• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN DISUSUN OLEH: : FADHILAH MARYADI PUTRA NIM : KELOMPOK : 18 ASISTEN : LIUTA YAMANO ADEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN DISUSUN OLEH: : FADHILAH MARYADI PUTRA NIM : KELOMPOK : 18 ASISTEN : LIUTA YAMANO ADEN"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN

DISUSUN OLEH:

NAMA : FADHILAH MARYADI PUTRA

NIM : 135080600111038

KELOMPOK : 18

ASISTEN : LIUTA YAMANO ADEN

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015

(2)

i LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN

Dengan ini menyatakan bahwa telah disetujui Laporan Akhir Praktikum Akustik Kelautan yang disusun oleh Fadhilah Maryadi Putra

Malang, 09 Desember 2015 Menyetujui,

Koordinator Asisten Asisten Pendamping

Anthon Andrimida Liuta Yamano Aden

NIM. 125080600111019 NIM. 125080601111045

Mengetahui, Dosen Pengampu

Defri Yona, S.Pi., M.Sc., Std NIP. 19781229 200312 2 002

(3)

ii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah Akustik Kelautan dengan sebaik-baiknya.

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas praktikum yang diberikan dalam mata kuliah Akustik Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Dalam penyusunannya penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dan menyelesaikan laporan ini.

Dalam penulisan laporan praktikum ini, penulis merasa masih terdapat kekurangan baik pada teknik penulisan maupun isi materi. Kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi menyempurnakan pembuatan laporan ini. Akhir kata penulis berharap agar laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi kita.

Malang, Desember 2015

(4)

iii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 LATAR BELAKANG ... 1

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN ... 2

BAB 2. METODOLOGI ... 3

2.1 WAKTU DAN TEMPAT ... 3

2.2 ALAT DAN BAHAN ... 3

ALAT: ... 3

BAHAN: ... 4

2.3 SKEMA KERJA ... 4

BAB 3. HASIL OBSERVASI ... 7

3.1 PENGENALAN ALAT ... 7 3.1.1 Echosounder... 7 3.1.2 Transducer ... 7 3.1.3 Accu ... 8 3.1.4 Antena ... 8 3.2 PERAKITAN ALAT ... 9 3.3 SIMULASI ALAT ... 10 3.4 PENGOLAHAN DATA ... 11

3.4.1 Pengolahan Data Pada Mapsource ... 12

3.4.2 Pengolahan Data Pada Microsoft Excel ... 14

3.4.3 Pengolahan Data Pada Surfer ... 20

3.4.5 Hasil Layouting ... 23

BAB 4. PENUTUP ... 24

4.1 KESIMPULAN ... 24

4.2 SARAN ... 24

(5)

iv

LAMPIRAN ... 27

1. DAFTAR ISTILAH ... 27

2. DOKUMENTASI ... 28

(6)

v DAFTAR GAMBAR

gambar 1. Display ... 3

gambar 2. Atena ... 3

gambar 3. Transducer ... 3

gambar 4. Kabel Penghubung ... 3

gambar 5. Accu ... 4

gambar 6. Data Batimetri Banyuwangi ... 4

gambar 7. Tampilan Kriteria-Kriteria Ikan Pada Display ... 10

gambar 8. Buka Software Mapsource ... 12

gambar 9. Import Data Sounding ... 12

gambar 10. Pengubahan Grid dan Datum ... 13

gambar 11. Import Data ... 13

gambar 12. Hasil Tracking ... 13

gambar 13. Penyimpanan File Dalam Format File .txt ... 14

gambar 14. Buka Aplikasi Miscrosoft Excel ... 14

gambar 15. Buka File Banyuwangi.txt ... 15

gambar 16. Pilih Decline ... 15

gambar 17. Pemberian Spasi Untuk Setiap Kolom ... 15

gambar 18. Tampilan File Banyuwangi.txt Di Excel ... 16

gambar 19. Pembuatan Kolom Baru ... 16

gambar 20. Pengcopyan Data Pada Sheet Baru ... 17

gambar 21. Pengisian Kolom Draft ... 17

gambar 22. Pencarian Rata-Rata Pasut Setiap 30 Menit Sekali ... 18

gambar 23. Pencopyan Rata-Rata Pasut Kedalam Lembar Kerja Baru ... 18

gambar 24. Perhitungan Nilai Z ... 18

gambar 25. Pengubahan Z Menjadi Minus (-) ... 19

gambar 26. Penyimpanan File Dalam Format .xlxs ... 19

gambar 27. Buka Software Surfer10 ... 20

gambar 28. Grid Data ... 20

gambar 29. Open File Banyuwangi.xlxs ... 20

gambar 30. Pemilihan Metode Kriging ... 21

gambar 31. Contour Map Untuk Bentuk 2D ... 21

gambar 32. Open Data Yang Sudah Dilakukan Kriging... 22

(7)

vi gambar 34. Hasil Gambar 3D ... 22 gambar 35. Hasil Layouting 2D ... 23 gambar 36. Hasil Layouting 3D ... 23

