• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Pekerjaaan Kehutanan (Studi Kasus: IUPHHK-HA PT. Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Pekerjaaan Kehutanan (Studi Kasus: IUPHHK-HA PT. Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah)."

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

( STUDI KASUS : IUPHHK-HA PT. SARMIENTO

PARAKANTJA TIMBER, KALIMANTAN TENGAH)

ACHMAD ARMANUSAH SALMAN

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

(STUDI KASUS : IUPHHK-HA PT. SARMIENTO

PARAKANTJA TIMBER, KALIMANTAN TENGAH)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEHUTANAN

Pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

Oleh

ACHMAD ARMANUSAH SALMAN

E24104098

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

bimbinganEfi Yuliati Yovi.

RINGKASAN

Operasi pemanenan kayu sangat beresiko terhadap keselamatan pekerjanya. Kegiatan-kegiatan utama yang rentan terhadap terjadinya kecelakaan meliputi kegiatan penebangan, pembagian batang, penyaradan, pemuatan dan pengangkutan kayu. Oleh karena itu perlu adanya aspek perlindungan K3 terhadap pihak pekerja. Pada dasarnya pemerintah telah menetapkan UU yang berkaitan dengan K3 dibidang penebangan dan pengangkutan kayu yaitu Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi RI No. PER 01/MEN/1978. Sebagai dasar aturan yang dibuat seharusnya dilaksanakan sebaik-baiknya tapi kenyataan yang terjadi di lapangan pelaksanaan K3 tidak berlangsung efektif dan efisien. Terdapat 3 hal penting yang perlu dikaji dalam penelitian ini terhadap pelaksanaan K3 di lapangan yaitu Knowledge, Skill, Attitude (KSA). KSA tersebut merujuk kepada standar International Labor Officer (ILO). Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah mengidentifikasi aspek kompetensi perusahaan dan pekerja terhadap perlindungan K3 dari sisi KSA dalam kegiatan-kegiatan utama pemanenan meliputi operasi penebangan, penyaradan, dan pengangkutan. Serta memberikan alternatif strategi untuk penerapan K3 yang lebih efektif dan efisien.

Responden dalam penelitian ini adalah pekerja di PT. Sarmiento Parakantja Timber (Sarpatim) Sampit Kalimantan Tengah, Indonesia. Yang terdiri dari 5 orang pihak perusahaan, 19 pekerja penebangan, 13 pekerja penyaradan dan 21 pekerja pengangkutan. Data diperoleh dari responden dengan menggunakan kuisioner dan kemudian dikelompokkan dengan skor berdasarkan Skala Likert. Berikutnya analisis data dari Skala Likert menggunakan Uji Wilcoxon untuk mengetahui perbandingan masing-masing kompetensi Knowledge, Skill, Attitude (KSA) antara penilaian pekerja ataupun perusahaan dengan penilaian menggunakan standar ILO kemudian untuk melihat nilai kesenjangan antar aspek kompetensi KSA dari pekerja dan perusahaan apakah itu berbeda nyata bernilai positif atau negatif digunakan metode selisih nilai skor rata-rata jika memiliki nilai negatif paling tinggi maka aspek kompetensi itu menjadi prioritas untuk ditingkatkan. Selanjutnya dilakukan uji KorelasiSpearman untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang siginifikan antar masing-masing aspek KSA dimana hubungan antar aspek kompetensi yang ada digunakan sebagai tolak ukur dalam mendukung alternatif strategi yang akan digunakan

(4)

aspek tersebut. Sehinga pada penyaradan untuk meningkatkan alternatif strategi dapat ditinjau dari semua aspek tersebut. Pada pengangkutan hasilWilcoxon yaitu 0.008 untuk attitude dan memiliki selisih nilai skor rata-rata sebesar -0.8. Hasil dari uji Korelasi Spearman menyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antar masing-masing aspek sehingga untuk alternatif strategi yang dipakai dapat ditinjau dari ketiga aspek tersebut.

Implementasi K3 di PT. Sarmiento Parakantja Timber (Sarpatim) belum berjalan secara maksimal. Kompetensi aspek yang perlu menjadi prioritas untuk ditingkatkan yaitu attitude, baik itu untuk pekerja maupun perusahaan. Pada perusahaan attitude masuk kedalam kategori cukup dan mesti ditingkatkan, alternatif strategi yang dipakai yaitu dengan diadakannya audit. Baik itu yang dilakukan secara mandiri ataupun yang dilakukan oleh pihak luar perusahaan. Sedangkan pada pekerja untuk meningkatkan attitude perlu diadakannya pengawasan yang berkelanjutan, diadakannya sistem reward dan punishment. Pelatihan menggunakan alat-alat semi mekanis buat penebangan dan pelatihan menggunakan unit alat berat buat penyaradan, dan penerapan peraturan lalu-lintas yang jelas bagi angkutan kendaraan di perusahaan.

(5)

byEfi Yuliati Yovi.

SUMMARY

Timber harvesting operation exposes high risk to workers safety. Main activities of the operation such as tree felling, bucking, skidding, loading and log transporting are actually prone to accidents. Therefore, the existence of protection aspects on occupational safety and health so-called OSH is very crucial for the workers. As a matter of fact, Indonesian government has stipulated a regulation related to OSH in the field of tree felling and log transportating as is stated in the Regulation of Minister of Manpower, Transmigration and Cooperative No. PER 01/MEN/1978. This basic regulation is supposed to guarantee that the workers safety gets a special attention. However, the implementation in the field is still far from effective and efficient condition. To this, a strong enhancement on OSH implementation should be under serious consideration. Regarding to this, competency aspect on OSH implementation should be brought into main focus. There were 3 important aspects supporting the competency: knowledge, skill and atttitude (KSA). This KSA assessment refers to the standard on forestry work issued by International Labor Officer (ILO). Therefore, the objective of this study were (1) to identify the competency aspects of a company and its workers related to OSH protection from KSA side in the main activities of timber harvesting (tree felling, skidding and log transporting), (2) to propose an alternative strategy in enhancing competency aspect on OSH implementation.

The respondents of this study were the workers of PT. Sarmiento Parakantja Timber (Sarpatim), Sampit, Central Kalimantan, Indonesia. The respondents consisted of 5 people representing the company management, 19 people representing tree feller, 13 people representing skidder, and 21 people representing transportation workers. The data was collected through questionnaires, which was then classified with score based on Likert Scale. The data then analyzed through Wilcoxon Test to find out the comparison of each competency aspects (KSA). To see the score gap between competency aspects of KSA from the workers and the company whether it was significantly different with positive and negative value gap method of average score was used in case of having the highest score and the competency aspect will become a priority to be improved. The next stage is to carry out Spearman Correlation Test to see whether or not there is a significant relationship between each aspect of KSA, where the existent correlation between competency aspects used as a standard in supporting an alternative strategy employed.

(6)

two aspects. Therefore, alternative strategy in improving skidders OSH competency could be viewed from all the aspects. For transportation, the result of Wilcoxon was 0.008 for attitude with a gap score of averagely -0.8. The result of Spearman Test showed that there was no significant relationship between each aspect; therefore, for an alternative strategy it could be viewed from all three aspects.

Implementation of OSH at PT. Sarmiento Parakantja Timber was not optimum. The competency aspect which became the priority to improve was attitude, both for workers and the company. For the company, attitude could be categorized as satisfactory although there was still a room for improvement, and an alternative strategy used was the presence of audit not only the one independently conducted but also the one conducted by the parties outside the company. In the meantime, for workers to improve attitude, it was necessary to have continuous monitoring, with rewards and punishment system. It was also important to conduct training on using semi-mechanical equipment for cutting down trees and training on using heavy equipment unit for skidding, and implementing clear traffic regulation for transportation vehicles at the company.

(7)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Upaya

Peningkatan Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Pekerjaan

Kehutanan (studi kasus: IUPHHK-HA PT. Sarmiento Parakantja Timber,

Kalimantan Tengah) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan

bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah

pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian

akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2009

Achmad Armanusah Salman

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 7 Desember 1986. Penulis

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Salman Al-farisy, SA dan

Lidya Hikmah Siagian

Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Al-Mukadimah Pontianak pada

tahun 1992, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Muhammadiyah 2 Pontianak.

pada tahun 1998, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama

Negeri 1 Palembang dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum

Negeri 1 Palembang dan masuk dalam program IPA pada tahun 2001. Pada tahun

2004, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi

Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Departemen Teknologi Hasil Hutan,

Fakultas Kehutanan..

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di berbagai kegiatan

kemahasiswaan antara lain sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan

(Himasiltan) IPB, Ketua Ikatan Keluarga Mahasiswa Bumi Sriwijaya OMDA

Sumatera Selatan, Sekjen Eksternal Himasiltan IPB periode 2005/2006, Sekretaris

Umum Himasiltan periode 2006/2007 dan Anggota Departemen Pers dan Media

DKM Ibaadurrahmaan IPB periode 2005/2006.

Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Pemanenan

Hasil Hutan, mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan dan Pengolaan Hutan (P3H)

Getas-Baturraden-Cilacap, mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL)

IUPHHK-HA PT. Sarmiento Parakantja Timber, Sampit Kalimantan Tengah,

menjadi surveyor kegiatan Biometrik Fisik PNS untuk PT. Succofindo, menjadi

surveyor untuk kegiatan IHMB IUPHHK-HT PT. Industrial Forest Plantation

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat penulis

memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Hutan Fakultas

Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi yang berjudul Peningkatan Perlindungan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) Pada Pekerjaan Kehutanan (Studi Kasus: IUPHHK-HA PT.

Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah) ini bertujuan untuk

mengindentifikasi aspek kompetensi perusahaan dan pekerja terhadap

perlindungan K3 dan memberikan alternatif strategi untuk penerapan K3 yang

agar lebih efektif dan efisien.

Apabila dalam skripsi ini terdapat kesalahan-kesalahan baik itu yang

disengaja ataupun tidak sengaja semoga dimaklumi dan hal itu dapat menjadi

masukan bagi penulis demi penyempurnaannya. Akhirnya penulis berharap

skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia kehutanan khususnya, lingkungan civitas

akademik IPB, dan bagi khalayak ramai.

Bogor, Juli 2009

(10)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis juga tak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak

yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr.Efi Yuliati Yovi, S.Hut, M.Life.Env.Sc sebagai dosen pembimbing

yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan

kepada penulis.

2. Ibu Dra. Nining Puspaningsih, M.Si sebagai dosen penguji wakil dari

Departemen Manajemen Hutan.

3. Bapak Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc Sebagai dosen penguji wakil dari

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan.

4. Bapak Ir. Hengky Sujarmanto selaku Manajer Pengusahaan Hutan PT.

Sarmiento Parakantja Timber yang telah memberikan izin kepada penulis

dalam rangka penyelesaian skripsi tesrsebut.

5. Seluruh staf pengajar dan karyawan di Departemen Teknologi Hasil Hutan

Fakultas Kehutanan IPB.

6. Keluarga yang selalu memberikan kasih sayang dan doa bagi penulis. Bapak

dan Ibu yang selalu memahami kerja keras penulis dalam penyusunan skripsi.

Dan adik-adikku, Ferial Ramadhan dan Pratiwi Kalsum, yang selalu

memberikan semangat bagi penulis.

7. Keluarga besar H. Siddik Adiem dan Siagian yang telah memberi inspirasi

bagi penulis.

8. Dhania Ramadhani, atas dukungan semangat yang diberikan kepada penulis.

9. Rekan-rekan Keluarga Besar Fahutan 41, anak-anak THH 41 Departemen

Hasil Hutan IPB yang telah membuat kenangan indah selama kuliah,

Rekan-rekan satu bimbingan skripsi (Ozo, Niam), anak-anak pemanenan 41 ( Gita,

Adhon, Aya , Arif, Jarot, Juli, Imam, Ipul, Bintang, Harzan, Rika, Putri, Kiki.,

dan rekan-rekan aktivis di Himasiltan dan Ibaadurrahmaan.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi. Semoga Allah

(11)

DAFTAR ISI

Halaman RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)... 6

2.1.1 Pengertian ... 6

2.1.2 Faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja ... 7

2.1.3 Tujuan dan manfaat keselamatan dan kesehatan Kerja 8 2.2 Kegiatan Operasi Pemanenan Hutan ... 9

2.3 Knowledge, Skill, Attitude... ... 10

2.3.1 Knowledge ... 10

2.3.2 Attitude ... 11

2.3.3 Skill ... 11

2.4 Upaya-upaya dalam Pencegahan Kecelakaan Kerja ... 11

2.4.1 Pelatihan ... 12

2.4.2 Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja ... 13

BAB III METODE PENELITIAN ... 15

3.1 Kerangka Pemikiran ... 15

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

3.3 Jenis Penelitian ... 17

3.4 Jenis Data dan Sumber data ... 17

3.5 Metode Pengumpulan Data... 18

3.6 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 19

3.6.1 Pengolahan Data ... 19

3.6.2 Analisis Data ... 19

3.6.2.1 Analisis deskriptif ... 19

3.6.2.2 UjiWilcoxon ... 19

3.6.2.3 Selisih nilai rata-rata antar aspek kompetensi ... 21

(12)

3.6.2.5 Tahapan evaluasi upaya peningkatan

perlindungan K3 ... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

4.1 Kondisi Umum Perusahaan ... 23

4.2 Kondisi Umum K3 Perusahaan ... 25

4.3 Perusahaan ... 29

4.3.1 Hasil uji statisikWilcoxonpada perusahaan ... 30

4.3.2 Selisih nilai skor rata-rata berdasarkan masing-masing aspek kompetensi... 31

4.3.3 Hasil uji korelasiSpearman perusahaan ... 32

4.4 Kegiatan Penebangan ... 34

4.4.1 Karakteristik responden penebangan ... 36

4.4.2 Hasil uji statistikWilcoxon pada bidang penebangan... 38

4.4.3 Selisih nilai skor rata-rata berdasarkan masing-masing aspek kompetensi... 40

4.4.4 Hasil uji korelasiSpearman pada bidang penebangan 41

4.5 Kegiatan Penyaradan ... 43

4.5.1 Karakateristik responden penyaradan ... 43

4.5.2 Hasil uji statisikWilcoxonpada bidang penyaradan .... 46

4.5.3 Selisih nilai skor rta-rata berdasarkan masing-masing aspek kompetensi ... 48

4.5.4 Hasil uji korelasiSpearman pada bidang penyaradan .. 48

4.6 Kegiatan Pengangkutan ... 50

4.6.1 Karakteristik responden pengangkutan ... 51

4.6.2 Hasil uji statisikWilcoxonpada bidang pengangkutan 53 4.6.3 Selisih nilai skor rata-rata berdasarkan masing-masing aspek kompetensi... 54

4.6.4 Hasil uji korelasi Spearman pada bidang pengangkutan ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

5.1 Kesimpulan ... 58

5.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(13)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Tingkat kecelakaan kerja di bidang pemanenan kayu ... 2 2. Rentang dari hasil rataan berdasarkan skalaLikert... 18 3. Jumlah tenaga teknis PT. Sarmiento Parakantja Timber ... 25 4. Alat keselamatan kerja yang dipakai berdasarkan bidang

pekerjaannya ... 27 5. Hasil uji statistikWilcoxon terhadap pemahaman perlindungan

K3 secara general antara penilaian perusahaan dengan

penilaian berdasarkan standar ILO ... 30 6. Hasil uji statisitik Wilcoxon antara penilaian perusahaan

dengan penilaian berdasarkan standar ILO ... 30 7. Selisih nilai kompetensi perusahaan antara penilaian

perusahaan dengan penilaian berdasarkan standar ILO ... 31 8. Hasil uji korelasiSpearmanperusahaan ... 32 9. Hasil uji statistikWilcoxon terhadap pemahaman perlindungan

K3 secara general antara penilaian pekerja bidang penebangan

dengan penilaian berdasarkan standar ILO ... 39 10. Hasil uji statisitik Wilcoxon penebangan antara penilaian

pekerja dengan penilaian berdasarkan standar ILO ... 39 11. Selisih nilai kompetensi pekerja bidang penebangan antara

penilaian pekerja dengan penilaian berdasarkan standar ILO ... 40 12. Hasil uji korelasiSpearmanpenebangan ... 41 13. Hasil uji satistik Wilcoxon terhadap pemahaman perlindungan

K3 secara general antara penilaian pekerja bidang penyaradan

dengan penilaian berdasarkan standar ILO ... 46 14. Hasil uji statisitik Wilcoxon penyaradan antara penilaian

pekerja dengan penilaian berdasarkan standar ILO ... 47 15. Selisih nilai kompetensi pekerja bidang penebangan antara

penilaian pekerja dengan penilaian berdasarkan standar ILO ... 48 16. Hasil uji korelasiSpearmanpenyaradan ... 49 17. Hasil uji statistikWilcoxon terhadap pemahaman perlindungan

K3 secara general antara penilaian pekerja bidang

pengangkutan dengan penilaian berdasarkan standar ILO ... 53 18. Hasil uji statisitik Wilcoxon pengangkutan antara penilaian

pekerja dengan penilaian berdasarkan standar ILO ... 54 19. Selisih nilai kompetensi pekerja bidang pengangkutan antara

(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Sistem model SMK3 ... 14

2. Kerangka aliran proses penelitian ... 16

3. Organisasi P2K3 PT. Sarpatim ... 26

4. Kasus kecelakaan kerja PT. Sarpatim 2004-2006 ... 29

5. Hirarki proses pelaksanaan K3 pada level manajemen perusahaan ... 34

6. Salah satu bentuk kegiatan penebangan di PT. Sarpatim ... 35

7. Pendidikan responden penebangan ... 36

8. Usia pada responden penebangan ... 37

9. Pengalaman kerja responden penebangan ... 38

10. Pemahaman responden penebangan tentang K3... 38

11. Kegiatan penyaradan di PT. Sarpatim ... 43

12. Pendidikan responden penyaradan ... 44

13. Usia responden penyaradan ... 44

14. Pengalaman kerja responden penyaradan ... 45

15. Pemahaman responden penyaradan tentang K3 ... 45

16. Kegiatan pengangkutan di PT. Sarpatim ... 50

17. Pendidikan responden pengangkutan ... 51

18. Usia responden pengangkutan ... 51

19. Pengalaman kerja responden pengangkutan ... 52

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemanenan kayu merupakan serangkaian kegiatan bentuk kegiatan

mengeluarkan kayu atau log dari hutan untuk kemudian diangkut ke tempat

penggunaan atau pengolahan dengan biaya yang ekonomis dan kerusakan

lingkungan yang minimum. Operasi pemanenan kayu pada dasarnya terdiri dari

komponen-komponen penebangan pohon, pembagian batang, penyaradan,

pemuatan, dan pengangkutan kayu. Operasi pemanenan sangat beresiko terhadap

keselamatan pekerjanya. Kesalahan yang ditimbulkan akibat kelalaian dan tidak

sesuainya tindakan operator dengan ketentuan yang berlaku dapat menimbulkan

masalah yang disebut dengan kecelakaan kerja. Tingkat kecelakaan kerja pada

operasi pemanenan kayu sangat tinggi (Tabel 1).

