• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini bersifat pasif (tanpa tindakan: berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasannya perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan, sikap tentang kesehatannya serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan.

Menurut L.W. Green, faktor penyebab masalah kesehatan adalah faktor perilaku dan non perilaku. Faktor perilaku khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :

1. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors), adalah faktor yang terwujud dalam kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan juga variasi demografi seperti status ekonomi, umur, jenis kelamin, dan susunan keluarga. Faktor ini lebih bersifat dari dalam diri individu tersebut.

(2)

2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, yang termasuk di dalamnya adalah berbagai macam sarana dan prasarana, misal : dana, transportasi, fasilitas, kebijakan pemerintah dan sebagainya.

3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan, termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.

Perilaku dapat dibatasi sebagian jiwa (berpendapat, berfikir, bersikap dan sebagainya) (Notoadmojo, 1999). Untuk memberikan respon terhadap situasi diluar objek tersebut. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan).

Bentuk operasional dari perilaku dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu : 1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi dan

rangsangan.

2. Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan atau rangsangan dari luar diri si subjek sehingga alam itu sendiri akan mencetak perilaku manusia yang hidup di dalamnya, sesuai dengan sifat keadaan alam tersebut (lingkungan fisik) dan keadaan lingkungan sosial budaya yang bersifat non fisik tetapi mempunyai pengaruh kuat terhadap pembentukan perilaku manusia. Lingkungan ini adalah merupakan keadaan masyarakat dan segala budi daya masyarakat itu lahir dan mengembangkan perilakunya.

(3)

3. Perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah konkrit berupa perbuatan terahadap situasi dan rangsangan dari luar.

2.1.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ever behavior). Pada dasarnya pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapi.

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan baik secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang bertujuan untuk tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan optimal.

Menurut Notoatmodjo (1993), pengetahuan mempunyai enam tingkatan yaitu: 1. Tahu (know)

Diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bagian yang dipelajari atau rangsangan yang telah

(4)

diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, mendefenisikan, mengatakan.

2. Pemahaman (Comprehension)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah memahami terhadap objek atau materi atau harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyampaikan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan buku, rumus, metode, prinsip dalam konteks, atau situasi lain. Misalnya adalah dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian dan dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus-kasus yang diberikan.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sistesis

(5)

adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan-kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoadmojo, 2003).

2.1.2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoadmojo, 1993).

Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap mengandung suatu penelitian emosional/afektif (senang, benci, sedih dan sebagainya). Selain bersifat positif dan negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman

(6)

yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dan sebagainya). Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang. Sebab sering kali terjadi bahwa seseorang dapat berubah dengan memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap sesorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak langsung dapat dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Allport (1954) dalam Soekijo (1993), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok yaitu :

a. Kepercayaan (kenyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) Sikap ini terdiri dari 4 (empat) tingkatan yaitu : 1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperlihatkan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya. Mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk

(7)

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya: seorang ibu yang mengajak ibu yang lain untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Ciri-ciri sikap adalah :

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif biogenetis seperti lapar, haus atau kebutuhan akan istirahat.

2. Sikap dapat berubah-ubah karena sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah-ubah pada orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa.

(8)

4. Objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5. Sikap mempunyai segi motivasi dari segi-segi perasaan. Sifat ilmiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang (Purwanto, 1999).

Fungsi sikap dibagi menjadi empat golongan, yakni :

1. Sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Sikap adalah sesuatu yang bersifat

communicable artinya sesuatu yang mudah menjalar sehingga mudah pula

menjadi milik bersama.

2. Sebagai alat pengatur tingkah laku. Kita tahu bahwa tingkah laku anak kecil atau binatang umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi tidak ada pertimbangan tetapi pada orang dewasa dan yang sudah lanjut usianya, perangsang itu pada umumnya tidak diberi reaksi secara spontan akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu. Jadi antara perangsang dan reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan-pertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap perangsang itu. Jadi antara perangsang dan reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan-pertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap perangsang itu sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri tetapi merupakan sesuatu yang erat hubungannya dengan cita-cita orang, tujuan hidup orang, peraturan-peraturan kesusilaan yang ada dalam bendera, keinginan-keinginan pada orang itu dan sebagainya.

(9)

3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif tetapi diterima secara aktif artinya semua pengalaman yang berasal dari luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia tetapi juga manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman ini diberi penilaian lalu dipilih.

4. Sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan kepribadian seseorang. Ini sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada obyek-obyek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita akan mengubah sikap sesorang kita harus mengetahui keadaan sesungguhnya dari sikap orang tersebut dengan mengetahui keadaan sikap itu kita akan mengetahui pula mungkin tidaknya sikap tersebut dapat diubah dan bagaimana cara mengubah sikap-sikap tersebut (Purwanto, 1999).

2.1.3. Tindakan

Suatu sikap belum optimis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung/suatu kondisi yang memungkinkan (Notoadmojo, 1993).

Tindakan terdiri dari empat tindakan, yaitu : 1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

(10)

2. Respon Terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara optimis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.2 Theory of Reasoned Action (TRA)

TRA pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967 untuk melihat hubungan keyakinan, sikap, niat dan perilaku. Fishbein, 1967 mengembangkan TRA ini dengan sebuah usaha untuk melihat hubungan sikap dan perilaku (Glanz, 2002).

Teori alasan berperilaku merupakan teori perilaku manusia secara umum. Sebenarnya, teori ini digunakan dalam berbagai perilaku manusia, kemudian berkembang dan banyak digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku kesehatan (Glanz, 2009).

Teori ini menghubungkan antara keyakinan (belief), sikap (attitude), niat

(intention) dan perilaku. Niat (kehendak) merupakan prediktor terbaik perilaku,

artinya jika ingin mengetahui apa yang dilakukan seseorang, cara terbaik adalah mengetahui niat orang tersebut. Konsep penting dalam teori ini adalah fokus

(11)

perhatian (salience), yaitu mempertimbangkan sesuatu yang dianggap penting (Glanz, 2009).

Niat ditentukan oleh sikap dan norma subjektif. Komponen sikap merupakan hasil pertimbangan untung rugi dari perilaku tersebut dan pentingnya konsekuensi-konsekuensi bagi individu. Di lain pihak, komponen norma subjektif atau sosial mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan orang-orang yang dianggap penting dan motivasi seseorang mengikuti pikiran tersebut. Jika orang yang dianggap penting (kelompok referensi) menyetujui tindakan tersebut, terdapat kecenderungan positif untuk berperilaku (Glanz, 2009).

Gambar 2.1 Diagram Theory of Reasoned Action (TRA)

2.3 Konsep Sehat Sakit

Kesehatan adalah suatu konsep yang telah sering digunakan namun sukar untuk dijelaskan artinya. Faktor yang berbeda menyebabkan sukarnya mendefenisikan kesehatan, kesakitan dan penyakit. Meskipun demikian, kebanyakan sumber ilmiah setuju bahwa defenisi kesehatan apapun harus mengandung paling tidak komponen biomedis, personal dan sosiokultural (Ryadi, 1982).

