mengurangi penetrasi dari oksigen secara bebas ke dalam tailing, begitu menciptakan suatu lingkungan anoxic (Carlsson, 2002).

2.4. Undang-Undang Pembuangan Limbah Cair

Pembuangan limbah tailing ke sungai adalah pelanggaran hukum (illegal) menurut UU lingkungan Indonesia sejak 1990. Pada Desember 2001, larangan ini diperkuat oleh PP 82/2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran. Pembuangan tailing ke sungai adalah pelanggaran langsung terhadap peraturan yang melarang pembuangan limbah cair maupun padat ke dalam atau ke sekitar sungai (Pasal 27 Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 mengenai pengelolaan sungai); dan apabila lumpur tailing dianggap sebagai limbah cair, maka pembuangan tailing ke sungai adalah juga merupakan pelanggaran langsung terhadap larangan pembuangan limbah cair ke sungai, yang diatur dalam: Pasal 26(3) (e) PP 20/1990 tentang pengendalian pencemaran air; meratifikasi peraturan pemerintah No. 82 tahun 2001 mengenai pengelolaan kualitas air dan Pengendalian pencemaran air. Pasal 42 dari peraturan ini dalam kaitannya dengan Penjelasan Resmi berikut, secara tegas melarang pembuangan tailing ke sungai : [Pasal 42: Setiap orang dilarang membuang limbah padat dan atau gas ke dalam air dan

sumber air. Penjelasan resmi PP 82/2001: “Pengertian limbah padat termasuk

limbah yang berwujud lumpur dan atau slurry. Contoh dari pembuangan limbah

padat misalnya pembuangan atau penempatan material sisa usaha dan atau

(42)

13

2.5. Logam dan Logam Berat

Logam adalah unsur yang dapat diperoleh dari laut, erosi batuan tambang, Vulkanisme dan sebagainya (Clark, 1986). Logam-logam dari dalam bumi digolongkan sebagai sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui. Secara kimiawi, logam bereaksi menuju tingkat stabil (biasanya dengan cara membentuk garam atau bentuk unsur stabil) (Palar, 1994). Menurut Sanghoon (2006), menganalisis logam dalam tanah dan lapisan tanah mengandung mineralogi komposisi tanah (As, Cd, Cr, Cu, Ni, Pb dan Zn) menggunakan XRD. Fluktuasi proses pemisahan endapan mineral, mobilitas, potensi racun sangat tinggi (Caetano, 2003). Logam di tanah berfluktuasi lebih luas di banding unsur-unsur utama. Cu, Pb dan Zn lebih tinggi di daerah tailing hasil tambang, meskipun pengaruh kontaminasi sumbernya jelas kosentrasi perubahan dengan jarak tetap tidak sistimatis menurut Kim et al., (2002).

(43)

1. Bersifat toksik tinggi yang terdiri atas unsur-unsur Hg, Cd, Pb, Cu dan Zn, 2. Bersifat toksik menengah yang terdiri dari Cr, Ni dan Co

3. Bersifat toksik sangat rendah yang terdiri dari Mn dan Fe.

Sebagian dari logam berat bersifat essensial bagi organisme air untuk pertumbuhan dan perkembangan hidupnya, antara lain dalam pembentukan haemosianin dalam sistem darah enzimatik pada biota (Darmono, 1995). Menurut Darmono (2001), logam berat masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup melalui beberapa jalan yaitu pernapasan, pencemaran, dan penetrasi melalui kulit. Absorpsi logam melalui saluran pernafasan biasanya cukup besar, baik pada biota air yang masuk melalui saluran insang, maupun biota darat yang masuk melalui debu di udara ke saluran pernafasan. Absorpsi melalui pencernaan hanya beberapa persen saja, akan tetapi jumlah logam yang masuk melalui saluran pencernaan biasanya cukup besar, walaupun persentase penyerapannya kecil. Logam yang masuk melalui kulit jumlah penyerapannya relatif kecil.