(8)

vii DAFTAR TABEL

Tabel 1. Alat-Alat Praktikum Akustik dan Fungsinya ... 3 Tabel 2. Bahan-Bahan Praktikum Akustik dan Fungsinya ... 4

(9)

1 BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Salah satu kegiatan yang sering dilakukan dalam pekerjaan atau penelitian hidrografi yaitu survei batimetri. Survey batimetri sendiri secara umum merupakan pekerjaan pengukuran kedalaman air danau atau dasar lautan. Dalam mendapatkan datanya, survey batimetri menggunakan metode pemeruman yaitu penggunaan gelombang akustik untuk pengukuran bawah air dengan menggunakan alat echosounder. Alat tersebut mempunyai prinsip memancarkan bunyi dan kemudian gema dari bunyi tersebut ditangkap kembali untuk mengetahui keberadaan benda-benda di bawah air. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, echosounder berkembang dari yang menggunakan singlebeam hingga sekarang menggunakan multibeam dalam akusisinya (Saputra, 2011).

Perairan Indonesia banyak dimanfaatkan untuk berbagai tujuan diantaranya untuk sistem komunikasi, system keamanan bawah air, pelacakan penyelam,sistem sonar aktif dan pasif, sistem navigasi kapal dan lain sebagainya Tujuan tersebut, suara (getaran akustik) digunakan sebagai media pembawa pesan karena dapat merambat dalam jarak jauh pada air.Salah satu kegiatan yang sering dilakukan dalam pekerjaan atau penelitian hidrografi. Survey batimetri sendiri secara umum merupakan pekerjaan pengukuran kedala man air danauatau dasar lautan. Dalam mendapatkan datanya, survey batimetri menggunakan metode pemeruman yaitu penggunaan gelombang akustik untuk pengukuran bawa hair dengan menggunakan alat echosounder (suhana, 2015).

Akustik adalah teori tentang gelombang suara dan perambatannya dalam suatu medium. Akustik kelautan yang dalam bahasa inggrisnya disebut “marine acoustic” adalah teori tentang perambatan gelombang suara dan perambatannya dalam medium air laut. Akustik merupakan teori yang membahas tentang gelombang suara dan perambatannya dalam suatu medium. Sedangkan akustik kelautan adalah teori yang membahas tentang gelombang suara dan perambantannya dalam suatu medium air laut. Akustik kelautan merupakan satu bidang kelautan yang mendeteksi target di kolom perairan dan dasar perairan dengan menggunakan suara sebagai mediannya.

(10)

2 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari dilaksanakannya Praktikum Akusitik Kelautan ini adalah untuk mengetahui alat instrument apa saja yang digunakan dalam pengaplikasian akustik dan bagaimana pengoperasian dari alat tersebut. Serta dapat mengolah data batimeteri yang nantinya akan diproses di sebuah software yang bernama Surfer untuk menunjukan kontur batimetri daerah Banyuwangi.

Tujuan dari Praktikum Akustik Kelautan adalaha agar para mahasiswa memiliki kemampuan dalam pengoperasian dan pengolahan data hasil dari penggunaan alat akustik kelautan serta mengetahui kontur batimetri daerah banyuwangi.

(11)

3 BAB 2. METODOLOGI

2.1 WAKTU DAN TEMPAT

Praktikum Akustik Kelautan dilaksanakan pada tanggal 23 November 2015 pukul 07.00 WIB di Laboratorium Ilmu Kelautan Gedung A Pasca Sarjana Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang.

2.2 ALAT DAN BAHAN

Dalam praktikum Akustik Kelautan, terdapat alat berupa: ALAT:

Tabel 1. Alat-Alat Praktikum Akustik dan Fungsinya

No. Alat dan Bahan Fungsi

1

gambar 1. Display

Untuk menampilkan gambar dalam bentuk grafik

2

gambar 2. Atena

untuk menangkap sinyal yang dipancarkan dari satelit

3

gambar 3. Transducer

untuk memancarkan gema/ pulse ke dasar perairan dan menangkap gema/ pulse listrik menjadi energi suara

4

gambar 4. Kabel Penghubung

Untuk penghubung antara aki ke display unit

(12)

4 BAHAN:

Tabel 2. Bahan-Bahan Praktikum Akustik dan Fungsinya

No. Alat dan Bahan Fungsi

1

gambar 5. Accu

sebagai bahan atau power supply atau sumber energi lisrik

2

gambar 6. Data Batimetri Banyuwangi

Sebagai data yang akan diolah menjadi pemodelan 2D dan 3D.

2.3 SKEMA KERJA

Skema Kerja dalam praktikum Akustik Kelautan dengan materi pengenalan alat dan perangkaian alat sebagai berikut :

- Pasang kabel antenna dengan echosounder - Pasang kabel transducer dengan echosounder

- Pasang kabel penghubung yang menghubungkan transducer dengan accu

- Setelah semua komponen terangkai, tekan tombol “Power“ untuk menyalakan echosounder

- Ketika echosounder sudah dapat digunakan, tekan tombol “ I Agree ” - kemudian tekan tombol “ Page “ hingga keluar page 1 sampai page 7 - Setelah muncul page 1 hingga page 7, klik tombol “menu“

kemudian pilih “sonar”

- Kemudian tentukan “fish symbol”, lalu keluar dari menu set up sonar - Lalu pilih “GPS” dan tekan tombol “menu” setelah itu pilih “Start

Simulator”

- Amati hasil yang ada pada display Persiapan

(13)

5 Skema Kerja dalam praktikum Akustik Kelautan dengan materi pengolahan data prediksi sebagai berikut : Skema Kerja dalam praktikum Akustik Kelautan dengan materi pengolahan data prediksi sebagai berikut :

- Buka software Mapsource

- Buka data hasil sounding yang sudah di import dari memory card echosounder

- Ubah posisi Grid menjadi UTM, Datum WGS84 dan Unit satuan menjadi meter dengan cara pilih - Edit Prereferences

- Simpan data hasil sounding tersebut kedalam format (*.txt) - Buka data hasil pengamatan pasang surut pada excel

- Kemudian lakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai tinggi air (C) dengan rumus [ = Elevasi Dermaga (A) – Jarak Elevasi ke Muka Air (B) ]. Satuan dalam meter (m)

- Masukkan data tinggi air setiap 15 menit dari data pengamatan pasang surut dalam satuan meter (m)

- Buatlah grafik pengamatan pasang surut dari data tinggi air setiap 15 menit tersebut

- Diketahui penurunan atau reduksi tiap ketinggian dari grafik, masukkan data reduksi tinggi air dan waktu berdasarkan grafik - ambahkan kolom dari hasil data sounding untuk memasukkan data

seperti depth, transduser, reduksi pasang surut dan kedalaman tetap - Selanjutnya, masukkan data kedalaman hasil sounding pada kolom

depth, data kedalaman transduser (draft) pada kolom transduser dan data reduksi pasut pada kolom pasut

- Kedalaman tetap didapatkan dari perhitungan kedalaman hasil sounding (depth) ditambah kedalaman transduser dengan reduksi pasut

- Setelah mendapatkan data kedalaman tetap, simpan data-data koordinat longitude dan lattitude, kedalaman tetap dalam format (*.txt)

- Berikut merupakan tampilan hasil data - Kemudian, membuka perangkat lunak surfer

- Pilih contour data. Masukkan data yang sebelumnya digrid data Persiapan Pengolahan Data

(14)

6 - Hasil akhir akan muncul tampilan 2 dimensi dan 3 dimensi dari

bathimetri

- Amati dan beri analisa

(15)

7 BAB 3. HASIL OBSERVASI

3.1 PENGENALAN ALAT

Pada praktikum Akustik Kelautan, terdapat alat-alat berupa Echosounder, Accu, Transducer, dan Antena yang dipersiapkan untuk dilakukan perakitan alat.

3.1.1 Echosounder

Echosounder merupakan sebuah peralatan elektronik yang digunakan untuk mengukur kedalaman suatu perairan. Dalam proses pengukuran kedalaman suatu perairan ini ada beberapa faktor penting yang sering berhubungan (aspek fisika laut) seperti gelombang. Adapula faktor cahaya, atau kecerahan, tekanan, suara di laut dan lain-lain. Echosounder ini dapat digunakan untuk mengukur batimetri perairan. Terdapat 2 tipe Echosounder, yaitu tipe Single Beam dan tipe Multi Beam. Kedua tipe tersebut dapat dibedakan berdasarkan jenis pancaran dan penerima pancaran gelombang bunyi (Al-Kautsar Muhammad, 2013).

Echosounder adalah satu alat navigasi elektronik dengan menggunakan sisten gema yang dipasang pada dasar kapal yang berfungsi untuk mengukur kedalaman perairan , mengetahui bentuk dasar suatu perairan dan mendeteksi gerombolan ikan dibagian bawah kapal secara vertical. Echosounder sendiri memiliki beberapa kegunaan, antara lain:

 Pengindentifikasian jenis-jenis lapisan sedimen dasar laut  Pemetaan dasar laut

 Pencarian kapal karam di bawah laut  Analisa dampak lingkungan di dasar laut 3.1.2 Transducer

Transducer merupakan bagian dari instrument gema yang berfungsi mengubah energi listrik menjadi energi mekanik yang kemudian akan membangkitkan sebuah gelombang suara dan sebaliknya. Transducer akan memantulkan atau melepaskan sebuah gelombang ke dalam perairan. Gelombang akustik tersebut merambat pada medium air dengan cepat rambat yang relatif diketahui atau dapat diprediksi hingga menyentuh dasar perairan dan dapat dipantulkan kembali

(16)

8 ke transducer. Hasil pengukuran kedalaman perairan nantinya akan direkam dan ditampilkan secara digital (Al-Kautsar Muhammad, 2013).

