• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasi dan Kinerja Karyawan PT. Telkom Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasi dan Kinerja Karyawan PT. Telkom Medan"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KEPEMIMPINAN DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DAN

KINERJA KARYAWAN PT. TELKOM DIVISI REGIONAL I MEDAN

OLEH DEBBY ZELVIA

110502319

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KEPEMIMPINAN DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DAN KINERJA

KARYAWAN PT. TELKOM DIVISI REGIONAL I MEDAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh budaya organisasi, kepemimpinan dan kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi dan kinerja karyawan PT. Telkom Divisi Regional I Medan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dan analisis regresi linier sederhana dengan nilai signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, budaya organisasi, kepemimpinan dan kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi PT. Telkom Divisi Regional I Medan. Komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Telkom Divisi Regional I Medan. Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa secara parsial budaya organisasi berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap komitmen organisasi, kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi, dan kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi.

(3)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF ORGANIZATIONAL CULTURE, LEADERSHIP AND JOB SATISFACTION TOWARDS ORGANIZATIONAL

COMMITMENT AND JOB PERFORMANCE AT PT. TELKOM DIVISION REGIONAL I MEDAN

The purpose of this study is to identify and analyze the impact of organizational culture, leadership and job performance on organizational commitment and job performance. The hypothesis of this research is analysed using the multiple regression analysis and simple linier regression analysis with a significant value of 5%. A survey of 60 respondents was carried out at PT. Telkom Regional Division I Medan and the results indicate that simultaneously, organizational culture, leadership and job satisfaction has a positive and significant effect on organizational commitment of PT. Telkom Regional Division I Medan. Organizational commitment has a positive and significant effect on the job performance of PT. Telkom Regional Division I Medan. The result also shows that partially, organizational culture has a positive but insignificant effect of organizational commitment, leadership has a positive and significant effect on organizational commitment and job satisfaction has a positive and significant effect on organizational commitment.

(4)

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang mendalam penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH

SWT telah memberikan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasi dan Kinerja

Karyawan PT. Telkom Medan” ini guna serta memenuhi salah satu syarat untuk

mencapai gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera

Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bimbingan, saran,

motivasi dan doa dari berbagai pihak. Terutama terimakasih untuk Papa Riza Iswa dan Mama Herlina M. Arifin yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan moral dan materil, bimbingan, nasehat, serta doanya kepada peneliti

serta abang saya Tony Mauliza, ST dan adik- adik saya Bobby Yolanda Putra

dan M. Affan Khalifa yang senantiasa memberikan dukungan.

Pada kesempatan ini juga penulis sertakan ucapan terimakasih yang

sebesar- besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Azhar Maksum, ME.c, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE., ME., selaku Ketua Departemen

Manajemen dan Dra. Marhayanie, MSi selaku Sekretaris Departemen

(5)

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si dan Ibu Dra. Friska Sipayung,

Msi selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara .

4. Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah

sabar memberi arahan dan membimbing saya menyelesaikan skripsi

ini.

5. Ibu Lusy Anna, MS. selaku Dosen Pembanding 1 yang turut memberi

masukan dan arahan untuk menyempurnakan skripsi ini.

6. Bapak Ir. Abdul Hadi G.r. Dipl. P.M dan Bapak Abdurrauf serta

seluruh karyawan PT. Telkom Divisi Regional I Medan, yang telah

memberikan kesempatan pada penulis untuk melakukan penelitian

pada PT. Telkom, membimbing dan memberikan arahan yang jelas.

7. Kepada seluruh keluarga dan sahabat- sahabat tercinta di Qatar.

8. Kepada Gabysca, Tika, Ayu, Anggi, Randa, Vido, Ori, Michael,

Fachri, Fandi, Yosua, Farhan, Fandi, Fauzan, Lukman, Bayu, Fadhil

dan Nadela dan seluruh sahabat-sahabat stambuk 2011 Program Studi

S1 Manajemen yang tidak bisa disebutkan satu persatu.yang telah

banyak memberi dukungan dan bantuan selama penulisan skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih dan semoga segala kebaikan yang telah

diberikan kepada penulis dibalas oleh Allah SWT.

Medan, Juni 2015 Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1. Budaya Organisasi ... 12

2.1.1. Pengertian Budaya Organisasi ... 12

2.1.2. Fungsi Budaya Organisasi... 15

2.1.3. Indikator dan Dimensi Budaya Organisasi………...17

2.2 Kepemimpinan……….18

2.2.1. Pengertian Kepemimpinan………....18 2.2.2. Teori Kepemimpinan ... 20

2.2.3. Tipe dan Gaya Kepemimpinan ... 23

2.2.4. Indikator dan Dimensi Kepemimpinan ... 27

2.3 Kepuasan Kerja ... 28

2.3.1. Pengertian Kepuasan Kerja ... 28

2.3.2. Teori Kepuasan Kerja ... 29

2.3.3. Faktor- Faktor Penyebab Kepuasan Kerja ... 31

2.3.4. Ketidakpuasan Kerja Karyawan ... 33

2.3.5. Indikator Kepuasan Kerja... 34

(7)

BAB III METODE PENELITIAN ... 50

3.1 Jenis Penelitian... 50

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 50

3.3 Batasan Operasional ... 50

3.4 Definisi Operasional Variabel ... 51

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 54

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ... 55

3.6.1. Populasi ... 55

3.6.2. Sampel ... 56

3.7 Jenis Data ... 57

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 58

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 59

3.9.1. Uji Validitas ... 59

3.9.2. Uji Reliabilitas ... 60

3.10 Teknik Analisis Data ... 61

3.10.1. Analisis Deskriptif ... 61

3.10.2. Uji Asumsi Klasik... 61

3.10.2.1. Uji Normalitas ... 61

3.10.2.2. Uji Multikolinearitas ... 62

3.10.2.3. Uji Heteroskedostisitas ... 62

3.10.3. Metode Analisis Regresi Linear Berganda ... 63

3.10.4. Metode Analisis Regresi Linier Sederhana………. 64

3.10.4.1. Koefisien Determinasi (R²) ... 64

3.10.4.2. Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 65

3.10.4.3. Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 67

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 67

4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 67

4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan………...71

4.1.3. Budaya Perusahaan ………...72

4.1.4. Struktur Organisasi……….75

4.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 75

4.2.1. Hasil Uji Validitas ... 76

4.2.2. Hasil Uji Reliabilitas ... 78

4.3 Analisis Deskriptif ... 79

4.3.1. Karakteristik Responden ... 79

4.3.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 80

4.3.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 80

4.3.1.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 81

4.3.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja……...82

4.3.2. Deskriptif Variabel ... 82

4.3.2.1. Budaya Organisasi (X1)... 83

4.3.2.2. Kepemimpinan (X2) ... 88

(8)

4.3.2.5. Kinerja Karyawan (Y2) ……… 103

4.4 Hasil Uji Asumsi Klasik ……… 105

4.4.1. Uji Normalitas ……… 105

4.4.1.1. Hasil Uji Normalitas dengan Histogram ……….. 105

4.4.1.2. Hasil Uji Normalitas dengan Normal P-P Plot Of Regression Standarizied Residual ……….. 106

4.4.1.3. Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test .. 108

4.4.2. Uji Multikolinearitas ………... . 109

4.4.3. Uji Heteroskedostisitas ……… 110

4.4.3.1. Hasil Uji Heteroskedostisitas dengan Scatter Plot …. 111

4.4.3.2. Hasil Uji Heteroskedostisitas dengan Glejser ………. 112

4.5 Analisis Regresi Linier Berganda ……… 113

4.5.1. Koefisien Determinasi (R²)………..114

4.5.2. Uji Signifikan Simultan (Uji-F)………...116

4.5.3. Uji Signifikan Parsial (Uji-t)………...117

4.6 Analisis Regresi Linier Sederhana……….119

4.6.1. Koefisien Determinasi (R²)………..120

4.6.2. Uji Signifikan Parsial (Uji-t)………...121

4.7 Pembahasan………122

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………130

5.1 Kesimpulan………...……… 130

5.2 Saran………...131

DAFTAR PUSTAKA………135

(9)
(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 48

4.1 Logo PT. Telkom, Tbk. ………. 70

4.2 Struktur Organisasi PT. Telkom Divisi Regional I ..…... 75 4.3 Uji Normalitas dengan Histogram (Berganda) ... 105 4.4 Uji Normalitas dengan Histogram (Sederhana) …... 106 4.5 Uji Normalitas dengan Normal P-P Plot of

Regression Standarizied Residual (Berganda) ... 107 4.6 Uji Normalitas dengan Normal P-P Plot of

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 139

2 Uji Validitas Dan Reliabilitas ... 146

3 Distribusi Jawaban Responden ... 148

4 Uji Asumsi Klasik ... 150

5 Hasil Analisis Regresi Berganda ... 154

(12)

ABSTRAK

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KEPEMIMPINAN DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DAN KINERJA

KARYAWAN PT. TELKOM DIVISI REGIONAL I MEDAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh budaya organisasi, kepemimpinan dan kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi dan kinerja karyawan PT. Telkom Divisi Regional I Medan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dan analisis regresi linier sederhana dengan nilai signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, budaya organisasi, kepemimpinan dan kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi PT. Telkom Divisi Regional I Medan. Komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Telkom Divisi Regional I Medan. Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa secara parsial budaya organisasi berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap komitmen organisasi, kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi, dan kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasi.

(13)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF ORGANIZATIONAL CULTURE, LEADERSHIP AND JOB SATISFACTION TOWARDS ORGANIZATIONAL

COMMITMENT AND JOB PERFORMANCE AT PT. TELKOM DIVISION REGIONAL I MEDAN

The purpose of this study is to identify and analyze the impact of organizational culture, leadership and job performance on organizational commitment and job performance. The hypothesis of this research is analysed using the multiple regression analysis and simple linier regression analysis with a significant value of 5%. A survey of 60 respondents was carried out at PT. Telkom Regional Division I Medan and the results indicate that simultaneously, organizational culture, leadership and job satisfaction has a positive and significant effect on organizational commitment of PT. Telkom Regional Division I Medan. Organizational commitment has a positive and significant effect on the job performance of PT. Telkom Regional Division I Medan. The result also shows that partially, organizational culture has a positive but insignificant effect of organizational commitment, leadership has a positive and significant effect on organizational commitment and job satisfaction has a positive and significant effect on organizational commitment.

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Lingkungan bisnis pada saat ini tumbuh dan berkembang secara drastis

dan sangat dinamis dan karena perkembangan tersebut diperlukan sistem

manajemen yang efektif dan efisien. Keberhasilan dan kelanjutan hidup suatu

usaha bukan hanya ditentukan dari keberhasilan dalam mengelola modal atau

keuangan, tetapi juga ditentukan dari keberhasilannya mengelola sumber daya

manusia. Pengelolaan sumber daya yang dimaksud adalah bahwa perusahaan

harus mampu untuk menyatukan cara pandang karyawan dan pimpinan

perusahaan guna mencapai tujuan perusahaan antara lain melalui motivasi

kerja dan loyalitas yang tinggi terhadap pekerjaan mereka, pelatihan dan

pengembangan, pengarahan dan koordinasi yang baik dalam bekerja oleh

seorang pemimpin kepada bawahannya.

Dunia bisnis dan industri pada abad ke 21 ini bergerak cepat bersama arus

globalisasi. Globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang telah

dilahirkan dengan kemajuan zaman. Dalam era globalisasi saat ini, perusahaan

dituntut untuk memiliki kinerja yang baik supaya dapat bertahan di dunia

persaingan yang sangat ketat dan kompetitif antar organisasi. Kondisi tersebut

menuntut suatu organisasi dan perusahaan untuk terus melakukan berbagai

inovasi guna mengantisipasi adanya persaingan yang sangat ketat. Setiap

organisasi dan perusahaan melakukan berbagai macam cara untuk mencapai

(15)

keuntungan, tapi tidak terlepas dari tujuan utamanya yaitu untuk

mensejahterakan dan memotivasi para karyawan sehingga perusahaan

mendapatkan timbal balik yang diperoleh dari kemampuan karyawannya

karena karyawan merupakan aset bagi perusahaan dan memegang peranan

yang sangat penting dan perlu mendapatkan perhatian dan pengkajian yang

lebih dalam.

Organisasi pada saat ini juga dituntut untuk mempunyai keunggulan

bersaing baik dalam hal kualitas, servis, biaya maupun sumber daya manusia

yang profesional. Menciptakan dan meningkatkan kinerja karyawan dan

komitmen organisasi adalah tidak mudah karena kinerja karyawan dan

komitmen organisasi dapat tercipta jika variabel variabel yang

mempengaruhinya antara lain budaya organisasi, kepemimpinan dan kepuasan

kerja dapat diakomodasi dengan baik dan diterima oleh semua karyawan di

dalam suatu organisasi atau perusahaan. Dalam menghadapi persaingan bisnis

yang semakin ketat seiring dengan meningkatknya ilmu pengetahuan dan

pengembangan teknologi sekarang ini, Sumber Daya Manusia (SDM) adalah

aset perusahaan yang tidak tergantikan.

Keberhasilan suatu perusahaan dipengaruhi oleh kinerja karyawan atau job

performance yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melakukan tugas

sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya untuk mencapai

tujuan organisasi. Moeheriono (2012: 5) menyatakan bahwa Kinerja

merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan oleh seluruh

(16)

yang dicapai oleh organisasi atau karyawan adalah bentuk pertanggung

jawaban kepada organisasi dan publik. Taurisa dan Ratnawati (2012: 170)

menjelaskan Kinerja karyawan adalah tingkat keberhasilan karyawan dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Perusahaan atau organisasi harus

dapat meningkatkan kinerja karyawannya dengan baik melalui kepemimpinan

yang baik, kepuasan kerja yang baik dari karyawannya, budaya organisasi

yang kuat dan komitmen yang tinggi yang dimilikki karyawan terhadap

perusahaan.

Setiap organisasi memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan ini hanya

akan dapat dicapai melalui komitmen karyawan. Seperti yang dikatakan

Dessler dalam penelitian Retnaningsih (2007: 10) yaitu bahwa memiliki

tujuan tanpa komitmen adalah sia- sia, maka karyawan yang diberdayakan

memberikan komitmen ini secara mental, emosional dan fisik. Hal ini karena

mereka mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan dan juga

memegang tanggung jawab atas tindakan mereka.

Menciptakan kepuasan kerja karyawan bukanlah hal yang mudah karena

kepuasan kerja dapat tercipta jika variabel variabel yang mempengaruhinya

dapat diakomodasikan dengan baik dan dapat diterima oleh seluruh karyawan

di dalam suatu organisasi. Salim (2013: 2) menyimpulkan bahwa Kepuasan

kerja merupakan suatu sikap yang positif yang menyangkut penyesuaian diri

yang sehat dari para karyawan terhadap kondisi dan situasi kerja , termasuk

(17)

Mengingat pentingnya budaya organisasi dan dampaknya pada hasil

organisasi (seperti komitmen organisasi , kepuasan kerja dan kinerja karyawan

), membuat nya saat ini menjadi salah satu topik bisnis yang sering dibahas

dalam penelitian akademis. Robbins & Coulter (2010: 63) mengemukakan

bahwa budaya organisasi atau organizational culture adalah sehimpunan

nilai, prinsip, tradisi dan cara bekerja yang dianut bersama oleh dan

mempengaruhi perilaku serta tindakan para anggota organisasi. Pabundu

(2006: 10) menyatakan bahwa alam budaya organisasi terdapat asumsi yang

dapat berfungsi sebagai pedoman bagi anggota maupun kelompok organisasi

untuk berperilaku. Dalam menjalankan suatu usaha atau mengelola suatu

perusahaan, para manajer pada umumnya sudah mengenal dan menerapkan

prinsip-prinsip manajemen modern seperti misalnya penggunanaan

pendekatan struktur, sistem, strategi, MBO atau Manajement By Objective dan

sebagainya, meskipun ada juga yang masih menerapkan dan menggunakan

cara cara tradisional. Namun ternyata masih banyak para manajer yang kurang

perhatiannya terhadap budaya organisasi , padahal budaya organisasi dapat

digunakan sebagai salah satu alat manajemen untuk mencapai efisiensi,

efektifitas, produktifitas, serta etos kerja.

Salah satu elemen yang bernilai penting dalam sistem manajemen

perusahaan selain budaya organisasi adalah kepemimpinan (leadership).

Kenyataan dalam manajemen menunjukkan bahwa kelompok pekerja yang

dibiarkan sendiri tanpa pemimpin, melepaskan mereka jalan sendiri, kurang

(18)

kelompok atau regu membutuhkan pemimpin, baik pemimpin yang timbul

sendiri dari kelompok atau yang ditugaskan (Sofyandi dan Garniwa , 2007:

169). Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan

sangat diperlukan untuk meningkatkan daya saing perusahaan secara

berkelanjutan. Setiap organisasi terdiri dari orang- orang, dan tugas seorang

manajerlah untuk bekerja bersama dan memanfaatkan bantuan orang orang

tersebut untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Hal ini merupakan

fungsi kepemimpinan. Robbins & Coulter (2010: 10) menyatakan bahwa

ketika seorang manajer memotivasi para bawahannya, membantu mereka

menyelesaikan konflik diantara mereka, mengarahkan para individu atau

kelompok kelompok individu dalam bekerja, memilih metode komunikasi

yang paling efektif, atau menangani beragam isu lainnya yang berkaitan

dengan perilaku karyawan, maka ia sedang menjalankan fungsi

kepemimpinan. Kepemimpinan adalah suatu proses dimana seseorang dapat

menjadi pemimpin melalui aktivitas yang terus menerus sehingga dapat

mempengaruhi bawahannya dalam rangka untuk mencapai tujuan oganisasi

atau perusahaan. Menurut Robbins & Coulter (2010: 147) kepemimpinan

berfokus pada pemimpin dan bagaimana pemimpin berinteraksi dengan

anggota kelompoknya. Saat ini pemimpin dan organisasi dihadapkan pada

perubahan yang cepat, kompetisi yang ketat, globalisasi, perampingan

organisasi, perubahan ekonomi, sosial dan kondisi pemerintahan. Pemimpin

(19)

perubahan dan kemajuan teknologi yang cepat, kebijakan pemerintah yang

terbuka sampai berbagai macam masalah ketenagakerjaan.

PT Telkom adalah perusahaan yang memiliki ruang lingkup kegiatan

dibidang telekomunikasi yang mempunyai customer disetiap daerah. Sebagai

perusahaan komunikasi yang besar saat ini, PT. Telkom memahami

pentingnya hubungan dan pemeliharaan karyawan demi mencapai tujuan

perusahaan. PT. Telkom, percaya bahwa keberhasilan organisasi sangat

bergantung kepada seberapa kuat seluruh jajarannya mempedomani visi, misi,

inisiatif strategis dan nilai- nilai ideal yang tumbuh dan berkembang dari

dalam organisasinya.

Dalam upaya memenangkan kompetisi global, PT. Telkom, Tbk secara

berkesinambungan mengembangkan profesionalisme sumber daya manusia

(SDM) melalui program sertifikasi dan program global talent. PT. Telkom

memahami keberadaan SDM memiliki peran dan posisi strategis dalam upaya

pencapaian visi menjadi perusahaan berstandar global. Untuk itulah PT.

Telkom terus mengembangkan SDM yang ada sekaligus membangun

hubungan ketenagakerjaan yang baik dengan para karyawan. Oleh karena itu,

karyawan dituntut untuk lebih profesional guna mencapai tujuan perusahaan.

Kemudian guna menciptakan pemimpin masa depan, PT. Telkom

menyediakan program pengembangan kepemimpinan, salah satu program

kepemimpinannya meliputi Kepemimpinan tingkat dasar (Emerging Leaders

Development Program, First Line Development Program, Coaching For

(20)

PT. Telkom mengembangkan sistem dan budaya sesuai dengan tuntutan

dan perubahan bisnis untuk mewujudkan cita- cita agar perusahaan ini terus

maju, dicintai pelanggannya, kompetitif di industrinya dan dapat menjadi role

model perusahaan. Sejak tahun 2009, perusahaan ini melakukan transformasi

budaya perusahaan baru yang disebut “The Telkom Way”. Pengembangan

budaya selanjutnya dilakukan pada tahun 2013 dengan ditetapkannya

Arsitektur Kepemimpinan dan Budaya Perusahaan (AKBP) Telkom Group.

Secara lengkap budaya perusahaan PT. Telkom digambarkan sebagai berikut:

Philosophy to be the best: Always The Best adalah sebuah basic belief

untuk selalu memberikan yang terbaik dalam setiap pekerjaan. Always The

Best memiliki esensi “ihsan” yang dalam pengertian ini diterjemahkan

“terbaik”. Karyawan yang memiliki spirit ihsan akan selalu memberikan hasil

kerja yang lebih baik dari yang seharusnya, sehingga sikap ihsan secara

otomatis akan dilandasi oleh hati yang ikhlas. Always The Best menuntut

setiap karyawan PT. Telkom untuk memiliki integritas (Integrity), antusiasme

(Enthusiam) dan totalitas (Totality).

Menurut pengamatan yang telah dilakukan pada PT. Telkom, Tbk Kantor

Divisi Regional I Medan, terdapat beberapa karyawan yang memiliki etos

kerja dan komitmen yang rendah terhadap disiplin dasar kepegawaian.

Sebagai contoh, masih terdapat beberapa karyawan yang terlambat masuk

kerja dan kurangnya tingkat kehadiran pada upacara upacara dan apel

kesiapan kerja bulanan. Hal ini dapat berakibat pada menurunnya kinerja

(21)

Untuk mengukur kinerja karyawan, PT. Telkom menggunakan

Competency Based Human Resources Management (CBHRM). CBHRM telah

mereka gunakan sejak tahun 2004 yang pada awalnya digunakan untuk

memotivasi karyawan dalam meningkatkan kinerjanya. PT Telkom, Tbk.

Kantor Devisi Regional I Medan, memiliki point pencapaian nilai kinerja

karyawan yang dihasilkan melalui konversi sebagai berikut:

Tabel 1.1

Point Pencapaian Nilai Kinerja Karyawan PT. Telkom, Tbk. Kantor Devisi Regional I Medan

Tahun 2011-2013

Range Nilai (%) Nilai Prestasi Keterangan

≥ 110 P1 Istimewa

≥ 103 s.d < 110 P2 Baik Sekali

≥ 96 s.d < 103 P3 Baik

≥ 90 s.d < 96 P4 Kurang

<90 P5 Kurang Sekali

Sumber: PT. Telkom, Tbk. Kantor Devisi Regional I Medan

Penilaian kinerja dilakukan secara langsung yang melibatkan karyawan

yang bersangkutan, atasan langsung, rekan sekerja dan bawahan. Adapun

sumber data yang diterima dari PT. Telkom, Tbk. Kantor Devisi Regional I

Medan 2011- 2013 yang berupa nilai hasil kerja sehari-hari dan diukur setiap

tahun yang disebut Nilai Kerja Individu (NKI). NKI berupa pernyataan atas

suatu kinerja karyawan dalam kurun waktu tertentu yang dinyatakan dalam

batas nilai prestasi, P1 adalah kinerja istimewa, P2 adalah kinerja baik sekali,

P3 adalah kinerja baik (cukup), P4 adalah kinerja kurang, dan P5 adalah

kinerja sangat kurang. Pengendalian kegiatan input data NKI ke dalam HRIS

ini, dikontrol dan dikoordinir oleh unit HC Center atau unit yang ditunjuk oleh

(22)

Tabel 1.2

Nilai Kinerja Individu

PT. Telkom, Tbk. Medan. Kantor Divisi Sumut Tahun 2011-2013

Tahun 2011 2012 2013

P1 12,4% 0,4% 0,3%

P2 54,8% 33,8% 47,3%

P3 32,5% 65,6% 52,4%

P4 0,2% 0,3% 0,0%

P5 0,0% 0,0% 0,0%

Sumber: PT. Telkom, Tbk. Kantor Divisi Sumatera Utara, Medan.

Tabel 1.2 menunjukkan persentase nilai kinerja individu secara umum,

dapat dilihat bahwa kinerja karyawan dari tahun 2011-2013 mengalami

penurunan. Kondisi ini terlihat dari P1 yang merupakan kategori kinerja

istimewa mengalami penurunan dari tahun 2011 hingga tahun 2013.

Kemudian P2 yang mengalami penurunan di tahun 2012 dan P3 yang

mengalami penurunan di tahun 2011, meningkat pada tahun 2012 dan kembali

turun pada 2013. Hal ini menunjukkan adanya kinerja karyawan yang

mengalami penurunan. Penurunan kinerja karyawan ini dapat disebabkan

adanya penurunan komitmen terhadap take-home pay karyawan atau penyebab

lain sepeti budaya organisasi, kepemimpinan dan kepuasan kerja karyawan.