Logam berat bersifat toksik karena logam berat tersebut dapat diberikatan dengan ligan dan struktur biologi. Sebagian besar logam menduduki ikatan tersebut dalam beberapa jenis enzim dalam tubuh. Ikatan-ikatan ini dapat mengakibatkan tidak aktifnya enzim yang bersangkutan, hal inilah yang menyebabkan terjadinya toksisitas logam tersebut. Logam yang terikat pada enzim sulit didentifikasi karena tidak diketahui enzim mana yag menjadi target dari ikatan logam tersebut. Afinitas atau daya gabung dan ikatan logam dengan enzim biasanya sangat kuat (Darmono, 1995). Biasanya logam tertentu terikat dalam daerah ikatan yang spesifik untuk setiap logam dan hasil ini dapat dilihat dari gejala dan tanda-tanda serta gangguan yang ditimbulkan. Tempat ikatan logam yang spesifik tersebut menjadi dasar perkiraan dari organ atau jaringan yang sensitif terhadap keracunan logam yang memiliki dosis rendah. Pada pemberian dosis yang lebih tinggi, jaringan lain mungkin akan terganggu juga, karena menduduki ikatan pada jenis enzim yang lebih banyak.

(44)

15

dipengaruhi pertumbuhan, pengembangan dan kelangsungan hidup organisme (Duruibe et al., 2007). Logam-logam berat pada dasarnya hasil dari proses pengolahan mineral bijih (Peplow, 1999). Pencemaran logam berat permukaan dan air bawah tanah merupakan hasil sumber dari polusi tanah meningkat akibat dari penambangan bijih yang dibuang ditempat permukaan untuk penutupan permukaan galian (Garbarino et al., 1995).

2.5.1. Nikel (Ni)

Nikel (Ni) pada kerak bumi sekitar 75 mg/kg (Moore, 1991). Nikel merupakan elemen transisi yang dapat menghambat campuran logam feros dan fros. Kelimpahan nikel pada kulit bumi berada pada urutan ke 21 yaitu sebesar 0,02%, dan pada air laut berada pada urutan ke-40 yaitu diperkirakan mengandung 540 mg/m³. Nikel ditemukan di alam dalam dua bentuk bijih yang dapat diekplorasi yaitu bijih sulfida dan bijih laterik. Bijih sulfida mengandung 1-3% Nikel. Bijih laterik ditemukan dalam dua bentuk senyawa, yaitu oksida dan silikat (Alam Z, 2003).

Logam nikel murni tidak ditemukan di alam, tetapi dihasilkan dari proses pemisahan yang cukup rumit di dalam industri (Parker, 1987). Nikel yang terdapat dalam sistem akuatik berada alam bentuk garam terlarut, padatan tersuspensi, dan membentuk kombinasi dengan bahan organik yang berasal dari sumber-sumber biologi. Nikel juga terdapat dalam sedimen dan biota perairan. Kebanyakan dari garam nikel umumnya relatif mudah larut dan masuk ke dalam badan air sebagai hasil pelindian alamiah dari bijih logam dan tanah. Pembentukan nikel yang terlokalisasi dalam air mungkin juga akibat dari proses-proses industri seperti peleburan, pelapisan, dan manufaktur atau dari pembakar dan penambangan minyak bumi. Dalam tubuh makhluk hidup perairan terutama alga dan bakteri, logam nikel berperan penting dalam mengkatalisis reaksi pembentukan urea dan hidrogen.

(45)

sulfat. Pada pH > 9 nikel membentuk senyawa kompleks dengan hidroksida dan karbonat, dan selanjutnya mengalami presipitasi. Demikian juga pada kondisi anaerob, nikel bersifat tidak larut (Moore, 1991).

Secara umum nikel di perairan merupakan unsur yang bersifat nonkonservatif, akan tetapi menunjukan sifat konservatif di muara sungai (Chester, 1993). Sumber utama nikel berasal dari pengikisan batuan yang ada di sungai (Bryan, 1976). Nikel di muara sungai menunjukan konsetrasi yang semakin meningkat dengan peningkatan kekeruhan. Peningkatan konsentrasi nikel terlarut pada tingkat kekeruhan yang tinggi terjadi karena proses desorpsi dari partikel-partikel yang ada di muara sungai dan proses resuspensi. Kadar nikel di perairan tawar alami adalah 0,001 – 0,003 mg/liter (Effendi, 2003); sedangkan pada perairan laut berkisar antara 0,005 – 0,007 mg/liter (McNeely et al., 1979). Untuk melindungi kehidupan organisme di akuatik, kadar nikel sebaiknya tidak lebih melebihi 0,025 mg/liter (Effendi, 2003). Nikel termasuk unsur yang memiliki toksisitas rendah. Nilai LC50 nikel terhadap beberapa jenis ikan air tawar dan ikan air laut berkisar 1 – 100 mg/liter. Urutan toksisitas beberapa logam dari yang sangat rendah sampai yang sangat tinggi berturut-turut adalah Sn<Ni<Pb<Cr<Co<Cd<Zn<Cu<Ag<Hg (Moore, 1991).

2.5.2. Besi (Fe)

Besi dalam perairan merupakan salah satu jenis trace metals (Chester, 1993). Konsentrasi besi (Fe) terlarut yang terdapat dalam di perairan alami (tidak tercemar) sekitar 0,00004 ppm (Chester, 1993). Konsentrasi besi di muara sungai tercatat lebih besar, disebabkan adanya kontribusi unsur besi yang ditrasportasikan melalui sistem sungai yang bermuara di teluk.

(46)

17

dan selanjutnya akan menyebabkan besi terpartikulasi sehingga konsentrasi besi terlarut pada muara sungai dan laut akan berkurang.

2.5.3. Seng (Zn)

Seng (zinc) termasuk unsur yang terdapat dalam jumlah berlimpah di alam. Kadar seng pada kerak bumi sekitar 70 mg/kg (Effendi, 2003). Kelarutan unsur seng dan oksida seng dalam air relatif rendah. Seng yang berikatan dengan klorida dan sulfat mudah terlarut, sehingga kadar seng dalam air sangat dipengaruhi oleh bentuk senyawanya. Ion seng mudah terserap ke dalam sedimen dan tanah. Silika terlarut dapat meningkatkan kadar seng, karena silika mengikat seng. Jika perairan bersifat asam, kelarutan seng meningkat. Kadar seng pada perairan alami < 0,05 mg/liter (Moore, 1990); pada perairan asam mencapai 50 mg/liter; dan pada perairan laut 0,01 mg/liter (McNeely et al., 1979).

Sumber utama seng adalah calamine (ZnCO3), sphalerite (ZnS), smithsonite (ZnCo3), dan wilemite (Zn2SiO4) (Effendi, 2003). Seng banyak digunakan dalam industri besi, baja, cat, karet, tekstil, kertas, dan bubur kertas. Seng termasuk unsur yang esensial bagi makhluk hidup, yakni berfungsi untuk membantu kerja enzim. Seng juga diperlukan dalam proses fotosintesis sebagai agen bagi transfer hidrogen dan berperan dalam pembentukan protein. Davis dan Cornwell (1991) mengemukakan bahwa seng tidak bersifat toksik bagi manusia, akan tetapi pada kadar yang tinggi dapat menimbulkan rasa pada air. Toksisistas seng menurun seiring dengan meningkatnya kesadahan dan meningkat dengan meningkatnya suhu dan menurunnya oksigen terlarut.

Toksisitas seng bagi organisme akuatik (alga, avertebrata, dan ikan) sangat bervariasi, < 1 mg/liter hingga >100 mg/liter. Bersama-sama dengan K, Mg dan Cd, seng bersifat aditif. Toksisitasnya merupakan penjumlahan dari masing-masing logam (Effendi, 2003). Toksisitas seng dan copper bersifat sinergetik, yaitu mengalami peningkatan, lebih toksik daripada penjumlahan keduanya.

2.5.4. Kromium (Cr)

(47)

Effendi (2003), menyatakan bahwa kromium yang ditemukan di perairan adalah kromium trivalen (Cr3+) dan kromium heksavalen (Cr6+). Namun pada perairan yang memiliki pH kurang dari 5, kromium trivalen tidak ditemukan. Apabila masuk di perairan, kromium trivalent akan dioksidasi menjadi kromium heksavalen dan bersifat lebih toksit. Kromium trivalen biasanya terserap ke dalam larutan partikulat, sedangkan kromium heksavalen tetap berada dalam bentuk larutan. Kromium tidak pernah ditemukan di alam sebagai logam murni. Sumber utama kromium sangat sedikit, yaitu batuan chromite (FeCr2O4) dan chromic oxide

(Cr3O3) (Effendi, 2003).

Kadar kromium pada perairan air tawar biasanya kurang dari 0,001 mg/liter dan pada perairan laut sekitar 0,00005 mg/liter. Kromium trivalen bisanya tidak ditemukan pada perairan tawar, sedangkan pada perairan laut sekitar 50% kromium merupakan kromium trivalen (McNeely et al., 1979). Toksisitas kromium dipengaruhi oleh bentuk oksidasi kromium, suhu, dan pH. Kadar kromium yang diperkirakan aman bagi kehidupan akuatik adalah sekitar 0,05 mg/liter (Effendi, 2003). Kadar kromium 0,1 mg/liter dianggap berbahaya bagi kehidupan organisme laut. Pada perairan yang lunak (soft water) atau kurang sadah, toksisitas kromium lebih tinggi. Tetapi sumber-sumber masukan logam Cr ke dalam starata lingkungan yang umum dan diduga paling banyak adalah dari kegiatan-kegiatan perindustrian, kegiatan rumah tangga dan dari pembakaran serta mobilisasi bahan-bahan bakar (Palar, 1994).

2.5.5. Timbal (Pb)

(48)

19

kwarsa timah, serta sebagai endapan sekunder, yang di dalamnya terdiri dari endapan alluvium, elluvial,dan koluvium. Timbal pada perairan ditemukan dalam bentuk terlarut dan tersuspensi. Kelarutan timbal cukup rendah sehingga kelarutan timbal dalam air relatif lebih sedikit. Kadar dan toksisitas timbal dipengaruhi oleh kesadahan, pH, alkalinitas dan kadar oksigen. Timbal diserap baik oleh tanah sehingga pengaruhnya terhadap tanaman relatif kecil. Kadar timbal dikerak bumi sekitar 15 mg/kg. Timbal banyak digunakan dalam industri baterei, kabel, cat, keramik, pestisida dan dalam penyepuhan. Penggunaan Pb terbesar adalah dalam produksi baterey penyimpan untuk mobil, selain itu juga banyak digunakan sebagai bahan aditif yang sering digunakan untuk meningkatkan mutu bensin (Fardiaz, 1992).

Bijih logam timbal (Pb) dapat terbentuk dalam cebakan-cebakan seperti

stratabound sulfida massif, replacement, urat, sedimentasi, dan metasomatisma kontak dengan mineral-mineral utama terdiri atas: galena (PbS), cerusit (PbCO3), anglesit (PbSO4), wulfenit (PbMoO4), dan piromorfit [Pb5(PO4, AsO4)3Cl]. Larutan pembawa Pb diantaranya: air connate, air meteorik artesian, dan larutan hidrotermal yang naik ke permukaan; dengan sebagian besar Pb berasal dari larutan hidrotermal yang membentuk cebakan bijih pada suhu rendah, berupa pengisian rongga batuan induk (Danny, 2006). Pb dalam batuan berada pada struktur silikat yang menggantikan unsur kalsium/Ca, dan baru dapat diserap oleh tumbuhan ketika Pb dalam mineral utama terpisah oleh proses pelapukan. Pb di dalam tanah mempunyai kecenderungan terikat oleh bahan organik dan sering terkonsentrasi pada bagian atas tanah karena menyatu dengan tumbuhan, dan kemudian terakumulasi sebagai hasil pelapukan di dalam lapisan humus (Danny, 2006).

Toksisitas timbal pada organisme akuatik berkurang dengan meningkatnya kesadahan dan kadar oksigen terlarut. Toksisitas timbal lebih rendah daripada kadmium (Cd), merkuri (Hg), tembaga (Cu), akan tetapi lebih tinggi daripada kromium (Cr), mangan (Mn), barium (Ba), seng (Zn) dan besi (Fe). Kadar timbal yang berkisar antara 0,1 – 8,0 mg/liter dapat menghambat pertumbuhan mikroalga

(49)

terhadap beberapa jenis ikan air tawar berkisar antara 0,5 – 10 mg/liter (Effendi, 2003).

Pb masuk ke perairan melalui pengendapan dan jatuhan debu dari udara yang mengandung Pb yaitu hasil pembakaran bensin, erosi dan limbah industri. Perairan tawar alami biasanya memiliki kadar timbal < 0,05 mg/liter. Pada perairan laut, kadar timbal sekitar 0,025 mg/liter (Effendi, 2003). Kelarutan timbal pada perairan lunak (soft water) adalah sekitar 0,5 mg/liter, sedangkan pada perairan sadah (hard water) sekitar 0,003 mg/liter. Timbal atau timah hitam (Pb) dalam suatu perairan di temukan dalam bentuk terlarut dan tersuspensi. Kelarutan Pb cukup rendah sehingga kadar Pb di dalam air relatif kecil. Kadar dan toksisitas Pb dipengaruhi oleh kesadahan Pb, alkalinitas dan kadar oksigen. Timbal diserap dengan baik oleh tanah sehingga pengaruhnya terhadap tanaman relatif kecil. Kadar Pb kerak bumi sekitar 15 mg/Kg. Sumber alami utama Pb adalah galena (PbS),

gelessite (PbSO4) dan cerrusite (PbCO3) (Odum, 1996). Bahan bakar yang mengandung Pb (leaded gasoline) juga memberikan kontribusi yag berarti bagi keberadaan Pb di dalam air. Di dalam perairan air tawar, Pb membentuk senyawa kompleks dan memiliki sifat kelarutan rendah dengan beberapa anion, misalnya hidroksida, karbonal, sulfida dan sulfat. Timbal (Pb) banyak digunakan dalam industri baterai.

(50)

21

membatasi kandungan logam berat Pb maksimum pada sumberdaya ikan dan olahannya adalah 2,0 ppm.

Tabel 1 Kadar Pb pada beberapa nilai kesadahan

Kesadahan (mg/L CaCO3) Kadar Timbal (mg/L)

0 – 60 (Lunak/soft) 60 – 120 (sedang/Medium)

120 -180 (Sadah/Hard) > 180 (sangat Sadah/Very hard)

1 2 4 7

Maka dispersi unsur Pb dapat juga terjadi akibat pembuangan tailing dari usaha pertambangan logam. Hal ini harus diwaspadai karena dapat mencemari lingkungan dengan akibat timbulnya berbagai penyakit berbahaya atau bahkan kematian. Dampak lebih jauh dari keracunan Pb adalah dapat menyebabkan hipertensi dan salah satu faktor penyebab penyakit hati. Ketika unsur ini mengikat kuat sejumlah molekul asam amino, haemoglobin, enzim, RNA, dan DNA; maka akan mengganggu saluran metabolik dalam tubuh. Keracunan Pb dapat juga mengakibatkan gangguan sintesis darah, hipertensi, hiperaktivitas, dan kerusakan otak (Danny, 2006).

2.5.6. Kadmium (Cd)

Kadmium (Cd) adalah salah satu logam berat dengan penyebaran yang sangat luas di alam, logam ini bernomor atom 48, berat atom 112,40 dengan titik cair 321ºC dan titik didih 765 ºC. Kadmium merupakan hasil sampingan dari pengolahan bijih logam seng (Zn), yang digunakansebagai pengganti seng. Unsur ini bersifat lentur, tahan terhadap tekanan, memiliki titik lebur rendah serta dapat dimanfaatkan untuk pencampur logam lainseperti nikel, perak, tembaga, dan besi. Senyawa kadmium juga digunakan bahan kimia, bahan fotografi, pembuatan tabung TV, cat, karet, sabun, kembang api, percetakan tekstil dan pigmen untuk gelas dan email gigi (Jensen et al., 1981).

Di perairan, Cd terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit (renik) dan bersifat tidak larut dalam air. Kadar kadmium pada kerak bumi sekitar 0,2 mg/kg. Sumber kadmium adalah greennockite (CdS), hawleyite, sphalerite dan otavite

(51)

of resource and eviromental ministry (1987) mengemukan bahwa hubungan antara kadar Cd dengan nilai kesadahan adalah berbanding lurus. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2 yang memperlihatkan bahwa jika kesadahan naik maka kosentrasi Cd mengikutinya.

Tabel 2 Kadar Cd pada beberapa nilai kesadahan

Kesadahan (mg/L CaCO3) Kadar Timbal (mg/L)

0 – 60 (Lunak/soft) 60 – 120 (sedang/Medium)

120 -180 (Sadah/Hard) > 180 (sangat Sadah/Very hard)

0,2 0,8 1,3 1,8

Menurut WHO, kadar Cd maksimum pada air yang diperuntukkan untuk air minum adalah 0,005 mg/L dan untuk peruntukkan pertanian dan perikanan sebaiknya tidak lebih dari9 0,05 mg/L (Moore, 1991). Kadmium bersifat akumulatif dan toksik bagi manusia karena dapat mengakibatkan gangguan fungsi ginjal dan paru-paru, meningkatkan tekanan darah tinggi, dan kemandulan pada pria dewasa. Kadmium juga bersifat sangat toksik dan bersifat bioakumulasi terhadap organisme. Di Jepang telah terjadi keracunan oleh Cd, yang menyebabkan penyakit lumbago yang berlanjut ke arah kerusakan tulang dengan akibat melunak dan retaknya tulang (O’Neill, 1994). Batas toleransi Cd dalam tubuh manusia dewasa yang ditetapkan oleh badan kesehatan dunia (WHO) dan FAO adalah 57-71 µg perhari. Sedangkan batas masukan per minggu adalah sebesar 400 - 500 µg per 70 kg berat badan ( Hutagalung et al., 1995).

2.6. Pencemaran Air

Pencemaran lingkungan disebabkan oleh produksi polusi seperti fly ash, belerang bioksida, karbon dan nitrogen, dan logam berat (Cicek et al., 2004). Pencemaran sebagaimana didefinisikan oleh keputusan menteri negara lingkungan hidup nomor 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut adalah ”masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air

oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai pada tingkat tertentu

yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya”.

(52)

23

dikehendaki pada ekosistem perairan yang akan menimbulkan kerugian pada sumber kehidupan, kondisi kehidupan dan proses industri (Odum, 1971).

Pencemaran dari limbah sungai menyebabkan eutrophication badan air yang akhirnya akan mengarah ke degradasi kualitas air (Søndergaard et al., 2003). Pencemaran air adalah suatu perubahan kualitas fisik, kimia dan biologi air yang tidak diinginkan, sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi konsumen dan organisme perairan (Odum, 1971). Menurut keputusan menteri negara kependudukan dan lingkungan hidup No.51/MENKLH/I/2004, yang dimaksud dengan polusi atau pencemaran air dan udara adalah masuk dan dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air/udara dan atau berubahnya tatanan (komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas air/udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air/udara menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.

Pencemaran air merupakan segala pengotoran atau penambahan organisme atau zat-zat lain ke dalam air, sehingga mencapai tingkat yang mengganggu penggunaan dan pemanfaatan kelestarian perairan tersebut (Saeni, 1989). Masalah pencemaran air menimbulkan kerugian, karena mempengaruhi sistem kehidupan baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa jenis pencemaran air yang dikenal adalah: a) pencemaran fisik (warna, karena zat organik dan anorganik, turbiditas dan zat tersuspensi, suhu, buih atau busa), b) pencemaran fisiologi (rasa dan bau), c) pencemaran biologi (pertumbuhan ganggang dan bakteri termasuk bakteri patogen), d) pencemaran kimia baik zat organik maupun anorganik (Siregar, 1987).

