PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA PRINGAPUS KECAMATAN PRINGAPUS
KABUPATEN SEMARANG
Nur Samah Anjani*), Gipta Galih Widodo**), Yunita Galih Yudanari***) *) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ***) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Komplikasi hipertensi terjadi karena kerusakan organ yang diakibatkan peningkatan tekanan darah sangat tinggi dalam waktu lama. Organ-organ yang paling sering rusak, antara lain otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri, serta ginjal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengaruh terapi tertawa terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.
Jenis penelitian ini berbentuk quasi experiment dengan desain non equivalent (pretest dan posttest) kontrol group design. Populasi penelitian ini adalah penderita hipertensi dengan jumlah sampel sebanyak 38 orang menggunakan teknik purposive sampling. Alat pengambilan data menggunakan spigmomanometer dan stetoskop. Analisis data yang digunakan distribusi frekuensi, paired t test dan independent t test
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan terapi tertawa pada penderita hipertensi pada kelompok intervensi, dengan p value sebesar 0,000 (α=0,05). Tidak ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan terapi tertawa pada penderita hipertensi pada kelompok kontrol, dengan p value sebesar 0,331 (α=0,05). Ada pengaruh terapi tertawa terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, dengan p value sebesar 0,036 (α=0,05).
Sebaiknya peneliti selanjutnya meningkatkan hasil penelitian dengan mengendalikan faktor lain yang mempengaruhi hasil penelitian ini misalnya pola makan klien sehingga diperoleh hasil penelitian yang optimal
ABSTRACT
Complications of hypertension occurs because of organ damage caused increased blood pressure is very high for a long time. The organs most commonly damaged, including the brain, eyes, heart, arteries, and kidneys. The purpose of this study was to determine the relationship of the effect of laughter therapy on blood pressure in patients with hypertension in the village Pringapus Pringapus District of Semarang District.
This type of research is shaped quasi-experimental design with non-equivalent (pretest and posttest) control group design. This study population is hypertensive with a total sample of 38 people using purposive sampling technique. Data retrieval tool using spigmomanometer and stethoscope. Data analysis used frequency distribution, paired t test and independent t test.
The results showed that there were differences in blood pressure before and after laughter therapy in patients with hypertension in the intervention group, with p value of 0.000 (α = 0.05). There was no difference in blood pressure before and after laughter therapy in patients with hypertension in the control group, with p value of 0.331 (α = 0.05). No effect of laughter therapy on blood pressure in patients with hypertension in the village Pringapus Pringapus District of Semarang District, with a p value of 0.036 (α = 0.05).
Researchers should further improve the results of research by controlling for other factors that affect the results of this study, for example diet client in order to obtain optimal research results
Keywords: laughter therapy, blood pressure, hypertensive
PENDAHULUAN Latar Belakang
Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya. Tubuh akan bereaksi lapar yang akibatkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, timbulah gejala yang disebut sebagai penyakit tekanan darah tinggi (Vitahealth, 2008:12).
Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai di antara penyakit tidak menular lainnya. Hipertensi dibedakan menjadi hipertensi primer yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang muncul akibat adanya penyakit lain seperti hipertensi ginjal, hipertensi kehamilan (Dinkes Prov Jateng, 2012:34).
Menurut Davey (2005:68), penatalaksanaan hipertensi yaitu terapi menyeluruh, terapi farmakologi dan terapi non farmakologi. Terapi menyeluruh dengan mengendalikan faktor resiko kardiovaskuler lain juga harus ditangani, misalnya merokok, kontrol diabetes, kolesterol. Terapi farmakologis dengan memberikan obat tertentu tidak lebih baik dari obat lainnya di mana pemilihan obat sesuaikan dengan pasien, antara lain bloker β (atenol dan metoprolol), diuretic dan
diuretic tiazid (bendrolfluazid) dan
lain-lain.
Terapi non farmakologis yang dapat dilakukan dengan modifikasi gaya hidup (penurunan berat badan, mengurangi konsumsi garam dan olah raga teratur) mungkin cukup untuk hipertensi ringan. Tetapi farmakologi bila tekanan darah terlalu tinggi pada beberapa kali pencatatan atau pemantauan tekanan darah 24 jam (Davey, 2005:68). Terapi
farmakologi lain yang dapat diberikan adalah dengan memberikan terapi tertawa.
