• Tidak ada hasil yang ditemukan

Administration & Health Information of Journal Vol 2 No.1 Februari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Administration & Health Information of Journal Vol 2 No.1 Februari"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI LITERATUR TENTANG HUBUNGAN KEJELASAN PENULISAN DIAGNOSIS DAN KETEPATAN PENULISAN DIAGNOSIS DENGAN

KETEPATAN KODE DIAGNOSIS PENYAKIT BERDASARKAN ICD-10

Silvia Indrinawati, Deni Maisa Putra

D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan, STIKES Dharma Landbouw Padang e-mail: indrinawatisilvia@gmail.com

STIKES Dharma Landbouw Padang e-mail: denimaisaputra@gmail.com

ABSTRAK

Pengkodean merupakan hal yang sangat penting dalam suatu manajemen untuk sarana pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Permasalahan yang ditemukan oleh peneliti yaitu banyaknya kode diagnosis penyakit yang tidak tepat, penulisan diagnosis yang tidak jelas dan tidak tepat penulisan diagnosis penyakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kejelasan penulisan diagnosis dan ketepatan penulisan diagnosis dengan ketepatan kode diagnosis penyakit berdasarkan ICD-10. Jenis penelitian ini menggunakan metode studi literatur. Teknik pengumpulan data menggunakan data sekunder, data sekunder merupakan data pendukung yang bersumber dari berbagai literatur maupun refensi-referensi yang ada. analisis yang dilakukan dengan mencari kesamaan (compare), ketidaksamaan (contrast), beri pandangan (critize), bandingkan (synthesize) dan ringkasan (summarize).

Hasil dari studi literatur didapatkan hasil ketepatan kode diagnosis lebih tinggi angka ketepatan dari pada angka yang tidak tepat, untuk kejelasan penulisan diagnosis penyakit lebih banyak yang jelas dari pada yang tidak jelas dan untuk ketepatan penulisan diagnosis penyakit banyak yang tidak tepat. Ketidaktepatan kode diagnosis penyakit disebabkan oleh kurangnya ketelitian koder dalam mengisi atau menetapkan kode, ketidakjelasan penulisan diagnosis penyakit disebabkan oleh tulisan dokter yang sulit dibaca dan ketidaktepatan penulisan diagnosis penyakit disebabkan oleh dokter kurang memperhatikan penulisan diagnosis penyakit. sebaiknya pihak pelayanan kesehatan membuat SOP untuk penulisan diagnosis baik dalam penggunaan singkatan, penggunaan huruf kapital dan penulisan diagnosis sesuai dengan terminologi ejaan yang ada pada ICD-10.

Kata Kunci : kejelasan, ketepatan, pengkodean, ICD-10 ABSTRACT

Coding is very important in a management for health service facilities in hospitals. The problems found by the researchers were the number of disease diagnosis codes that were not accurate, the writing of the diagnosis was not clear and the writing of the disease diagnosis was not accurate. The purpose of this study was to determine the clarity of writing the diagnosis and the accuracy of writing the diagnosis with the accuracy of the disease diagnosis code based on the ICD-10. This type of research uses literature study method. Data collection techniques use secondary data, secondary data is supporting data sourced from various literature and existing references. The analysis is carried out by looking for similarities (compare), inequality (contrast), give views (critize), compare (synthesize) and summarize (summarize).

The results of the literature study showed that the accuracy of the diagnosis code was higher than the number of incorrect numbers, for clarity of writing the disease diagnosis was more clear than unclear and for the accuracy of writing the diagnosis of many diseases, many were incorrect. The inaccuracy of the disease diagnosis code is caused by the lack of accuracy of the coder in filling or assigning the code, the unclear writing of the disease diagnosis is caused by the doctor's writing that is difficult to read and the inaccuracy of writing the disease diagnosis is caused by the doctor paying less attention to writing the disease diagnosis. It is recommended that the health service prepare SOPs for writing diagnoses both in the use of abbreviations, using capital letters and writing the diagnosis in accordance with the spelling terminology in the ICD-10.

(2)

Keywords: clarity, accuracy, coding, ICD-10 PENDAHULUAN

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan yang menyelenggarakan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat. Rumah sakit dibagi menjadi dua, Rumah Sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatanpada semua bidang dan jenis penyakit, sedangkan rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya (Permenkes No 56, 2014). Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban salah satunya menyelenggarakan rekam medis.

Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, anamnesa, pemeriksaan fisik, laboratorium, diagnosa serta segala pelayanan dan tindakan medis yang telah diberikan kepada pasienyang digunakan untuk pengobatan, baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat selain itu juga digunakan untuk mempercepat pelayanan yang diberikan kepada pasien (Depkes RI, 2006). Petugas yang berkompeten membuat atau mencatat rekam medis adalah petugas rekam medis.

Petugas rekam medis adalah salah satu petugas yang berperan dalam menentukan kualitas rekam medis.Petugas rekam medis diharuskan mampu melakuakan tugas dan memberikan pelayanan rekam medis dan informasi kesehatan yang bermutu dengan memperhatikan beberapa kompetensi berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan No 337/MENKES/SK/II/2007 tentang standar profesi rekam medis dan informasi kesehatan.Kompetensi pertama dari seorang petugas rekam medis adalah klasifikasi dan kodefikasi tindakan penyakit pasien.Petugas rekam medis sebagai pemberi kode (coder) sesuai dengan kompetensinya bertanggung jawab atas ketepatan/keakuratan kode dari suatu diagnosa dan tindakan medis yang sudah ditetapkan oleh dokter (Gemala Hatta, 2008). Diagnosis adalah istilah yang menunjuk pada nama penyakit yang ada pada pasien yang perlu dirumuskan (ditentukan) oleh dokter. Salah satu bentuk pengelolaan dalam rekam medis adalah pengodean diagnosis (Hardjodisastro, 2006).

Kegiatan pengkodean adalah penetapan kode dengan menggunakan angka atau kombinasi antara huruf dan angka yang mewakili kompenen data.Kualitas data terkode merupakan hal penting bagi kalangan tenaga personel manajemen informasi kesehatan, fasilitas asuhan kesehatan, dan para profesional manajemen informasi kesehatan.Ketapatan data diagnosis sangat krusial di bidang manajemen data klinis, penagihan biaya beserta hal-hal lain yang berkaitan dengan asuhan dan pelayanan kesehatan (Hatta, 2008).Hal tersebut dikarenakan pengodean memiliki peran penting dalam manajemen di rumah sakit.Pelaksanaan pengodean diagnosis harus lengkap dan akurat sesuai dengan arahan ICD-10 (WHO, 2002).

ICD-10 (International Statical Classification of diseases and Related health) adalah salah satu sistem pengkodean atau pengelompokan penyakit berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan atau disepakati bersama, untuk memenuhi kepentingan epidemiologi umum dan berbagai manajemen (WHO ICD-10 Volume 2, 2004). ICD-10 merupakan klasifikasi stastik, yang terdiri dari sejumlah kode alphaneumerik yang satu sama lain beberapa menurut kategori, yang menggambarkan konsep seluruh penyakit (Depkes RI, 2008).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Maisharoh dan juniati (2020) tentang “Hubungan Kejelasan Dan Ketepatan Penulisan Diagnosa Penyakit Dengan Ketepatan Pengodean Diagnosa Penyakit Berdasarkan ICD-10” menunjukkan hasil bahwa kejelasan

(3)

penulisan diagnosa tidak jelas sebanyak (57,2%), ketepatan penulisan diagnosa tidak tepat sebanyak (64,4%), ketepatan pengodean yang tidak tepat sebanyak (54,0%), dan hasil analisa bivariat terdapat adanya hubungan antara kejelasan dengan ketepatan pengodean diagnosa Pvalue= 0,001 (p<0,05), dan terdapat adanya hubungan antara ketepatan dengan ketepatan pengodean diagnosa Pvalue= 0,05 (p<0,05).

Penelitian yang dilakukan oleh Warsi Maryati (2016) tentang hubungan antara ketepatan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis kasus obstetri di RS PKU Muhammadiyah Sukoharjo. Penulisan diagnosis pada formulir ringkasan masuk & keluar pasien rawat inap sebagian besar tidak tepat yaitu 162 dokumen rekam medis (64,8%), sedangkan dokumen rekam medis yang penulisan diagnosisnya tepat sebanyak 88 dokumen (35,2%). Hal ini disebabkan karena dokter menggunakan istilah Bahasa Indonesia, singkatan yang tidak sesuai dengan singkatan baku di Rumah Sakit. Penetapan diagnosis seorang pasien merupakan kewajiban, hak dan tanggung jawab dokter yang terkait dan tidak boleh diubah, apabila diagnosis didalam rekam medis tidak ditulis dengan jelas dan lengkap sesuai dengan arahan yang ada di ICD-10 dan ICD-9-CM maka akan berdampak pada pencapaian mutu pelayanan kesehatan dan dapat menimbulkan fraud terhadap tarif pelayanan kesehatan (Warsi, 2016).

Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan “Hubungan Kejelasan Penulisan Diagnosis dan Ketepatan Penulisan Diagnosis dengan Ketepatan Kode Diagnosis Penyakit Berdasarkan ICD-10”.

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian didapatkan berdasarkan studi literatur dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Ketepatan Kode Diagnosis Penyakit Berdasarkan ICD-10

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Aurelius Harvey Pepo dan Noor Yulia (2015) tentang kelengkapan penulisan diagnosa pada resume medis terhadap ketepatan pengkodean klinis kasus kebidanan, dari 44 rekam medis pasien rawat inap kasus kebidanan pada tahun 2014 ditemukan terdapat 22 (50%) rekam medis yang pengkodean klinisnya tepat dan 22 (50%) rekam medis yang pengkodean klinisnya tidak tepat.

Sedangkan hasil penelitian Heri Hernawan, Kori Puspita Ningsih, Winasih (2017) tentang ketepatan kode diagnosis system sirkulasi di klinik jantung ditemukan tingkat ketepatan kode diagnosa masih belum baik karena tingkat ketepatan kode diagnosis yang sesuai dengan ICD-10 hanya mencapai 18% (18 dari 98 rekam medis).

Oleh sebab itu, sebagian besar ketidaktepatan pengkodean disebabkan oleh kurang ketelitian koder dalam mengisi atau menetapkan kode, kurangnya analisis petugas terhadap kebenaran kode dengan cara menelusuri kembali pada ICD-10, serta disebebkan oleh faktor sistem, faktor sarana prasarana dan faktor SDM.

2) Kejelasan Penulisan Diagnosis Penyakit Berdasarkan ICD-10

Dari hasil penelitian yang dilakukan Maisharoh dan Elza Juniati(2020), “tentang hubungan kejelasan dan ketepatann penulisan diagnose dengan ketepatan pengkodean diagnosa penyakit berdasarkan ICD-10” didapatkan sebanyak 50 (57,5%) penulisan diagnosa yang tidak jelas dan 37 (42,5%) penulisan diagnosa yang jelas.

Ketidakjelasan penulisan diagnosis disebabkan oleh tulisan dokter yang sulit dibaca karena tulisannya bersambung dan tidak menggunakan huruf kapital. Hal tersebut dapat menyulitkan koder memberikan kode diagnosis sesuai dengan ICD-10. 3) Ketepatan Penulisan Diagnosis Penyakit Berdasarkan ICD-10

(4)

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Warsi Maryati (2016), tentang “hubungan antara ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis kasus obstetri” mendapatkan hasil penulisan diagnosis tidak tepat sebanyak 162 (64,8%) dan penulisan diagnosis yang tepat yaitu sebanyak 88 (35,2%).

