• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Diet Penurunan Berat Badan dan Tekanan Darah Pada Penderita Prahipertensi yang Kegemukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Diet Penurunan Berat Badan dan Tekanan Darah Pada Penderita Prahipertensi yang Kegemukan"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

DAN TEKANAN DARAH PADA

PENDERITA PRAHIPERTENSI YANG KEGEMUKAN

HERYUDARINI HARAHAP

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Pengaruh Diet Penurunan Berat Badan dan Tekanan Darah pada Penderita Prahipertensi yang Kegemukan adalah karya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Juni 2009

(3)

HERYUDARINI HARAHAP. The Effect of Diet on Reducing Body Weight and Blood Pressure on Prehypertension and Overweight Subjects. Under the supervision of HARDINSYAH, BUDI SETIAWAN, and IMAM EFFENDI.

The objective of the study was to evaluate the effect of the dietary approach to stop hypertension for Indonesian (DASHI), counseling (K) and multi micro nutrient (MGM) on the reduction of body weight and blood pressure of prehypertension and overweight subjects. An experimental clinical trial was conducted in Pekanbaru for 78 subjects, aged 30 – 55 years, 54 male and 24 female. Subjects were randomly assigned to 1) K group, 2) MGM group, 3) DASHI (D), and 4) DASHI + counselling group (DK). K and DK groups received nutrition counseling weekly during 2 months. MGM group received vitamin A, C, E, selenium, and zinc 5 days a week for 2 months. D and DK groups received diet 5 days a week for 2 months. The DASHI was given for lunch, dinner and snack. At the baseline, the mean of weight, body mass index (BMI), systole (SBP), and diastole (DBP) were not significantly different among the four groups. After 2 months of intervention, the weight and BMI of DK group significantly (α<0,05) lower than D, MGM, or K group. The mean of weight change of DK, D, MGM and K group were 3,7; 1,0; 0,5 and 0,9 kg respectively. The mean of BMI change of DK, D, MGM and K group were 1,5; 0,4; 0,2; and 0,4 kg/m2respectively. The SBP of D or DK groups were significantly (α<0,05) lower compared to K group. The DBP of DK group was significantly (α<0,05) lower compared to K group after 2 months of intervention. The mean of SBP/DBP change of DK, D, MGM and K group was 11,7/9,6; 11,7/6,2; 6,3/4,0 and 2,5/2,0 mmHg respectively. The DASHI diet and counseling reduced body weight (3,7 kg) and blood pressure (11,7/9,6 mmHg). This imply that DASHI and counseling play a role in reducing weight, SBP and DBP.

(4)

HERYUDARINI HARAHAP. Pengaruh Diet Penurunan Berat Badan dan Tekanan Darah pada Penderita Prahipertensi yang Kegemukan. Dibimbing oleh HARDINSYAH, BUDI SETIAWAN, dan IMAM EFFENDI.

Kejadian hipertensi dan kegemukan secara global cenderung meningkat, terutama dinegara maju dan negara sedang mengalami transisi epidemiologi. Menurut The Joint National Committee (JNC 7) on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressureklasifikasi tekanan darah yaitu prahipertensi adalah 120-139/80-89 mmHg, hipertensi I adalah 140-159/90-99 mmHg dan hipertensi II adalah >160/>100 mmHg. Strategi penurunan BB dan tekanan darah untuk penderita prahipertensi dapat dilakukan melalui diet, perubahan gaya hidup dan aktivitas fisik (USDHHS, 2004).

Tujuan umum penelitian adalah mempelajari pengaruh pemberian diet penurunan berat badan dan tekanan darah untuk orang Indonesia (disebut DASHI yang merupakan modifikasi dari DASH1), konseling dan multi gizi mikro (MGM) terhadap berat badan (BB), indeks massa tubuh (IMT), tekanan darah, dan lemak darah (trigliserid, kolesterol total, HDL dan LDL) penderita prahipertensi yang kegemukan.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah experimental clinical trial, dengan jumlah subjek sebanyak 78 orang pegawai negeri sipil berusia 30 – 55 tahun, terdiri dari 54 laki-laki dan 24 perempuan. Subjek dialokasikan secara acak kedalam empat kelompok perlakuan yaitu kelompok konseling (K), kelompok multi gizi mikro (MGM), kelompok DASHI (D), dan kelompok DASHI dan konseling (DK).

Kelompok K menerima konseling sebanyak 7 kali selama dua bulan. Kelompok MGM menerima suatu suplemen multi vitamin dan mineral yang sudah beredar di pasaran. MGM dibuka bungkusnya dan dimasukkan ke dalam botol tanpa label perusahaan, diberikan 1 buah kapsul setiap hari, subjek diminta untuk meminum MGM di kantor. Zat gizi yang terkandung dalam MGM terdiri dari vitamin A 1389 IU, vitamin C 150 mg, vitamin E 13,4 mg, selenium 50 mcg, dan seng 15 mg. Kelompok D dan DK menerima makanan lengkap dua kali sehari dan satu kali makanan selingan berupa jus atau buah. Makanan diantar dua kali ke kantor subjek yaitu sekitar jam 11.00 untuk makan siang dan sekitar jam 15.00 untuk selingan sore dan makan malam. Selingan sore diminta untuk dikonsumsi sebelum pulang ke rumah, sedangkan untuk makan malam dibawa pulang ke rumah. Pemberian diet dilakukan 5 hari dalam seminggu selama 8 minggu. Data yang dikumpulkan meliputi riwayat kesehatan, berat badan, tinggi badan, tekanan darah, lemak darah, elektrolit darah, pemeriksaan kesehatan, karakteristik sosial ekonomi, konsumsi makanan, pengetahuan gizi, kebiasaan, dan aktivitas fisik.

Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna pada α<0,05 dari seluruh peubah sosial ekonomi yang meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan, pendapatan, jumlah anak dan jumlah anggota keluarga antar

1

(5)

baik pada keempat kelompok tersebut pada awal penelitian.

Tidak terdapat perbedaan yang bermaknapada α<0,05 dari data dasar yang meliputi BB, tekanan darah dan lemak darah pada awal penelitian antar kelompok perlakuan. Rata-rata BB adalah 75,6; 68,8; 70,2 dan 75,6 kg dan rata-rata IMT adalah 29,5; 27,6; 27,7 dan 28,8 kg/m2 masing-masing untuk K, MGM, D, dan DK. Tekanan darah sistolik/diastolik berturut-turut untuk kelompok K, MGM, D, dan DK adalah 128/84,2; 127/83,5; 129/82,5 and 129/85,3 mmHg. Rata-rata kolesterol total adalah 212,3; 210,4; 211,1 dan 191,6 mg/dL masing-masing untuk kelompok K, MGM, D, dan DK.

Tingkat kepatuhan terhadap diet atau suplemen berkisar antara 86,0% sampai 90,3%. Tingkat kepatuhan terhadap konseling berkisar antara 85,0% sampai 91,0%. Tidak ada perbedaan yang bermakna pada α<0,05 dari tingkat kepatuhan terhadap diet atau suplemen dan konseling pada keempat kelompok perlakuan. Rata-rata tingkat konsumsi energi semua kelompok turun setelah mendapat perlakuan. Penurunan tingkat konsumsi energi terbesar terdapat pada kelompok DK yaitu sebesar 34,2% pada bulan pertama, dan 39,0% pada bulan kedua. Perbedaan penurunan tingkat konsumsi energi yang bermaknapada α<0,05 ditemukan antara kelompok DK dengan MGM pada bulan pertama, dan antara DK dengan K atau MGM pada bulan kedua.

Rata-rata tingkat konsumsi kolesterol kelompok DK dan D turun lebih dari setengah yaitu menjadi sekitar 44% pada bulan pertama penelitian. Setelah dua bulan perlakuan, penurunan tingkat konsumsi kolesterol paling besar terdapat pada DK yaitu menjadi 31,6%. Analisis lebih lanjut menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna pada α<0,05 dari penurunan tingkat konsumsi kolesterol bulan pertama atau bulan kedua antara kelompok DK dengan MGM atau K. Kelompok DK mempunyai penurunan tingkat konsumsi kolesterol lebih tinggi dari MGM atau K.

Pada bulan pertama, tingkat konsumsi serat pada kelompok DK naik 43,7 dan pada D naik 35,4%, sedangkan pada kelompok MGM turun 6,8%. Setelah dua bulan perlakuan, tingkat konsumsi serat kelompok DK dan D menjadi sekitar 93% sedangkan pada kelompok MGM dan K <60%. Analisis lebih lanjut menunjukkan perbedaan yang bermakna pada α<0,05 dari kenaikan tingkat konsumsi serat bulan pertama dan bulan kedua antara kelompok DK atau D dengan MGM atau K. Kelompok DK atau D mempunyai tingkat konsumsi serat lebih tinggi dari MGM atau K.

Tingkat konsumsi kalium pada bulan pertama meningkat pada kelompok DK, dan D, sedangkan pada kelompok K dan MGM terjadi penurunan. Pada akhir penelitian, tingkat konsumsi kalium kelompok D atau DK lebih dari 50%, sedangkan pada kelompok K dan MGM kurang dari 50%. Terdapat perbedaan yang bermakna pada α<0,05 tingkat konsumsi kalium pada bulan pertama antara kelompok DK dengan MGM atau antara D dengan MGM/K. Pada bulan kedua terdapat perbedaan bermakna pada α<0,05 antara kelompok DK atau D dengan MGM. Kelompok DK atau D mempunyai tingkat konsumsi kalium lebih tinggi dibanding kelompok K atau MGM.

