• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA TINGKAT KESEHATAN BANK MENGGUNAKAN FAKTOR CAMELS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA TINGKAT KESEHATAN BANK MENGGUNAKAN FAKTOR CAMELS"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Hlm. 21 –38

ANALISA TINGKAT KESEHATAN BANK MENGGUNAKAN

FAKTOR CAMELS

Abd. Aziz

Dosen STAI Attanwir Bojonegoro

Abstrak :Kesehatan bank merupakan sesuatu hal yang sangat penting untuk diketahui dalam sebuah bank. Dan BI sebagai otoritas keuangan di Indonesia telah menetapkan suatu metode untuk mengetahui dan menganalisis kesehatan sebuah bank.

Berdasarkan Surat Edaran BI No.6/ 23 /DPNP tanggal 31 Mei 2004, analisis kesehatan bank didasarkan pada enam indikator penilaian yaitu: Capital, Assets, Management, Earning, Liquidity dan Sensitivity to Market Risk (CAMELS).

Untuk mengetahui tingkat kesehatan bank, maka dilakukan penghitungan terhadap faktor-faktor di atas dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

Nilai Predikat 81 – 100 Sehat 6 – < 81 Cukup Sehat 51 – < 66 Kurang Sehat 0 – < 51 Tidak Sehat

KataKunci :Kesehatan, Faktor Camels

A. Pendahuluan

Kesehatanmerupakanhal yang paling penting di dalamberbagaibidangkehidupan, baik bagi manusia maupun perusahaan. Kondisi yang sehat akan meningkatkan gairah kerja dan kemampuan kerja serta kemampuan lainnya. Sama seperti halnya manusia yang harus selalu menjaga kesehatannya, perbankan juga harus selalu dinilai kesehatannya agar tetap prima dalam melayani para nasabahnya. Bank yang tidak sehat, bukan hanya membahayakan dirinya sendiri, akan tetapi pihak lain. Penilaian kesehatan bank amat penting disebabkan karena bank mengelola dana dari maasyarakat yang dipercayakan kepada bank. Masyarakat pemilik dana dapat saja menarik dana yang

(2)

dimilikinya setiap saat dan bank harus sanggup mengembalikan dana yang dipakainya jika ingin tetap dipercaya oleh nasabahnya.

Untuk menilai suatu kesehatan bank dapat dilihat dari berbagai segi. Penilaian inibertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat atau tidak sehat. Bagi bank yang sehat agar tetap mempertahankan kesehatannya, sedangkan bank yang sakit untuk segera mengobati penyakitnya. Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank dapat memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau bahkan kalau perlu dihentikan kegiatan operasinya.1

Standar untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah ditentukan pemerintah melalui Bank Indonesia.Maka Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas bank mengeluarkan peraturan mengenai penilaian kinerja bank yang tertuang dalam Surat Edaran BINo.6/ 23 /DPNP tanggal 31Mei2004 yang didasarkan pada enam indikator penilaian yaitu: Capital, Assets, Management, Earning, Liquiditydan Sensitivity to Market

Risk(CAMELS). Pada metode CAMELS ada batasan-batasan yang telah ditentukan oleh

Bank Indonesia adalah tentang seberapa besar/prosentase kinerja keuangan yang memenuhi persyaratan bank tersebut untuk dinyatakan sehat, serta tidak membahayakan/ merugikan pihak-pihak yang berkepentingan.

Dalam hal ini bank-bank diharuskan membuat laporan baik yang bersifat rutin ataupun secara berkala mengenai seluruh aktivitasnya dalam suatu periode tertentu. Dari laporan ini dipelajari dan dianalisis, sehingga dapat diketahui kondisi kesehatannya akan memudahkan bank itu sendiri untuk memperbaiki kesehatannya.

Penilaian kesehatan perbankan dilakukan setiap periode. Dalam setiap penilaian ditentukan kondisi suatu bank. Bagi bank yang sudah dinilai sebelumnya dapat pula dinilai apakah ada peningkatan atau penurunan kesehatannya. Bagi bank yang menurut penilaian sehat atau kesehatannya terus meningkat tidak jadi masalah, karena itulah yang diharapkan dan supaya tetap dipertahankan terus, akan tetapi bagi bank yang terus-menerus tidak sehat, maka harus mendapatkan pengarahan atau bahkan sangsi sesuai dengan peraturan yang berlaku

Bank Indonesia sebagai pengawas dan Pembina perbankan dapat saja menyarankan untuk melakukan berbagai perbaikan. Perbaikan-perbaikan yang akan dilakukan meliputi perubahan manajemen, melakukan penggabungan seperi merger, konsolidasi, akusisi atau malah dilikuidir (dibubarkan) keberadaannya jika memang sudah parah kondisi bank tersebut. Pertimbangan untuk hal ini sangat tergantung dari kondisi yang dialami bank yang bersangkutan. Jika kondisi bank sudah sedemikian parah, namun masih memiliki beberapa potensi, maka sebaiknya dicarikan jalan keluarnya dengan model penggabungan usaha dengan bank lainnya. Sedangkan langkah likuidasi merupakan jalan keluar terakhir dalam rangka menyelamatkan uang masyarakat.

B. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

(3)

Tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitas atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor permodalan, kualitas aktiva, manajemen, rentabilitas, likuiditas dan sensitifitas terhadap resiko pasar.2

Pengertian tentang kesehatan bank diatas merupakan suatu batasan yang sangat luas, karena kesehatan bank memang mencakup kesehatan bank untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya. Kegiatan tersebut meliputi :

1. Kemampuan menghimpun dana masyarakat dari lembaga lain dan dari modal sendiri 2. Kemampuanmengolahdana

3. Kemampuanuntukmenyalurkandanakemasyarakat

4. Kemampuanmemenuhikewajibankepadamasyarakat, karyawan, pemilik modal danpihak lain

5. Pemenuhanperaturanperbankan yang berlaku.

Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut di atas dilakukan melalui penilaian kuantitatif yang pada akhirnya akan menghasilkan nilai kredit tertentu, setelah diperoleh hasil kuantifikasi faktor-faktor tersebut perlu dianalisis dan diuji lebih lanjut dengan komponen-komponen lain, sehingga apabila terdapat inkonsistensi, maka perlu mempertimbangkan factor judgement yang didasarkan atas dasar materialitas dan signifikansi dari factor-faktor serta pengaruh dari factor yang lainnya seperti kondisi industry perbankan dan perekonomian nasional.3

C. Indikator Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang sistem Penilaian Tingkat Kesehatan bank Umum menjelaskan bahwa bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulan. Peraturan tersebut menjelaskan bahwa tingkat kesehatan bank merupakanhasil penilaian atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor capital(permodalan), assets (kualitas asset), management(manajemen),

earning(rentabilitas),liquidity(likuiditas), dan Sensitivity to Market Risk(sensitivitas

terhadap risiko pasar) yang dikenal dengan CAMELS. Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan/atau kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional.

1. Aspek Permodalan (Capital)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen:4

2Pasal 12 Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April tentang system

penilaiantingkatkesehatan bank umum.

3Widjanarto, HukumdanKetentuanPerbankan di Indonesia (Jakarta: Grafiti, 2003), 129.

4 Budi Santoso, TotokdanTriandaru, Bank danLembagaKeuangan Lain (Yogyakarta:

(4)

a. Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku.

b. Komposisi permodalan.

c. Trend ke depan/ proyeksi KPMM.

d. Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan modal bank.

e. Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan (laba ditahan).

f. Rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha. g. Akses kepada sumber permodalan.

h. Kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank.

2. AspekKualitasAset ( Asets )

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas asset antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen:5

a. Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan total aktiva produktif. b. Debitur inti kredit diluar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit.

c. Perkembangan aktiva produktif bermasalah non performing assets dibandingkan dengan aktiva produktif.

d. Tingkat kecukupan pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP).

e. Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif.

f. Sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif. g. Dokumen aktiva produktif.

h. Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.

3. Aspek Manajemen (Management)

Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen:6

a. Manajemen umum.

b. Penerapan sistem manajemen risiko.

c. Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lain.

4. Aspek Rentabilitas (Earning)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen:7

a. Return On Assets (ROA). b. Return On Equity (ROE). c. Net Interest Margin (NIM).

5 Budi Santoso, TotokdanTriandaru, Bank… 53.

6 Budi Santoso, TotokdanTriandaru, Bank…54.

(5)

d. Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO). e. Perkembangan laba operasional.

f. Komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan. g. Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya h. Prospek laba operasional

5. Aspek Likuiditas (Liquidity)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen:8

a. Aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan pasiva liquid kurang dari 1 bulan.

b. 1-month maturity mismatch ratio. c. Loan to Deposit Ratio (LDR).

d. Proyeksi cash flow 3 bulan mendatang.

e. Ketergantungan pada dana antara bank dan deposan inti.

f. Kebijakan dan pengelolaan likuiditas (Assets and Liabilities Management/ ALMA) g. Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal, atau

sumber-sumber pendanaan lainnya. h. Stabilitas Dana Pihak Ketiga (DPK).

6. Sensitivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to Market Risk)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor sensitivitas terhadap resiko pasar antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen:9

a. modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi suku bunga dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga.

b. modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi nilai tukar dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) nilai tukar

c. kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar.

D. Kriteria Kesehatan Bank

Tingkat kesehatan pada dasarnya dinilai dengan pendekatan kuantitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank. Pendekatan kuantitatif tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan penilaian terhadap faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, rentabilitas, likuiditas. Pendekatan kuantitatif diperlukan karena masing-masing faktor tersebut mengandung berbagai aspek yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya serta saling mempengaruhi.

Pelaksanaan penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan dengan cara:

8SuratEdaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP 31 Mei 2004 (Jakarta: Bank Indonesia,

2004), 4.

(6)

a. Mengkuantifikasi beberapa komponen penting dari masing-masing faktor.

b. Atas dasar kuantifikasi komponen-komponen penting tersebut dilakukan penilaian lebih lanjut dengan memperhatikan aspek lain yang secara materiil berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan masing-masing faktor.

Sedangkan tata cara kuantifikasi penilaian kesehatan dilakukan dengan reward system yaitu memberikan nilai kredit 0 sampai dengan 100bagi masing-masing faktor komponen penilaian tingkat kesehatan bank beserta dengan bobotnya.

Tingkat kesehatan bank digolongkan menjadi empat kriteria, yaitu:

Nilai Predikat

81 − 100 Sehat

6 – < 81 Cukup Sehat

51 – < 66 Kurang Sehat

0 – < 51 Tidak Sehat

E. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank10

Tata cara penilaian kesehatan bank, fakto-faktor dan komponen CAMELS yang dinilai adalah sebagai berikut:

Permodalan (Capital)

Modal merupakan salah satu faktor penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kemungkinan kerugian.

Permodalan yang cukup adalah berkaitan dengan penyediaan modal sendiri yang yang diperlukan yang mungkin timbul dari penanaman dalam aktiva produktif yang mengandung risiko serta membagi penanaman dalam benda tetap dan investasi.

1) Pengertian Modal

Menurut Hasibuan (2005:61) Dana modal Bank adalah sejumlah uang yang dimiliki dan dikuasai suatu bank dalam kegiatanoperasionalnya. Dana bank terdiri dari dana (modal) sendiri dan dana asing.

Modal Sendiri Bank (Equity Fund) adalah sejumlah uang tunai yang telah disetorkan pemilik dan sumber-sumber lainnya yang berasal dari dalam bank itu sendiri; terdiri dari modal inti dan modal pelengkap.

2) Modal Inti

Modal inti terdiri atas modal disetor dan cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak. Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) nomor: 7/15/pbi/2005 tentang jumlah modal inti minimum bank umum, bank wajib memenuhi jumlah modal inti paling kurang sebesar Rp80.000.000.000,00 (delapan puluh miliar rupiah) pada tanggal 31 Desember 2007.Bank yang telah memenuhi jumlah modal inti tersebut pada tanggal 31 Desember 2007, selanjutnya wajib memenuhi jumlah modal inti paling kurang sebesar Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) pada tanggal

10SuratEdaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004. Dan

SuratKeputusanDireksi Bank Indonesia No.30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 yang diubahdengansuratkeputusanDireksi BI tanggal 19 Maret1998 .

(7)

31 Desember 2010. Maka bagi bank yang belum memenuhi jumlah modal inti minimum tersebut, direksi bank wajib menyusun rencana pemenuhan modal inti minimum dengan persetujuan rapat umum pemegang saham.

Bentuk-bentuk modal inti adalah sebagai berikut :

• Modal disetor

Modal disetor yaitu modal yang telah disetor secara riil dan efektif oleh pemiliknya serta telah disetujui oleh Bank Indonesia.

• Agio saham

Agio saham yaitu selisih lebih tambahan modal yang diterima bank sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya.

• Modal sumbangan

Modal sumbangan yaitu modal yang telah diperoleh kembali dari sumbangan saham.

• Cadangan umum

Cadangan umum yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

• Cadangan tujuan

Cadangan tujuan yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan mendapat mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

• Laba yang ditahan (rentained earning)

Laba yang ditahan yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat umum pemegang saham diputuskan untuk tidak dibagikan.

• Laba tahun lalu

Laba tahun lalu yaitu seluruh laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak kecuali apabila diperkenankan untuk dikompensasi dengan kerugian sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku dan belum ditetapkan penggunaanya oleh rapat umum pemegang saham. Jumlah laba tahun lalu yang diperhitungkan sebagai modal inti sebesar 50%. Jika bank mempunyai saldo rugi pada tahun-tahun lalu, seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.

• Laba tahun berjalan

Laba tahun berjalan yaitu laba setelah diperhitungkan dengan kekurangan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif. Perhitungan taksiran utang pajak dikecualikan apabila diperkenankan untuk dikompensasi dengan kerugian sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku. Jumlah laba tahun buku berjalan yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%. Jika bank mengalami kerugian pada tahun berjalan, seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.

Modal inti tersebut diatas harus dikurangi dengan: Goodwill yang ada dalam pembukuan bank.

Kekurangan jumlah penyisihan penghapusan aktiva produktif dari jumlah yang sebenarnya dibentuk sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.

(8)

3) Modal Pelengkap

Modal pelengkap terdiri dari cadangan-cadangan yang dibentuk tidak dari laba setelah pajak, serta pinjaman yang sifatnya dapat dipersamakan dengan modal. Secara rinci modal pelengkap dapat berupa:

• Cadangan revaluasi aktiva tetap

Cadangan revaluasi aktiva tetap yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan Direktorat Jenderal Pajak.

• Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan

Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan yaitu cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan dengan maksud untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif.

• Modal pinjaman (sebelumnya disebut modal kuasi)

Modal kuasai yang menurut BIS disebut hybrid (dept/equity) capital instrument yaitu modal yang didukung oleh instrumentatau warkat yang memiliki sifat seperti modal atau utang dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan, dipersamakan dengan modal dan telah dibayar penuh.

tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik, tanpa persetujuan Bank Indonesia.

mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah kerugian bank melebihi laba yang ditahan dan cadangan-cadangan yang termasuk modal inti, meskipun bank belum dilikuidasi.

pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi atau labanya tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut.

• Pinjaman subordinasi

Pinjaman subordinasi yaitu pinjaman yang setinggi-tingginya sebesar 50% dari modal inti, dengan persyaratan sebagai berikut:

terdapat perjanjian tertulis antara BANK dengan pemberi pinjaman. mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia.

tidak dijamin oleh BANK yang bersangkutan dan telah dibayar penuh, minimal berjangka waktu 5 tahun.

pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari Bank Indonesia dan dengan pelunasan tersebut permodalan bank tetap sehat.

hak tagih dalam hal terjadi likuidasi berlaku paling akhir

dari segala pinjaman yang ada (kedudukannya sama dengan modal).

4) Pengertian Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)

Pengertian Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) yaitu pos-pos aktiva yang diberikan bobot risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau bobot risiko yang didasarkan pada golongan nasabah, peminjam atau sifat barang jaminan. Rincian bobot tersebut adalah sebagai berikut:

a) 0% dikalikan dengan:

(9)

• Surat Bank Indonesia

• Kredit yang dijamin dengan saldo deposito berjangka dan tabungan yang cukup milik peminjam pada bank yang bersangkutan.

b) 20% dikalikan dengan:

• Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan serta tagihan lainnya kepada bank lain

• Kredit kepada bank lain

• Kredit kepada atau kredit yang dijamin oleh bank lain. c) 50 % dikalikan dengan:

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) atau kredit yang dijamin oleh hipotik pertama dengan tujuan untuk dihuni.

d) 100% dikalikan dengan:

• Kredit kepada atau yang dijamin oleh BUMD, perorangan, koperasi, perusahaan swasta dan lain-lain.

• Aktiva tetap dan investasi (nilai buku).

• Aktiva tetap lainnya yang tersebut diatas. 5) Perhitungan Kebutuhan Modal Minimum

Perhitungan Modal Minimum bank dapat dilakukan dengan cara:

a) ATMR dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal pos-pos aktiva dengan bobot risiko masing-masing.

b)ATMR dari masing-masing pos aktiva dijumlahkan.

c) Jumlah kewajiban penyediaan modal minimum bank adalah 8% dari jumlah ATMR

d)Dihitung jumlah modal inti dan modal pelengkap.

