• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PROYEK DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN IPA MATERI PESAWAT SEDERHANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN METODE PROYEK DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN IPA MATERI PESAWAT SEDERHANA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENERAPAN METODE PROYEK

DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA PELAJARAN IPA MATERI PESAWAT SEDERHANA

Rissa Septianawati H

Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pedagogik, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia

Drs. Nana Djumhana dan H. Oong Komar1

Abstrak: Penerapan Metode Proyek untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA.

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan metode proyek. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan sebanyak dua siklus terhadap 30 siswa kelas V SDN Cimacan 2 Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur pada tahun pelajaran 2012/2013. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan beberapa instrumen penilaian, yaitu : catatan lapangan, catatan refleksi siswa, lembar observasi, LKS, lembar evaluasi, lembar laporan ilmiah sederhana, penilaian proyek, dan penilaian produk. Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa yaitu pada siklus I diperolehan nilai rata-rata 74,91 menjadi 87,80 pada siklus II. Penerapan metode proyek dalam pembelajaran ditempuh melalui 5 (lima) langkah, yaitu: 1). Penyelidikan dan observasi (exploration) 2). Penyajian bahan baru (presentation) 3). Pengumpulan keterangan atau data (asimilasi) 4). Mengorganisasikan data (organization) 5). Mengungkapkan kembali (recitation).

Kata Kunci : metode proyek, pembelajaran, pengajaran, Penelitian Tindakan Kelas

Abstract: The Implementation of Project Based Methode to Increase the Elementary Students Science Achievement.

This research is aimed to increase elementary students science achievement in the fifth grade of SDN Cimacan 2, The District of Cipanas Cianjur Regency West Java Province, after the implementation of the project based methode. The methode of this research was a Classroom Action Research (CAR) which was done in two cycles. Data was collected by using test instruments, such as : Lesson Plan, Field Record, Students Reflection Record, Observation form, Students worksheet, Evaluation Form, Scientific Research Report, Project Assessment, and Product assessment. The result showed that there was an increase of the students science achievement score averages of the first cycle 74,91 to the second cycle 87,80. The Implementation of project based methode is done in five steps, those were: 1) exploration, 2) presentation, 3) asimilation, 4) organization, 5) recitation.

Keyword : project based, teaching, learning, Class Action Research

(2)

2 PENDAHULUAN

Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi transaksional antara guru dan siswa dimana dalam proses tersebut bersifat timbal balik, proses transaksional juga terjadi antara siswa dan siswa. Mengingat konsep belajar itu sendiri merupakan proses perubahan perilaku, yang dilakukan sadar dan bersifat menetap, dan perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal kognitif, afektif dan psikomotor. Guru dalam hal ini sebagai pendidik profesional memiliki tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.

Dengan kata lain, guru seharusnya mampu menentukan bagaimana mengemas suatu pembelajaran sebaik mungkin. Tidak hanya sebagai proses transfer ilmu semata, namun adanya keterlibatan secara intelektual-emosional siswa dalam berbagai kegiatan pembelajaran sebagai upaya pendidikan.

Menyikapi hasil pembelajaran yang dilaksanakan di SDN Cimacan 2 kelas V pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan materi Pesawat Sederhana, ternyata masih diperoleh hasil belajar yang kurang maksimal. Beberapa siswa memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75,00. Kenyataannya lebih dari 50 % siswa mendapat nilai dibawah 75,00. Materi ajar yang disampaikan dirasa asing dengan istilah-istilah yang sulit menurut siswa, pemahaman mereka akan Pesawat Sederhana masih dangkal, sehingga pada saat diarahkan untuk lebih jauh mengenal, pola pikir mereka sudah terdoktrin dengan kata “sulit” dari awal. Imbasnya, ketika dilaksanakan evaluasi banyak siswa yang mendapat nilai kurang dari 75,00 sehingga pembelajaran tersebut dikatakan belum tuntas. IPA menurut beberapa siswa merupakan pelajaran exacta yang sulit dan ilmiah. Wacana ini berkembang karena pembelajaran masih bersifat

konvensional, dan didominasi oleh penggunaan media gambar dan text book saja.