(6)

atau 1,5, 0,4, 0,2, dan 0,4 kg/m Penurunan sistolik kelompok DK atau D lebih besar (bermakna pada α<0,05) dibandingkan dengan kelompok K. Penurunan diastolik kelompok DK lebih besar (bermakna pada α<0,05)dibandingkan dengan kelompok K setelah dua bulan perlakuan. Penurunan sistolik dan diastolik pada kelompok DK, D, MGM dan K berturut-turut adalah 11,7/9,6 dan 11,7/6,2 6,3/4,0 dan 2,5/2,0 mmHg. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada α<0,05 penurunan kadar kolesterol total, LDL dan trigliserid serta peningkatan HDL antar kelompok perlakuan.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah kelompok DK (DASHI + konseling) berperan dalam menurunkan berat badan (3,7 kg) dan tekanan darah (11,7/9,6 mmHg) subjek prahipertensi yang kegemukan. Penderita prahipertensi disarankan untuk menerapkan DASHI dan mendapatkan konseling tentang DASHI.

(7)

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan nama atau menyebut sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(8)

DAN TEKANAN DARAH PADA

PENDERITA PRAHIPERTENSI YANG KEGEMUKAN

HERYUDARINI HARAHAP

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

Drh. M. Rizal M. Damanik, M.Rep Sc. PhD

(10)

Darah pada Penderita Prahipertensi yang Kegemukan

Nama : Heryudarini Harahap

NIM : A561040061

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS

Ketua

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS Dr. dr. Imam Effendi, SpPD, KGH

Anggota Anggota

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Gizi Dekan Sekolah Pascasarjana Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS Prof. Dr. Ir. Khairil A Notodiputro, MS

(11)

DAN TEKANAN DARAH PADA

PENDERITA PRAHIPERTENSI YANG KEGEMUKAN

HERYUDARINI HARAHAP

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Pengaruh Diet Penurunan Berat Badan dan Tekanan Darah pada Penderita Prahipertensi yang Kegemukan adalah karya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Juni 2009

(13)

HERYUDARINI HARAHAP. The Effect of Diet on Reducing Body Weight and Blood Pressure on Prehypertension and Overweight Subjects. Under the supervision of HARDINSYAH, BUDI SETIAWAN, and IMAM EFFENDI.

The objective of the study was to evaluate the effect of the dietary approach to stop hypertension for Indonesian (DASHI), counseling (K) and multi micro nutrient (MGM) on the reduction of body weight and blood pressure of prehypertension and overweight subjects. An experimental clinical trial was conducted in Pekanbaru for 78 subjects, aged 30 – 55 years, 54 male and 24 female. Subjects were randomly assigned to 1) K group, 2) MGM group, 3) DASHI (D), and 4) DASHI + counselling group (DK). K and DK groups received nutrition counseling weekly during 2 months. MGM group received vitamin A, C, E, selenium, and zinc 5 days a week for 2 months. D and DK groups received diet 5 days a week for 2 months. The DASHI was given for lunch, dinner and snack. At the baseline, the mean of weight, body mass index (BMI), systole (SBP), and diastole (DBP) were not significantly different among the four groups. After 2 months of intervention, the weight and BMI of DK group significantly (α<0,05) lower than D, MGM, or K group. The mean of weight change of DK, D, MGM and K group were 3,7; 1,0; 0,5 and 0,9 kg respectively. The mean of BMI change of DK, D, MGM and K group were 1,5; 0,4; 0,2; and 0,4 kg/m2respectively. The SBP of D or DK groups were significantly (α<0,05) lower compared to K group. The DBP of DK group was significantly (α<0,05) lower compared to K group after 2 months of intervention. The mean of SBP/DBP change of DK, D, MGM and K group was 11,7/9,6; 11,7/6,2; 6,3/4,0 and 2,5/2,0 mmHg respectively. The DASHI diet and counseling reduced body weight (3,7 kg) and blood pressure (11,7/9,6 mmHg). This imply that DASHI and counseling play a role in reducing weight, SBP and DBP.

(14)

HERYUDARINI HARAHAP. Pengaruh Diet Penurunan Berat Badan dan Tekanan Darah pada Penderita Prahipertensi yang Kegemukan. Dibimbing oleh HARDINSYAH, BUDI SETIAWAN, dan IMAM EFFENDI.

Kejadian hipertensi dan kegemukan secara global cenderung meningkat, terutama dinegara maju dan negara sedang mengalami transisi epidemiologi. Menurut The Joint National Committee (JNC 7) on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressureklasifikasi tekanan darah yaitu prahipertensi adalah 120-139/80-89 mmHg, hipertensi I adalah 140-159/90-99 mmHg dan hipertensi II adalah >160/>100 mmHg. Strategi penurunan BB dan tekanan darah untuk penderita prahipertensi dapat dilakukan melalui diet, perubahan gaya hidup dan aktivitas fisik (USDHHS, 2004).

Tujuan umum penelitian adalah mempelajari pengaruh pemberian diet penurunan berat badan dan tekanan darah untuk orang Indonesia (disebut DASHI yang merupakan modifikasi dari DASH1), konseling dan multi gizi mikro (MGM) terhadap berat badan (BB), indeks massa tubuh (IMT), tekanan darah, dan lemak darah (trigliserid, kolesterol total, HDL dan LDL) penderita prahipertensi yang kegemukan.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah experimental clinical trial, dengan jumlah subjek sebanyak 78 orang pegawai negeri sipil berusia 30 – 55 tahun, terdiri dari 54 laki-laki dan 24 perempuan. Subjek dialokasikan secara acak kedalam empat kelompok perlakuan yaitu kelompok konseling (K), kelompok multi gizi mikro (MGM), kelompok DASHI (D), dan kelompok DASHI dan konseling (DK).

Kelompok K menerima konseling sebanyak 7 kali selama dua bulan. Kelompok MGM menerima suatu suplemen multi vitamin dan mineral yang sudah beredar di pasaran. MGM dibuka bungkusnya dan dimasukkan ke dalam botol tanpa label perusahaan, diberikan 1 buah kapsul setiap hari, subjek diminta untuk meminum MGM di kantor. Zat gizi yang terkandung dalam MGM terdiri dari vitamin A 1389 IU, vitamin C 150 mg, vitamin E 13,4 mg, selenium 50 mcg, dan seng 15 mg. Kelompok D dan DK menerima makanan lengkap dua kali sehari dan satu kali makanan selingan berupa jus atau buah. Makanan diantar dua kali ke kantor subjek yaitu sekitar jam 11.00 untuk makan siang dan sekitar jam 15.00 untuk selingan sore dan makan malam. Selingan sore diminta untuk dikonsumsi sebelum pulang ke rumah, sedangkan untuk makan malam dibawa pulang ke rumah. Pemberian diet dilakukan 5 hari dalam seminggu selama 8 minggu. Data yang dikumpulkan meliputi riwayat kesehatan, berat badan, tinggi badan, tekanan darah, lemak darah, elektrolit darah, pemeriksaan kesehatan, karakteristik sosial ekonomi, konsumsi makanan, pengetahuan gizi, kebiasaan, dan aktivitas fisik.

Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna pada α<0,05 dari seluruh peubah sosial ekonomi yang meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan, pendapatan, jumlah anak dan jumlah anggota keluarga antar

1

(15)

baik pada keempat kelompok tersebut pada awal penelitian.

Tidak terdapat perbedaan yang bermaknapada α<0,05 dari data dasar yang meliputi BB, tekanan darah dan lemak darah pada awal penelitian antar kelompok perlakuan. Rata-rata BB adalah 75,6; 68,8; 70,2 dan 75,6 kg dan rata-rata IMT adalah 29,5; 27,6; 27,7 dan 28,8 kg/m2 masing-masing untuk K, MGM, D, dan DK. Tekanan darah sistolik/diastolik berturut-turut untuk kelompok K, MGM, D, dan DK adalah 128/84,2; 127/83,5; 129/82,5 and 129/85,3 mmHg. Rata-rata kolesterol total adalah 212,3; 210,4; 211,1 dan 191,6 mg/dL masing-masing untuk kelompok K, MGM, D, dan DK.

Tingkat kepatuhan terhadap diet atau suplemen berkisar antara 86,0% sampai 90,3%. Tingkat kepatuhan terhadap konseling berkisar antara 85,0% sampai 91,0%. Tidak ada perbedaan yang bermakna pada α<0,05 dari tingkat kepatuhan terhadap diet atau suplemen dan konseling pada keempat kelompok perlakuan. Rata-rata tingkat konsumsi energi semua kelompok turun setelah mendapat perlakuan. Penurunan tingkat konsumsi energi terbesar terdapat pada kelompok DK yaitu sebesar 34,2% pada bulan pertama, dan 39,0% pada bulan kedua. Perbedaan penurunan tingkat konsumsi energi yang bermaknapada α<0,05 ditemukan antara kelompok DK dengan MGM pada bulan pertama, dan antara DK dengan K atau MGM pada bulan kedua.