Dengan membandingkan jumlah modal dengan kewajiban penyediaan modal minimum, dapat diketahui kelebihan atau kekurangan modal bank

Adapun penentuan besarnya nilai kredit untuk penilaian permodalan ini adalah sebagai berikut:

a) Pemenuhan KPMM sebesar 8 % diberi predikat “sehat” dengan nilai sebesar 81, dan untuk setiap kenaikan 0,1% dari pemenuhan KPMM sebesar 8% nilai kredit ditambah 1 hingga maksimal 100.

b) Pemenuhan KPMM kurang dari 8% sampai dengan 7,9% diberi predikat “kurang sehat” dengan nilai kredit 65, dan setiap penurunan 0,1% dari pemenuhan KPMM sebesar 7,9% nilai kredit 1 hingga minimum 0.

6) Penilaian Permodalan

Ketentuan rasio antara modal dan ATMR biasa disebut Capital Adequancy Ratio (CAR) atau Rasio Kecukupan Modal merupakan analisis solvabilitas untuk mendukung kegiatan bank secara efisien dan mampu menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan serta apakah kekayaanbank semakin bertambah atau semakin berkurang. Analisis ini juga berguna untuk menunjukkan kemampuan bank dalam memenuhi segala kewajiban finansialnya baik berupa utang jangka pendek maupun utang jangka panjang.

(10)

Rasio Permodalan (CAR) adalah sebagai berikut: Modal

CAR = --- x 100% ATMR

Adapun formulasi rasio ini menjadi nilai kredit: Rasio CAR

NK = --- x 1 (maksimal 100) 0,1

Pembobotan bagi komponen ini ditetapkan sebesar 25% dari keseluruhan penilaian faktor CAMELS. Hasil dari penilaian faktor permodalan adalah sebagai berikut:

Kriteria Hasil Rasio

Sehat ≥ 8%

CukupSehat ≥ 7,9% – < 8,0%

KurangSehat ≥ 6,5% − < 7,9%

Tidak Sehat < 6,5%

a. Kualitas Aktiva Produktif (Assets Quality)

Perbankan sebagai lembaga pemberi jasa-jasa keuangan dalam lalu lintas pembayaran, maka bank memberikan berbagai fasilitas kepada nasabah, loanable funds dari bank yang terbesar diberikan dalam bentukkredit. Penilaian kualitas asset merupakan penilaian terhadap kondisi asset bank dan kemampuan manajemen dalam mengelola kredit.

1) Pengertian Aktiva Produktif

Aktiva produktif yaitu semua aktiva dalam rupiah maupun valuta asing yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya, sehingga kredit merupakan salah satu bentuk aktiva produktif (Susilo, 2000:30). Pengelolaan aktiva produktif adalah bagian dari asset management yang juga mengatur tentang cash reserve (liquidity assets) dan fixed assets (aktiva tetap dan inventaris). Adapun komponen dari aktiva produktif terdiri dari:

a) Kredit yang diberikan, yaitu penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, termasuk:

• Pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan Note Purchase Agreement (NPA).

• Pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang.

b) Surat-surat berharga, yaitu penanaman dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), dan saham-saham serta obligasi yang diperdagangkan di pasar modal.

(11)

c) Penanaman dana antar bank adalah penanaman dana bank pada bank lain dalam bentuk tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito, kredit yang diberikan dan penanaman dana lainnya yang sejenis baik dalam negeri maupun luar negeri.

Aktiva produktif yang dimiliki bank memiliki empat golongan yaitu lancar, kurang lancar, diragukan dan macet sesuai dengan kolektibilitasnya. Kolektibilitas merupakan keadaan pembayaran kembali pokok dan bunga kredit nasabah serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat berharga atau penanaman lainnya.

2) Pengertian Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan

Aktiva Produktif yang diklasifikasikan yaitu aktiva produktif, baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian bagi bank. Adapun cara pengklasifikasian ini adalah sebagai berikut:

• 0% dari aktiva produktif yang digolongkan lancar.

• 50% dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar.

• 75% dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan.

• 100% dari aktiva produktif yang digolongkan macet.

3) Pengertian Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Wajib Dibentuk (PPAPWD)

Dalam rangka mengantisipasi kemungkinan terjadinya kerugian dari setiap penanaman dana yang dilakukan bank, maka bank wajib membentuk PPAP yang cukup guna menutup kerugian tersebut.

Besarnya pembentukan penyisihan sekurang-kurangnya:

• 0,5% dari aktiva produktif yang digolongkan lancar.

• 10% dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar setelah dikurangi agunan yang dikuasai.

• 50% dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan setelah dikurangi agunan yang dikuasai.

• 100% dari aktiva produktif yang digolongkan macet setelah dikurangi agunan yang dikuasai.

