• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ABSTRACT HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN KATA PENGANTAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ABSTRACT HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN KATA PENGANTAR"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

iii DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

HALAMAN PENGESAHAN iii HALAMAN PERSETUJUAN iv KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN. xi SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 8 1.3 Tujuan Penelitian 8 1.4 Manfaat Penelitian 9 1.5 Sistematika Penulisan 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya 12

2.2 Landasan Konsep Analisis 16

2.2.1 Produk Pariwisata ... 16

2.2.2 Pembelanjaan Wisatawan ... 19

2.2.3 Dampak Ganda (Multiplier Effect) ... 20

2.2.4 Dampak Pariwisata ... 23

2.2.5 Sistem Pariwisata ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian 29 3.2 Ruang Lingkup Penelitian 31

3.3 Jenis dan Sumber Data 32 3.3.1 Jenis Data 32 3.3.2 Sumber Data 33

3.4 Teknik Pengumpulan Data 34

3.4.1 Observasi Terstruktur 34

3.4.2 Wawancara Terstruktur 35 3.4.3 Studi Kepustakaan 33 3.4.4 Kuesioner 36 3.5 Teknik Penentuan Informan 37

3.6 Teknik Pengambilan Sampel 38

3.7 Teknik Analisis Data 40 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum 44

4.1.1 Perkembangan Pariwisata di Transit Route Badung-Bedugul 46 4.1.2 Kondisi Kependudukan di Desa Luwus dan

(2)

iv

4.2 Produk Pariwisata di Transit Route Badung-Bedugul 54

4.2.1 Atraksi Wisata (Attraction) 55

4.2.2 Aksesibilitas (Accessibilities) 66

4.2.3 Fasilitas Pariwisata (Amenities) 67

4.2.4 Jaringan (Networking) 68

4.3 Pembelanjaan Wisatawan di transit route Badung-Bedugul 71 4.4 Dampak Pembelanjaan Wisatawan terhadap Penciptaan

Lapangan Kerja 86

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan 101

5.2 Saran 103

DAFTAR PUSTAKA ... 106 LAMPIRAN ... 109

(3)

v

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Alokasi Pembelanjaan Wisatawan di Bali Tahun 2015 6 Tabel 3.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan di Transit Route Badung-Bedugul 30 Tabel 4.1 Data kunjungan wisatawan ke Ulun Danu Beratan dan Kebun Raya

Eka Karya tahun 2011-2015 46

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk di Desa Luwus dan Desa Mekarsari 49 Tabel 4.3 Pendidikan Penduduk di Desa Luwus dan Desa Mekarsari 50 Tabel 4.4 Mata Pencaharian Penduduk Desa Luwus dan Desa Mekarsari 51 Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Desa Luwus dan Desa Mekarsari Berdasarkan Usia

Kerja 53

Tabel 4.6 Total Pembelanjaan Wisatawan Nusantara 73

Tabel 4.7 Total Pembelanjaan Wisatawan Mancanegara 76 Tabel 4.8 Agregasi Sektor Tabel I-O Provinsi Bali Tahun 2010 87 Tabel 4.9 Koefisien Tenaga Kerja dan Pengganda Output 89

Tabel 4.10 Nilai Pengganda Tenaga Kerja 90

Tabel 4.11 Dampak Pengganda Tenaga Kerja 91

Tabel 4.12 Dampak Pembelanjaan Wisatawan Nusantara Terhadap Lapangan

Kerja 93

Tabel 4.13 Dampak Pembelanjaan Wisatawan Mancanegara Terhadap Lapangan

Kerja 94

Tabel 4.14 Dampak Pembelanjaan Wisatawan Nusantara terhadap Penciptaan

Lapangan Kerja pada Sektor-sektor Lainnya 95

Tabel 4.15 Dampak Pembelanjaan Wisatawan Mancanegara terhadap Penciptaan

(4)