Banyak hal yang menyebabkan terjadinya kecelakaan tersebut, antara lain

rendahnya kesadaran terhadap aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang

ditandai antara lain dengan kurangnya kesadaran pekerja terhadap pemakaian alat

pelindung diri (APD) sebelum melakukan kegiatan pemanenan tersebut,

disamping kurangnya aspek keterampilan kerja itu sendiri, mengingat sebagian

besar pekerja dalam operasi pemanenan kayu memiliki tingkat pendidikan yang

rendah dan tidak memperoleh pelatihan keterampilan kerja yang cukup.

Pada dasarnya pemerintah telah menetapkan undang-undang berkaitan

tentang perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja di bidang penebangan dan

pengangkutan kayu. Undang-undang tersebut adalah Peraturan Menteri Tenaga

Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Republik Indonesia No. PER.01/MEN/1978.

Sebagai dasar aturan yang dibuat pihak perusahaan sebagai pelaksana seharusnya

menyadari perhatian terhadap perlindungan K3. Sebagai manajemen tertinggi

pihak perusahaan harus berkonsultasi dengan para ahli K3 terkait, harus

menyiapkan, menerbitkan dan memelihara suatu kebijakan yang jelas dan

menguraikan sifat bahaya yang berhubungan dengan operasi kehutanan para

pekerja. Sedangkan pekerja sendiri sebagai objek yang bersangkutan harus

mengetahui hak-haknya untuk memperoleh perlindungan K3. Pada kenyataannya

(16)

kebijakan yang telah dibuat kurang begitu memperhatikan perlindungan K3. Oleh

karena itu banyak ditemui di lapangan K3 yang tidak berlangsung efektif dan

efisien.

Terdapat tiga hal penting yang berkaitan dengan persepsi terhadap K3, yakni

knowledge (pengetahuan), skill (ketrampilan), dan attitude (sikap). Ketiga hal tersebut perlu memperoleh perhatian khusus, terutama dalam upaya penerapan K3

secara serius. Aspek K3 sendiri pada akhirnya tidak hanya penting bagi pekerja

itu sendiri, melainkan secara langsung dapat memberikan dampak terhadap

produktifitas dan efisiensi perusahaan. Dua hal terakhir akan tampak jelas jika

seorang pengusaha memperhitungkan banyaknya biaya yang akan dikeluarkan

jika salah satu operasi kegiatan tidak berjalan dengan lancar ataupun terhenti

akibat dari kecelakaan yang terjadi.

Dengan penerapan K3 yang baik maka suatu perusahaan dapat berjalan

dengan kondisi maksimal dimana efisiensi terhadap biaya dapat dioptimalkan.

Penjelasan yang rasional untuk hal ini adalah jika perlindungan K3 untuk pekerja

terlaksana dengan baik, maka semua aspek operasi kegiatan pemanenan dapat

berjalan dengan baik tanpa hambatan apapun.

Akan tetapi, meskipun organisasi perburuhan internasional (ILO) maupun

pemerintah Indonesia telah mensyaratkan perlindungan K3 dengan

dikeluarkannya Undang-Undang No.13 Tahun 2003, tentang Keselamatan Kerja

namun pada kenyataannya pengabaian perlindungan K3 terhadap pekerja masih

merupakan hal yang mudah ditemui. Hal itu dapat dilihat dari data kecelakaan

kerja terutama di sektor kehutanan yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Tingkat kecelakaan kerja di bidang pemanenan kayu

Data 1995 1996 1997 1998 1999

Kecelakaan Kerja 3253 4070 5288 5894 4534

Meninggal 103 102 118 88 129

(17)

Berdasarkan hal tersebut di atas, mengingat penerapan K3 yang sekarang

telah ada disadari kurang begitu efektif maka penulis tertarik untuk mengevaluasi

K3 pada pekerjaan hutan terutama operasi pemanenan kayu yang meliputi

kegiatan penebangan, penyaradan dan pengangkutan.

1.2 Perumusan Masalah

Penerapan K3 merupakan upaya dalam pencegahan dan pengurangan

kecelakaan kerja akibat kerja, yang dapat dilakukan melalui peraturan,

standarisasi, pengawasan, kajian teknis, pendidikan, serta pelatihan. Dengan

penerapan K3 yang baik maka perlindungan terhadap kesejahteraan pekerja dapat

tercapai. Kebijakan dan peraturan yang dibuat perusahaan untuk mengatur K3

yang sesuai dan efektif sangatlah diperlukan, hal ini berkaitan dengan

perlindungan K3 karyawan dimana dengan penerapan K3 yang efektif dan efisien

diharapkan terwujudnya kondisi pekerja yang aman, nyaman, dan sehat secara

berkelanjutan, sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia

PER.05/MEN/1996.

Penerapan K3 yang dilaksanakan juga bergantung dariknowledge,skill, dan attitude. Oleh karena itu penerapan K3 yang baik dapat mengindikasikan bahwa ketiga hal tersebut telah berjalan dengan baik dan dimiliki oleh para pekerja

maupun pihak perusahaan itu sendiri, baik itu untuk pekerja dengan level bawah

sampai dengan level atas. Untuk itu perlu adanya kesadaran serta kemauan

dalam menerapkan K3 yang efisien dan efektif.

Oleh karena itu perusahaan dapat menggunakan metode untuk mengetahui

penerapan K3 yang telah dilaksanakan, dan perusahaan dapat mengevaluasi K3

yang seharusnya diterapkan berdasarkan kode praktis ILO.

Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan suatu permasalahan yang akan

diteliti, yaitu:

1. Bagaimanakah perusahaan memahami perlindungan K3?

2. Bagaimanakah pekerja memahami aspek perlindungan K3?

3. Strategi apa yang seharusnya dilakukan perusahaan untuk melakukan

(18)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini sebagai

berikut:

1. Mengidentifikasi aspek kompetensi perusahaan dan pekerja terhadap

perlindungan K3 dari sisi knowledge, skill, dan attitude dalam kegiatan-kegiatan utama pemanenan meliputi operasi penebangan, penyaradan, dan

pengangkutan.

2. Memberikan alternatif strategi untuk penerapan K3 yang lebih efisien dan

efektif.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi

pihak-pihak terkait, terutama:

1. Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan tidak saja bagi

perusahaan tempat penelitian ini dilakukan, tetapi juga perusahaan kehutanan

lainnya dalam melakukan evaluasi penerapan K3 yang telah dilakukan dan

upaya peningkatan penerapan K3 bagi karyawan.

2. Penulis

Penulis diharapkan mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa

perkuliahan dan mencari solusi bagi permasalahan yang timbul di dunia nyata

yang berkaitan dengan penerapan K3 pada perusahaan.

3. Umum

Penelitian ini secara khusus diharapkan mampu menambah literatur bagi

kalangan akademisi dalam hal penerapan perlindungan K3. Dan secara umum,

penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca juga

mengenai kesehatan, dan keselamatan kerja bagi pekerja dan perusahaan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Karyawan yang dijadikan kajian dalam penelitian ini adalah karyawan di

(19)

2. Kegiatan yang diteliti yang meliputi kegiatan utama pemanenan yaitu:

penebangan, penyaradan, dan pengangkutan.

3. Tingkat pemahaman K3 dari perusahaan maupun pekerja.

4. Aplikasi perlindungan K3 yang telah dilaksanakan dan diterapkan oleh

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 2.1.1 Pengertian

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk

menjamin keutuhan dan kesempurnaan manusia baik jasmani maupun rohani serta

karya dan budayanya yang tertuju pada kesejahteraan manusia pada umumnya dan

tenaga kerja pada khususnya. Faktor K3 adalah bagian tak terpisahkan dalam

lingkungan perusahaan. K3 juga tak dapat dilepaskan dari faktor produktivitas.

Bila diabaikan, produktivitas tidak akan bagus. Demikian pula sebaliknya. Namun

demikian, tidak semua pihak menyadari arti penting K3, baik perusahaan maupun

karyawan. Sehingga perlu upaya untuk lebih membudayakan K3.