4) Penilaian Kualitas Aktiva Produktif (KAP)

Rasio penilaian terhadap Kualitas Aktiva Produktif adalah sebagai berikut:

a) Perbandingan Aktiva Produktif yang diklasifikasikan terhadap Total Aktiva Produktif

Aktifa Produktif yang Diklasifikasikan

Rasio KAP 1 = ---x100% Total Aktiva Produktif

(12)

Dengan rasio ini maka gagalnya pengambilan kredit yang mengalami kemacetan dapat diukur. Adapun formulasi rasio ini menjadi angka kredit yaitu untuk rasio 22,5% atau lebih diberi kredit 0 untuk setiap penurunan 0,15% mulai dari 22,5% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimal 100.

22,5% - Rasio KAP

NK = --- (maksimal 100) 0,15

Bobot yang diberikan untuk penilaian ini adalah sebesar 25% dari keseluruhan penilaian faktor CAMELS.

b) Perbandingan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang dibentuk terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Wajib Dibentuk (PPAPWD) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.

PPAP

Rasio KAP 2 (PPAP) = --- x 100% PPAP yang wajib dibentuk

Rasio ini mengukur pemenuhan PPAP yang dibentuk bank terhadap PPAPWD yang ditetapkan Bank Indonesia sehubungandengan adanya kewajiban bank untuk membentuk PPAP yang cukup untuk menutup resiko kemungkinan yang timbul dari penanaman aktiva produktifnya.

Formulasi rasio ini menjadi nilai kredit ditentukan untuk rasio 0% mendapat nilai 0 dan setiap kenaikan 1% dimulai dari 0 nilai kredit ditambah 1 dengan maksimal nilai kredit 100.

Nilai Kredit (murni) = n Rasio x 1

Bobot yang diberikan untuk penilaian komponen ini yaitu 5% dari keseluruhan penilaian faktor CAMELS.

Hasil penilaian faktor kualitas aktiva produktif adalah sebagai berikut:

Kriteria Hasil Rasio Rasio 1 Rasio 2 Sehat 0,00% − ≤ 10,35% ≥ 81,00% Cukup Sehat > 10,35% − ≤12,60% ≥ 66,00% − <81,00% Kurang Sehat > 12,60% − ≤14,85% ≥ 51,00% − <66,00% Tidak Sehat > 14,85% < 51% b. Manajemen (Management)

Penilaian manajemen merupakan inti dari pengukuran masyarakat apakah sebuah bank telah berdasarkan asas-asas perbankan yang sehat (sound banking business) atau

(13)

dikelola secara tidak sehat. Selain itu dengan penilaian manajemen maka ketrampilan manajerial dan profesionalisme perbankan dari pimpinan atau manajer bank yang bersangkutan dapat diukur.

Tata cara penilaian tingkat produktif, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan manajemen likuiditas, penilaian factor manajamen didasarkan pada 25 aspek yang memberikan penekanan pada manajemen umum (10 indikator yang terdiri dari penilaian strategi/sasaran, struktur, sistem, dan kepemimpinan) dengan bobot penilaian 10% dan manajemen risiko (15 indikator terdiri dari penilaian risiko likuiditas, risiko kredit, dan risiko operasional) dengan bobot penilaian 25%.

Tata cara penilaian yaitu dengan menggunakan daftar pertanyaan/pernyataan (sesuai aspek yang dinilai). Skala penilaian untuk setiap indikator antara 0 sampai 4 adalah sebagai berikut:

• Nilai 0 mencerminkan kondisi lemah

• Nilai 1,2,3 mencerminkan kondisi antara

• Nilai 4 mencerminkan kondisi baik.

Hasil penilaian faktor manajemen adalah sebagai berikut:

Kriteria Manajemen Umum Manajemen Risiko

Sehat 35 – 40 49 − 60

Cukup Sehat 27 − < 35 40 − < 49

Kurang Sehat 21 − < 27 31 − < 40

Tidak Sehat 0 − < 21 0 − < 31

c. Rentabilitas (Earning Ability)

Penilaian terhadap faktor rentabilitas didasarkan pada dua rasio. Rasio pertama adalah rasio laba sebelum pajak terhadap rata-rata volume usaha yang disebut dengan rasio Return on Asset (ROA). Yang dimaksud laba sebelum pajak adalahlaba yang diperoleh perusahaan 12 bulan terakhir sebelum dikurangi dengan pajak. Sedangkan rata-rata volume usaha adalah total volume usaha perusahaan dalam 12 bulan terakhir dibagi dengan 12 bulan.

Rasio kedua yang digunakan dalam penilaian faktor rentabilitas adalah rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO). Biaya operasional adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam operasional selama 12 bulan terakhir. Sedangkan pendapatan operasional adalah pendapatan operasional perusahaan selama 12 bulan terakhir.

1) Rasio Laba Sebelum Pajak terhadap Total Aktiva

Laba sebelum pajak

Rasio Rentabilitas 1 (ROA) = --- x 100% Rata-rata volume usaha

Perhitungan terhadap ROA dilakukan dengan cara rasio sebesar 0% atau negatif diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimal 100.

(14)

Rasio ROA

Nilai Kredit (NK) = --- 0,015 (Maksimal 100)

Bobot untuk penilaian komponen ini adalah 5% dari keseluruhan penilaian faktor CAMELS.

2) Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional

Biaya Operasional

Rasio Rentabilitas 2 (BOPO) = --- x 100% Pendapatan Operasional

Perhitungan pada rasio efisiensi BOPO dilakukan dengan cara rasio 100% atau lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan sebesar 0,08% nilai kredit ditambah 1 sampai dengan maksimal 100.

100 – Rasio BOPO Nilai Kredit (NK) = ---

0,08 (Maksimal 100)

Bobot untuk penilaian komponen ini adalah 5% dari keseluruhan penilaian faktor CAMELS.

Hasil penilaian faktor rentabilitas adalah sebagai berikut :

Kriteria Hasil Rasio

Rasio 1 Rasio 2

Sehat > 1,215% ≤ 93,52%

Cukup Sehat > 0,999% − ≤ 1,215% > 93,52% − ≤ 94,72%

Kurang Sehat > 0,765% − ≤ 0,999% > 94,72% − ≤ 95,92%

Tidak Sehat ≤ 0,765% > 95,92%

d. Faktor Likuiditas (Liquidity)

Suatu bank dikatakan likuid apabila bank yang bersangkutan dapat memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar semua deposantnya, serta dapat memnuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan (Mulyono, 1995:79). Oleh karena itu bank dikatakan likuid apabila:

1) Bank tersebut memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang akan digunakan untuk memenuhi likuiditasnya.

2) Bank tersebut memiliki cash assets yang lebih kecil dari butir satu diatas, tetapi yang bersangkutan juga mempunyai assets lain (khususnya surat-surat berharga) yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya. 3) Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan cash asset baru melalui

berbagai bentuk hutang.

Penilaian terhadap faktor likuiditas menggunakan dua rasio yang dapat ditampilkan dalam rumus sebagai berikut:

(15)

1)Perbandingan antara Alat Likuid terhadap Hutang Lancar (Cash Ratio)

Cash Ratio adalah rasio alat likuid terhadap hutang lancar yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar hutang lancarnya dengan menggunakan alat likuidnya.

Alat Liquid

Rasio Likuiditas 1 (Cash Rasio) = --- x 100% Hutang Lancar

Yang dimaksud dengan alat likuid disini adalah kas, penanaman pada bank lain dalam bentuk giro dan tabungan yang sudah dikurangi dengan tabungan bank lain. Hutang lancar yang dimaksud adalah kewajiban segera yaitu tabungan dan deposito berjangka. Rasio ini menunjukan kemampuan bank untuk membayar kewajiban-kewajiban yang sudah jatuh tempo dengan cash assets yang dimilikinya.

Rasio CR

Nilai Kredit (NK) = --- 0,05 (maksimal 100)

Formulasi ini menjadi nilai kredit yaitu 0% mendapat nilai kredit 0, dan dari setiap kenaikan 0,05 nilai kredit ditambah 1 dengan maksimal 100.

Bobot untuk penilaian komponen ini ditetapkan sebesar 5% dari keseluruhan penilaian faktor CAMELS.

Perbandingan antara kredit yang diberikan terhadap dana yang diterima oleh bank (Loan to Deposi Ratio/LDR).

LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengendalikan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

Kredit yang diberikan

Rasio Likuiditas 2 (LDR) = --- x 100% Dana yang diterima bank

Kredit yang dimaksud perhitungan ini meliputi:

a) Kredit yang diberikan kepada masyarkat dikurangi dengan bagian kredit sindikasi yang dibiayai oleh bank lain.

b) Penanaman kepada bank lain dalam bentuk kredit yang diberikan dengan jangka waktu lebih dari 3 bulan.

c) Penanaman kepada bank lain dalam bentuk kredit yang diberikan dalam rangka kredit sindikasi.