Tertawa dapat menurunkan hormon stres (yaitu hormon yang dikeluarkan tubuh pada waktu seseorang mengalami stres) seperti kortisol dan adrenalin. Berkurangnya kadar hormon stres di dalam tubuh sangatlah penting karena hormon tersebut dengan mudah dapat melumpuhkan sistem imun dan melemahkan kemampuan tubuh untuk memerangi penyakit. Tertawa dapat mencegah efek buruk dari stres. Tertawa akan mengurangi tingkat stres dan menumbuhkan hormon. Hormon stres akan meningkatkan jumlah platelet (sesuatu yang dapat menyebabkan gangguan dalam arteri) dan meningkatkan tekanan darah (Pangkalan Ide, 2009:114).
Tertawa bermanfaat memperkuat sistem kekebalan tubuh, di mana tertawa dapat meningkatkan jumlah sel-sel yang bertugas mengatasi infeksi yang disebut sel t, yaitu protein yang bertugas melawan penyakit yang disebut gamma-interferon dan sel B yang berfungsi memproduksi antibodi penghancur penyakit. Tertawa akan meningkatkan sistem kekebalan dengan membawa keseimbangan pada semua komponen dalam sistem kekebalan. Tertawa akan meningkatkan aliran darah dan oksigen dalam darah yang dapat membantu pernafasan (Pangkalan Ide, 2009:114).
Peneliti melakukan studi pendahuluan di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang pada tanggal 26 Mei 2014 dengan melibatkan 10 orang yang menderita hipertensi. Selama ini usaha yang mereka lakukan untuk mengatasi hipertensi adalah dengan mengurangi asupan garam, menghindari makanan tinggi kolesterol, dan mengkonsumsi obat-obatan anti hipertensi. Peneliti melakukan pengukuran tekanan darah terhadap 10 orang tersebut, ternyata 8 dari 10 orang masih mengalami hipertensi. Jadi usaha yang mereka lakukan belum begitu efektif untuk menurunkan tekanan darah. Peneliti juga menanyakan tentang tertawa untuk
mengendalikan tekanan darah kepada 10 orang penderita hipertensi tersebut. Hasilnya dari 10 orang tersebut semuanya belum pernah mendapatkan terapi tertawa, tetapi diantara mereka ada yang pernah mendapatkan terapi mentimun dan hasilnya belum begitu efektif untuk mengendalikan tekanan darah.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah, adakah pengaruh terapi tertawa terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang?”
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi tertawa terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.
Manfaat Penelitian
Bagi perawat atau tenaga kesehatan lainnya, hasil penelitian ini dapat dipakai dalam usaha menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Serta dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau alternatif untuk memasyarakatkan terapi tertawa dalam usaha menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitaf, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
quasi experiment atau eksperimen semu.
Jenis desain dalam penelitian ini berbentuk desain non equivalent (pretest dan posttest)
kontrol group design.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang pada tanggal 1-6 Februari 2016.
Populasi dan Sampel Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah penderita hipertensi di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang sebanyak 103 orang (data bulan Januari 2016) yang diperoleh melalui Puskesmas kecamatan Pringapus.
Sampel
Sampel yang diteliti adalah penderita hipertensi di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Jumlah sampel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari sampel untuk kelompok kontrol dan kelompok intervensi masing-masing sebanyak 18 orang. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 36 orang.
Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah spigmomanometer air raksa dan stetoskop untuk mengukur tekanan darah responden baik kelompok kontrol maupun intervensi. Peneliti juga menggunakan lembar observasi yang diisi oleh petugas untuk mendapatkan hasil apakah terapi tertawa diikuti atau tidak diikuti.
Analisis Data Analisa Univariat
Analisa ini dilakukan dengan uji statistik deskriptif untuk mengetahui distribusi frekuensi atau tabel frekuensi. Pada penelitian ini variabel yang telah digambarkan dalam bentuk distribusi frekuensi adalah karakteristik pasien hipertensi yang meliputi jenis kelamin, usia, berat badan, tekanan darah sebelum diberikan terapi tertawa dan tekanan darah setelah diberikan terapi tertawa.