Penurunan tingkat kinerja karyawan yang dicapai PT. Telkom, Tbk. Kantor

Divisi I Medan saat ini tidak terlepas dari budaya organisasi, kepemimpinan

dan kepuasan kerja karyawan. Sehingga karyawan kurang komit terhadap

pekerjaan dan organisasi dan terjadilah penurunan tingkat kinerja karyawan.

Budaya organisasi yang kuat, Kepemimpinan yang efektif dan Kepuasan

Kerja Karyawan merupakan hal-hal yang sangat penting dalam memengaruhi

(23)

tersebut maka dalam penelitian ini, peneliti memilih PT. Telkom, Tbk. Kantor

Regional Divisi Sumatera Utara, Medan sebagai objek penelitian.

Sehubungan dengan uraian ini maka penulis tertarik untuk mengambil

judul dan meneliti tentang: “Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan

dan Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasi dan Kinerja Karyawan pada PT. Telkom, Tbk. Kantor Divisi Regional I Medan”. 1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka permasalahan yang dapat

dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh budaya organisasi terhadap komitmen organisasi?

2. Bagaimana pengaruh kepemimpinan terhadap komitmen organisasi?

3. Bagaimana pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi?

4. Bagaimana pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh budaya organisasi terhadap

komitmen organisasi.

2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh kepemimpinan terhadap

komitmen organisasi.

3. Mengetahui dan menganalisi pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen

organisasi,

4. Mengetahui dan menganalisis pengaruh komitmen organisasi terhadap

(24)

1.4Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian diharapkan memberikan sumbangan saran, pemikiran dan

informasi yang bermanfaat pada manajemen perusahaan khususnya

manajer perusahaan dalam meningkatkan kinerja karyawan melalui

budaya organisasi, kepemimpinan, kepuasan kerja dan komitmen

organisasional

2. Bagi akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu proses pembelajaran serta

pengaplikasian ilmu pengetahuan, sehingga berguna untuk pengembangan

ilmu terutama yang berhubungan dengan Manajemen Sumber Daya

Manusia.

3. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan dan memperluas

wawasan peneliti khususnya dalam bidang ilmu manajemen sumber daya

manusia dan mengenai budaya organisasi, kepemimpinan dan kepuasan

kerja terhadap komitmen organisasi dan kinerja karyawan.

4. Bagi Pihak lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi tambahan

atau untuk pengembangan ide-ide baru untuk penelitian selanjutnya, dan

informasi bagi pihak yang berkepentingan untuk mengkaji masalah yang

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya organisasi

2.1.1 Pengertian Budaya organisasi

Budaya organisasi identik dengan studi individu dan kelompok dalam

sebuah organisasi. Interaksi orang dalam sebuah organisasi menggambarkan

budaya pada organisasi tersebut. Budaya organisasi yang kuat mendukung

tujuan- tujuan perusahaan, sebaliknya yang lemah atau negatif menghambat

atau bertentangan dengan tujuan- tujuan perusahaan.

Robbins dan Judge (2011: 520) menegaskan “Budaya organisasi adalah

sistem makna bersama yang diselenggarakan oleh anggota yang membedakan

satu organisasi dengan organisasi lain”.

Edy Sutrisno (2010: 2), mendefinisikan budaya organisasi sebagai

perangkat sistem nilai- nilai (values), keyakinan- keyakinan (beliefs), asumsi-

asumsi (assumptions), atau norma- norma yang telah lama berlaku, disepakati

san diikuti oleh para anggota suatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan

pemecahan masalah- masalah organisasinya. Budaya organisasi juga disebut

budaya perusahaan, yaitu seperangkat nilai- nilai atau norma- norma yang

telah relatif lama berlakunya, dianut bersama oleh para anggota organisasi

(karyawan) sebagai norma perilaku dalam menyelesaikan masalah- masalah

organisasi (perusahaan).

Robbins & Coulter (2010: 63) mengemukakan bahwa “Budaya organisasi

(26)

bekerja yang dianut bersama oleh dan mempengaruhi perilaku serta tindakan

para anggota organisasi”. Dalam kebanyakan organisasi, nilai- nilai dan

praktik- praktik yang dianut bersama (shared) ini telah berkembang pesat

seiring dengan perkembangan zaman dan benar- benar sangat mempengaruhi

bagaimana sebuah organisasi dijalankan.

Sementara menurut Mas’ud dalam penelitian oleh Kartiningsih (2007:27)

Budaya organisasional adalah sistem makna, nilai- nilai dan kepercayaan yang

dianut bersama dalam suatu organisasi yang menjadi rujukan untuk bertindak

dan membedakan organisasi satu dengan organisasi lain. Budaya organisasi

menjadi identitas atau karakter utama organisasi yang dipelihara dan

dipertahankan. Mas’ud juga menyatakan bahwa suatu budaya yang kuat

merupakan perangkat yang bermanfaat untuk mengarahkan perilaku, karena

membantu karyawan untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik sehingga

setiap karyawan pada awal karirnya perlu memahami budaya dan bagaimana

budaya tersebut terimplementasikan.

Budaya yang kuat dan positif sangat berpengaruh terhadap perilaku dan

efektifitas kinerja perusahaan karena menimbulkan antara lain:

1. Nilai-nilai kunci yang saling menjalin, tersosialisasikan,

menginternalisasi, menjiwai para anggota, dan merupakan kekuatan

yang tidak tampak;

2. Perilaku karyawan secara tak disadari terkendali dan terkoordinasi oleh

kekuatan yang informal atau tidak tampak;

(27)

4. Adanya musyawarah dan kebersamaan dalam hal-hal yang berarti

sebagai bentuk partisipasi, pengakuan dan penghormatan kepada

karyawan;

5. Semua kegiatan berorientasi kepada misi atau tujuan organisasi;

6. Para karyawan merasa senang, karena diakui dan dihargai martabat dan

kontribusinya;

7. Adanya koordinasi, integrasi, dan konsistensi yang menstabilkan

kegiatan-kegiatan perusahaan;

8. Berpengaruh kuat terhadap organisasi dalam tiga aspek: pengarahan

perilaku dan kinerja organisasi, penyebarannya pada para anggota

organisasi, dan kekuatannya yaitu menekan para anggota untuk

melaksanakan nilai-nilai budaya;

9. Budaya berpengaruh terhadap perilaku individual maupun kelompok.

Soehardi Sigit (2003: 261-262) mengungkapkan dan menerangkan

bahwa budaya organisasi dikatakan kuat, jika nilai- nilai budaya itu

disadari, dipahami dan diikuti, serta dilaksanakan oleh sebagian besar para

anggota organisasi. Adapun tanda- tanda bahwa suatu budaya itu kuat

adalah sebagai berikut:

1. Nilai- nilai budaya saling menjalin, tersosialisasikan dan

menginternalisasi pada para anggota.

2. Perilaku anggota (karyawan) terkendalikan dan terkoordinasikan oleh

kekuatan yang tak tampak (invisible) atau informal.

(28)

4. Ada partisipasi para karyawan pada organisasi.

5. Semua kegiatan berorientasi pada misi dan tujuan.

6. Ada ‘shared meaning’ atau kebersamaan mengenai sesuatu yang

dipandang berarti bagi para karyawan.

7. Para anggota karyawan tahu apa yang harus dilakukan dan yang tidak

boleh dilakukan.

8. Ada perasaan rewarding pada anggota (karyawan), karena diakui dan

dihargai martabat dan kontribusinya.

9. Budaya yang berlaku sesuai dengan strategi dan menopang tujuan

organisasi.

Tabel 2.1 Budaya Kuat versus Budaya Lemah

Budaya kuat Budaya lemah

Nilai- nilai diterima secara luas Nilai- nilai hanya dianut oleh segolongan orang saja di dalam organisasi- biasanya kalangan manajemen puncak.

Budaya memberikan pesan yang konsisten kepada karyawan mengenai apa yang dipandang berharga dan penting.

Budaya memberikan pesan yang saling bertolak- belakang mengenai apa yang dipandang berharga dan penting.

Para karyawan sangat mengidentikkan jati diri mereka dengan budaya organisasi.

Tidak ada kaitan yang kuat antara nilai- nilai dan perilaku para anggota organisasi.

Sumber: Robbins dan Coulter (2010: 65)

2.1.2 Fungsi Budaya Organisasi

Sebagai pedoman untuk mengontrol perilaku anggota organisasi, budaya

organsiasi memiliki manfaat dan fungsi yang berguna bagi organisasi. Dari

sisi fungsi, budaya organisasi mempunyai beberapa fungsi .

(29)

1. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan

yang lain.

2. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota- anggota organisasi.

3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas

daripada kepentingan diri individual seseorang.

4. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan

organisasi itu dengan memberikan standar- standar yang tepat untuk

dilakukan oleh karyawan.

5. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu

dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.

Sedangkan menurut Sunarto (2008: 8-9), budaya organisasi

mempunyai beberapa fungsi antara lain:

1. Budaya organisasi berfungsi sebagai pengikat seluruh komponen

organisasi, terutama pada saat organisasi menghadapi guncangan baik dari

dalam maupun dari luar akibat adanya perubahan.

2. Budaya organisasi merupakan alat untuk menyatukan beragam sifat,

karakter, bakat dan kemampuan yang ada di dalam organisasi.

3. Budaya organisasi merupakan salah satu identitas organisasi, artinya

perusahaan memiliki identitas sebagai perusahaan yang mengutamakan

ketepatan dan kecepatan.

4. Budaya organisasi berfungsi sebagai suntikan energi untuk mencapai

(30)

5. Budaya organisasi merupakan representasi dari ciri kualitas yang berlaku

dalam organisasi tersebut.

6. Budaya organisasi merupakan pemberi semangat bagi para anggota

organisasi. Organsiasi yang kuat akan menjadi motivator yang kuat juga

bagi para anggotanya.

7. Adanya perubahan di dalam suatu organisasi akan membawa pandangan

baru tentang kepemimpinan. Seorang pemimpin akan dikatakan berhasil

apabila dapat membawa anggotanya keluar dari krisis akibat perubahan

yang terjadi. Keberhasilan pemimpin disebabkan karena ia memiliki visi

dan misi yang kuat.

8. Salah satu fungsi budaya organisasi adalah untuk meningkatkan nilai dari

stakeholder nya, yaitu anggota organisasi, pelanggan, pemasok dan pihak

pihak lain yang berhubungan dengan organisasi.

2.1.3 Indikator dan dimensi Budaya Organisasi

Budaya perusahaan merupakan sesuatu hal yang sangat kompleks. Untuk

itu, di dalam pengukuran budaya perusahaan atau organisasi diperlukan indikator

yang merupakan karakteristik dasar budaya organisasi sebagai wujud nyata

keberadaanya. Berikut adalah indikator budaya organisasi yang dikemukakan oleh

Robbins & Coulter dalam Ardana (2009: 167):

1. Inovasi dan pengambilan resiko, yaitu kadar seberapa jauh

(31)

2. Perhatian ke hal yang rinci atau detail, yaitu kadar seberapa jauh

karyawan diharapkan mampu menunjukkan ketepatan, analisis dan

perhatian yang rinci/detail.

3. Orientasi hasil, yaitu kadar seberapa jauh pimpinan berfokus pada

hasil atau output dan bukannya pada cara mencapai hasil itu.

4. Orientasi orang, yaitu kadar seberapa jauh keputusan manajemen

turut mempengaruhi orang- orang yang ada dalam organisasi.

5. Orientasi tim, yaitu kadar seberapa jauh pekerjaan disusun

berdasarkan tim dan bukannya perorangan.

6. Keagresifan, yaitu kadar seberapa jauh karyawan agresif dan

bersaing, bukannya daripada bekerja sama.

7. Kemantapan/stabilitas, yaitu kadar seberapa jauh keputusan dan

tindakan organisasi menekankan usaha untuk mempertahankan

status quo.

2.2 Kepemimpinan

2.2.1 Pengertian Kepemimpinan

Salah satu stereotipe yang bias adalah bahwa pemimpin adalah

orang yang harus lebih berkualitas dan berbeda dibandingkan bawahannya.

Tapi kenyataannya kualitas yang dibutuhkan untuk menjadi seorang

pemimpin yang efektif juga dibutuhkan oleh bawahannya. Agar bisa

berhasil, organisasi bukan hanya membutuhkan pemimpin yang

berkualitas tetapi juga bawahan yang berkualitas. Bawahan yang

(32)

juga mempunyai komitmen yang tinggi pada tugasnya dan juga pada

organisasi atau perusahaan dimana ia bekerja. Bawahan yang berkualitas

dan efektif tidak hanya akan mengakatan dan bertipe “yes boss” atau “asal bapak senang” saja, tetapi memprioritaskan tugas dan pekerjaan dan

melakukan nya dengan benar. Pemimpin dan bawahan yang efektif adalah

manusia yang sama, hanya saja memiliki peran yang berbeda pada waktu

yang berbeda di dalam suatu organisasi. Kepemimpinan dimiliki dan

diperankan baik oleh pemimpin dan bawahan yang secara individual

terlibat aktif dan bertanggung jawab atas tugasnya.

Kepemimpinan merupakan aktifitas orang- orang yang terjadi di

antara orang- orang dan bukan sesuatu yang dilakukan untuk orang- orang

sehingga kepemimpinan melibatkan pengikut. Proses kepemimpinan juga

melibatkan keinginan dan niat, keterlibatan yang aktif antara pemimpin

dan pengikut untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Dengan

demikian, baik pemimpin ataupun pengikut mengambil tanggung jawab

pribadi untuk mencapai tujuan bersama tersebut (Safaria, 2004: 5).

Sofyandi dan Garniwa (2007: 175) menyatakan bahwa ketika

seorang individu berusaha mempengaruhi perilaku lainnya dalam suatu

kelompok tanpa menggunakan bentuk paksaanm kita menggambarkan

usaha ini sebagai kepemimpinan.

Menurut Robbins & Coulter (2010: 146) pemimpin adalah

seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain dan memiliki otoritas

(33)

Kepemimpinan merupakan proses memimpin sebuah kelompok dan

mempengaruhi kelompok itu dalam mencapai tujuaannya.

Robbins dan Coulter (2010: 10) menyatakan bahwa ketika seorang

manajer memotivasi para bawahannya, membantu mereka menyelesaikan

konflik di antara mereka, mengarahkan para individu atau kelompok-

kelompok individu dalam bekerja, memilih metode komunikasi yang

paling efektif, atau menangani beragam isu lainnya yang berkaitan dengan

perilaku karyawan, maka ia sedang menjalankan fungsi kepemimpinan.

Berdasarkan pengertian ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpin dalam

mempengaruhi orang lain ke suatu arah guna mencapai tujuan organisasi.

Inti dari definisi- definisi kepemimpinan ialah “mempengaruhi orang lain

untuk melakukan perbuatan ke arah yang dikehendaki”.

2.2.2 Teori Kepemimpinan

Menurut Robbins & Coulter (2010: 147) teori – teori awal kepemimpinan berfokus pada pemimpin (teori sifat) dan bagaimana pemimpin berinteraksi

dengan anggota kelompoknya (teori perilaku).

1. Teori Sifat (Trait Theories)

Tujuh sifat yang berkaitan dengan kepemimpinan yang efektif ( Robbins

dan Coulter, 2010: 148):

1. Penggerak (drive). Pemimpin menunjukkan tingkat usaha yag

(34)

2. Hasrat untuk memimpin (desire to lead). Pemimpin memiliki

hasrat yang kuat untuk memimpin orang lain.

3. Kejujuran dan integritas (honesty and integrity). Pemimpin

membangun hubungan terpercaya dengan pengikutnya

4. Kepercayaan diri (self confidence). Pengikut mencari pemimpin

yang tidak ragu-ragu. Dengan demikian pemimpin harus dapat

menunjukkan kepercayaan dirinya agar dapat meyakinkan

pengikutnya terhadap keputusan dan tujuan yang harus dicapai.

5. Kecerdasan (intelligence). Pemimpin harus cukuup cerdas agar

dapat mengumpulkan, menyatukan, dan menafsirkan banyak

informasi, memecehakan permasalahan, dan emngambil

keputusan yang tepat.

6. Pengetahuan yang relevan mengenai pekerjaan (job-relevant

knowledge). Pemimpin yang efektif memiliki pengetahuan

tingkat tinggi mengenai perusahaan, industry, dan permasalahan

teknis.

7. Extraversion. Pemimpin adalah orang yang enerjik dan penuh

semangat.Suka bergaul, tegas, dan jarang sekali berdiam atau

menarik diri.

2. Teori Perilaku (Behavioral Theories)

Teori perilaku ialah teori kepemimpinan yang mengidentifikasi

perilaku yang membedakan antara pemimpin efektif dan tidak efektif.

(35)

Mengenai gaya kepemimpinan seorang pemimpin, Schein

sependapat dengan Kets de Vries dan Miller yang membagi gaya

kepemimpinan berdasarkan Psychodynamic dalam lima gaya sebagai

berikut (Tika, 2006: 67):

1. Gaya paranoid

Pemimpin selalu merasa curiga dan tidak percaya pada bawahannya.

Pemimpin semacam ini mempunyai kewaspadaan tinggi baik ke dalam

maupun keluar, sinis, reaktif dengan pengembangan strategi,

mempunyai kekuatan yang tersentralisasi, konservatif dan perhatian.

2. Gaya kompulsif (mendorong)

Pemimpin yang takut terhadap kejadian- kejadian yang tidak

diharapkan atau diinginkan. Pemimpin semacam ini adalah kompulsif,

seorang perfeksionis, berhati hati dalam berpikir dan kaku dalam

mengimplementasikan strategi.

3. Gaya dramatik

Pemimpin yang banyak memerlikan perhatian perhatian orang,

memprioritaskan kepentingan diri sendiri, berlebihan ketika emosi,

mengeksploitasi orang lain, berani mengambil keputusan dan risiko

yang tinggi, tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas.

4. Gaya depresif

Seorang pemimpin yang kurang percaya diri, mempunyai tendensi

birokratis terhadap lingkungan, dan mempunyai konservatisme yang

(36)

5. Gaya schizoid

Pemimpin yang tidak mengarahkan bawahannya dan juga tidak

mendelegasikan wewenang tetapi menangani dan menyelesaikan

semua nya sendiri. Tidak memberikan perhatian kepada bawahannya

atau hal hal yang perlu dikembangkan seperti misalnya pemasaran

produk.

2.2.3 Tipe dan Gaya Kepemimpinan

Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen, watak dan

kepribadian sendiri yang unik khas sehingga tingkah laku dan gayanya yang

membedakan dirinya dari orang lain.

Menurut Kartono (2005: 34), Gaya atau style hidupnya ini pasti akan

mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinannya sehingga muncullah beberapa

tipe kepemimpinan. Misalnya tipe- tipe karismatis, paternalistis, militeristis,

otokratis, laissez- faire, populis, administratif, demokratis dan sebagainya.

Menurut Hasibuan (2006: 169), ada beberapa tipe kepemimpinan, antara lain:

1. Tipe karismatis

Tipe pemimpin ini memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan

yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai

pengikut yang sangat besar jumlahnya dan dapat dipercaya. Memiliki

inspirasi keberanian dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri.

2. Tipe paternalistis dan maternalistis

Tipe paternalistis selalu menganggap bawahannya sebagai manusia yang

(37)

memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengambil keputusan

sendiri. Tipe kepemimpinan paternalistis memiliki kepribadian keayahan.

Sedangkan untuk tipe maternalistis (keibuan) memiliki ciri yang hampir

mirip dengan paternalistis. Namun yang membedakan adalah sikap yang

terlalu melindungi yang lebih menonjol disertai dengan kasih sayang yang

berlebihan.

3. Tipe militeristis

Perlu dipahami bahwa tipe kepemimpinan militeristis itu berbeda dengan

tipe kepemimpinan organisasi militer. Sifat dari pemimpin yang

militeristis antara lain lebih banyak menggunakan sistem perintah terhadap

bawahannya dan sering kali kurang bijaksana. Menghandaki kepatuhan

mutlak dari bawahan. Menyenangi formalitas, menuntut adanya disiplin

keras dan komunikasi yang berlangsung searah juga merupakan sifat dari

pemimpin militeristis.

4. Tipe otokratis

Sifat dari pemimpin otokratis adalah memberikan perintah- perintah yang

dipaksakan dan harus dipatuhi. Tidak pernah memberikan informasi secara

detail tentang rencana- rencana yang akan datang. Setiap perintah dan

kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya. Semua

pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan

(38)

5. Tipe laissez- faire

Tipe kepemimpinan laissez- faire praktis tidak memimpin. Dia

membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semau sendiri.

Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan bawahan atau

kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh

bawahan sendiri. Pemimpin laissez- faire biasanya tidak memiliki

keterampilan teknis.

6. Tipe populistis

Kepemimpinan populistis berpegang teguh pada nilai- nilai masyarakat

yang tradisional. Juga kurang mempercayai dukungan kekuatan serta

bantuan luar negeri.

7. Tipe administratif

Tipe kepemimpinan ini mampu menyelenggarakan tugas- tugas

administratif secara efektif. Sedangkan para pemimpinnya terdiri dari para

teknorat dan para administrator yang mampu menggerakkan dinamika

modernisasi dan pembangunan .

8. Tipe demokratis

Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan

bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi

pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung

jawab internal (pada diri sendiri) dan kerja sama yang baik. Kekuatan

(39)

pemimpin”, akan tetapi kekuatan justru terletak pada partisipasi aktif dari

setiap anggota kelompok.

Sedangkan menurut Kartono (2005: 35), ada beberapa tipe kepemimpinan:

1. Tipe deserter (pembelot)

Sifatnya: bermoral rendah, tidak memiliki rasa keterlibatan, tanpa

pengabdian, tanpa loyalitas dan ketaatan, sukar diramalkan.

2. Tipe birokrat

Sifatnya: correct, kaku, patuh pada peraturan dan norma- norma, ia adalah

manusia organisasi yang tepat, cermat, berdisiplin dan keras.

3. Tipe misionaris (missionary)

Sifatnya: terbuka, penolong, lembut hati dan ramah- tamah

4. Tipe developer (pembangun)

Sifatnya: kreatif, dinamis, inovatif, memberikan/ melimpahkan wewenang

dengan baik, menaruh kepercayaan pada bawahan.

5. Tipe otokrat

Sifatnya: keras, diktatoris, mau menang sendiri, keras kepala, sombong,

bandel dan tidak mempercayain kelompok atau bawahannya.

6. Benevolent autocrat (autokrat yang bijak)

Sifatnya: lancar, tertib, ahli dalam mengorganisir, besar rasa keterlibatan

diri.

7. Tipe compromiser (kompromis)

Sifatnya: plintat- plintut, selalu mengikuti angin tanpa pendirian, tidak

(40)

8. Tipe eksekutif

Sifatnya: bermutu tinggi, dapat memberikan motivasi yang baik,

berpandang jauh dan tekun.

2.2.4 Indikator dan dimensi Kepemimpinan

Campbell dan Samiec (2005: 123-128) menyatakan bahwa kesuksesan

seorang pemimpin menuju kinerja mengesankan apabila ia menjalankan 5 dimensi

kepemimpinan, antara lain:

1. Commanding: mengambil alih tanggung jawab dan segera

mengambil keputusan untuk pencapaian kinerja secara cepat.

2. Visioning: kecakapan komunikasi pemimpin dalam menjelaskan

kepada seluruh konstituen akan masa depan perusahaan.

3. Enrolling: kecakapan dari sang pemimpin dalam menciptakan

peluang- peluang, membuat keputusan dan menyelesaikan

masalah. Hal ini berhubungan dengan kecakapan manajerial.

4. Relating: inti dari relating adalah satu yaitu harmoni. Sebagai

pemimpin, ia harus bisa membuat hubungan yang harmonis antara

dirinya dengan para anak buah atau bawahan. Di samping itu, para

bawahannya juga memiliki hubungan yang harmonis antara

mereka.

5. Coaching: ialah keahlian melatih. Seorang pemimpin akan melatih

bawahannya secara berkelanjutan untuk meningkatkan kinerja

karyawan melalui proses pengembangan pada aktivitas sehari- hari,

(41)

mampu melatih anggota timnya sehingga mereka menjadi mandiri

dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

2.3 Kepuasan Kerja

2.3.1 Pengertian Kepuasan Kerja

Setiap orang yang bekerja mengharapkan agar mencapai dan mendapatkan

kepuasan dari tempatnya bekerja. Kepuasan kerja akan memengaruhi

produktivitas yang sangat diharapkan manajer. Untuk itu, manajer perlu

memahami apa yang harus dilakukan untuk menciptakan kepuasan kerja

karyawannya.

