• Tidak ada hasil yang ditemukan

ب س م اهلل ا ح م ن ا ح يم

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ب س م اهلل ا ح م ن ا ح يم"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ِللها ِمْسِب َّا َّا ِنَمْح ِميِح

Segala puji hanya bagi Allah swt., mahakuasa atas segala sesuatu, tempat segala ciptaan-Nya berserah diri dan bergantung. Dengan memohon ridha-Nya, panduan ini disusun untuk memudahkan jama’ah haji menunaikan kewajiban syariahnya sesuai dengan tuntunan berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits-hadits shahih yang berhubungan langsung dengan segala permasalahan di seputar prosesi peribadatan haji.

Untuk mengawali, perlu dikemukakan bahwa tulisan ini bukan merupakan fatwa. Ini hanyalah kajian pe-nulis dari alaman baik teori maupun praktik, dengan mentadabburi petunjuknya. Bila terdapat dua pen-dapat yang berkedudukan setara, keduanya ditam-pilkan apa adanya sehingga pembaca dapat menelisik dan menyimpulkan sendiri kandungannya. Semoga Allah swt. memudahkan kita memahaminya agar tidak keliru melangkah.

Ada pertanyaan apa perlunya membuat buku panduan manasik haji, padahal sudah banyak buku yang meng-ulasnya, juga bimbingan manasik baik yang berongkos maupun bebas biaya, lagi pula Kementerian Agama RI selalu mengeluarkan buku panduan tiap tahunnya yang dibagikan secara gratis pula.

Inilah pertanyaan yang perlu dijawab dan dipahami dengan baik sebab mohon maaf, tidak semua buku panduan dan bimbingan manasik haji mempunyai

(2)

rujukan yang baik yang berasal dari Allah swt. dan Rasulullah saw. Oleh karenanya kami memberanikan diri untuk turut serta meramaikan khasanah keilmuan khususnya yang menyangkut tata-tertib ibadah haji dengan memohon ridha Allah swt. semoga berman-faat bagi masyarakat.

Ibadah merupakan suatu amalan yang tidak boleh dilakukan semata-mata berdasarkan logika, rasa atau kebiasaan, melainkan ketundukan atas perintah. Ini merupakan hal mendasar yang wajib dipahami oleh setiap ummat muslim sebelum melaksanakan per-ibadatan tersebut.

Aturan-aturan yang melandasi segala macam bentuk peribadatan merupakan rambu. Artinya akal, rasio dan rasa, harus diletakkan di belakang rambu. Bila rambu telah terpasang maka akal harus digunakan untuk membaca rambu, bukan membuat rambu baru yang lebih rasional atau lebih pas menurut perasaan atau kebiasaan setempat. Ketentuan inilah yang pada umumnya kurang mendapat perhatian dengan baik sehingga banyak dijumpai (dalam hal haji) beragam tata-cara manasik haji tanpa rujukan yang jelas, lalu pemahaman awam di akar rumput dengan mudahnya mengaitkannya dengan Muhammadiyah, Salafi, NU, Wahabi dsb. Mari kita awali dengan hati jernih dengan hanya merujuk pada ketetapan Allah dan Rasul-Nya. Ibadah haji merupakan ibadah yang dilakukan dengan berziarah mengunjungi rumah Allah (Baitullah). Dan oleh karena Allah swt. yang menjadi tuan-rumahnya, sudah sepatutnya kita mengikuti arahan dari

(3)

tuan-rumah, utamanya dalam cara memasuki rumah itu, yaitu tanah haram, cara beribadah di dalamnya dan cara meninggalkannya dengan menelisik panduan-panduan dari al-Qur’an dan hadits.

Kemudian, yang perlu diperhatikan adalah bahwa se-benarnya al-Qur’an tidak lain hanyalah membicara-kan orang yang membaca, walau kadang mengambil contoh kasus dari masyarakat sebelum kita. Surat al-Hajj berikut ini merupakan arahan yang secara khusus menggarisbawahi pentingnya ilmu dalam melaksana-kan segala macam peribadatan, dalam hal ini haji.

َنِمَو ِساََّنّا ْنَم ُلِداَجُي يِف ِهَّ لّا َِْيَغِب ٍمْلِع لاَو ىًدُه لاَو ٍباَتِك ٍيرِنُم . َيِناَث ِهِفْطِع ََّلِضُيِّ ْنَع ِليِبَس ِهَّ لّا ُه ّ يِف اَيْنَُّدّا ِخ ٌْزْ ُهُقيِذُنَو َمْوَي ِةَماَيِقّْا َباَذَع ِقيََِحّْا . كَِّذ اَمِب ْتَمََّد ق كاَدَي ََّن أَو َهَّ لّا َسْي ّ ظِب ٍملام ِديِبَعْلِّ

Dan diantara manusia ada orang-orang yang membantah Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab yang bercahaya, dengan memalingkan lambungnya untuk menye-satkan manusia dari jalan Allah. Ia mendapat kehinaan di dunia dan di hari kiamat. Kami me-rasakan kepadanya azab neraka yang membakar. Yang demikian itu disebabkan perbuatan yang dikerjakan oleh kedua tanganmu dahulu. Dan sesungguhnya Allah sekali-kali bukanlah peng-aniaya hamba-hamba-Nya. (QS. Al-Hajj: 8-10)

َنِمَو ِساََّنّا ْنَم ُدُبْعَي َهَّ لّا ى لَع ٍفََْح ْنِإ ف ُهَباَص أ ْيَخ َ ََّن أَمْطا ِهِب ْنِإَو ُهْتَباَص أ ٌةَنْتِف َب ل قْنا ى لَع ِهِهْجَو ََِسَخ َُّدّا اَيْن ِخلآاَو َََ كَِّذ َوُه ُناََْسُخّْا

(4)

ُينِبُمّْا . وُعْدَي ْنِم ِنوُد ِهَّ لّا اَم لا ُهََُُّضَي اَمَو لا ُهُع فْنَي َِّذ ك َوُه ُللامََّضّا ُديِعَبّْا . وُعْدَي ْنَم ّ ُهَََُّض ُبََْق أ ْنِم ِهِعْفَن َسْئِب ّ ّْوَمّْا ى َسْئِب َّو ُيرِشَعّْا

Dan diantara manusia ada orang yang menyem-bah Allah dengan berada di tepi. Maka jika memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keada-an itu, dkeada-an jika ia ditimpa oleh suatu benckeada-ana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dandiakhirat.Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. Ia menyeru selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat dan tidak mem-beri manfaat kepadanya. Yang demikian itu ada-lah kesesatan yang jauh. Ia menyeru sesuatu yang sebenarnya mudharatnya lebih dekat ketimbang manfaatnya. Sesungguhnya yang diserunya itu adalah sejahat-jahat penolong dan sejahat-jahat kawan. (QS. Al-Hajj: 11-13) ََّنِإ َهَّ لّا ُلِخْدُي َنيِذَّ ّا اوُنَمآ اوُلِمَعَو ِتاَحِّاََّصّا ٍتاََّنَج َت ٌَِْج ْنِم اَهِتْحَت ُراَهْنلأا ََّنِإ َهَّ لّا ُلَعْفَي اَم ُديَُِي . ْنَم َنا ك َُّنُظَي ْن أ ْن ّ ُهََُصْنَي َّ لّا ُه يِف اَيْنَُّدّا َََِِخلآاَو ْدُدْمَيْل ف ٍبَبَسِب ى ِّإ ِءاَمََّسّا ََّمُث َيّْ ْْ طْق َُْظْنَيْل ف ْلَه ََّنَبِهْذُي ُهُدْي ك اَم ُظيِغَي Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh kedalamsurga-surgayangmengalirsungai-sungai di bawahnya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Ia kehendaki. Barangsiapa yang menyangka bahwa Allah sekali-kali tiada menolongnya di dunia dan akhirat, maka hendaklah ia

(5)

merentang-kan tali ke langit, kemudian hendaklah ia melalui-nya, kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang me-nyakitkan hatinya. (QS. Al-Hajj: 14-15)

كَِّذ كَو ُهاَنَّْزْْن أ ٍتاَيآ ٍتاَنَِّيَب ََّن أَو َهَّ لّا ٌِدْهَي ْنَم ُديَُِي

Dan demikianlah, Kami telah menurunkan al-Qur’an yang merupakan ayat-ayat yang nyata dan bahwa Allah memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. (QS. Al-Hajj: 16)

Semoga kita dijauhkan-Nya dari segala macam nafsu dan prasangka, agar mudah menggapai ikhlas, yang merupakan dasar pijakan pertama dalam beribadah. Amma ba’du.

