• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai lembaga formal selalu dituntut untuk melakukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai lembaga formal selalu dituntut untuk melakukan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah sebagai lembaga formal selalu dituntut untuk melakukan inovasi dalam segi fasilitas maupun sumber daya manusia, khususnya tenaga pendidik agar kualitas pendidikan di Indonesia semakin baik. Peningkatan kualitas tersebut, di antaranya dengan mengirim tenaga pendidik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, serta mengikuti pendidikan dan pelatihan untuk materi bidang tertentu atau workshop. Kegiatan yang diikuti tenaga pendidik tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan teknik mengajar pada siswa, membuat inovasi sumber belajar dan menambah kemampuan tenaga pendidik untuk dapat menulis karya ilmiah yang dapat digunakan sebagai sarana kenaikan pangkat.

Rendahnya minat menulis karya ilmiah di kalangan tenaga pendidik dapat dilihat dari minimnya karya ilmiah yang dihasilkan sehingga sulit untuk naik ke golongan IVb apalagi ke IVd (Kompas, 19 Maret 2010). Fakta yang terjadi di lapangan adalah di kecamatan Tepus, hanya ada satu orang tenaga pendidik yang mempunyai golongan jabatan IVb, padahal 42% tenaga pendidik di kecamatan tersebut mempunyai golongan IVa dengan masa jabatan lebih dari 15 tahun, meskipun mereka menyadari bahwa kenaikan golongan juga akan berbanding lurus dengan peningkatan kesejahteraan. Belum optimalnya tenaga pendidik menulis boleh jadi karena memang malas

(2)

2 dan tidak ada komitmen atau memang kurang mempunyai kemampuan menulis.

Peraturan Menteri PAN & RB No. 16 Tahun 2009, tentang persyaratan kenaikan pangkat guru yang mengharuskan guru harus lebih banyak menulis. Peraturan itu akan berlaku mulai tahun 2013 mendatang. Persyaratan tersebut terdapat pada Pasal 17, ayat 2, yaitu:

Guru Pertama, pangkat Penata Muda Tingkat I, golongan ruang Ill/b yang akan naik jabatanlpangkat menjadi Guru Muda, pangkat Penata,golongan ruang Illlc angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan jabatan pangkat, paling sedikit 4 (empat) angka kredit dari sub unsur publikasi ilmiah dan atau karya inovatif, dan paling sedikit 3 (tiga) angka kredit dari sub unsur pengembangan diri.

Guru atau tenaga pendidik yang tadinya tidak wajib membuat karya tulis untuk kenaikan pangkat dari IIIb ke IIIc dituntut untuk dapat menulis dan menghasilkan karya ilmiah untuk meningkatkan ke jenjang karir yang lebih tinggi, begitupun pada jenjang selanjutnya. Tenaga pendidik yang cerdas mampu bertanggung jawab terhadap tugas yang diembannya. Kecerdasan yang dibutuhkan bukan hanya intelektual saja tetapi juga secara emosi.

Untuk membuat sebuah karya tulis ilmiah, seorang tenaga pendidik membutuhkan tingkat kecerdasan tertentu. Dengan kecerdasannya itu tenaga pendidik akan mampu bertanggung jawab terhadap tugas yang diembannya. Kecerdasan yang dibutuhkan bukan hanya kecerdasan intelektual saja tetapi juga kecerdasan emosi karena kecerdasan intelektual tanpa disertai dengan

(3)

3 kecerdasan emosi tidak akan mampu melahirkan manusia yang berprestasi tinggi. Kecerdasan intelektual tidak diteliti lebih lanjut dalam penelitian ini karena diasumsikan seorang tenaga pendidik yang telah lulus seleksi yang diadakan pemerintah daerah atau pemerintah pusat dengan batas nilai tertentu memiliki kecerdasan intelektual di atas rata-rata. Menurut Goleman (2000:35):

Keterampilan kecerdasan emosi bekerja secara sinergi dengan keterampilan kognitif; orang - orang yang berprestasi tinggi memiliki keduanya. Makin kompleks pekerjaan, makin penting kecerdasan emosi, apalagi bila karena kekurangan dalam kemampuan ini orang bisa terganggu dalam menggunakan keahlian teknik atau keenceran otak yang mungkin dimilikinya.