Sikap yang mempengaruhi prilaku Norma Sosial Niat Perilaku

(12)

Pandangan orang tentang kriteria tubuh sehat atau sakit sifatnya tidaklah selalu objektif. Bahkan lebih banyak unsur subjektivitasnya dalam menentukan kondisi tubuh seseorang. Persepsi masyarakat tentang sehat sakit ini sangatlah dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu, disamping unsur sosial budaya. Sebaliknya petugas kesehatan berusaha sedapat mungkin menerapkan kriteria medis yang objektif berdasarkan simptom yang nampak guna mendiagnosa kondisi fisik seorang individu. Perbedaan persepsi antara masyarakat dan petugas kesehatan inilah yang sering menimbulkan masalah dalam melaksanakan program kesehatan. (Sarwono, 1992)

Gagasan orang tentang ”sehat” dan ”sakit” sangatlah bervariasi. Gagasan ini dibentuk oleh pengalaman, pengetahuan, nilai dan harapan-harapan, disamping juga pandangan mereka tentang apa yang akan mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari dan kebugaran yang mereka perlukan untuk menjalankan peran mereka (Elwes dan Sinmett, 1994).

Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat dikaitkan dengan munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat menimbulkan penyakit. Masyarakat dan pengobatan tradisional menganut dua konsep penyebab sakit, yaitu: personalistik dan naturalistik (Foster/Anderson, 2005). Personalistik adalah suatu sistem dimana penyakit disebabkan oleh intervensi dari suatu agen yang aktif, yang dapat berupa makhluk supranatural (makhluk gaib atau dewa), makhluk yang bukan manusia (seperti hantu, roh leluhur, atau roh jahat) maupun manusia (tukang sihir atau tukang tenung). Berlawanan dengan personalistik, naturalistik menjelaskan tentang penyakit dalam

(13)

istilah-istilah sistemik yang bukan pribadi, disini agen yang aktif menjalankan peranannya. Dalam sistem ini keadaan sehat sesuai dengan model keseimbangan : apabila unsur-unsur dasar dalam tubuh - ”humor”, yin dan yang, serta dosha dalam Ayurveda – berada dalam keadaan seimbang menurut usia dan kondisi individu, maka tercapailah kondisi sehat. Apabila keseimbangan ini terganggu dari luar maupun dalam oleh kekuatan-kekuatan alam panas, dingin, atau kadang-kadang emosi yang kuat, maka terjadilah penyakit.

Menurut Jordan dan Sudarti yang dikutip Sarwono (1992), mengatakan bahwa persepsi masyarakat tentang sehat sakit dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu, disamping unsur sosial budaya.

Sudarti dan Soejati (2006) menggambarkan secara deskriptif persepsi masyarakat beberapa daerah di Indonesia mengenai sakit dan penyakit; masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaan individu mengalami serangkaian gangguan fisik yang menimbulkan rasa tidak nyaman. Anak yang sakit ditandai dengan tingkah laku rewel, sering menangis dan tidak nafsu makan. Orang dewasa dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja, kehilangan nafsu makan, atau ”kantong kering” (tidak punya uang). Selanjutnya masyarakat menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian yaitu :

1. Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia. 2. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin. 3. Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain).

Untuk mengobati sakit yang termasuk golongan pertama dan ke dua, dapat digunakan obat-obatan, ramu-ramuan, pijat, kerok, pantangan makan, dan bantuan

(14)

tenaga kesehatan. Untuk penyebab sakit yang ke tiga harus dimintakan bantuan dukun, kyai dan lain-lain. Dengan demikian upaya penanggulangan tergantung kepada kepercayaan mereka terhadap penyebab sakit.

2.4 Teori Tentang Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Menurut Levey dan Loombo yang dijabarkan oleh Azrul Azwar (1996), menyatakan bahwa pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.

Dalam mencapai kesejahteraan dan pemeliharaan penyembuhan penyakit sangat diperlukan pelayanan kesehatan yang bermutu dan menyeluruh di wilayah Indonesia ini dan tidak akan tercapai derajat kesehatan yang optimal (Azwar, 1996).

Dari beberapa hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pola-pola penggunaan pelayanan kesehatan pada beberapa daerah. Hal ini tidak dapat dijelaskan hanya karena ada perbedaan morbidity rate atau karakteristik demografi penduduk, tetapi faktor-faktor sosial budaya atau faktor-faktor penting yang menyebabkan tidak digunakannya fasilitas kesehatan. Penggunaan pelayanan kesehatan tidak perlu diukur hanya dalam hubungannya dengan individu tetapi dapat diukur berdasarkan unit keluarga. (Sarwono, 1992).

Banyak teori yang berkaitan dengan alasan seseorang ketika memilih dan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan diantaranya adalah theory social

learning, Theory of Reason Action, dan theori perilaku yang dikemukakan oleh

(15)

2.4.1. Theory Social Learning

Untuk melangsungkan kehidupannya, manusia perlu belajar. Dalam hal ini ada dua macam belajar, yaitu belajar secara fisik, misalnya menari, olah raga mengendarai mobil dan lain sebagainya; dan belajar psikis. Dalam belajar psikis ini termasuk juga belajar sosial (social learning) yakni, kontak sosial. Selanjutnya orang tersebut akan menyesuaikan tingkah lakunya dengan peran sosial yang telah dipelajarinya. Cara yang sangat penting dalam belajar sosial menurut teori stimulus- respon adalah tingkah laku tiruan (imitation). Teori tentang tingkah laku tiruan yang penting disajikan disini adalah teori dari NE. Miller, dan J. Dollard serta teori A. Bandura dan RH. Walters.

2.4.1.1 Teori Belajar Sosial dan Tiruan dari NE. Miller dan J. Dollard

Pandangan NE. Miller dan J. Dollard bertitik-tolak dari teori Hull yang kemudian dikembangkan menjadi teori tersendiri. Mereka berpendapat bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil proses belajar sosial, kita harus mengetahui prinsip-prinsip psikologi belajar. Prinsip-prinsip-prinsip belajar ini terdiri atas 4, yakni dorongan (drive), isyarat (cue), tingkah laku balas (response), dan ganjaran (reward). Keempat prinsip ini saling mengait satu sama lain dan saling dipertukarkan, yaitu dorongan menjadi isyarat, isyarat menjadi ganjaran, dan seterusnya.