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Sistem Pariwisata 26

Gambar 3.1 Peta Transit Route Badung- Bedugul 29

Gambar 4.1 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Luwus dan Desa Mekarsari ... 50

Gambar 4.2 Persentase Mata Pencaharian Penduduk Desa Luwus dan Desa Mekarsari ... 52

Gambar 4.3 Peta Atraksi Wisata di Transit Route Badung-Bedugul 55

Gambar 4.4 Aktivitas wisata di MSB Coffee Break ... 56

Gambar 4.5 Rutinitas Kegiatan Wisatawan Nusantara di Teman Joger ... 58

Gambar 4.6 Produk yang dijual di atraksi wisata Lubak Bali Coffee Break ... 60

Gambar 4.7 Suasana yang ditawarkan atraksi wisata Mekarsari Village ... 60

Gambar 4.8 Harga barang yang dijual di atraksi wisata Secret Garden Village ... 63

Gambar 4.9 Produk yang dijual di atraksi wisata Subak Bali Agro ... 65

Gambar 4.10 Persentase Pembelanjaan Wisatawan Nusantara Transit Route Badung-Bedugul ... 75

Gambar 4.11 Persentase Pembelanjaan Wisatawan Mancanegara Transit Route Badung-Bedugul 78 Gambar 4.12 Tipe Wisatawan Nusantara Transit Route Badung-Bedugul 79

Gambar 4.13 Tipe Wisatawan Mancanegara Transit Route Badung Bedugul 80 Gambar 4.14 Jenis Moda Transportasi Wisatawan Nusantara ke Transit Route Badung-Bedugul ... 81

Gambar 4.15 Jenis Moda Transportasi Wisatawan Mancanegara ke Transit Route Badung-Bedugul ... 82

Gambar 4.16 Waktu Kunjungan Wisatawan ke Transit Route Badung-Bedugul ... 83

Gambar 4.17 Alasan Wisatawan Saat Berkunjung ke Transit Route Badung-Bedugul ... 84

Gambar 4.18 Skema Dampak Pembelanjaan Wisatawan terhadap Penciptaan Lapangan kerja di berbagai Sektor ... 92 Gambar 4.19 Perbedaan Penciptaan Lapangan Kerja di Transit Route

(5)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Daftar Informan ... 109

Lampiran 2 Kuesioner ... 110

Lampiran 3 Pedoman Wawancara ... 114

Lampiran 4 Penghitungan Koefisien Tenaga Kerja ... 115

Lampiran 5 Dokumentasi Foto ... 116

Lampiran 6 Tabel Input Output Pariwisata Bali Tahun 2010 (19x19)(Rp Juta) ... 119

Lampiran 7 Matrik Pengganda Output Total Atas Dasar Harga Produsen 19x19 Sektor ... 121

(6)

viii ABSTRAK

Program Studi S1 Destinasi Pariwisata Fakultas Pariwisata

Universitas Udayana Skripsi A. Nama : Luh Putu Ratih Roslandari

B. Judul : DAMPAK PEMBELANJAAN WISATAWAN TERHADAP

PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA DI TRANSIT ROUTE BADUNG-BEDUGUL

C. Jumlah Halaman : D. Ringkasan :

Transit route merupakan jalur yang menghubungkan antara daerah asal wisatawan dengan daerah tujuan wisata. Transit route ini memiliki peluang yang besar untuk menunjukkan potensi lokalnya sehingga dapat dikunjungi oleh wisatawan. Salah satu transit route yang sering disinggahi oleh wisatawan apabila berkunjung ke daerah tujuan wisata Bedugul adalah transit route Badung-Bedugul yang memiliki daya tarik seperti agrowisata, toko cinderamata dan wisata edukasi. Dengan adanya wisatawan yang singgah ke atraksi wisata tersebut dapat menimbulkan pembelanjaan wisatawan yang akan berdampak ganda bagi ketenagakerjaan (employment multiplier) di seluruh sektor perekonomian.

Penelitian ini berlokasi di transit route Badung-Bedugul khususnya di Desa Luwus dan Desa Mekarsari. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini khususnya dalam menganalisis pembelanjaan wisatawan adalah deskriptif kuantitatif dan model input-output untuk menganalisis dampak ganda ketenagakerjaan. Sumber data diperoleh dari data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi terstruktur, wawancara terstruktur, studi kepustakaan dan kuesioner. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling sedangkan teknik penentuan sampel menggunakan rumus Slovin yang difokuskan pada pembelanjaan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara.

Hasil penelitian ini adalah produk pariwisata yang tercipta di transit route Badung-Bedugul dibedakan dalam empat kelompok meliputi atraksi wisata (attraction) yang berjumlah enam, aksesibilitas (accesibilities) yang memadai, fasilitas pariwisata (amenities) yang cukup lengkap dan jaringan (networking) kerjasama bertaraf regional dan nasional. Dalam penelitian di transit route Badung-Bedugul ini, pembelanjaan wisatawan terbagi dalam pembelanjaan wisatawan nusantara rata-rata sebesar Rp. 315.200/orang dan pembelanjaan wisatawan mancanegara sebesar Rp. 541.200/orang sedangkan komponen pembelanjaan wisatawan dominan terhadap cinderamata. Dampak dari adanya pembelanjaan wisatawan terhadap penciptaan lapangan kerja dihitung berdasarkan Model Input-Output Pariwisata Bali Tahun 2010. Hasil dari penghitungan tersebut digolongkan menjadi tiga dampak pengganda tenaga kerja meliputi dampak pengganda tenaga kerja langsung (direct effect) sebesar 0,27922, dampak pengganda tenaga kerja tidak langsung (indirect effect) sebesar 0,54451 dan dampak tenaga kerja ikutan (induce effect) sebesar 0,13378. Jadi setiap pembelanjaan wisatawan sebesar Rp. 1.044.375 dapat menghasilkan satu tenaga kerja baru.

E. Kata Kunci : Transit Route, Pembelanjaan Wisatawan, Dampak Ganda Ketenagakerjaan

(7)

ix

ABSTRACT

Tourism Destination Study Program Tourism Faculty

Udayana University Undergraduate Thesis A. Name : Luh Putu Ratih Roslandari

B. Title : TOURISTS’S EXPENDITURE EFFECT TOWARD LABOR- MAKING ON BADUNG-BEDUGUL TRANSIT ROUTE

C. Pages :

D. Summary :

Transit route is a line that connects between tourists generating region and tourists destination regions. This transit route has a great opportunity to show its own local potential so tourists will come to visit. The transit route which often visited by tourists when going to Bedugul is Badung-Bedugul transit route. It has various attraction such as agrotourism, souvenir shops, and education tourism. By the tourists visit to those places, it would create a multiplier effects to employment at all economic sectors.

This research conducted on Badung-Bedugul transit route, especially in Luwus and Mekarsari village. The research method used in this research especially on analyzing tourist’s expenditure is descriptive quantitative and input-output model to analyze employment multiply effects. The data sources obtained from primary and secondary data. The data collecting method used is structured observation, structured interview, literature study, and questionnaire deployment. Sample choosing technique used accidental sampling while sampling determining technique used Slovin formula which focused on expenditure of local tourists and international tourists.

The result of this research is tourism product which created on Badung-Bedugul transit route differentiated by four groups. They are six tourist attractions, a good accessibility, a complete tourism amenities, and regional and national level cooperation networking. In this research, tourist’s expenditure differentiated into domestic tourists’s expenditure averagely Rp. 315.200/person and international tourists’s expenditure averagely Rp 541.200/person while tourists’s expenditure component dominantly on souvenirs. The impact of this expenditure toward labor-making calculated based on Bali Tourism Input-Output Model 2010. The result of this calculation classified into three labor multiplier effect including direct effect by 0,27922, indirect effect by 0,54451, and induce effect by 0,13378. Therefore, the tourists’s expenditure by Rp 1.044.375 would generate one new labor.