Analisa Bivariat
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh terapi tertawa terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi pada kelompok intervensi dan kontrol di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang digunakan uji t
test-independent karena membandingkan data
yang berasal dari dua kelompok data yang tidak berpasangan.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1
Gambaran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Tertawa pada Penderita Hipertensi di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang pada Kelompok Intervensi
Tekanan Darah (TD, mmHg)
Pre test Post test (n) (%) (n) (%) TD ringan (140-159/90-99) 0 0,0 4 22,2 TD sedang (160-179/100-109) 5 27, 8 8 44,4 TD berat (≥180/≥110) 13 72, 2 6 33,3 Jumlah 18 100,0 18 100,0 Tabel 2
Gambaran Tekanan Darah Penderita Hipertensi di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang pada Kelompok Kontrol
Tekanan Darah (TD, mmHg)
Pre test Post test (n) (%) (n) (%) TD ringan (140-159/90-99) 0 0,0 1 5.6 TD sedang (160-179/100-109) 6 33.3 5 27.8 TD berat (≥180/≥110) 12 66.7 12 66.7 Jumlah 18 100,0 18 100,0 Tabel 3
Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan sesudah Diberikan Terapi Tertawa pada Penderita Hipertensi di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang pada Kelompok Intervensi
N Mean SD t hitung p value Kelompok intervensi Sebelum 18 2,7222 0,46089 5,169 0,000 Setelah 18 2,1111 0,75840
Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Tertawa pada Penderita Hipertensi Pada Kelompok Kontrol
Tabel 4
Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Penelitian pada Penderita Hipertensi di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang pada Kelompok Kontrol N Mean SD t hitung p value Kelompok kontrol Sebelum 18 2,6667 0,48507 1,000 0,331 Setelah 18 2,6111 0,60768 Tabel 5
Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang
Variabel Metode Mean SD t hitung p
value Tekanan darah Kontrol 2,6111 0,60768 2,183 0,036 Intervensi 2,1111 0,75840 PEMBAHASAN
Gambaran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Tertawa pada Penderita Hipertensi pada Kelompok Intervensi.
Pengaturan metabolism zat kapur (kalsium) terganggu. menyebabkan banyaknya zat kapur yang beredar bersama aliran darah, akibatnya darah menjadi padat dan tekanan darah pun meningkat. Sedangkan yang paling mempengaruhi kejadian hipertensi adalah tekanan darah sistolik karena tekanan darah sistolik merupakan penyebab kematian tertinggi dari pada tekanan darah diastolik. Selain itu pembuluh darah yang bermasalah pada lansia adalah pembuluh darah arteri, maka hanya tekanan darah sistolik yang meningkat tinggi. Tekanan darah sistolik mempunyai angka kematian 2,5 kali lebih tinggi dari pada tekanan darah diastolik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah sesudah diberikan terapi tertawa pada penderita hipertensi di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang pada kelompok
intervensi sebagian mempunyai tekanan darah kategori sedang yaitu sebanyak 8 orang (44,4%).Responden yang semakin tua maka tekanan darah normalnya pun semakin meningkat. Tekanan darah orang dewasa disebut tinggi jika tekanan sistoliknya 140 mmHg ke atas atau tekanan diastoliknya 90 mmHg ke atas. Responden yang berumur di atas 80 tahun sering mengalami hipertensi persisten dengan tekanan sistolik menetap di atas 160 mmHg. Jenis hipertensi yang khas sering ditemukan pada responden adalah
isolated systolic hypertension, di mana
tekanan sistoliknya saja yang tinggi (di atas 140 mmHg), namun tekanan diastolik tetap normal (di bawah 90 mmHg).
Terapi tawa adalah salah satu cara untuk mencapai kondisi rileks. Tertawa merupakan paduan dari peningkatan sistem saraf simpatetik dan juga penurunan kerja sistem saraf simpatetik. Peningkatannya berfungsi untuk memberikan tenaga bagi gerakan pada tubuh, namun hal ini kemudian juga diikuti oleh penurunan sistem saraf simpatetik yang salah satunya disebabkan oleh adanya perubahan kondisi otot yang menjadi lebih rileks, dan pengurangan pemecahan terhadap nitric
oxide yang membawa pada pelebaran
pembuluh darah, sehingga rata-rata tertawa menyebabkan aliran darah sebesar20%, sementara stres menyebabkan penurunan aliran darah sekitar 30%. Hal tersebut menunjukkan bahwa terapi tertawa dapat menurunkan tekanan darah khususnya pada penderita hipertensi (Hasan & Hasan, 2009).
Penurunan tekanan darah yang signifikan terjadi pada tekanan darah sistolik. Pada saat individu tertawa terjadi peningkatan tekanan darah akibat meningkatnya kerja sistem saraf simpatik sebagaimana terjadi pada saat berolahraga. Setelah beberapa saat tekanan darah menurun atau menjadi lebih rendah daripada kondisi sebelumnya (Pearce, 2004; Whipple &Calvert, 2008).Bila dilakukan berulang-ulang dan teratur maka
penurunan akan berlangsung lebih lama karena adanya adaptasi fisiologis.
Latihan fisik berupa olah tubuh dengan terapi tawa akan memberikan pengaruh yang baik terhadap berbagai macam sistem yang bekerja di dalam tubuh, salah satunya adalah sistem kardiovaskuler di mana dengan latihan fisik yang benar dan teratur akan terjadi efisiensi kerja jantung. Efisiensi kerja jantung ataupun kemampuan jantung akan meningkat sesuai dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Hal tersebut dapat berupa perubahan pada frekuensi jantung, isi sekuncup, dan curah jantung (Syatria dan Rachmatullah, 2006).
Gambaran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Penelitian pada Penderita Hipertensi Pada Kelompok Kontrol
Sejalan dengan bertambahnya usia, tekanan darah meningkat. Banyak dokter masih percaya bahwa terapi secara agresif pada lansia tidak produktif. Hanya sedikit dari lansia yang bersedia menjalani saran medis yang diberikan. Ada pula dari lansia yang bersedia mengkonsumsi obat-obatan setelah mereka mengerti fungsi, cara kerja dan efek samping obat-obatan (Kowalski, 2010). Tekanan darah lansia penderita hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota Semarang kategori berat disebabkan oleh faktor pola makan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah sesudah penelitian pada penderita hipertensi di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang pada kelompok kontrol sebagian mempunyai tekanan darah kategori berat yaitu sebanyak 12 orang (66,7%). Responden mempunyai tekanan darah kategori hipertensi berat disebabkan oleh faktor riwayat keluarga.
Memiliki sejarah hipertensi keluarga mempertinggi risiko terkena penyakit hipertensi. Umumnya, sebanyak 70 –80 persen hipertensi esensial berhubungan dengan riwayat hipertensi keluarga. Faktor keturunan memiliki peran yang besar pada kejadian hipertensi. Keluarga yang
memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko 2-5 kali lipat 5 untuk menurunkan hipertensi pada keturunannya. Jika salah seorang dari orang tua kita memiliki hipertensi maka sepanjang hidup kita mempunyai 25% kemungkinan mendapatkan hipertensi. Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi, maka kemungkinan untuk mendapatkan hipertensi pula menjadi 60% (Mannan, 2013).
Responden yang mempunyai tekanan darah kategori hipertensi berat disebabkan oleh faktor konsumsi makanan. Konsumsi makanan berlemak dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah karena banyaknya lemak yang menempel pada pembuluh darah sehingga tekanan darah dapat meningkat. Makanan berlemak seperti daging berlemak banyak mengandung protein, vitamin, dan mineral. Akan tetapi dalam daging berlemak dan jeroan mengandung lemak jenuh dan kolesterol. Kadar lemak tinggi dalam darah dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah karena banyaknya lemak yang menempel pada dinding pembuluh darah. Keadaan seperti ini dapat memacu jantung untuk memompa darah lebih kuat sehingga memicu kenaikan tekanan darah (Agnesia, 2012).
Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Tertawa pada Penderita Hipertensi Pada Kelompok Intervensi.