Disebutkan juga ada 3 macam mekanisme tingkah laku tiruan yaitu : 1. Tingkah laku sama

Tingkah laku ini terjadi bila dua orang yang bertingkah laku balas (berespon) sama terhadap rangsangan atau isyarat yang sama. Contohnya dua orang yang

(16)

berbelanja di toko yang sama dan dengan barang yang sama. Tingkah laku yang sama ini tidak selalu tiruan, maka tidak dibahas lebih lanjut

2. Tingkah laku tergantung (matched dependent behavior)

Tingkah laku ini timbul dalam interaksi dua pihak. Salah satu pihak mempunyai kelebihan (lebih pandai, lebih mampu, lebih tua dan sebagainya) dari pihak lain. Dalan hal ini pihak lain atau pihak yang kuang tersebut akan menyesuaikan tingkah laku (match) dan akan tergantung (depend) pada pihak yang lebih misalnya, kakak adik yang sedang menunggu ibunya pulang dari pasar. Biasanya ibu mereka membawa coklat. Mendengar ibunya pulang, si kakak segera menjemput ibunya, kemudian diikuti oleh si adik. Ternyata mereka mendapat coklat (ganjaran). Adik yang semula hanya meniru tingkah laku kakaknya, di lain waktu meskipun kakaknya tidak ada, ia akan lari menjemput ibunya yang pulang dari pasar

3. Tingkah laku salinan (copying behavior)

Seperti tingkah laku tergantung, pada tingkah laku salinan, peniru bertingkah laku atas isyarat yang berupa tingkah laku yang diberikan oleh model. Pengaruh ganjaran dan hukuman sangat besar terhadap kuat atau lemahnya tingkah laku tiruan. Perbedaannya dalam tingkah laku tergantung si peniru hanya bertingkah laku terhadap isyarat yang diberikan oleh model pada saat itu saja, sedangkan pada tingkah laku salinan si peniru memperhatikan juga tingkah laku model di masa lalu maupun yang akan dilakukan di masa mendatang. Hal ini berarti perkiraan tentang tingkah laku model dalam kurun waktu yang relatif panjang ini akan dijadikan patokan oleh si peniru untuk memperbaiki tingkah lakunya sendiri di masa yang akan datang, sehingga lebih mendekati lagi tingkah laku model. (Notoadmojo, 2003)

(17)

2.5. Aspek Sosial Budaya Dalam Pencarian Pelayanan Kesehatan

Walaupun jaminan kesehatan dapat membantu banyak orang yang berpenghasilan rendah dalam memperoleh perawatan yang mereka butuhkan, tetapi ada alasan lain disamping biaya perawatan kesehatan, yaitu adanya celah diantara kelas sosial dan budaya dalam penggunaan pelayanan kesehatan (Sarafino, 2002). 2.5.1. Faktor Sosial Dalam Penggunaan Pelayanan Kesehatan

a. Cendrung lebih tinggi pada kelompok orang muda dan orang tua.

b. Cenderung lebih tinggi pada orang yang berpenghasilan tinggi dan berpendidikan tinggi.

c. Cenderung lebih tinggi pada kelompok Yahudi dibandingkan dengan penganut agama lain.

d. Persepsi sangat erat hubungannya dengan penggunaan pelayanan kesehatan. (Sarifano, 2002).

2.5.2. Faktor Budaya Dalam Penggunaan Pelayanan Kesehatan

Faktor kebudayaan yang mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan diantaranya adalah :

a. Rendahnya penggunaan pelayanan kesehatan pada suku bangsa terpencil. b. Ikatan keluarga yang kuat lebih banyak menggunakan fasilitas pelayanan

kesehatan.

c. Meminta nasehat dari keluarga dan teman-teman.

d. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit. Dengan asumsi jika pengetahuan tentang sakit meningkat maka penggunaan pelayanan kesehatan juga meningkat.

(18)

e. Sikap dan kepercayaan masyarakat terhadap provider sebagai pemberi pelayanan kesehatan.

2.6 .Reaksi Dalam Proses Mencari Pengobatan

Menurut Suchman yang dijabarkan oleh Sarwono (2004), menganalisa pola proses pencarian pengobatan dari segi individu maupun petugas kesehatan. Menurut pendapatnya, terdapat lima macam reaksi dalam proses pencarian pengobatan:

1. Shopping, adalah proses mencari alternatif sumber pengobatan guna menemukan seseorang yang dapat memberikan diagnosa dan pengobatan sesuai dengan harapan si sakit.

2. Fragmentation adalah proses pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan pada lokasi yang sama. Contoh : berobat ke dokter sekaligus ke sinse dan dukun.

3. Procastination ialah proses penundaan pencarian pengobatan meskipun gejala penyakitnya sudah dirasakan.

4. Self medication adalah proses pengobatan sendiri dengan menggunakan berbagai ramuan atau obat-obatan yang dinilainya tepat baginya.

(19)

2.7. Pijat bayi

2.7.1. Defenisi Pijat Bayi

Pijat bayi adalah sentuhan pijat pada bayi dan balita dapat memberikan manfaat bagi tumbuh kembang anak. Yang disebut bayi adalah anak yang berumur 0-12 bulan (Roesli, 2001). Menurut Prasetyono (2009) menjelaskan bahwa sentuhan adalah indra pertama dimana bayi dapat memberikan reaksi, sentuhan yang juga merupakan cara anda menyampaikan rasa kasih sayang kepadanya.

Menurut pengertian lainnya pijat bayi adalah seni perawatan kesehatan dan pengobatan yang dikenal sejak awal manusia diciptakan di dunia serta telah dipraktikkan sejak berabad-abad tahun silam secara turun temurun oleh dukun bayi (Roesli, 2001, hlm.2)

Pemijatan adalah teknik relaksasi yang lembut dan jarang menyebabkan efek samping (Trans, 2001, dalam Hizkia, 2007)

Lain lagi di cina yang mempunyai sejarah panjang tentang pengobatan . Pijat bayi merupakan salah satu teknik perawatan bayi yang sangat khusus, biasanya untuk merawat bayi yang sakit perut, sembelit, atau kembung setelah banyak minum. Titik tekan pengobatan pada bayi berbeda dengan orang dewasa yang membuat pijatan itu lebih efektif (Prasetyono, 2009)

2.7.2. Manfaat Pijat Bayi

Manfaat pijat bayi begitu banyak, yaitu membuat bayi semakin tenang atau rileks, meningkatkan efektivitas istirahat (tidur) bayi, memperbaiki konsentrasi bayi, meningkatkan produksi ASI, membantu proses tumbuh kembang dan kecerdasan anak, kemudian meningkatkan kenaikan berat badan, membantu meringankan

(20)

ketidaknyamanan dalam pencernaan dan tekanan emosi, memacu perkembangan otak dan sistem saraf, selanjutnya meningkatkan gerak peristaltik untuk pencernaan, menstimulasi aktivitas nervus vagus untuk perbaikan pernapasan, memperkuat sistem kekebalan tubuh, meningkatkan nafsu makan, meringankan gejala masuk angin, mengajari bayi sedini tentang bagian tubuh, meningkatkan aliran oksigen dan nutrisi menuju sel. Meningkatkan kepercayaan diri ibu, lebih lanjut memudahkan orangtua “mengenali” bayinya, hiburan menyenangkan keluarga, membina ikatan yang kuat antara orangtua dengan anak yang terbentuk atas dasar cinta dan keterbukaan komunikasi, dan menurunkan hiperaktivitas serta meningkatkan kelembutan sifat anak (Roesli, 2008).