Kesadaran terhadap emosi diri sendiri dan kesadaran empatik terhadap situasi serta emosi orang lain merupakan faktor penting. Tanpa kesadaran emosi, individu akan butuh kekangan dari pihak lain untuk melakukan self control. Tanpa kesadaran empatik terhadap perasaan dan keinginan orang lain, seseorang tidak akan mampu bersikap dan berbuat baik bagi orang lain sehingga hal itu akan mudah menimbulkan ketegangan dan konflik. Menurut Goleman (2000:39):

Kecerdasan emosi menentukan potensi kita untuk mempelajari keterampilan – keterampilan praktis yang didasarkan pada lima unsurnya: kesadaran diri, motivasi, pengaturan diri, empati, dan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain. Kecakapan emosi kita menunjukkan berapa banyak potensi itu yang telah kita terjemahkan ke dalam kemampuan di tempat kerja (Goleman, 2000:39)

Perkembangan kecerdasan emosi berhubungan erat dengan

(4)

4 yang matang dapat menghadapi dan menyelesaikan berbagai persoalan atau pekerjaan, dan betapapun beban dan tanggung jawabnya besar tidak menjadikan fisik menjadi terganggu.

Komitmen berkarir menjadi faktor yang penting bagi tenaga pendidik karena merupakan suatu sikap yang mengarah pada salah satu panggilan profesi, khususnya di dunia pendidikan. Seseorang dengan komitmen karir yang tinggi akan menunjukkan harapan dan kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya dari organisasi di mana mereka membentuk sebuah hubungan kerja. Apabila komitmen berkarir tenaga pendidik tinggi diharapkan sikap dan perilakunya akan dapat membawa organisasi pendidikan tersebut menuju keefektifan dalam mencapai target dan tujuan yang dapat meningkatkan kredibilitas sekolah.

Penelitian tentang pengaruh kecerdasan emosi terhadap komitmen dalam berkarir sebelumnya telah dilakukan oleh Mandayani (2004) di rumah sakit Mawardi, Solo dan Ghozali (2008) di fakultas MIPA UII. Namun dengan subjek penelitian karyawan, untuk tenaga pendidik, penelitian ini belum pernah dilakukan sehingga diharapkan hasil yang didapat dari penelitian ini dapat digeneralisir untuk tenaga pendidik di SMP Negeri se-Kecamatan Tepus, kabupaten Gunungkidul.

Tepus merupakan salah satu kecamatan di kabupaten Gunungkidul, propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan ini terletak di wilayah selatan sekitar 17 km dari kota Wonosari dan mempunyai tiga Sekolah

(5)

5 Menengah Pertama (SMP) Negeri, yaitu SMP Negeri 1, 2, dan 3 Tepus. Sebagian besar guru adalah pelajon dari Yogyakarta, Bantul, Sleman dan Kulon Progo. Jarak tempuh yang jauh kadang membuat guru-guru sudah lelah sampai di sekolah. Motivasi yang kuat untuk mencerdaskan anak bangsa membuat mereka berusaha untuk memberikan ilmu yang bermanfaat dengan metode pembelajaran yang terbaik.

Motivasi untuk mengajar dengan baik seharusnya berbanding lurus dengan motivasi untuk meningkatkan jenjang karir ke tingkat yang lebih tinggi, namun banyak rekan guru yang karirnya hanya mentok di IVa, hanya satu guru yang jenjang karirnya pada golongan IVb. Berbagai cara sudah dilakukan untuk memotivasi guru-guru yang lain agar dapat meningkatkan golongannya, seperti pelatihan penulisan karya tulis, workshop dan diklat-diklat lainnya namun untuk sementara hal ini masih tersendat.

Motivasi diri adalah salah satu aspek dalam kecerdasan emosi. Kemampuan seseorang memotivasi diri dapat dilihat dari cara mengendalikan dorongan hati, derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang, kekuatan berfikir positif, optimisme dan mengikuti aliran (keadaan flow), yaitu keadaan ketika perhatian seseorang sepenuhnya tercurah pada sesuatu yang sedang terjadi dan pekerjaannya hanya terfokus pada satu objek (Goleman, 2000).

Kecerdasan emosional merupakan suatu konsep di mana kecerdasan emosional sangat berkaitan dengan kondisi emosi yang berpengaruh terhadap

(6)

6 kehidupan seseorang terutama dalam kehidupan sosialnya, individu yang mempunyai kecerdasan emosi yang tinggi akan dapat mengatasi berbagai masalah dan mencapai berbagai tujuan sehingga ia dikatakan berhasil dalam hidupnya termasuk karir pekerjaannya.

Kecerdasan emosi menumbuhkan komitmen yang berasal dari diri sendiri untuk menyelesaikan berbagai tugas, tanggung jawab, dan wewenang. Komponen utama kecerdasan emosi menurut Goleman (1999) adalah self awareness (kesadaran diri), emotional management (manajemen emosi), self motivation (motivasi diri), emphaty, managing relationships, communication skills (ketrampilan berkomunikasi) dan personal style (ciri kepribadian), sedangkan menurut teori yang lebih baru dari Cooper dan Sawaf (2000), kecerdasan emosi meliputi kesadaran emosi (emotional literacy), kebugaran emosi (emotional fitness), kedalaman emosi (emotional depth), dan alkemi emosi (emotional alchemy).