Berdasarkan uji t-test dependent menunjukkan pula bahwa nilai t-hitung sebesar 5,169 dan nilai p value sebesar 0,000 (α=0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian terapi tertawa pada penderita hipertensi di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang pada kelompok intervensi. Hal ini didukung oleh faktor olahraga.
Aktivitas fisik dengan terapi tertawa merupakan suatu aktivitas aerobik, yang terutama bermanfaat untuk meningkatkan
dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru, peredaran darah, otot-otot, dan sendi-sendi. Aktivitas fisik (terapi tertawa) mempunyai empat komponen dasar yaitu kekuatan otot, daya tahan otot, fleksibilitas dan daya tahan kardiorespirasi (Getchel, 2009).
Aktivitas fisik dapat memperbaiki kecepatan jantung saat kondisi istirahat kadar kolesterol total, kadar LDL, serta tekanan sistolik dan diastolik setelah 6 minggu. Satu sesi aktivitas fisik dengan 40% kapasitas maksimal, ekuivalen dengan berjalan dengan kecepatan sedang dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan selama kurang lebih 24 jam (Kowalski, 2010).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Syatria (2006) tentang pengaruh olahraga terprogram terhadap tekanan darah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro yang Mengikuti Ekstrakurikuler Basket. Hasil analisis data menggunakan uji chi square menunjukkan ada pengaruh olahraga terprogram terhadap tekanan darah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Basket, dengan p value sebesar 0,020 (α = 0,05).
Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Tertawa pada Penderita Hipertensi Pada Kelompok Kontrol
Berdasarkan uji t-test dependent menunjukkan pula bahwa nilai t-hitung sebesar 1,000 dan nilai p value sebesar 0,331 (α=0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian terapi tertawa pada penderita hipertensi di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang pada kelompok kontrol. Responden yang mempunyai tekanan darah kategori hipertensi berat disebabkan oleh faktor kebiasaan merokok.
Saat merokok pembuluh darah di beberapa bagian tubuh akan mengalami
penyempitan, dalam keadaan ini dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi supaya darah dapat mengalir ke alat-alat tubuh dengan jumlah yang tetap. Untuk itu jantung harus memompa darah lebih kuat, sehingga tekanan pada pembuluh darah meningkat. Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Rokok juga akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah (Wardoyo, 2006). Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10-25 mmHg dan menambah detak jantung 5-20 kali per menit (Sitepoe, 2007). Hal ini disebabkan oleh zat-zat berbahaya yang terkandung dalam asap rokok seperti karbon monoksida (CO). Kebiasaan merokok dan minum minuman yang mengandung kafein dapat meningkatkan tekanan darah selama dua jam atau lebih (Kowalski, 2010).
Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap
Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi di Desa Pringapus
Kecamatan Pringapus Kabupaten
Semarang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarangpada kelompok kontrol sebesar 2,6111. Sedangkan rata-rata tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarangpada kelompok kontrol sebesar 2,1111. Berdasarkan uji independen t-test terlihat bahwa nilai t hitung 2,183 sedangkan nilai p value sebesar 0,036 (α=0,05). Hal tersebut menunjukkan ada pengaruh terapi tertawa terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.
Menurut Dr. Lee Berk seorang imunolog dari Loma Linda University di California USA, tertawa bisa mengurangi peredaran dua hormon dalam tubuh, yaitu
efinefrin dan kortisol (hormon yang dikeluarkan ketika stres) yang dikeluarkan oleh hipotalamus. Kedua hormon tersebut dikeluarkan maka bisa menghalangi proses penyembuhan penyakit. Sehingga dalam keadaan bahagia ataupun tertawa, maka hipotalamus akan mengeluarkan hormon endorpine, yang berfungsi sebagai obat penenang alami dan penurun stres.
Tertawa dapat membantu mengontrol tekanan darah dengan mengurangi pelepasan hormon-hormon yang berhubungan dengan stres dan memberikan rasa santai. Dalam sebuah eksperimen telah membuktikan bahwa terjadi penurunan 10-20 mm tekanan darah setelah seseorang tertawa selama sepuluh menit. Tertawa dapat menaikkan endorphin (hormon yang sangat berperan bersifat penenang). Seseorang tidak mengalami stres atau rileks maka jantung berdetak normal dan hormon endhorpine dikeluarkan ke dalam tubuh sehingga menyebabkan pembuluh darah melebar, sehingga tekanan darah menurun (Pedak, 2009:24).
