• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Histologis Hepar Mencit Jantan (Mus musculus L) Strain DDW Setelah Dipajankan Asap Rokok Elektrik Dengan Rasa Gudang Garam Dan Strawberry

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Histologis Hepar Mencit Jantan (Mus musculus L) Strain DDW Setelah Dipajankan Asap Rokok Elektrik Dengan Rasa Gudang Garam Dan Strawberry"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

GAMBARAN HISTOLOGIS HEPAR MENCIT JANTAN

(

Mus musculus

L.

) STRAIN DDW SETELAH DIPAJANKAN

ASAP ROKOK ELEKTRIK DENGAN RASA

GUDANG GARAM DAN STRAWBERRY

SKRIPSI

ADI GUNAWAN

080805003

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

GAMBARAN HISTOLOGIS HEPAR MENCIT JANTAN

(

Mus musculus

L.

) STRAIN DDW SETELAH DIPAJANKAN

ASAP ROKOK ELEKTRIK DENGAN RASA

GUDANG GARAM DAN STRAWBERRY

SKRIPSI

Penelitian ini diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains pada Fakultas Matematika dan Ilmu bengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara

ADI GUNAWAN

080805003

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

(3)

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

PERSETUJUAN

Judul : GAMBARAN HISTOLOGIS HEPAR MENCIT

JANTAN (Mus musculus L.) STRAIN DDW SETELAH DIPAJANKAN ASAP ROKOK

Program Studi : SARJANA (S-1) BIOLOGI Departemen : BIOLOGI

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

(4)

PERNYATAAN

GAMBARAN HISTOLOGIS HEPAR MENCIT JANTAN (Mus musculus L.) STRAIN DDW SETELAH DIPAJANKAN ASAP ROKOK ELEKTRIK

DENGAN RASA GUDANG GARAM DAN STRAWBERRY

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Desember 2014

(5)

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

PENGHARGAAN

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat, anugrah, dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “GAMBARAN HISTOLOGIS HEPAR MENCIT JANTAN (Mus musculus L.) STRAIN DDW SETELAH DIPAJANKAN ASAP ROKOK ELEKTRIK DENGAN RASA GUDANG GARAM DAN STRAWBERRY” dapat diselesaikan sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sains pada Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Syafruddin segala bimbingan, masukan, dan arahan yang telah diberikan sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc selaku Ketua Departemen Biologi FMIPA USU, Bapak Drs. Kiki Nurtjahja, M.Sc selaku Sekretaris Departemen Biologi FMIPA USU, Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU, Bapak Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan arahan dan motivasi mulai awal perkuliahan hingga penulisan skripsi ini, Ibu Dra. Mizarwati, M.Si selaku Ketua Panitia Seminar Departemen Biologi FMIPA USU, Ibu Nurhasni Muluk selaku Laboran di Laboratorium Struktur dan Fisiologi Hewan, Ibu Roslina Ginting dan Bang Erwin selaku staf pegawai Departemen Biologi, dan kepada seluruh dosen di Departemen Biologi atas segala ilmu pengetahuan dan perkuliahan yang diberikan yang sangat bermanfaat sebagai bekal di masa depan.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada kakek dan Alm nenek saya tersayang : Kasrun dan Alm Kasiem atas segala doa dan arahannya. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada orangtua saya tercinta: Riadi dan Jumiati atas dukungan doa, dana, dan kasih sayang yang tiada henti kepada penulis. Terima kasih juga kepada adik-adik tersayang Adi Jumain dan Aditya Prayoga Oriza yang turut mendoakan dan memberi semangat dukungan kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Terima kasih juga kepada semua keluarga yang ada di Sidomulyo Pagurawan yang turut memberikan motivasi kepada penulis.

(6)

Yolanda S, dan Zais Jambak serta stambuk 2008 yang tidak dapat penulis sebutkan semuanya terimakasih untuk motivasinya, suka duka yang dilewati bersama selama perkuliahan dan praktikum. Terima kasih juga yang sebanyak-banyaknya penulis ucapkan kepada kakak senior 2007 terkhusus kepada kakak Maria S.Si dan kakak Risa S.Si dan adik junior stambuk 2009, stambuk 2010, stambuk 2011, stambuk 2012, stambuk 2013, stambuk 2014, IPKB, LK USU dan sanggar SRIKANDI BIO yang telah banyak memberikan motivasi dan dukungan doa.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap karya yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, penulis pada khususnya dan para pembaca serta bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Amin Ya Robbal’Alamin. Sebelum dan sesudahnya penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Desember 2014

(7)

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

ABSTRAK

GAMBARAN HISTOLOGIS HEPAR MENCIT JANTAN (Mus musculus L.) STRAIN DDW SETELAH DIPAJANKAN ASAP ROKOK ELEKTRIK

DENGAN RASA GUDANG GARAM DAN STRAWBERRY

Penelitian ini dilakukan untk mengetahui efek dari rokok elektrik rasa Gudang Garam dan strawberry terhadap struktur histology hepar mencit jantan (Mus musculus L.) strain DDW. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 8 ulangan. Perlakuan terdiri atas control (K0), pemberian rokok elektrik rasa strawberry (P1) dan pemberian rokok rasa Gudang Garam (P2). Semua mencit diberi perlakuan etiap hari selama 14 hari dengan minimal 20 kali hisapan atau sampai mencit di dalam kotak sampai lemas. Hasil menunjukkan bahwa struktur histology hepar mencit jantan yang diberi perlakuan rokok elektrik rasa strawberry dan Gudang Garam tidak berpengaruh secara signifikan (P>0,05).

(8)

ABSTRACT

HISTOLOGIC STRUCTURE OF MALE MICE LIVER STRAIN OF DDW (Mus musculus L.) AFTER EXPLANATION SMOKE OF ELECTRIC

CIGARRET WITH GUDANG GARAM AND STRAWBERRY FLAVOUR.

A research has been conducted to study the influence of Gudang Garam and strawberry flavour electric cigarret to histologic structure of DDW strain male mice liver (Mus musculus L.). The experiment was carried out by Completely Randomized Design (CDR) with 3 treatments and 8 replications. Treatments consist of untreated control (K0), electric cigarret with Gudang Garam flavour (P1), and electric cigarret with Strawberry flavour (P2). All mices were treated everyday during 14 days with minimal dose 20 times sniff or till the mice in the smooking box disactive. The result showed that the histologic structure of male mice livers between threatment of electric cigarret with Gudang Garam flavour and strawberry of electric cigarret flavour did not effect significantly (p > 0,05).

Key words: electric cigarret, Gudang Garam flavour, liver structure, strawberry flavour

(9)

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

2.5.1 Pengertian Rokok Elektrik 10

2.5.2 Kandungan Rokok Elektrik 10

BAB 3 BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat 12

3.2 Materi Penelitian 12

3.2.1 Hewan Coba 12

3.2.2 Rokok 12

3.2.3 Alat dan Bahan Penelitian 13

3.2.4 Metode Kerja 13

3.2.4.1 Persiapan Pakan dan Adaptasi Mencit dalam Kandang

13 3. 2.4.2 Pajanan Asap Rokok Elektrik Pada Mencit 13 3. 2.4.3 Penimbangan Bobot Berat Badan 14

3. 2.4.4 Pengambilan Organ 14

3. 2.4.5 Pembuatan Preparat Histologi 15

(10)

3. 2.4.7 Analisis Statistik 17

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Berat Hepar Mencit 19

4.2 Morfologi Hepar Mencit 21

4.3 Tingkat Kerusakan Hepatosit 22

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan 26

5.2 Saran 26

(11)

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.2.4.1

Skor Penilaian Tingkat Kerusakan Hepatosit

Kriteria Manja Roenigk Yang Telah Dimodifikasi.

17

Tabel 4.2 Morfologi Hepar Mencit yang dipaparkan asap rokok Elektrik dengan kandungan rasa strawberry dan Gudang Garam.

21

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Struktur Anatomi Hepar 4

Gambar 2.2 Skema Lobulus Hepar, Asini Hepar, dan Lobulus Porta

5 Gambar 2.2.1 Struktur Gambaran Histologis Hepar 5

Gambar 2.5.2 Rokok Elektrik 11

Gambar 4.1 Berat Hepar Mencit Yang Dipaparkan Asap Rokok Elektrik Dengan Kandungan Rasa Strawberry Dan Gudang Garam

19

Gambar 4.2 Morfologi Hepar Mencit 21

Gambar 4.3 Tingkat Kerusakan Hepatosit Mencit Yang Dipaparkan Asap Rokok elektrik Dengan

Kandungan Rasa Strawberry Dan Gudang Garam

22

Gambar 4.3.1 Mikroskopis Hepatosit Setelah Pemaparan Asap Rokok Elektrik Kandungan Rasa Strawberry dan Gudang Garam dengan Pewarnaan HE dan Perbesaran 400X.

(13)

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Data Analisis Stastik 30

Lampiran 1.1 Berat Hepar Mencit 30

(14)

ABSTRAK

GAMBARAN HISTOLOGIS HEPAR MENCIT JANTAN (Mus musculus L.) STRAIN DDW SETELAH DIPAJANKAN ASAP ROKOK ELEKTRIK

DENGAN RASA GUDANG GARAM DAN STRAWBERRY

Penelitian ini dilakukan untk mengetahui efek dari rokok elektrik rasa Gudang Garam dan strawberry terhadap struktur histology hepar mencit jantan (Mus musculus L.) strain DDW. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 8 ulangan. Perlakuan terdiri atas control (K0), pemberian rokok elektrik rasa strawberry (P1) dan pemberian rokok rasa Gudang Garam (P2). Semua mencit diberi perlakuan etiap hari selama 14 hari dengan minimal 20 kali hisapan atau sampai mencit di dalam kotak sampai lemas. Hasil menunjukkan bahwa struktur histology hepar mencit jantan yang diberi perlakuan rokok elektrik rasa strawberry dan Gudang Garam tidak berpengaruh secara signifikan (P>0,05).

(15)

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

ABSTRACT

HISTOLOGIC STRUCTURE OF MALE MICE LIVER STRAIN OF DDW (Mus musculus L.) AFTER EXPLANATION SMOKE OF ELECTRIC

CIGARRET WITH GUDANG GARAM AND STRAWBERRY FLAVOUR.

A research has been conducted to study the influence of Gudang Garam and strawberry flavour electric cigarret to histologic structure of DDW strain male mice liver (Mus musculus L.). The experiment was carried out by Completely Randomized Design (CDR) with 3 treatments and 8 replications. Treatments consist of untreated control (K0), electric cigarret with Gudang Garam flavour (P1), and electric cigarret with Strawberry flavour (P2). All mices were treated everyday during 14 days with minimal dose 20 times sniff or till the mice in the smooking box disactive. The result showed that the histologic structure of male mice livers between threatment of electric cigarret with Gudang Garam flavour and strawberry of electric cigarret flavour did not effect significantly (p > 0,05).

Key words: electric cigarret, Gudang Garam flavour, liver structure, strawberry flavour

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kebiasaan merokok dapat mengganggu kesehatan. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, baik secara langsung maupun tidak secara langsung. Kebiasaan merokok tidak saja dapat merugikan diri sendiri tetapi juga bagi orang disekitarnya. Kebiasaan merokok yang melanda dunia telah menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Diperkirakan setiap tahunnya dua setengah juta orang meninggal akibat penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan merokok (Theodorus, 1994 dalam Irawan 2009).

Rokok merupakan salah satu hasil olahan tembakau dengan menggunakan ataupun tanpa bahan tambahan. Rokok dengan bahan tambahan berupa cengkeh disebut rokok kretek. Rokok tanpa bahan tambahan cengkeh disebut sebagai rokok putih. Rokok putih sering dihubungkan dengan rokok ultramild, mild, dan light. Rokok ini memiliki kandungan nikotin dan tar yang rendah yang biasanya dicantumkan pada label pembungkus rokok (Bindar, 2000). Rokok mengandung banyak bahan kimia. Setiap batang rokok dibakar, mengeluarkan sekitar 4000 bahan kimia diantaranya adalah nikotin, gas karbon monoksida, nitrogen oksida, hidrogen sianida, ammonia, akrolein, benzene dan etanol. Kandungan rokok sangat berbahaya bagi perokok maupun orang-orang di sekitarnya (perokok pasif) (Halliwel,1987).

(17)

2 DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

1.2. Permasalahan

Penelitian menggunakan rokok putih dan rokok kretek telah dilakukan oleh Widodo (2006), yang mengamati perubahan histopatologi dan ultrastruktur morfologi hepar, dimana pada penelitiannya dilaporkan bahwa rokok putih dan rokok kretek yang mengandung nikotin dan tar lebih rendah masih dapat menyebabkan perubahan struktur histologi hepar, namun efek rokok elektrik terhadap organ hepar belum pernah diteliti. Oleh sebab itulah dilakukan penelitian ini untuk menguji efek pemberian asap rokok elektrik serta dampaknya terhadap morfologi dan histologi hepar mencit jantan (Mus musculus L).

1.3Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui efek dari asap rokok elektrik terhadap berat hepar (hepar) mencit.

b. Untuk mengetahui perbedaan antara histologi sel hepar yang terpapar asap rokok elektrik dengan rasa strawberry dan perlakuan yang dipaparkan asap rokok elektrik dengan rasa Gudang Garam.

1.4Hipotesis Penelitian

a. Rokok elektrik dapat berbahaya terhadap organ hepar mencit

b. Tidak ada perbedaan histologi antara kelompok perlakuan yang dipaparkan asap rokok elektrik dengan rasa strawberry dan kelompok perlakuan yang dipaparkan asap rokok elektrik dengan kandungan rasa Gudang Garam.

1.5Manfaat

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hepar

Hepar berupa organ lunak yang lentur dan memiliki permukaan superior yang cembung. Hepar terletak di bawah diafragma dan merupakan atap dari ginjal kanan, lambung, pankreas, dan usus (Prince & Wilson, 2005). Hepar berada di bagian kanan atas rongga abdomen dan merupakan organ terbesar dalam tubuh (Corwin, 2009). Hepar terbagi menjadi lobus kanan dan lobus kiri. Lobus kanan hepar lebih besar daripada lobus kirinya dan memiliki bagian utama: lobus kanan atas, lobus kuadatus, yang memisahkan lobus kanan dan lobus kiri adalah

ligamentfalsiform (Sloane, 2009).

(19)

4 retikuloendotelial dan berfungsi menghancurkan bakteri dan benda asing di dalam tubuh. Jadi hepar merupakan salah satu organ utama pertahanan tubuh terhadap serangan bakteri dan organ toksik (Prince & Wilson, 2005).

Berikut ini adalah gambaran struktur hepar:

Gambar 2.1 Struktur anatomi hepar (Netter, 1995)

2.2 Struktur Hepar

Hepar dibungkus oleh sebuah kapsul fibroelastik yang disebut kapsul Glisson dan secara makroskopis dipisahkan menjadi lobulus kiri dan kanan. Kapsul Glisson

berisi pembuluh darah, pembuluh limfa, dan saraf. Kedua lobulus hepar tersusun oleh unit-unit yang lebih kecil disebut lobulus. Lobulus terdiri atas sel-sel hepar (hepatosit), yang menyatu dalam suatu lempeng. Hepatosit dianggap sebagai unit fungsional hepar. Sel-sel hepar dapat melakukan pembelahan sel dan mudah dibentuk kembali mengganti jaringan yang rusak (Corwin, 2009).

Parenkim atau sel-sel hepar (hepatosit) tersusun dalam rangkaian lempengan-lempeng lembaran bercabang-cabang dan beranastomosis membentuk labirin atau mirip karet busa, dengan diantaranya terdapat ruangan sinusoid.

(20)

Lempeng-lempeng ini secara radial bermula dari tepi lobulus klasik menuju vena sentralis sebagai pusatnya (Davis et al., 1990).

Gambar 2.2 Skema Lobulus Hepar, Asini Hepar, dan Lobulus Porta. Lobulus hepar terdiri dari vena sentralis (CV) dan dibatasi oleh garis yang menghubungkan celah porta (PS). Romawi I,II dan III adalah pembagian zona asinus hepar (Jimena, 2001).

Struktur gambaran hepar dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2.2.1 Struktur gambaran histologi hepar (Bowen, 2003).

2.3 Fungsi Hepar

Menurut Sibuea et al., (1992), hepar terletak di tempat yang strategis diantara vena porta dan vena cava inferior. Semua darah yang datang dari vena-vena usus

Lobus Hepar Cabang arteri hepar

Vena porta hepar

Vena sentral Celah porta

(21)

6 DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

mengandung bahan-bahan toksik, semua darah yang berasal dari vena-vena kolon yang sering berisi toksin yang dibentuk oleh bakteri-bakteri kolon dan bahkan kadang-kadang berisi bakteri-bakteri yang sudah mati maupun yang masih hidup. Fungsi hepar yaitu:

a. Membersihkan darah sebelum zat-zat toksin tersebut mencapai organ-organ tubuh yang peka misalnya otak. Fungsi ini disebut detoksifikasi. Sebagian zat toksik oleh hepar diubah menjadi zat yang tidak toksik, sebagian zat tersebut terutama dengan zat-zat dengan molekul yang besar difagositosis oleh sel-sel

kupffer.

b. Mengolah serta menyimpan bahan makanan. Karbohidrat yang diabsorbsi sebagai glukosa disimpan dalam hepar sebagai glikogen. Glukosa diepaskan sesuai dengan kebutuhan. Pada penyakit hepar yang berat glikogen tidak dibentuk dan timbul hipoglikemia yang dapat menyebankan kehilangan kesadaran dan kematian.

c. Fungsi sintesa, terutama untuk membuat protein-protein khusus. Semua albumin dalam tubuh dibuat dalam hepar. Pada penyakit hepar yang berat pembentukan albumin berkurang. Protein lain atau satu kelompok protein yang hanya dibentuk dalam hepar ialah protein-protein yang berhubungan dengan sistem pembekuan darah. Pada proses peradangan di dalam organ-organ tubuh yang lain, hepar membuat fibrinogen lebih banyak seperti diketahui hal ini akan meninggalkan konsentrasi fibrinogen kedalam darah, dengan akibat peninggian laju endap darah (LED). Akan tetapi pada penyakit hepar yang berat, produksi fibrinogen akan terhenti. Hal ini menyebabkan LED yang rendah sekalipun sudah mengalami penyakit yang berat dan lebih penting lagi ialah darah tidak dapat membeku, sehingga pendarahan terjadi di daerah manapun juga tidak akan terhenti.

(22)

spesifik hepar dan kekacauannya, dapat ditegakkan prinsip-prinsip umum tertentu yaitu:

a. Karena hepar memegang peranan penting pada peristiwa metabolisme umum, disfungsi akut atau kronik hepar sering mengakibatkan gangguan biokimia.

b. Hepar mempunyai banyak kapasitas cadangan, sehingga disfungsi yang sedikit atau sedang tidak dapat digambarkan dengan perubahan parameter metabolisme tertentu, misalnya test fungsi hepar berdasarkan biosintesis atau aktivitas metabolisme nilainya terbatas.

c. Beberapa fungsi hepar lebih sensitif terhadap cidera dari fungsi pada fungsi lainnya, sehingga cidera hepar dapat atau tidak dapat ditunjukkan oleh test-test tertentu.

d. Herpar melakukan banyak fungsi, oleh sebab itu tidak ada satu test pun yang merupakan ukuran efektif total fungsi hepar. Oleh karena itu, diperlukan penguasaan banyak fungsi biokimia dan metabolisme yang dimiliki organ ini.

Selain merupakan organ parenkim yang paling besar, hepar juga menduduki urutan pertama dalam hal jumlah, kerumitan dan ragam fungsi. Hepar sangat berperan penting mempertahankan hidup dan berperan dalam hampir setiap fungsi metabolik tubuh, dan terutama bertanggung jawab atas lebih dari 500 aktivitas berbeda. Untunglah hepar memiliki kapasitas cadangan yang besar, dan hanya membutuhkan 10-20% jaringan yang berfungsi untuk tetap bertahan mensekresikan sekitar 500-1000 ml empedu kuning setiap hari. Unsur utama empedu adalah air 97%, elektrolit, garam empedu, fosfolipid (terutama listerin), kolestrol, garam organik, dan pigmen empedu terutama bilirubin terkonjugasi (Price & Wilson, 2005).

2.4 Toksikologi dan Kerusakan Hepar

(23)

8 DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

kita membuat toksikologi sebagai ilmu yang sangat luas, sedangkan toksikologi lingkungan umumnya merupakan suatu studi tentang efek daripolutan terhadap lingkungan hidup serta bagaimana hal ini dapat mempengaruhi ekosistem. Pencegahan keracunan memerlukan perhitungan terhadap toxicity hazard, risk,

dan safety. Hazard suatu zat kimia berarti kemungkinan zat kimia tersebut menimbulkan cedera, hazard dapat diterjemahkan sebagai bahaya dalam bahasa Indonesia. Hazard berbeda pengertiannya dengan toxicity (toksisitas), yang berarti

“deskripsi dan kuantifikasi sifat-sifat toksis suatu zat kimia”. Hazard dapat berbeda tergantung cara pemaparan zat kimia tersebut. Zat x dalam bentuk cair misalnya akan lebih berbahaya (hazardous) daripada bentuk granul karena lebih mudah menempel di kulit dan diserap. Suatu zat kimia dalam bentuk gas akan menimbulkan hazard lebih besar daripada bentuk cair, karena dapat menyebar luas di udara dan mengenai banyak orang sekaligus. Namun bila gas disimpan dalam tangki dengan baik atau dalam kamar sejuk, maka hazard akan lebih kecil. Hal ini tertutama tergantung dari besarnya dosis yang masuk ke dalam tubuh. Sedagkan semakin besarpemaparan terhadap zat kimia, semakin besar pula resiko keracunan. Resiko dapat dihitung dengan angka, antara lain dikenal sebagai

relative risk, attribute risk, dan sebagainya (Kusnoputranto, 1996).

Bahan-bahan toksik dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara, tergantung dari berbagai minat dan keperluan pengelompokannya. Sebagai contoh, bahan toksik dapat diklasifikasikan sesuai dengan organ targetnya (hepar, ginjal, sistem hematopoietik), berdasarkan penggunaannya (pestisida, solven/pelarut, aditif makanan), berdasarkan efeknya (kanker, mutasi, dan kerusakan hepar), berdasarkan sumbernya (toksin tumbuhan, toksin hewan). Bahan-bahan toksik juga dapat diklasifikasikan menurut keadaan fisiknya (gas, debu, cair), keperluan labelnya (mudah meledak, mudah terbakar, oksidier) kandungan kimianya (aromatic amine, arhalogenated hydrocarbon). Klasifikasi bahan toksis berdasarkan mekanisme biokimiawinya (sulfhydril inhibitor, produser methemoglobin) biasanya lebih informatif dibandingkan dengan klasifikasi menurut terminologi umum seperti iritan dan korosif.

(24)

dengan darah dan zat yang terdapat di dalamnnya (Jill, 1999). Hepar dapat mengalami beberapa jenis kerusakan, seperti sirosis, nekrosis, steatosis, dan hepatitis. Sirosis ialah kondisi fibrosis dan pembentukan jaringan parut yang disfus di hepar. Jaringan hepar normal digantikan oleh nodus-nodus fibrosa keras serta pita-pita fibrosa yang mengerut dan mengelilingi hepatosit. Penyebabnya adalah infeksi, misalnya hepatitis, obstruksi saluran empedu di kanalikulus, pecahnya kanalikulus, dan cedera hepatosit akibat toksin (Corwin, 2009).

Nekrosis ialah kerusakan sel hati yang ditandai dengan tampaknya fragmen sel, atau sel hepar nekrotik tanpa pulasan inti atau tidak tampaknya sel disertai reaksi radang, kolaps, atau bendungan rangka hepar dengan eritrosit. Kelainan ini adalah lanjutan dari degenerasi dan kerusakan irreversible

(Hirmawan, 1973). Ada dua proses penting yang menunjukkan perubahan nekrosis adalah pencernaan oleh enzim, dan denaturasi oleh protein (Lu, 1994). Kerusakan hepar lainnya yaitu statosis merupakan perlemakan hepar yang ditandai dengan adanya penimbunan lemak atau lipid dalam hepar dan hepatisis merupakan peradangan hepar yang disebabkan oleh infeksi atau toksin termasuk alkohol. Hepatitis merupakan penyakit yang dapat menular (Corwin, 2009).

2.5 Rokok

(25)

10 DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

Karbon monosakarida, nitrogen oksida, dan pertikulat juga termasuk bahan-bahan beracun yang terkandung dalam asap rokok (Kusnoputranto, 1996).

Orang yang menghirup udara yang mengandung asap rokok yang dihasilkan oleh perokok disebut perokok pasif. Walaupun kadar toksiknya lebih rendah karena pengenceran (dilusi) di udara di sekitarnya, pengaruhnya terhadap kesehatan sudah diketahui. Asap rokok pasif ini digolongkan sebagai karsinogen kelas A (human carsinogen) (Kusnoputranto, 1996). Perokok pasif yang sering disebut sebagai environtmental tobacco smoker (ETS) akan menghisap asap rokok yang dihembuskan keluar oleh perokok aktif. Hal ini sering terjadi di dalam ruangan tertutup seperti di dalam gedung bioskop, ruangan kantor, dan tempat yang berada di dalam lingkungan perokok. Termasuk dalam kelompok pasif, adalah janin dalam kandungan ibu perokok, anak dari orang tua perokok. Asap rokok merupakan acrosol heterogen dari pembakaran tembakau dan pembungkusnya (Tjandra, 2001 dalam Christyaningish et al, 2003).

2.5.1 Pengetian Rokok Elektrik

Rokok elektrik adalah rokok yang beroperasi menggunakan tenaga baterai. Namun tidak membakar tembakau seperti produk rokok biasa. Rokok ini membakar cairan menggunakan baterai dan uapnya masuk ke paru-paru pemakai. Rokok elektrik menggunakan kepingan pintar/cerdas dan sensor aerodinamis untuk mengendalikan asap yang dihasilkan dan terdapat cairan berberat jenis rendah yang digunakan untuk memproduksi uap dan aroma melalui transmisi penyalur super mikro yang berbentuk saluran kecil berongga (Jefrey, 2010).

2.5.2 Kandungan Rokok Elektrik

(26)

tertinggi dalam satu refill, konsumsi 1 pc cartridge sekitar 150 hisapan, atau setara dengan 10 batang rokok tembakau. Terdapat beberapa rasa yang terkandung di dalamnya seperti Marlboro, Sampoerna, Mild, Gudang Garam, Jarum, Djisamsoe, Coffee, Chocolate, Lemon, Nanas, Strawberry, Pisang, Vanila, Clove Mint, dan Orange (Joel, 2011).

Gambar 2.5.2 Rokok Elektrik (Sumber: www.tokonabil.com)

Efek toksik atau efek yang tidak diinginkan dalam sistem biologis tidak dihasilkan oleh bahan kimia, kecuali bahan kimia tersebut atau produk biotransformasinya mencapai tempat yang sesuai di dalam tubuh pada konsentrasi dan lama waktu yang cukup untuk menghasilkan manifestasi toksik. Terjadi atau tidaknya respons toksik tergantung pada sifat kimia dan fisik dari bahan tersebut, situasi pemaparan, dan daya tahan sistem biologis dari subjek. Dengan demikian, untuk dapat mengetahui karakteristik lengkap tentang bahaya potensial dan toksisitas dari suatu bahan kimia tertentu perlu diketahui informasi mengenai bahan kimia itu sendiri, pemaparannya, dan subjek (Kusnoputranto, 1996).

Merokok tanpa api

Rokok elektrik menghasilkan asap dengan kandungan toksik lebih rendah dibandingkan dengan rokok konvensional

Sensor mendeteksi ketika perokok merokok

Baterai

Mikroprosesor Lampu LED menyala

ketika perokok menyalakan rokok

Pemanas

(27)

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan mulai januari 2011 sampai dengan selesai di kandang pemeliharaan dan Laboratorium Sistematika Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.

3.2 Materi Penelitian

3.2.1 Hewan Coba

Penelitian ini bersifat eksperimental dengan menggunakan hewan sebagai bahan uji. Hewan uji yang digunakan adalah Mus musculus jantan strain DDW usia 8-12 minggu dengan berat badan rata-rata 25 gram sebanyak 24 ekor dan dibagi ke dalam 3 perlakuan. 8 ekor untuk P0 (kontrol), 8 ekor untuk perlakuan pemaparan asap rokok elektrik rasa strawberry (P1), dan 8 ekor untuk pemaparan asap rokok elektrik rasa Gudang Garam (P2). Hewan coba dipelihara dan diberi pakan standar di kandang Laboratorium Sistematika Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

3.2.2 Rokok

Rokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis rokok elektrik/elektronik

e-health cigarette dengan kandungan rasa strawberry dan Gudang Garam serta dilengkapi dengan 10 buah cartridge, 1 charger USB, 1 charger mobil, 1 charger

(28)

3.2.3 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kotak smoking ukuran 30 x 20 x 15 cm3, selang yang dihubungkan dengan three way untuk aliran asap, spit ukuran 50 ml untuk memompa asap rokok, mikroskop cahaya, mikrotom, staining jar, kandang hewan coba dan perlengkapannya, dissecting set, kaca objek dan kaca penutup preparat.

Bahan penelitian yang digunakan yaitu Mus musculus jantan umur 8-12 minggu sebanyak 24 ekor, alkohol absolut, alkohol bertingkat yaitu 96%, 80%, 70%, 50%, 40%, 30%, akuades, xylol, hematoxylin, eosin, Canada balm, larutan

Bouin, rokok elektrik dengan label e-cigarette health dengan kandungan rasa strawberry dan Gudang Garam, tisu, parafin, NaCl 0,9%, dan kertas milimeter.

3.2.4 Metode Kerja

3.2.4.1 Persiapan pakan dan adaptasi mencit dalam kandang

Sebelum percobaan dilakukan, semua mencit diadaptasi selama satu minggu. Mencit dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kontrol (P0) tidak diperlakukan, perlakuan satu (P1) dipaparkan asap rokok dengan rasa strawberry, dan perlakuan dua (P2) dipaparkan dengan asap rokok rasa Gudang Garam. Pakan dibuat dengan komposisi jagung halus dan pelet dengan perbandingan 1:3 dan diberikan secara ad libitum selama masa percobaan. Tempat minum menggunakan botol minuman suplemen (yang pada tutup botolnya dilubangi). Tempat minum diletakkan di bagian atas kandang dalam posisi terbalik (terdapat pengait dari kawat untuk menahan botol agar tidak jatuh). Pemberian minum dari air mineral komersil dan diberikan secara ad libitum.

3.2.4.2 Pajanan asap rokok elektrik pada mencit

(29)

14 DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

dilakukan dengan dosis minimal 20 kali hisapan hingga mencit yang berada di dalam smoking box menjadi lemas dan tidak aktif bergerak.

Tahapan pemajanan asap rokok dilakukan dengan terlebih dahulu mempersiapkan peralatan yang digunakan dalam pemajanan ini. Smoking box

memiliki dua lubang penghubung di bagian depan, yang dihubungkan dengan selang dan three way. Lubang three way yang pertama untuk menghubungkan selang dengan batang rokok, lubang three way kedua untuk menghubungkan selang ke spuit untuk memompa hingga asap masuk ke dalam tabung spuit, dan lubang three way yang ketiga untuk menghubungkan dan mengalirkan asap ke

smoking box. Pada saat pemaparan asap, smoking box, ditutup rapat dengan plastik putih transparan dan diberi lubang di bagian atas plastik sebagai ventilasi (memungkinkan pertukaran udara).

Mencit dimasukkan bersamaan dalam smoking box, kemudian ditutup kembali. Satu batang rokok elektrik dipasang pada ujung selang sebelah kiri, kemudian three way diputar sehingga yang terbuka hanya jalur selang pada rokok dan selang pada spuit, rokok lalu dipompa hingga asap yang keluar masuk ke dalam tabung spuit, kemudian three way diputar kembali sehingga yang terbuka hanya jalur selang pada spuit dan jalur selang untuk masuknya asap ke smoking box. Selanjutnya asap pada tabung spuit dikeluarkan, sehingga asap rokok masuk ke dalam smoking box. Penghisapan dilakukan sampai mencit di dalam smoking box menjadi lemas.

3.2.4.3 Penimbangan bobot badan

Berat badan mencit jantan (Mus musculus L.) ditimbang pada awal mulai perlakuan dan kemudian ditimbang kembali pada akhir perlakuan.

3.2.4.4 Pengambilan organ

(30)

Setelah itu, organ ditimbang lalu diletakkan di atas kertas milimeter untuk diamati.

3.2.4.5 Pembuatan preparat histologi

Organ hepar ditimbang dan dicuci dengan larutan NaCl 0,9% kemudian difiksasi selama seminggu dengan larutan Bouin. Setelah itu, hepar dicuci dengan alkohol 70% dengan cara dishaker sampai benar-benar jernih dan direndam dengan alkohol 70 % selama 1 malam. Setelah direndam semalaman didehidrasi dengan merendam organ hati sambil dishaker dengan menggunakan alkohol bertingkat, yaitu dari alkohol 70%, 80%, 96% dan 100% (absolut) selama 1 jam pada setiap konsentrasi. Organ hepar direndam di dalam xylol selama 1 malam. Organ hepar yang telah direndam 1 malam di dalam xylol kemudian diambil dan direndam dalam xylol lagi selama 1 jam pada suhu kamar, lalu dipindahkan lagi ke dalam xylol yang baru selama 1 jam. Setelah itu organ hepar direndam ke dalam parafin murni I, parafin murni II, dan parafin murni III masing-masing selama 1 jam pada suhu 60°C.

Setelah melewati tahap-tahap tersebut barulah memasuki tahap embedding

atau penanaman organ ke dalam parafin. Parafin baru yang telah cair dituang ke dalam kotak yang telah disediakan, kemudian hepar ditanam dalam kotak yang telah berisi parafin dan diatur posisinya lalu diberi label dan didiamkan hingga dingin dan membentuk blok parafin. Blok-blok tersebut selanjutnya dirapikan pada holder yang terbuat dari kayu berukuran 3x2x3 cm yang berbentuk balok. Setelah itu dilakukan pemotongan atau cutting dengan memotong blok-blok parafin yang telah diholder pada mikrotum sehingga membentuk pita-pita parafin dengan ukuran ketebalan 6 µm. Pita parafin yang diperoleh ditempelkan pada

(31)

16 DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

menurun, yaitu dari alkohol absolut, 96%, 80%, 70%, 60%, 50%, 40%, 30% kemudian ke dalam akuades, pada setiap konsentrasi dicelupkan ± 3-5 detik.

Setelah itu, sediaan dimasukkan ke dalam larutan pewarna hematoksilin selama beberapa detik, lalu dicuci dengan air mengalir, kemudian dimasukkan ke dalam alkohol 30%, 40 %, 50%, 60 %, dan 70%, lalu dimasukkan ke dalam larutan pewarna eosin selama beberapa detik, dilanjutkan ke dalam alkohol 80%,, 90%, dan alkohol absolute. Setelah itu, dilap dengan kertas tisu dan dimasukkan ke xylol selama ± 2 menit. Preparat dikeringkan dan dibersihkan dengan kertas tisu. Kemudian preparat diberi canada balsam agar awet dan melekat pada cover glass, diusahakan agar tidak terdapat gelembung udara saat menutup preparat dengan cover glass. Preparat yang telah diwarnai kemudian diberi label dan diamati kerusakannya khususnya pada tubulus proksimal di bawah mikroskop (Suntoro, 1983).

3.2.4.6Parameter Pengamatan

Pada penelitian ini, parameter yang diamati yaitu struktur makroskopis dan histopatologi (Sawant et al., 2004) hepar mencit yang dianalisis secara deskriptif kualitatif dan dibuat skor nekrosis sentrolobular seperti tercantum dalam Tabel 1. A. Gambaran makroskopis hepar mencit yaitu pengukuran terhadap berat organ

hepar awal mencit antara kontrol dengan mencit yang mendapat perlakuan termasuk diantaranya perbandingan perubahan warna hepar dari coklat kemerahan menjadi pucat atau coklat tua, konsistensi hepar kenyal dan padat menjadi lembek sampai rapuh dan struktur permukaan yang licin menjadi bernodul atau ada lesi. Pengamatan makroskopis hepar meliputi berat, warna, konsistensi, dan permukaan hepar yang normal berwarna merah kecoklatan, dan konsistensinya kenyal serta permukaan yang licin (Dewi, 2010).

Kriteria abnormal bila ditemukan: a. Perubahan berat organ hepar b. Perubahan warna

(32)

B. Derajat histopatologi hepar adalah gambaran kerusakan hepar secara mikroskopis yang dinilai dengan mengukur derajat kerusakan dari kongesti dan nekrosis dari sel-sel hepar. Nekrosis adalah kematian akibat terpapar stimulus eksogen seperti zat-zat kimia sehingga terjadi perubahan morfologi sel yang mati berupa penyusutan inti sel dengan batas yang tidak teratur dan berwarna gelap (piknosis), hancurnya inti dengan pecahan-pecahan kromatin (karyoreksi), dan hancurnya inti (Karyolisis) (Prince & Wilson, 2006). Pengamatan dilakukan dengan mikroskop cahaya merk Olympus dengan perbesaran dimulai dari 40x, 100x, dan 400x, luas nekrosis pada hepar mencit dinilai scara semikuantitatif menggunakan mikroskop cahaya pada tiga zona dalam 10 lobulus.

Preparat histologis hepar diamati di bawah mikrpskop cahaya dalam 5 lapang pandang yang berbeda, dengan perbesaran 40X10 kali. Setiap lapang pandang dihitung 20 sel secara acak sehingga dalam 1 preparat tersebut ditemukan 100 sel hepar. Kemudian dihitung rerata bobot skor perubahan histopatologi hepar pada 5 lapang pandang dari masing-masing mencit dengan model Skoring Histopathology Manja Roenigk (Desprinita, 2010). Jenis kerusakan hepar yang diamati meliputi nekrosis, degenerasi parenkimatosa, dan degenerasi hidropik. Kemudian dicatat dan dihitung jumlah persentase kerusakan yang terjadi (Pawitra & Mutiara, 2010; Maretnowati et al., 2005 dalam Amalina, 2009; Jawi, 2007).

Tabel 3.2.4.6 Skor Penilaian Tingkat Kerusakan Hepatosit Kriteria Manja Roenigk Yang Telah Dimodifikasi Hapsari (2010)

Tingkat Kerusakan Skor

(33)

18 DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

(34)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Berat Hepar Mencit

Hasil pengamatan terhadap berat hepar mencit jantan dengan perlakuan pemaparan asap rokok elektrik dengan perbedaan rasa yaitu rasa strawberry dan Gudang Garam telah dilakukan uji analisis statistik. Dari data tersebut diperoleh bahwa rata-rata berat hepar mencit yang dipaparkan asap rokok elektrik mengalami penurunan bila dibandingkan dengan kontrol (K0). Rata-rata berat hepar mencit pada K0 (1,839 g) dan P1 ( 1,766 g), sedangkan rata-rata berat hepar mencit pada P2 (1,746 g). Grafiknya dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut.

Gambar 4.1. Berat Hepar Mencit yang dipaparkan asap rokok elektrik dengan kandungan rasa strawberry dan Gudang Garam.

K0= Kontrol (mencit tidak diberi perlakuan apapun selain pakan); P1 = Perlakuan 1, mencit dipaparkan asap rokok elektrik rasa strawberry; P2 = Perlakuan 2, mencit dipaparkan asap rokok elektrik rasa Gudang Garam, huruf yang berbeda pada perlakuan berbeda menunjukkan berbeda nyata; berat hepar mencit dalam satuan gram (g).

a

(35)

20 DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata penurunan berat hepar (hepar) antara kontrol (K0) dengan perlakuan (P1 dan P2), demikian juga tidak terdapat perbedaan nyata antara perlakuan P1 dengan P2. Hal ini berarti paparan asap rokok elektrik rasa strawberry dan gudang garam belum dapat merusak sel hepar secara signifikan walaupun telah dijumpai penurunan berat hepar dengan perbedaan yang tidak nyata pada kedua perlakuan Hal ini mungkin karena kurangnya lama pemaparan oleh asap rokok yang diberikan. Menurut Lu (1994), pada dasarnya perubahan morfologi sulit untuk di ukur. Menurut Alboneh (2010), tahapan terjadinya gangguan fungsi organ, dimulai dari gangguan keadaan biokimianya, dilanjutkan dengan gangguan anatomis yang terlihat pada tahap berikutnya yang didahului dengan gangguan secara histologis dan pada akhirnya akan bermanifestasi pada gambaran makroskopisnya yang ditandai dengan kematian sel dalam jumlah besar.

Kerusakan hepar karena zat toksik dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti jenis zat kimia, dosis yang diberikan, dan lamanya paparan zat tersebut seperti akut, subkronik atau kronik. Semakin tinggi konsentrasi suatu senyawa yang diberikan maka respon toksik yang ditimbulkan semakin besar. Kerusakan hepar dapat terjadi segera atau setelah beberapa minggu sampai beberapa bulan. Kerusakan dapat berbentuk nekrosis hepatosit, kolestasis, atau timbulnya disfungsi hepar secara perlahan-lahan (Anggraini, 2009).