Rata-rata tingkat konsumsi kolesterol kelompok DK dan D turun lebih dari setengah yaitu menjadi sekitar 44% pada bulan pertama penelitian. Setelah dua bulan perlakuan, penurunan tingkat konsumsi kolesterol paling besar terdapat pada DK yaitu menjadi 31,6%. Analisis lebih lanjut menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna pada α<0,05 dari penurunan tingkat konsumsi kolesterol bulan pertama atau bulan kedua antara kelompok DK dengan MGM atau K. Kelompok DK mempunyai penurunan tingkat konsumsi kolesterol lebih tinggi dari MGM atau K.

Pada bulan pertama, tingkat konsumsi serat pada kelompok DK naik 43,7 dan pada D naik 35,4%, sedangkan pada kelompok MGM turun 6,8%. Setelah dua bulan perlakuan, tingkat konsumsi serat kelompok DK dan D menjadi sekitar 93% sedangkan pada kelompok MGM dan K <60%. Analisis lebih lanjut menunjukkan perbedaan yang bermakna pada α<0,05 dari kenaikan tingkat konsumsi serat bulan pertama dan bulan kedua antara kelompok DK atau D dengan MGM atau K. Kelompok DK atau D mempunyai tingkat konsumsi serat lebih tinggi dari MGM atau K.

Tingkat konsumsi kalium pada bulan pertama meningkat pada kelompok DK, dan D, sedangkan pada kelompok K dan MGM terjadi penurunan. Pada akhir penelitian, tingkat konsumsi kalium kelompok D atau DK lebih dari 50%, sedangkan pada kelompok K dan MGM kurang dari 50%. Terdapat perbedaan yang bermakna pada α<0,05 tingkat konsumsi kalium pada bulan pertama antara kelompok DK dengan MGM atau antara D dengan MGM/K. Pada bulan kedua terdapat perbedaan bermakna pada α<0,05 antara kelompok DK atau D dengan MGM. Kelompok DK atau D mempunyai tingkat konsumsi kalium lebih tinggi dibanding kelompok K atau MGM.

(16)

atau 1,5, 0,4, 0,2, dan 0,4 kg/m Penurunan sistolik kelompok DK atau D lebih besar (bermakna pada α<0,05) dibandingkan dengan kelompok K. Penurunan diastolik kelompok DK lebih besar (bermakna pada α<0,05)dibandingkan dengan kelompok K setelah dua bulan perlakuan. Penurunan sistolik dan diastolik pada kelompok DK, D, MGM dan K berturut-turut adalah 11,7/9,6 dan 11,7/6,2 6,3/4,0 dan 2,5/2,0 mmHg. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada α<0,05 penurunan kadar kolesterol total, LDL dan trigliserid serta peningkatan HDL antar kelompok perlakuan.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah kelompok DK (DASHI + konseling) berperan dalam menurunkan berat badan (3,7 kg) dan tekanan darah (11,7/9,6 mmHg) subjek prahipertensi yang kegemukan. Penderita prahipertensi disarankan untuk menerapkan DASHI dan mendapatkan konseling tentang DASHI.

(17)

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan nama atau menyebut sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(18)

DAN TEKANAN DARAH PADA

PENDERITA PRAHIPERTENSI YANG KEGEMUKAN

HERYUDARINI HARAHAP

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(19)

Drh. M. Rizal M. Damanik, M.Rep Sc. PhD

(20)

Darah pada Penderita Prahipertensi yang Kegemukan

Nama : Heryudarini Harahap

NIM : A561040061

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS

Ketua

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS Dr. dr. Imam Effendi, SpPD, KGH

Anggota Anggota

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Gizi Dekan Sekolah Pascasarjana Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS Prof. Dr. Ir. Khairil A Notodiputro, MS

(21)

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi yang berjudul Pengaruh Diet Penurunan Berat Badan dan Pengendalian Tekanan Darah pada Penderita Prahipertensi yang Kegemukan. Penulisan disertasi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi Program Doktor pada Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, dengan segala hormat dan kerendahan hati penulis ucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS, sebagai ketua komisi pembimbing yang telah banyak memberikan nasihat, saran, bimbingan dan senantiasa memberikan semangat dan dorongan dalam penyelesaian penelitian ini. Dr. Ir. Budi Setiawan, MS sebagai anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan nasihat, saran, bimbingan dan dorongan, dan Dr. dr. Imam Effendi, SpD, KGH yang telah memberikan bimbingan, saran dan selalu meluangkan waktu untuk berkonsultasi dengan segala kerendahan hati disampaikan terimakasih.

Ucapan terimakasih dan rasa hormat kepada Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS sebagai penguji kolokium dan Dr. Rimbawan, MS sebagai penguji prakualifikasi yang telah banyak memberikan masukan dalam penulisan disertasi ini. Kepada penguji luar komisi pada sidang tertutup Dr. Yayah K Husaini dan Drh. M. Rizal M. Damanik, M.Rep Sc. PhD, penguji luar komisi pada sidang terbuka Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS dan Dr. Drs. Arum Atmawikarta, MPH yang telah bersedia menguji dan memberikan saran-saran serta masukan dalam penyempurnaan disertasi ini, dengan rendah hati disampaikan terimakasih.

(22)

administrasi maupun proses pembelajaran disampaikan terimakasih.

Kepada Dr. Sunarno Ranu Widjojo, MPH sebagai Kepala Puslitbang Gizi dan Makanan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan di IPB dan kesempatan untuk melakukan penelitian ini disampaikan terimakasih atas bantuan yang diberikan kepada penulis. Kepada Ibu Gustina Sofia, MS yang telah memperlancar dalam turunnya dana untuk penelitian disampaikan terimakasih. Kepada Bp. Dr. Husaini, MS yang telah menerima penulis bekerja di Puslitbang Gizi dan Makanan, memberi bimbingan dan nasihat dalam bekerja, sampai beliau purnabakti masih mencarikan informasi beasiswa, disampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya.

Kepada Dr. Yayah K Husaini, MS yang telah memberikan masukan, saran, dorongan dalam pelaksanaan penelitian disampaikan terimakasih. Rekan-rekan kerja yang terlibat dalam penelitian Mbak Sri Mulyati MKes, Agus Triwinarto MKes, Yekti Widodo, MKes, Indri SPsi, dr. Tetra Fajarwati, Mbak Pinta Riris, Mbak Iis Halimah, Teti Meliawati, Dwi, dan Bpk Sudjasmin disampaikan terimakasih.

Terimakasih disampaikan kepada Bapak dan ibu yang menjadi responden dalam penelitian ini. Kepada Siti Soleha SE, MT dan Muharni, SP yang telah banyak membantu kelancaran penelitian selama di Pekanbaru disampaikan terimakasih. Kepada adik-adik sebagai tim peneliti dan sekaligus enumerator Febri Caulia Rembulan, SKM, Dedet Handayani, SP, Eva Kusumayanti, SP, Cut Yessi Hasnita AMG, dan Widya Astuti, AMG yang telah membantu pelaksanaan penelitian di lapangan, yang tanpa kenal lelah mengantarkan makanan, memberi konseling, mengumpulkan data disampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya.

(23)

Adinda Eri dan Neneng, Adinda Wisnu Harahap dan Susi, Kak Keneng Hutapea dan Bang Morasakti Hutasuhut, Kak Marlini Hutapea, Bang Nafrul Hutapea, Bang Hasan Hutapea dan Kak Eslin Harahap, Kak Teti Hutapea dan Bang Roswaldi, Adinda Amir Hamzah Hutapea dan Irni Siregar disampaikan terimakasih atas doa dan bantuannya.

Penghargaan khusus disampaikan kepada orang tua tercinta yang telah membesarkan, mendidik, dan membimbing, serta menghantarkan penulis hingga mencapai kehidupan saat ini. Kepada Ibunda Syamsiah Usy dan Ayahanda P. Harris Harahap yang selalu berdoa supaya peneliti bisa menyelesaikan sekolah dengan segala kerendahan hati disampaikan terima kasih. Kepada Bapak mertua Alm. LH. Hutapea dan Alm. Ibu Nur Samsu Siregar disampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya atas fasilitas yang telah tersedia untuk penelitian ini, walaupun beliau berdua tidak sempat menyaksikan semua ini, Insya Allah beliau berdua mampu menyaksikan dari alam barzah.

Penghargaan khusus diberikan kepada suami penulis, Abang Dedi Parlaungan yang selalu memberikan kasih sayang, kesabaran, dorongan, motivasi, material, tenaga, waktu serta menunjukkan pengertian dan toleransi yang sangat luar biasa dalam segala hal. Kepada anak-anak kami tercinta Adrian Prayoga Hutapea dan Aisha Nur Safina dengan penuh kasih sayang penulis mengucapkan terimakasih atas kesabaran dan pengertian yang diberikan selama ini.

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala bantuan yang telah diberikan hingga selesainya disertasi ini. Akhirnya dengan diiringi do’a, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, dan semoga tulisan ini dapat berguna bagi siapapun yang memerlukannya. Amin

(24)

Penulis dilahirkan di Pekanbaru, Riau pada tanggal 21 Januari 1966 sebagai anak ke dua dari empat bersaudara, dari pasangan P. Harris Harahap dan Syamsiah Usy. Pada tahun 1998, penulis menikah dengan Drs. Dedi Parlaungan, Apt dan dikarunia dua orang putra dan putri yaitu Adrian Prayoga Hutapea dan Aisha Nur Safina.

Pendidikan dasar diselesaikan di SDN 05 Dumai pada tahun 1978, pendidikan menengah pertama pada SMPN Karang Anyar Dumai pada tahun 1981, dan pendidikan menengah atas pada SMAN 1 Dumai pada tahun 1984. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Jurusan Gizi Masyarakat, Fakultas Pertanian IPB dan lulus pada tahun 1989.

Pada tahun 1990 sampai dengan sekarang, penulis bekerja sebagai peneliti di Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan, Badan Litbangkes, Depkes. Pada tahun 1992 sampai 1995 penulis terlibat dalam suatu penelitian yang bekerja sama dengan University of California at Davis (UCD) di Pangalengan Bandung, kemudian pada tahun 1995 sampai 1997 penulis mengikuti program magang kerja di International Nutrition Program, UCD.

(25)
(26)

Pengaruh Diet DASHI, Konseling dan MGM terhadap Konsumsi... 62 Pengaruh Diet DASHI, Konseling dan MGM terhadap BB

dan IMT ... 72 Pengaruh Diet DASHI, Konseling dan MGM terhadap

Tekanan Darah ... 75 Pengaruh Diet DASHI, Konseling dan MGM terhadap

Lemak Darah ... 77 Pengaruh Diet DASHI, Konseling dan MGM terhadap

Elektrolit Darah ... 79 Pengaruh Diet DASHI, Konseling dan MGM terhadap

(27)

No. Halaman

1. Klasifikasi IMT untuk orang Eropa, untuk orang Asia dan orang

Indonesia ... 7 2. Klasifikasi tekanan darah untuk usia diatas 18 tahun ... 15 3. Pengaruh, BB, zat gizi dan pola makanan pada tekanan darah:

ringkasan dari berbagai hasil penelitian ... 18 4. Rekomendasi gizi untuk menurunkan tekanan darah... 20 5. Diet DASH... 26 6. Diet DASHI dan diet DASH... 39 7. Jumlah porsi makanan menurut jumlah energi ... 40 8. Jadwal dan materi konseling... 41 9. Kandungan zat gizi kapsul MGM, angka kecukupan gizi (AKG)

Indonesia dan AKG USA ... 41 10. Frekuensi, waktu dan cara pengumpulan data dari peubah ... 43 11. Angka kecukupan gizi untuk laki-laki dan perempuan ... 46 12. Karakteristik sosial ekonomi menurut kelompok perlakuan... 51 13. Rata-rata dan simpangan baku tingkat konsumsi energi dan zat gizi

menurut kelompok perlakuan pada awal penelitian ... 52 14. Rata-rata dan simpangan baku TB, BB, IMT, serta kategori IMT

menurut kelompok perlakuan pada awal penelitian ... 54 15. Rata-rata dan simpangan baku tekanan darah (mmHg) menurut

kelompok perlakuan pada awal ... 55 16. Rata-rata dan simpangan baku kadar lemak darah (mg/dL) serta

sebaran lemak darah menurut kelompok perlakuan pada awal

penelitian ... 56 17. Rata-rata dan simpangan baku kandungan elektrolit darah (mmol/L)

menurut kelompok perlakuan pada awal penelitian ... 57 18. Sebaran dan rata-rata skor pengetahuan gizi menurut kelompok

perlakuan... 58 19. Sebaran aktifitas fisik dan olahraga menurut kelompok perlakuan

pada awal penelitian ... 58 20. Kebiasaan merokok menurut kelompok perlakuan pada awal

(28)

22. Kandungan energi dan zat gizi per porsi dari makanan DASHI... 61 23. Rata-rata tingkat konsumsi energi (%) dan rata-rata selisih tingkat

konsumsi energi (%) menurut kelompok perlakuan ... 64 24. Rata-rata tingkat konsumsi protein (%) dan rata-rata selisih tingkat

konsumsi protein (%) menurut kelompok perlakuan ... 65 25. Rata-rata tingkat konsumsi lemak (%) dan rata-rata selisih tingkat

konsumsi lemak (%) menurut kelompok perlakuan ... 66 26. Rata-rata tingkat konsumsi karbohidrat (%) dan rata-rata selisih

tingkat konsumsi karbohidrat (%) menurut kelompok perlakuan ... 67 27. Rata-rata tingkat konsumsi kolesterol (%) dan rata-rata selisih

tingkat konsumsi kolesterol (%) menurut kelompok perlakuan ... 68 28. Rata-rata tingkat konsumsi serat (%) dan rata-rata selisih tingkat

konsumsi serat (%) menurut kelompok perlakuan ... 68 29. Rata-rata tingkat konsumsi vitamin A (%) dan rata-rata selisih

tingkat konsumsi vitamin A (%) menurut kelompok perlakuan ... 69 30. Rata-rata tingkat konsumsi vitamin E (%) dan rata-rata selisih

tingkat konsumsi vitamin E (%) menurut kelompok perlakuan ... 69 31. Rata-rata tingkat konsumsi vitamin C (%) dan rata-rata selisih

tingkat konsumsi vitamin C (%) menurut kelompok perlakuan ... 70 32. Rata-rata tingkat konsumsi kalium (%) dan rata-rata selisih tingkat

konsumsi kalium (%) menurut kelompok perlakuan ... 71 33. Rata-rata tingkat konsumsi narium (%) dan rata-rata selisih tingkat

konsumsi natrium (%) menurut kelompok perlakuan ... 71 34. Rata-rata tingkat konsumsi Zn (%) dan rata-rata selisih tingkat

konsumsi Zn (%) menurut kelompok perlakuan... 72 35. Rata-rata BB (kg) dan rata-rata selisih BB (kg) menurut kelompok

perlakuan... 73 36. Rata-rata IMT (kg/m2) dan rata-rata selisih IMT (kg/m2) menurut

kelompok perlakuan ... 74 37. Rata-rata sistolik (mmHg) dan rata-rata selisih sistolik (mmHg)

menurut kelompok perlakuan ... 75 38. Rata-rata tekanan diastol (mmHg) dan rata-rata selisih diastol

(mmHg) menurut kelompok perlakuan ... 76 39. Rata-rata kadar lemak (mg/dL) dan rata-rata selisih kadar lemak

(29)

40. Rata-rata Proporsi antara HDL dan LDL (%) pada awal dan akhir

penelitian menurut kelompok perlakuan... 78 41. Rata-rata kadar elektrolit (mmol/L) dan rata-rata selisih elektrolit

(mmol/L) darah menurut kelompok perlakuan ... 79 42. Rata-rata skor pengetahuan gizi dan rata-rata selisih skor

pengetahuan gizi menurut kelompok perlakuan ... 80 43. Sebaran aktifitas fisik dan olahraga menurut kelompok perlakuan

pada akhir penelitian... 81 44. IMT dan tekanan darah subjek pada akhir penelitian ... 87 45. Ringkasan hasil penelitian faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

(30)

No. Halaman

1. Estimasi prevalensi kegemukan dan gemuk pada beberapa negara .. 7 2. Prevalensi gemuk dan kegemukan pada laki-laki dan perempuan ... 8 3. Kerangka konsep terjadinya kegemukan ... 10 4. Hubungan makanan, kegemukan dan hipertensi dengan penyakit

kronik ... 12 5. Hubungan teoritis antara kegemukan dan tekanan darah ... 17 6. Penatalaksanaan kegemukan ... 19 7. Penurunan berat badan antara diet rendah karbohidrat dan rendah

lemak ... 27 8. Kerangka pikir penelitian ... 33 9. Sebaran subjek menurut kategori tingkat konsumsi karbohidrat

pada awal penelitian... 53 10. Persentase tingkat kepatuhan subjek mengikuti diet atau suplemen.. 62 11. Persentase tingkat kepatuhan subjek mengikuti konseling... 63 12. Rata-rata penurunan konsumsi energi menurut kelompok perlakuan 65 13. Rata-rata sistolik pada bulan 0, I dan II menurut kelompok

perlakuan ... 75 14. Rata-rata diastolik pada bulan 0, I dan II menurut kelompok

perlakuan ... 76 15. Rata-rata penurunan BB (kg) menurut kelompok perlakuan ... 84 16. Rata-rata penurunan sistolik (mmHg) menurut kelompok perlakuan 85 17. Rata-rata penurunan diastolik (mmHg) menurut kelompok

(31)

No. Halaman

1. Persetujuan etik ………... 102 2. Naskah penjelasan sebelum penelitian... 103 3. Surat pernyataan bersedia menjadi subjek penelitian... 105

4. Leaflet konseling ……….. 106

5. Kuesioner penelitian ………. 110

(32)

Latar Belakang

Kejadian hipertensi dan kegemukan secara global cenderung meningkat, terutama dinegara maju dan negara sedang mengalami transisi epidemiologi. Menurut The Joint National Committee (JNC 7) on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (USDHHS, 2006) klasifikasi untuk tekanan darah yaitu prahipertensi adalah 120-139/80-89 mmHg, hipertensi I adalah 140-159/90-99 mmHg dan hipertensi II adalah >160/>100 mmHg. Di Indonesia prevalensi hipertensi pada tahun 2002 dikalangan usia dewasa adalah 28% (Balitbangkes, 2002). Hasil riset kesehatan dasar menunjukkan pada tahun 2007 prevalensi hipertensi meningkat yaitu 31,5% sedangkan prevalensi prahipertensi adalah 32,0% (Depkes, 2008).