Pijat bayi memudahkan pembelajaran terhadap kesiagapan, perkembangan fisik yang optimal, dan peningkatan koordinasi otot untuk meningkatkan kepercayaan diri serta keberanian. Bagi orangtua dan kakaknya, pemijatan meningkatkan kesadaran akan manajemen pengelolaan mental dan teknik meredakan stress. Memudahkan acara pelenturan setiap hari, baik bagi orangtua maupun anak. Mengurangi komplikasi pada bayi dari ibu pecandu obat-obatan, memperbaiki perasaan positif bayi yang dilahirkan secara sesar (caesar), meringankan asma dan mengobati depresi atau syok (shock) (Roesli, 2008). Pemijatan menawarkan keuntungan kepada orangtua akan pemahaman mengenai sifat anak dan menemukan keuntungan tersendiri dalam meningkatkan komunikasi verbal, serta menciptakan suasana pemahaman akan pentingnya kreativitas dalam merawat anak, dan mengajarkan anak mengenai perbedaan sentuhan baik maupun buruk, selanjutnya mengenalkan kepada bayi mengenai kontrol badan mereka, anak-anak yang memiliki

(21)

hubungan dekat dengan orangtuanya cenderung memiliki hubungan lebih baik dengan teman seusianya dan orang yang lebih dewasa. Manfaat lain akan diteruskan oleh anak ketika ia besar dan menjadi orangtua (Roesli, 2008).

2.7.3. Frekuensi Pijat Bayi

Pijat bayi dapat segera dimulai setelah bayi dilahirkan, sesuai keinginan orang tua. dengan lebih cepat mengawali pemijatan bayi akan mendapat keuntungan yang lebih besar, terlebih jika pemijatan dapat dilakukan setiap hari dari sejak kelahiran sampai berusia 5-7 bulan (Subakti, 2008). Pemijatan dilakukan pagi hari sebelum mandi, atau bisa juga malam hari sebelum bayi tidur, karena aktivitas bayi sepanjang hari yang cukup melelahkan. Tentunya, bayi juga perlu relaksasi agar otot-otot menjadi kendur kembali, sehingga bayi dapat tidur lebih nyenyak dan tenang. Pijat bayi dapat dilakukan 1-2 jam setelah makan/minum susu. Tindakan pijat dikurangi seiring dengan bertambahnya usia bayi. Sejak usia enam bulan, pijat dua hari sekali sudah memadai (Prasetyono, 2009). Waktu yang digunakan dalam pemijatan tidak ada ketentuan baku. Namun, berdasarkan pengalaman, paling lama pemijatan secara lengkap dapat dilakukan sekitar 20 menit. Setelah selesai, segeralah bayi dimandikan agar tubuhnya merasa segar dan bersih dari lumuran baby oil (Subakti, 2008).

2.7.4. Tindakan yang Dianjurkan Selama Pemijatan

Hal-hal yang dianjurkan selama pemijatan berlangsung, adalah : (a) Pancinglah mata bayi disertai pancaran kasih sayang selama pemijatan berlangsung; (b) Ciptakan suasana yang tenang/ lembut selama pemijatan; (c) Awali pemijatan dengan melakukan sentuhan ringan, kemudian secara bertahap tambahkanlah tekanan pada sentuhan tersebut, terutama bila anda sudah yakin bahwa bayi mulai terbiasa

(22)

dengan pijatan yang sedang dilakukan; (d) Untuk bayi sehat yang baru lahir usia 0 – 3 bulan sebaiknya mengawali tahap pemijatan dengan sentuhan. Sentuhan ini secara bertahap ditingkatkan tekanannya sampai bayi berusia 2 – 3 bulan,

(e) Tanggaplah pada isyarat yang diberikan bayi anda. Bila bayi menangis, cobalah untuk menenangkannya sebelum melanjutkan pemijatan. Bila bayi menangis lebih keras, hentikanlah pemijatan. Karena mungkin bayi minta digendong, disusui atau sudah mengantuk dan ingin tidur; (f) Mandikanlah bayi segera setelah pemijatan berakhir agar bayi merasa segar dan bersih setelah terlumuri minyak atau baby oil/

lotion; (g) Hindarkan mata bayi dari percikan atau lelehan minyak atau baby oil/ lotion, (Roesli, 2008).

2.7.5. Tindakan yang Tidak Dianjurkan Dilakukan Pemijatan

Hal-hal yang tidak dianjurkan selama pemijatan berlangsung, yaitu : (a) Memijat bayi langsung setelah makan; (b) Membangunkan bayi khusus untuk pemijatan; (c) Memijat bayi pada saat bayi dalam keadaan tidak sehat;

(d) Memijat bayi pada saat bayi tidak mau dipijat; (e) Memaksakan posisi pijat tertentu pada bayi (Subakti, 2008).

2.7.6. Suasana Saat Pemijatan:

Ketika akan dipijat, si kecil dan si pemijat harus dalam keadaan yang tenang dan nyaman. kondisi yang dikatakan tenang dan nyaman sebagai berikut : (a) Suasana bayi, yaitu saat bayi ceria dan saat kondisi perut yang sudah terisi makanan; (b) Suasana pemijat, yaitu suasana hati pemijat tenang, menampilkan mimik wajah tersenyum, nebar kasih sayang, dan putar musik klasik (bila perlu) (Praseyono, 2009). 2.7.7. Ruangan yang Nyaman Saat Melakukan Pemijatan

(23)

Ruangan yang nyaman untuk melakukan pemijatan pada si kecil adalah: (a) Ruangan yang hangat tetapi tidak panas; (b) Ruangan yang kering dan tidak pengap; (c) Ruangan yang tidak berisik; (d) Ruangan yang penerangannya cukup; dan (e) Ruangan tanpa aroma menyengat dan mengganggu (Gichara, 2006).

2.7.8. Efek Samping Pemijatan

Pemijatan adalah teknik relaksasi yang lembut dan jarang menyebabkan efek samping. Namun bila pemijatan dilakukan terlalu dalam, dapat menyebabkan perdarahan pada organ vital seperti hati dengan adanya pembentukan penumpukan darah (Subakti, 2008).

2.7.9. Pedoman Pijat Bayi 2.7.9.1 Memulai pemijatan

Jika bayi anda belum pernah dipijat sebelumnya, mungkin perlu waktu untuk membiasakannya. Cobalah lakukan 3 – 4 kali dalam sehari, sehingga bayi dan oang tuanya menjadi terbiasa dengan usapan-usapan. Ketika anda yakin dan bayi merasa nyaman, maka hal ini dapat menjadi rutinitas, atau setidaknya coba memijat sekurangnya 3 kali dalam seminggu. Gunakan usapan lembut dan buatlah kontak mata dengannya selama pijat berlangsung.

a. Belajar Rileks

Bayi memahami ketegangan dan kegelisahan andanya, khususnya melalui kontak fisik. Anda perlu meluangkan waktu untuk rileks sebelum memulai pemijatan. Hilangkan semua hal yang mengganggu atau sedang anda pikirkan, agar anda dapat memberikan perhatian penuh pada pijatan dan bayi anda.