Yang disebut ibadah haji sebenarnya terdiri dari dua rangkaian yaitu umrah dan haji. “Sesungguhnya um-rah telah masuk ke dalam haji sampai hari kiamat.” (Penggalan dari HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, Nasa’i – Hamidy, Mu’ammal, Terjemahan Nailul Authar 3, h. 1425)

Biasanya pada saat jama’ah melaksanakan tahapan awalnya, mereka disebut calon jama’ah haji (CJH), dan akan disebut haji setelah tuntas melaksanakan wuquf di Arafah. Inilah pangkal salah kaprah peng-gunaan istilah haji bagi jama’ah sepulangnya dari tanah suci sehingga mereka kemudian akan dipanggil Pak Haji atau Bu Hajah sekembalinya ke tanah air. Akibatnya, mereka menikmati sanjungan itu, kadang secara berlebihan.

(6)

Sebenarnya yang disebut haji adalah saat para jama’ah sedang melaksanakan ibadah hajinya bukan sesudah-nya, karena haji adalah perbuatan; menyengaja mela-kukan ibadah haji. Sehingga julukan yang tepat se-mestinya ialah Jama’ah Haji bukan Calon Jama’ah Haji. Itu berlaku sejak jama’ah berkumpul di pemondokan haji, kemudian berangkat ke tanah suci, hingga kembali ke pemondokan haji lagi. Setelah masa itu lepas pulalah istilah Jama’ah Haji atau Haji bagi mereka. Itu sudah berlalu. Masyarakat Arab Saudi sebenarnya lebih paham dengan memanggil para jama’ah dengan sebutan Hajji. Itulah yang benar, dijuluki haji saat berhaji di tanah suci.

Mereka yang telah selesai melaksanakan ibadah haji-nya tidak akan mehaji-nyandang predikat apa-apa, dan sebenarnya tidak juga perlu dipanggil Pak Haji atau Bu Hajah, karena predikat haji itu tidak ada. Rasul-ullah saw. sendiri tidak pernah dipanggil Haji Mu-hammad demikian pula para sahabat, sebagaimana Sarjana tidak lagi dijuluki Mahasiswa. Panggilan yang baru adalah gelar kesarjanaannya. Dalam hal haji, gelar ini adalah Mabrur, dan itu merupakan hak pre-rogatif Allah swt. saja untuk menyematkannya di dada jama’ah pilihan-Nya. Tugas kita hanyalah berusaha agar menjadi salahsatu diantaranya.

Mabrur merupakan kosakata bahasa Arab yang ber-asal dari kata barra, yaburru, barran yang berarti taat. Al-birru artinya ketaatan. Dalam hal haji, haji mabrur artinya haji yang diterima Allah swt. Dan diantara tanda diterimanya haji seseorang adalah adanya

(7)

perubahan perilaku menjadi lebih baik yang tercermin dari ketaatannya pada petunjuk.

Dan dengan tujuan yang sama pula -agar ibadahnya diterima Allah swt.- Nabi Ibrahim as. memohon petunjuk mengenai tata-cara manasik haji langsung kepada Allah, seperti tercatat dalam ayat berikut:

اَنََّبَر اَنْلَعْجاَو ِنْيَمِلْسُم ك ّ ْنِمَو اَنِتََّيَِّرُذ ًةََّمُأ َمِلْسُم ًة ك ّ اَنِر أَو اَن كِساَنَم ْبُتَو اَنْي لَع كََّنِإ َتْن أ ُباََّوََّتّا ُميِحَََّّا

Ya Rabb kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada-Mu dan (jadikanlah) di-antara anak-cucu kami umat yang tunduk patuh kepada-Mu dan tunjukkanlah kepada kami manasik (haji) kami dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkau maha penerima taubat lagi maha penyayang. (QS. Al-Baqarah: 128)

Kemudian Allah swt. tunjukkan tata-cara manasik haji bagi kita, anak-cucu Nabi Ibrahim as. yang turut dido’akan agar menjadi insan yang tunduk patuh kepada-Nya, melalui Rasulullah saw. yang bersabda:

ْمُك كِساَنَم ْيَِّنَع اْوُذُخ Khudzuu ‘annii manaasikakum Ambillah dariku manasikmu. (HR. Muslim)

Dengan demikian, mengikuti manasik haji seperti yang dikerjakan Rasulullah saw. menjadi kewajiban melekat, bagi ummat Muhammad saw.