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Maisharoh dan Elza Juniati (2020), tentang “tentang hubungan kejelasan dan ketepatann penulisan diagnose dengan ketepatan pengkodean diagnosa penyakit berdasarkan ICD-10” didapatkan lebih dari separuh (64,4%) penulisan diagnosis penyakit pada rekam medis tidak tepat.

Ketidakepatan penulisan diagnosis penyakit dari kedua jurnal tersebut disebabkan karena dokter menggunakan istilah bahasa indonesia bukan bahasa medis, dokter kurang memperhatikan penulisan diagnosis, diagnosis penyakit tidak dijelaskan secara spesifik, singkatan yang tidak sesuai dengan singkatan baku di Rumah Sakit, serta ejaan terminologi yang tidak sesuai dengan ICD-10.

PEMBAHASAN

Dalam melakukan telaah jurnal, dapat dilakukan dengan menggunakan teknik literature reiew antara lain menentukan kesamaannya (compare), menentukan ketidaksamaannya (contrast), beerikan pandangan (critize), bandingkan (synthesize), dan ringkasan (summarize).

1. Kesamaan (Compare)

Dari beberapa literatur yang telah dianalisis, persamaan dapat dilihat dari jurnal mengenai kejelasan penulisan diagnosis dan ketepatan penulisan diagnosis dengan ketepatan pengkodean diagnosis. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maisharoh dan Elza Juniati (2020), ketidaktepatan pengkodean diagnosa disebabkan oleh kurangnya ketelitian

coder dalam mengisi atau menetapkan kode dengan serta kurangnya analisis petugas

terhadap kebenaran kode kode dengan cara menelusuri kembali pada ICD-10. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Andani Windari dan Anton Kristijono (2016), ketidaktepatan koding disebabkan karena koder salah dalam memilih kode yang sesuai dengan panduan ICD-10.

2. Ketidaksamaan (Contras)

Dari beberapa jurnal teresebut juga ditemukan beberapa ketidaksamaan antara satu dengan yang lain.hal ini dikarenakan ketepatan diagnosis tidak hanya dipengaruhi oleh kejelasan tulisan diagnosis dan ketepatan penulisan diagnosissaja, tetapi ketidaktepatan diagnosis disebabkan oleh faktor sistem seperti petugas masih belum mengetahui ada atau tidaknya kebijakan, SOP maupun pedoman yang mengatur pelaksanaan pengodean kode diagnosis, faktor sarana prasarana dan juga faktor sumber daya manusia (SDM).

3. Pandangan (Criticize)

Dari analisis beberapa jurnal, dibeberapa Rumah Sakit masih ditemukan ketidakjelasan penulisan diagnosis, ketidakketepatan penulisan diagnosis dan ketidaktepatan penulisan diagnosis. Ketidakjelasan penulisan diagnosis disebabkan oleh tulisan dokter yang sulit untuk dibaca, ketidaktepatan penulisan diagnosa dokter kurang memperhatikan penulisan diagnosis, dokter terburu-buru dalam menangani seorang pasien pada saat pengobatan serta diagnosis penyakit yang tidak dijelaskan secara spesifik. Kejelasan dan ketepatan penulisan diagnosis penyakit mempengaruhi ketepatan kode.