E. Keywords : Transit Route, Tourists’s Expenditure, Employment Multiplier Effects

(8)

x

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh pihak lain untuk mendapatkan karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebut dalam sumber kutipan atau daftar pustaka.

Apabil ternyata didalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan/plagiat, saya bersedia laporan skripsi ini digugurkan dan gelar yang telah saya peroleh strata satu pariwisata dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 25 Ayat 2 dan Pasal 70).

Denpasar, 2 Juni 2017

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata merupakan kegiatan perjalanan seseorang atau sekelompok orang yang ditandai dengan adanya perpindahan sementara dari daerah asal menuju daerah tujuan wisata. Dalam perjalanannya menuju daerah tujuan wisata, wisatawan umumnya akan melewati jalur penghubung atau dalam istilah kepariwisataan disebut dengan transit route Leiper (dalam Cooper, 2005). Sebagai daerah yang menghubungkan antara daerah asal wisatawan dengan daerah tujuan pariwisata, transit route mendapatkan peluang besar untuk menunjukan potensi lokal bahkan penyediaan atraksi wisata baru yang dapat menarik minat wisatawan apabila sedang melewati transit route tersebut secara langsung. Potensi wisata yang dimiliki transit route tidak dapat dipastikan membuat semua wisatawan berhenti pada daerah ini, karena wisatawan menganggap daerah tujuan wisata lebih menarik sesuai dengan perencanaan wisatawan sebelumnya. Namun, tidak sedikit pula wisatawan ikut terserap dalam kegiatan pariwisata di transit route tersebut. Keberadaan daerah tujuan wisatawan lebih cenderung menyediakan atraksi wisata alam dengan panorama alam yang indah, budaya masyarakat setempat dan atraksi wisata buatan sehingga transit route berpeluang menyediakan produk pariwisata yang berbeda dengan daerah tujuan wisata seperti cinderamata, makanan dan minuman khas dari daerah tersebut, diikuti dengan memperkenalkan atraksi wisata yang tidak bisa dinikmati di daerah tujuan wisata.

Perkembangan atraksi wisata di sepanjang transit route mulai bervariasi dan inovatif yang pada dasarnya mempunyai tujuan hanya ingin menarik minat

(10)

2

wisatawan agar mau singgah bahkan membeli produk yang ditawarkan. Dengan adanya fenomena tersebut transit route juga memiliki peluang untuk menghasilkan keuntungan dari adanya kunjungan wisatawan sehingga nantinya transit route menjadi tempat yang wajib dikunjungi apabila berlibur ke daerah tujuan wisata bahkan menjadi daerah tujuan wisata itu sendiri. Contoh transit route antar negara penghubung yang berhasil adalah Negara Singapura yang sebelumnya merupakan daerah transit bagi wisatawan yang berasal dari benua biru (negara-negara di Eropa) untuk melakukan bisnis atau perjalanan wisata ke Negara Indonesia dan Negara Australia. Dengan adanya kunjungan secara berkelanjutan ke Negara Singapura menjadikan negara tersebut sebagai pusat wisata belanja dan kawasan pembisnis di kawasan Asia Tenggara. Contoh transit route yang berada di dalam sebuah negara yang tujuannya menghubungkan antar wilayah kota bahkan provinsi. Salah satunya adalah Kota Cianjur yang dijadikan sebagai sebagai transit route menuju daerah tujuan wisata Bandung. Kota Cianjur dikenal dengan kekhasan oleh-olehnya yaitu manisan buah sehingga wisatawan pasti akan singgah untuk membeli makanan khas tersebut (Jejakwisata.com, 2011). Potensi yang dimiliki Negara Singapura sebagai transit route antar negara bahkan benua dan Kota Cianjur sebagai transit route antar daerah membuktikan dalam kegiatan pariwisata transit route mempunyai potensi yang dapat membantu pertumbuhan ekonomi pariwisata.