Kejadian hipertensi berhubungan erat dengan masalah kegemukan. Berdasarkan penelitian terhadap 3216 pasien klinik hipertensi di Amerika, ternyata 66,0 % mengalami kegemukan dengan odd ratio 12,0 (Williams, 1998). Penelitian yang dilakukan oleh Pinzon (1999) menunjukkan bahwa indeks massa tubuh (IMT) berlebih mempunyai hubungan terhadap lebih tingginya tekanan darah. Hasil penelitian ini menemukan setiap satu unit peningkatan IMT akan meningkatkan sistolik 0,91 mmHg pada laki-laki dan 0,72 mmHg pada perempuan; dan diastolik 0,75 mmHg pada laki-laki dan 0,50 mmHg pada perempuan.

(33)

13,9% dan 23,8% pada laki-laki dan perempuan (Depkes, 2008). Massa lemak dalam tubuh akan mempengaruhi tekanan darah dalam berbagai cara diantaranya adalah melalui penghentian pernafasan dan mempengaruhi sistem syaraf simpatis sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Massa lemak juga dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal dan adrenal sehingga terjadi penahanan natrium yang akhirnya dapat meningkatkan tekanan darah (Goodfriend and Calhoun, 2004).

Hipertensi terjadi berkaitan dengan beragam faktor risiko, baik yang tidak dapat diubah maupun faktor yang dapat diubah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi genetik, keadaan gizi dan kesehatan masa janin atau masa lalu, jenis kelamin dan umur. Faktor risiko yang dapat diubah adalah kegemukan, konsumsi makanan, gaya hidup, dan aktifitas fisik. Dilain pihak kegemukan disebabkan diantaranya oleh konsumsi makanan yang berlebihan, gaya hidup, aktivitas fisik dan hormon. Dalam kaitannya dengan upaya preventif dan kuratif prahipertensi dan kegemukan, faktor risiko yang dapat diubah tersebut perlu dikelola dengan baik melalui perubahan perilaku makan, kesehatan serta aktifitas sehat lainnya dengan pemberian diet, konseling dan multi gizi mikro (MGM).

(34)

Diet rendah garam I/II/III bertujuan untuk menurunkan tekanan darah berdasarkan jumlah natrium yang dikonsumsi, sedangkan diet energi rendah bertujuan untuk menurunkan IMT (Almatsier, 2006).

Konseling gizi bertujuan untuk membantu seseorang yang mempunyai masalah gizi dengan cara membantu meningkatkan pengetahuan dan motivasi. Konseling adalah transfer teori kepada praktek, yang menunjukkan adanya fungsi memotivasi dan membantu dari konselor (Curry and Jaffe, 1998). Konseling bagian yang penting dari pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Melalui konseling, individu diajak memikirkan masalahnya sendiri, mengetahui apa yang dapat dilakukan dengan usaha sendiri (WHO, 1992).

Hasil penelitian menunjukkan pemberian konseling yang intensif dapat menurunkan tekanan darah dan berat badan. Elmer et al. 2006 melakukan penelitian pada subjek dengan kriteria prahipertensi (120-139 mmHg/80-89 mmHg) atau hipertensi stadium I (140-159 mmHg/90-95 mmHg) tetapi tidak minum obat antihipertensi. Subjek dibagi menjadi tiga kelompok yaitu 1) konseling tentang penurunan BB, aktifitas fisik, penurunan konsumsi natrium dan alkohol, 2) konseling kelompok I ditambah dengan DASH, dan 3) kontrol. Kelompok satu dan dua mendapatkan 18 kali konseling selama 6 bulan, dan 15 kali pada 12 bulan selanjutnya. Kelompok kontrol hanya menerima 2 x 30 menit konseling tentang rekomendasi standar untuk penurunan tekanan darah. Kelompok satu dan dua turun bermakna (p<0,05) berat badan, konsumsi lemak dan natrium dibandingkan kelompok kontrol.

(35)

1998). Selenium dikaitkan dengan fungsinya pada sel otot jantung, dan zinc dengan fungsi endotelial. Penelitian yang dilakukan oleh Galleyet al. (1997) yang memberikan kombinasi antioksidan yang terdiri dari 200 mg zinc sufat, 500 mg vitamin C, 600 mg-tocopherol, dan 30 mg-caroten pada orang dengan tekanan darah normal dan tekanan darah tinggi selama 8 minggu menunjukkan pemberian antioksidan dapat menurunkan tekanan darah. Studi ini juga mengimplikasikan suatu inovasi penggunaan antioksidan sebagai tambahan untuk terapi anti hipertensi.

Pengendalian prahipertensi perlu dilakukan secara holistik melalui diet dan perubahan gaya hidup sehingga hasilnya lebih berkesinambungan. Sampai saat ini clinical trial tentang pengaruh diet, konseling dan multi gizi mikro (MGM) masih terbatas di Indonesia, apalagi untuk pengendalian prahipertensi pada orang yang mengalami kegemukan. Penelitian ini akan menjawab pertanyaan 1) Bagaimana formula DASH yang sesuai untuk orang Indonesia (DASHI); 2) Apakah pemberian diet DASHI, konseling dan MGM akan menurunkan berat badan dan IMT; 3) Apakah pemberian diet DASHI, konseling dan MGM akan menurunkan tekanan darah; dan 4) Apakah pemberian diet DASHI, konseling dan MGM akan menurunkan lemak darah subjek prahipertensi yang kegemukan?

Tujuan

Tujuan umum penelitian adalah mempelajari pengaruh pemberian diet penurunan berat badan dan tekanan darah untuk orang Indonesia (DASHI), konseling dan MGM pada berat badan, tekanan darah, dan lemak darah subjek prahipertensi yang kegemukan. Secara khusus tujuan penelitian adalah:

1. Memformulasikan diet DASH sesuai dengan menu di Indonesia.

2. Menguji pengaruh diet DASHI, konseling dan suplemen MGM terhadap berat badan dan IMT.

3. Menguji pengaruh diet DASHI, konseling dan suplemen MGM terhadap tekanan darah.

(36)

Manfaat

1. Hasil penelitian dapat menghasilkan formula diet DASHI.

2. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pengaruh DASHI, konseling, dan MGM terhadap BB, IMT, tekanan darah dan lemak darah. 3. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh Rumah Sakit atau Puskesmas dalam

meningkatkan pelayanan gizi dan kesehatan terutama dalam mengatasi masalah kegemukan dan prahipertensi.

4. Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan baru serta bermanfaat dalam memberikan alternatif–alternatif mengatasi prahipertensi dan kegemukan.

Hipotesis

1. Pemberian diet DASHI + konseling dapat menurunkan berat badan dan IMT lebih baik dari pada hanya diberikan diet DASHI, konseling, atau MGM pada subjek prahipertensi yang kegemukan.

2. Pemberian diet DASHI + konseling dapat menurunkan tekanan darah lebih baik dari pada hanya diberikan diet DASHI, konseling, atau MGM pada subjek prahipertensi yang kegemukan.

(37)

TINJAUAN PUSTAKA

Kegemukan

Pengertian dan Cara Pengukuran Kegemukan

Gemuk adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebih, sehingga berat badan (BB) seseorang jauh di atas normal dan dapat membahayakan kesehatan sedangkan kegemukan (kelebihan berat badan) adalah keadaan dimana BB seseorang melebihi BB normal. Gemuk terjadi karena ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar. Pengukuran untuk menentukan kegemukan dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu antropometri, bioelectrical impedance, atau regional fat distribution. Antropometri dapat dilakukan dengan mengukur berat badan, membandingkan berat dan tinggi badan, tebal lipatan lemak, atau membandingkan lingkar perut dan lingkar pinggang (Riccardiet al. 2004). Indeks massa tubuh (IMT) ataubody mass index (BMI) telah diakui sebagai metoda yang paling praktis dan banyak digunakan dalam menentukan tingkat kegemukan dan gemuk pada orang dewasa. Metoda ini didapat dengan cara membagi berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan (meter). Nilai IMT yang didapat tidak tergantung pada umur dan jenis kelamin. Klasifikasi IMT yang diusulkan untuk orang Eropa (WHO, 1998), untuk orang Asia (IOTF, WHO, 2000) dan orang Indonesia (Depkes, 2003) disajikan pada Tabel 1.

(38)

Tabel 1 Klasifikasi IMT untuk orang Eropa (WHO, 1998), untuk orang Asia (IOTF, WHO, 2000)dan orang Indonesia (Depkes, 2003)

WHO (1998) IOTF, WHO (2000) Depkes (2003)

Keadaan Gizi IMT

Data yang dikumpulkan dari seluruh dunia memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi kegemukan dan gemuk pada 10 – 15 tahun terakhir. Dari data tersebut juga diperlihatkan bahwa kejadian gemuk di Amerika lebih banyak dibandingkan dengan Eropa, seperti yang disajikan pada Gambar 1. Saat ini diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita gemuk, dan angka ini masih akan terus meningkat dengan cepat. Jika keadaan ini terus berlanjut, pada tahun 2230 diperkirakan 100% penduduk Amerika Serikat akan menjadi gemuk (www.obesitasindonesia)

0 20 40 60

USA Pera ncis Jerma n Ita lia Spa nyol Inggris Jepa ng

24.0-29.9 30.0-40.0 > 40.0

(39)

Pada Gambar 2 disajikan prevalensi kegemukan dan gemuk pada laki-laki (L) dan perempuan (P). Di banyak negara dijumpai bahwa pria cenderung menderita kegemukan yaitu IMT 25,0– 29,9 kg/m2, sedangkan wanita cenderung menderita gemuk yaitu IMT > 30 kg/m2 (www.obesitasindonesia). Prevalensi kegemukan di Indonesia (IMT>25,0) pada tahun 2003 adalah 12,7% pada laki-laki dan 24,0% pada wanita (Depkes, 2003a), sedangkan pada tahun 2007 masing-masing adalah 13,9% dan 23,8% pada laki-laki dan perempuan (Depkes, 2008).

