PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN (Food Security and Vulnerability Atlas FSVA) KABUPATEN TABANAN TAHUN 2018
Teks penuh
(2) SUSUNAN TIM PENYUSUN :. Ketua Tim : Dr.Ir. I Wayan Widia, MSIE Anggota. : 1. Prof. Ir. Nyoman Semadi Antara, MS, Ph.D 2. Dr.Ir Ida Bagus Putu Gunadnya, MS 3. Gede Arda, S.TP, M.Sc 4. Ni Luh Yulianti, S.TP, M.Si. i.
(3) KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga laporan Penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food Security and Vulnerability Atlas, FSVA) Kabupaten Tabanan tahun 2018 dapat terselesaikan. Laporan FSVA Kabupaten Tabanan ini tidak mungkin dapat tersusun tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat : 1. Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Tabanan beserta jajarannya yang telah memfasilitasi kesekretariatan, kegiatan pertemuan/rapat koordinasi dan pengumpulan data 2. Kepala Bidang Ketersedian dan Kerawawanan Pangan Provinsi Bali beserta jajarannya atas berbagai informasi yang diberikan 3. Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana atas kepercayaannya menugaskan tim pelaksana kegiatan 4. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan beserta UPT urusan statistik pertanian yang telah membantu menyediakan akses data produksi padi, jagung, ubi kayu dan ubi jalar tahun 2015,2016 dan 2017 5. Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tabanan beserta jajarannya telah membantu menyediakan akses data pendidikan perempuan usia 15 tahun ke atas 6. Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Tabanan beserta jajarannya telah membantu menyediakan akses data rumah tangga miskin 7. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan beserta jajarannya telah membantu menyediakan akses data tenaga kesehatan, usia harapan hidup penduduk dan balita stunting 8. Para Kepala Desa dalam lingkungan wilayah Kecamatan Kediri, Tabanan, Marga, Baturiti dan Kecamatan Penebel yang telah membantu menyediakan akses data rumah tangga tanpa akses listrik, tanpa akses air bersih dan data-data lain terkait dengan profil desa 9. Tim Survey Mahasiswa PS. Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian UNUD yang telah melaksanakan pengumpulan data 10. Seluruh pihak yang membantu penyelesaian kegiatan ini Laporan FSVA ini memuat potret terkini status ketahanan pangan pada tingkat wilayah desa Kabupaten Tabanan. Sebagai akhir kata semoga laporan ini dapat digunakan sebagi acauan dalam penyusunan program kerja. Oktober, 2018 Ketua Tim Penyusun Dr.Ir. I Wayan Widia, MSIE. ii.
(4) RINGKASAN EKSEKUTIF Pembangunan bidang ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas pembangunan di Kabupaten Tabanan dalam ranga mewujudkan visi SDM Tabanan yang sehat, cerdas dan berprestasi dalam bidangnya masing-masing sehingga pada gilirannya terwujud pula Tabanan yang sejahtera dan aman (Tabanan SERASI). Upaya peningkatan ketahanan pangan masyarakat ditujukan untuk memenuhi pelayanan dasar kepada masyarakat minimal mencakup empat jenis pelayanan yaitu ketersediaan dan cadangan pangan, distrubsi dan akses pangan, penganekaragaman dan keamanan pangan serta penanganan kerawanan pangan. Dalam rangka memenuhi kewajiban pelayanan dasar yang dimaksud serta upaya memantapkan ketahanan pangan masyarakat menuju kemandirian pangan secara berkelanjutan diperlukan sebuah kegiatan untuk menganalisis status terkini ketahanan pangan tiap-tiap desa dalam lingkup wilayah kabupaten. Hasil analisis ini selanjutnya disajikan menjadi Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food Security and Vulnerability Atlas) Kabupaten. Bertitik tolak dari hal ini, Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Tabanan bekerjasama dengan Fakultas Teknologi Pertanian Unud melaksanakan kegiatan Penyusutan Peta Ketahanan dan Kerentangan Pangan (Food Security and Vulnerability Atlas, FSVA) Kabupaten Tabanan berbasis data desa yang mencakup 5 (lima) wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Kediri, Tabanan, Marga, Baturiti dan Kecamatan Penebel. Hasil penilaian terhadap 73 desa di wilayah Kabupaten Tabanan, menunjukkan bahwa ada sebanyak 63 desa (86.3%) yang status ketahanan pangannya sangat baik (skor Prioritas 6), dan 10 desa (13.7%) yang status ketahanan pangannya belum baik (skor Prioritas <6). Desa-desa yang status ketahanan pangannya belum baik yaitu Desa Buwit, Desa Nyitdah, Desa Delod Peken, Desa Batannyuh, Desa Caubelayu, Desa Angseri, Desa Bangli, Desa Mekarsari, Desa Pejaten dan Desa Candikuning. Faktor penentu belum optimalnya pencapaian status ketahanan pangan di desa-desa tersebut diatas antara lain disebabkan oleh ketidakmampuan dalam memproduksi pangan serealia secara mandiri, banyaknya rumah tangga miskin, kurangnya rata-rata lama sekolah penduduk perempuan, kurangnya ketersedian tenaga kesehatan. Sedangkan, penduduk tanpa akses listrik dan air bersih, balita stunting dan usia harapan hidup tidak menjadi penentu utama. Berdasarkan hal ini, strategi yang dapat ditempuh untuk memantapkan ketahanan pangan di Kabupaten Tabanan, yaitu (a) melaksanakan koordinasi secara strategis dalam penyusunan kebijakan ketersediaan, keterjangkaun dan pemanfaatan pangan serta penanganan keamanan pangan, (b) pemenuhan pangan bagi kelompok masyarakat terutama masyarakat kronis dan transien (akibat bencana alam, social dan ekonomi) melalui pendistribusian pangan, dan (c) pemberdayaan masyarakat melalui promosi den edukasi supaya mampu memanfaatkan pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA) berbasis sumber daya lokal. iii.
(5) DAFTAR ISI. SUSUNAN TIM PENYUSUN RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR. i ii iii v ix. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Kerangka Konsep Ketahanan Pangan Dan Gizi 1.3. Metodologi. BAB II. KETERSEDIAAN PANGAN 2.1. Definisi Ketersedian Pangan 2.2. Produksi Netto Pangan Serealia 2.3. Rasio Konsumsi Normatif Per Kapita terhadap Produksi 2.4.Tantangan untuk Ketersediaan Pangan 2.5. Kegiatan Strategis dalam rangka Peningkatan Ketersediaan Pangan. 10 11 11 15 20 21. BAB III. AKSES TERHADAP PANGAN DAN PENGHIDUPAN 3.1 Definisi Akses terhadap Pangan dan Penghidupan 3.2. Persentase Penduduk Miskin 3.3. Pengeluaran Rumah Tangga untuk Pangan 3.4. Persentase Rumah Tangga tanpa Akses Listrik 3.5. Strategi untuk Peningkatan Akses terhadap Pangan. 22 22 23 28 33 36. BAB IV. PEMANFAATAN PANGAN 4.1 Definisi Pemanfaatan Pangan 4.2. Rata-rata Lama Sekolah Perempuan di Atas 15 tahun 4.3. Persentase Rumah Tangga Tanpa Akses Ke Air Bersih 4.4.Rasio Jumlah Penduduk Per Tenaga Kesehatan Terhadap Tingkat Kepadatan Penduduk 4.5. Persentase Balita Tinggi Kurang (Stunting) 4.6. Angka Harapan Hidup Saat Lahir. 39 39 39 44 49. 4.7. Strategi untuk Peningkatan Pemanfaatan Pangan. 62. BAB V. SITUASI KETAHANAN DAN KERENTANANAN PANGAN 5.1 Indeks dan Sebaran Prioritas Ketahanan Pangan Wilayah 5.2 Strategi Pencegahan dan Penangan Kerawanan Pangan. 64 64 70. BAB VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan 6.2 Rekomendasi. 72 72 73. LAMPIRAN PETA FSVA KABUPATEN TABANAN 2018. iv. 1 1 2 5. 54 58. 74.
(6) DAFTAR TABEL. No. Judul Tabel. Hal.. 1. Ringkasan Indikator FSVA Kabupaten Tabanan. 5. 2. Range tiap-tiap indikator ketahanan pangan. 7. 3. Bobot tiap-tiap indikator dalam mempengaruhi status ketahanan pangan suatu wilayah. 9. 4 Produksi netto pangan serealia per tahun desa-desa di wilayah Kecamatan Kediri.. 12. 5 Produksi netto pangan serealia per tahun desa-desa di wilayah Kecamatan Tabanan. 12. 6 Produksi netto pangan serealia per tahun desa-desa di wilayah Kecamatan Marga. 13. 7 Produksi netto pangan serealia per tahun desa-desa di wilayah Kecamatan Baturiti. 14. 8 Produksi netto pangan serealia per tahun desa-desa di wilayah Kecamatan Penebel. 14. 9 Nilai dan Peringkat NCPR desa-desa di wilayah Kecamatan Kediri. 16. 10 Nilai dan Peringkat NCPR desa-desa di wilayah Kecamatan Tabanan. 17. 11 Nilai dan Peringkat NCPR desa-desa di wilayah Kecamatan Marga. 18. 12 Nilai dan Peringkat NCPR desa-desa di wilayah Kecamatan Baturiti. 19. 13 Nilai dan Peringkat NCPR desa-desa di wilayah Kecamatan Penebel 14 Persentase dan peringkat perioritas penduduk miskin pada desa-desa di wilayah Kecamatan Kediri. 19 24. 15 Persentase dan peringkat perioritas penduduk miskin pada desa-desa di wilayah Kecamatan Tabanan. 25. 16 Persentase dan peringkat perioritas penduduk miskin pada desa-desa di wilayah Kecamatan Marga. 26. v.
(7) 17 Persentase dan peringkat perioritas penduduk miskin pada desa-desa di wilayah Kecamatan Baturiti. 27. 18 Persentase dan peringkat perioritas penduduk miskin pada desa-desa di wilayah Kecamatan Penebel. 28. 19 Persentase dan peringkat perioritas rumah tangga dengan proporsi pengeluaran pangan lebih dari 65% terhadap total pengeluaran pada desa-desa di wilayah Kecamatan Kediri.. 29. 20 Persentase dan peringkat perioritas rumah tangga dengan proporsi pengeluaran pangan lebih dari 65% terhadap total pengeluaran pada desa-desa di wilayah Kecamatan Tabanan. 30. 21 Persentase dan peringkat perioritas rumah tangga dengan proporsi pengeluaran pangan lebih dari 65% terhadap total pengeluaran pada desa-desa di wilayah Kecamatan Marga. 31. 22 Persentase dan peringkat perioritas rumah tangga dengan proporsi pengeluaran pangan lebih dari 65% terhadap total pengeluaran pada desa-desa di wilayah Kecamatan Baturiti. 31. 23 Persentase dan peringkat perioritas rumah tangga dengan proporsi pengeluaran pangan lebih dari 65% terhadap total pengeluaran pada desa-desa di wilayah Kecamatan Penebel. 33. 24 Persentase dan peringkat prioritas rumah tangga tanpa akses listrik pada desa-desa di wilayah Kecamatan Kediri. 33. 25 Persentase dan peringkat prioritas rumah tangga tanpa akses listrik pada desa-desa di wilayah Kecamatan Tabanan. 34. 26 Persentase dan peringkat prioritas rumah tangga tanpa akses listrik pada desa-desa di wilayah Kecamatan Marga. 35. 27 Persentase dan peringkat prioritas rumah tangga tanpa akses listrik pada desa-desa di wilayah Kecamatan Baturiti. 35. 28 Persentase dan peringkat prioritas rumah tangga tanpa akses listrik pada desa-desa di wilayah Kecamatan Penebel. 36. 29 Rata-rata dan prioritas lama sekolah perempuan di atas 15 tahun pada desa-desa di wilayah Kecamatan Kediri. 40. 30 Rata-rata dan prioritas lama sekolah perempuan di atas 15 tahun pada desa-desa di wilayah Kecamatan Tabanan. 41. 31 Rata-rata dan prioritas lama sekolah perempuan di atas 15 tahun pada desa-desa di wilayah Kecamatan Marga. 41. 32 Rata-rata dan prioritas lama sekolah perempuan di atas 15 tahun pada desa-desa di wilayah Kecamatan Baturiti. 42. vi.