Membicarakan Manasik Haji (tata-tertib) tentu tidak akan lepas dari Ilmu Haji (kiat dan manfaat) serta

(8)

Hu-kum Haji (syarat, rukun, wajib dan sunnah). Adapun Falsafah Haji (kemaknaan), sengaja tidak diangkat di dalam buku ini karena aran itu memerlukan penjabar-an tersendiri ypenjabar-ang berbeda dpenjabar-an cukup ppenjabar-anjpenjabar-ang. Secara umum ada tiga cara melaksanakan haji yaitu Tamattu’, Ifrad dan Qiran, namun tata-tertib yang digelar ini hanya menukil Haji Tamattu’ dengan penekanan bagi jama’ah haji Indonesia Gelombang-2, dimana perjalanan dari Indonesia ke Arab Saudi dilakukan dengan pesawat udara menuju Jeddah kemudian dilanjutkan dengan perjalanan darat ke Makkah. Berbeda dengan Gelombang-1 yang tujuan-nya Medina, baik langsung ataupun melalui Jeddah. Haji Tamattu’ adalah mengerjakan ibadah haji de-ngan mendahulukan umrah kemudian haji dan tidak membawa hewan hadyu dari rumah. Inilah cara yang diperintahkan Rasulullah saw., yang juga termaktub dalam penggalan QS. Al-Baqarah: 196. Merupakan satu dari tiga jenis haji, yang khusus ditujukan bagi penduduk di luar tanah haram.

ْنَم ف َََّْتَمَت َََِْمُعّْاِب ى ِّإ َِّجَحّْا اَم ف َََسْيَتْسا َنِم ا ٌِْدَهّْ ْنَم ف ْم ّ ْدِجَي ُماَيِص ف ِةَثلامَث ٍماََّي أ يِف َِّجَحّْا ٍةَعْبَسَو اَذِإ ْمُتْعَجَر ِت كْل ٌََََشَع ٌة لِما ك كَِّذ ْنَمِّ ْم ّ ْنُكَي ُهُلْه أ ٌَِِضاَح ِدِجْسَمّْا ِماَََحّْا …

Makabarangsiapa mengerjakan umrah sebelum

haji,dia(wajibmenyembelih)hadyuyangmudah

didapat. Tetapi jika ia tidak mendapatkannya, maka dia wajib berpuasa tiga hari di saat haji dan tujuh (hari) setelah kalian kembali. Itu seluruhnya

(9)

sepuluh (hari). Demikian itu bagi orang yang bukan penduduk masjidil Haram … (QS. Al-Baqarah: 196)

Ayat di atas sering disalah-ertikan (salah mengerti) salah-satunya anggapan bahwa mengerjakan Haji Tamattu’ akan terkena denda (dam) -kadang disebut dengan Dam Nusuk- sebagai konsekuensi dari meng-erjakan haji secara ringan dengan bersenang-senang. Tamattu’ bisa juga berarti nikmat atau menyenangkan karena setelah bertahallul dari umrah semua pan-tangan ihram menjadi halal kembali dan menanti saat haji dengan santai berbusana bebas.

Sebenarnya hadyu itu bukan dam dalam arti denda. Dam asal katanya yaitu mengalirkan darah (umumnya dengan menyembelih hewan). Hadyu adalah hewan qurban yang wajib disembelih oleh jama’ah haji baik haji tamattu’, qiran maupun ifrad. Sedang dam adalah denda atas tidak terpenuhinya salah satu kewajiban haji atau terlanggar pantangan ihram.

Jama’ah tidak akan didam (didenda) dengan mela-kukan haji tamattu’ karena haji tamattu’ merupakan perintah Allah swt. bagi penduduk di luar tanah haram. Mengapa harus didenda sedang kita melaksanakan perintah-Nya, di mana letak kesalahannya?

Tadabbur dari penggalan ayat tersebut adalah bahwa jama’ah haji tamattu’ wajib mencari hadyu di tanah haram. Apabila sesampainya di sana ternyata tidak menemukan hewan hadyu, atau tidak mempunyai uang untuk membeli, maka ia harus membayar fidyah

(10)

yaitu dengan cara berpuasa sepuluh hari; tiga hari di tanah haram dan tujuh hari sekembalinya di kampung halaman.

Berikutnya, kebedaan mendasar haji tamattu’ dengan haji ifrad dan qiran ialah bahwa dua yang terakhir itu membawa sendiri hewan hadyunya dari rumah, hal mana tidak memungkinkan bagi kita untuk membawa serta hewan hadyu di atas pesawat udara. Dengan demikian menjadi wajar bila kewajiban haji bagi penduduk di luar tanah haram adalah secara tamattu’. Hal yang sudah diantisipasi dengan cermat.

Simak riwayat berikut: Pada saat haji wada’, Rasul-ullah saw. menyerukan bagi siapa yang tidak memba-wa hadyu agar membuka baju ihramnya (bertahallul dari umrahnya). Beberapa orang masih ragu atas perintah tersebut yang menjadikan Rasulullah saw. marah dan berkata: “Apa yang aku perintahkan laku-kanlah” Aisyah bertanya: “Mengapaengkaumarah?” Rasulullah saw. menjawab: “Bagaimana tidak, aku perintahkan sesuatu namun tidak dijalankan.” Setelah orang-orang mengetahui bahwa Rasulullah saw. marah, banyak dari mereka segera bertahallul, ter-masuk istri Beliau dan Fatimah putri Beliau, kecuali mereka yang membawa hadyu.

Ali bin Abi Thalib ra. yang saat itu baru kembali dari ekspedisinya ke Yaman, sudah pula memakai baju ihram dan berikrar haji. Rasulullah saw. menyuruh-nya untuk thawaf dan membuka ihrammenyuruh-nya. Ini mem-buat Ali ra. heran dan berkata: “Rasulullah, aku sudah mengucapkan ihlal (talbiyah) seperti yang kau

(11)

ucapkan (mengapa pula harus bertahallul).” Rasul-ullah saw. bertanya apakah ia mempunyai hadyu. Dan setelah oleh Ali dijawab “tidak” Rasulullah saw. membagikan hadyu kepada Ali. Dengan demikian Ali tetap mengenakan ihram dan melakukan manasik haji hingga selesai. (Lihat Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, h. 549-550)

Perhatikan bahwa cerita di atas (yang tercatat pula dalam Shahih Bukhari), sesuai dengan QS. Al-Baqa-rah: 196, yang menggarisbawahi bahwa mereka yang tidak membawa hadyu harus mengerjakan tamattu’, bukan qiran atau ifrad. Bahkan pengabaian akan hal ini membuat Rasulullah marah, dan tentu marahnya Beliau adalah bentuk kemarahan Allah juga.

Simpulannya merupakan tiga hal yang mendasari haji tamattu’: Mendahulukan umrah hingga bertahallul kemudian haji, tidak membawa hewan hadyu dari rumah, dan ketentuan ini khusus bagi penduduk di luar tanah haram. Dengan demikian, masih bolehkah kita memilih jenis haji yang akan kita lakukan? Tidak ada pilihan lain kecuali tamattu’.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Cairan Darah (Transudat) dan Serum Campuran (Eksudat) di Penderita dengan Rembesan Selaput Paru (Efusi Pleura).. ( Analysis of Transudates and Exudates in

Untuk fasilitas yang ada di Pantai Ngobaran ini Dinas Pariwisata hanya berkontribusi di tiket masuk saja. Namun untuk kelengkapan fasilitas di kawasan Pantai Ngobaran sendiri

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam diatas maka kesimpulan penelitian ini adalah tidak semua perusahaan sampel mengungkapkan seluruh item pengungkapan yang ada

Konsep pendanaan dengan social capital tersebut bisa digunakan untuk menjalankan pembangunan di Indonesia yang selama ini dilakukan dengan hutang ke luar negeri dan

Dan ada pula alur kerja semantic Andrew File System yang dibuat dalam aplikasi ini terdapat pada gambar berikut ini dimana, operasi read read dan write dilakukan

Penderita dengan reseksi ileum yang terkontrol (kurang dari 100cm) dengan atau tidak hemicolectomy kanan boleh diberikan makanan solid yang intak pada saat akhir

Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa instrumen tes keterampilan proses sains dan angket sikap terhadap sains

Model yang dikembangkan dalam penelitian dapat digunakan untuk memilih proses dengan tujuan meminimalkan total biaya yang terdiri dari biaya manufaktur, kerugian kualitas