Transducer adalah suatu alat yang dapat mengubah suatu bentuk energi ke bentuk energi lainnya. Bentuk-bentuk energi tersebut diantaranya seperti Energi Listrik, Energi Mekanikal, Energi Elektromagnetik, Energi Cahaya, Energi Kimia, Energi Akustik (bunyi) dan Energi Panas. Pada umumnya, semua alat yang dapat mengubah atau mengkonversi suatu energi ke energi lainnya dapat disebut sebagai Transducer.

3.1.3 Accu

Akumulator atau aki (accu) merupakan suatu perangkat yang berguna untuk mensuplay tegangan listrik DC. Accu ini bersifat portabel dan bisa dipakai dimana saja dan kapan saja tanpa harus berada di daerah atau tempat yang mendapatkan pasokan energi listrik. Pemakaian dari accu ini dapat habis dan mempunyai batas pemakaian serta tidak bisa dipakai lagi jika energinya sudah habis. Accu ini merupakan sumber listrik utama untuk menyalakan instrument Echosounder yang akan digunakan dalam metode akustik dalam penelitian kelautan maupun pendugaan stok ikan (Latif, 2013).

Akumulator atau aki adalah sumber tagangan listrik DC yang bersifat portable dan bisa dipakai dimana saja dan kapan saja tanpa harus berada di daerah atau tempat yang mendapatkan pasokan energi listrik seperti PLN. Pemakaian aki juga bisa habis. Aki mempunyai batas pemakaian dan tidak akan bisa dipakai lagi jika energinya sudah habis, artinya tidak ada lagi perbedaan potensial antara kutub anoda dan katodanya. Aki yang telah habis ini bisa dipergunakan lagi setelah aki tersebut diisi ulang dengan cara memberikan tegangan dengan potensial yang sama pada kutub positif dan negatifnya, artinya kutub positif aki diberikan input potensial positif dan kutub negatif aki diberikan input potensial negatif juga.

3.1.4 Antena

Antena berguna untuk memancarkan bunyi keluar dan menerima kembali signal yang dipantulkan oleh target. Bentuknya beragam, ada yang berbentuk tabung, bentuk setengah bulat piringan tebal bahkan ada yang berbentuk bola besar. Antena dipasang jauh dari sorotan scanner radar, karena sorotan radar akan menghalangi penerimaan sinyal satelit GPS. Pastikan bahwa lokasi di sekitar antenna tidak menutupi garis pandang kearah satelit. Benda-benda di

(17)

9 sekitar antenna seperti tiang kapal, atau cerobong asap dapat menghalangi penerimaan sinyal satelit GPS. Antena dipasang setinggi mungkin, hal ini juga akan menjaga dari percikan air laut (Ningsih, 2011).

Antena di pasang di bagian paling atas kapal agar mendapatkan sinyal yg baik untuk melakukan proses perekaman data batimetri. Pastikan juga tidak ada hal atau benda yang menghalangi keberadaan antena tersebut. Antenna yang sudah terpasang nantinya akan langsung terhubung dengan GPS yang telah terpasan di dalam kapal.

3.2 PERAKITAN ALAT

Pemasangan instrumentasi hidroakustik (echosounder) tidak hanya didasarkan pada tepatnya pemasangan transducer atau pemasangan komponen yang lain dengan tepat akan tetapi fungsi dari hidroakustik dapat tergantung oleh adanya turbulensi, akustik noise atau aerasi oleh air laut. Kinerja sebuah Echosounder dibatasi oleh propagansi akustik suara didalam air, maka pemasangan transducer harus dipilih sedemikian rupa agar permukaan transducer bebas dari gelembung udara dan turbulensi air laut. Oleh karena itu transducer dipasang pada haluan kapal. Untuk pemasangan kabel pada Echosounderterdapat hal-hal yang harus diperhatikan, ketika pemasangan kabel koneksi dan kabel observasi harus mengikuti aturan yaitu , jangan melebihi radius kelenturan kabel yang diperbolehkan, jangan letakkan kabel pada bagian kapal yang betujung tajam, jangan meggunakan kabel ties dari logam untuk mengikat kabel. Sedangkan untuk pemasangan antenna sendiri diletakkan pada tiang yang posisinya sejajar dengan transducer. Kabel transducer, kabel antenna dan kabel power akan dipasang pada display untuk menampilkan hasil dari observasi yang dilakukan (ELAC, 2015)

Display echo sounder dapat dipasang pada meja, hal yang harus diperhatikan untuk pemilihan peletakan display adalah hindarkan display dari terik matahari langsung, pastikan suhu dan kelembapan selalu stabil. Untuk peletakan kompas magnetic akan lebih efektif jika diletakkan disamping display. Untuk pemasangan display yaitu pasang hanger dengan menggunakan empat skrup kemudian pasang dummy kover pada display untuk menutup skrup. Sedangkan untuk pemasangan transducer diletakkan pada lambung kapal, terapkan pita segel untuk melindungi kabel transducer, pemasangan transducer pada lambung kapal menggunakan transducer fixing flange. Sangat disarankan untuk melindungi kabel tranducer dengan menggunakan bahan yang anti air dan

(18)

10 isolator listrik, hal ini untuk melindungi kabel dari kerusakan. Pemasangan antenna diletakkan pada tiang dan sejajar dengan transducer (Furuno, 2015). 3.3 SIMULASI ALAT

Fish Finder Garmin MAP Sounder 178 C adalah alat jenis fish finder yang dipadukan dengan teknologi GPS sehingga posisi suatu objek yang direkam dapat diketahui. Biasanya Fish Finder Garmin MAP Sounder 178 C digunakan untuk mencari posisi ikan dan mengukur kedalaman dalam rangka mengetahui kondisi topografi dasar laut dengan menampilkan kontur kedalaman secara rinci. Alat ini dirancang khususnya untuk perairan dangkal dan tidak terlalu luas seperti waduk, danau, dan sungai. Biaya yang dikeluarkan untuk alat ini pun cenderung lebih murah. Fish Finder Garmin MAP Sounder 178 C sendiri mengkombinasikan antara sistem Echosounderdan sistem sonar aktif sehingga posisi ikan dapat ditampilkan pada media layar berupa Liquid Crystal Display maupun layar Cathode Ray Tube (Mahbub, 2011).

Dalam pendeteksian ikan digunakan sistem hidroakustik yang memancarkan sinyal akustik secara vertikal yang disebut Fish Finder. Bunyi gelombang yang dipancarkan dari transmitter diubah menjadi gelombang suara oleh transducer dan kemudian dipancarkan ke dalam air. Ketika gelombang suara mengenai obyek di dalam air seperti ikan, maka gelombang tersebut dipantulkan kembali menurut komposisi, ukuran, dan bentuk obyek tersebut. Obyek yang terkena gelombang suara tersebut dapat terlihat di layar karena gelombang suara yang dipantulkan ditangkap kembali oleh transducer yang diubah menjadi sinyal elektrik dan diperjelas pada receiver, diolah dan ditampilkan ke dalam layar. Kedalaman obyek yang dikenai gelombang suara dapat ditentukan dengan adanya nilai kecepatan gelombang suara pada medium air yang berkisar 1500 m/dt dan waktutempuh antara gelombang dipancarkan dan diterima kembali oleh receiver. Keakuratan hasil yang muncul pada layar tampilan tergantung kepada frekuensi dan kekuatan transmisi.

(19)

11 Echosounder mengukur kedalaman air dengan membangkitkan gelombang akustik pendek atau ping yang dipancarkan kedasar air kemudian mendengarkannya kembali echo dari dasar air itu. Waktu antara gelombang akustik yang dipancarkan dan kembalinya echo adalah waktu yang dipantulkan gelombang akustik untuk merambat ke dasar air dan memantul kembali ke permukaan air. Dengan mengetahui waktu dan kecepatan suara dalam air, maka kedalaman dasar air dapat dihitung (Firdaus, 2008).

3.4 PENGOLAHAN DATA

Pengolahan data setiap penggunaan alat akustik berbeda-beda sesuai dengan tujuan dari penggunaan alat tersebut. Untuk pengolahan data yang dilakukan di perairan Bengkulu menggunakan multi-beam yang terdiri dari 2 jenis, yaitu ; ELAC SeaBeam 1050D dengan frekuensi 50 KHz, dan Simrad EM 12D dengan frekuensi 12 KHz. Data multibeam yang diperoleh merupakan data yang telah mengalami koreksi terhadap pengaruh pergerakan kapal seperti pitch, heave, roll dan heading. Koreksi tersebut dilakukan menggunakan sensor attitude and positioning Coda Octopus F 180. Koreksi posisi sensor dan transducer (offset correction) terhadap center line kapal dilakukan dengan menggunakan DGPS Sea Star 8200 VBS. Jenis koreksi ini sangat penting untuk dilakukan karena akan berpengaruh terhadap akurasi data. Hasil penelitian ini mendeteksi objek bawah laut seperti gunung bawah laut pada 320 Km dari Kota Bengkulu, tepatnya pada koordinat 4°22’9,16’’LS dan 99°25’01,47’’BT. Tinggi gunung bawah laut mencapai ± 3.968 meter serta memiliki dua buah puncak yang terpisah sejauh ± 3.050 meter. Puncak gunung berada pada kedalaman ± 1.270 meter yang diukur dari permukaan air laut. Diameter panjang (major axis) gunung tersebut ± 50.240 meter dan diameter pendek (minor axis) berdasarkan hasil pengukuran yaitu ± 5.644 meter (Fahrulian, 2013).

Penggunaan atau aplikasi dari perangkat akustik dalam melakukan survey terhadap keberadaan dari ikan herring di atlantik. Data akustik dikumpulkan dan diolah dengan menggunakan Simrad EK 500, Echosounderini beroperasi pada 12, 38, dan 120 kHz. Hull dipasang dengan sistem single-beam (12 kHz) dan split-beam (38 dan 120 kHz) transduser yang dikalibrasi sebelum dan selama survei menggunakan metode standar. Analisis yang disajikan di sini yang digunakan hanya 38 kHz data, seperti 38 kHz frekuensi akustik standar de facto untuk perkiraan kelimpahan ikan laut. Parameter operasional untuk 38 kHz

(20)

12 echo sounder adalah 1 ms bunyi durasi dan 1 transmisi per 2 detik. Data yang diolah dengan Simrad EK 500 ini digunakan untuk mengetahui keberadaan ikan di perairan dan berfungsi sebagai fish finder (Overholtz, 2006).