Kecelakaan menurut Sulaksomo di dalam Santoso (2004) adalah suatu kejadian tak diduga dan tidak dikehendaki, yang dapat mengacaukan proses

aktivitas yang telah diatur. Menurut Arep dan Tanjung (2003), kecelakaan adalah

kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Hal ini dikarenakan dalam

peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan atau bentuk perencanaan.

Sedangkan kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan

hubungan kerja perusahaan.

Menurut Sugeng (2005), secara umum kecelakaan kerja dibagi menjadi dua

golongan, yaitu:

1. Kecelakaan industri (industrial accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja karena adanya sumber bahaya atau bahaya kerja.

2. Kecelakaan dalam perjalanan (community accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di luar tempat kerja yang berkaitan dengan adanya hubungan kerja.

Suma mur di dalam Arep dan Tanjung (2004) mendefinisikan kecelakaan kerja sebagai keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan

dan proses pengolahan, landasan tempat kerja dan lingkungannya, serta cara-cara

melakukan pekerjaannya. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa kecelakaan dapat

terjadi tanpa dapat kita duga dan dan tidak direncanakan sebelumnya. Namun

pada prinsipnya kecelakaan dapat dicegah. Pencegahan ini menurut Bennet di

(21)

mandor, kepala dan kepala urusan. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Pasal 10

menyatakan tanggung jawab semua pihak, baik pihak perusahaan, karyawan

maupun pemerintah.

2.1.2 Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja

Bannet dalam Santoso (2004) menjelaskan terdapat empat faktor bergerak dalam satu kesatuan berantai yang menyebabkan kecelakaan, yakni lingkungan,

bahaya, peralatan, dan manusia. Faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja menurut

Arep dan Tanjung (2004) adalah tindakan perbuatan manusia yang tidak

memenuhi keselamatan dan keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman.

Mangkuprawira dan Vitayala (2007) mengemukakan bahwa faktor penyebab

terjadinya kecelakaan kerja dapat dilihat dari berbagai sudut, yaitu:

1. Kebijakan pemerintah

a. Undang-undang ketenagakerjaan, khususnya yang menyangkut

tentang keselamatan dan kesehatan kerja belum ada.

b. Peraturan pemerintah tentang pelaksanaan keselamatan dan

kesehatan kerja karyawan belum ada atau kalaupun sudah ada,

tetapi belum diterapkan dengan tegas.

2. Kondisi pekerjaan

a. Standar kerja yang kurang tepat dan pelaksanaannya juga tidak

tepat.

b. Jenis pekerjaan fisik yang sangat berbahaya. Namun, di sisi lain,

fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja sangat kurang.

c. Kenyamanan kerja yang sangat kurang karena kurang tersedianya

unsur pendukung keselamatan dan kesehatan kerja.

d. Tidak tersedianya prosedur unsur manual petunjuk kerja.

e. Kurang kontrol, evaluasi, dan pemeliharaan tentang alat-alat kerja

secara rutin.

3. Kondisi karyawan

a. Keterampilan karyawan dalam hal K3 rendah.

b. Kondisi kesehatan fisik karyawan yang tidak prima.

c. Kondisi kesehatan mental, seperti rendahnya motivasi tentang K3

(22)

d. Kecanduan merokok, minuman keras, dan narkoba.

4. Kondisi fasilitas perusahaan

a. Ketersediaan fasilitas yang kurang cukup (jumlah dan mutu).

b. Kondisi ruang kerja yang kurang nyaman.

c. Tidak tersedianya fasilitas kesehatan dan klinik perusahaan.

d. Tidak tersedianya fasilitas asuransi perusahaan.

e. Kurangnya pelatihan dan sosalisasi tentang pentingnya

keselamatan dan kesehatan kerja di kalangan karyawan.

2.1.3 Tujuan dan Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Mangkunegara (2004), tujuan keselamatan dan kesehatan kerja

adalah sebagai berikut:

a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan

kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.

b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan

sebaik-baiknya, seefektif mungkin.

c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

gizi pegawai.

e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi

kerja.

f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh

lingkungan atau kondisi kerja.

g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

Manfaat K3 (Arep dan Tanjung, 2004) adalah sebagai berikut:

1. Manfaat ekonomis:

a. Berkurangnya kecelakaan dan sakit karena kerja.

b. Mencegah hilangnya investasi fisik dan investasi sumberdaya

manusia.

c. Meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja yang nyaman dan

(23)

2. Manfaat psikologis:

a. Meningkatkan kepuasan kerja.

b. Kepuasan kerja tersebut akan meningkatkan motivasi kerja dan

selanjutnya akan meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja.

c. Perusahaan akan merasa bangga bahwa telah ikut serta dalam

pembangunan nasional.

d. Nama baik/citra perusahaan akan meningkat.

2.2 Kegiatan Operasi Pemanenan Hutan

Komponen utama pemanenan hutan pada umumnya terdiri dari lima

kegiatan yaitu penebangan pohon, pembagian batang, penyaradan, pemuatan,

pengangkutan (Budiaman, 2003).

1. Penebangan

Tahapan pertama pemanenan adalah pemisahan pohon berdiri dari tunggak.

Penebangan kebanyakan dilakukan dengan menggunakan alat tebang mekanis.

Mulai dari gergaji rantai sampai alat modern yang disebutharvester. 2. Pembagian batang

Tahap pengolahan dari kegiatan pemanenan hutan adalah pemotongan batang

kayu menjadi kayu dengan panjang yang dapat dijual. Kegiatan ini disebut

dengan pembagian batang. Panjang yang diinginkan akan sangat berbeda

tergantung penggunaan akhir.

3. Penyaradan

Penyaradan kayu merupakan tahap pertama pengangkutan kayu, yaitu

pemindahan kayu dari tempat tebangan menuju tempat pengumpulan dimana

pembagian batang dan pemuatan akan dilakukan. Penyaradan disebut juga

dengan pengangkutan kayu kedua (second transportation atau minor transportation).

4. Pemuatan

Pemuatan kayu adalah semua operasi yang terkait dengan pemuatan kayu dari

dek di tempat pengumpulan kayu ke alat pengangkut. Terkadang operator

pemuatan melakukan penyortiran jenis dan ukuran sesuai dengan produk yang

(24)

5. Pengangkutan

Tahap terakhir dari rangkaian kegiatan pemanenan hutan adalah pengangkutan

kayu dari tempat pengumpulan ke tempat penimbunan kayu disebut dengan

pengangkutan (primary transportation atauhauling).

Dari kegiatan-kegitan pemanenan hutan tersebut sangat beresiko bagi

pekerjanya, oleh karena itu perlu adanya pengawasan K3 yang berkelanjutan

sehingga dampak yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja dapat diminimalkan.

2.3Knowledge, Attitude,dan Skill 2.3.1Knowledge

Knowledge atau pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah

berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan

inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal

budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat

atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang

baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan

aroma masakan tersebut.

Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi

dikenal sebagai pengetahuan empiris datau pengetahuanaposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan atau observasi yang dilakukan

secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang

menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan

menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris

tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi

manusia yang terjadi berulang kali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk

memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang

manajemen organisasi.

2.3.2Attitude

Attitude atau sikap adalah konsep yang mempresentasikan suka atau tidak sukanya seseorang pada sesuatu. Sikap adalah pandangan positif, negatif, atau

(25)

pun dapat menjadi ambivalen terhadap suatu target, yang berarti ia terus mengalami bias positif dan negatif terhadap sikap tertentu.

Sikap muncul dari berbagai bentuk penilaian. Sikap dikembangkan dalam

tiga model, yaitu afeksi, kecenderungan perilaku, dan kognisi. Respon afektif

adalah respon fisiologis yang mengekspresikan kesukaan individu pada sesuatu.

Kecenderungan perilaku adalah indikasi verbal dari maksud seorang individu.

Respon kognitif adalah pengevaluasian secara kognitif terhadap suatu objek sikap.

Kebanyakan sikap individu adalah hasil belajar sosial dari lingkungannya.

Sikap dapat mengalami perubahan sebagai akibat dari pengalaman. Tesser

(1993) mengemukakan bahwa faktor bawaan dapat mempengaruhi sikap tapi

secara tidak langsung. Sebagai contoh, bila seseorang terlahir dengan

kecenderungan menjadi ekstrovert, maka sikapnya terhadap suatu jenis musik akan terpengaruhi. Sikap seseorang juga dapat berubah akibat bujukan. Hal ini

bisa terlihat saat iklan atau kampanye mempengaruhi seseorang.

2.3.3Skill

Ada beberapa pengertian mengenai keterampilan (skill), menurut Gordon (1994) skill adalah kemampuan untuk mengoperasikan pekerjaan secara mudah dan cermat. Keterampilan dapat dipelajari melalui program training dengan

mempelajari hal baru seperti teknologi baru yang dipakai. Skill seseorang bisa dilihat dari bagaimana cara dia menghadapi suatu permasalahan yang lebih

spesifik seperti bagaimana karyawan berusaha menggunakan suatu peralatan, cara

berkomunikasi yang efektif dan pelaksanaan strategi bisnis.