(53)

b) pencemaran fisiologi (rasa dan bau), c) pencemaran biologi (pertumbuhan ganggang dan bakteri termasuk bakteri patogen), d) pencemaran kimia baik zat organik maupun anorganik (Siregar, 1987).

Sumber pencemaran laut dan pantai secara umum berasal dari berbagai kegiatan baik di darat maupun di laut sendiri (Wardoyo, 1981). Namun demikian sumber pencemaran laut dapat berasal dari : a) limbah indutri, b) limbah pemukiman, c) limbah pertanian, dan d) limbah alami. Pengembangan kota dan industri merupakan sumber bahan sedimen dan pencemaran perairan pesisir dan laut. Pesatnya perkembangan pemukiman dan kota telah meningkatkan jumlah sampah baik padat maupun cair yang merupakan sumber pencemaran pesisir dan laut yang sulit dikontrol. Sektor industri dan pertambangan yang menghasilkan limbah kimia (berupa sianida, timah, nikel, khrom, dan lain-lain) yang dibuang dalam jumlah besar ke aliran sungai sangat potensial mencemari perairan pesisir dan laut, terlebih bahan sianida yang terkenal dengan racun yang sangat berbahaya.

2.7. Bahan Pencemar Dan Ekosistem Perairan

Kualitas air dipengaruhi oleh faktor alami (iklim, musim, mineralogi, vegetasi) dan kegiatan manusia. Bilamana air di alam (sungai-sungai, danau-danau dan lain-lain) dikotori oleh kegiatan manusia sedemikian rupa sehingga tidak memenuhi syarat untuk suatu penggunaan yang khusus maka disebut terkena pencemaran (Manan, 1992). Tanpa adanya kebijakan untuk mencegah dan mengendalikan pencemaran perairan sungai, kemungkinan besar menyebabkan persediaan sumber daya air untuk segala kehidupan tidak dapat dipenuhi. Keadaan demikian akan menyebabkan terganggunya suatu faktor ekosistem kehidupan manusia yaitu faktor kesehatan lingkungan yang mempengaruhi hidup manusia itu sendiri.

(54)

25

kelompok ini sangat berpengaruh terhadap organisme perairan. Logam berat merupakan bahan pencemar yang paling banyak ditemukan di perairan akibat limbah Industri dan limbah perkotaan (Suin danNurdin, 1994).

Secara alamiah, unsur logam berat terdapat dalam perairan, namun dalam jumlah yang sangat rendah. Kadar ini akan meningkat bila limbah yang banyak mengandung unsur logam berat masuk ke dalam lingkungan perairan sehingga akan menjadi racun bagi organisme perairan (Hutagalung et al., 1992). Menurut Poels (1983), masuknya logam berat ke dalam tubuh organisme perairan dengan tiga cara yaitu melalui makanan, insang dan diffusi melalui permukaan kulit. Untuk ikan, 90% masuknya logam berat melalui insang, sehingga dengan masuknya logam berat ke dalam insang dapat menyebabkan keracunan, karena bereaksinya kation logam tersebut dengan fraksi tertentu dari lendir insang. Kondisi ini menyebabkan proses metabolisme dari insang menjadi terganggu. Lendir yang berfungsi sebagai pelindung diproduksi lebih banyak sehingga terjadi penumpukan lendir. Hal ini akan memperlambat ekresi pada insang dan pada akhirnya menyebabkan kematian (Sudarmadi, 1993).

Gambar

Gambar 1  Bagan alir kerangka pemikiran.
Gambar 2  Peta lokasi penelitian.
Tabel 3  Posisi stasiun pengambilan contoh
Gambar 7  Struktur dan komposisi lahan sebelum penambangan.
+7

Referensi

Dokumen terkait