Dana yang diterima oleh bank meliputi: a) Deposito dan tabungan masyarakat

(16)

b) Pinjaman bukan dari bank lain dengan jangka waktu lebih dari 3 bulan (di luar pinjaman subordinasi).

c) Deposito dan pinjaman dari bank lain dengan jangka waktu lebih dari 3 bulan. d) Modal inti.

e) Modal pinjaman.

Perhitungan terhadap rasio likuiditas 2 dilakukan dengan cara rasio sebesar 115% atau lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk penurunan sebesar 1% mulai dari 115% nilai kredit ditambah 4 dengan maksimal 100.

Nilai kredit = (115 – Rasio LDR) x 4

Bobot untuk komponen ini ditetapkan sebesar 5% dari keseluruhan faktor CAMELS.

Hasil penilaian faktor likuiditas adalah sebagai berikut:

Kriteria Hasil Rasio

Rasio 1 Rasio 2

Sehat > 4,05% ≤ 94,75%

Cukup Sehat > 3,30% − ≤ 4,05% > 94,75% − ≤ 98,5%

Kurang Sehat > 2,55% − ≤ 3,30% > 98,5% − ≤ 102,25%

Tidak Sehat ≤ 2,55% > 102,25%

e. SensitifitasterhadapResikoPasar (Sensitivity To Market Risk).

Penilaianpendekatankuantitatifdankualitatif factor sentivitasterhadapkomponen-komponensebagaiberikut:

1) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi sukubunga dibandingkan dengan Potential Loss sebagai akiba tfluktuasi (Adverse Movement) suku bunga.

2) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi nilai tukar dibandingkan dengan potential losses bagai akibat fluktuasi (Adverse Movement) nilai tukar.

3) Kecukupan penerapan system manajemen resiko pasar.11

F. Manfaat Penilaian Kesehatan Bank

Dalam pemeriksaan bank, sebagai implikasi terhadap fungsi pengawasan oleh Bank Indonesia, dikaitkan dengan ketentuan penilaian tingkat kesehatan bank ini pada prinsipnya merupakan kepentingan pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun bagi pengawas dan pembina bank.

Ketentuan penilaian tingkat kesehatan bank, bank dimaksudkan untuk dapat dipergunakan sebagai:

1. Standar bagi manajemen bank untuk menilai apakah pengelolan bank telah sesuai dengan asas-asas perbankan yang sehat dan ketentuan-ketentuan yang berlaku. 2. Standar untuk menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank secara

individual maupun untuk industri perbankan secara keseluruhan.

(17)

Daftar Pustaka

Bank Indonesia, PBI No. 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum.

______________, SE BI No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004. ______________, SE BI No. 9/24/DPbStanggal 30 Oktober 2007

______________, SK DIR BI No. 26/167/KEP/DIR tentang Kualitas Aktiva Produktif dan pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif.

______________, SK DIR BI No.30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 yang diubah dengan surat keputusan Direksi BI tanggal 19 Maret 1998.

Budi Santoso, Totok dan Triandaru, Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta: Salemba Empat, 2005.

Djinarto, Bambang. 2000. Banking Asset Liability Manajemen: Perencanaan, Strategi, Pengawasan, dan Pengelolaan Dana. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kasmir, Dasar-dasarPerbankan. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2003. Kasmir, ManajemenPerbankan. Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2000.

Referensi

Dokumen terkait

PENGUATAN KARAKTER DALAM KOMUNITAS BALEE OF EDUCATION (BOE) KOTA LANGSA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

Usaha Tahu Pakintelan Selama ini penataan layout dalam usaha tahu tersebut belum optimal karena dimana perpindahan bahan baku pada tahap- tahap bagian proses produksi masih ada

Temuan hipotesis ketiga memberikan kesimpulan bahwa: Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar

dengan menggunakan lembar observasi pada aspek kedisiplinan, ketelitian dan tanggung jawab. Lembar observasi dosen dan mahasiswa digunakan pada saat proses pembelajaran

Keterkaitan keseluruhan teknologi yang diperlukan untuk menangani masalah belajar manusia tersebut digambarkan oleh Romizwoski (1986) dalam bagan di bawah ini, dimulai dari

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran berbasis proyek terhadap peningkatan

• Saat tombol D-E-F sudah tetap menyala bersamaan, mesin siap untuk menyajikan susu.... Petunjuk

Perbandingan kadar vanillin tiga cara maserasi Berdasarkan Gambar 4 diketahui bahwa, cara maserasi satu tahap mampu mengekstrak vanillin lebih tinggi (rata-rata 2,3