2.4 Upaya-upaya dalam Pencegahan Kecelakaan Kerja

Bannet di dalam Santoso (2004) mengungkapkan bahwa pencegahan kecelakaan terdiri dari dua aspek, yaitu:

a. aspek perangkat keras (peralatan, mesin, dan sebagainya)

b. aspek perangkat lunak (manusia dan unsur berkaitan)

Suma mur di dalam Santoso (2004) menjelaskan bahwa kecelakaan kerja yang terjadi dapat dicegah dengan hal-hal sebagai berikut:

a. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan

(26)

perawatan, dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian, dan cara

kerja peralatan, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan,

supervise medis dan pemeriksaan kesehatan.

b. Standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi atau

tidak resmi mengenai misalnya syarat-syarat keselamatan sesuai

instruksi peralatan industri dan alat pelindung diri.

c. Pengawasan, agar ketentuan UU wajib dipenuhi.

d. Penelitian bersifat teknik, misalnya tentang bahan-bahan yang

berbahaya, pagar pengaman, pengujian APD, pencegahan ledakan,

dan peralatan lainnya.

e. Riset medis, terutama meliputi efek fisiologis dan patologis, faktor

lingkungan, teknologi, dan keadaan yang mengakibatkan

kecelakaan.

f. Penelitian fisiologis, meliputi penelitian tentang pola-pola

kewajiban yang mengakibatkan kecelakaan.

g. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan

yang terjadi.

h. Pendidikan.

i. Latihan-latihan.

j. Penggairahan, pendekatan lain agar bersifat selamat.

k. Asuransi, yaitu insentif untuk meningkatkan pencegahan

kecelakaan.

2.4.1 Pelatihan

Menurut Arep dan Tanjung (2002), pelatihan merupakan salah satu usaha

untuk mengembangkan sumber daya manusia terutama dalam hal pengetahuan

(knowledge), kemampuan (ability), keahlian (skill), sikap. Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan tentang ilmu yang harus dikuasai pada suatu posisi.

Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan untuk menangani tugas-tugas

yang diamanahkan. Keahlian yang dimaksud adalah beberapa keahlian yang

diperlukan agar suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik. Sedangkan sikap

yang dimaksud adalah emosi dan kepribadian yang harus dimiliki agar suatu

(27)

Kebutuhan pelatihan lahir dari kebutuhan memperkecil kesenjangan

kompetensi guna memperbaiki kinerja. Kebutuhan pelatihan adalah kesenjangan

kompetensi yang dapat diatasi dengan diadakaannya pelatihan. Kompetensi

adalah kemampuan dan keterampilan yang diisyaratkan bagi seseorang untuk

melaksanakan tugas pokoknya, sedangkan kompetensi aktual adalah kemampuan

kerja yang telah dimiliki dalam melaksanakan tugas pokoknya (Badan PSMP,

2001). Kesenjangan kompetensi meliputi masalah kognitif (kurang pengetahuan,

masalah psikomotor (kurang keterampilan) dan masalah afektif (sikap, nilai-nilai

dan minat yang kurang mendukung optimalisasi kinerja).

Pemrograman pelatihan tidak dapat didasarkan pula pada kebutuhan yang

dapat dirasakan saja. Tidak semua kebutuhan seseorang merupakan kebutuhan

yang diketahui (perceived needs) olehnya. Walaupun itu merupakan kebutuhan

aktual(actual needs) atau riil(real needs) maupun terasakan(felt needs) baginya (Alimin, 2004). Suatu kebutuhan akan terasakan apabila ada hal-hal yang diyakini

perlu diperhatikan oleh seseorang, meskipun belum menjadi kebutuhan nyata

baginya. Sebaliknya mungkin saja ada kebutuhan nyata seseorang yang belum

dipahaminya.

2.4.2 Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)

Salah satu bentuk upaya dalam mengendalikan kecelakan akibat kerja yaitu

dengan menerapkan Sistim Manajemen K3 atau biasa dikenal dengan istilah

SMK3 . SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang

meliputi struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur,

proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan,

pencapaian, pengkajian, serta pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan

kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja

guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif

(28)

Sumber : Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Gambar 1 Sistem Model SMK3. Peningkatan

berkelanjutan

Peninjauan ulang dan peningkatan manajemen

Pengukuran Pelaksanaan

Komitmen dan Kebijaksanaan

(29)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Pemahaman terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sangat perlu

diperhatikan. Hal ini terkait dengan produktivitas. Bila K3 diabaikan maka

produktivitas tidak akan bagus. Banyak pihak yang tidak menyadari arti penting

K3 baik itu perusahaan maupun karyawan.

Tuntutan untuk terus menerus menunjukkan komitmen terhadap

keselamatan dan kesehatan kerja sebenarnya gencar terjadi di Indonesia. Di era

globalisasi sekarang ini hendaknya setiap perusahaan yang menghasilkan produk

harus memenuhi salah satu syarat, yakniEnvironment Health and Safety.

PT. Sarpatim merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang

kehutanan. Oleh karena itu perlu perhatian khusus mengenai evaluasi pemahaman

terhadap K3 perusahaan. Evaluasi tersebut berperan untuk perbaikan pada sistem

manajemen K3 yang telah ada (SMK3). Penilaian evaluasi tersebut dilihat dari

observasi di lapangan dan dengan melakukan wawancara terhadap pihak yang

terkait seperti perusahaan, dan pekerja/operator. Penilaian ini dilakukan dengan

menggunakan kuisioner secara kualitatif yaitu dengan analisis deskriptif.

Kerangka penelitian ini diawali dengan proses pra penelitian menyangkut

izin penelitian dan surat tugas. Kemudian selanjutnya dilakukan proses

wawancara di lapangan. Informasi yang disampaikan merupakan gambaran umum

dari perusahaan. Hasil dari wawancara diukur dengan menggunakan skalaLikert yang didapatkan dari kuisioner. Data yang diperoleh dari kuisioner hasil

wawancara diolah dengan menggunakan uji peringkat Spearman dan uji Wilcoxon. Aspek kompetensi yang akan diuji menggunakan Spearman dan Uji Wilcoxon adalah knowledge, skill, attitude dan kemudian mengevaluasinya. Kuisioner diisi oleh manager SDM, atau unit yang menangani bidang K3.

kemudian para pekerja di lapangan atau biasa disebut dengan operator, dan

kontrol atau standar yang mengacu pada kode praktis ILO tentang Keselamatan

dan Kesehatan Kerja Pada Pekerjaan Kehutanan. dapat dilihat pada Gambar 2.

Langkah terakhir dari penelitian ini adalah interpretasi data dan alternatif strategi

(30)

Interpretasi Data Penelitian

Uji Statistik Menggunakan Wilcoxon

Uji Korelasi Spearman Gambaran K3 Perusahaan Penyebaran Kuisioner Pengolahan Data Analisis Deskriptif Knowledge P E R U S A H A A N P E K E R J A S T A N D A R I L O Skill Attitude Knowledge Skill Attitude

(31)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Maret sampai April 2008 di PT.

Sarpatim km 107 Bai Base Camp, Sampit Kalimantan Tengah.

3.3 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian dengan metode kausal komparatif

(ex-post facto) yang menggunakan desain kausal. Menurut Kerlingerdalam Umar (2005), penelitian dengan metode kausal komparatif (ex-post facto) merupakan

pencarian empirik yang sistematik di mana peneliti tidak dapat mengontrol

variabel bebasnya karena peristiwa telah terjadi atau karena sifatnya tidak dapat

dimanipulasi.

3.4 Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara, survei dan observasi pada

karyawan PT Sarpatim. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terstruktur

dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan dan dilakukan

pula wawancara tak terstruktur untuk melengkapi informasi-informasi terkini.

Wawancara dilakukan terhadap pihak manajemen dan sebagian pekerja PT

Sarpatim.

Survei dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner disebarkan kepada

responden yaitu karyawan PT. Sarpatim. Kuisioner terdiri dari dua bagian yaitu

identitas responden dan pertanyaan utama dari kompetensi yang dikaji.

Pertanyaan dalam kuisioner yang akan dijawab oleh responden diberi bobot

dengan menggunakan skalaLikert.

Skala Likert berguna untuk menunjukkan tanggapan responden terhadap pernyataan yang diberikan. Skala likert merupakan skala pengukuran ordinal.

Hasil pengukurannya hanya dapat dibuat peringkat tanpa diketahui besar selisih

antara satu tanggapan dengan tanggapan lain. Dalam penelitian ini, 1 = sangat

tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = sedikit setuju, 4 = setuju, dan 5 = sangat setuju .

Setelah data diperoleh, data digolongkan ke dalam kategori berdasarkan nilai yang

diperoleh dengan cara mengalikan besarnya bobot pada kategori tertentu yang

(32)

sama. Dari data yang diperoleh, dicari nilai rataannya dan simpangan baku untuk

mengetahui ukuran pemusatan dan ukuran keragaman tanggapan responden

dengan menggunakan rumus (Puspitarini, 2007) berikut:

Rataan (X) = xifi ...(1)

N

Keterangan:

xi = nilai pengukuran ke-i

fi = frekuensi kelas ke-i

n = banyaknya pengamatan

Hasil dari rataan dan simpangan baku tersebut dipetakan ke rentang skala

dengan mempertimbangkan informasi interval sebagai berikut:

Interval = Nilai tertinggi Nilai terendah = 5 1 = 0,8 ... (2)

Banyaknya kelas 5

Setelah besarnya skala diketahui, kemudian dibuat rentang skala agar dapat

diketahui dimana letak rataan penilaian respon terhadap setiap unsur

[image:32.612.133.505.409.573.2]

diferensiasinya dan sejauh mana ragamnya. Rentang skala tersebut adalah:

Tabel 2 Rentang dari Hasil Rataan Berdasarkan SkalaLikert

Nilai knowledge skill attitude

1.0 1.8 Sangat tidak mengetahui Sangat tidak mampu

Sangat tidak mau

1.8 2.6 Tidak mengetahui Tidak mampu Tidak mau

2.6 3.4 Cukup mengetahui Cukup mampu Cukup mau

3.4 4.2 Mengetahui Mampu Mau

4.2 5.0 Sangat mengetahui Sangat mampu Sangat Mau

3.5 Metode Pengumpulan Data

Populasi ialah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik

kualitatif maupun kuantitatif, daripada karakteristik tertentu mengenai

sekelompok objek yang lengkap dan jelas (dalam). Penelitian dengan

menggunakan seluruh anggota populasi disebut sampel total atau sensus.

(33)

jumlah besar diperlukan pengambilan sebagian anggota populasi yang dijadikan

sampel. Penelitian ini mengambil seluruh sampel yang ada di lapangan. Dimana

yang menjadi responden adalah pihak perusahaan, pekerja bidang penebangan,

penyaradan, dan pengangkutan yang dapat diwawancara dilapangan.

3.6 Metode Pengolahan dan Analisis Data 3.6.1 Pengolahan Data

Dalam penelitian ini pegolahan data menggunakan software SPSS 13.0 for windows dan menggunakanMicrosoft Excel 2003.

3.6.2 Analisis Data 3.6.2.1 Analisis deskriptif

Analisis ini bertujuan mengubah kumpulan data mentah menjadi bentuk

yang mudah dipahami dan bentuk yang lebih ringkas. Analisis deskriptif nilai bisa

diwakili olehmean, median,persentase dan berbagai diagram.

3.6.2.2 UjiWilcoxon

Teknik analisis ini dilakukan dalam penelitian ini adalah ujiWilcoxon, untuk mengetahui perbandingan antara penilaian dari pekerja dan perusahaan dengan

penilaian menggunakan standar ILO. Penilaian yang dilakukan yaitu terhadap

aspek kompetensi sepertiknowledge,skill, danattitude. Prosedur dalam ujiWilcoxon adalah:

2. Menetapkan selisih bertanda (di) antara kedua skornya .

3. Menetapkan peringkat harga-harga (di) itu tanpa melihat tanda. Untuk harga d

yang sama buatlah rata-rata peringkat yang sama.

4. Memberikan peringkat tanda (+) atau (-) untuk d yang dipresentasikan.

5. Menentukan T, T = jumlah yang lebih kecil dari kedua kelompok peringkat

yang memiliki tanda yang sama.

6. Menentukan N, N = banyaknya total harga d yang memiliki tanda.

7. Kemudian untuk prosedur yang dipakai dalam menetapkan signifikasi harga T

yang diobservasi tergantung dari pemilihan N:

a. Jika N sama dengan 25 atau kurang, tabel G menyajikan harga-harga T untuk

(34)

kurang dari harga yang diberikan dalam tabel itu, untuk suatu tingkat

signifikasi tertentu, Ho dapat ditolak pada signifikasi itu.

b. Jika N lebih besar dari 25, hitunglah harga z sebagaimana didefinisikan oleh

rumus 4. tentukan kemungkinan yang berkaitan dengan kemunculan harga

itu dibawah Ho dengan melihat tabel A. Untuk suatu tes dua sisi, kalikan dua

p yang ditujukan itu, bila diperoleh dengan cara ini sama dengan atau kurang

dari , tolaklah Ho.

RumusWilcoxon:

Keterangan: T = Jumlah rangking positif

N = Banyaknya pasangan data yang ada

t= Deviasi Standar

Proses pengambilan keputusan yang dilakukan adalah:

a. Hipotesis

Ho : d = 0 pemahaman perlindungan K3 berdasarkan penilaian dari

pekerja/perusahaan dan kondisi di lapangan (menurut standarisasi ILO)

tidak berbeda nyata.

Hi : d 0 pemahaman perlindungan K3 berdasarkan penilaian

pekerja/perusahaan dan kondisi di lapangan (menurut standarisasi ILO)

berbeda nyata.

b. Keputusan diambil dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan:

- angka probabilitas > 0.05 maka Ho diterima

- angka probabilitas < 0.05 maka Ho ditolak

Dalam pengambilan keputusan ini berbeda nyata dapat berarti positif

ataupun negatif. Begitu pula untuk pernyataan tidak berbeda nyata dapat bernilai

negatif dan positif. Proses pengambilan keputusan atau hipotesis suatu masalah

merupakan perbandingan antara penilaian dari pekerja kemudian dibandingkan

dengan kondisi di lapangan (evaluasi berdasarkan standar ILO). n ( n + 1)

T

E

t T - 4 Z = =
(35)

3.6.2.3 Selisih nilai rata-rata antar aspek kompetensi

Selisih nilai rata-rata antar aspek kompetensi digunakan untuk melihat nilai

kesenjangan antara aspek kompetensi yang meliputiknowledge, skill, danattitude. Selisih yang dimaksud disini adalah selisih antara skor rata-rata penilaian

menggunakan standar ILO dengan penilaian berdasarkan pekerja ataupun

perusahaan itu sendiri. Cara ini merupakan tindak lanjut setelah melakukan uji

Wilcoxon untuk melihat kompetensi apa yang perlu menjadi prioritas utama dalam peningkatan perlindungan K3.

3.6.2.4 KorelasiSpearman

Korelasi peringkatSpearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara aspek kompetensi knowledge, skill, attitude berdasarkan skor penilaian menurut standar ILO dimana, hubungan antara aspek kompetensi tersebut digunakan dalam

mendukung pilihan alternatif strategi yang akan dipilih.

Nilai koefisien korelasi sederhana adalah indeks atau bilangan yang

digunakan untuk mengukur derajat hubungan dari dua variabel, meliputi kekuatan

hubungan dan bentuk/ arah hubungan. Untuk kekuatan hubungan, nilai koefisien

korelasi berada di antara -1 dan +1. Untuk bentuk/ arah hubungan, nilai koefisien

korelasi dalam positif (+) dan negatif (-), atau (-1 KK +1). Untuk menentukan

keeratan hubungan/ korelasi antar variabel tersebut,

Berikut nilai-nilai dari KK yang digunakan sebagai patokan:

KK = 0,00 (tidak ada kekuatan hubungan)

0,00 < KK 0,20 (kekuatan hubungan sangat rendah atau lemah sekali)

0,20 < KK 0,40 (kekuatan hubungan rendah atau lemah tapi pasti)

0,40 < KK 0,70 (kekuatan hubungan cukup berarti atau sedang)

0,70 < KK 0,90 (kekuatan hubungan tinggi atau kuat)

0,90 < KK < 1,00 (kekuatan hubungan sangat tinggi atau kuat sekali, dapat

diandalkan)

(36)

Rumus KorelasiSpearman rs= 1 - 6b2

N3-N

Keterangan: rs= Nilai korelasi

b = selisih dari nilai variabel N = jumlah data

Proses pengambilan keputusan adalah:

a. Hipotesis

Ho: d = 0 atau ada hubungan yang nyata antar aspek kompetensi.

Hi : d 0 tidak ada hubungan yang nyata antar aspek kompetensi.

b. Keputusan diambil dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan:

- angka probabilitas > 0.05 maka Ho diterima

- angka probabilitas < 0.05 maka Ho ditolak

3.6.2.5 Tahapan evaluasi upaya peningkatan perlindungan K3

1. Analisis deskriptif yang terdiri dari usia, pendidikan, pengalaman kerja.

2. Uji Wilcoxon terhadap aspek kompetensi knowledge, skill, dan attitude Untuk melihat perbandingan antara penilaian dari pekerja atau perusahaan

dengan penilaian menggunakan standar ILO.

3. Uji selisih nilai rata-rata antar aspek kompetensi untuk melihat kompetensi

apa yang menjadi prioritas utama sebagai upaya peningkatan perlindungan

K3.

4. Korelasi Spearman untuk mengetahui hubungan antar aspek kompetensi yang kemudian digunakan mendukung alternatif strategi yang akan dipilih.

5. Penentuan strategi apa yang akan dipilih sesuai dengan uji statistik yang

(37)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Perusahaan

PT. Sarmiento Parakantja Timber bekerja atas dasar Surat Keputusan Izin

Usaha Pengusahaan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam No. 266/Menhut-II/2004

tanggal 21 Juli 2004. Luas areal berdasarkan SK Menhut tersebut adalah seluas

216.580 Ha. Selain itu, PT. Sarmiento Parakantja Timber juga memiliki dasar

hukum lain yaitu berdasarkan surat Keputusan IUPHHK/HA Model TPTI Intensif

No. SK.77/IV-BPHA/2005 tanggal 3 Mei 2005.

Berdasarkan pembagian Administrasi Kehutanan, areal IUPHHK PT.

Sarmiento Parakantja Timber termasuk ke dalam wilayah Dinas Kehutanan

Propinsi Kalimantan Tengah, yang meliputi: Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Kabupaten Seruya serta Dinas Kehutanan Kotawaringin Timur dan Katingan.

Sedangkan berdasarkan pembagian kesatuan wilayah Daerah Aliran Sungai

(DAS), areal IUPHHK/HA PT. Sarmiento Parakantja Timber termasuk dalam

wilayah Dinas Kehutanan Kalimantan Tengah tepatnya dikelompok Hutan Sungai

Kalek dan Sungai Nahiang. Secara geografis, areal IUPHHK/HA PT. Sarmiento

Parakantja Timber merupakan areal kompak yang terletak di antara 111o55 BT

-112o19 BT dan 1o10 LS 1o57 LS.

1. Aspek hukum

a. Pada tanggal 6 September 1972, PMA Sei Trading Company

Limited (Sarmiento Enterprises) dengan mitra Indonesia PT.

Parakantja Djaja Raja, mendirikan PT. Sarmiento Parakantja

Timber di Jakarta yang tertuang dalam akte notaris Djojo

Mulyadi, SH nomor 19 tahun 1972.

b. PT. Sarmiento Parakantja Timber mendapat kepercayaan dari

Pemerintah Departemen Pertanian untuk mengelola areal

HPH/IUPHHK seluas ± 170.000 ha dengan jangka waktu 20

tahun dikelompok hutan sungai Nahiang-sungai Kaleh

(38)

sesuai Keputusan Menteri Pertanian nomor 219/Kpts/Um/5/73

tanggal 11 Mei 1973.

c. Pada tahun 1982 PT. Sarmiento Parakantja Timber dikelola oleh

PT. Kayu Lapis Indonesia (PMDN) sebagai akibat adanya

Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pertanian, Menteri

Perdagangan dan Koperasi dan Menteri Perindustrian nomor

317/Kpts/Um/5/1980, 196/KPB/V/80, 182/IN/SK/5/1980 tanggal

5 Mei 1980, yang intinya mendorong dibangunnya industri

perkayuan berintikan kayu lapis dan pembatasan ekspor kayu

bulat. Kebijakan Pemerintah ini menyebabkan banyak pemegang

HPH dengan status PMA tidak meneruskan usahanya karena

tidak ingin membangun industri di Indonesia.

d. Setelah berakhirnya SK HPH/IUPHHK jangka I pada tahun

1993, HPH/IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber

diperpanjang untuk periode ke-II (1992-2012) sesuai surat

Menteri Kehutanan nomor 1277/Menhut-IV/1994 tanggal 2

September 1994 seluas ± 305.535 ha yang merupakan

penggabungan areal IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber

dan PT. Parakantja Djaja Raja.

PT. Sarmiento Parakantja Timber memperoleh perpanjangan IUPHHK

definitif seluas ± 216.580 ha untuk jangka waktu 45 tahun (periode 5 Nopember

1992 s/d 5 Nopember 2037)) sesuai Keputusan Menteri Kehutanan nomor

SK.266/Menhut-II/2004 tanggal 21 Juli 2004.

Jumlah tenaga kerja PT. Sarpatim per periode April 2008 yaitu sebanyak

1.129 orang yang terbagi dalam tiap-tiap bidang serta terbagi dalam penggolongan

pengupahan, sedangkan untuk tenaga teknis PT. Sarpatim sendiri yaitu sebanyak

(39)
[image:39.612.131.507.106.460.2]

Tabel 3 Jumlah Tenaga Teknis PT. Sarmiento Parakantja Timber

No. Bidang Jumlah Standar Kurang

(Orang) (Orang) (orang)

1 Sarjana kehutanan 8 5 0

2 Sarjana muda kehutanan 4 8 4

3 SKMA / KKMA 1 8 7

4 Cruiser 16 10 0

5 Penguji kayu /grader 5 5 0

6 Pembibitan dan

persemaian 10 10 0

7 Pengukur kayu /scaler 10 10 0

8 Permudaan dan

pemeliharaan 14 14 0

tanaman

9 Pengukuran dan

perpetaan 14 10 0

10 Pengenalan jenis pohon 10 10 0

11 Pengatur produksi dan 7 3 0

penebangan.

12 Teknis pencacahan

pohon 17 12 0

Jumlah 116 105 11

4.2 Kondisi Umum K3 Perusahaan

Pekerjaan kehutanan merupakan salah satu bidang kerja yang rentan

mengalami kecelakaan. Hal itu dapat dilihat dari penggunaan alat-alat berat serta

kondisi lapangan dan beban kerja yang diterima oleh pekerja sendiri. Faktor alam

dan faktor dari manusia itu sendiri (human error) yang kerap menyebabkan

terjadinya kecelakaan kerja.

IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber merupakan salah satu

perusahaan yang bergerak di bidang kehutanan, oleh karena itu resiko terhadap

kecelakaan kerja dapat terjadi. Secara garis besar untuk mencegah ataupun

meminimalkan kecelakaan kerja yang akan terjadi PT. Sarmiento Parakantja

Timber telah melakukan prosedural-prosedural baik secara teknis maupun non

(40)

Ketua

Wakil Ketua

AHLI K3 Independen

SEKRETARIS Secara non teknis PT. Sarpatim telah membentuk Garis Besar Panitia

Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). P2K3 adalah suatu lembaga/

badan yang dibentuk oleh perusahaan untuk membantu melaksanakan dan

menangani upaya-upaya keselamatan dan kesehatan kerja yang keanggotaanya

terdiri dari unsur pengusaha dan tenaga kerja.

Landasan hukum dibentuknya P2K3 itu sendiri yaitu Undang-Undang no. 1

tahun 1970 peraturan pelaksanaannya yaitu:

1. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-125/MEN/82 tentang Dewan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Wilayah dan P2K3 yang disempurnakan

dengan Kepmenaker No. Kep-155/MEN/84.

2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-04/MEN/87 tentang Panitia

Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) serta tata cara

penunjukkan ahli K3.

Tujuan dari P2K3 itu sendiri yaitu sebagai lembaga yang membantu

perusahaan dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan secara menyeluruh

dan berkesinambungan dalam upaya meningkatkan keselamatan dan kesehatan

kerja sehingga tenaga kerja dapat bekerja secara efisien dan produktif. Struktur

[image:40.612.133.507.429.658.2]

dari organisasi P2K3 PT. Sarpatim yaitu pada Gambar 3.

Gambar 3 Organisasi P2K3 PT. Sarpatim. ANGGOTA

(41)

Sedangkan untuk pedoman teknis Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan

Kerja PT. Sarpatim adalah seperti berikut ini:

1. Identifikasi kondisi berdasarkan bidang kegiatan:

a. Bidang Produksi.

b. Bidang Peralatan.

c. Bidang Jalan.

d. Bidang Pembinaan Hutan/ SILIN.

e. Bidang Adm. Personalia.

f. Bidang Perencanaan.

g. Bidang Logpond.

2. Identifikasi sumber-sumber bahaya yang beresiko terhadap kesehatan dan

keselamatan kerja..

3. Menyusun rencana dan program kerja K3.

4. Sosialisasi K3.

5. Pengadaan sarana dan prasarana.

6. Implementasi.

7. Monitoring dan evaluasi.

Dalam upaya pengurangan tingkat kecelakaan kerja yang terjadi tiap-tiap

bidang kerja diharuskan menggunakan alat pelindung diri (APD). Aturan

mengenai ketentuan tentang penggunaan alat keselamatan kerja dan sanksi,

terhadap bidang pekerjaan pekerjaan yang beresiko terhadap keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) dapat kita lihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Alat keselamatan kerja yang dipakai berdasarkan bidang dan pekerjaannya

No Bidang/Pekerjaan Sumber Bahaya Jenis Alat Pelindung Diri (APD)

I. Bidang Produksi

a. Penebangan Chainsaw Helm Kerja Pohon/Ranting Sarung Tangan Parang Sepatu Kerja

Masker

b. Penyaradan /Skidding Traktor Helm Kerja Pohon, Kayu Sarung Tangan Lokasi Kerja Sepatu Kerja

(42)

Lanjutan Tabel 4

No Bidang/Pekerjaan Sumber Bahaya

Jenis Alat Pelindung Diri (APD)

c.Hauling Log Loader Sepatu Kerja

Loging Truck Masker

Kayu Lokasi Kerja

d.Scaller Lokasi Kerja Sepatu Kerja

Kayu Masker

II. Bidang Peralatan

a. Mekanik Kondisi Pekerjaan Helm Kerja Alat-alat kerja Safety Shoes

Tempat kerja Safety Belf Masker

b. Electrician Instalasi Helm Kerja Limbah Berat Safety Shoes

Safety Belf Masker

c. Welder/Machinist Api Helm Kerja

Tabung Gas Safety Shoes

Limbah Safety Belf Welding Goggle

Pelindung Dada

Masker

III. Bidang Jalan Lokasi Kerja Helm Kerja

Dump Truck Sepatu Kerja

Buldozer Masker

Skidder

IV. Bidang Binhut/SILIN Lokasi Kerja Helm Kerja Kayu/ Ranting Kaos Tangan

Chainsaw Sepatu Boot

Parang Kaos Kaki

Masker

V. Adm. Personalia & Umum

a. Logistik Lokasi Kerja Helm Kerja

BBM Sepatu boot

Api Masker

b. Pembantu Adm & Umum

Mesin Potong

rumput Kaos tangan

Parang Kaca Mata pelindung Alat tukang Sepatu Boot

Jas hujan VI. Perencanaan Lokasi Kerja Helm Kerja

Pohon/Ranting Kaos Tangan Parang Sepatu boot

Kaos kaki VII. BidangLogpond Lokasi Kerja Helm Kerja

Tug Boat Masker

Crane

Alat-alat berat

(43)

Sanksi atas pelanggaran tidak memakai alat pelindung diri:

1. Teguran pertama dan kedua

2. Administratif yaitu peringatan

3. Pemutusan hubungan Kerja

Untuk tingkat kecelakaan kerja yang terjadi pada PT. Sarmiento Parakantja

Timber berdasarkan masing-masing bidang, dapat dilihat pada Gambar 4

Kecenderungan yang terjadi yaitu kecelakaan kerja relatif meningkat terutama

pada bidang produksi, road, dan silin.

Sumber: PT. Sarmiento Parakantja Timber

Gambar 4 Kasus kecelakaan kerja di PT. Sarpatim tahun 2004- 2006.

4.3 Perusahaan

Pada perusahaan karakteristik repsonden tidak penulis sampaikan, hal ini

berkaitan dengan metode wawancara yang berasal dari sumber terkait yaitu unit

manajemen yang menangani bidang K3. unit yang menangani masalah K3 yaitu

P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja).

11

13

15

3

1

0

1

3

1

1

33

00

2

000

000

000

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Kasus

Produksi Peralatan ADM Road Binhut SILIN Perencanaan Log Pond

Bidang

[image:43.612.150.516.252.460.2]
(44)

4.3.1 Hasil uji statistikWilcoxon pada perusahaan

Untuk mengetahui perbandingan antara penilaian perusahaan dengan

penilaian berdasarkan ILO tehadap pemahaman K3 secara general ataupun yang

terkait dengan aspekknowledge,skill danattitude, yaitu dengan menggunakan uji statistikWilcoxon.

Tabel 5 Hasil uji statistikWilcoxon terhadap pemahaman perlindungan K3 secara general antara penilaian perusahaan dengan penilaian berdasarkan standar ILO

Nilai Pemahaman K3

Z -2,319

Asymp. Sig (2-tailed) 0,02

0,05

Keputusan diambil dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan: - angka probabilitas (asymp. Sig) > nilai (Alpha) 0,05 maka Ho diterima

- angka probabilitas (asymp. Sig) < nilai (Alpha) 0,05 maka Ho ditolak

Penilaian perusahaan terhadap pemahaman perlindungan K3 secara general

dapat dilihat pada Tabel 5, nilai dari Asymp. Sig (2-tailed) atau angka

probabilitas = 0,02 < nilai (Alpha) = 0,05 maka keputusan yang diambil yaitu

tolak Ho (-). Hal ini berarti pemahaman perlindungan K3 berdasarkan penilaian

perusahaan dengan kondisi di lapangan (penilaian menurut standar ILO) berbeda

nyata. Maksud dari berbeda nyata disini adalah kondisi berdasarkan penilaian

perusahaan bisa dikatakan belum sesuai dengan kondisi seharusnya (penilaian

menggunakan standar ILO).

Tabel 6 Hasil uji statistikWilcoxon antara penilaian perusahaan dengan penilaian berdasarkan standar ILO

Nilai Knowledge Skill Attitude

Z -1,768 -0,825 -2,434

Asymp. Sig (2-tailed) 0,077 0,409 0,015

0,05 0,05 0,05

Keputusan diambil dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan: - angka probabilitas (asymp. Sig) > nilai (Alpha) 0,05 maka Ho diterima

- angka probabilitas (asymp. Sig) < nilai (Alpha) 0,05 maka Ho ditolak

Pada Tabel 6 dilihat dari nilai angka probabilitas hasil uji statistik

menggunakan Wilcoxon menyebutkan bahwa pada aspek knowledge nilai asymp.sig = 0,077 > nilai nilai (Alpha) = 0,05 maka keputusan yang diambil

(45)

knowledge antara penilaian perusahaan dengan penilaian di lapangan berdasarkan standar ILO.

Pada aspek skill sendiri tidak terdapat perbedaan yang nyata pula, hal ini dapat dilihat dari nilai asymp.sig = 0,409 > nilai nilai (Alpha) = 0,05 maka

keputusan yang diambil yaitu terima Ho. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan

yang nyata pada aspek skill antara penilaian perusahaan dengan penilaian di lapangan menggunakan standar ILO.

Untuk attitude perusahaan memiliki nilai asymp.sig = 0,015 < nilai (Alpha) = 0,05 maka keputusan yang diambil yaitu tolak Ho. Hal ini berarti

terdapat perbedaan yang nyata pada aspek attitude antara penilaian perusahaan dengan penilaian di lapangan menggunakan standar ILO.

4.3.2 Selisih nilai skor rata-rata berdasarkan masing-masing aspek kompetensi

Setelah melakukan uji Wilcoxon perlu dilihat selisih antara penilaian perusahaan dengan penilaian berdasarkan standar ILO (diperoleh dari

pengurangan penilaian berdasarkan standar ILO dengan penilaian perusahaan).

Tabel 7 Selisih nilai kompetensi perusahaan antara penilaian perusahaan dengan penilaian berdasarkan standar ILO

Nilai skor rata-rata Pemahaman K3Tingkat Knowledge Skill Attitude

Penilaian Perusahaan 3,9 4,0 3,9 4,1

Penilaian Berdasarkan Standar ILO 3,2 3,7 3,8 3,6

Selisih Skor Nilai -0,7 -0,3 -0,1 -0,5

Dari Tabel 7 dapat dilihat selisih nilai rata-rata tentang pemahaman K3

secara umum memiliki selisih nilai -0,7 sedangkan -0,3 pada knowledge, -0,1 padaskill, dan -0,5 padaattitude. Jika dilihat menggunakan skalaLikert mengenai aspek-aspek kompetensi tadi, pemahaman K3 perusahaan secara umum terletak

pada rentang skala cukup mengetahui dengan nilai 3,2 dan memiliki selisih nilai

-0,7 ini berarti pemahaman K3 secara umum antara penilaian perusahaan sangat

jauh berbeda dengan penilaian berdasarkan standar ILO, sedangkan untuk

knowledge sendiri sudah baik yaitu berada pada rentang skala 3,7 dimana penilaiannya masuk kedalam kategori mengetahui dengan selisih nilai -0,3. Untuk

(46)

skala 3,8 dengan selisih sebesar -0,1. Untuk attitude perusahaan sendiri berada dalam rentang 3,6 dimana dalam penilaian termasuk dalam kategori mau dengan

selisih nilai -0,5. Ini berarti untuk kategoriattitude perusahaan sudah mau untuk menerapkan perlindungan K3. Hanya saja pada pelaksanaannya belum maksimal.

4.3.3 Hasil uji korelasiSpearmanperusahaan

[image:46.612.130.522.280.484.2]

Uji korelasi Spearman dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang nyata antara aspek-aspek knowledge,

Gambar

Tabel 2  Rentang dari Hasil Rataan Berdasarkan Skala Likert
Tabel 3  Jumlah Tenaga Teknis PT. Sarmiento Parakantja Timber
Gambar 3  Organisasi P2K3 PT. Sarpatim.
Gambar  4  Kasus kecelakaan kerja di PT. Sarpatim tahun 2004- 2006.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para penulis/penerbit yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional

Variasi genetik gaharu lebih tinggi dihasilkan oleh sampel yang berasal dari pohon induk yaitu 24,54%, sedangkan variasi somaklonal yang terjadi selama proses pengkulturan pada

Kognitif-eksperiensial , artinya bahwa hubungan yang dibentuk berfokus pada aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan masalah yang rasional.. berintikan pemecahan masalah

Hasil ini menunjukkan bahwa penerapan tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan kurang efektif dan kurang tepat sasaran, yang disebabkan terbatasnya pegawai dan informasi

R-13 menyatakan bahwa responden tidak paham tentang soal cerita menganai perjalanan Rudi ke Donggala, ini disebabkan kurangnya memahami materi (konsep, persamaan),

Analisis yang digunakan untuk menguji hubungan pertumbuhan rasio keuangan dengan prediksi pertumbuhan laba/rugi untuk satu dan dua tahun mendatang adalah dengan menggunakan

Pada pukul 09.00 (WIB), sesuai jadwal tahapan tahapan Seleksi Sederhana pada Aplikasi SPSE atas paket pekerjaan yang dilelangkan, Pokja Jasa Konsultansi Tahun Anggaran 2014

siklus I baru mencapai 68,01%, siklus II mencapai 86,26%, dan pada siklus III meningkat mencapai 90,91%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil kinerja guru