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini masih jauh dari sempurna, dimana masih ditemukan beberapa keterbatasan yang tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh peneliti. Sementara keterbatasan tersebut juga memberikan pengaruh terhadap variabel yang diteliti. Keterbatasan tersebut diantaranya adanya variabel perilaku merokok, gaya hidup yang juga memberikan pengaruh terhadap tekanan darah.
KESIMPULAN
Ada Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Tertawa pada Penderita Hipertensi Pada Kelompok Intervensi, dengan p value sebesar 0,000 (α=0,05).
Tidak ada Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Tertawa pada Penderita Hipertensi Pada
Kelompok Kontrol, dengan p value sebesar 0,331 (α=0,05).
Ada pengaruh terapi tertawa terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Pringapus Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, dengan p value sebesar 0,036 (α=0,05).
SARAN
Bagi perawat atau tenaga kesehatan lainnya, sebaiknya meningkatkan pelayanan bagi penderita hipertensi dengan mengajarkan terapi tertawa sebagai pengobatan komplementer dalam usaha menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Peneliti selanjutnya diharapkan meningkatkan hasil penelitian dengan mengendalikan faktor lain yang mempengaruhi hasil penelitian ini misalnya pola makan klien sehingga diperoleh hasil penelitian yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi. A., Narbuko.C, 2005.
Metodologi Penelitian, Jakarta : Bumi
Aksara
Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta
Bets &Sowden, 2004. Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Alih bahasa Jan Tambayong. Jakarta : EGC
Dahlan, 2009. Besar sampel dan cara
pengambilan sampel, dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika
Davey, 2005. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga.
Dinkes Prov Jateng, 2012. Profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2012. Semarang
Elshof, 2008. Kanker Bukanlah Akhir dari
Gulliano, 2005. Diet ala Prancis: rahasia
makan enak, tapi tetap langsing.
Jakarta : Gramedia
Gunawan, 2007. Hipertensi, Penyakit
Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta :
Kanisius
Hegner, 2008. Asisten Keperawatan:
Suatu Pendekatan. Proses
Keperawatan Edisi 6. Jakarta: EGC
Johnson & Taylor, 2005. Buku Ajar
Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC.
Julianti et.,al, 2005. Bebas Hipertensi
dengan terapi jus. Jakarta ; Puspa
Suara.
Kemenkes RI, 2011. Profil Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta
Kowalski, 2010. Terapi Hipertensi.
Bandung : PT Mizan Pustaka
Kurniawan, 2010. Ketawa itu Obat
Ketawa itu Racun, Bandung : Pustaka Hidayah
Marliani & Tatan, 2007. 100 Questions &
Answers : Hipertensi. Jakarta : PT
Media Elex Komputindo
Mathofani dan Wahyuni, 2012. Pengaruh
terapi tertawa dan kecemasan mahasiswa program ekstensi dalam menghadapi skripsi di Fakultas Keperawatan USU. Skripsi PSIK.
USU
Muhammad, 2011. Tertawalah Biar Sehat. Jakarta : DIVA Press
Notoatmodjo, 2010. Metodologi penelitian
kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta
Pangkalan Ide, 2009. Ingin Sehat, Jangan
Bad Mood. Jakarta : PT Media Elex
Komputindo
Pedak, 2009.Metode Supernol Menaklukkan Stres, Jakarta : PT
MizanPublika,
Plutchik, 2002. The Psychology and
Biology of Emotion, USA : Harper
Colins College
Prasetyo, 2005. Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan. Aplikasi,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Saryono, 2011. Metodologi Penelitian
Kebidanan. Jakarta : Nuha Medika
Soenardi & Soetardjo, 2005. Hidangan
sehat untuk penderita hipertensi.
Jakarta : Gramedia
Steven, Bordui & Weyde, 2009. Ilmu
Keperawatan. Jakarta : EGC
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung : Alfabeta
Tambayong, 2006. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
Vitahealth, 2008. Hipertensi. Jakarta : PT Gamedia Pustaka Utama.