Gambar 2 Prevalensi kegemukan dan gemuk pada laki-laki dan perempuan (www.obesitasindonesia)

Faktor-faktor yang Menyebabkan Kegemukan

Faktor-faktor yang menyebabkan kegemukan diantaranya adalah genetik, gaya hidup, konsumsi makanan, dan hormon. Pada Gambar 3 dapat dilihat kerangka teoritis terjadinya gemuk dan penyakit degeneratif lainnya. Genetik, gaya hidup (kurang gerak, konsumsi alkohol dan merokok), dan pola konsumsi berhubungan langsung dengan gemuk, sedangkan faktor ekonomi, budaya dan psikososial berhubungan secara tidak langsung (Delisle, 2006).

(40)

bila kedua orang tuanya gemuk. Para ilmuwan banyak meneliti hubungan antara keturunan dan gemuk pada binatang, terutama tikus. Hubungan ini berdasarkan pada gen, unit utama di dalam sel yang menentukan karakteristik keturunan. Ditemukan bahwa tikus dan binatang lainnya memiliki gen yang menyebabkan pusat kenyang tidak beroperasi. Gen yang lain dalam beberapa tikus mengakibatkan tubuh mereka memproduksi hormon tertentu secara berlebihan. Akibat dari hormon-hormon ini membuat tikus mudah menghasilkan lemak tubuh atau sangat susah untuk membakar lemak tubuh. Gen yang lain mengakibatkan beberapa tikus menjadi gemuk secara cepat dibandingkan tikus yang lain ketika fisik dalam keadaan tidak aktif atau ketika diberi makanan yang banyak mengandung lemak (www.obesitasindonesia)

Gen-gen mungkin dapat menyebabkan gemuk pada manusia karena berat seorang anak seringkali berhubungan dengan berat badan orang tua mereka. Penelitian terhadap anak-anak SLTA menunjukkan hanya 8 persen dari pelajar dengan orang tua yang kurus menjadi gemuk. Jika salah satu atau kedua orang tua mereka gemuk, sekitar 3/4 dari mereka menjadi gemuk. Tetapi berat badan anak yang diadopsi tidak bergantung kepada orang tua angkat mereka (www.obesitas indonesia) Hasil penelitian Ekelund (2005) pada 445 remaja yang berusia 17 tahun juga menunjukkan ada hubungan inter generasi antara massa lemak ibu dan anak perempuan, namun tidak ada antara ibu dan anak laki-laki. Jika massa lemak ibu tinggi maka massa lemak anak perempuannya juga tinggi.

(41)

Gambar 3 Kerangka konsep terjadinya kegemukan (Delisle, 2006)

Penelitian cross-sectional yang dilakukan Ekelund (2005) menunjukkan aktivitas fisik berhubungan terbalik dengan massa lemak pada laki-laki, namun tidak pada wanita. Hasil penelitian Epstein et al. (2005) menunjukkan bahwa penurunan prilaku sedentary dapat menurunkan konsumsi intake energi pada remaja yang tidak gemuk dan harus dipertimbangkan sebagai komponen yang

Kegemukan dan penyakit kronis yang berhubungan dengan gizi

Kurang gizi pada masa janin/bayi/ anak-anak

Faktor gaya hidup: - Kurang gerak - Alkohol

- Merokok Pola konsumsi

Genetik

Faktor ekonomi

Faktor budaya

Faktor psikososial

Perubahan dalam proses makanan

Iklan

Akses pada makanan Makanan

Pengaruh

keluarga Pengaruhteman

Pengaruh sosial

Percaya diri

Praktek makanan yang tidak sehat

(42)

penting dalam intervensi untuk mencegah gemuk. Konsumsi energi menurun (-463 kcal/hari, p< 0.01), dan konsumsi lemak menurun (-295.2 kcal/hari, p<0.01) ketika prilakusedentary menurun.

Pola Konsumsi. Penelitian yang dilakukan oleh Levitsky and Trisha (2004) pada mahasiswa tingkat I di Cornell University menunjukkan semakin banyak makanan yang disediakan, semakin banyak mereka mengalami kelebihan makanan. Penelitian ini membuktikan porsi dari produksi makanan yang dijual di USA selama 20 tahun kemungkinan menyebabkan epidemi dari kegemukan dan gemuk. Contoh ini perlu diwaspadai oleh masyarakat Indonesia yang makan dalam jumlah banyak sehari-harinya, atau keluarga-keluarga yang memenuhi kulkasnya dengan segala macam makanan, terutama makanan yang dikenal dengan istilahjunk food.

Penyakit.Ada beberapa penyakit yang menyebabkan seseorang mengidap kegemukan, misalnya saja hipotiroidisme, sindrom Cushing, kelainan hipotalamus, dan beberapa sindrom genetik (penyakit bawaan). Umumnya kegemukan timbul karena penyakit-penyakit tersebut menyebabkan perubahan keseimbangan hormonal dalam tubuh yang pada akhirnya menyebabkan penimbunan lemak tubuh.

Beberapa penyakit kelenjar endokrin mengakibatkan kelenjar ini melepaskan terlalu banyak hormon ke dalam aliran darah. Kelebihan hormon mengganggu pusat makanan dan kepuasan di dalam otak. Dengan demikian gemuk dapat disebabkan oleh kerusakan pusat-pusat tersebut yang disebabkan oleh infeksi, kecelakaan atau tumor (www.obesitasindonesia)

Dampak Kegemukan terhadap Kesehatan

(43)

Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001 (Balitbangkes, 2002) penyebab kematian tertinggi pada penduduk Indonesia adalah penyakit sistem sirkulasi yang mencakup penyakit jantung dan pembuluh darah yaitu 26,3% setelah itu penyakit infeksi yaitu 22,9% dan pernafasan 12,7%. Pola penyakit penyebab kematian berbeda secara mencolok untuk penyakit infeksi, penyakit sistem sirkulasi, dan penyakit pernafasan dari tiga kawasan di Indonesia (Jawa-Bali, Sumatra, dan Kawasan Timur Indonesia atau KTI). Penyebab utama kematian di Jawa-Bali dan Sumatra adalah penyakit sistem sirkulasi (28,3%-29,7%), sedangkan di KTI adalah penyakit infeksi (27,4%). Dalam kurun waktu 10 tahun pola penyakit penyebab kematian telah menunjukkan transisi epidemiologik, seiring dengan proses transisi demografi. Pemerintah dihadapkan pada permasalahan mengatasi penyebab kematian infeksi dan non infeksi ataudouble burden (Djajaet al. 2003).

Selanjutnya pada Gambar 4 disajikan terjadinya penyakit kronik yang berhubungan dengan makanan, kegemukan dan hipertensi. Makanan berhubungan dengan terjadinya penyakit jantung koroner, diabetes, hipertensi, dan kanker. Kegemukan berhubungan dengan terjadinya hipertensi, kanker, penyakit jantung, dan diabetes. Hipertensi berhubungan dengan terjadinya stroke (Popkin et al. 2001).

Gambar 4 Hubungan makanan, kegemukan dan hipertensi dengan penyakit kronik (Popkinet al. 2001)

Kanker

IHD

Diabetes

Stroke Buah/sayur

Lemak jenuh

Kegemukan

Hipertensi Pendek

(44)

Gangguan jantung dan pembuluh darah. Pengidap kegemukan juga sering mengalami tekanan darah tinggi karena pembuluh darah menyempit akibat jepitan timbunan lemak. Kegemukan merupakan penyebab utama terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler). Hal ini karena kegemukan menyebabkan peningkatan beban kerja jantung, dengan bertambah besar tubuh seseorang maka jantung harus bekerja lebih keras memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh. Bila kemampuan kerja jantung sudah terlampaui, terjadilah yang disebut gagal jantung. Tanda-tandanya adalah napas sesak dan timbulnya bengkak pada tungkai. Kombinasi gemuk dan hipertensi akan memperberat kerja jantung, penebalan pada dinding bilik jantung disertai kekurangan oksigen. Keadaan ini akan mempercepat timbulnya gagal jantung (Tara dan Soetrisno, 1998)

Hiperkolesterol dan diabetes mellitus. Kegemukan dapat menyebabkan terjadinya penyakit diabetes melitus (kencing manis). Ini disebabkan timbulnya gangguan fungsi insulin. Fungsi insulin antara lain memasukkan gula dari darah ke dalam sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai sumber energi. Akibat gangguan fungsi insulin, gula tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga tetap beredar dalam darah. Hal ini dapat diketahui dari kadar gula darah yang meningkat. Gangguan fungsi insulin ternyata juga mengakibatkan gangguan metabolisme lemak (dislipidemia). Ini dapat dilihat dari terjadinya peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida disertai penurunan kolesterol HDL. Peningkatan kadar LDL disertai penurunan HDL berujung pada terbentuknya kerak dalam pembuluh darah (arterosklerosis). Arterosklerosis akan memperkecil diameter pembuluh darah, sehingga menyebabkan penyakit jantung koroner dan serangan stroke (Tara dan Soetrisno, 1998).