(24)

1. Satukan jari dan letakkan diatas perut. Pejamkan mata dan tarik nafas dalam-dalam, anda akan merasakan perut membesar. Tahan nafas untuk beberapa detik, kemudian keluarkan secara perlahan.

2. Putarlah bahu anda beberapa kali ke depan kemudian kebelakang. Ini mengurangi ketegangan dibagian punggung, bahu dan leher. Jabat tangan anda secara erat. b. Memilih Posisi yang Tepat

Pastikan anda merasa nyaman terlebih dahulu sebelum memulai pijatan. Pilihlah posisi yang tetap membuat punggung anda lurus, terutama ketika anda membungkuk kedepan. Jika anda memijat bayi anda dilantai, anda dapat memilih 3 posisi duduk berikut ini yang paling nyaman.

1) Lutut ditekuk

Lutut diletakkan diatas lantai dan diatas handuk yang tersedia agar lebih nyaman, kemudian letakkan bantal pada bagian betis dibawah pantat dan duduk kembali.

2) Kaki saling menyilang

Duduklah diatas bantal, dengan kedua kaki menyilang. Letakkan bayi anda berhadapan langsung dengan anda. Bungkuk kedepan dan berilah beberapa usapan pijat dan periksa apakah anda nyaman.

3) Kaki lurus kedepan

Duduklah diatas bantal dengan kedua kaki lurus kedepan disebelah bayi anda. Mungkin anda butuh 2 bantal agar tetap bisa menahan punggung terutama ketika anda menggapai bagian tubuh atas bayi. Sampaikan pesan positif pada bayi anda dengan menatap penuh kasih disertai usapan lembut.

(25)

2.7.9.2 Bagian Depan Tubuh Bayi

Setelah anda menghangatkan ruangan dan menyiapkan minyak serta handuk, lepaskan baju serta popok bayi anda. Baringkan bayi anda dihadapan anda dan bersiap untuk memulai pijat bagian depan. Celupkan jari anda kedalam minyak, kemudian gosokkan kedua tangan anda bersamaan agar hangat. Setiap sesi pemijatan dimulai dengan menandai bagian tubuh mana yang akan dipijat oleh anda. Perhatikan matanya, senyumnya dan ajaklah berbicara. Lanjutkan dengan melakukan kontak mata berbicara selama pemijatan ini untuk menenagkannya.

a. Lengan dan Tangan

1). Usapan sejajar dibagian dada

Letakkan telapak tangan anda dibagian perutnya dengan jari-jari menunjuk ke atas. Urutkan kedua tangan ke bagian atas dada terus ke bahu. Putarlah jari-jari anda di atas bahu dan usap kearah luar memegang bagian atas lengan.

2). Usapan sepanjang tangan

Usap lengan dan tangan, kemudian tariklah jari-jarinya. Pstikan kedua tangan anda bekerja bersamaan. Terkadang bayi anda tidak dapat meregangkan tangannya. Ketika ototnya rileks anda dapat menambahkan tekanan usapan untuk menguatkan lengannya. Lakukan langkah satu dan dua sebanyak 3 sampai 4 atau sampai lengannya lurus sebentar.

3). Melenturkan tangan

Buatlah lingkaran dengan jari telunjuk dan ibu jari anda memutar di lengan kanan bayi anda. Pada bayi yang lebih tua, letakkan tangan anda pada bagian atas tangannya dan genggam seleruhnya. Tekan lembut dengan arah berlawanan.

(26)

Pergunakan minyak secukupnya agar memudahkan jari atau tangan anda bergerak lembut diseluruh tangannya. Lakukan gerakan ini dan tariklah dengan lembut pada waktu bersamaan. Berhenti pada pergelangan dan tariklah tangannya dengan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri anda. Kemudian pindahkan kebagian kiri tangannya. Lakukan ini 2 kali pada setiap lengan.

4). Meregangkan tangan

Pegang telapak tangan bayi anda menghadap keatas, usap telapak tangannya dari bagian dasar terus ke jari-jari anda secara bergantian. Lakukan hal ini sekali lagi kemudian ulangi pada tangan satunya. Cara alternatif. jika sulit membuka tangan bayi, anda dapat memegang pergelangan tangannya dengan telapak tangan ke bawah. Letakkan ibu jari di dekat pergelangan tangannya dan jari-jari yang lain di bawah telapak tangannya. Tekan ibu jari dan jari telunjuk anda bersamaan dan bergerak menuju jari.

5). Menarik jari-jari peganglah pergelangan tangan bayi dengan telapak tangan menghadap keatas. Anda dapat meletak ibu jari dan telunjuk secara bebas dibagian dasar jari-jarinya. Tariklah jarinya sampai ke ujung kuku dan remas dengan lembut. Tarik lembut jari satu kali dan ulangi pada tangan yang lainnya. b. Dada

Bergerak melingkar puting susu. Letakkan dua jari pertama setiap tangan anda dibagian tengah dadanya, yakni antara putingnya. Gerakan kedua jari kearah atas dada dan keluar puting, memutari puting kemudian kembali lagi ke posisi semula. Lakukan beberapa kali.

(27)

c. Perut

1. Usapan kebawah perut

Letakkan salah satu tangan anda secara horosontal di perut, tepat dibawah dada dan usap lembut ke bawah dasar perut. Ketika tangan yang satunya tidak bersentuhan dengan tubuh bayi anda, maka segera letakkan satu tangan lainnya diatas perut sebagaimana sebelumnya dan usaplah kearah bawah. Ulangi gerakan ini beberapa kali, dengan posisi satu tangan yang lainnya selalu bersentuhan dengan bayi anda.

2. Putaran kecil sekitar pusar

Letakkan dua jari pertama tangan anda disebelah pusar. Tekan dengan lembut dan bergeraklah melingkar. Kurangi tekanan, dan usapkan jari-jari anda disekitar pusar dengan ringan daan ulangi, sesuai arah jarum jam. Perlahan bergerak seperti spiral sampai pinggul sebelah kanan.

3. Lingkaran besar sekitar perut

Mulailah dipinggul kanan bagian dalam bayi, gerakkan jari-jari anda keatas sampaai bagian rusuk sebelah kanan kemudian ketitik yang sama dipinggul kiri bagian dalam. Selanjutnya usapkan kebagian bawah perut dan kembali ke pinggul sebelah kanan, ulangi beberapa kali.

d. Kaki dan Telapak Kaki 1. Usapan bagian atas kaki

Peganglah pergelangan kaki bayi dengan satu tangan, letakkan tangan yang lain sejajar dengan bagian atas pahanya, dengan jari-jari anda kebagian dalam. Putar tangan anda ke arah luar, dan jari-jari ke bagian betis. Dengan demikian anda

(28)

memegang pahanya dengan ibu jari di bagian atas dan jari-jari dibawah. Bergeraklah kelangkah 2

2. Usapan pada bagian bawah kaki

Pijat bagian luar kaki sampai kepergelangan kaki. Tahan dan letakkan tangan anda yang bebas ke posisi awal dan jari-jari menghadap ke bagian luar. Putarlah pergelangan tangan anda ke dalam dan pijat bagian dalam betis dengan cara yang sama. Ulangi langkah 1 dan 2 beberapa kali pada setipa kaki.

3. Putaran kaki

Letakkan kedua tangan bersisian di betis bayi dan remaslah seluruhnya. Gunakanlah sedikit penekanan, putar lembut tangan dengan arah berlawanan. Bergeraklah kebagian bawah betis, dan tariklah lembut bersamaan. Berhentilah pada pergelangan kaki dan tariklah kakinya menggunakan ibu jari dan jari telunjuk anda. Ulangi dua kali untuk setiap kaki.

4. Putaran pada bagian telapak kaki

Peganglah pergelangan kaki bayi anda dengan satu tangan, dengan lutut ditekuk dan jari-jari kaki menghadap kebagian atas. Letakkan ibu jari anda yang lain dibagian tengah telapak kakinya, dengan rumit. Tekan pelan dan buatlah gerakan melingkar. Ulangi usapan dari bagian tengah-tengah kaki sampai kedasar jari kaki. Lanjutkan 2 kali untuk setiap kaki.

5. Putaran ujung kaki

Lanjutkan memegang kaki bayi dengan satu tangan anda, lutut ditekuk dan jari kaki menghadap keatas. Letakkan ibu jari anda di telapak kakinya tepat dibawah jari kelingking, dan jari telunjuk anda diatas kakinya. Pijatlah dan buatlah

(29)

gerakan kecil memutar pada waktu bersamaan. Teruskan gerakan ini sampai ke tumitnya, kemudian lakukan usapan yang sama di sisi lainnya. Lakukan 2 kali untuk setiap kaki.

6. Usapan pada urat achilles

Peganglah betis bayi dengan salah satu tangan anda, dengna lutut ditekuk. Letakkan ibu jari dan jari telunjuk tangan anda pada kedua sisi tulang pergelangan kakinya. Usap meuju tumitnya, pijatlah dengan lembut. Lakukan sebanyak empat kali dan ulangi untuk kaki yang satunya.

7. Pijatan bagian atas kaki

Pegangalah pergelangan kaki dengan salah satu tangan anda, pastikan lututnya ditekuk. Letakkan ibu jari anda di bagian atas kakinya dekat pergelangan, dan jari telunjuk anda di bagian bawah kakinya. Tekan perlahan, teriklah kakinya dan lepaskan dibagian jarinya.

8. Menarik jari-jari kaki

Peganglah pergelangan kaki bayi anda dengan salah satu tangan. Gunakan ibu jari dan jari telunjuk tangan anda lainnya untuk memijat jarinya. Tarik seluruh jarinya sampai ujung kukunya. Lakukan pada setiap jari-jarinya, dan pada kaki yang satunya.

e. Usapan Akhir Tubuh Bagian Depan

Usaplah seluruh tubuhnya. Letakkan tangan kanan anda dibahu sebelah kanannya. Gunakanlah seluruh tangan anda, usaplah secara diagonal bagian dadadan perut bayi anda sampai bagian kiri pinggulnya. Lanjutkan usapan kebawah kaki kiri hingga pergelangan kaki. Jangan lepaskan pegangan kaki sampai anda letakkan

(30)

tangan kiri ke bahu kirinya. Sekarang lakukan usapan dengan arah berlawanan secara diagonal ke bawah sampai pergelangan kaki kanan. Lakukan dua kali. Pastikan usapan anda cukup kuat dan salah satu tangan anda selalu bersentuhan dengan bayi anda.

2.7.9.3 Bagian Belakang Tubuh Bayi

Pada pijat bayi ini, posisi bayi anda berbaring pada perutnya dengan kakinya dekat pada anda. Jika dia bisa tidur pada punggung atau menyamping, dia tidak suka berbaring pada perutnya, tapi coba dan dorong dia dimana dapat membantu perkembangan motorik kasarnya. Memijat punggungnya menjadi cara menyenangkan yang mengakrabkan dia dengan posisi ini. Awalnya, dia hanya bertoleransi dengan peregangan sesaat diatas perutnya, jadi lakukan secara rutin sebanyak yang diijinkannya dan tingkatkan perlahan. Meskipun dia tidak bisa menatap anda, bicara padanya dan buat suara untuk menenangkan selagi anda pijat.

a. Punggung

1. Pijat meluncur ke bawah di punggung.

Taruh satu tangan secara horizontal di bagian atas punggungbayi anda, tepat dibawah lehernya, dan pijat menuju anda. Angkat tangan anda saat mencapai pantatnya, tapi sebelumnya, taruh tangan anda yang lain di posisi awal. Pijat ke bawah seperti sebelumnya. Ulangi pijatan ini beberapa kali.

2. Memijat bahu

Taruh satu tangan di setipa sisi bahu dan pijat sepanjang bahu menuju lengan, gunakan seluruh permukaan tangan anda. Ulangi beberapa kali.

(31)

3. Lingkaran kecil ke bawah di tulang belakang

Letakkan ibu jari anda, tepat dibawah leher. Buat gerakan melingkar kecil dengan i bu jari sambil bergerak turun di punggung menuju pantatnya. Yakinkan ibu jari anda di setiap sisi tulang punggung, dan tidak di atas tulang punggungnya.

4. Menarik sisi tubuh

Taruh tangan anda secara horizontal melintang di punggung bayi. Silangkan lengan anda dan luncurkan tangan kanan anda ke sisi kirinya dan tangan kiri anda ke sisi kanannya. Bawa tangan anda kembali ke posisi awal secara simultan, tarik daging di sisi torsonya pelan menuju tulang punggungnya dengan jari-jari anda. Buat gerakan horizontal ini beberapa kali, sambil gerakan tangan anda ke atas ke bawah punggungnya, sehingga anda dapat memijat pinggir sepanjang torsonya. 5. Usapan besar menyilang punggung dan bahu.

Taruh tangan anda berdampingan di punggung bayi, dengan tangan kanan dekat kepalanya. Tangan kiri tetap ditempatnya, gerakkan tangan kanan anda ke bagian kanan bayi anda, kemudian secara diagonal ke atas dan melalui bahu kiri. Kemudian luncurkan tangan ke pinggul kanannya. Kini gerakkan tangan kiri menuju bagian kirinya, kemudian secara diagonal menuju ke atas dan melewati bahu kanannya, dan turun ke pinggul kiri. Letakkan tangan anda di pisisi awal dan kemudian mengusap beberapa kali.

6. Memijat bagian dasar tulang punggung

Letakkan tepi bawah tangan di lekukan tepat di atas pantat bayi anda, di dasar tulang punggungnya. Putar searah jarum jam dan tekan lembut beberapa kali.

(32)

7. Pantat

Letakkan bagian bawah dari setiap tangan ke dasar setiap bagian pantat. Putarkan tangan anda secara simultan beberapa kali, tangan kanan searah jarum jam, tangan kiri berlawanan arah jarum jam. Gerakkan tangan anda sedikit sekitar pantat saat tangan anda memutar.

8. Kaki

Pijat meluncur turun di kaki. Setelah anda selesai menggosok pantat, gerakkan satu tangan turun ke kaki menuju mata kaki dalam usapan yang tegas, menyapu. Saat anda mencapai mata kaki, mulai mengusap kaki lain menggunakan tangan anda yang lain. Satu tangan sebaiknya selalu bayi anda. Ulangi beberapa kali. 9. Usapan akhir tubuh bagian belakang

Usap meluncur kebawah tubuh. Taruh tangan kiri pada bahu bayi sebelah kanan, usap secara diagonal ke bawah punggung, melewati pantat sebelah kiri, dan turun dari kaki kri ke ujung kaki. Saat anda mencapai ujung kaki, taruh tangan kanan dibahu kiri bayi dan usap secara diagonal turun dari tubuh ke ujung kaki kanan. Ulangi dua kali, tanpa kehilangan kontak sentuhan dengan bayi anda. 2.7.9.4 Kepala dan Wajah

Awalnya bayi cenderung menolak pijatan kepala dan wajah, khususnya selama minggu-minggu pertama kelahiran, dan bila proses kelahirannya memakan waktu lama dan menimbulkan trauma. Cobalah memijat bagian in tiga hingga empat hari berturut-turut. Bila bayi Anda tampak tidak senang atau menangis, letakkan kedua tangan diatas kepalanya untuk menenangkannya, kemudian pijat bagian tubuhnya yang lain. Lakukan hal ini tiap kali anda memijatnya sampai ia siap untuk pijatan

(33)

kepala. Saat bayi telah terbiasa dengan pijatan inin, mereka cenderung sangat menikmati, bahakan saat mereka beranjak besar. Untuk pijatan bagian ini, rebahkan bayi Anda terlentang dengan kedua kakinya merapat pada Anda. Usap perlahan dengan atau tanpa minyak.

a. Kepala

1. Mengusap kepala

Telungkupkan kedua tangan Anda mengelilingi kepala bayi Anda dengan jari telunjuknya pada tepi rambutnya. Gerakkan tangan Anda secara stimultan, usap ke belakang melampaui puncak kepalanya hingga mencapai bagian bawah tengkorak kepalanya. Lanjutkan ke langkah 2.

2. Memijat rahang

Buka tangan Anda dan letakkan pada kedua sisi wajahnya. Usapkan sepanjang garis rahangnya dengan jemari Anda hingga bertemu dibagian dagu. Ulangi langkah 1 dan 2 beberapa kali.

b. Wajah

1. Meregangkan dahiLetakkan kedua ibu jari Anda di tengah dahi bayi Anda, tepat dibawah garis rambut. Usapkan masing-masing ibu jari ke arah luar secara lurus hingga tepi wajah. Terus ulangi ke bawah dahi, seakan Anda sedang menggambar rangkaian garis lurus dengan kedua ibu jari.

2. Memijat pelipis pada sentuhan akhir melintas dahi letakkan kedua ibu jari Anda di bagian tengah, tepat di atas alis, dan luncurkan masing-masing ibu jari ke arah pelipis bayi Anda perlahan, namu n kuat. Sekarang buatlah beberapa gerakkan kecil melingkar pada pelipis.

(34)

3. Memijat tulang pipi atas Letakkan kedua ibu jari Anda di tepi hidungnya. Dalam satu usapan ringan, gerakkan masing-masing ibu jari secara stimultan ke bawah dan keluar, sepanjang bagian atas tulang pipi ke samping wajah.

4. Mengusap tulang pipi bawah. Letakkan ibu jari Anda di tepi hidungnya lagi, lalu perlahan turun dari posisi ini buat gerakan menyapu tunggal dengan setiap ibu jari di sepanjang tulang pipi bagian bawah dan luar ke sisi wajahnya.

5. Putaran di bagian atas garis. Letakkan ibu jari Anda bersebelahann sedikit dibaeah pertengahan bibir bawahnya. Gunakan tekanan lembut, buat putaran dengan setia ibu jari, kemudian luncurkkan sedikit ke arah luar dan ulangi. Lakukan ini sepanjang garis rahang bawahnya, lagi, mengarah ke telinga.

6. Putaran di bagian bawah garis rahang. Letakkan ibu jari Anda bersebelahan pada lekukan dibagian atas bibir bayi Anda. Tekan lembut, buat gerakakan berputar kecil dengan ibu jari. Luncurkan setiap ibu jari keluar sedikit dan ulangi. Lakukan hal ini sepanjang garis rahang bagian atas dan keluar arah telinga.

7. Memencet kuping Pegang bagian luar telinga bagian atas dengan jari teluntuk dan ibu jari. Dari posisi ini, buat gerakan memutar ke bawah kerah ujung luat cuping telinga.

8. Memencet dagu Dimulai di tengah dagu, pegang daging di tengah dagu dengan ibu jari dan telunjuk, tekan lembut. Ulangi sepanjang garis rahang bawah ke telinga, kemudian di sisi lain dagu. Alternatifnya, pijat lembut kedua sisi dagunya bergantian menggunakan dua tangan.

9. Membelai kepala Ulangi langkah pijat kepala pada halaman 32 untuk mengakhiri pijat kepala dan wajah ini.

(35)

2.7.9.5 Peregangan

Setelah anda selesaikan pemijatan utama di dada, punggung, kepala, dan wajah teruskan pererangan. Kini otot bayi anda jadi hangat dan rileks, jadi anda dapat melakukan pererangan anggota gerakannya dan memobilisasi sendinya dengan aman. Pererangan mengembangkan fleksibilitasnya secara rutin, baringkan bayi anda denagn kaki mengarah pada anda.

a. Peregangan Lengan

1. Merenggangkan kedua lengan

Pegang bagian belakang pergelangan tangan dengan jemari anda dan letakkan ibu jari anda pada telapak tangan bayi atau di bagian belakang dalam pergelangan tangannya. Rentangkan kedua lengannya ke arah samping, sejajar dengan bahu dan posisi tubuh gerak. Tarik perlahan untuk meluruskan kedua lengan. Pegang selama beberapa detik, kemudian lanjutkan ke langkah 2.