(8) 33 Rata-rata dan prioritas lama sekolah perempuan di atas 15 tahun pada desa-desa di wilayah Kecamatan Penebel. 42. 34 Persentase dan prioritas rumah tangga tanpa akses ke air bersih pada desa-desa di wilayah Kecamatan Kediri. 45. 35 Persentase dan prioritas rumah tangga tanpa akses ke air bersih pada desa-desa di wilayah Kecamatan Tabanan. 46. 36 Persentase dan prioritas rumah tangga tanpa akses ke air bersih pada desa-desa di wilayah Kecamatan Marga. 46. 37 Persentase dan prioritas rumah tangga tanpa akses ke air bersih pada desa-desa di wilayah Kecamatan Baturiti. 47. 38 Persentase dan prioritas rumah tangga tanpa akses ke air bersih pada desa-desa di wilayah Kecamatan Penebel. 48. 39 Rasio dan prioritas jumlah penduduk per tenaga kesehatan terhadap tingkat kepadatan penduduk pada desa-desa di wilayah Kecamatan Kediri 40 Rasio dan prioritas jumlah penduduk per tenaga kesehatan terhadap tingkat kepadatan penduduk pada desa-desa di wilayah Kecamatan Tabanan. 49 50. 41 Rasio dan prioritas jumlah penduduk per tenaga kesehatan terhadap tingkat kepadatan penduduk pada desa-desa di wilayah Kecamatan Marga. 51. 42 Rasio dan prioritas jumlah penduduk per tenaga kesehatan terhadap tingkat kepadatan penduduk pada desa-desa di wilayah Kecamatan Baturiti. 52. 43 Rasio dan prioritas jumlah penduduk per tenaga kesehatan terhadap tingkat kepadatan penduduk pada desa-desa di wilayah Kecamatan Penebel. 53. 44 Persentase dan prioritas prioritas balita stunting pada desadesa di wilayah Kecamatan Kediri. 54. 45 Persentase dan prioritas prioritas balita stunting pada desadesa di wilayah Kecamatan Tabanan. 55. 46 Persentase dan prioritas prioritas balita stunting pada desadesa di wilayah Kecamatan Marga. 56. 47 Persentase dan prioritas prioritas balita stunting pada desadesa di wilayah Kecamatan Baturiti. 56. 48 Persentase dan prioritas prioritas balita stunting pada desadesa di wilayah Kecamatan Penebel. 57. 49 Rata-rata usia harapan hidup dan prioritas derajat kesehatan penduduk pada desa-desa di wilayah Kecamatan Kediri. 58. 50 Rata-rata usia harapan hidup dan prioritas derajat kesehatan. 60. vii.
(9) penduduk pada desa-desa di wilayah Kecamatan Tabanan 51 Rata-rata usia harapan hidup dan prioritas derajat kesehatan penduduk pada desa-desa di wilayah Kecamatan Marga. 60. 52 Rata-rata usia harapan hidup dan prioritas derajat kesehatan penduduk pada desa-desa di wilayah Kecamatan Baturiri. 61. 53 Rata-rata usia harapan hidup dan prioritas derajat kesehatan penduduk pada desa-desa di wilayah Kecamatan Penebel. 62. 54 Besaran indeks, peringkat dan sebaran prioritas ketahanan pangan desa-desa di Kecamatan Kediri.. 64. 55 Besaran indeks, peringkat dan sebaran prioritas ketahanan pangan desa-desa di Kecamatan Tabanan. 65. 56 Besaran indeks, peringkat dan sebaran prioritas ketahanan pangan desa-desa di Kecamatan Marga. 66. 57 Besaran indeks, peringkat dan sebaran prioritas ketahanan pangan desa-desa di Kecamatan Baturiti. 67. 58 Besaran indeks, peringkat dan sebaran prioritas ketahanan pangan desa-desa di Kecamatan Penebel. 69. viii.
(10) DAFTAR GAMBAR. Gambar 1.. Kerangka Konsep Ketahanan Pangan (WPF,2009). ix. 3.
(11) BAB I.. PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Ketahanan pangan merupakan komponen tak terpisahkan dari ketahanan nasional, dimana ketahanan nasional berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia yang baik dapat tercapai apabila setiap individu dalam rumah tangga mendapat asupan pangan dalam jumlah yang cukup, aman, dan bergizi secara berkelanjutan yang pada gilirannya akan meningkatkan status kesehatan dan memberikan kesempatan agar setiap individu mencapai potensi maksimumnya. Kondisi masyarakat yang sehat akan mendongkrak kinerja fisik, intelektual dan kreativitas sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi, memperkuat daya saing bangsa dan memiliki buffer terhadap krisis. Berdasarkan hal ini, pembangunan dibidang ketahahan memiliki peran penting sebagai penentu pencapaian visi Pemerintah Kabupaten Tabanan yakni terwujudnya masyarakat Tabanan yang sejahtera, aman dan berprestasi (SERASI). Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan telah melaksanakan pembangunan secara berkelanjutan yang tidak saja menekankan pada bidang infratsruktur melainkan juga memberikan perhatian yang sungguhsungguh terhadap pembangunan bidang SDM. Berbagai program inovasi telah dilaksanakan secara berkelanjutan diberbagai sektor serta berbagai macam penghargaan telah didapatkan atas prestasinya dalam melaksanakan pembangunan untuk mensejahterakan masyarakatnya. Dalam upaya menciptakan sinergitas program pembangunan baik pada level provinsi maupun nasional, seluruh SKPD di lingkungan Pemkab Tabanan senantiasa berupaya bersikap responsif terhadap tuntutan kebutuhan stakeholders. Salah satu agenda penting dalam pelaksanaan pembangunan Kabupaten Tabanan di masa datang adalah dibidang ketahahan pangan (Renstra Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Tabanan 2016-2021). Pangan dipandang sebagai komoditas penting dan strategis bagi masyarakat Tabanan mengingat pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi oleh pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat secara bersama-sama seperti diamanatkan oleh Undang-Undang (UU) No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Penyelenggaraan pangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat secara adil, merata, dan berkelanjutan berdasarkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan ketahanan pangan. Terdapat tiga alasan yang mendasari pentingnya pemenuhan pangan, yaitu: (1) pemenuhan pangan merupakan hak asasi bagi setiap insan manusia (tertera dalam UU No. 18 Tahun 1. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018.
(12) 2012 tentang pangan), (2) kualitas pangan yang dikonsumsi berkontribusi terhadap upaya pembentukan manusia yang berkualitas, dan (3) ketahanan pangan bagi setiap rumah tangga merupakan prasyarat utama terwujudnya ketahanan ekonomi dan ketahanan nasional. Tanpa dukungan pangan yang cukup dan bermutu, tidak mungkin Visi Tabanan berprestasi dapat diwujudkan. Dalam rangka mengantisipasi, mencegah dan menangani persoalan rawan pangan dan gizi buruk harus didukung oleh informasi ketahanan pangan yang akurat, komprehensif, dan tertata dengan baik. Informasi ketahanan pangan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu instrumen untuk mengelola krisis pangan dalam rangka upaya perlindungan/penghindaran dari krisis pangan dan gizi baik jangka pendek, menengah maupun panjang. Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi, dimana Pasal 75 mengamanatkan Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya berkewajiban membangun, menyusun, dan mengembangkan Sistem Informasi Pangan dan Gizi yang terintegrasi, yang dapat digunakan untuk perencanaan, pemantauan dan evaluasi, stabilisasi pasokan dan harga pangan serta sebagai sistem peringatan dini terhadap masalah pangan dan kerawanan pangan dan gizi. Informasi tentang ketahanan dan kerentanan pangan penting untuk memberikan informasi kepada para pembuat keputusan dalam pembuatan program dan kebijakan, baik di tingkat pusat maupun tingkat lokal, untuk lebih memprioritaskan intervensi dan program berdasarkan kebutuhan dan potensi dampak kerawanan pangan yang tinggi. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan yang mantap dan berkelanjutan di Kabupaten Tabanan, diperlukan mekanisme untuk menilai prestasi, kekuatan dan kelemahan atas upaya yang telah dilakukan serta untuk memperbaiki upaya yang akan dilakukan. Salah satu mekanisme dimaksud dituangkan dalam wujud Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food Security and Vulnerability Atlas – FSVA). Sehubungan dengan hal ini, sebagai langkah awal Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Tabanan melaksanakan kegiatan penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentana Pangan untuk memetakan situasi ketahanan dan kerentanan pangan yang mecakup 73 buah desa yang berada di 5 (lima) wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Kediri, Tabanan, Marga, Baturiti dan Kecamatan Penebel. Kegiatan ini dilaksanakan bekerjasama dengan Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana mengacu pada perjanjian kerjasama Pemerintah Kabupaten Tabanan dengan Universitas Udayana Nomor : 415.4/2612/T.Pem – 6994/UN14/KS/2015, tertanggal 14 Desember 2015. 1.2. Konsep Ketahanan Pangan dan Gizi UU No. 18 tahun 2012 mendefinisikan Ketahanan Pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun 2. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018.
(13) mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Analisis dan pemetaan FSVA dilakukan berdasarkan pada pemahaman mengenai ketahanan dan kerentanan pangan dan gizi seperti yang tercantum dalam Kerangka Konsep Ketahanan Pangan dan Gizi (GAMBAR 1). Kerangka konseptual tersebut dibangun berdasarkan tiga pilar ketahanan pangan - ketersediaan pangan, akses pangan dan pemanfaatan pangan, serta mengintegrasikan gizi dan kerentanan di dalam keseluruhan pilar tersebut.. GAMBAR 1. Kerangka Konsep Ketahanan Pangan (WPF,2009) Ketersediaan pangan adalah kondisi tersedianya pangan dari hasil produksi dalam negeri, cadangan pangan, serta pemasukan pangan (termasuk didalamnya impor dan bantuan pangan) apabila kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Ketersediaan pangan dapat dihitung pada tingkat nasional, regional, kecamatan dan tingkat masyarakat.. 3. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018.
