• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI PETANI KOOPERATOR TERHADAP EMPAT VARIETAS JAGUNG KOMPOSIT DI GIYANTI, KABUPATEN BLORA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEPSI PETANI KOOPERATOR TERHADAP EMPAT VARIETAS JAGUNG KOMPOSIT DI GIYANTI, KABUPATEN BLORA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

44

PERSEPSI PETANI KOOPERATOR TERHADAP

EMPAT VARIETAS JAGUNG KOMPOSIT DI GIYANTI, KABUPATEN BLORA M. Eti Wulanjari dan Endang Iriani

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah

Abstrak. Mayoritas penduduk di Kabupaten Blora menggantungkan ekonominya pada pertanian tanaman pangan. Jagung merupakan komoditas utama yang diusahakan di Kabupaten Blora setelah padi. Di Desa Giyanti pada bulan April-Juli 2009 telah dilakukan introduksi beberapa varietas jagung komposit yaitu Lamuru, Arjuna, Gumarang, dan Sukmaraga. Untuk mengetahui persepsi petani terhadap keempat jagung komposit didesa tersebut, telah dilakukan survei pada bulan Juli 2009. Responden terdiri dari delapan orang petani yang merupakan petani kooperator dalam kegiatan demplot jagung komposit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 75% petani kooperator/responden lebih menyukai varietas Arjuna dan Lamuru, 37,5 % responden memilih varietas Gumarang dan hanya 12,5% yang menyukai varietas Sukmaraga.

Kata kunci: Persepsi, jagung komposit

PENDAHULUAN

Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas jagung adalah mengembangkan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan adaptif pada lingkungan tertentu. Untuk itu diperlukan benih bermutu prima. Kemudahan memperoleh benih yang bermutu diperlukan petani untuk meningkatkan produksi jagungnya (Saenong et al. 2007).

Data Nugraha et al. dalam Mejaya et al. (2007) menunjukkan luas areal tanam jagung varietas unggul telah mencapai 75% (48% bersari bebas, 27% hibrida). Dari data tersebut nampak bahwa sebagian besar petani masih menggunakan benih jagung bersari bebas. Hal ini terkait dengan harga benih bersari bebas lebih murah daripada benih jagung hibrida, atau karena benih hibrida sukar diperoleh, terutama di daerah terpencil.

Mayoritas petani di kabupaten Blora mengusahakan tanaman pangan, termasuk di Desa Giyanti, Kecamatan Sambong. Lahan usahatani di Desa Giyanti dibedakan menjadi dua yaitu lahan sawah dan lahan tegal. Pola tanam pada lahan sawah dibedakan menjadi tiga tergantung pada kedekatan lahan dengan sumber air, yaitu padi/padi/padi, padi/padi/jagung, dan jagung/padi/jagung. Pada lahan tegal ada tiga pola tanam, yaitu Jagung/kacanghijau/jagung, Jagung/kacang tunggak/jagung, jagung/cabai/jagung. Sebagian petani sudah menggunakan benih jagung hibrida dan sebagian lagi masih menggunakan benih varietas lokal. Varietas hibrida yang biasa ditanam adalah P 21 dan Bisi 2 dengan rata-rata hasil 6 t/ha pipilan kering, sedangkan untuk varietas lokal 1,2 t/ha.

Harga benih jagung hibrida yang tinggi dan daya beli petani yang rendah membuka peluang penggunaan jagung bersari bebas (komposit). Beberapa alasan penting mengapa jagung komposit masih ditanam di beberapa tempat antara lain mudah dikembangkan, berumur pendek, benih dapat secara cepat diperbanyak oleh petani atau kelompok tani, sehingga memungkinkan cepat menyebar, mengurangi ketergantungan petani kepada pihak lain karena mereka dapat menyimpan benih sendiri, dan biaya produksi lebih murah.

Pada MK 2009, di Desa Giyanti diperkenalkan varietas jagung komposit yang dihasilkan oleh Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal). Kegiatan ini merupakan kerja sama Balai Pengkajian teknologi Pertanian (BPTP) Jateng dengan Balitsereal,

(2)

45

Puslitbangtan, dan PIU/Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Blora melalui kegiatan yang dibiayai oleh P4MI (Proyek Peningkatan Pendapatan Petani melalui Inovasi).