Pekerjaan memerlukan interaksi dengan rekan kerja dan atasan, mengikuti

peraturan dan kebijakan organisasi, memenuhi standar kerja, bekerja dengan

kondisi kerja yang kadang kuang ideal dan semacamnya. Bilamana orang

berbicara tentang sikap- sikap pekerja, biasanya dimaksudkan dengan kepuasan

kerja. Kepuasan kerja mencerminkan sikap dan bukan perilaku. Wibowo (2012:

502) menjelaskan bahwa kepuasan kerja merupakan variabel tergantung utama

karena dua alasan yaitu: (1) menunjukkan hubungan dengan faktor kinerja; dan

(2) merupakan preferensi nilai yang dipegang banyak peneliti perilaku organisasi.

Sofyandi dan Garniwa (2007: 90) menjelaskan bahwa kepuasan kerja

adalah sikap umum seseorang dalam menghadapi pekerjaannya, seorang yang

tinggi kepuasan kerjanya memiliki sikap positif terhadap pekerjaannya, sedangkan

seseorang yang tidak memperoleh kepuasan di dalam pekerjaannya memiliki

(42)

Handoko (dalam Sutrisno, 2009: 75) menyatakan bahwa kepuasan kerja

adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi

para karyawan memandang pekerjaan mereka. Robbins dalam Wibowo (2012:

501) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah sikap umum terhadap pekerjaan

seseorang, yang menunjukkan perbedaan antara jumlah penghargaan yang

diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakini seharusnya mereka terima.

Kreitner dan Kinicki dalam Wibowo (2012: 502) menyatakan kepuasan

kerja sebagai respons affective atau emosional terhadap berbagai segi pekerjaan

seseorang.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa Kepuasan kerja adalah sikap seseorang dalam menghadapi pekerjaanya,

seseorang yang memiliki kepuasan kerja yang tinggi akan memperlihatkan sikap

yang positif terhadap pekerjaannya, sedangkan seseorang yang tidak puas akan

memperlihatkan sikap yang negatif terhadap pekerjaan itu sendiri.

2.3.2 Teori Kepuasan Kerja

Menurut Wibowo (2012: 503), kepuasan kerja memiliki dua teori, dalam

pendapatnya dikatakan bahwa teori kepuasan kerja mencoba mengungkapkan apa

yang membuat sebagian orang lebih puas terhadap pekerjaanya daripada beberapa

lainnya. Teori ini juga mencari landasan tentang proses perasaan orang terhadap

kepuasan kerja. Di antara teori kepuasan kerja adalah two- factor theory dan value

(43)

1. Two- Factor Theory

Teori dua faktor ini merupakan teori kepuasan kerja yang mengusulkan

bahwa satisfaction (kepuasan) dan dissatisfaction (ketidakpuasan) adalah

bagian dari kelompok variabel yang berbeda yaitu, motivators dan hygiene

factors.

Pada teori ini, ketidakpuasan dihubungkan dengan kondisi di sekitar

pekerjaan itu seperti misalnya kondisi kerja, upah, keamanan, hubungan

antar karyawan dan atasan. Sebaliknya, kepuasan ditarik dari faktor yang

berkaitan dengan pekerjaan itu sendiri atau hasil langsung dari pada

pekerjaan itu seperti misalnya sifat pekerjaan, prestasi dalam pekerjaan,

promosi, pengembangan karir dan acknowledgement.

2. Value Theory

Pada teori ini, kepuasan terjadi pada tingkat dimana hasil pekerjaan

diterima individu seperti yang diharapkan. Semakin banyak orang yang

menerima hasil, maka akan semakin puas. Semakin dikit orang yang

menerima, maka akan kurang puas.

Implikasi teori ini menekankan bahwa aspek pekerjaan perlu diubah untuk

mendapatkan kepuasan kerja. Teori ini juga mengusulkan bahwa kepuasan

kerja dapat diperoleh dari banyak faktor. Oleh karena itu, Wibowo (2012:

504) menganjurkan bahwa cara yang efektif untuk memuaskan pekerja

adalah dengan menemukan apa yang mereka inginkan dan apabila

(44)

2.3.3 Faktor- Faktor Penyebab Kepuasan Kerja

Kepuasan merupakan sebuah hasil yang dirasakan oleh karyawan.

Jika karyawan puas dengan pekerjaannya, maka ia akan betah bekerja pada

organisasi atau perusahaan tersebut. Dengan mengerti output yang

dihasilkan, maka perlu kita ketahui penyebab yang bisa mempengaruhi

kepuasan tersebut. Menurut Sutrisno (2009: 80) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu:

1. Faktor psikologi

Merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan,

yang meliputi minat, ketentraman dalam kerja, sikap terhadap kerja,

bakat dan keterampilan.

2. Faktor sosial

Merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial antar

karyawan maupun karyawan dengan atasan.

3. Faktor fisik

Merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik karyawan ,

meliputi jenis pekerjaan, pengaturan waktu dan waktu istirahat,

perlengkapan kerja, keadaan ruangan, suhu, penerangan, pertukaran

udara, kondisi kesehatan karyawan, umur, dan sebagainya.

4. Faktor finansial

Merupakan faktor berhubungan dengan jaminan serta kesehatan

(45)

macam - macam tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi, dan

sebagainya.

Menurut Kreitner dan Kinicki dalam Wibowo (2012: 504-505)

terdapat lima faktor yang dapat memengaruhi timbulnya kepuasan

kerja, yaitu sebagai berikut:

1. Need Fulfillment (pemenuhan kebutuhan)

Kepuasan ditentukan oleh tingkatan karakteristik pekerjaan

memberikan kesempatan pada individu untuk memenuhi

kebutuhannya.

2. Discrepancies (perbedaan)

Kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi harapan. Pemenuhan

harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang diharapkan dan

yang diperoleh individu dari pekerjaan. Apabila harapan lebih

besar daripada apa yang diterima, orang akan tidak puas.

Sebaliknya diperkirakan individu akan puas apabila mereka

menerima manfaar di atas harapan.

3. Value attainment (pencapaian nilai)

Value attainment atau pencapaian nilai adalah bahwa kepuasan

merupakan hasil dari persepsi pekerjaan memberikan pemenuhan

nilai kerja individual yang penting.

4. Equity (keadilan)

Kepuasan terdapat dari seberapa adil seorang individu

(46)

5. Dispositional/ genetic components (komponen genetik)

Kepuasan kerja sebagian merupakan fungsi sifat pribadi dan faktor

genetik. Perbedaan individu mempunyai arti penting dalam

menentukan kepuasan kerja seperti halnya karakteristik

lingkungan.

2.3.4 Ketidakpuasan Kerja Karyawan

Ketidakpuasan karyawan dapat dinyatakan dengan sejumlah cara.

Misalnya, berhenti, karyawan dapat mengeluh, tidak patuh, mencuri milik

organisasi, atau mengelakkan sebagian dari tanggung jawab kerja mereka.

Robbins dan Judge dalam Wibowo (2012: 515-516) menunjukkan empat respons

atau tanggapan yang berbeda satu sama lain, yang dapat didefinisikan sebagai

berikut:

1. Exit (keluar)

Ketidakpuasan ditunjukkan melalui perilaku diarahkan pada

meningalkan organisasi, termasuk mencari posisi baru atau

mengundurkan diri.

2. Voice (suara)

Ketidakpuasan ditunjukkan melalui usaha secara aktif dan

konstuktif untuk memperbaiki keadaan, termasuk menyarankan

perbaikan, mendiskusikan masalah dengan atasan, dan berbagai

(47)

3. Loyalty (kesetiaan)

Ketidakpuasan ditunjukkan secara pasif, tetapi dengan menunggu

secara optimistik hingga membaiknya kondisi, termasuk dengan

berbicara bagi organsisasi di hadapan kritik luar dan mempercayai

organisasi dan manajemennya untuk melakukan hal yang terbaik

dan tepat.

4. Neglect (pengabaian)

Ketidakpuasan tinjukkan dengan membiarkan kondisi memburuk,

termasuk keterlambatan atau tingkat absen yang tinggi,

mengurangi usaha dan meningkatkan tingkat kesalahan.