Transit route dibutuhkan untuk menunjang keanekaragaman kegiatan dan atraksi wisata dengan tujuan menghilangkan rasa jenuh dari kegiatan pariwisata yang monoton di daerah tujuan wisata. Kegiatan mengunjungi transit route menjadi sebuah paket perjalanan baru yang dapat dinikmati oleh wisatawan yang

(11)

3

ingin berkunjung ke daerah tujuan wisata. Contohnya dalam sebuah paket perjalanan pariwisata ke kawasan Ubud, sebelum memasuki kawasan pariwisata Ubud wisatawan ditawarkan untuk menyaksikan pertunjukan atraksi wisata Barong di Desa Batubulan atau Desa Kesiman. Dengan melihat fenomena tersebut transit route Batubulan dan Kesiman mempunyai ciri khas yaitu daerah yang menyediakan atraksi wisata budaya. Selain itu, Batubulan juga dikenal dengan cinderamatanya berupa ukiran patung, pakaian, makanan dan cinderamata lainnya. Pengelompokan wilayah transit route di Bali sampai saat ini belum mempunyai ciri khas berdasarkan daerah tujuan wisatanya, sehingga belum terlihat produk wisata yang ingin diunggulkan dalam sebuah transit route.

Transit route berkembang seiring adanya dorongan dari wisatawan untuk melakukan kunjungan ke daerah tujuan wisata. Hal ini juga terlihat dari berkembangnya atraksi-atraksi wisata yang ada di transit route Badung-Bedugul. Atraksi wisata di transit route Badung-Bedugul berjumlah 13 atraksi wisata yang tersebar dalam lima desa yang menjadi penghubung Kabupaten Badung dengan daerah tujuan wisata Bedugul yaitu, Desa Perean Tengah terdapat satu atraksi wisata, Desa Luwus terdapat tiga atraksi wisata, Desa Mekarsari terdapat tiga atraksi wisata dan Desa Baturiti terdapat enam atraksi wisata. Penyedia usaha pariwisata di lima desa tersebut menyajikan produk-produk pariwisata seperti agrowisata, toko cinderamata, wisata alam dan wisata edukasi. Klaster atraksi wisata berdasarkan produk wisata terletak di Desa Baturiti karena desa tersebut memiliki atraksi wisata yang lebih banyak dibandingkan desa lainnya. Sedangkan klaster pariwisata berdasarkan jumlah kunjungan wisatawan terletak pada zona tengah yaitu Desa Luwus dan Desa Mekarsari (Roslandari, 2016).

(12)

4

Desa Luwus menjadi pusat konsentrasi bagi perkembangan toko cinderamata seperti pusat oleh-oleh Teman Joger, kemudian terdapat dua agrowisata yaitu MSB (Mertha Sari Buana) Coffee Luwak dan Lubak Bali Coffee Break. Sedangkan atraksi wisata yang berkembang di Desa Mekarsari tergolong dalam jenis agrowisata dan wisata edukasi. Agrowisata yang terdapat di Desa Mekarsari yaitu Mekarsari Village dan Subak Bali Agro sedangkan wisata edukasinya adalah Secret Garden Village. Zona tengah transit route Badung-Bedugul ini mempunyai jumlah kunjungan wisatawan terbanyak dibandingkan dengan zona lainnya. Sebagai contoh Secret Garden Village sebagai sebuah wisata edukasi dengan jumlah kunjungan wisatawan mencapai 6.000 hingga 7.000 wisatawan perbulan pada tahun 2016 (Balipost.com, 2016).