(36)

4.2 Morfologi Hepar

Hasil pengamatan terhadap berat hepar mencit jantan dengan perlakuan pemaparan asap rokok elektrik rasa strawberry dan Gudang Garam dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Morfologi Hepar Mencit yang dipaparkan asap rokok elektrik dengan kandungan rasa strawberry dan Gudang Garam

Perlakuan Ulangan (n) Pengamatan

Warna Permukaan Keterangan: Warna= Normal (N); Abnormal/Pucat (AN/P)

Permukaan= Normal (N); Abnormal (AN).

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa terjadi perubahan baik pada warna dan permukaan hepar. Organ hepar yang normal memiliki warna yang merah kecoklatan dan permukaan yang halus atau tidak berbintik (Gambar a), sedangkan organ hepar yang mengalami perubahan morfologi tampak pucat dan permukaannya berbintik (Gambar b).

(a) (b)

Gambar 4.2 Morfologi Hepar Mencit. (a) Morfologi hepar mencit pada K0 tanpa perlakuan; (b) Morfologi hepar mencit pada P2 yang dipaparkan asap rokok elektrik rasa Gudang Garam.

(37)

22 DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

dan permukaan pada K0 adalah normal sedangkan pada P2 adalah abnormal. Hal ini didukung oleh pernyataan Robins & Kumar (1992), bahwa hati yang normal memiliki permukaan rata dan halus serta berwarna merah kecoklatan, sedangkan hati yang abnormal memiliki permukaan seperti jaringan ikat, kista maupun bintik-bintik dan mengalami perubahan warna.

4.3 Tingkat Kerusakan Hepatosit

Hasil pengamatan terhadap tingkat kerusakan hepatosit setelah perlakuan pemaparan asap rokok elektrik dengan perbedaan rasa yaitu rasa strawberry dan Gudang Garam telah dilakukan uji analisis statistik. Dari data tersebut ditemukan kerusakan sel hepar atau hepatosit yang dipaparkan asap rokok elektrik mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan kontrol blank (K0). Rata-rata skor tingkat kerusakan hepatosit mencit pada K0 (73,25) dan P1 (116,971), sedangkan rata-rata skor tingkat kerusakan hepatosit pada P2 (118,44). Grafiknya dapat dilihat pada Gambar 4.3 di bawah ini.

Gambar 4.3 Tingkat Kerusakan Hepatosit Mencit yang dipaparkan asap rokokelektrik dengan kandungan rasa strawberry dan Gudang Garam. K0= Kontrol (mencit tidak diberi perlakuan apapun selain pakan); P1 = Perlakuan 1, mencit dipaparkan asap rokok elektrik rasa strawberry; P2 = Perlakuan 2, mencit dipaparkan asap rokok elektrik rasa Gudang Garam, huruf yang berbeda pada perlakuan berbeda menunjukkan berbeda nyata (p < 0,05).

Berdasarkan Gambar 4.3 tersebut dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat kerusakan hepatosit yang nyata antara mencit kontrol (K0) dengan

a

(38)

perlakuan P1 dan P2. Juga tidak terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan P1 dengan perlakuan P2. Hal ini mungkin disebabkan zat-zat yang dikandung oleh rokok elektrik belum menimbulkan efek bahaya bagi hepar meskipun secara angka telah terjadi peningkatan kerusakan hepatosit. Namun dari skor yang didapatkan kerusakan nekrosis pada P1 dan P2 lebih banyak bila dibandingkan dengan kontrol (K0). Hal ini mungkin disebabkan karena kandungan yang dimiliki oleh rokok elektrik tersebut bersifat toksik terhadap hepar.

Hepatotoksisitas akibat senyawa kimia merupakan komplikasi potensial yang hampir selalu ada pada setiap senyawa kimia yang diberikan karena hepar merupakan pusat disposisi metabolik dari semua obat dan bahan asing yang masuk termasuk asap rokok elektrik. Sebagaimana yang dinyatakan Robins & Kumar (1992) bahwa kerusakan sel hepar jarang disebabkan oleh suatu substansi secara langsung, melainkan seringkali oleh metabolit zat toksik dari substansi yang bersangkutan. Hepar merupakan organ paling sering rusak (Lu 1995). Metabolisme berbagai senyawa terutama terjadi dalam hepar, sehingga kemungkinan terjadinya kerusakan organ ini menjadi sangat besar (Powel & piper, 1989). Apabila proses metabolisme tidak berjalan dengan normal, maka akan menimbulkan berbagai penyakit, salah satunya adalah penyakit yang terjadi di hepar. Sel-sel yang terdapat di hepar akan terdeposit sehingga akan mengalami perubahan (Jati, 2008).

(39)

24 DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

Gambaran histologis hepar antara kelompok kontrol dengan perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4.3.1.

Gambar 4.3.1 Mikroskopis Hepatosit Setelah Pemaparan Asap Rokok Elektrik Kandungan Rasa Strawberry dan Gudang Garam dengan Pewarnaan HE dan Perbesaran 400X. A. Kontrol (tanpa perlakuan); B. Perlakuan rokok elektrik Rasa Strawberry (P1); C. Perlakuan rokok elektrik rasa Gudang Garam (P2); a. Hepatosit normal, b. Nekrosis, c. Vena sentral.

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa terdapat kerusakan nekrosis pada setiap perlakuan. Hal ini mungkin disebabkan oleh paparan asp rokok yang diberikan kepada hewan percobaan. Dari gambar dapat dilihat kerusakan nekrosis ditandai dengan hancurnyaa inti sel dan inti sel yang tidak teratur dan warna inti yang gelap. Menurut Prince &Wilson (2006), nekrosis adalah kematian akibat terpapar stimulus eksogen seperti zat-zat kimia sehingga terjadi perubahan morfologi sel yang mati berupa penyusutan inti sel dengan batas yang tidak teratur dan berwarna gelap, hancurnya inti dengan pecahan-pecahan kromatin.

Menurut Bhara (2004), kerusakan hepar berhubungan erat dengan perdarahannya dan suatu susunan unit yang lebih kecil yaitu asinus hepar,yang merupakan konsep terbaru dari unit fungsional hepar terkecil. Hepatosit

(40)
(41)

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Pemaparan asap rokok elektrik kandungan rasa strawberry dan Gudang Garam pada mencit dapat menurunkan berat hepar mencit secara tidak nyata (p > 0,05).

b. Tingkat kerusakan hepatosit mencit yang dipaparkan asap rokok elektrik rasa strawberry dengan yang dipaparkan asap rokok elektrik rasa Gudang Garam tidak memiliki perbedaan yang nyata (p > 0,05), yaitu 116,971 pada rasa strawberry dan 118,444 pada rasa Gudang Garam.

c. Pemaparan asap rokok elektrik rasa strawberry dan rasa Gudang Garam dapat mempengaruhi gambaran histologis (mikroskopis) hepar mencit, ditandai dengan adanya sel hepatosit yang mengalami degenerasi parenkimatosa, binuklear, degenerasi hidropik, dan nekrosis yang meningkat pada perlakuan dibandingkan dengan kontrol.

5.2 Saran

a. Perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemaparan asap rokok dengan rentang waktu yang lebih lama dan label/merk rokok yang lebih bervariasi. b. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kandungan apa di dalam rokok

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Amalina, N. 2009. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Valerian (Valeriana Officinalis)

Terhadap Hepar Mencit Balb/C. [Karya Tulis Ilmiah]. Semarang: Universitas Diponegoro.

Anggraini, D. 2006. Pengaruh Pemberian Vitamin E terhadap Spermatozoa Mencit Jantan Strain Balb/C yang diberi Paparan Asap Rokok. Semarang: Fakultas Kedokteran Diponegoro.

Bindar, Y. 2000. Ekonomi, Rokok dan Konsekuensinya. Jurusan Teknik Kimia ITB. http:/www.Angelfire/.com/il/nalapralaya/html.

Bowen, R. 2003. Hepatic Histology: The Lobule. October, 26. rbowen@colostate.edu.

Christyaningsih, J., Suwandito, Purnomo, U.S. 2003. Pengaruh Suplementasi Vitamin E terhadap Aktivitas Enzim Superoxidase Dismutase (SOD) dalam Eritrosit Tikus yang Terpapar Asap Rokok Kretek. Akademi Analis Kesehatan. 5(3):87-88.

Corwin, J. E. 2009. Patofisiologi. Edisi Revisi 3. Buku Kedokteran EGC. Hlm. 646-663.

Davis, A. S., Sing, H. Y., dan Kurt, J. S. 1990. Ilmu Penyakit Dalam. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hlm 4-14.

Dewi, R. M. 2010. Pengaruh Hepatoprotektor Madu Terhadap Kerusakan Histologi Sel Hepar Mencit yang diberi Natrium Siklamat. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Desprinita, P. 2010. Pengaruh Pemberian Dosis Bertingkat Metanol 50% perOral Terhadap Tingkat Kerusakan Sel Hepar pada Tikus Wistar. Artikel Penelitian. Semarang: Universitas Diponegoro.

Gunawan, A. H. 2012. Terapi Karsinoma Hepatoseluler. Bandung: Universitas Padjajaran. Hlm. 1.

Halliwel, B. 1987. Oxydants and Human Disease: Some New Concepts. FASEB. Pp 358-364.

(43)

28 DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

Jati, S. H. 2008. Efek Antioksidan Ekstrak Etanol 70% Daun Salam (Syzygium polyanthum) pada Hepar Tikus Galus Wistar yang Diinduksi Karbon Tetraklorida (CCl4). Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Joel. 23 Juni 2011. Smoking’s Impact on The Lungs. Diakses Tanggal 22 April

2012.

Kusnoputranto, H. 1996. Pengantar Toksikologi Lingkungan. Jakarta: Universitas Indonesia. Hlm. 1-49.

Katzung, B. G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta. Salemba Medika. Hlm 458.

Lu, F. C. 1994. Toksikologi Dasar. Edisi 2. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hlm. 206-210.

Mansyur, 2002. Toksikologi dan Distribusi Agent Toksis. Jurnal. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Netter, F., Interactive Atlas of Human Anatomy, Ciba Geigy Corporation, 1995. Review of allerged reaction to monosodium glutamate and outcome of a multicentimeter double blind placebo-controlled study. The Journal of Nutrition, 130 : 1058S-1062S.

Price, S. A. Dan McCarty Wilson, L. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran. Hlm 472-477.

Putri, R.G. 2007. Pengaruh Pemberian Karbon Tetraklorida Terhadap Fungsi Hati dan Ginjal Tikus. Makara Kesehatan. Vol-11(1): 11-16.

Sawant, S. P., Dyanmote, A. V., Shankar K, Limaye, P. B. Latendresse, J. R., Mahendale, H. M. 2004. Potentiation of Carbon Tetrachloride Hepatotoxycity and Lethality in Type 2 Diabetic Rats. Journal of Pharmacology and Experimental Therapeutics.

(44)

Suntoro, S. H. 1983. Metode Pewarnaan (Histologi dan Histokimia). Jakarta: Penerbit Bratara Karya Aksara.

(45)

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

*. This is a lower bound of the true significance.

(46)
(47)

32 DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU

Test of Normality

Tests of Normality

Perlakuan

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Kerusakan_Hepatosit K0 .202 8 .200* .932 8 .536

P1 .209 8 .200* .883 8 .201

P2 .215 8 .200* .858 8 .116

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity

Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Kerusakan_Hepatosit Based on Mean .877 2 21 .431

Based on Median .601 2 21 .558

Based on Median and with adjusted

df .601 2 15.259 .561

Based on trimmed mean .819 2 21 .454

Oneway

ANOVA

Kerusakan_Hepatosit

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 10549.843 2 5274.921 1.556 .234

Within Groups 71210.219 21 3390.963

(48)

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Kerusakan_Hepatosit Bonferroni

(I) Perlakuan

(J) Perlakuan

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

K0 P1 -45.19375 29.11599 .407 -120.9346 30.5471

P2 -43.72125 29.11599 .444 -119.4621 32.0196

P1 K0 45.19375 29.11599 .407 -30.5471 120.9346

P2 1.47250 29.11599 1.000 -74.2684 77.2134

P2 K0 43.72125 29.11599 .444 -32.0196 119.4621

Gambar

Gambar 2.1 Struktur anatomi hepar (Netter,  1995)
Gambar 2.2.1 Struktur gambaran histologi hepar (Bowen, 2003).
Gambar 2.5.2 Rokok Elektrik (Sumber: www.tokonabil.com)
Gambar 4.1. Berat Hepar Mencit yang dipaparkan asap rokok elektrik  dengan   kandungan rasa strawberry dan Gudang Garam
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Paparan Asap Rokok Kretek Terhadap Kualitas Spermatozoa Mencit Jantan (Mus musculus).. Journal e-Biomedik

Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui jumlah spermatozoa mencit selama proses spermatogenesis yang dipaparkan asap rokok terhadap pemberian vitamin

Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin E terhadap morfologi spermatozoa mencit jantan yang dipaparkan asap rokok... 1.2

Skripsi dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Akuades Biji Sirsak (Annona muricata L.) Terhadap Struktur Histologis Paru Mencit (Mus musculus) yang Dipapar Asap

Menganalisis pengaruh paparan asap rokok terhadap peningkatan gangguan folikulogenesis pada mencit betina Mus Musculus Balb/c 9.. Menjelaskan mekanisme gangguan folikulogenesis

Pengaruh Pemberian Jus Pepaya ( Carica papaya ) Terhadap Kerusakan Histologis Alveolus Paru Mencit Yang Dipapar Asap Rokok.. Surakarta: Fakultas Kedokteran

16 Suatu penelitian di luar negeri telah meneliti efek dari uap rokok elektrik terhadap fungsi paru-paru pada tikus dengan menggunakan cairan rokok elektronik kandungan

Skripsi dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Akuades Biji Sirsak (Annona muricata L.) Terhadap Struktur Histologis Paru Mencit (Mus musculus) yang Dipapar Asap