Pada praktikum Akustik kelautan, telah disediakan data yang nantinya akan kita olah dengan beberapa software. Data tersebut merupakan hasil yang di dapat di lapang yang berupa data pasang surut, longitude, latitude, suhu, kedalaman. Data yang akan diolah menggunakan beberapa software diantaranya adalah, Microsoft excel, dan Surfer. Hasilnya akan berupa peta dua dimensi dan tiga dimensi perairan Banyuwangi.

Berikut ini merupakan langkah pengolahan data pada MapSource hasil sounding pada perairan Banyuwangi:

3.4.1 Pengolahan Data Pada Mapsource

1. Buka software MapSource

gambar 8. Buka Software Mapsource 2. Buka data hasil sounding yang sudah di import dari memory card

echosounder. Dengan cara klik File  open

(21)

13 3. Ubah unit satuan menjadi meter dan ubah posisi Grid menjadi UTM, Datum

WGS84 dengan cara pilih menu edit – Preference

gambar 10. Pengubahan Grid dan Datum

4. Klik data yang dimasukkan dan klik kanan pilih Show Selected Track On Map

gambar 11. Import Data 5. Berikut hasil data Track Banyuwangi

(22)

14 6. Simpan data hasil sounding tersebut dalam format (*.txt)

gambar 13. Penyimpanan File Dalam Format File .txt 3.4.2 Pengolahan Data Pada Microsoft Excel

Pengolahan data pasang surut dilakukan di Ms. Excel, tahapan-tahapan proses pengolahan adalah sebagai berikut:

1. Pertama-tama, buka software Microsoft Excel

(23)

15 2. Kemudian buka file Banyuwangi.txt yang telah disimpan sebelumnya pada

Excel

gambar 15. Buka File Banyuwangi.txt

3. Pilih Declined -> Next

gambar 16. Pilih Decline 4. Centang Tab dan Space dan Next. Kemudian klik finish

(24)

16 5. Berikut adalah hasil data dari Banyuwangi.txt yang dibuka pada software

Microsoft Excel

gambar 18. Tampilan File Banyuwangi.txt Di Excel

6. Kemudian pilih sheet baru dan tulis X, Y, Z, Time, Sounding, Pasut dan

Draft. Seperti pada gambar berikut ini

(25)

17 1. Selanjutnya, copy data koordinat pada sheet Banyuwangi ke kolom X dan

Y pada sheet baru

gambar 20. Pengcopyan Data Pada Sheet Baru

2. Copy pula data time ke sheet baru dan copy data sounding ke sheet baru.Kemudian tulis pada kolom draft dengan nilai 0.4

gambar 21. Pengisian Kolom Draft

3. Untuk data pasut, buka file “Data Pasut Banyuwangi” yang telah disediakan oleh asisten. Tentukan nilai perubahan pasut setiap 15 menit dengan mencari nilai rata-rata (average) ketinggian muka air setiap 15 menit (misalnya rata-rata ketinggian dari jam 06.00-06.30). Lakukan seterusnya hingga jam 15.00. Seperti pada gambar.

(26)

18 gambar 22. Pencarian Rata-Rata Pasut Setiap 30 Menit Sekali

4. Masukkan data pasut sesuai dengan jamnya

gambar 23. Pencopyan Rata-Rata Pasut Kedalam Lembar Kerja Baru 5. Setelah semua data pasut terisi pada sheet baru, lakukan pengisian

kedalaman (Z) dengan menggunakan rumus (sounding+draft)-(pasut). Sehingga didapatkan nilai Z

(27)

19 6. Karena Z adalah kedalaman, maka hal itu bernilai negative, untuk mengubah nilai Z menjadi negative, dilakukan dengan cara ketik -1 pada kolom yang kosong di sebelahnya kemudian copy nilai -1 dan data Z paste special  multiply.

gambar 25. Pengubahan Z Menjadi Minus (-)

7. Simpan data yang diolah dengan Microsoft Excel dengan format (*.xlxs)

gambar 26. Penyimpanan File Dalam Format .xlxs

Setelah melakukan kegiatan sounding kemudian didapatkan nilai kedalaman dan koordinat. Selanjutnya dapat dilakukan pengolahan data menjadi sebuah peta bathimetri. Berikut adalah tahapan-tahapan pengolahan data bathimetri hasil sounding.

(28)

20 3.4.3 Pengolahan Data Pada Surfer

1. Buka software Surfer

gambar 27. Buka Software Surfer10 2. Lakukan grid data kedalaman. Pilih menu Grid  Data

gambar 28. Grid Data

3. Pilih file Banyuwangi.xlxs yang telah disimpan sebelumnya.

(29)

21 4. Pastikan menggunakan metode Kriging  OK

gambar 30. Pemilihan Metode Kriging

5. Pilih menu Map  New  Contour Map untuk menampilkan batimetri dalam bentuk 2 Dimensi

gambar 31. Contour Map Untuk Bentuk 2D 6. Pilih hasil data yang sudah di Kringing

(30)

22 gambar 32. Open Data Yang Sudah Dilakukan Kriging

7. Berikut gambar 2D setelah diatur contour dan scale

gambar 33. Hasil Gambar 2D

8. Pilih menu Map  New  3D surface untuk menampilkan batimetri dalam bentuk 3 Dimensi. Berikut gambar 3D setelah diatur contour dan scale

(31)

23 3.4.5 Hasil Layouting

gambar 35. Hasil Layouting 2D

(32)

24 BAB 4. PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

 Salah satu keunggulan dari metode akustik adalah memungkinkan memperoleh dan memproses data secara real time.

 Komponen utama echosounder adalah Transmitter, Transducer, Receiver, Display/recorder.

 Fungsi Echosounder adalah mengukur kedalaman air dengan mengirimkan tekanan gelombang dari permukaan ke dasar air dan dicatat waktunya sampai echo kembali dari dasar air.

 Akustik dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: akustik pasif dan akustik aktif.

 Kelemahan dari metode akustik adalah belum bisa mengidentifikasi sampai spesies.

4.2 SARAN

Pada praktikum selanjutnya dan yang akan datang, diharapkan untuk para praktikan dapat langsung untuk mengerjakan proses-proses yang telah dijelaskan seperti perakitan dan simulasi alat. Sangat penting bagi para praktikan untuk mengetahui langkah-langkah kerja secara langsung dibandingkan hanya memperhatikan tanpa mempraktikannya secara langsung.

(33)

25 DAFTAR PUSTAKA

Al-Kautsar Muhammad,B.S.2013. Aplikasi Echosounder Hi-Target Hd 370 Untuk Pemeruman Di Perairan Dangkal (Studi Kasus : Perairan Semarang). Jurnal Geodesi UNDIP , Vol II No. 4 222-239.

ELAC,N.2015. Navigation Echo Sounder LAZ 5100/ES 5100 Technical Manual TH 52 603 8001 EN. www.elac-nautik.de. Diakses pada 30 November 2015

Fahrulian,H.M.2013. DIMENSI GUNUNG BAWAH LAUT DENGAN

MENGGUNAKAN MULTIBEAM ECHOSOUNDER DI PERAIRAN

BENGKULU. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis , Vol. 5, No. 1, Hlm. 93-102.

Firdaus, H.2008. Sitem Visualisasi profil dasar Laut Menggunakan Echosounder. Jakarta: UI Press.

Furuno.2015. Installation Manual Navigational Echo Sounder FE-700. www.furunosa.com. Diakses pada 30 November 2015. Pukul 22:00

Kongsberg.2006.transducer_installation_english.http://www.km.kongsberg.com/k s/web/nokbg0397.nsf/AllWeb/8FCEE219324D78B2C12576E40034BBFF/$f ile/160164ah_transducer_installation_english.pdf?OpenElement.www.km.k ongsberg.com. Diakses pada 28 November 2015

Latif, M.2013. Analisa Proses Charging Akumulator pada Prototipe Turbin Angin Sumbu Horizontal di Pantai Purus Padang. Jurnal nasional Teknik Elektro , Vol: 2.

Mahbub, M.2011. Perbandingan Metode Absolut dan Differensial pada Pemetaan Batimetri Menggunakan GARMIN Map. Yogyakarta: Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.

Ningsih,R.S.2011. Laporan Navigasi. Yogyakarta: Jurusan Perikanan Universitas Gadjah Mada.

Overholtz,W.J.2006.Empirical Comparisons of Survey Designs in Acoustic Surveys of Gulf of Maine-Georges Bank Atlantic Herring. J. Northw. Atl. Fish. Sci , Vol. 36: 127–144.

(34)

26 Pramanda,G.A.2013. Analisis Perbandingan Hasil Pengukuran Batimetri Menggunakan Alat Singlebeam Echosounder Odom Hydrotrac II dan Fish Finder Garmin MAP Sounder 178 C. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Saputra.2011.Identifikasi Nilai Amplitudo Sedimen Dasar Laut pada Perairan Dangkal Menggunakan Multibeam Echosounder. Semarang: Universitas Diponegoro.

Suhana, M.2015. Pengukuran Akustik Scattering Strenght Dasar Laut Untuk Identifikasi Densitas Dan Habitat Ikan Pelagis Untuk Echosounder .

Survey,A.2015.Garmin GPSMAP 178C Sounder.

http://www.alatsurvey.com/home/index.php?option=com_content&task=vie w&id=80&Itemid=122. Diakses pada 28 November 2015

(35)

27 LAMPIRAN

1. DAFTAR ISTILAH

- Akustik : Ilmu yang mempelajari tentang suara beserta peramba- tannya di dalam air.

- Barcheck : Alat yang digunakan untuk mengkalibrasi kedalaman dari echosounder (untuk draft) dan dapat juga digunakan un- tuk mengkalibrasi kecepatan suara pada kolom perairan dengan kedalaman maksimal 50-75 kaki.

- Batimetri : Ilmu yang mempelajari kedalaman di bawah air dan studi tentang tiga dimensi lantai samudera atau danau.

- Draft : Jarak antara transducer ke permukaan perairan. - Echo : Pemantulan kembali sinyal yang telah dipancarkan. - GPS : Singkatan dari Global Positioning System yang merupa-

kan sistem untuk menentukan posisi dan navigasi secara global dengan menggunakan satelit.

- Hidrografi : Ilmu yang mempelajari tentang pengukuran dan deskripsi sifat dan bentuk dasar perairan dan dinamika badan air. - Multibeam : Alat yang dapat digunakan untuk mengukur banyak titik

echosounder kedalaman secara bersamaan yang didapat dari suatu susunan tranduser (tranducer array). - Noise : Sinyal lain yang tidak diharapkan karena bersifat meng-

ganggu sinyal asli dan kehadirannya bersifat acak. - Pemeruman : Proses dan aktivitas yang ditujukan untuk memperoleh

gambaran (model) bentuk permukaan (topografi) dasar perairan (seabed surface).

- Receiver : Komponen penysusun echosounder yang berfungsi un- tuk menerima dan memperkuat sinyal pantulan yang di- pancarkan oleh transducer.

(36)

28 - Single beam : Alat ukur kedalaman air yang menggunakan pancaran

echosounder tunggal untuk mengirim dan menerima gelombang suara - Transducer : Komponen penyusun echosounder yang berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi gelombang suara, pun sebaliknya.

- Waypoint :Titik koordinat yang mewakili posisi.

2. DOKUMENTASI

Page peta dan kedalaman Menu SONAR

Menu GPS Page peta dan kedalaman

(37)

29

(38)

30 ASISTEN ZONE

No Nama Asisten Foto Asisten Asal Kesan dan pesan

1

Anthon

Andrimida Malang

Asisten dari segala asisten, namun tanggung jawabnya

dijlankan dengan baik dan menjadi

teladan

2

Niken Puteri

Prayitno Surabaya

Kocak, lucu, baik dalam bertukar

pikiran

3

Jaka Harry M.W

Bekasi Baik, dan tegas

4

Sepdhinia Ayuningtyas

Blitar Orangnya lucu dan baik

(39)

31 5 Dio Aditya Murtianto Bekasi Baik, dalam menjelaskan materi juga bagus, enak dan mudah dipahami 6 Evy Afriyani Sidabutar Kisaran, Sumatera Utara Orangnya baik, santai dan jadi contoh yang baik 7 Endri Vitasari Bojonegoro Juju saja baru lihat kalau kakaknya satu prodi IK 8 Liuta Yamano Aden Jember Baik, santai, dan enak untuk bertukar pikiran 9 M. Abdul Ghofur Al Hakim Malang Juju saja baru lihat kalau kakaknya satu prodi IK

(40)

32 10 Rafaela Ronauli Gultom Pematangsiantar Tegas, terkenal keras namun baik dan lucu

Gambar

Tabel 1. Alat-Alat  Praktikum Akustik dan Fungsinya
Tabel 2. Bahan-Bahan  Praktikum  Akustik dan Fungsinya
gambar 7. Tampilan Kriteria-Kriteria Ikan Pada Display
gambar 9. Import Data Sounding
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pengelolaan obat bertujuan untuk menjamin ketersediaan obat yang bermutu baik dan supaya dana yang tersedia dapat digunakan dengan sebaik-baiknya (Oktaviani,

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA 4.1 Implementasi Disability Policy pada Pembangunan Fasilitas Umum sebagai Bentuk Perlindungan dan Pemberdayaan Penyandang Cacat di Kota Malang

Penelitian menggunakan desain potong lintang ( cross sectional ). Kriteria inklusi : siswa kelas I atau II yang sering mengendarai sepeda motor, dan bersedia ikut

Penelitian yang telah dilakukan oleh Kusnan tahun 2012 dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Dengan Model Pembelajaran

Istilah – istilah Sesaji dalam Tradisi Julen Giling Tebu PTP Nusantara IX PG Tasikmadu Kabupaten Karanganyar (Kajian Etnolinguistik), ” Skripsi : Program Studi Sastra

Judul Tesis : HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DAN INTAKE ZAT GIZI DENGAN TINGGI BADAN ANAK BARU MASUK SEKOLAH (TBABS) PADA DAERAH ENDEMIS GAKY DI KECAMATAN PARBULUAN

Secara umum rotan dapat tumbuh pada berbagai keadaan seperti : di rawa, tanah kering, dataran rendah, pegunungan tanah kering berpasir, tanah liat berpasir yang secara