Dengan menerapkan metode proyek dalam pembelajaran IPA, siswa dapat meningkatkan hasil belajarnyabaik secara penguasaan konsep. Lebih jauhnya, secara sikap dan kinerja siswa.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran IPA tentang pokok bahasan Pesawat Sederhana dengan menerapkan Metode Proyek pada Siswa Kelas V SDN Cimacan 2? 2. Bagaimana pelaksanaan

pembelajaran IPA tentang pokok bahasan Pesawat sederhana dengan menerapkan Metode Proyek pada Siswa Kelas V SDN Cimacan 2? 3. Bagaimana peningkatan hasil

belajar Siswa Kelas V SDN Cimacan 2 pada pembelajaran IPA tentang pokok bahasan Pesawat Sederhana melalui penerapan Metode Proyek? Secara sederhana pembelajaran proyek ini didefinisikan sebagai suatu pengajaran yang mencoba mengaitkan antara teknologi dengan masalah kehidupan sehari-hari yang akrab dengan siswa, atau dengan proyek suatu sekolah. Sementara itu Bransfor dan stein (1993) mendefinisikan pembelajaran proyek sebagai teknik pengajaran yang komprehensif yang melibatkan siswa dalam kegiatan penyelidikan yang kooperatif dan berkelanjutan (Warsono, 2012: 153).

Menurut Ahmadi dan Prasetya (1997: 70) metode proyek (unit) adalah suatu metode mengajar dimana bahan pelajaran diorganisasikan sedemikian rupa sehingga merupakan suatu keseluruhan atau kesatuan bulat yang

(3)

3

bermakna dan mengandung suatu pokok masalah.

Sedangkan menurut Roestiyah (1994: 81) metode proyek berarti rencana, suatu problem atau kesulitan, dan bentuk pengajaran dimana murid mengelola sendiri.

Menurut J. Mursell (Sugimal, 2006: 13) metode proyek mempunyai empat aspek dalam pelaksanaannya:

1) Menentukan tujuan. 2) Merencanakan. 3) Melaksanakan. 4) Menilai.

Menurut Sumiati (2011: 18) Metode Proyek sebagai suatu metode pembelajaran tidak terlepas dari beberapa pendekatan didalamnya. Diantaranya:

1. Pendekatan Konstruktivisme yang didasarkan pada konsep siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri dalam konteks pengalaman. Artinya pembelajaran proyek ini dipandang sebagai suatu pendekatan penciptaan lingkungan belajar yang dapat mendorong siswa membangun pengetahuan dan keterampilan secara personal atas dasar apa yang dilihat, ditemukan dan dialami.

2. Pendekatan Inkuiri merupakan pendekatan yang melibatkan keterampilan pemerolehan berbagai konsep pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan nilai-nilai yang dilakukannya sendiri melalui sejumlah proses, seperti mengamati , mencari dan menemukan. 3. Pendekatan Children Centre

beranggapan bahwa pusat kegiatan pembelajaran bertitik tolak pada aktivitas siswa. Siswa berkemampuan sendiri dalam mencari, menemukan, menyimpulkan serta mengkomunikasikan sendiri

berbagai keteramoilan, serta nilai-nilai yang telah diperolehnya.

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran berbasis proyek adalah dapat diwujudkan dalam kegiatan pembelajaran yang menghasilkan sebuah produk, kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan dengan pendekatan belajar aktif atau berpusat pada siswa. Menggunakan prinsip-prinsip Konktruktivis atau kegiatan membangun, problem solving, inquiry, riset, integrated studies, pengetahuan dan keterampilan, evaluasi dan refleksi.

Menurut Dimyanti dan Mujiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari 2 sisi, yaitu siswa dan guru. Dari siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik jika dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud dalam ranah, Kognitif, Afektif dan Psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Disamping itu hasil belajar merupakan indikator yang paling mudah untuk menentukan dan mengetahui serta menilai tingkat prestasi atau keberhasilan siswa dalam setiap mata pelajaran.

Menurut Purwanto (1984:101) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah:

a. Faktor Individu yaitu faktor yang ada pada diri individu yaitu

kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan dan motivasi intrinsik.

b. Faktor Sosial yaitu faktor yang ada diluar individu seperti faktor keluarga, guru dan cara mengajar, lingkungan dan motivasi sosial.

Menurut Samatowa (2006:178) hasil belajar IPA adalah:

(4)

4 b. Keterampilan

c. Himpunan dan tanggapan d. Hafalan

e. Kemampuan menggunakan f. Sikap

Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil tes(formatif dan sub sumatif), unjuk kerja (Performance), penugasan (proyek), hasil kerja (produk), portofolio, sikap dan penilaian diri.

METODE

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian tindakan kelas (PTK) atau sering disebut Classroom Action Reserch. Prosedur penelitian yang akan dilakukan diadaptasi dari model penelitian tindakan (action research) yang diadaptasi dari model Jhon Elliot.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, dimana tiap siklus terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan/observasi dan refleksi. Desain tersebut dapat dilihat dalam gambar 3.1 sebagai berikut.

Gambar 3.1

Langkah Penelitian Tindakan Kelas adaptasi dari Model Jhon Elliot Lokasi Penelitian ini dilakukan di

SDN Cimacan 2 Cipanas Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas V A SDN Cimacan 2 Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur, tahun akademik 2012/2013 dengan jumlah siswa 30 orang.

Instrumen pembelajaran yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian tindakan kelas yang

dilaksanakan adalah menggunakan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), dan LKS (Lembar Kerja Siswa). Materi pokok pembelajaran di kelas V adalah Pesawat Sederhana dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar disesuaikan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (Depdiknas, 2008:30). Sedangkan instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrument tes dan non tes.

(5)

5

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari siswa melalui observer dan hasil belajar siswa. Data-data dalam penelitian ini dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis. Jenis data yang didapat dalam penelitian ini yaitu data kuantiatif dan data kualitatif.

Adapun pengumpulan data yang hendak digunakan terdiri dari dua cara.

1. Untuk mengumpulkan data yang berkenaan dengan aktivitas siswa (ranah afektif dan psikomotor), maka instrumen yang akan digunakan adalah catatan lapangan, catatn refleksi siswa, lembar observasi, pedoman laporan ilmiah sederhana, penilaian proyek dan penilaian produk.

2. Sedangkan untuk

mengumpulkan data tentang keberhasilan proses pembelajaran terutama mengukur kemampuan aspek kognitif, siswa akan diberikan soal tes akhir tindakan berupa soal uraian.

Untuk mengamati aktivitas siswa dan guru dalam hal ini peneliti diobservasi oleh dua orang teman sejawat yakni Ibu Sri Setiyowati, S.Pd dan Ibu Euis Yuyun K, S.Pd.SD. Beliau akan menilai proses aktivitas pembelajaran siswa dan guru dengan menggunakan instrumen yang telah disediakan. Instrumen-instrumen di atas memiliki Kriteria Penskoran dengan skala penilaian atau Rating Scales sebagai berikut:

1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Amat baik

dengan mempergunakan daftar cek (Check-list)dan pada akhirnya dilakukan konversi nilai dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Konversi Nilai

Skor hasil pencapaian siswa yang telah didapatkan melalui rumus tersebut di atas, akan diterjemahkan dengan menggunakan panduan konversi nilai pada tabel contoh di bawah ini:

Tabel 3.3 Panduan Konversi Nilai Instrumen Penilaian Skor Pencapaian Nilai Konversi Kategori

Angka Huruf

15 – 20 76 – 100 A Amat Baik

10 – 14 51 – 75 B Baik

5 – 9 26 –50 C Cukup

1 – 4 1-25 D Kurang

Untuk penilaian hasil proses pembelajaran berupa penguasaan materi atau menilai kemampuan secara kognitif, dilakukan pengisian Lembar Evaluasi

(Post Test) dengan ketentuan Ketuntasan belajar dapat diraih jika nilai siswa minimal 75,00 (KKM).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil observasi kinerja siswa(Psikomotor) dalam kelompok

Hasil observasi kinerja siswa(Psikomotor) dalam kelompok

memuat langkah-langkah yang tertera dalam LKS. Dimana secara eksplisit 13 siswa kurang teliti dalam membaca langkah kerja, bahkan tiga orang mengisi format laporan ilmiah

(6)

6 sederhana secara tidak sesuai dengan

langkah tersebut.

Tabel4.4 Hasil Observasi Kinerja Siswa (Psikomotor) Siklus 1 Skor

Pencapaian

Nilai Konversi Jumlah

Siswa Persentase Kategori Angka Huruf 13-16 76-100 A 15 50% Amat Baik 9-12 51-75 B 15 50% Baik 5-8 26-50 C - - Cukup 1-4 1-25 D - - Kurang

Pada siklus II, terdapat peningkatan nilai yang dilihat dari Rating Scale dimana semua siswa sudah maksimal dalam membaca langkah kerja dan berkesesuaian, mampu mempresentasikan hasil

kerja dan memperlihatkan ketelitian yang lebih baik dari siklus pertama. Hanya satu siswa saja yang masih tidak teliti dalam mengikuti langkah-langkah sesuai dengan LKS kelompok.

Tabel 4.11 Hasil Observasi Kinerja Siswa (Psikomotor) pada Siklus 2 Skor

Pencapaian

Nilai Konversi Jumlah

Siswa Persentase Kategori Angka Huruf 13-16 76-100 A 30 100% Amat Baik 9-12 51-75 B - - Baik 5-8 26-50 C - - Cukup 1-4 1-25 D - - Kurang

2. Hasil observasi sikap siswa (Afektif)

Afektif atau sikap yang diamati meliputi rasa ingin tahu, berani bertanya, kedisiplinan, percaya diri dan bertanggung jawab. Sesuai dengan hasil penilaian observasi sikap siswa, rasa ingin tahu siswa memperlihatkan 15 siswa berpredikat “baik”, 14 siswa “cukup” dan 1 siswa “kurang”. Dilihat dari indikator sikap berani bertanya, 9 siswa menunjukkan keberanian bertanya dengan predikat “baik”, 8 siswa “cukup”, 6 siswa “kurang” dan 7 siswa “sangat kurang”. Sementara itu, dari segi

kedisiplinan, 14 siswa menunjukkan kedisiplinan dengan baik, 13 siswa cukup disipilin, dan 3 siswa kurang dispilin. Indikator lain yang dinilai ialah kepercayaan diri siswa, dari indikator ini didapatkan hasil sebanyak 9 siswa memperlihatkan predikat “baik”, 8 siswa “cukup”, 8 siswa “kurang” dan 5 siswa “sangat kurang”. Indikator terakhir yaitu tanggung jawab. Pada indikator penilaian ini, sebanyak 19 siswa menunjukkan predikat “baik”, 10 siswa “cukup” dan hanya 1 siswa yang menunjukkan predikat “kurang”.

(7)

7

Tabel 4.5 Hasil Observasi Sikap Siswa (Afektif) pada Siklus 1 Skor

Pencapaian

Nilai Konversi Jumlah

Siswa Persentase Kategori Angka Huruf 16-20 76-100 A 16 53,33% Amat Baik 11-15 51-75 B 14 46,67% Baik 6-10 26-50 C - - Cukup 1-5 1-25 D - - Kurang

Sesuai dengan hasil penilaian lembar observasi sikap siswa pada siklus II, dapat dideskripsikan bahwa

peningkatan terlihat pada semua indikator sikap dimulai dari rasa ingin tahu, berani bertanya, kedisiplinan, percaya diri dan tanggung jawab. Perolehan yang didapat 28 siswa memiliki predikat “A” atau “Baik” dan hanya 2 siswa yang berpredikat “B”atau cukup.

Tabel 4.12 Hasil Observasi Sikap Siswa(Afektif) pada Siklus 2 Skor

Pencapaian

Nilai Konversi Jumlah

Siswa Persentase Kategori Angka Huruf 16-20 76-100 A 28 93,33% Amat Baik 11-15 51-75 B 2 6,67% Baik 6-10 26-50 C - - Cukup 1-5 1-25 D - - Kurang

3. Penilaian Instrumen Tes/Hasil Tes Siklus 1 (Kognitif Produk)

Pada siklus I dilaksanakan penilaian instrumen tes berupa LKS (Kognitif Proses), Lembar Evaluasi/Tes akhir siklus 1 (Kognitif Produk), Laporan Ilmiah Sederhana (Kognitif Produk ) dan Penilaian Proyek.