Dampak adanya jumlah kunjungan wisatawan yang tergolong tinggi tersebut tentunya ada pembelanjaan dalam bentuk barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan selama mereka singgah di transit route Badung-Bedugul tersebut. Hal tersebut senada menurut pendapat Antara dan Pitana (2012) yaitu, jumlah wisatawan yang mengunjungi sebuah daerah wisata akan mempengaruhi pembelanjaan wisatawan di daerah wisata tersebut. Selanjutnya juga dikemukakan oleh Gjorgievski dkk (2013) bahwa peranan industri pariwisata dalam perekonomian dapat dilihat dari pembelanjaan wisatawan terhadap barang dan jasa di daerah wisata. Pembelanjaan wisata didefinisikan sebagai total pembelanjaan konsumsi wisatawan selama melakukan perjalanan dan tinggal di destinasi wisata Leimer dan Jurgen (dalam Nurhidayati 2011). Melihat dari fenomena tersebut kegiatan pariwisata di transit route dapat

(13)

5

menciptakan permintaan tenga kerja yang akan menimbulkan kegiatan produksi barang dan jasa sebagai sebuah industri pariwisata.

Pembelanjaan wisatawan dapat berdampak langsung maupun tidak langsung (Angappapillai dkk, 2013). Salah satunya dampak penting yang diharapkan dari kegiatan pariwisata yaitu dari segi aspek ekonomi. Beberapa dampak positif pariwisata bagi perekonomian menurut Leiper (dalam Nurhidayati 2011) penyerapan tenaga kerja yaitu individu yang menggantungkan hidupnya dari sektor pariwisata, pendapatan dari usaha/ bisnis pariwisata yang berasal dari pembelanjaan wisata secara langsung maupun tidak langsung, multiplier effect kegiatan ekonomi pariwisata terhadap kegiatan ekonomi secara keseluruhan di suatu wilayah dan pemanfaatan fasilitas pariwisata oleh mayarakat lokal. Dari adanya pembelanjaan wisatawan tersebut, pastinya akan berpindah dari satu tangan ke tangan orang lain, dari satu sektor ekonomi ke sektor ekonomi lainnya termasuk dalam penciptaan lapangan kerja. Pembelanjaan wisatawan tersebut berdampak terhadap penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat lokal di bidang pariwisata maupun non pariwisata seperti pengrajin cinderamata, industri kayu, perdagangan, restoran, biro perjalanan wisata, industri tekstil dan pertanian.

Permintaan tenaga kerja di sektor industri pariwisata menjadi sebuah andalan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian masyarakat. Kontribusi pariwisata bagi perekonomian lokal memberikan dampak ekonomi yang besar untuk kesejahteraan masyarakat lokal dan dapat menjadi faktor yang strategis bagi pertumbuhan ekonomi jangka panjang (Vojnovic dan Knezevic, 2013). Sebagai gambaran pembelanjaan wisatawan di Bali tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 1.1

(14)

6

Tabel 1.1 Alokasi Pembelanjaan Wisatawan di Bali Tahun 2015

No. Pembelanjaan Persentase (%)

1. Akomodasi 21,9

2. Makanan dan Minuman 32,9

3. Transportasi Lokal 15,0 4. Cinderamata 26,6 5. Guide 0,2 6. Atraksi 1,8 7. Hiburan 1,1 8. Lain-lain 0,5 Jumlah 100,0

Sumber : Dinas Pariwisata Bali, 2015

Dalam tabel 1.1 menunjukan bahwa pembelanjaan wisatawan terserap ke delapan sektor yang berpotensial sebagai bentuk bahwa sektor tersebut membutuhkan tenaga kerja yang mampu menciptakan peluang pertumbuhan perekonomian masyarakat. Berdasarkan alokasi pembelanjaan biaya selama melakukan kunjungan wisata di Bali, ternyata pembelanjaan untuk makanan dan minuman menduduki peringkat tertinggi (32,9%), kemudian dilanjutkan pembelanjaan untuk cinderamata (26,6%), urutan ketiga akomodasi (21,9%) dan peringkat keempat yakni transportasi lokal (15,0%) serta yang terakhir diduduki oleh sejumlah jenis pembelanjaan lainnya (3,6%). Berdasarkan data tersebut dapat diidentifikasi berapa persentase dan proporsi masing-masing jenis pembelanjaan dari uang yang dibelanjakan wisatawan. Pola tersebut tentu berbeda di setiap daerah wisata tergantung karakteristik wisatawan baik wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara. Penghitungan pembelanjaan wisatawan penting untuk menunjukkan secara nyata nilai pariwisata bagi suatu daerah yang digunakan untuk menggambarkan dampak spesifik pariwisata bagi ekonomi lokal seperti usaha masyarakat lokal, konsumsi rumah tangga, dan sektor perekonomian daerah, serta sebagai dasar merencanakan fasilitas atau atraksi wisata baru,

(15)

7

menggambarkan dampak pariwisata terhadap penerimaan ekonomi seperti gaji atau upah, pekerjaan yang lebih baik (Goldman, 1994).

Berdasarkan penjabaran diatas, dapat dikatakan bahwa transit route Badung-Bedugul memiliki dampak ekonomi dalam mengembangkan industri pariwisata karena dengan adanya pembelanjaan wisatawan maka akan menciptakan lapangan kerja di transit route. Sebagai daerah pariwisata, Bali memiliki banyak potensi yang dapat digali untuk diketahui sejauhmana pemerataan di setiap daerah dalam perkembangan pariwisatanya. Penelitian ini penting dilakukan karena langkanya penelitian terhadap potensi yang dimiliki oleh transit route yang mampu menarik minat wisatawan untuk berkunjung seperti transit route Badung- Bedugul yang saat ini mulai menunjukan perkembangan.

Transit route Badung-Bedugul menjadi sebuah kawasan yang titik temunya berada di Desa Luwus dan Desa Mekarsari yang merupakan wilayah Kabupaten Tabanan, berdasarkan pengamatan di lapangan sejauh ini sarana yang tersedia masih bersifat secara umum seperti jaringan telekomunikasi, air, listrik dan akses. Sebagai kawasan pariwisata, Pemerintah Kabupaten Tabanan kurang memperhatikan adanya pariwisata di transit route Badung-Bedugul sehingga tidak adanya fasilitas khusus yang menunjang kegiatan pariwisata di transit route tersebut seperti pos keamanan, tourist information centre, tempat pengelolaan sampah dan pelatihan pemandu wisata lokal. Perkembangan Desa Luwus dan Desa Mekarsari sebagai transit route Badung-Bedugul memberikan kesempatan untuk mengembangkan sumber daya alam dan sumber daya manusia tetapi yang terjadi Pemerintah Kabupaten Tabanan belum mengoptimalkan rencana produk pariwisata yang tercipta.

(16)

8

Penelitian ini penting dilakukan untuk mengidentifikasi produk pariwisata dan mengukur sejauh mana dampak pariwisata yang ditimbulkan khususnya bagi perekonomian masyarakat lokal dalam hal penciptaan lapangan kerja dengan terlebih dahulu mendapatkan besar pembelanjaan wisatawan. Kajian tentang pembelanjaan wisata secara mikro sangat penting untuk melihat karakteristik dan penyebaran dampak ekonomi khususnya penciptaan lapangan kerja yang diterima oleh masyarakat di dalam transit route Badung-Bedugul baik dalam sektor pariwisata maupun sektor lainnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang permasalahan yang telah dijabarkan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dikaji pada penelitian ini, yaitu :

1. Apa saja produk pariwisata yang tercipta di transit route Badung-Bedugul?

2. Bagaimana pembelanjaan wisatawan di transit route Badung-Bedugul? 3. Bagaimana dampak pembelanjaan wisatawan terhadap penciptaan

lapangan kerja di transit route Badung-Bedugul?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini sebagai berikut :

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi produk pariwisata di transit route Badung-Bedugul

2. Untuk mendapatkan pola pembelanjaan wisatawan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara di transit route Badung-Bedugul.