(14) Akses pangan adalah kemampuan rumah tangga untuk memperoleh cukup pangan yang bergizi, melalui satu atau kombinasi dari berbagai sumber seperti: produksi dan persediaan sendiri, pembelian, barter, hadiah, pinjaman dan bantuan pangan. Pangan mungkin tersedia di suatu daerah tetapi tidak dapat diakses oleh rumah tangga tertentu jika mereka tidak mampu secara fisik, ekonomi atau sosial, mengakses jumlah dan keragaman makanan yang cukup. Pemanfaatan pangan merujuk pada penggunaan pangan oleh rumah tangga dan kemampuan individu untuk menyerap dan memetabolisme zat gizi. Pemanfaatan pangan juga meliputi cara penyimpanan, pengolahan dan penyiapan makanan, keamanan air untuk minum dan memasak, kondisi kebersihan, kebiasaan pemberian makan (terutama bagi individu dengan kebutuhan makanan khusus), distribusi makanan dalam rumah tangga sesuai dengan kebutuhan individu (pertumbuhan, kehamilan dan menyusui), dan status kesehatan setiap anggota rumah tangga. Mengingat peran yang besar dari seorang ibu dalam meningkatkan profil gizi keluarga, terutama untuk bayi dan anak-anak, pendidikan ibu sering digunakan sebagai salah satu proxy untuk mengukur pemanfaatan pangan rumah tangga. Dampak gizi dan kesehatan merujuk pada status gizi individu, termasuk defisiensi mikronutrien, pencapaian morbiditas dan mortalitas. Faktorfaktor yang berhubungan dengan pangan, serta praktek- praktek perawatan umum, memiliki kontribusi terhadap dampak keadaan gizi pada kesehatan masyarakat dan penanganan penyakit yang lebih luas. Kerentanan dalam peta ini selanjutnya merujuk pada kerentanan terhadap kerawanan pangan dan gizi. Tingkat kerentanan individu, rumah tangga atau kelompok masyarakat ditentukan oleh pemahaman terhadap faktor-faktor risiko dan kemampuan untuk mengatasi situasi tertekan. Kerangka konseptual ketahanan pangan dan gizi menganggap ketersediaan pangan, akses pangan dan pemanfaatan pangan sebagai penentu utama ketahanan pangan dan menghubungkan hal ini dengan kepemilikan aset rumah tangga, strategi mata pencaharian dan lingkungan politik, sosial, kelembagaan dan ekonomi. Status ketahanan pangan dari setiap rumah tangga atau individu biasanya ditentukan oleh interaksi berbagai faktor agro-lingkungan, sosial ekonomi dan biologi, dan sampai batas tertentu faktor- faktor politik. Kerawanan pangan dapat menjadi kondisi yang kronis atau transien. Kerawanan pangan kronis adalah ketidakmampuan jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan pangan minimum dan biasanya berhubungan dengan struktural dan faktor-faktor yang tidak berubah dengan cepat, seperti iklim setempat, jenis tanah, sistem pemerintahan daerah, infrastruktur publik, sistim kepemilikan lahan, distribusi pendapatan dan mata pencaharian, hubungan antar suku, tingkat pendidikan, sosial budaya/adat istiadat dll. Kerawanan pangan transien adalah ketidakmampuan sementara yang. 4. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018.
(15) bersifat jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan pangan minimum yang sebagian besar berhubungan dengan faktor dinamis yang dapat berubah dengan cepat/tiba-tiba seperti penyakit menular, bencana alam, pengungsian, perubahan fungsi pasar, tingkat hutang dan migrasi. Perubahan faktor dinamis tersebut umumnya menyebabkan kenaikan harga pangan yang lebih mempengaruhi penduduk miskin dibandingkan penduduk kaya, mengingat sebagian besar dari pendapatan penduduk miskin digunakan untuk membeli makanan. Kerawanan pangan transien yang berulang dapat menyebabkan kerawanan aset rumah tangga, menurunnya ketahanan pangan dan akhirnya dapat menyebabkan kerawanan pangan kronis. 1.3. Metodologi 1.3.1 Indikator FSVA Indikator Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan dapat digolongkan ke dalam dua komponen: Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan d a n G i z i Kronis, yang dicerminkan melalui indikator ketersediaan pangan, indikator akses terhadap pangan serta pemanfaatan pangan (9 indikator). Ringkasan indikator FSVA disajikan pada TABEL 1. TABEL 1. Ringkasan Indikator FSVA Kabupaten Tabanan Indikator A. Aspek Ketersedian Pangan 1. Rasio konsumsi normatif per kapita terhadap ketersediaan bersih “beras + jagung + ubi jalar + ubi kayu”. Definisi. Sumber Data. Rasio konsumsi normatif per kapita terhadap ketersediaan bersih serealia (padi, jagung, ubi kayu dan ubi jalar). Konsumsi normatif serealia adalah 300 gram/kapita/hari.. Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan (Angkta Tetap Tahun 20152017). B. Aspek Akses terhadap Pangan 2. Persentase penduduk yang hidup di bawah Garis Kemiskinan. 3. Persentase rumah tangga dengan proporsi pengeluaran untuk pangan lebih dari 65 persen terhadap total pengeluaran. 5. Garis kemiskinan adalah nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi standar minimum kebutuhankebutuhan konsumsi pangan dan non pangan yang dibutuhkan oleh seorang individu untuk hidup secara layak Persentase rumah tangga dengan proporsi pengeluaran untuk makanan lebih dari 65% dibandingkan dengan total pengeluaran rumah tangga. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018. Profil Desa-desa di seluruh Kabupaten Taban (2017). Profil Desa-desa di seluruh Kabupaten Taban (2017).
(16) Indikator. Definisi. Sumber Data. (makanan dan nonmakanan) 4. Persentase rumah tangga tanpa akses listrik. Persentase rumah tangga yang tidak memiliki akses terhadap listrik dari PLN dan/atau non PLN, misalnya generator.. Aspek Pemanfaatan Pangan 5. Rata-rata lama sekolah Jumlah tahun yang perempuan diatas 15 tahun digunakan oleh penduduk perempuan berusia 15 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal 6. Persentase rumah tangga Persentase rumah tangga tanpa akses ke air bersih yang tidak memiliki akses ke air minum yang berasal dari leding meteran, leding eceran, sumur bor/pompa, sumur terlindung, mata air terlindung dan air hujan (tidak termasuk air kemasan) dengan memperhatikan jarak ke jamban minimal 10 m. 7.. Rasio jumlah penduduk per tenaga kesehatan terhadap kepadatan penduduk. 8. Persentase balita dengan tinggi badan di bawah standar (stunting). 9. Angka harapan hidup pada saat lahir. 6. Profil Desa-desa di seluruh Kabupaten Taban (2017). Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Tabanan (2017) Profil Desa-desa di seluruh Kabupaten Taban (2017). Total jumlah penduduk per jumlah tenaga kesehatan (dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, dan tenaga keteknisian medis) dibandingkan dengan kepdatan penduduk. PuskesmasPuskesmas Di Wilayah Kab. Tabanan (2017). Anak dibawah lima tahun yang tinggi badannya kurang dari – 2 stadar deviasi (-2 SD) dengan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) dari referensi khusus untuk tinggi badan terhadap usia dan jenis kelamin (standar WHO, 2005) Perkiraan lama hidup ratarata bayi baru lahir dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas sepanjang hidupnya.. PuskesmasPuskesmas Di Wilayah Kab. Tabanan (2017). STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018. PuskesmasPuskesmas Di Wilayah Kab. Tabanan (2017).
(17) 1.3.2. Penentuan Range Indikator Penentuan jumlah range indikator individu menggunakan metode sebaran empiris atau mengikuti pengelompokkan yang sudah ditetapkan aturan nasional atau internasional yang berlaku. Penetapan range delapan indikator mengikuti pola sebaran empiris. Satu indikator yaitu presentase balita stunting mengikuti aturan World Health Organization (WHO). Klasifikasi penentuan range indikator tercantum pada TABEL 2. TABEL 2. Range tiap-tiap indikator ketahanan pangan Indikator A. Aspek Ketersedian Pangan 1. Rasio konsumsi normatif per kapita terhadap ketersediaan pangan. Range ≥ 1,50 1,25 - < 1,50 1,00 - < 1,25 0,75 - < 1,00 0,50 - < 0,75 < 0,50. B. Aspek Akses terhadap Pangan 2. Persentase penduduk yang hidup di bawah Garis Kemiskinan. 3. Persentase rumah tangga dengan proporsi pengeluaran untuk pangan lebih dari 65 persen terhadap total pengeluaran. 4. Persentase rumah tangga tanpa akses listrik. C. Aspek Pemanfaatan Pangan 5.. Rata-rata lama sekolah perempuan diatas 15 tahun. 6. Persentase rumah tangga tanpa akses ke air bersih. 7. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018. ≥ 35 25 - < 35 20 - < 25 15 - < 20 10 - < 15 < 10 ≥ 50 40 - < 50 30 - < 40 20 - < 30 10 - < 20 < 10 ≥ 50 40 - < 50 30 - < 40 20 - < 30 10 - < 20 < 10. <6 6 - < 6,5 6,5 - < 7,5 7,5 - < 8,5 8,5 - < 9 ≥9 ≥ 70.
(18) Indikator. Range 60 - < 70 50 - < 60 40 - < 50 30 - < 40 < 30. 7.. 1.3.3. Rasio jumlah penduduk per tenaga kesehatan terhadap kepadatan penduduk. ≥ 30 20 - < 30 15 - < 20 10 - < 15 5 - < 10 <5. 8. Persentase balita dengan tinggi badan di bawah standar (stunting). ≥ 40 30 - < 39 20 - < 29 < 20. 9. Angka harapan hidup. ≤ 58 >58 - 61 > 61 - 64 > 64 - 67 > 67 - 70 ≥ 70. Metode Pembobotan Indeks gabungan (komposit) yang berguna dalam merangkum data dari 9 indikator kerawanan pangan kronis sehingga menjadi satu kesatuan kesimpulan yang berguna dalam pengambilan kebijakan. Indeks komposit akan memberikan kemudahan dalam mengkomunikasikan hasil analisis dibandingkan dengan mengkomunikasikan setiap indikator satu per satu. Perhitungan komposit untuk wilayah desa menggunakan seluruh aspek ketahanan pangan FSVA (ketersediaan, akses dan pemanfaatan pangan) Situasi ketahanan pangan di Kabupaten Tabanan dinilai berdasarkan data dari sembilan indikator FSVA. Estimasi bobot masing-masing indikator menggunakan kesepakatan para ahli (expert judgment) yang didasarkan pada persepesi ahli terhadap kontribusi dan peranan dari masing-masing indikator dalam mempengaruhi status ketahanan pangan suatu wilayah. Adapun bobot dari masing-masing indikator yang digunakan dalam analisis ini adalah seperti pada TABEL 3.. 8. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018.
(19) TABEL 3. Bobot tiap-tiap indikator dalam mempengaruhi status ketahanan pangan suatu wilayah No Indikator. Bobot (%). 1 Rasio konsumsi normative terhadap ketersediaan bersih serealia. 30. 2 Persentase penduduk hidup di bawah garis kemiskinan. 15. 3 Persentase rumah tangga dengan proporsi pengeluaran untuk pangan lebih dari 65% dibadnignkan total pengeluaran. 7,5. 4 Persentase rumah tangga tanpa akses listrik. 7.5. 5 Persentase rumha tangga tanpa akses ke air bersih. 15. 6 Angka harapan hidup. 10. 7 Rasio penduduk per tenaga kesehatan terhadap kepadatan penduduk. 5. 8 Rata-rata lama sekolah perempuan di atas 15 tahun. 5. 9 Persentase balita pedek (stunting). 5. Total. 100. 1.3.4 Tahapan Penyusunan FSVA Dalam rangka penyusunan FSVA Kabupaten Tabanan 2018, maka perlu dibentuk Tim Penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan. Tim ini terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Pelaksana. Tim Pengarah yaitu Dinas Ketahanan Pangan Pemerintah Kabupaten Tabanan, Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Bali dan Badan Ketahanan Pangan, Kementrian Pertanian. Tim Pelaksana yaitu Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana. Tugas Tim Pengarah sebagai berikut : Memberikan arahan kepada Tim Pelaksana dalam melakukan penetapan indikator dan metodologi FSVA; Tugas Tim Pelaksana sebagai berikut : 1. Melakukan pertemuan penetapan metodologi dan indikator FSVA; 2. Melakukan konsolidasi, kompilasi dan analisis data indikator FSVA; 3. Menyusun laporan penyusunan FSVA; 4. Mengolah dan menganalisis data dari indikator ketahanan dan kerentanan pangan sebagai bahan penyusunan FSVA; 5. Melakukan pertemuan koordinasi ketersediaan data yang 9. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018.