(45)

Hipertensi

Pengertian dan Pengukuran Hipertensi

Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Penulisan tekanan darah seperti 110/70 mmHg adalah didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung. Nilai yang lebih tinggi (sistolik) menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung, nilai yang lebih rendah (diastolik) menunjukkan fase darah kembali ke dalam jantung.

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Renin yang diproduksi oleh ginjal diubah menjadi angiotensin I oleh hormon. ACE yang terdapat di paru-paru, mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II.

Angiotensin II menaikkan tekanan darah melalui 2 mekanisme yaitu 1) Meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH sangat sedikit urin yang dieksresikan keluar tubuh sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolitasnya, untuk mengencerkannya volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan intraseluler, akibatnya volume darah meningkat sehingga tekanan darah meningkat, 2) menstimulasi sekresi hormon aldosteron yang merupakan hormon yang memiliki peran penting pada ginjal. Untuk mengatur cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl dengan cara mereabsorpsi dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerken dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang akan meningkatkan tekanan darah (Krummel, 2000)

(46)

lebih dari 140/90 mmHG dinyatakan sebagai hipertensi dan di antara nilai tersebut disebut sebagai normal-tinggi. USDHHS (2004) mempublikasikan klasifikasi baru untuk tekanan darah yaitu normal, prahipertensi, hipertensi stadium I dan II (Tabel 2).

Tabel 2 Klasifikasi tekanan darah untuk usia diatas 18 tahun (USDHHS, 2004)

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik dan Diastolik (mmHg)

Normal < 120 dan <80

Prahipertensi 120– 139 atau 80– 89

Hipertensi stadium I 140– 159 atau 90– 99

Hipertensi stadium II > 160 atau > 100

Besaran Masalah Hipertensi

Di Indonesia prevalensi hipertensi pada tahun 2002 dikalangan usia dewasa laki-laki dan perempuan masing-masing adalah 27,0% dan 29,0% (Balitbangkes, 2002). Hasil Riset Kesehatan Dasar menunjukkan pada tahun 2007 prevalensi hipertensi yaitu 31,3% pada laki-laki dan 31,9% pada perempuan. Prevalensi prahipertensi adalah 32,0% (Depkes, 2008). Prevalensi hipertensi di propinsi Riau adalah 34,0%, angka ini lebih tinggi dari prevalensi Indonesia yaitu 31,7% (Depkes, 2008).

Faktor-faktor yang Menyebabkan Hipertensi

Hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu 1) hipertensi esensial dan 2) hipertensi sekunder. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi ini besarannya 95% dari total kasus hipertensi. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi seperti genetik, lingkungan, peningkatan natrium, kegemukan, merokok, alkohol, dan lain-lain. Hipertensi skunder adalah hipertensi renal, terdapat pada 5% dari kasus hipertensi. Penyebab spesifiknya seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hiper aldosteronisme, kehamilan, dan lain-lain (Tara dan Soetrisno, 1998).

(47)

hipertensi esensial, didapatkan riwayat hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan hipertensi esensial lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya hipertensi. Faktor lingkungan seperti stress, kegemukan dan kurang olah raga juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis yaitu adalah saraf yang bekerja pada saat beraktivitas. Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.

Berdasarkan penelitian, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya hipertensi dikemudian hari. Hasil penelitian terhadap 3.216 pasien yang mengunjungi klinik hipertensi di USA menunjukkan, 35 pasien mempunyai berat badan kurang, 1.057 pasien mempunyai berat badan normal, 1.299 mempunyai berat badan berlebih dan 825 orang yang mempunyai berat badan gemuk. Pasien dimonitor dan dicatat ukuran tekanan darahnya selama 24 jam, semua pasien belum pernah diberikan obat penurunan tekanan darah. Hasilnya menunjukkan, tekanan darah meningkat secara bermakna dengan peningkatan dari IMT. Kegemukan merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi dengan nilai odds ratio 12.043 (Williams, 1998).

(48)

darah dalam berbagai cara diantaranya adalah melalui penghentian pernafasan dan mempengaruhi sistem syaraf simpatis sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Massa lemak juga dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal dan adrenal sehingga terjadi penahanan natrium yang dapat meningkatkan tekanan darah (Goodfriend and Calhoun, 2004).

Gambar 5 Hubungan teorititis antara kegemukan dan tekanan darah (Goodfriend and Calhoun, 2004)

(49)

Tabel 3 Pengaruh BB, zat gizi dan pola makan pada tekanan darah: ringkasan dari berbagai hasil penelitian (Appelet al. 2006)

Variabel Hipotesis Hasil Penelitian

Lemak jenuh Langsung

Omega-3 lemak tidak jenuh Terbalik ++

Omega-6 lemak tidak jenuh Terbalik

Lemak tidak jenuh Terbalik +

Protein

Total protein Tidak tentu +

Protein dari tanaman Terbalik +

Protein dari hewan Tidak tentu

+/-Karbohidrat Langsung +

Serat Terbalik +

Kolesterol Langsung

+/-Pola makan

Vegetarian Terbalik ++

DASH Terbalik ++

+/- menunjukkan hasil penelitian yang terbatas atau; + hasil penelitian yang meyakinkan dari penelitian observasi dan penelitian klinis, and ++ hasil penelitian yang meyakinkan dari penelitian klinis

Mekanisme penurunan tekanan darah oleh kalium berhubungan dengan fungsi kalium mengatur keseteimbangan osmotik dan keseimbangan asam basa cairan tubuh. Ketersediaan kalium juga mempengaruhi fungsi ginjal mengendalikan tekanan darah. Ginjal yang normal dapat menahan kalium dengan baik. Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan mengembalikan tekanan darah ke normal. Kalium mampu menjaga dinding pembuluh darah besar (aorta) agar tetap elastis dan mengoptimalkan fungsinya, sehingga tidak akan memacu munculnya tekanan darah tinggi. Selain itu, kalium juga mencegah timbulnya penyakit gagal jantung yang pada dasarnya juga berhubungan dengan optimalisasi fungsi pembuluh darah (Sheng, 1999).

(50)

aliran energi kedalam tubuh menjadi tetap, 2) memberikan perasaan penuh/kenyang, 3) memperlambat kemunculan glukosa (gula darah), sehingga insulin yang dibutuhkan untuk merubah glukosa tersebut menjadi energi menjadi lebih sedikit atau turun, 4) membantu mengendalikan berat badan dengan memperlambat munculnya rasa lapar, 5) meningkatkan kesehatan pencernaan dengan peningkatan motilitas usus besar dan mempercepat waktu transit makanan melalui saluran pencernaan, 6) mengurangi resiko sakit jantung, 7) mengikat asam empedu, 8) mengikat lemak seperti kolesterol dan mengeluarkannya melalui tinja (Lupton dan Turner, 1999).

Konsumsi kolesterol yang tinggi akan menyebabkan peningkatan tekanan darah. Mekanisme peningkatan tekanan darah adalah karena konsumsi kolesterol tinggi, sehingga kadar kolesterol darah meningkat. Peningkatan kadar kolesterol darah akan menyebabkan arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya yang menyebabkan tekanan darah naik (Ginsberg and Karmally, 1999).

Upaya Penanggulangan Kegemukan dan Hipertensi

Penatalaksanaan berat badan merupakan upaya yang harus dijalankan secara bersamaan dan terus menerus. Penerapan penatalaksanaan berat badan harus secara terpadu (holistik) dengan 4 konsep pendekatan, yaitu: perencanaan makan, aktivitas fisik/olahraga, perubahan perilaku dan/atau tanpa pengobatan, seperti disajikan pada Gambar 6 (www.pjnhk.go.id/andatahu_1d.htm).

(51)

Seseorang menjadi gemuk tidak hanya disebabkan oleh satu faktor, melainkan oleh banyak faktor, termasuk konsumsi, aktifitas, gaya hidup, kebudayaan, genetik, jenis kelamin, dan pola kebiasaan. Makanan siap saji (fast food), peralatan yang mempermudah kerja, dan kebisaan kerja yang inaktif dapat membuat tubuh kita menjadi gemuk. American Heart Association mengeluarkan suatu scientific statement dengan pendekatan pola makan untuk mengatasi dan mencegah hipertensi (Appelet al. 2006).

Tabel 4 Rekomendasi gizi untuk menurunkan tekanan darah (Appelet al. 2006)

Modifikasi Rekomendasi

Penurunan BB Untuk orang kegemukan dan gemuk, kurangi BB, BB ideal

adalah IMT < 25 kg/m2

Kurangi konsumsi garam Kurangi garam sebanyak mungkin, idealnya 65 mmol/hari ( Natrium 1.5 g/hari atau 3.8 gr/hari NaCl)

Pola makan DASH Konsumsi banyak buah dan sayur (8-10 kali/hari), rendah lemak, dan kurangi lemak jenuh dan kolesterol

Tingkatkan konsumsi kalium

Tingkatkan konsumsi kalium menjadi 120 mmol/hari (4.7 g/hari), yang bisa diperoleh dari diet DASH

Diet

Langkah pertama untuk menurunkan berat badan dan pengendalian tekanan darah adalah mengembangkan diet atau perencanaan makanan yang sehat yang dapat menghentikan penambahan berat badan dan tekanan darah. Diet penurunan berat badan harus menyediakan kalori yang lebih sedikit. Makanan di dalam diet harus sehat seimbang. Makanan harus menyediakan semua zat gizi yang dibutuhkan bagi kesehatan yang baik dalam jumlah yang cukup. Diet juga harus memiliki rasa yang baik dan mudah untuk dibeli dan disajikan.