1) Hasil penilaian LKS

Pada siklus 1 dapat dilihat hasil penilaian LKS dimana terdapat 12 orang siswa memiliki nilai di bawah KKM, dengan nilai 60,00 dan 70,00. Dan terdapat 18 siswa yang sudah memenuhi dan /di atas KKM dengan nilai berkisar antara 80,00, 85,00 dan 100.

Tabel 4.6 Hasil Penilaian LKS pada siklus 1

No. Keterangan Hasil

1 Nilai Tertinggi 100

2 Nilai Terendah 60,00

3 Nilai Rata-rata Siswa 79,00

4 Jumlah Siswa Mencapai KKM 18

(8)

8 6 Persentase Siswa Mencapai KKM 60%

7 Persentase Siswa Belum Mencapai KKM 40% Setelah ditempuh siklus 2,

didapat hasil bahwa terdapat 29 orang siswa bernilai sesuai dan/di atas KKM dan hanya 1 orang

lainnnya di bawah KKM. Artinya pada siklus II ini terlihat peningkatan drastis terutama pada kesesuaian langkah kerja dan ketelitian

Tabel 4.13 Hasil Penilaian LKS pada siklus 2

No. Keterangan Hasil

1 Nilai Tertinggi 100

2 Nilai Terendah 50,00

3 Nilai Rata-rata Siswa 87,43

4 Jumlah Siswa Mencapai KKM 29

5 Jumlah Siswa Belum Mencapai KKM 1 6 Persentase Siswa Mencapai KKM 97% 7 Persentase Siswa Belum Mencapai KKM 3% 2) Hasil Penilaian Lembar

Evaluasi/Tes Akhir Siklus I (Kognitif Produk)

Lembar evaluasi yang merupakan tes akhir siklus berupa soal tertulis uraian objektif. Dari hasil pengolahan data didapat 11 orang siswa bernilai sama dan/ diatas

KKM bahkan tiga diantaranya benilai 100 dan 19 orang lainnya di bawah KKM. Perolehan nilai di bawah KKM cukup variatif, terdapat dua orang siswa bernilai 00,00, lima orang di atas 20,00 dan di bawah 35,00 dan 12 orang di atas 45,00 di bawah 75,00. Tabel 4.7 Hasil Penilaian Lembar Evaluasi pada siklus 1

No. Keterangan Hasil

1 Nilai Tertinggi 100

2 Nilai Terendah 0,00

3 Nilai Rata-rata Siswa 64,82

4 Jumlah Siswa Mencapai KKM 11

5 Jumlah Siswa Belum Mencapai KKM 19 6 Persentase Siswa Mencapai KKM 37% 7 Persentase Siswa Belum Mencapai KKM 63% Pada siklus 2, siswa yang mendapat

nilai di atas KKM sebanyak 19 orang, dan 11 diantaranya di bawah KKM. Namun, dibandingkan dengan siklus sebelumnya hasil nilai evaluasi pada siklus kali ini

mengalami peningkatan yang signifikan, yang membuktikan konsep materi ajar lebih dikuasai oleh siswa.

Tabel 4.14 Hasil Penilaian Lembar Evaluasi (Kognitif Produk) pada Siklus 2

No. Keterangan Hasil

(9)

9

No. Keterangan Hasil

2 Nilai Terendah 20,00

3 Nilai Rata-rata Siswa 75,00

4 Jumlah Siswa Mencapai KKM 19

5 Jumlah Siswa Belum Mencapai KKM 11 6 Persentase Siswa Mencapai KKM 63% 7 Persentase Siswa Belum Mencapai KKM 37% 3) Hasil Penilaian Laporan Ilmiah

Sederhana

Berbanding terbalik dengan hasil penilaian lembar evaluasi, perolehan nilai pada laporan

ilmiah sederhana menunjukkan 11 orang siswa bernilai di bawah KKM dan 19 orang lainnya sudah sesuai dan/di atas KKM.

Tabel 4.8 Hasil Penilaian Laporan Ilmiah Sederhana pada siklus 1

No. Keterangan Hasil

1 Nilai Tertinggi 85,00

2 Nilai Terendah 50,00

3 Nilai Rata-rata Siswa 74,17

4 Jumlah Siswa Mencapai KKM 19

5 Jumlah Siswa Belum Mencapai KKM 11 6 Persentase Siswa Mencapai KKM 63% 7 Persentase Siswa Belum Mencapai KKM 37% Pada siklus 2 ini, penilaian

ditambahkan dengan melakukan penilaian laporan ilmiah sederhana dan pembuatan produk tiga dimensi. Setelah

keduanya diakumulasi maka didapatkan bahwa siswa secara keseluruhan memiliki nilai di atas 75,00. Dengan kata lain 100% memenuhi KKM.

Tabel 4.15 Hasil Penilaian Produk Proyek

No. Keterangan Hasil

1 Nilai Tertinggi 92,50

2 Nilai Terendah 79,50

3 Nilai Rata-rata Siswa 88,02

4 Jumlah Siswa Mencapai KKM 30

5 Jumlah Siswa Belum Mencapai KKM 0 6 Persentase Siswa Mencapai KKM 100% 7 Persentase Siswa Belum Mencapai KKM 0% 4) Hasil Penilaian Proyek

Sesuai dengan metode yang dipilih dalam PTK ini, peneliti mengembangkan instrumen tes berupa penilain proyek yang

didalamnya sesuai prosedur proyek itu sendiri. Hasil dari pengolahan data didapat, siswa yang bernilai sudah sesuai dan/di atas KKM terdapat 17

(10)

10 orang, 13 orang lainnya di bawah KKM.

Tabel 4.9 Hasil Penilaian Proyek pada siklus 1

No. Keterangan Hasil

1 Nilai Tertinggi 100

2 Nilai Terendah 50,00

3 Nilai Rata-rata Siswa 75,07

4 Jumlah Siswa Mencapai KKM 17

5 Jumlah Siswa Belum Mencapai KKM 13 6 Persentase Siswa Mencapai KKM 57% 7 Persentase Siswa Belum Mencapai KKM 43% Senada dengan hasil penilaian

produk proyek, pada penilain proyek siklus 2 ini memperlihatkan siswa sebanyak

30 orang telah memenuhi KKM. Diantara siswa tersebut bahkan terdapat 10 orang yang bernilai 100.

Tabel 4.16 Hasil Penilaian Proyek

No. Uraian Hasil

1 Nilai Tertinggi 100

2 Nilai Terendah 81,00

3 Nilai Rata-rata Siswa 91,17

4 Jumlah Siswa Mencapai KKM 30

5 Jumlah Siswa Belum Mencapai KKM 0

5) Rekapitulasi penilaian keseluruhan

(11)

11

Setelah dianalisis hasil dari kinerja, observasi sikap, pengerjaan LKS, laporan ilmiah sederhana, penilaian proyek, terutama penyajian data, dan pengerjaan soal tindakan yang diakumulasikan dalam penilaian keseluruhan belum 100 % mencapai nilai 75,00 (KKM). Dimana,

terdapat satu orang siswa yang benilai 53,33, tiga orang bernilai dengan rentang 55,00 s.d 59,00, 12 orang siswa diantaranya memperoleh nilai di atas 60,00 di bawah 75,00 dan hanya 14 orang bernilai di atas 75,00.

Grafik 4.3 Rekapitulasi Nilai Keseluruhan pada Siklus 2

Dilihat dari grafik rekapitulasi nilai yang tertera di atas, pada siklus II mengalami peningkatan hasil belajar yang tinggi. Dari 30 siswa yang

mengikuti pembelajaran 28 diantaranya mendapat nilai diatas 75,00 dan hanya dua orang yang di bawah 75,00 .

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dalam penelitian tindakan kelas mengenai metode proyek untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V.A di SDN Cimacan 2 Cipanas Kabupaten Cianjur dalam pembelajarn IPA materi Pesawat Sederhana, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran dengan menerapkan metode proyek ini meliputi penyusunan RPP dengan melaksanakan kelima langkah pembelajaran proyek yang meliputi penyelidikan dan observasi (exploration), penyajian bahan baru (presentation), pengumpulan

(12)

12 keterangan atau data

(asimilasi), mengorganisasikan data (organization) dan mengungkapkan kembali (recitation). Dalam perencanaan juga disusun Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi aktivitas guru dan siswa, lembar kinerja dan observasi sikap siswa. Pada siklus I perencanaan masih belum maksimal dan belum mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Sedangkan perencanaan tindakan siklus kedua dapat lebih mengeksplorasi kemampuan siswa juga dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode proyek dilaksanakan dengan mengacu pada lima langkah pembelajaran yaitu: 1) penyelidikan dan observasi (exploration) dimana guru disini melakukan eksplorasi pengetahuan awal siswa

dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi Pesawat Sederhana dan mengaitkannya dengan materi sebelumnya (materi prasyarat). Dimana pada langkah ini siswa memprediksi (predict) sebelumnya konsep IPA atau materi yang akan dipelajari; 2) penyajian bahan baru (presentation) merupakan langkah pembelajaran yang menuntut guru untuk menjabarkan garis besar materi berupa mind mapping pesawat sederhana 3)pengumpulan keterangan atau data (asimilasi), siswa melalui pengamatan lapangan

(observe) mencari benda-benda apa saja di lingkungan sekitar sekolah dan mencari sumber informasi dari buku-buku atau referensi di perpustakaan sekolah:4)mengorganisasikan data (organizing) dengan menggolongkan benda-benda yang termasuk pesawat

sederhana dan

mengklasifikasikan sesuai jenis-jenisnya;

5)mengungkapkan kembali (recitation) meupakan langkah terakhir dalam metode proyek dimana siswa secara individu

maupun kelompok

mempertanggungjawabkan hasil observasi lapangan yang ditulis dalam laporan ilmiah sederhana maupun laporan pembuatan produk tiga dimensi melalui kegiatan presentasi (explain) di depan kelas dan mendiskusikannya.

3. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa Kelas V SDN Cimacan 2 Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur dari siklus I dan II sebesar 46 %. Dimana dapat diuraikan pada siklus I terdapat 53% siswa dengan nilai dibawah KKM dan 47% siswa di atas KKM. Sedangkan pada siklus II didapat hasil belajar yang memperlihatkan kemajuan positif yakni 7% siswa yang hanya mendapat nilai di bawah KKM dan 93% siswa lainnya di atas KKM atau dengan kata lain tuntas. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas V SDN Cimacan 2 pada mata pelajaran IPA materi Pesawat Sederhana dapat ditingkatkan melalui pembelajaran dengan menerapkan metode proyek.

(13)

13

Berdasarkan simpulan di atas pada penelitian untuk meningkatakan hasil belajar siswa dalam pelajaran IPA materi pesawat sederhana di kelas V SD, peneliti mengajukan beberapa saran atau rekomendasi yang bermanfaat sebagai berikut:

1. Metode proyek dapat dijadikan salah satu metode yang dapat diimplementasikan pada pembelajaran IPA, guna meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa khususnya materi pesawat sederhana di kelas V SD. Sesuai Hasil penelitian tindakan kelas ini ternyata hasil belajar siswa dapat meningkat, dimana siswa dapat mengeksplorasi dan membangun pengetahuannya sendiri dengan keingintahuan yang besar dan pembelajaran yang menyenangkan sehingga pemahaman dan hasil belajar siswa meningkat. Hal ini sejalan dengan Sumiati (2011: 18) yang mengemukakan metode proyek sebagai suatu metode pembelajaran tidak terlepas dari beberapa pendekatan didalamnya diantaranya pendekatan konstruktivisme yang didasarkan pada konsep siswa

dapat membangun

pengetahuannya sendiri dalam konteks pengalaman. Artinya pembelajaran proyek ini dipandang sebagai suatu pendekatan penciptaan lingkungan belajar yang dapat mendorong siswa membangun pengetahuan dan keterampilan secara personal atas dasar apa yang dilihat, ditemukan dan dialami.

2. Guru-guru SDN Cimacan 2 khususnya dan guru sekolah dasar pada umumnya

diharapkan dalam menerapkan metode proyek dapat menerapkan sesuai langkah-langkah pembelajaran metode proyek dimulai dari penyelidikan dan observasi (exploration), penyajian bahan baru (presentation), pengumpulan keterangan dan

data (asimilasi),

mengorganisasikan data

(organization) dan

mengungkapkan kembali (recitation).

3. Disarankan kepada peneliti berikutnya agar melanjutkan dan mengembangkan metode proyek tidak hanya terpaku pada materi pesawat sederhana saja namun materi ajar yang lain. Ataupun mata pelajaran yang lain diluar Ilmu Pengetahuan Alam.

DAFTAR PUSTAKA

Adriana, Sofia Ira. (2010). Penerapan Teori Belajar IPA dan Penalaran Siswa SD. Surabaya: CV. Duta Graha Pustaka.

Asrori, Muhammad. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Wacana Prima.

Hakiim, Lukmanul. (2011).Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/20 08/03/21/penelitian-tindakan-kelas-part-i/ http://akhmadsudrajat.wordpress.com/20 08/03/21/penelitian-tindakan-kelas-part-ii/

Kemala, Rosa. (2006). Jelajah IPA 5. Jakarta: Penerbit Yudhistira.

Masita R. (2008). Mari Berksperimen 2. Surabaya: Insan Cendekia

M. S, Warsono. (2012). Pembelajaran Aktif. Teori dan Assessmen.

(14)

14 Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya.

Rasyid, H dan Mansur. (2011). Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV. Wacana Prima

Sumiati dan Asra. (2011). Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima

Susilana, Rudi dan Riyana, Cepi. (2011). Media Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.

Setiorini, dkk. (2008). Belajar IPA Menyenangkan. Jakarta: PT Bina Sumber Daya MIPA

Sukarno, et. al. (2007). Pedoman Model Penilaian Kelas. Jakarta: PT Sekala Jalmakarya

Syarifudin, Tatang. (2012). Pedagogik Teoritis Sistematis. Bandung: Percikan Ilmu

Tim Redaksi Fokusmedia. (2006). Himpunan Peraturan Perundang-undangan tentang Guru dan Dosen. Bandung: Fokusmedia

Gambar

Tabel 3.3 Panduan Konversi Nilai Instrumen Penilaian  Skor Pencapaian  Nilai Konversi
Tabel 4.11 Hasil Observasi Kinerja Siswa (Psikomotor) pada Siklus 2  Skor
Tabel 4.5 Hasil Observasi Sikap Siswa (Afektif) pada Siklus 1  Skor
Tabel 4.7 Hasil Penilaian Lembar Evaluasi pada siklus 1
+4

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat penyedia yang meminta penjelasan terhadap dokumen pengadaan paket pekerjaan Pengadaan Makan Jaga Kawal (Ulp Non Organik/Jaga Fungsi) Polres Badung dan

Untuk mengetahui apakah ada Pengaruh Sosio-Ekonomi, Pengetahuan, dan Sikap Ibu Terhadap Pemanfaatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Martubung Kecamatan

(3) Diklat Reserse sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai tugas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bidang penyidikan dan bidang khusus penyidik pegawai

kualitas pelayanan yang diterima oleh nasabah lebih rendah dari yang diharapkan. maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk atau

Selain itu, cerminan lainnya yang terdapat dalam leksikon upacara daur hidup manusia adalah dengan mengungkap keselarasan hubungan jagad gedhe dan jagad

Sinar Grafika Kencana Gultom, Maidin..2012 Perlindungan Hukum Terhadap Anak dan Perempuan..

[r]

Sahabat MQ/ Meski hingga kini soal Rancangan Undang-Undang Keistimewaan RUUK DIY belum ada kejelasan yang pasti/ namun Sri Sultan Hamengku Buwono X/ baik selaku pribadi maupun