Introduksi jagung komposit ini baru pertama kali dilaksanakan di Desa Giyanti, sehingga studi tentang persepsi petani sangat diperlukan. Menurut Rakhmat (2001), persepsi adalah pengalaman seseorang tentang peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Selain itu, Dyah (1983) dalam Yusri (1999) menyatakan bahwa persepsi adalah suatu pandangan, pengertian, dan interpretasi seseorang mengenai obyek yang diinformasikan kepadanya dengan cara mempertimbangkan hal tersebut dengan diri dan lingkungannya. Menurut Asngari (1994) dalam Yusri (1999), persepsi seseorang terhadap lingkungannya merupakan faktor yang penting karena merupakan hal yang berlanjut dalam menentukan tindakan orang tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan penelitian tentang persepsi petani kooperator terhadap beberapa varietas jagung komposit yang diperkenalkan.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di Desa Giyanti, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora. Lokasi penelitian ditentukan secara purposif/sengaja, karena Desa Giyanti merupakan lokasi kajian introduksi jagung komposit yang dilaksanakan oleh BPTP Jateng bekerjasama dengan Balitsereal, Puslitbangtan, PIU/Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Blora.

Penelitian ini didesain menggunakan metode survei. Menurut Singarimbun dan Efendi (1987), penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Populasi sampel dalam penelitian ini adalah petani kooperator/pelaksana demplot introduksi jagung komposit. Jumlah petani kooperator adalah 12 orang dan yang menjadi responden sebanyak 8 orang, penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2009.

Varietas jagung komposit yang diintroduksikan adalah Sukamaraga, Arjuna, Lamuru, dan Gumarang. Data persepsi yang diambil pada setiap varietas meliputi tinggi tanaman, besar batang, besar tongkol, penutupan klobot, warna biji, bentuk biji/jumlah baris/biji/tongkol, dan umur panen, dibedakan menjadi empat tingkat yaitu sangat suka (nilai 4), suka (nilai 3), kurang suka (nilai 2), dan tidak suka (nilai 1).

Data persepsi yang diperoleh dikatagorikan menjadi tiga yaitu tinggi, sedang, dan rendah melalui rumus interval kelas (Dajan 1986) :

I = J K I = Interval kelas

K = Banyaknya kelas yang digunakan (pada kasus ini dua kelas) J = Jarak antara skor maksimum dan minimum

Selain itu juga diambil data karakteristik responden, meliputi umur, pekerjaan utama, pekerjaan sampingan, dan jumlah anggota keluarga. Menurut Roger dan Shoemaker (1971) karakteristik seseorang ikut mempengaruhi tindakan dan perilakunya.

Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder dan data primer. Data sekunder diambil dari dinas/instansi terkait. Sedangkan data primer diperoleh melalui wawancara terstruktur (karakteristik responden dan persepsi). Data disajikan dalam bentuk tabel dan

(3)

46

dianalisis secara deskriptif yaitu menjelaskan data secara umum menggunakan persentase yang disajikan dalam bentuk tabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur responden berkisar antara 24-50 tahun yang merupakan umur produktif. Hal ini menyebabkan mereka akan lebih terbuka terhadap ide-ide baru yang diperkenalkan sehingga diharapkan mereka lebih mudah untuk dapat mengadopsi penggunaan benih jagung komposit yang diintroduksikan. Pekerjaan utama responden adalah petani (100%) dengan pekerjaan sampingan sebagian besar adalah peternak (62,5 % responden). Dengan mempunyai pekerjaan sampingan sebagai peternak, diduga akan mempengaruhi mereka dalam mempersepsikan beberapa varietas jagung komposit yang diintroduksikan, karena mereka juga memanfaatkan daun, klobot, dan janggel jagung sebagai pakan ternak.

Tanggungan keluarga merupakan sumber tenaga kerja dalam melaksanakan kegiatan usahataninya (Palebangan dkk. 2006). Tanggungan keluarga responden di Desa Giyanti berkisar antara 3-6 orang dengan rata-rata 5 orang per keluarga. Menurut Salikin (2003), besarnya tanggungan keluarga ini menunjukkan tenaga kerja yang berasal dari luar lingkungan keluarga tidak terlalu dibutuhkan.

(4)

47

Tabel 1. Persepsi petani kooperator/responden terhadap varietas jagung komposit di Desa Giyanti, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora, 2009.