2. Silangkan kedua lengan

Silangkan kedua lengan bayi anda di atas dadanya, silangkan kedua lengan anda sendiri untuk melakukannya. Pegang posisi ini beberapa detik. Ulangi langkah 1 dan 2 beberapa kali. Setiap kali anda menyilangnya kedua lengannya, ganti lengan yang berada di atas.

3. Memutar lengan ke atas

Rentangkan lengan ke samping seperti langkah 1. Lengan bagian atas (bahu hingga siku) tetap di posisinya, naikkan kedua tangan ke kepala, sehingga kedua lengan bertumpu pasa siku. Lengan bawah harus bersudut siku-siku dengan lengan atas. Pastikan kedua lengan menempel pada handuk.

(36)

4. Memutar lengan ke bawah.

Tanpa mengubah posisi lengan atas, angkat lengan bawah ke udara sehingga kedua pergelangan tangan berada tepat diatas siku, kemudian tarik kedua pergelangan ke arah anda sehingga menyentuh handuk. Lengan bawah harus sejajar dengan pinggang dan telapak tangan menempel di atas handuk. Ulangi langkah 3 dan 4 beberapa kali. (Lakukan dengan hati-hati).

b. Peregangan Kaki

Menyilangkan kaki. Pegang kedua pergelangan kaki bayi Anda, satu di masing-masing tangan. Silangkan pada bagian bawah kaki. Kemudian genggam tempat dimana keduanya bersilang dengan satu tangan dan angkat kedua lututnya ke arah perut, dekatkan jari kakinya ke paha. Dengan gerakan agak ‘menyentak’, tekan perlahan kedua kaki, istirahatkan di dekat perut. Setelah beberapa kali sentakan, silangkan kedua kaki bergantian dan ulangi. (Lakukan dengan hati-hati).

c. Peregangan Lengan dan Kaki

1. Peregangan anggota tubuh. Pegang pergelangan tangan kanan bayi dengan tangan kiri Anda, dan pergelangan kaki kirinya dengan tangan kanan Anda. Tarik lengan dan kaki keduanya menjauhi tubuh perlahan agak membentuk sudut, sehingga lengan dan kaki membentuk garis diagonal pada tiap ujung tubuh. 2. Melipat anggota badan-kaki hingga pinggul. Bawa kaki kiri hingga ke pinggul

kanan (didahului dengan tumit), dan tangan kanan ke arah pinggul kiri, hanya sampai ke batas paha. Pastikan lutut menekuk. Pegang hingga beberapa detik, lalu lanjutkan dengan langkah 3.

(37)

3. Peregangan anggota tubuh. Ulangi langkah 1, tarik tangan kanan dan pegelangan kaki kiri si bayi secara lembut. Lagi, pegang posisi ini untuk beberapa saat, lalu lanjutkan ke langkah 4.

4. Melipat anggota tubuh-kaki ke pundak. Bawa lengan kanan si bayi lurus ke arah pinggul kanan, san angkat sisi kirinya ke arah pundak kanan, juga didahului dengan tumit. Apabila kaki si bayi tidak dapat sampai ke arrah pundak, jangan dipaksa, tapi lakukan dengan nyaman. Ulangi langkah 1 sampai dengan 4, dengan kaki dan lengan yang sama, lalu lakukan dua kali untuk kaki dan lengan yang lain. (Lakukan perlahan dan hati-hati).

d. Usapan Penutup

Gerakan mengusap ke seluruh tubuh. Letakkan tangan kanan Anda di pundak kanan si bayi. Menggunakan seluruh telapak tangan usapkan secara diagonal melewati dada dan perut hingga ke pinggul kiri. Lanjutkan gerakan tangan Anda ke kaki kiri, dengan meletakkan jemari dibawah kaki dan ibu jari Anda diletakkan di atas, sampai dengan pergelangan kaki. Sebelum berakhir, letakkan tangan kiri Anda pada pundak kiri si bayi dan ulangi gerakan diagonal yang berlawanan, hingga ke jemari kaki kanan bayi. Ulangi sebanyak dua kali, dengan gerakan usap yang kuat dan jaga kontak dengan tubuh si bayi sepanjang waktu.

(38)

2.8 Kerangka konsep Karakteristik • Umur • Pendidikan • Penghasilan • Paritas Pengetahuan ibu terhadap pijat bayi Ketersediaan sarana dan prasarana pijat bayi - Waktu - Biaya - Tempat - Jarak Kelompok Acuan - Keluarga - Teman Niat ibu menggunakan pijat bayi Sikap ibu terhadap pijat bayi Tindakan ibu terhadap pijat bayi

(39)

Keterangan

Perilaku atau tindakan ibu dalam menggunakan pijat bayi terbentuk dari adanya niat terhadap penggunaan pijat bayi. Niat ini dibentuk oleh sikap terhadap pijat bayi dan norma subjektif responden yaitu kelompok acuan (keluarga, teman dan tokoh adat).

Sikap terhadap pijat bayi dipengaruhi oleh kepercayaan normatif untuk menggunakan pijat bayi yaitu pengetahuan dari responden dan pengetahuan tentang pijat bayi didapat dari faktor internal (karakteristik responden meliputi umur, pendidikan, suku bangsa, penghasilan dan paritas). Tindakan ibu terhadap pijat bayi dapat dipengaruhi oleh ketersediaan sarana dan sarana pijat bayi meliputi waktu, tempat pijat bayi, jarak rumah ketempat dukun pijat bayi.

Gambar

Gambar 2.1 Diagram Theory of Reasoned Action (TRA)

Referensi

Dokumen terkait

Hutan Tanaman Pelawan Desa Trubus memiliki kemiripan yang rendah untuk spesies tumbuhan bawah dan spesies pohon semua fase pertumbuhan dengan Hutan Kawasan Lindung Kalung Desa

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa secara signifikan terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pemberian makanan pada balita dengan status gizi

Peningkatan kual i tas pembelajaran mahasiswa pada mata kuliah dasar-dasar pemrograman computer melalui pendekatan contructivist teaching and learning

b.. Melihat analisis, potensi, dan pesaing, memberikan keyakinan yang besar bahwa usaha ini akan memberikan peluang yang cukup besar untuk berkembang.

9.3 Sekiranya berlaku apa-apa gangguan atau sebarang tuntutan diambil ke atas UiTM oleh Pemberi Sewa atau mana-mana pihak lain yang mempunyai kepentingan ke

Jenis transaksi Dokumen yang digunakan Penjualan kredit Penjualan Tunai Penerimaan Kas Return Penjualan Pot..

g!t!ng r!y!ng, kerjasama, )inta damai, resp!nsif dan pr!-aktif& dan menunjukan sikap sebagai bagian dari s!lusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi se)ara

PERT adalah variasi dari Critical Path Method (CPM) yang memiliki  pandangan yang lebih skpetis/realistis mengenai perhitungan waktu yang digunakan dalam stiap