(20) melibatkan pemangku kepentingan; dan 6. Melakukan pertemuan validasi data dan penyusunan FSVA. Penyusunan FSVA dilaksanakan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Pembentukan Tim Penyusunan FSVA; 2. Pertemuan teknis untuk mereview ketersediaan data; 4. Pengumpulan data untuk tingkat kecamatan dan desa; 5. Workshop untuk mereview data yang telah tersedia; 6. Analisa data dan pembuatan peta; 7. Workshop validasi hasil awal untuk mereview data/tabel dan peta yang dihasilkan; 8. Pembuatan draft laporan FSVA; 9. Penyelesaian Laporan FSVA; 10. Pencetakan Laporan FSVA; dan 11. Launching FSVA.. 10. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018.
(21) BAB II.. 2.1. KETERSEDIAAN PANGAN. Definisi Ketersediaan Pangan Ketersedian pangan adalah ketersedian pangan secara fisik di suatu wilayah dari segala sumber, baik itu produksi pangan domestik (netto), perdagangan pangan dan bantuan pangan. Ketersedian pangan ditentukan oleh produksi pangan di wilayah tersebut, perdagangan pangan melalui mekansime pasar di wilayah tersebut, stok yang dimiliki oleh pedagang dan cadangan pemerintah, dan bantuan pangan dari pemerintah atau organisasi lainnya. Asprk ketersedian pangan dalam penyusunan FSVA Kabupaten Tabanan didekati hanya pangan wilayah. Pangan meliputi produk serealia dan produk hortikultura lainnya. Karena porsi utama dari kebutuhan kalori berasal dari sumber pangan karbohidrat, yaitu sekitar separuh dari dari kebutuhan energy per orang per hari, maka yang digunakan dalam analisis kecukupan pangan adalah karbohidrat yang berasal dari produksi pangan pokok serealia, yaitu padi, jagung, ubi kayu dan ubi jalar.. 2.2. Produksi Netto Pangan Serealia Kabupaten Tabanan merupakan sentra pangan di Provinsi Bali, bahkan secara umum Kabupaten Tabanan merupakan Kabupaten yang terbesar kontribusinya dalam penyediaan pangan sehinga dikenal dengan sebutan Lumbung Berasnya Bali. Pembangunan dalam peningkatan produksi paangan di Kabupaten Tabanan sekaligus merupakan suatu penyediaan pangan secara nasional. Penghitungan netto pangan serealia per desa di wilayah Kabupaten Tabanan menggunakan data yang bersumber dari Angka Tetap (ATAP) dari Dinas Pertanian periode tahun 2015, 2016 dan 2017 dan telah memperhitungan faktor konversi nasional untuk masing-masing komoditi padi, jagung, ubi kayu dan ubi jalar. . Kecamatan Kediri. Produksi netto pangan serealia per tahun desa-desa di wilayah Kecamatan Kediri disajikan pada TABEL 4. Rataan produksi pangan netto serealian desa-desa di wilayah Kecamatan Kediri, yaitu 997,1 ton per tahun. Produksi terendah terdapat di Desa Pejaten, sebaliknya produksi tertinggi terdapat di Desa Beraban. Desa-desa yang produksinya diatas rataan adalah Desa Abian Tuwung, Desa Banjar. 11. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018.
(22) Anyar, Desa Bengkel, Desa Beraban, Desa Kaba-Kaba, Desa Nyitdah, dan Desa Pandak Gede. TABEL 4. Produksi netto pangan serealia per tahun desa-desa di wilayah Kecamatan Kediri. No Nama Desa 1 Abian Tuwung 2 Banjar Anyar 3 Belalang 4 Bengkel 5 Beraban 6 Buwit 7 Cepaka 8 Kaba-Kaba 9 Kediri 10 Nyambu 11 Nyitdah 12 Pandak Bandung 13 Pandak Gede 14 Pangkung Tibah 15 Pejaten Rataan Minimum Maksimum . Jumlah (ton) 1,415.8 1,231.0 745.5 1,187.2 1,649.3 656.7 573.9 1,598.4 1,490.9 939.2 1,303.6 595.3 1,010.6 558.8 0.0 997.1 0.0 1,649.3. Kecamatan Tabanan. Produksi netto pangan serealia per tahun desa-desa di wilayah Kecamatan Tabanan disajikan pada TABEL 5. Rataan produksi pangan netto serealian desa-desa di wilayah Kecamatan Tabanan, yaitu 990,6 ton per tahun. Produksi terendah terdapat di Desa Delod Peken, sebaliknya produksi tertinggi terdapat di Desa Sudimara. Desa-desa yang produksinya diatas rataan adalah Desa Boongan, Desa Gubug, Desa Sudimara, Desa Tunjuk dan Desa Wanasari. TABEL 5. Produksi netto pangan serealia per tahun desa-desa di wilayah Kecamatan Tabanan No Nama Desa 1 Boongan 2 Buahan 3 Dauh Peken 4 Dajan Peken 5 Delod Peken. 12. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018. Jumlah (ton) 1,474.5 821.5 509.5 188.3 65.5.
(23) No Nama Desa 6 Denbantas 7 Gubug 8 Sesandan 9 Subamia 10 Sudimara 11 Tunjuk 12 Wanasari Rataan Minimum Maximum . Jumlah (ton) 840.0 1,982.1 696.5 413.7 2,490.0 1,221.2 1,184.8 990.6 65.5 2,490.0. Kecamatan Marga. Produksi netto pangan di wilayah Kecamatan Marga disajikan pada TABEL 6. Rataan produksi pangan netto serealian desa-desa di wilayah Kecamatan Marga, yaitu 794,0 ton per tahun. Produksi terendah terdapat di Desa Peken Belayu, sebaliknya produksi tertinggi terdapat di Desa Kukuh. Desa-desa yang produksinya diatas rataan adalah Desa Batannyuh, Desa Kukuh, Desa Marga Dauh Puri, Desa Payangan, Desa Petiga, Desa Tegaljadi, Desa Tua dan Desa Baru. . TABEL 6. Produksi netto pangan serealia per tahun desa-desa di wilayah Kecamatan Marga No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16. Nama Desa Batannyuh Beringkit Caubelayu Geluntung Kukuh Kuwum Marga Marga Dajan Puri Marga Dauh Puri Payangan Peken Belayu Petiga Selanbawak Tegaljadi Tua Baru Rataan Minimum Maximum. 13. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018. Jumlah (ton) 1,290.2 469.7 525.1 508.9 1,306.0 396.8 587.8 692.6 1,135.7 891.9 347.9 811.3 612.4 960.5 1,121.3 1,045.1 794.0 347.9 1,306.0.
(24) . Kecamatan Baturiti. Produksi netto pangan serealia per tahun desa-desa di wilayah Kecamatan Baturiti disajikan pada TABEL 7. Rataan produksi pangan netto serealian desa-desa di wilayah Kecamatan Baturiti, yaitu 785,0 ton per tahun. Produksi terendah terdapat di Desa Candikuning, sebaliknya produksi tertinggi terdapat di Desa Luwus. Desa-desa yang produksinya diatas rataan adalah Desa Angseri, Desa Apuan, Desa Luwus, Desa Mekarsari, dan Desa Perean. . TABEL 7. Produksi netto pangan serealia per tahun desa-desa di wilayah Kecamatan Baturiti No Nama Desa 1 Angseri 2 Antapan 3 Apuan 4 Bangli 5 Batunya 6 Baturiti 7 Candikuning 8 Luwus 9 Mekarsari 10 Perean 11 Perean Kangin 12 Perean Tengah Rataan Minimum Maximum . Jumlah (ton) 1,346.0 634.5 939.7 380.8 425.4 667.7 0.0 1,490.5 943.0 1,054.2 781.1 757.3 785.0 0.0 1,490.5. Kecamatan Penebel. Produksi netto pangan serealia per tahun desa-desa di wilayah Kecamatan Penebel disajikan pada TABEL 8. Rataan produksi pangan netto serealian desa-desa di wilayah Kecamatan Penebel, yaitu 1362,6 ton per tahun. Produksi terendah terdapat di Desa Penebel, sebaliknya produksi tertinggi terdapat di Mangeste. Desa-desa yang produksinya diatas rataan adalah Desa Babahan, Desa Biaun, Desa Jatiluwih, Desa Mengeste, Desa Pesagi, Desa Riang Gede, Desa Senganan, Desa Tengkudak, dan Desa Wongaya Gede. TABEL 8. Produksi netto pangan serealia per tahun desa-desa di wilayah Kecamatan Penebel No Nama Desa 1 Babahan. 14. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018. Jumlah (ton) 2,049.6.
(25) No 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18. Nama Desa Biaung Buruan Jatiluwih Jegu Mengeste Penatahan Penebel Pesagi Pitra Rejasa Riang Gede Sangketan Senganan Tajen Tegalinggah Tengkudak Wongaya Gede Rataan Minimum Maximum. Jumlah (ton) 1,447.3 1,103.6 1,748.1 1,137.5 2,102.7 1,053.1 573.7 1,476.9 1,108.5 1,150.4 1,680.1 997.4 1,775.0 893.4 603.9 1,558.0 2,068.3 1,362.6 573.7 2,102.7. Rasio Konsumsi Normatif Per Kapita terhadap Ketersediaan Pangan Netto Serealia. 2.3. Rasio konsumsi normative terhadap ketersediaan netto pangan serealia per kapita per hari adalah merupakan petunjuk kecukupan pangan pada suatu wilayah. Konsumsi normative didefinsikan sebagai jumlah paangan serealia yang harus dikonsumsi oleh seseorang per hari untuk memperoleh kilo kalori energy serealia. Pola konsumsi pangan menunjukkan bahwa hampir 50% dari kebutuhan total kalori berasal dari serealia. Standar kebutuhan kalori per kapita per hari 2.150 kkal, dan untuk mencapai 50% kebutuhan kalori dari serealia dan umbi-umbian (menurut angka Pola Pangan Harapan), maka seseorang harus mengkonsumsi kurang dari 300 gram serealia per hari. Oleh karena itu dalam analisis ini, dipakai 300 gram per kapita per hari sebagai nilai konsumsi normatif (konsumsi yang direkomendasikan). Berdasarkan Nilai Cnorm ini selanjutnya dapatlah dihitung besaran Net Consumption Per Capita Ratio (NCPR) dengan cara membagi angka Cnorm dengan angka ketersedian Netto Pangan Serealia Per Kapita Perhari untuk setiap wilayah desa. Jika nilai NCPR ≥ 1.00, maka desa terebut defisit pangan serealia. Atau kebutuhan konsumsi normative tidak bisa dipenuhi dari produksi bersih serealia serta umbi-umbian yang tersedia di desa. 15. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018.
(26) tersebut. Dan sebaliknya, bila nilai NCPR <1.00, maka menunjukkan kondisi surplus pangan serealia di desa yang bersangkutan. . Kecamatan Kediri Nilai dan perioritas rasio konsumsi normatif per kapita terhadap ketersediaan pangan netto serealia (NCPR) desa-desa di wilayah Kecamatan Kediri disajikan pada Tabel 9. Rataan angka NCPR sebesar 0,63 mengambarkan secara umum desa-desa di wilayah Kecamatan Kediri dalam situasi surplus pangan karena nilai NCPR <1,00. Akan tetapi ada satu desa yang mengalami defisit pangan yaitu Desa Pejaten.. TABEL 9. Nilai dan Peringkat NCPR desa-desa di wilayah Kecamatan Kediri No Nama Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15. Abian Tuwung Banjar Anyar Belalang Bengkel Beraban Buwit Cepaka Kaba-Kaba Kediri Nyambu Nyitdah Pandak Bandung Pandak Gede Pangkung Tibah Pejaten Rataan Minimum Maksimum. NCPR 0.87 1.31 0.42 0.20 0.43 0.46 0.42 0.49 0.75 0.40 0.37 0.48 0.64 0.26 2.00 0.63 0.20 2.00. Prioritas NCPR 4 2 6 6 6 6 6 6 4 6 6 6 5 6 1. Berdasarkan penilaian terhadap peringkat prioritas, terdapat 10 desa yang beperingkat prioritas 6 yang berarti ketahanan pangannya sangat baik dan sisanya ada 5 desa yang peringkat prioritasnya kurang dari 6, yaitu Desa Abian Tuwung, Desa Banjar Anyar, Desa Kediri, Desa Pandak Gede dan Desa Pejaten. . Kecamatan Tabanan. Nilai dan perioritas rasio konsumsi normatif per kapita terhadap ketersediaan pangan netto serealia (NCPR) desa-desa di wilayah 16. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018.
(27) Kecamatan Tabanan disajikan pada Tabel 10. Rataan angka NCPR sebesar 1, 40 mengambarkan secara umum desa-desa di wilayah Kecamatan Kediri dalam situasi tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan penduduknya dari produksi domestiknya (defisit) pangan karena nilai NCPR >1,00. Desa-desa yang mengalami defisit pangan yaitu Desa Dajan Peken, Desa Dauh Peken, dan Desa Delod Peken. TABEL 10. Nilai dan Peringkat NCPR desa-desa di wilayah Kecamatan Tabanan No Nama Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12. NCPR. Boongan Buahan Dajan Peken Dauh Peken Delod Peken Denbantas Gubug Sesandan Subamia Sudimara Tunjuk Wanasari Rataan Minimum Maksimum. 0.54 0.35 5.28 2.82 5.00 0.80 0.26 0.22 0.62 0.29 0.43 0.22 1.40 0.22 5.28. Prioritas NCPR 5 6 1 1 1 4 6 6 5 6 6 6. Berdasarkan penilaian terhadap peringkat prioritas, terdapat 6 desa yang beperingkat prioritas 6 yang berarti ketahanan pangannya sangat baik dan sisanya ada 6 desa yang peringkat prioritasnya kurang dari 6, yaitu Desa Boongan, Desa Dajan Peken, Desa Dauh Peken, dan Desa Delod Peken, Desa Denbatas, dan Desa Subamia. . Kecamatan Marga. Nilai dan perioritas rasio konsumsi normatif per kapita terhadap ketersediaan pangan netto serealia (NCPR) desa-desa di wilayah Kecamatan Marga disajikan pada Tabel 8. Rataan angka NCPR sebesar 0, 47 mengambarkan secara umum desa-desa di wilayah Kecamatan Marga dalam situasi dapat memenuhi kebutuhan pangan penduduknya dari produksi domestiknya (surplus) pangan karena nilai NCPR <1,00. Terdapat satu desa yang mengalami defisit pangan yaitu Desa Peken Belayu.. 17. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018.
(28) TABEL 11. Nilai dan Peringkat NCPR desa-desa di wilayah Kecamatan Marga No Nama Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16. NCPR. Baru Batannyuh Beringkit Caubelayu Geluntung Kukuh Kuwum Marga Marga Dajan Puri Marga Dauh Puri Payangan Peken Belayu Petiga Selanbawak Tegaljadi Tua Rataan Minimum Maksimum. 0.23 0.21 0.49 0.58 0.34 0.46 0.81 0.59 0.33 0.21 0.42 1.00 0.24 0.66 0.27 0.27 0.47 0.21 1.00. Prioritas NCPR 6 6 6 5 6 6 4 5 6 6 6 3 6 5 6 6. Berdasarkan penilaian terhadap peringkat prioritas, terdapat 11 desa yang beperingkat prioritas 6 yang berarti ketahanan pangannya sangat baik dan sisanya ada 5 desa yang peringkat prioritasnya kurang dari 6, yaitu Desa Caubelayu, Desa Kuwum, Desa Marga, Desa Peken Belayu dan Desa Selanbawak. . Kecamatan Baturiti. Nilai dan perioritas rasio konsumsi normatif per kapita terhadap ketersediaan pangan netto serealia (NCPR) desa-desa di wilayah Kecamatan Baturiti disajikan pada Tabel 12. Rataan angka NCPR sebesar 0, 74 mengambarkan secara umum desa-desa di wilayah Kecamatan Baturiti dalam situasi dapat memenuhi kebutuhan pangan penduduknya dari produksi domestiknya (surplus) pangan karena nilai NCPR <1,00. Terdapat 3 desa yang mengalami defisit pangan serealia yaitu Desa Bangli, Desa Baturiti dan Desa Candikuning,. 18. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018.
(29) TABEL 12. Nilai dan Peringkat NCPR desa-desa di wilayah Kecamatan Baturiti No Nama Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12. Angseri Antapan Apuan Bangli Batunya Baturiti Candikuning Luwus Mekarsari Perean Perean Kangin Perean Tengah Rataan Minimum Maksimum. NCPR 0.31 0.58 0.43 1.36 0.86 1.15 2.00 0.35 0.56 0.45 0.45 0.36 0.74 0.31 2.00. Prioritas NCPR 6 5 6 2 4 3 1 6 5 6 6 6. Berdasarkan penilaian terhadap peringkat prioritas, terdapat 6 desa yang beperingkat prioritas 6 yang berarti ketahanan pangannya sangat baik dan sisanya ada 6 desa yang peringkat prioritasnya kurang dari 6, yaitu Desa Antapan, Desa Bangli, Desa Batunya, Desa Baturiti, Desa Candikuning dan Desa Mekarsari. . Kecamatan Penebel. Nilai dan perioritas rasio konsumsi normatif per kapita terhadap ketersediaan pangan netto serealia (NCPR) desa-desa di wilayah Kecamatan Penebel disajikan pada Tabel 13. Rataan angka NCPR sebesar 0,28 mengambarkan secara umum desa-desa di wilayah Kecamatan Baturiti dalam situasi dapat memenuhi kebutuhan pangan penduduknya dari produksi domestiknya (surplus) pangan karena nilai NCPR <1,00. Tidak terdapat satupun desa yang mengalami defisit pangan serealia. TABEL 13. Nilai dan Peringkat NCPR desa-desa di wilayah Kecamatan Penebel No Nama Desa 1 2 3 4 19. Babahan Biaung Buruan Jatiluwih. NCPR 0.20 0.20 0.20 0.18. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018. Prioritas NCPR 6 6 6 6.
(30) No Nama Desa 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18. Jegu Mengeste Penatahan Penebel Pesagi Pitra Rejasa Riang Gede Sangketan Senganan Tajen Tegalinggah Tengkudak Wongaya Gede Rataan Minimum Maksimum. NCPR 0.33 0.17 0.27 0.80 0.14 0.23 0.16 0.18 0.24 0.38 0.36 0.27 0.19 0.19 0.28 0.14 0.80. Prioritas NCPR 6 6 6 4 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6. Berdasarkan penilaian terhadap peringkat prioritas, terdapat 17 desa yang beperingkat prioritas 6 yang berarti ketahanan pangannya sangat baik dan sisanya hanya ada 1 desa yang peringkat prioritasnya kurang dari 6, yaitu Desa Penebel. 2.3.. Tantangan untuk Ketersediaan Pangan Tantangan utama untuk mewujudkan ketersediaan pangan secara berkelanjutan di Kabupaten Tabanan antara lain ; a. Tingginya alih fungsi lahan pertanian, khususnya sawah. Alh fungsi sawah di Kabupaten Tabanan adalah tertinggi di Bali sehingga dibutuhkan perhatian terhadap tindakan untuk penanganannya. Tabanan sebagai lumbung beras Bali sangat ditentukan oleh keberadaam lahan pertanian/sawah. Beberapa faktor pendorong alih fungsi lahan pertanian di Tabanan yaitu rendahnya minat generasi muda terhadap pertanian, kecilnya pendapatan petani sehingga tidak mampu membiayai hidup dan pendidikan anak, maraknya pembangunan perumahan sebagai dampak dari perkembangan Kota Denpasar/Badung, banyaknya penduduk pendatang dan kesejahteraan petani ditinjau dari Nilai Tukar Petani (NTP) masih sangat rendah, terutama pada sub sector pertanian b. Rendahnya produktivitas dan daya saing produk pertanian. Dalam upaya memperkuat sector pertanian, perlu diciptakan terobosasnterobosan baru oleh pemerintah untuk memperkecil biaya sarana produksi, mengembangkan industri pengolahan agar bahan baku yang. 20. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018.
(31) dihasilkan petani memliki kepastian harga dan rantai pemasaran dapat diperpendek. Disamping itu dibutuhkan keberanian untuk meninggalkan pertanian konvensional menuju pertanian organic yang ramah lingkungan karena kesadaran masyarakat mengkonsumsi bahan pangan sehat/organic semakin meningkat c. Penurunan kualitas sumber daya alam. Kualitas lahan dan air makin terdegradasi karena dampak penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang terus menerus digunakan dalam kurun waktu panjang. Selain itu, prasarana pertanian yang sudah ada juga sebagian rusak. Sebagai contoh, menurut Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum (2013) sekitar jaringan irigasi di daerah-daerah dalam keadaan rusak. Kondisi ini akan menurunkan kapasitas produksi pangan daerah karena produksi masih berbasis lahan (land base). d. Perubahan iklim global. Perubahan iklim seperti pola dan intensitas curah hujan yang berbeda dari sebelumnya, kenaikan temperatur udara, banjir dan kekeringan yang semakin sering terjadi, dan intensitas serangan hama serta penyakit yang semakin tinggi, merupakan beberapa gejala perubahan iklim yang dapat berdampak pada penurunan produktivitas tanaman pangan. Oleh karena itu, diperlukan penyesuaian dalam proses usahatani pangan seperti penyesuaian waktu tanam, pola tanam, penggunaan varietas yang lebih tahan terhadap cekaman iklim, dan pengelolaan air secara efisien. 2.4. Kegiatan Strategis dalam rangka Peningkatan Ketersediaan Pangan Mengingat adanya berbagai tantangan dalam mewujudkan ketersediaan pangan secara berkelanjutan di Kabupaten Tabanan, maka perlua adanya reorientasi kebijakan antara lain : a. Reorinteasi dari semula berupa pencapaian swasembada pangan diubah menjadi mencapai kemandirian pangan. Kemandirian pangan pencapaianya dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan daerah dalam memproduksi pangan yang beranekaragam dengan memanfaatkan potensi sumber daya (alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal) secara bermartabat. Praktek operasional pencapaiannya dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip keunggulan kompartaif atau kompetitif, dan prinsip efisiensi dan dayasaing. Dengan pendekatan ini, dalam RPJM Kabupaten Tabanan sudah harus ditetapkan komoditi tanaman prioritas untuk menjamin kemandirian pangan dalam jangka panjang. b. Cara pencapaian ketahanan pangan melalui peningkatan produksi pangan diubah menjadi peningkatan pendapatan petani dan masyarakat pedesaan. Untuk melaksanakan pendekatan ini, Undang21. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018.