(17)

9

3. Untuk mengukur sejauh mana dampak yang ditimbulkan dari adanya pembelanjaan wisatawan terhadap penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat lokal yang berada di transit route Badung-Bedugul.

1.4 Manfaat Penelitian

Tulisan ini diharapkan dapat bermanfaat secara akademis dan praktis sebagai berikut :

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini dapat membantu mahasiswa mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari dalam mata kuliah sebelumnya yaitu perencanaan pariwisata dengan menggunakan konsep sistem pariwisata, konsep produk pariwisata, konsep pembelanjaan wisatawan dan konsep dampak ganda (multiplier effect).

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat menjadi pedoman atau gagasan yang dijadikan tolak ukur bagi masyarakat lokal, pengusaha dan pemerintah dalam mengembangkan transit route yang dilalui dari daerah asal wisatawan menuju daerah tujuan wisata. Selain itu, sebagai bahan pertimbangan untuk membuat suatu kebijakan dalam menentukan strategi penciptaan lapangan kerja dan pengembangan produk-produk pariwisata maupun sektor lainnya.

(18)

10

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini digunakan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab I akan dijabarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada Bab II akan dijabarkan hasil penelitian sebelumnya dan landasan konsep yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini meliputi konsep sistem pariwisata, konsep produk pariwisata, konsep dampak pariwisata, konsep pembelanjaan wisatawan, dan konsep dampak ganda (multiplier effect).

BAB III METODE PENELITIAN

Pada Bab III akan dijabarkan lokasi penelitian, ruang lingkup penenelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengambilan sampel, dan teknik analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada Bab IV akan dijabarkan mengenai gambaran umum lokasi penelitian, produk pariwisata yang tercipta di transit route Badung-Bedugul yaitu atraksi wisata (attraction), aksesibilitas (accessibility), fasilitas pariwisata (amenities) dan jaringan (networking). Pembelanjaan wisatawan mancanegara dan nusantara di transit route Badung-Bedugul dan dampak yang ditimbulkan dari adanya pembelanjaan wisatawan terhadap penciptaan lapangan kerja.

(19)

11

BAB V PENUTUP

Pada Bab V akan diuraikan simpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran yang dapat diberikan oleh peneliti terhadap perkembangan pariwisata di transit route Badung-Bedugul.

(20)

Gambar

Tabel 1.1 Alokasi Pembelanjaan Wisatawan di Bali Tahun 2015

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan tersebut disusun berdasarkan pertimbangan: Pertama, bahwa Pancasila sebagai dasar, ideologi, dan filosofis negara merupakan sumber dari segala sumber hukum

1.1.) Peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu yang diarahkan pada komoditas unggulan tanaman hias masif dan tanaman hias orientasi ekspor, melalui penerapan Good

Sertifikasi halal tidak hanya untuk melindungi konsumen muslim dari produk produk yang tidak halal, namun juga berperan sebagai saringan bagi produk impor dan sarana untuk

Dewasa ini persaingan di dalam teknologi informasi sangat pesat. Setiap perusahaan harus bisa menguasai pasar secara luas dan merata di setiap daerahnya, sehingga

 <ang penting adalah dalam membicarakan hubungan antara penyaaan kaidah hukum dengan kebiasaan adalah sebagai pegangan bagi kita yang mempunyai peranan menyatakan

4) Ekspektasi seputar pekerjaan politik: kadang-kadang mereka yang punya hambatan nyata untuk berpartisipasi, seperti masalah kesehatan mental, dianggap ogah-ogahan ketika

Gambar 4 SIR LTE integrasi WiFi Gambar 5 Grafik PDF CDF SIR LTE integrasi WiFi Dari hasil simulasi SIR pada gambar (4) dan gambar (5) dapat dilihat bahwa parameter SIR

kompetensi dasar konsep pemasaran online disajikan sebagai berikut: Dalam proses pengembangan media, diawali dengan tahap pendefinisian Di tahap pendefinisian peneliti