(52)

Aktivitas Fisik dan Olah Raga

Cara terbaik mengontrol berat badan adalah beraktivitas fisik. Selain mencegah peningkatan berat badan juga dapat mengontrol tekanan darah dan kadar kolesterol. Aktivitas fisik yang bisa dilakukan adalah olahraga aerobik seperti joging, jalan, berenang, main voli atau basket secara teratur dengan frekuensi 4 sampai lima kali per minggu masing-masing selama 30 menit (Tara dan Soetrisno, 1998).

Tindakan Medis

Penurunan berat badan dan tekanan darah juga dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan. Obat-obatan konvensional, yang sering digunakan untuk menurunkan berat badan adalah orlistat. Penelitian yang dilakukan oleh McDuffie et al. (2002) dengan memberikan orlistat (120 mg, 3 kali sehari) dan multivitamin selama 3 bulan pada 20 remaja yang berusia 14,6  2,0 tahun, dengan IMT 44,6  12,6 Kg/m2 menunjukkan terjadi penurunan berat badan secara bermakna (-4,4  4,6 Kg, p< 0,001). IMT juga berkurang secara bermakna (-1,9  2,5 Kg/m2; p<0.0002). Orlistat bekerja menahan penyerapan lemak dan menghambat pemecahan molekul lemak dalam usus besar. Efek sampingan biasanya timbul berupa buang air kecil tidak terkontrol dan munculnya rasa tidak nyaman pada perut. Bahayanya, jika obat jenis ini digunakan terus-menerus, tubuh bisa dengan mudah kehilangan vitamin A, D, E, K yang larut dalam lemak.

(53)

Perubahan Prilaku

Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan yang terencana dengan tujuan untuk mengubah pengetahuan, sikap, dan persepsi atau prilaku seseorang atau masyarakat dalam pengambilan tindakan yang berhubungan dengan kesehatan. Pendidikan dengan metoda konseling merupakan pendekatan yang paling banyak digunakan untuk menolong individu dan keluarga dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan. Konseling bagian yang penting dari pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Melalui konseling, individu diajak memikirkan masalahnya sendiri, mengetahui apa yang dapat dilakukan dengan usaha sendiri (WHO, 1992).

Dalam proses belajar perlu diperhatikan metode yang tepat. Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam memilih metode pendidikan kesehatan yaitu 1) seberapa jauh kesiapan dan kemampuan kelompok sasaran untuk berubah, 2) berapa banyak yang terlibat, 3) apakah metode tersebut layak dengan budaya setempat, 4) sumber daya yang tersedia, 5) kombinasi metode apa yang diperlukan, 6) metode apakah yang cocok dengan karakteristik kelompok sasaran (umur, agama, jenis kelamin, dan sebagainya).

Menurut Mason (1977) dalam Curry and Jaffe (1998) konseling gizi didefinisikan sebagai membantu seseorang yang mempunyai masalah gizi dengan cara membantu meningkatkan pengetahuan dan motivasi. Selanjutnya Snetselaar (1989) dalam Curry and Jaffe (1998) mengemukakan bahwa konseling adalah transfer teori kepada praktek, yang menunjukkan adanya fungsi memotivasi dan membantu dari konselor. Proses konseling dicirikan atas 1) proses internal bagi pasien, 2) kejadian yang bertahap, 3) hubungan interpersonal antara konselor dan pasien. Proses konseling meliputi fungsi dari penilaian, perlakuan dan evaluasi. Menurut Mason (1977) dalam Curry and Jaffe (1998), proses konseling terdiri dari penilaian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Menurut Curry and Jaffe (1998) kedua pendapat tersebut menunjukkan konseling sebagai problem solving dan kejadian yang bertahap dalam suatu proses.

(54)

Strategi terapi ini adalah penilaian diri sendiri (self-monitoring), penatalaksanaan stress, kontrol rangsangan (stimulus), pemecahan masalah, penatalaksanaan darurat (contingency), perombakan kognitive (cognitive restructuring), dan dukungan sosial. Strategi tersebut harus dibuat personal yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien yang bersangkutan dan dilakukan dengan metode konseling (Curry and Jaffe, 1998).

Penelitian yang dilakukan Anis et al. (2004) menunjukkan di USA dari 4344 pasien yang datang mengunjungi 38 orang dokter, hanya 20-25% dokter yang memberikan konseling tentang prilaku makan dan aktivitas fisik kepada pasien. Konseling rate bervariasi dari 0 sampai 55 %. Rata-rata 20% pasien diberi konseling tentang aktivitas fisik dan 25% diberikan konseling tentang prilaku makan. Pasien baru lebih banyak 30% diberikan konseling dibandingkan pasien lama. Konseling tidak ada hubungannya dengan umur, jenis kelamin, lama praktek dan jumlah pasien per minggu dari dokter.

Terlihat bahwa di negara maju seperti USA dengan angka prevalensi kegemukan yang cukup tinggi, konseling tentang prilaku makan masih belum banyak dilakukan oleh dokter. Data-data mengenai konseling gizi yang dikaitkan dengan kegemukan sampai saat ini sukar ditemukan. Biasanya pemberian konseling dilakukan di Klinik Gizi pada suatu Rumah Sakit atau suatu Instansi misalnya di Klinik Gizi Departemen Kesehatan.

Diet Untuk Kegemukan atau Hipertensi

(55)

saat ini di Indonesia dan di luar negeri terdapat diet untuk mengatasi kegemukan dan hipertensi diantaranya adalah diet energi rendah, diet rendah garam dan DASH (Dietary Aproach to Stop Hypertension)

Diet Energi Rendah

Diet energi rendah adalah diet yang kandungan energinya dibawah kebutuhan normal, cukup vitamin dan mineral, serta banyak mengandung serat yang bermanfaat dalam proses penurunan berat badan. Tujuan dari diet adalah 1) mencapai dan mempertahankan status gizi sesuai dengan umur, gender, dan kebutuhan fisik, 2) mencapai IMT normal yaitu 18,5 – 25,0 kg/m2, dan 3) mengurangi asupan energi, sehingga tercapai penurunan berat badan sebanyak ½ - 1 kg/minggu

Diet energi rendah terdiri dari dua macam yaitu 1) diet energi rendah I/DER I (1200 kalori) dan 2) diet energi rendah II/DER II (1500 kalori). Diet ini diberikan kepada pasien yang mempunyai IMT > 25 kg/m2. Diet diberikan sesuai dengan kemampuan pasien, dan dapat diberikan secara bertahap. Untuk itu perlu dilakukan konsultasi secara perorangan. Diet diberikan sampai tercapai berat badan normal (Almatsier, 2006).

Diet Rendah Garam

Tujuan diet rendah garam adalah membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Syarat diet adalah 1) cukup energi, protein, mineral, dan vitamin, 2) bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit, dan 3) jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air dan/atau hipertensi

Gambar

Tabel 1 Klasifikasi IMT untuk orang Eropa (WHO, 1998), untuk orang Asia (IOTF,WHO, 2000) dan orang Indonesia (Depkes, 2003)
Gambar 2 Prevalensi kegemukan dan gemuk pada laki-laki dan perempuan(www.obesitasindonesia)
Gambar 3 Kerangka konsep terjadinya kegemukan (Delisle, 2006)
Tabel 3 Pengaruh BB, zat gizi dan pola makan pada tekanan darah:ringkasan dari berbagai hasil penelitian (Appel et al
+7

Referensi

Dokumen terkait

Fenomena yang dikaji dalam penelitian ini adalah variasi genre teks wacana, fungsi bahasa dalam wacana dan struktur untuk menilai kelayakan teks wacana yang

Qodri Azizy dalam sebuah buku yang berjudul Reformasi Bermazhab (Sebuah Ikhtiar Menuju Ijtihad Sesuai Saintifik Mod- ern. Buku ini menggagas cara pandang baru dalam bermazhab

Berdasarkan tabel menunjukkan nilai R Square sebesar 0,549 hal ini menunjukkan bahwa kemampuan variabel trust, diferensiasi produk dan kualitas produk dalam

Sisi dengan kerusakan yang lebih parah biasanya adalah sisi dengan kontrol plak yang tidak baik dan pada sisi yang inaksesibel (sukar dicapai untuk

Fraksi etil asetat ekstrak petroleum eter daun mahkota dewa mempunyai aktivitas sitotoksik terhadap sel HeLa dengan nilai IC 50 25,409 µg/mL

Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dapat digunakan sebagai bukti pemenuhan persyaratan bakal calon Anggota DPRD Kabupaten sebagaimana

Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan penyiraman ekstrak gulma alang-alang 200g/l dan 300g/l (A2 dan A3) dapat menurunkan secara nyata berat kering

Simulasi model angkutan sedimen dengan penempatan bangunan ambang di Sungai Banjir Kanal Barat untuk prediksi sedimentasi sampai dengan tahun 2019 dan 2024