(32) Undang No.19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani telah memberikan tuntutan tentang cara memberdayakan petani untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi dan daya saing. Untuk para petani kecil yang mengusahakan lahan rata-rata kurang dari 1,0 Ha, dalam upaya meningkatkan efisiensi dan keuntungan petani, rekayasa social-ekonomi seperti usahatani (corporate farming), usahatanai koperasi (cooperative farming) atau pendekatan sekolah lapang (field school approach) dapat dipertimbangkan untuk diterapkan secara luas. c. Pemenuhan konsumsi pangan secara kuantitas diubah menjadi pemenuhan konsumsi pangan yang beragam bergizi seimbang dan aman (B2SA). Untuk itu perlu dilakukan promosi penganekaragaman pangan dari sisi penyediaan dan sisi pemanfaatannya. Pengembangan sumber pangan dan jenis makanan baru yang mempunyai cita rasa, ctra dan harga yang bersaing perlu terus menerus dilakukan. Disisi lain, kampanye diversifikasi konsumsi pangan dengan meningkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya mengkonumsi pangan B2SA perlu dijadikan gerakan daerah. Dengan adanya reoritasi kebijakan dalam pembangunan ketahanan pangan tersebut maka kebijakan pemantapan ketahanan pangan di Kabupaten Tabanan dari aspek ketersedian pangan dapat difokuskan pada dua hal yaitu : 1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beraneka ragam berbasisi potensi sumber daya lokal pangan untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dan kelaparan 2. Memantapkan penanganan pada wilayah-wilayah yang berpotensi terjadinya kerawanan pangan. 22. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018.
(33) BAB III.. 3.1. AKSES TERHADAP PANGAN DAN PENGHIDUPAN. Definsi Akses terhadap Pangan dan Penghidupan Dimensi ke dua dari Ketahanan Pangan adalah Akses terhadap Pangan dan Penghidupan (livelihood). Akses Pangan adalah kemampuan rumah tangga untuk memperoleh cukup pangan, baik yang berasal dari produksi sendiri, stok, pembelian, barter, hadiah, pinjaman dan bantuan pangan. Ketersediaan pangan di suatu daerah mungkin mencukupi, akan tetapi tidak semua rumah tangga memiliki akses yang memadai baik secara kuantitas maupun keragaman pangan melalui mekanisme tersebut di atas. Akses pangan tergantung pada daya beli ruma tangga yang ditentukan oleh penghidupan rumah tangga tersebut. Penghidupan terdiri dari kemampuan rumah tangga, modal/aset (sumber daya alam, fisik, sumber daya manusia, ekonomi dan sosial) dan kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar penghasilan, pangan, tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan. Rumah tangga yang tidak memiliki sumber penghidupan yang memadai dan berkesinambungan sewaktu-waktu dapat berubah, menjadi tidak berkecukupan, tidak stabil dan daya beli menjadi sangat terbatas, yang menyebabkan tetap miskin dan rentan terhadap kerawanan pangan. Indikator-indikator yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah:  Persentase penduduk hidup di bawah garis kemiskinan;  Persentase rumah tangga dengan proporsi pengeluaran untuk pangan lebih dari 65 persen terhadap total pengeluaran; dan  Persentase rumah tangga tanpa akses listrik.. 3.2. Persentase Penduduk Miskin Indikator ini menunjukkan nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan-kebutuhan konsumsi pangan dan non pangan yang dibutuhkan oleh seorang individu untuk hidup secara layak. Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan tidak memiliki daya beli yang memadai untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya sehingga akan mempengaruhi kerawanan pangan (DKP dan WFP 2013; FAO 2015; Kavosi et al. 2014; Riyadi et al. 2011; Ramli et al. 2009; Lubis 2010; Sofiati 2009; dan Misselhorn 2005). BPS melalui survei tahunannya yang mencakup data pengeluaran untuk pangan dan non-pangan dan berdasarkan konsumsi normatif 2.150 kkal. 23. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018.
(34) per hari per kapita, dihitung estimasi persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. Berdasarkan data Susenas 2016/2017, BPS menghitung estimasi persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan tingkat kabupaten. Data kemiskinan tersebut selanjutnya digunakan sebagai salah satu indikator dalam penyusunan FSVA.  Kecamatan Kediri Persentase dan peringkat perioritas penduduk miskin pada desa-desa di wilayah Kecamatan Kediri disajikan pada TABEL 16. Data pada Tabel 16, menunjukkan bahwa persentase pendudu miskin terendah terdapat di Desa Banjar Anyar, tertinggi terdapat di Desa Nyitdah dan rataan persentase penduduk miskin desa-desa di wilayah Kecamatan Kediri adalah sebesar 15.24%. TABEL 16. Persentase dan peringkat perioritas penduduk miskin pada desa-desa di wilayah Kecamatan Kediri Nama Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15. Pangkung Tibah Belalang Beraban Buwit Cepaka Kaba-Kaba Pandak Gede Bengkel Pejaten Nyitdah Pandak Bandung Nyambu Kediri Abian Tuwung Banjar Anyar Rataan Minimum Maksimum. % Penduduk Miskin 13.08 13.65 5.46 29.66 8.95 14.37 15.48 16.32 15.20 32.11 20.88 18.98 10.11 10.44 3.88 15.24 3.88 32.11. Prioritas Poverty 5 5 6 2 6 5 4 4 4 2 3 4 5 5 6. Berdasarkan data pada TABEL 16, ada sebanyak 3 (tiga) desa yang mendapatkan prioritas 6, yaitu Desa Beraban, Cepaka dan Banjar Anyar. Jumlah desa yang mendapatkan prioritas 5 ada sebanyak 5 (lima) desa yaitu Desa Pangkung Tibah, Belalang, Kaba-Kaba, Kediri dan Abian Tuwung. Jumlah desa yang mendapatkan prioritas 4 ada sebanyak 4 (empat) desa yaitu Desa Pandak Gede, Bengkel, Pejaten dan Nyambu. 24. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018.
(35) Jumlah desa yang mendapatkan prioritas 3 ada sebanyak 1 (satu) desa yaitu Desa Pandak Bandung dan selanjutnya jumlah desa yang mendapatkan prioritas 2 ada sebanyak 2 (dua) desa yaitu Desa Buwit dan Nyitdah.  Kecamatan Tabanan Persentase dan peringkat perioritas penduduk miskin pada desa-desa di wilayah Kecamatan Tabanan disajikan pada Tabel 17. Data pada Tabel 17, menunjukkan bahwa persentase penduduk miskin terendah terdapat di Desa Dauh Peken, persentase penduduk miskin tertinggi terdapat di Desa Wanasari dan rataan persentase penduduk miskin desa-desa di wilayah Kecamatan Kediri adalah sebesar 9.42%. TABEL 17. Persentase dan peringkat perioritas penduduk miskin pada desa-desa di wilayah Kecamatan Tabanan No Nama Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12. Sudimara Boongan Gubug Dauh Peken Delod Peken Dajan Peken Subamia Denbantas Buahan Tunjuk Wanasari Sesandan Rataan Minimum Maksimum. % Penduduk Miskin 8.56 8.17 5.88 3.33 4.78 4.95 15.37 6.26 12.70 10.80 19.78 12.47 9.42 3.33 19.78. Prioritas Poverty 6 6 6 6 6 6 4 6 5 5 4 5. Berdasarkan data pada TABEL 17, ada sebanyak 7 (tujuh) desa yang mendapatkan prioritas 6, yaitu Desa Sudimara, Boongan, Gubug, Dauh Peken, Delod Peken, Dajan Peken dan Denbatas. Jumlah desa yang mendapatkan prioritas 5 ada sebanyak 3 (tiga) desa yaitu Desa Buahan, Tunjuk dan Sesandan dan selanjutnya jumlah desa yang mendapatkan prioritas 4 ada sebanyak 2 (dua) desa yaitu Desa Subamia dan Wanasari.  Kecamatan Marga Persentase dan peringkat perioritas penduduk miskin pada desa-desa di wilayah Kecamatan Marga disajikan pada TABEL 18. Data menunjukkan bahwa persentase penduduk miskin terendah terdapat di Desa 25. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018.
(36) Selanbawak, persentase penduduk miskin tertinggi terdapat di Desa Caubelayu dan rataan persentase penduduk miskin desa-desa di wilayah Kecamatan Kediri adalah sebesar 12.31%. TABEL 18. Persentase dan peringkat perioritas penduduk miskin pada desa-desa di wilayah Kecamatan Marga. No Nama Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16. Tegaljadi Kukuh Beringkit Peken Belayu Batannyuh Kuwum Caubelayu Selanbawak Marga Petiga Tua Payangan Marga Dauh Puri Marga Dajan Puri Geluntung Baru Rataan Minimum Maksimum. % Penduduk Miskin 12.57 7.30 9.78 4.53 20.34 17.27 27.20 3.14 15.78 11.53 8.55 9.38 7.74 7.95 9.46 9.35 12.31 3.14 27.20. Prioritas Poverty 5 6 6 6 3 4 2 6 4 5 6 6 6 6 6 6. Berdasarkan data pada TABEL 18, ada sebanyak 10 (sepuluh) desa yang mendapatkan prioritas 6, yaitu Desa Kukuh, Beringkit, Peken Belayu, Selanbawak, Tua, Payangan, Marga Dauh Puri, Marga Dajan Puri, Geluntung dan Baru. Jumlah desa yang mendapatkan prioritas 5 ada sebanyak 2 (dua) desa yaitu Desa Tegaljadi dan Petiga. Jumlah desa yang mendapatkan prioritas 4 ada sebanyak 2 (dua) desa yaitu Desa Kuwum dan Marga. Jumlah desa yang mendapatkan prioritas 3 ada sebanyak 1 (satu) desa yaitu Desa Batannyuh dan selanjutnya jumlah desa yang mendapatkan prioritas 2 ada sebanyak 1 (satu) desa yaitu Desa Caubelayu.  Kecamatan Baturiti Persentase dan peringkat perioritas penduduk miskin pada desa-desa di wilayah Kecamatan Baturiti disajikan pada TABEL 19. Data menunjukkan bahwa persentase penduduk miskin terendah terdapat di Desa Antapan, persentase penduduk miskin tertinggi terdapat di Desa 26. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018.
(37) Bangli dan rataan persentase penduduk miskin desa-desa di wilayah Kecamatan Kediri adalah sebesar 32.92%. TABEL 19. Persentase dan peringkat perioritas penduduk miskin pada desa-desa di wilayah Kecamatan Baturiti No Nama Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12. Perean Perean Tengah Perean Kangin Luwus Mekasari Apuan Angseri Bangli Baturiti Batunya Antapan Candikunging Rataan Minimum Maksimum. % Penduduk Miskin 8.15 12.35 19.96 12.28 20.62 22.82 26.27 30.18 17.65 13.88 0.00 13.39 16.46 0.00 30.18. Prioritas Poverty 6 5 4 5 3 3 2 2 4 5 6 5. Berdasarkan data pada TABEL 19, ada sebanyak 2 (dua) desa yang mendapatkan prioritas 6, yaitu Desa Perean dan Antapan. Jumlah desa yang mendapatkan prioritas 5 ada sebanyak 4 (empat) desa yaitu Desa Perean Tengah, Luwus, Batunya dan Candikuning. Jumlah desa yang mendapatkan prioritas 4 ada sebanyak 2 (dua) desa yaitu Desa Perean Kangin dan Baturiti. Jumlah desa yang mendapatkan prioritas 3 ada sebanyak 2 (dua) desa yaitu Desa Mekarsari dan Apuan dan selanjutnya jumlah desa yang mendapatkan prioritas 2 ada sebanyak 2 (dua) desa yaitu Desa Angseri dan Bangli.  Kecamatan Penebel Persentase dan peringkat perioritas penduduk miskin pada desa-desa di wilayah Kecamatan Penebel disajikan pada TABEL 20. Data menunjukkan bahwa persentase penduduk miskin terendah terdapat di Desa Penatahan, persentase penduduk miskin tertinggi terdapat di Desa Sangketan dan rataan persentase penduduk miskin desa-desa di wilayah Kecamatan Kediri adalah sebesar 7.16%.. 27. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018.
(38) TABEL 20. Persentase dan peringkat perioritas penduduk miskin pada desa-desa di wilayah Kecamatan Penebel No Nama Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18. Rejasa Jegu Riang Gede Buruan Tajen Pitra Penatahan Tengkudak Mengeste Penebel Biaung Babahan Senganan Jatiluwih Wongaya Gede Pesagi Tegalinggah Sangketan Rataan Minimum Maksimum. % Penduduk Miskin 12.71 5.80 7.65 6.99 6.49 6.73 2.54 8.32 5.14 4.25 7.58 7.36 5.91 3.75 5.09 10.47 8.14 13.88 7.16 2.54 13.88. Prioritas Poverty 5 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 5 6 5. Berdasarkan data pada TABEL 20, ada sebanyak 15 (dua) desa yang mendapatkan prioritas 6, yaitu Desa Jegu, Riang Gede, Buruan, Tajen, Pitra, Penatahan, Tengkudak, Mengeste, Penebel, Biaung, Babahan, Senganan, Jatiluwih, Wongaya Gede dan Tegalinggah. Selanjutnya jumlah desa yang mendapatkan prioritas 5 ada sebanyak 3 (tiga) desa yaitu Desa Rejasa, Pesagi dan Sangketan. 3.3. Pengeluaran Rumah Tangga untuk Pangan Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Semakin tinggi pendapatan suatu rumah tangga, maka porsi pengeluaran akan bergeser dari pengeluaran untuk makanan ke pengeluaran bukan makanan. Pergeseran pola pengeluaran terjadi karena elastisitas permintaan terhadap makanan pada umumnya rendah, sebaliknya elastisitas permintaan terhadap barang bukan makanan pada umumnya tinggi. Distribusi pengeluaran untuk pangan dari total pengeluara merupakan indikator proksi dari ketahanan pangan rumah tangga. Teori Engel 28. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018.
(39) menyatakan semakin tinggi tingkat pendapatan maka persentase pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi pangan akan mengalami penurunan. Shan (1994) menyatakan bahwa pengeluaran pangan merupakan proksi yang baik untuk pendapatan permanen, selain itu juga merupakan indiaktor yang penting untuk melihat malnutrisi kronis dalam jangka panjang. Menurut Suhardjo (1996) dan Azwar (2004) pangsa pengeluaran pangan merupakan salah satu indikator ketahanan pangan, makin besar pangsa pengeluaran untuk pangan berarti ketahanan pangan semakin berkurang. Makin tinggi kesejahteraan masyarakat suatu negara pangsa pengeluaran pangan penduduknya semakin kecil, demikian sebaliknya (Deaton dan Muellbauer 1980). Apabila distribusi pengeluaran untuk pangan lebih besar dari 65 persen dari total pengeluaran maka distribusi pengeluaran rumah tangga tersebut dikategorikan buruk (BKP dan WFP 2010; WFP 2009). Kerentanan pangan wilayah ditentukan oleh presentase jumlah rumah tangga yang memiliki distribusi pengeluaran pangan terhadap total pengeluaran pada katagori buruk (lebih dari 65 persen)  Kecamatan Kediri Persentase dan peringkat perioritas rumah tangga dengan proporsi pengeluaran pangan lebih dari 65% terhadap total pengeluaran disajikan pada TABEL 21. Ada sebanyak 14 desa yang mendapat prioritas 6, yaitu Desa Pangkung Tibah, Belalang, Beraban, Buwit, Cepaka, Kaba-kaba, Pandak Gede, Bengkel, Pejaten, Pandak Badung, Nyambu, Kediri, Abian Tuwung, dan Banyar Anyar. Jumlah desa yang mendapat prioritas 5 ada sebanyak 1 desa, yaitu Desa Nyitdah. TABEL 21. Persentase dan peringkat perioritas rumah tangga dengan proporsi pengeluaran pangan lebih dari 65% terhadap total pengeluaran pada desa-desa di wilayah Kecamatan Kediri.. No Nama Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 29. Pangkung Tibah Belalang Beraban Buwit Cepaka Kaba-Kaba Pandak Gede Bengkel Pejaten Nyitdah Pandak Bandung Nyambu. Presentase Pengeluaran RT untuk Pangan >65% Terhadap Total 13.08 13.65 5.46 29.66 8.95 14.37 15.48 16.32 15.20 32.11 20.88 18.98. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018. Prioritas FOOD EXPENDITURE >65% 6 6 6 6 6 6 6 6 6 5 6 6.
(40) No Nama Desa 13 Kediri 14 Abian Tuwung 15 Banjar Anyar Rataan Minimum Maksimum. Presentase Pengeluaran RT untuk Pangan >65% Terhadap Total 10.11 10.44 3.88 15.24 3.88 32.11. Prioritas FOOD EXPENDITURE >65% 6 6 6.  Kecamatan Tabanan Persentase dan peringkat perioritas rumah tangga dengan proporsi pengeluaran pangan lebih dari 65% terhadap total pengeluaran disajikan pada TABEL 22. Semua desa yang ada di Kecamatan Tabanan mendapatkan prioritas 6. TABEL 22. Persentase dan peringkat perioritas rumah tangga dengan proporsi pengeluaran pangan lebih dari 65% terhadap total pengeluaran pada desa-desa di wilayah Kecamatan Tabanan.. No Nama Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12. Sudimara Boongan Gubug Dauh Peken Delod Peken Dajan Peken Subamia Denbantas Buahan Tunjuk Wanasari Sesandan Rataan Minimum Maksimum. Presentase Pengeluaran Prioritas FOOD RT untuk Pangan >65% EXPENDITURE Terhadap Total >65% 8.56 8.17 5.88 3.33 4.78 4.95 15.37 6.26 12.70 10.80 19.78 12.47 9.42 3.33 19.78. 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6.  Kecamatan Marga Persentase dan peringkat perioritas rumah tangga dengan proporsi pengeluaran pangan lebih dari 65% terhadap total pengeluaran disajikan pada TABEL 23. Semua desa yang ada di Kecamatan Marga mendapatkan prioritas 6. 30. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018.
(41) TABEL 23. Persentase dan peringkat perioritas rumah tangga dengan proporsi pengeluaran pangan lebih dari 65% terhadap total pengeluaran pada desa-desa di wilayah Kecamatan Marga.. No Nama Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16. Tegaljadi Kukuh Beringkit Peken Belayu Batannyuh Kuwum Caubelayu Selanbawak Marga Petiga Tua Payangan Marga Dauh Puri Marga Dajan Puri Geluntung Baru Rataan Minimum Maksimum. Presentase Pengeluaran RT untuk Pangan >65% Terhadap Total 12.57 7.30 9.78 4.53 20.34 17.27 27.20 3.14 15.78 11.53 8.55 9.38 7.74 7.95 9.46 9.35 12.31 3.14 27.20. Prioritas FOOD EXPENDITURE >65% 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6.  Kecamatan Baturiti Persentase dan peringkat perioritas rumah tangga dengan proporsi pengeluaran pangan lebih dari 65% terhadap total pengeluaran disajikan pada TABEL 24. Ada sebanyak 11 desa yang mendapat prioritas 6, yaitu Desa Perean, Perean Tengah, Perean Kangin, Luwus, Mekarsari, Apuan, Angseri, Baturiti, Batunya, Antapan, dan Candikuning. Jumlah desa yang mendapat prioritas 5 ada sebanyak 1 desa, yaitu Desa Bangli. TABEL 24. Persentase dan peringkat perioritas rumah tangga dengan proporsi pengeluaran pangan lebih dari 65% terhadap total pengeluaran pada desa-desa di wilayah Kecamatan Baturiti.. No Nama Desa. Presentase Pengeluaran RT untuk Pangan >65% Terhadap Total. 1 Perean 31. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018. 8.15. Prioritas FOOD EXPENDITURE >65% 6.
(42) No Nama Desa 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12. Presentase Pengeluaran RT untuk Pangan >65% Terhadap Total. Perean Tengah Perean Kangin Luwus Mekasari Apuan Angseri Bangli Baturiti Batunya Antapan Candikunging. 12.35 19.96 12.28 20.62 22.82 26.27 30.18 17.65 13.88 0.00 13.39 32.92 0.00 30.18. Rataan Minimum Maksimum. Prioritas FOOD EXPENDITURE >65% 6 6 6 6 6 6 5 6 6 6 6.  Kecamatan Penebel Persentase dan peringkat perioritas rumah tangga dengan proporsi pengeluaran pangan lebih dari 65% terhadap total pengeluaran disajikan pada TABEL 25. Semua desa yang ada di Kecamatan Penebel mendapatkan prioritas 6. TABEL 25. Persentase dan peringkat perioritas rumah tangga dengan proporsi pengeluaran pangan lebih dari 65% terhadap total pengeluaran pada desa-desa di wilayah Kecamatan Penebel. No Nama Desa. Presentase Pengeluaran RT untuk Pangan >65% Terhadap Total. Rejasa Jegu Riang Gede Buruan Tajen Pitra Penatahan Tengkudak Mengeste Penebel Biaung. 12.71 5.80 7.65 6.99 6.49 6.73 2.54 8.32 5.14 4.25 7.58. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 32. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018. Prioritas FOOD EXPENDITURE >65% 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6.
(43) No Nama Desa 12 13 14 15 16 17 18. Presentase Pengeluaran RT untuk Pangan >65% Terhadap Total. Babahan Senganan Jatiluwih Wongaya Gede Pesagi Tegalinggah Sangketan. 7.36 5.91 3.75 5.09 10.47 8.14 13.88 7.16 2.54 13.88. Rataan Minimum Maksimum 3.4. Prioritas FOOD EXPENDITURE >65% 6 6 6 6 6 6 6. Persentase Rumah Tangga tanpa Akses Listrik Tersedianya fasilitas listrik di suatu wilayah akan nembuka peluang yang lebih besar untuk akses pekerjaan. Hal ini merupakan Indikasi kesejahteraan suatu wilayah atau rumah tangga yang pada akhirnya berdampak pada kondisi ketahanan pangan (DKP dan WFP 2013; Wiranthi et al 2014; Sabarella 2005; dan Sofiati 2009). Rasio rumah tangga tanpa akses listrik diduga akan berpengaruh positif terhadap kerentanan pangan dan gizi.  Kecamatan Kediri Persentase dan peringkat prioritas rumah tangga tanpa akses listrik pada desa-desa di wilayah Kecamatan Kediri disajikan pada TABEL 26 Berdasarkan data, semua desa yang ada di Kecamatan Kediri mendapatkan prioritas 6. TABEL 26. Persentase dan peringkat prioritas rumah tangga tanpa akses listrik pada desa-desa di wilayah Kecamatan Kediri. No Nama Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 33. Pangkung Tibah Belalang Beraban Buwit Cepaka Kaba-Kaba Pandak Gede Bengkel Pejaten. Presentase RT Tanpa Akses Listrik 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018. Prioritas NoELECTRIC 6 6 6 6 6 6 6 6 6.