Berdasarkan teori di atas maka perlu dikaji apakah ada hubungan antara dimensi emosi dan karir . Apakah semakin baik kematangan emosi seseorang semakin besar pula peluang karirnya untuk meningkat? Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh faktor-faktor kecerdasan emosi terhadap komitmen berkarir tenaga pendidik dalam berkarir di SMP Negeri se-Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul.

(7)

7 B. Rumusan Masalah

Setiap orang pasti menginginkan kariernya menanjak, termasuk tenaga pendidik. Untuk dapat naik golongan, dia tak mungkin mengelak dari kewajiban membaca dan menulis. Namun, kenyataanya banyak tenaga pendidik yang golongannya berhenti di IVa.

Penelitian ini menitikberatkan apakah ada pengaruh dari faktor-faktor kecerdasan emosi terhadap komitmen berkarir tenaga pendidik di SMP Negeri se-Kecamatan Tepus, adakah faktor lain yang menyebabkan tenaga pendidik mempunyai komtmen karir yang tinggi. Seseorang yang mempunyai kecerdasan emosi dapat menumbuhkan komitmen yang berasal dari diri sendiri untuk menyelesikan berbagai tugas, tanggung jawab, dan wewenang, selain itu juga dapat meminimalisir rasa takut atau minder dan rasa malas untuk memulai sebuah karya ilmiah.

Beberapa penelitian tentang pengaruh kecerdasan emosi terhadap komitmen berkarir, pernah dilakukan dan menunjukkan hasil yang signifikan antara empat aspek kecerdasan emosi, yaitu kesadaran emosi, kebugaran emosi, kedalaman emosi dan alkemi emosi.

C. Pertanyaan Penelitian

Apakah terdapat pengaruh komponen dalam kecerdasan emosi terhadap komitmen tenaga pendidik dalam berkarir di SMP Negeri se-Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul?

(8)

8 D. Tujuan Penelitian

Untuk menguji pengaruh setiap komponen kecerdasan emosi terhadap komitmen pendidik dalam berkarir di SMP Negeri se-Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian antara lain untuk :

1. Manfaat bagi sekolah adalah dengan lancarnya karir tenaga pendidik maka diharapkan dapat meningkatkan kompetensinya dan meningkatkan kredibilitas dan kinerja sekolah.

2. Manfaat bagi pembaca adalah memberikan informasi, khususnya mengenai kecerdasan emosi dan komitmen berkarir tenaga pendidik

F. Ruang Lingkup atau Batasan Penelitian

Penelitian akan dilakukan di SMP Negeri se-Kecamatan Tepus Kabupaten Gunungkidul dengan menggunakan data responden tenaga pendidik status Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada kurun waktu 2013. Dalam hal ini, kecerdasan emosi (X) merupakan variabel bebas (independent variable), sedangkan komitmen pegawai untuk berkarir (Y) merupakan variabel terikat (dependent variable), dengan indikator kecerdasan emosi yang terdiri dari kesadaran emosi, kebugaran emosi, kedalaman emosi dan alkemi emosi.

(9)

9 G. Sistematika Penelitian

Tesis ini terdiri dari lima bab, bab I berisi tentang pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup atau batasan penelitian.

Bab II berisi tentang tinjauan pustaka, yang terdiri dari pengertian kecerdasan emosi, komitmen berkarir, pengaruh kecerdasan emosi terhadap komitmen tenaga pendidik dalam berkarir, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

Bab III berisi tentang metode penelitian, yang terdiri dari desain penelitian, subyek dan lokasi penelitian, sumber data, definisi operasional variabel-variabel penelitian, teknik pengumpulan data, alur penelitian, dan metode analisis data.

Bab IV berisi tentang hasil dan pembahasan, yang terdiri dari identitas responden, uji validitas dan reliabilitas instrumen, hasil analisis uji asumsi klasik, deskripsi data penelitian, dan pengujian hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Latar Belakang: Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat

Posted at the Zurich Open Repository and Archive, University of Zurich. Horunā, anbēru, soshite sonogo jinruigakuteki shiten ni okeru Suisu jin no Nihon zō. Nihon to Suisu no kōryū

pendidikan 37Yo responden menjawab ingin beke{a dan melanjutkan strata dua. Responden kurang berani untuk mengambil resiko memulai sebuah usaha dengan kendala-kendala

 Biaya produksi menjadi lebih efisien jika hanya ada satu produsen tunggal yang membuat produk itu dari pada banyak perusahaan.. Barrier

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

1 M.. Hal ini me nunjukkan adanya peningkatan keaktifan belajar siswa yang signifikan dibandingkan dengan siklus I. Pertukaran keanggotaan kelompok belajar

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak