Analisa Belanja Publik di Sektor Infrastruktur
Teuku Triansa
•
Rasional dan tujuan melakukan PEA di sektor
infrastruktur
•
Cakupan dan pendekatan PEA di sektor
infrastruktur
•
Metode dan data yang dibutuhkan dalam
melakukan PEA di sektor infrastruktur
•
Contoh analisa PEA infrastruktur
–
Akses, kualitas, efisiensi
•
Isu-‐isu utama kebijakan di sektor infrastruktur
Mengapa investasi infrastruktur pen@ng?
Infrastruktur merupakan faktor pen@ng dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi -‐ membangun fasilitas produksi dan
mens@mulasi kegiatan ekonomi
“Kenaikan stok infrastruktur 1 persen berhubungan dengan kenaikan
pertumbuhan ekonomi (PDB) 1 persen ” – (WDR-‐1994)
Mengurangi biaya transaksi dan biaya perdagangan yang
meningkatkan daya saing – konek@vitas dan integrasi
Pengurangan kemiskinan, memberikan pelayanan dasar dan
menghubungkan masyarakat dengan pelayanan dasar (sekolah,
puskesmas)
Tujuan analisa belanja publik sektor infrastruktur
Memahami besaran dan komposisi, alokasi, dan menilai efisiensi dan
efek@fitas pengeluaran publik infrastruktur;
Memahami perencanaan dan pelaksanaan investasi infrastruktur
(misalnya proyek tahun jamak);
Mengkaji stuktur penerimaan (cost-‐recovery)/tarif yang memas@kan
keberlanjutan pelayanan infrastruktur;
Mengkaji kebijakan dan kerangka ins@tusi yang ada mendukung
peran pihak swasta
•
Cakupan dan definisi infrastruktur sangat luas, mencakup
beberapa subsektor: transportasi jalan, udara, laut, air bersih
dan sanitasi, energi, irigasi
•
Se@ap jenis infrastruktur memiliki kharakteris@k dan kendala
tersendiri, baik tahap pembangunan, pemeliharaan, dan
operasionalnya
•
Mekanisme pendanaan dan operasional yang kompleks dan
melibatkan banyak aktor (pemerintah, BUMN, BUMD,
swasta), sehingga memerlukan pemahaman yang mendalam
terhadap masing-‐masing jenis infrastruktur
•
Dalam konteks desentralisasi: ke@dakjelasan pembagian
wewenang dan koordinasi dengan daerah bawahan
•
Keterbatasan data. Analisa dilakukan berdasarkan tujuan dan
data yang tersedia.
Jenis Infrastruktur
Kewenangan
Pusat
Provinsi
Kab/Kota
Transportasi
Jalan
Jalan nasional
Jalan provinsi
Jalan kab/kota
Kereta Api
ü
Laut
ü
ü
Pelabuhan dengan kapasitas tertentu (kecil)
ü
Pelabuhan dengan kapasitas tertentu (kecil)
Udara
ü
Air Bersih dan
Sanitasi
ü
ü
ü
Irigasi
Pembangunan Pemeliharaan
Pemeliharaan
Energi (listrik)
ü
ü (?)
ü (?)
Telekomunikasi
ü
Cakupan analisa belanja publik dibidang infrastruktur –
menurut kewenangan pemerintahan di Indonesia
Fokus analisa
@ngkat
daerah
Aspek analisa belanja publik sektor infrastruktur
• Apakah fasilitas infrastruktur tersedia dengan cukup (panjang jalan, ketersambungan listrik,
ketersambungan dengan air bersih, dll)
Coverage/Akses
• Apakah kualitas pelayanan fasilitas infrastruktur memadai? (kualitas jalan, frekuensi pemadaman listrik, gangguan penyediaan air bersih, dll)
Kualitas pelayanan
(Quality)
• Apakah pemberian pelayanan sudah efisien/op@mal? (unit cost per km jalan, pegawai per jumlah
pelanggan, dll)
Efisiensi (Efficiency)
• Level (terhadap PDB, historis, negara lain atau daerah lain) • Komposisi (subsektor, pemeliharaan vs pembangunan) • Kapasitas perencanaan dan pelaksanaan
• Ins@tusi dan pengelolaan (e.g., earmarking, swakelola atau terbuka, peraturan dan undang-‐undang – pembatasan par@sipasi swasta?)
Investasi/Belanja
• Fasilitas infrastuktur dapat membiayai diri sendiri melalui tarif (penyesuaian tariff, road fund dan earmarking)
Kebijakan tarif dan
pengelolaan pendapatan
• Pengaturan ins@tusi: kewenangan pusat vs daerah, kewenangan perizinan, dll
No Metodologi Keterangan
1 Basic benchmarking
(perbandingan dasar) Membandingkan indikator suatu daerah/negara dengan daerah/negara lain atau dengan rata-‐rata nasional atau kawasan setelah distandarisasi (rela@f terhadap PDB, per capita, per wilayah, dll)
2 Benefit incidence analysis
(analisa penerima manfaat) Menganalisa penerima manfaat dari suatu program atau pelayanan publik, (apakah telah tepat sasaran dan sesuai dengan tujuan)
3 Efficiency-‐fron@er analysis
(Analisa batas terbaik) Menganalisa @ngkat efisiensi satu unit pelaksana (daerah/negara), yang paling op@mal dalam memproduksi output dengan input yang sekecil-‐kecilnya
4 Analisa biaya-‐manfaat (cost-‐
benefit analysis) Menilai kelayakan suatu proyek baik secara keuangan atau ekonomi dengan membandingkan biaya yang dikeluarkan dengan potensi manfaat yang akan dihasilkan
5 PETS (Public Expenditure
Tracking Survey) Menganalisa @ngkat kebocoran dalam pelaksanaan anggaran mulai dari alokasi di Pusat sampai dengan pada penerima manfaat di@ngkat rumah tangga atau fasilitas publik
6 Regresi sederhana (simple
regression) Menguji hubungan antara inputs dan outcomes secara empiris, dengan model tertentu. Misalnya, menguji hubungan antara investasi infrastruktur dengan pertumbuhan ekonomi atau pengurangan kemiskinan
7 Road Network Evalua@on
Tools (RONET) Mengevaluasi aset dan kondisi jaringan jalan, serta menges@masi jumlah pendanaan yang dibutuhkan (financing gaps) untuk memelihara jalan pada @ngkat kondisi tertentu
8 Consumer Willingness to Pay
(WTP) Analysis Menilai @ngkat kemampuan konsumen untuk membayar suatu layanan. Umumnya sering dipakai pada sektor air bersih
Beberapa methodologi dan teknis dalam menilai efisiensi dan
efek@fitas belanja publik dalam bidang infrastruktur
Beberapa data dan indikator pen@ng dalam sektor
infrastruktur di @ngkat daerah
Sektor Contoh Indikator Sumber
1. Transportasi
Jalan • Panjang jalan
• Kualitas jalan menurut kondisi (mantap vs @dak mantap) • Permukaan jalan (aspal, kerikil, tanah)
• Jalan perdesaan atau persentase desa yang memiliki akses terhadap jalan
• Jumlah kendaraan berdasarkan jenis
• Dinas PU, BPS • SUSENAS -‐ BPS • BPS Kereta api Pelabuhan
2. Irigasi • Panjang irigasi berdasarkan jenis (teknis vs non-‐teknis) • Kualitas irigasi
• Panjang irigasi per luas sawah
3. Energi (listrik) • Rasio elektrifikasi (ketersambungan dengan listrik)
• Tingkat pemadaman listrik, kapasitas generator • SUSENAS 4. Air Bersih dan
•
Pemeliharaan vs. investasi/pembangunan baru
•
Subsidi konsumsi vs. investasi dan pemeliharaan (misalnya subsidi
listrik: tarif murah vs koneksi terbatas)
–
Subsidi pada umumnya @dak tepat sasaran. Belanja subsidi untuk konsumsi
umumnya jauh lebih besar dari pada untuk operasional dan pemeliharaan
•
Kebijakan tarif menentukan keberlanjutan fasilitas dan pelayanan
–
Tarif pada umumnya sangat rendah, dibandingkan biaya opesional dan
pemeliharaan, dan ditentukan melalui peraturan daerah/UU
•
Perencanaan dan pelaksanaan
–
Kapasitas perencanaan dan pelaksanaan sangat menentukan kualitas infrastruktur:
design standard, penyusunan proyek tahun jamak
•
Pendanaan swasta vs pemerintah
–
Dukungan pemerintah dibutuhkan, khususnya dalam memberikan kepas@an
regulasi dan pendanaan untuk proyek yang @dak layak secara ekonomi
Isu-‐isu kebijakan dalam sektor
infrastruktur
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26
Jika pemeliharaan pada jalan dengan masa 20 tahun @dak dilakukan pada akhir tahun ke 12, jalan tersebut akan mengalami kerusakan 8 kali lebih cepat dari diawal tahun,
Pada akhirnya harus dibangun kembali dari awal yang membutuhkan biaya lebih besar Ve ry Good Good Fai r Po or Ve ry Po or -‐Filling Cracks
-‐Geotex@le and Strengthening -‐Reconstruc@on of the Surface -‐Reconstruc@on of the par@al base course
-‐Complete Reconstruc@on
Kondisi jalan aspal (%)
Usia konstruksi jalan aspal (tahun)
Dilema pemeliharaan infrastruktur: contoh jalan
pemeliharaan harus dilakukan tepat waktu
Contoh aplikasi analisa
belanja publik di bidang
infrastruktur
•
Akses
•
Kualitas
•
Investasi/belanja
•
Efisiensi
•
Kebijakan tarif dan pengelolaan
pendapatan
•
InsMtusi dan regulasi
Cakupan teknis analisa belanja publik sektor
infrastruktur
Analisa @ngkat ketersediaan jalan (akses) di Aceh Tengah rela@ve
terhadap beberapa Kabupaten lain di Aceh, menggunakan
pendekatan basic benchmarking
Perbandingan ketersediaan jalan di Aceh Tengah dan beberapa Kabupaten dengan jumlah belanja rela@ve sama
4,177 4,170 4,454 2,759 2,120 2,153 1,770 1,893 1,585 2,417 924 711 648 660 768 4.29 4.02 3.42 4.17 3.18 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00 0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 5,000
Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Tamiang
Km
pe
r 1,000 Populasi
Luas Wilayah, Populasi (r
atusan) dan Panj
ang Jalan
Tingkat ketersediaan (akses) jalan di Rusip Antara masih rendah dibanding
kecamatan lain
Perbandingan ketersediaan jalan antar Kecamatan di Aceh Tengah 0.39 0.19 0.30 0.45 0.17 0.16 0.30 0.72 0.65 0.72 0.19 0.40 0.10 0.30 0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 Km ja la n p er 100 Po pu la si Pa nja ng Ja la n d an Po pu la si (ra tu sa n)
Basic benchmarking analisa @ngkat kabupaten: perbandingan
ketersediaan jalan di satu kabupaten dengan rata-‐rata provinsi
Tingkat ketersediaan jalan di Aceh Tengah masih dibawah rata-‐rata Aceh. Jalan
kabupaten dan provinsi memiliki kesempatan untuk peningkatan
Dimensi analisa akses
sektor jalan:
•
Panjang jalan per area
(km/km2)
•
Panjang jalan per
populasi (km/orang)
•
Panjang jalan per
kendaraan (km/
kendaraan)
14.55 4.59 3.30 64.73 5.36 5.10 0 10 20 30 40 50 60 70Jalan Kabupaten Jalan Provinsi Jalan Nasional
Km
Jalan pe
r 100 Km
2
Panjang Jalan per Luas Wilayah (Km/100 Km2) Aceh Tengah vs Rata-‐rata Aceh
Aceh Tengah Rata-‐Rata Aceh
•
Akses
•
Kualitas
•
Efisiensi
•
Investasi/belanja
•
Kebijakan tarif dan pengelolaan
pendapatan
•
InsMtusi dan regulasi
Cakupan teknis analisa belanja publik sektor
infrastruktur
Analisa kualitas infrastruktur melalui pendekatan trend dan
basic benchmarking
Panjang jalan kab/kota telah meningkat tajam ditahun terakhir, tetapi
kondisi rela@f memburuk
44% 49% 51% 53% 38% 13% 10% 10% 9% 5% 17% 17% 17% 17% 17% 26% 23% 22% 21% 41% 400 500 600 700 800 900 1,000 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 2008 2009 2010 2011 2012 Pa nja ng Ja la n Kondisi Jalan
Kondisi Jalan Kabupaten di Aceh Tengah
Analisa kualitas infrastruktur melalui pendekatan trend dan
basic benchmarking
Sebagian besar jalan kabupaten di Aceh Tengah
sudah di aspal
103 94 48 48 372 411 68 52 157 157 276 238 -‐ 100 200 300 400 500 600 700 2008 2011 2008 2011 2008 2011 Jalan Nasional Jalan Provinsi Jalan Kabupaten
Pa nja ng Ja la n ( Km)
Panjang Jalan Berdsarkan Jenis Permukaan
Tidak Aspal Aspal
Kondisi jalan kabupaten dalam wilayah Aceh Tengah tahun 2012
Kondisi jalan pada kecamatan Celala rela@f terhadap kondisi jalan baik,
rusak ringan dan berat dalam wilayah kabupaten
66 100 78 26 112 29 32 93 67 128 90 66 52 20 -‐ 20 40 60 80 100 120 140 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Pa nja ng Ja la n ( Km)
Kondisi Jalan (pe
rse
n)
•
Akses
•
Efisiensi
•
Investasi/belanja
•
Kualitas
•
Kebijakan tarif dan pengelolaan
pendapatan
•
InsMtusi
dan regulasi
Cakupan teknis analisa belanja publik sektor
infrastruktur
Analisa komposisi belanja untuk mengiden@fikasi prioritas
alokasi anggaran
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 2010 2011 2012 2013 Pembangunan Irigasi Infrastruktur Perdesaan Pemeliharaan Jalan Rehab Irigasi OperasionalSarana dan Prasarana (Watsan) Lainnya
Pembangunan Jalan dan Jembatan
Analisa @ngkat belanja/investasi menggunakan
pendekatan tren
•
Seleksi proyek
⎯ lemahnya kapasitas teknis dalam
hal evaluasi proyek, dan kecenderungan secara
poli@s untuk proyek tertentu
•
Perencanaan mulM-‐year
⎯proyek jangka panjang
membutuhkan anggaran mul@-‐year untuk
memas@kan eksekusi
•
Hambatan pelaksanaan
⎯proses lelang yang
komplek, revisi anggaran yang kompeks, sehingga
sulit untuk implementasi
Tantangan pengelolaan anggaran di sektor
infrastruktur
•
Desentralisasi telah menyebabkan fragmentasi ins@tusi dalam
pengelolaan jalan kab/kota, dengan kapasitas teknis dan
manajemen yang rendah
•
Pelaporan rinci tentang panjang dan kondisi jalan telah
terhen@;
•
Prioritas perencanaan dan alokasi anggaran untuk jalan @dak
didasarkan pada per@mbangan teknis dan ekonomi tetapi
lebih didorong oleh poli@k
•
Hanya sebagian kecil yang dilakukan pemeliharaan periodik
se@ap tahun. Dibeberapa daerah hanya 20 km/tahun;
•
Sebagai akibatnya setengah dari jalan kab/kota perlu
direhabilitasi
Contoh studi kualita@f terhadap regulasi dan ins@tusi dibidang
• Secara umum, alokasi anggaran untuk infrastruktur masih rendah dan perlu di@ngkatkan jika dibandingkan dengan kebutuhan
• Pemeliharaan pada umumnya @dak menjadi prioritas, sehingga kualitas infrastruktur yang telah dibangun @dak terjaga. Pembangunan/konstruksi baru lebih mendapat prioritas
• Alokasi investasi yang kurang tepat
– Investasi kurang sesuai dengan kebutuhan, design dan kualitas, standar yang salah • In-‐efisiensi
– Teknologi yang lama (karena kecilnya investasi), staff yang berlebih, kurangnya transparansi dalam pelelangan
• Implementasi menjadi kendala karena lemahnya kapasitas perencanaan dan kompleksitas pelaksanaan
• Pelayanan @dak op@mal karena operasional @dak efisien dan keterbatasan regulasi (tarif). Tarif yang ditetapkan rendah, kapasitas pengelolaan rendah, penerimaan @dak mencukupi untuk pemeliharaan
• Khusus pengelolaan jalan kab/kota, desentralisasi telah menambahkan tantangan baru: perha@an terhadap pemeliharaan berkurang, kapasitas teknis di daerah menurun, dan penanganan jalan terfragmentasi