(44) No Nama Desa 10 11 12 13 14 15. Nyitdah Pandak Bandung Nyambu Kediri Abian Tuwung Banjar Anyar Rataan Minimum Maksimum. Presentase RT Tanpa Akses Listrik 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00. Prioritas NoELECTRIC 6 6 6 6 6 6.  Kecamatan Tabanan Persentase dan peringkat prioritas rumah tangga tanpa akses listrik pada desa-desa di wilayah Kecamatan Tabanan disajikan pada TABEL 27. Berdasarkan data, semua desa yang ada di Kecamatan Tabanan mendapatkan prioritas 6. TABEL 27. Persentase dan peringkat prioritas rumah tangga tanpa akses listrik pada desa-desa di wilayah Kecamatan Tabanan. No Nama Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12. Sudimara Boongan Gubug Dauh Peken Delod Peken Dajan Peken Subamia Denbantas Buahan Tunjuk Wanasari Sesandan Rataan Minimum Maksimum. Presentase RT Tanpa Akses Listrik 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00. Prioritas NoELECTRIC 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6.  Kecamatan Marga Persentase dan peringkat prioritas rumah tangga tanpa akses listrik pada desa-desa di wilayah Kecamatan Marga disajikan pada TABEL 28.. 34. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018.
(45) Berdasarkan data, semua desa yang ada di Kecamatan Marga mendapatkan prioritas 6. TABEL 28. Persentase dan peringkat prioritas rumah tangga tanpa akses listrik pada desa-desa di wilayah Kecamatan Marga. No Nama Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16. Tegaljadi Kukuh Beringkit Peken Belayu Batannyuh Kuwum Caubelayu Selanbawak Marga Petiga Tua Payangan Marga Dauh Puri Marga Dajan Puri Geluntung Baru Rataan Minimum Maksimum. Presentase RT Prioritas Tanpa Akses NoELECTRIC Listrik 0.00 6 0.00 6 0.00 6 0.00 6 0.00 6 0.00 6 0.00 6 0.00 6 0.00 6 0.00 6 0.00 6 0.00 6 0.00 6 0.00 6 0.00 6 0.00 6 0.00 0.00 0.00.  Kecamatan Baturiti Persentase dan peringkat prioritas rumah tangga tanpa akses listrik pada desa-desa di wilayah Kecamatan Baturiti disajikan pada TABEL 29 Berdasarkan data, semua desa yang ada di Kecamatan Baturiti mendapatkan prioritas 6. TABEL 29. Persentase dan peringkat prioritas rumah tangga tanpa akses listrik pada desa-desa di wilayah Kecamatan Baturiti. No Nama Desa 1 2 3 4 35. Perean Perean Tengah Perean Kangin Luwus. Presentase RT Prioritas Tanpa Akses NoELECTRIC Listrik 0.00 0.00 0.00 0.00. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018. 6 6 6 6.
(46) No Nama Desa 5 6 7 8 9 10 11 12. Mekasari Apuan Angseri Bangli Baturiti Batunya Antapan Candikunging Rataan Minimum Maksimum. Presentase RT Prioritas Tanpa Akses NoELECTRIC Listrik 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00. 6 6 6 5 6 6 6 6.  Kecamatan Penebel Persentase dan peringkat prioritas rumah tangga tanpa akses listrik pada desa-desa di wilayah Kecamatan Penebel disajikan pada TABEL 30. Berdasarkan data, semua desa yang ada di Kecamatan Penebel mendapatkan prioritas 6. TABEL 30. Persentase dan peringkat prioritas rumah tangga tanpa akses listrik pada desa-desa di wilayah Kecamatan Penebel. No Nama Desa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15. 36. Rejasa Jegu Riang Gede Buruan Tajen Pitra Penatahan Tengkudak Mengeste Penebel Biaung Babahan Senganan Jatiluwih Wongaya Gede. Presentase RT Prioritas Tanpa Akses NoELECTRIC Listrik 0.00 6 0.00 6 0.00 6 0.00 6 0.00 6 0.00 6 0.00 6 0.00 6 0.00 6 0.00 6 0.00 6 0.00 6 0.00 6 0.00 6 0.00 6. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018.
(47) No Nama Desa 16 Pesagi 17 Tegalinggah 18 Sangketan Rataan Minimum Maksimum. 3.4.. Presentase RT Prioritas Tanpa Akses NoELECTRIC Listrik 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00. 6 6 6. Strategi untuk Peningkatan Akses terhadap Pangan Ada empat tantangan yang dihadapi dari sisi kebutuhan dan pemanfaatan pangan, yaitu terkait dengan peningkatan pendapatan per kapita, peningkatan penduduk dan dinamika karakteristik demografis, perubahan selera karena akses terhadap informasi atau promosi pangan global yang sangat tinggi, dan persaingan pemanfaatan bahan pangan. Penjabaran lebih lanjut dari tantangan-tantangan dari sisi kebutuhan dan pemanfaatan pangan disajikan berikut ini. Pertama, adanya pertumbuhan penduduk yang tinggi beserta dinamika karakteristik demografisnya, di antaranya urbanisasi dan peningkatan proporsi wanita masuk pasar tenaga kerja. Kuantitas atau jumlah kebutuhan pangan setiap tahun akan meningkat Urbanisasi yang merupakan salah satu dinamika kependudukan masih akan terus berlanjut dengan alasan dorongan keluar (push factor) dari sektor pertanian, karena sektor ini tidak dapat menampung angkatan kerja baru atau tidak dapat memenuhi harapan terkait upah yang diterima atau kondisi kerja yang dinilai tidak nyaman. Kedua, pertumbuhan ekonomi tinggi berdampak pada peningkatan pendapatan per kapita atau daya beli masyarakat, walaupun sebarannya tidak merata ke setiap individu. Situasi ini akan meningkatkan permintaan pangan dari sisi kualitas, keragaman, mutu, dan keamanannya. Salah satu upaya untuk menanganinya dan sekaligus memanfaatkan peluang bisnis pangan olahan adalah melalui penguasaan dan penerapan teknologi pangan agar dapat merespon perubahan permintaan pangan, sehingga mampu menyediakan pangan sesuai dinamika permintaan pasar dan preferensi konsumen dengan baik. Ketiga, pada saat ini sedang berlangsung perubahan selera konsumsi pangan yang mulai meninggalkan pangan lokal dan makanan tradisional. Pola konsumsi pangan dipengaruhi oleh sumber daya pangan di sekitarnya, daya beli masyarakat, pengetahuan tentang pangan dan gizi, dan selera konsumen. Perubahan selera pangan pada saat ini dibentuk dan dipengaruhi secara kuat oleh perkembangan pesat teknologi informasi media yang dimanfaatkan oleh media promosi/periklanan, termasuk pengiklan yang menjajakan makanan dan minuman yang mencitrakan produknya berlabel tren masa kini,. 37. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018.
(48) keren, dan global. Imanto (2012) lebih jauh menilai iklan televisi cenderungmenawarkan produk yang mencerminkan budaya konsumerisme dan gaya hidup konsumtifDengan semakin tersebarnya jaringan televisi sampai ke pelosok negeri dengan isi iklan pangan bersifat persuasif untuk menarik minat dan selera pemirsa, yang menawarkan pangan bercitra keren dan global, maka pola konsumsi pangan masyarakat secara perlahan akan bergeser ke arah itu. Makanan berciri global yang disediakan di restoran, konsumsi makanan cepat saji, dan makan di luar rumah akan semakin diminati. Sebaliknya, makanan yang berlabel atau diidentikkan dengan makanan tradisional atau lokal secara perlahan akan ditinggalkan konsumen. Tren ini akan makin berakselerasi ke depan. Pemanfaatan teknologi pangan, teknologi informasi, dan kampanye gerakan cinta pangan lokal Nusantara diharapkan dapat mengimbangi tantangan perubahan selera pangan akibat iklan makanan tersebut. Keempat, persaingan permintaan atas komoditas pangan untuk konsumsi manusia (food), pakan ternak(feed), bahan baku energi bio (\biofuel) dan bahan baku industri non-pangan akan terus berlangsung dan semakin ketat dalam 10 tahun ke depan. Persaingan permintaan ini diturunkan dari peningkatan permintaan untuk produk ternak, semakin tingginya harga energi berbahan baku fosil, dan peningkatan permintaan produk industri yang memanfaatkan bahan pangan dalam proses produksinya. Ppeningkatan produksi komoditas pangan yang tinggi dan pelibatan industri pangan. Dengan demikian strategi peningkatan akses pangan meliputi : (1) Memperkuat dan memfasilitasi pngembangan pemasaran dan perdagangan pangan yang efisien serta pengembangan pasar pangan di pedesaan (2) Menjaga stabiltas pasokan dan harga pangan pokok melelui pengelolaan cadangan pangan pokok pemerintah pusat dan daerah (3) Merivitalisasi sistem kelembagaan lumbung pangan masyarakat menjadi sistem cadangan pangan masyarakat yang dikelola dengan prinsip efisiensi ekonomi, namun tetap mempunyai fungsi sosial (4) Menyalurkan bantuan pangan ataupun pangan bersubsisdi sesuai pola konsumsi pangan setempat bagi masyarakat miskin dan kekurangan pangan. 38. STATUS KETAHANAN PANGAN TABANAN | 2018.
Dokumen terkait
Pada penelitian ini akan dibandingkan aplikasi dari metode Lagrange dan Constriction Factor Particle Swarm Optimization (CFPSO) untuk mendapatkan biaya pembangkitan yang
Jawaban: Anak banyak bertanya kepada orang lain, ketika tidak memahami apa yang orang lain katakan, tadi saja bertanya lebih dari 3x saat di sentra peran. Pertanyaan: Memberi
Sebagian besar responden adalah ibu-ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan sedang tentang imunisasi dasar anak dan mempunyai pengalaman menjadi kader lebih dari 5 sampai dengan
Kegiatan Pemanfaatan Lahan Kering Masam dengan Tumpangsari Jagung dan Kacang Tanah di Provinsi Bengkulu bertujuan untuk: (1.) Menentukan varietas kacang tanah yang tepat
HBsAg biasanya positif selama beberapa gejala klinis dari penyakit masih ada, dan baru menghilang beberapa minggu (1-12 minggu) kemudian HBsAg yang menetap lebih dari 6 bulan
Penanggungjawab mempunyai kewajiban sebagaimana tercantum dalam lampiran Rekomendasi Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kendal tentang Perubahan Persetujuan Upaya
Dari perancangan Sistem Informasi Pengelolaan Penggajian Pegawai yang telah dibuat diatas, didapat struktur program yang bisa digunakan sebagai rancangan
Secara keseluruhan, khususnya jika dilihat dari luar bangunan, warna coklat tua dari material kayu ulin menjadi dominan dibandingkan dengan warna putih, kuning,