Kategori Arjuna Lamuru Gumarang Sukmaraga

n(org) % n(org) % n(org) % n(org) % Tinggi tanaman Sangat Suka Suka Kurang Suka Tidak Suka 0 8 0 0 0 100 0 0 0 4 3 1 0 50 37.5 12.5 0 4 4 0 0 50 50 0 0 6 2 0 0 75 25 0 Jumlah 8 100 0 100 8 100 8 100 Besar batang Sangat Suka Suka Kurang Suka Tidak Suka 0 6 2 0 0 75 25 0 0 3 4 1 0 37.5 50 12.5 0 5 3 0 0 62.5 37.5 0 0 3 4 1 7.50 37.5 40 12.5 Jumlah 8 100 8 100 8 100 8 100 Penutupan klobot Sangat Suka Suka Kurang Suka Tidak Suka 1 5 2 0 12.5 62.5 25 0 0 4 4 0 0 50 50 0 0 4 3 1 0 50 37.5 12.5 0 5 2 1 0 62.5 25 12.5 Jumlah 8 100 8 100 8 100 8 100

Warna biji Sangat Suka

Suka Kurang Suka Tidak Suka 0 6 2 0 0 75 25 0 0 7 1 0 0 87.5 12.5 0 0 8 0 0 0 100 0 0 0 7 1 0 0 87.5 12.5 0 Jumlah 8 100 8 100 8 100 8 100

Bentuk Biji Sangat Suka Suka Kurang Suka Tidak Suka 0 7 1 0 0 87.5 12.5 0 1 4 3 0 12.5 50 37.5 0 1 3 2 1 12.5 37.5 25 12.5 1 4 3 0 12.5 40 37.5 0 Jumlah 8 100 8 100 8 100 8 100

Besar Biji Sangat Suka

Suka Kurang Suka Tidak Suka 0 6 2 0 0 75 25 0 1 4 2 1 12.5 50 25 12.5 1 4 3 0 12.5 50 37.5 0 0 6 2 0 0 75 25 0 Jumlah 8 100 8 100 8 100 8 100 Jumlah baris biji/tongkol Sangat Suka Suka Kurang Suka Tidak Suka 0 6 2 0 0 75 25 0 0 3 5 0 0 37.5 62.5 0 0 5 3 0 0 62.5 37.5 0 0 6 2 0 0 75 25 0 Jumlah 8 100 8 100 8 100 8 100 Umur Panen Sangat Suka Suka Kurang Suka Tidak Suka 0 8 0 0 0 100 0 0 1 6 2 0 12.5 75 25 0 0 7 1 0 0 87.5 12.5 0 0 7 1 0 0 87.5 12.5 0 Jumlah 8 100 8 100 8 100 8 100

(5)

48

Tabel 1 menunjukkan 100% responden menyatakan suka terhadap tinggi tanaman varietas Arjuna, dan 75% responden menyatakan suka terhadap tinggi tanaman varietas Sukmaraga. Untuk varietas Lamuru, 37,5% responden menyatakan kurang suka dan 12,5% responden menyatakan tidak suka. Alasannya, tanaman yang terlalu tinggi mudah roboh sehingga akan merugikan mereka.

Persepsi terhadap pentutupan klobot varietas jagung komposit yang diintroduksikan menunjukkan kisaran 50%-62,5% responden menyatakan suka terhadap penutupan klobot, bahkan untuk varietas Arjuna, 12.5% responden sangat suka terhadap penutupan klobotnya. Penutupan klobot ini sangat penting karena mempengaruhi kualitas biji jagung, terkait dengan serangan hama dan penyakit.

Sebagian besar responden menyukai warna biji dari keempat varietas yang diintroduksikan, bahkan untuk varietas Gumarang, 100% responden menyatakan suka terhadap warna bijinya. Ada responden yang menyatakan kurang suka terhadap warna biji varietas Arjuna, Lamuru, dan Sukmaraga, berkisar antara 12,5-25%.

Persepsi terhadap bentuk biji, besar biji dan jumlah biji per tongkol untuk varietas Lamuru, sebagian besar responden menyatakan suka (75-87,5%). Sebagian besar responden menyukai jagung dengan umur panen yang cepat karena akan cepat juga memperoleh hasilnya.

Persepsi responden terhadap keempat varietas jagung komposit tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Data menunjukkan, 75% petani lebih menyukai varietas Arjuna dan Lamuru, 37,5% menyukai Gumarang, dan 12,5% yang memilih varietas Sukmaraga. Tabel 2. Persepsi petani kooperator/responden terhadap keragaan jagung komposit yang

diintroduksikan di Desa Giyanti, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora, 2009.

Varietas jagung Kategori Jumlah

Responden (orang) Persentase (%) 1. Arjuna Tinggi Sedang Rendah 6 1 1 75.0 12.5 12.5 Jumlah 8 100.0 2. Lamuru Tinggi Sedang Rendah 6 1 1 75.0 12.5 12.5 Jumlah 8 100.0 3. Gumarang Tinggi Sedang Rendah 3 4 1 37.5 50.0 12.5 Jumlah 8 100.0 4. Sukmaraga Tinggi Sedang Rendah 1 5 2 12.5 62.5 25.0 Jumlah 8 100.0

(6)

49

KESIMPULAN

Hasil penelitian terhadap persepsi petani kooperator terhadap empat varietas yang diintroduksikanmenunjukkan bahwa 75% responden lebih menyukai varietas Arjuna dan Lamuru, 37,5% petani memilih varietas Gumarang dan hanya 12,5% petani yang menyukai varietas Sukmaraga.

DAFTAR PUSTAKA

Dajan, A. 1986. Pengantar Metode Statistika. Jilid II. LP3ES. Jakarta.

Palebangan, S., Faizal H., Dahlan, kaharuddin. 2006. Persepsi Petani terhadap Pemanfaatan Bokashi Jerami pada Tanaman Ubi jalar dalam penerapan Sistem Pertanian Organik.

Jurnal Agrisem. Vol.2 No.1. (http://sttpgowa.ic.id/download/vol_2_no_2006_sosek/samuel.pdf) diakses 11 Juli 2009.

Mejaya, Mj., M. Azrai, dan M. Neni Iriany. 2007. Pembentukan varietas unggul Jagung Bersari Bebas. Dalam Buku : Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan tanaman pangan. Departemen Pertanian (http://balitsereal.litbang.deptan.go.id). Diakses 6 Juli 2009. Rakhmat, J. 2001. Psikologi Komunikasi (Edisi Revisi). Remaja Rosda Karya. Bandung.

Saenong, S., M. Azrai, dan Rahmawati. 2007. Pengelolaan Benih Jagung. Dalam Buku jgung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Departemen Pertanian. Diakses. (http://balitsereal.litbang.deptan.go.id). Diakses 6 Juli 2009.

Singarimbun, M., dan S. Effendi. 1998. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta. Salikin, K.A. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Yusri, A. 1999. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Petani Terhadap Kredibilitas Penyuluh Pertanian (tesis). Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

Richard Burton Simaputang, mengatakan : 2 Akibat hukum lain yang juga amat penting dari pernyataan pailit adalah seperti yang ditegaskan dalam Pasal 41 Undang-Undang

Berbagai temuan tersebut didukung kondisi dan keletakannya pada bagian lereng yang tinggi dan cukup terjal, serta informasi dari masyarakat menggambarkan adanya aktivitas

Sebanyak 66 ujian seismos telah dijalankan pada 9 cerun jasad batuan iaitu 6 ujian di atas 1 cerun jasad batuan granit di JKR kuari Bukit Penggorak, Kuantan, Pahang; 26 ujian di

Pihak pengelola Kawasan lndustri KllC ikut serta dalam pengawasan analisa data air buangan limbah, yaitu dengan cara $ecara acak pada waktu- waktu tertentu.. Pengambilan sampel air

Hasil analisis hubungan antara status gizi, motivasi penderita, dukungan keluarga, dan peran PMO dengan ketidakberhasilan pengobatan TB paru usia produktif di

Pada pasien dengan kelainan septum, sisi yang sempit akan mengalami siklus sumbatan hidung yang berbeda, yang menyebabkan perbedaan pada tahanan hidung total,

Hasil observasi yang telah dilakukan oleh observer (peneliti) dibagi menjadi 2, yaitu terhadap proses pembelajaran guru dalam menerapkan model pembelajaran, dan aktivitas

1) Didalam membuat peraturan perun- dang-undangan yang ada kaitannya dengan PMI harus memuat bagai- mana proses pelaporan yang dibuat oleh PMI yang mendapat tindak