2.3.5 Indikator Kepuasan Kerja

Robbins dan Judge (2008: 99) mendefinisikan Kepuasan kerja sebagai

suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari

sebuah evaluasi karakteristiknya. Kepuasan kerja adalah suatu sikap umum

seorang individu terhadap pekerjaannya. Pekerjaan menuntut interaksi denga n

rekan kerja, atasan, per-aturan dan kebijakan organisasi, standar kinerja, kondisi

kerja dan sebagainya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi

menunjukkan sikap positif terhadap kerja itu dan sebaliknya. Ada beberapa

indikator kepuasan kerja karyawan, yaitu sebagai berikut:

1. Persepsi yang berkaitan dengan pekerjaan

2. Kepuasan karyawan terhadap situasi kerja.

3. Kesesuaian antara kemampuan dan keinginan pegawai terhadap kondisi

(48)

2.4 Komitmen Organisasi

2.4.1 Pengertian Komitmen Organisasi

Dalam organisasi, komitmen sering kali dikaitkan dengan kepuasan kerja.

Sutrisno (2010: 295) mengasumsikan bahwa semakin tinggi kepuasan kerja

karyawan maka akan semakin tinggi pula komitmen kerja. Banyak organisasi

dalam perkembangannya mengalami berbagai macam masalah akibat munculnya

kelompok- kelompok kecil yang membuat organisasi itu tersebut menjadi kacau.

Perbedaan peran, harapan, kepentingan, persepsi dan sebagainya menjadi sumber

konflik yang dapat mengancam kehidupan kelompok tersebut dan menimbulkan

masalah masalah seperti misalnya pemogokan karyawan, absensi yang tinggi dan

tingkat turnover yang tidak terkendali. Semua ini merupakan gejala yang muncul

dan disebabkan oleh ketidakpuasan karyawan terhadap organisasi. Ini dikarenakan

rendahnya komitmen kerja dari para karyawannya.

Dalam perilaku organisasi, terdapat berbagai macam definisi tentang

komitmen. Luthans dalam Sutrisno (2010: 292) menyatakan komitmen organisasi

merupakan: (1) keinginan yang kuat untuk menjadi anggota dalam suatu

kelompok, (2) kemauan usaha yang tinggi untuk organisasi, (3) suatu keyakinan

tertentu dan penerimaan terhadap nilai- nilai dan tujuan- tujuan organisasi.

Buchanan dalam penelitian oleh Yeh & Hong (2012: 51) menegaskan

bahwa komitmen organisasi adalah semacam keyakinan yang menghubungkan

nilai- nilai organisasi dan tujuannya dengan perasaan dan tujuan seorang individu.

Komitmen juga berarti keinginan yang abadi untuk memelihara hubungan

(49)

(2010: 296) menjelaskan bahwa komitmen pegawai itu merupakan hal yang

penting bagi organisasi, terutama untuk menjaga kelangsungan dan pencapaian

tujuan. Namun untuk memperoleh komitmen yang tinggi, diperlukan kondisi

kondisi yang memadai untuk mencapainya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi itu adalah loyalitas

karyawan atau pekerja terhadap perusahaan atau organisasinya dan juga

merupakan suatu proses mengekspresikan perhatian dan partisipasinya terhadap

organisasi itu tersebut.

2.4.2 Teori- Teori Dasar Komitmen

Menurut Moreland dkk dalam Sutrisno (2010: 298), ada beberapa teori

yang menjelaskan dasar dasar motivasional munculnya komitmen individu dalam

organisasi, yaitu teori sosialisasi kelompok, teori pertukaran sosial, teori

kategorisasi diri dan teori identitas.

1. Teori Sosialisasi Kelompok

Menurut model ini, baik kelompok maupun individu melakukan proses

evaluasi dalam hubungan bersama dan membandingkan value nya dengan

hubungan yang selama ini berlangsung. Dalam evaluasi ini, Moreland

menjelaskan bahwa perubahan perasaan akan berpengaruh terhadap

komitmen yang dimiliki individu. Semakin tinggi perasaan positif semakin

besar juga komitmen oganisasinya. Ada lima tahap yang dilalui dalam

model ini, yaitu investasi, sosialisasi, maintanance, rasionalisasi dan

kenangan dan ada juga empat transisi peran yang dilakukan mulai dari

(50)

2. Teori Pertukaran Sosial

Setiap hubungan akan selalu melibatkan pertimbangan untung dan rugi

bagi partisipannya. Reward dan cost akan menjadi faktor penting dalam

menentukan nilai suatu hubungan. Partisipan akan termotivasi untuk

meningkatkan dan memaksimalkan reward tersebut dan menurunkan cost

yang diakibatkan hubungan tersebut. Orang dapat bergabung dalam

beberapa hubungan secara simultan.

3. Teori Kategorisasi Diri

Paling tidak ada dua cara perubahan terjadinya komitmen organisasi.

Pertama, komitmen juga dapat berubah karena prototype kelompok

bersifat untabel. Kedua, komitmen juga dapat berubah karena karakteristik

keanggotaan kelompok juga untabel. Dengan perubah kedua prototype

tersebut, maka masing masing individu akan menyesuaikan diri dengan

prototype kelompok yang dimasukinya dan begitu pula sebaliknya.

Tampaknya konflik muncul setelah terjadinya perubahan pada prototype

ini. Sehingga pemogokan, konflik dan kasus- kasus negatif yang tidak

diharapkan dalam organisasi dapat muncul. (Sutrisno, 2010: 302).

4. Teori Identitas

Stryker dalam Sutrisno (2010: 302) menyampaikan bahwa teori ini

menawarkan perspektif lain pada komitmen dan perannya dalam

kelompok sosial. Pertama, pran sosial yang merupakan representasi dari

suatu harapan tertentu dari seseorang memiliki pengaruh yang kuat

(51)

suatu harapan tertentu dari seseorang memiliki pengaruh yang kuat

terhadap perilaku. Pada saat yang sama, seseorang bisa menjalankan suatu

peran. Karena itu beberapa peran bisa mengalami inkonkruensi dengan

peran lainnya.

2.4.3 Indikator dan dimensi Komitmen Organisasi

Menurut Robbins dan Judge (2008: 100-102), Komitmen organisasi adalah

suatu keadaan dimana seorang karyawan memihak organisasi tertentu serta

tujuan- tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam

organisasi tersebut. Jadi, keterlibatan pekerjaan yang tinggi berarti memihak pada

pekerjaan tertentu seorang individu, sementara komitmen organisasional yang

tinggi berarti memihak organisasi yang merekrut individu tersebut. Tiga dimensi

terpisah komitmen organisasional adalah:

1. Komitmen afektif (affective commitment): yaitu perasaan emosional untuk

organisasi dan keyakinan dalam nilai- nilainya.

2. Komitmen berkelanjutan (continuance commitment): yaitu nilai ekonomi

yang dirasa dari bertahan dalam suatu organisasi bila dibandingkan dengan

meninggalkan organisasi tersebut. seorang karyawan mungkin

berkomitmen kepada pemberi kerja karena ia dibayar tinggi dan merasa

bahwa pengunduran diri dari perusahaan akan menghancurkan

keluarganya.

3. Komitmen normatif (normative commitment): yaitu kewajiban untuk

Gambar

Tabel 1.1 Point Pencapaian Nilai Kinerja Karyawan
Tabel 1.2 Nilai Kinerja Individu
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dimana sampel yang menjadi bahan penelitian sebanyak 5 ekor dari setiap jenis udang yang tertangkap oleh nelayan sungai Blang Balee, kemudian sampel tersebut

According to Wagiu (2011), the purposes of reclamation are 1) to get back a piece of land that was once destroyed by waves or abrasion, 2) to develop new area in coastal

Andik Wahyu Muqoyyidin, Dialektika Islam dan Budaya Lokal dalam Bidang Sosial Sebagai Salah Satu Wajah Islam Jawa, el Harakah, Vol.. Selain diterima Islam sebagai bagian dari

Rasio keuangan atau financial ratio sangat penting untuk melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan. Bagi investor jangka pendek dan menengah pada

Sebuah sampel yang berubah-ubah termasuk kelas i dengan probabilitas si/s, dimana s adalah jumlah dari sampel-sampel dalam kumpulan S.. Sj berisi sij

Hal ini sesuai dengan penelitian dari Nofiana (2014) yang menyatakan bahwa keunggulan soal TTMCQ antara lain: jumlah materi yang dapat ditanyakan relatif banyak

Dengan latar belakang dari beberapa penelitian yang tersebut maka dapat kembangkan suatu penelitian alat pengendali ketinggian air agar lebih teliti maka dapat

Permasalahan tersebut menuntut guru untuk menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan minat dan kemandirian siswa, oleh karena.. itu diperlukan kegiatan