Sebaiknya petugas coder sebagai pemberi kode diagnosis lebih teliti dalam memberikan kode diagnosis dan petugas harus mencek lagi kebenaran kodenya pada

(5)

ICD-10 serta perlunya pelatihan ataupun sosialisasi mengenai pengkodean terhadap petugas yang bertanggungjawab memberikan kode diagnosis agar tercapainya ketepatan kode yang baik dan juga dapat menghasilkan pelaporan yang baik sehingga mutu Rumah Sakit menjadi lebih baik. Hendaknya dokter menuliskan diagnosis dengan jelas agar dapat terbaca, Sehingga petugas ataupun koder tidak kesulitan dalam mengidentifikasi diagnosis serta dokter sebagai penegak diagnosis agar dapat menuliskan diagnosa dengan tepat dan spesifik sehingga dapat diidentifikasi. Untuk penggunaan singkatan pada penulisan diagnosis perlu adanya ketetapan dari rumah sakit mengenai aturan atau standar

operasional prosedur yang telah disepakati sehingga pemahaman koder atau petugas

rekam medis tidak beragam dan mudah dimengerti 4. Bandingan (Synthesize)

Hasil analisis beberapa jurnal yang telah dianalisis ketidaktepatan kode diagnosis disebabkan oleh ketidaktepatan penulisan diagnosis karena dokter menggunakan istilah bahasa indonesia, singkatan yang tidak sesuai dengan singkatan baku dirumah sakit dan ejaan termilogi yang tidak sesuai dengan ejaan di ICD-10. Menurut pendapat dari jurnal lain ketidaktepatan kode diagnosis sirkulasi klinik jantung dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: faktor sistem, fakor sarana dan prasarana dan faktor SDM. Dari kedua pendapat tersebut, dinyatakan bahwa penyebab ketidaktepatan kode diagnosis yaitu : ketidaktepatan penulisan diagnosis, faktor sistem, faktor sarana prasarana, dan faktor SDM.

5. Ringkasan (Summarize)

a. ketepatan kode diagnosis penyakit pada kasus anak berdasarkan ICD-10

Menurut (Hatta, 2013), pengodean yang tepat dan akurat diperlukan rekam medis pasien yang lengkap dan tepat. Setiap fasilitas kesehatan mengupayakan pengisian rekam medis harus lengkap sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pengode harus melakukan analisis kualitatif terhadap isi rekam medis tersebut untuk menemukan diagnosis, kondisi, terapi, dan pelayanan yang diterima pasien. Rekam medis harus membuat dokumen yang akan dikode, seperti pada lembar (RM 1), lembaran operasi dan laporan tindakan, laporan patologi dan resume keluar. Pengodean membantu meneliti dokumen untuk verifikasi diagnosis dan tindakan kemudian baru ditetapkan kode dari diagnosis dan tindakan tersebut.

Dari hasil telaah jurnal Heri Hernawan, Kori Puspita Ningsih, Winasih(2017), tingkat ketepatan kode diagnosa masih belum baik karena tingkat ketepatan kode diagnosis yang sesuai dengan ICD-10 hanya mencapai 18% (18 dari 98 rekam medis). Sedangkan telaah jurnal Aurelius Anugerah Harvey Pepo dan Noor Yulia (2015), ditemukan hasil kode yang tepat sebanyak 22 (50%) dan yang tidak tepat sebanyak 22 (50%).

Ketidaktepatan pengodean diagnosis dari jurnal tersebut disebabkan oleh kurangnya ketelitian coder dalam mengisi atau menetapkan kode, kurangnya analisis petugas terhadap kebenaran kode dengan cara menelusuri kembali pada ICD-10, serta disebebkan oleh faktor sistem, faktor sarana prasarana dan faktor SDM.

b. Kejelasan penulisan diagnosis penyakit pada kasus anak berdasarkan ICD-10. Kejelasan penulisan diagnosis adalah penulisan diagnosis pasien dengan menggunakan bahasa terminologi medis oleh dokter yang merawat yang terdapat pada berkas rekam medis. Rekam medis yang jelas dan lengkap dapat memenuhi standar untuk predikat akreditasi, selain itu rekam medis yang jelas dan lengkap

(6)

dapat dijadikan perlindungan hukum bagi pasien,rumah sakit maupun dokter dan tenaga kesehatan lainnya(Hatta, 2011).

Dari telaah terhadap jurnal Maisharoh dan Elza Juniati(2020), didapatkan sebanyak 50 (57,5%) penulisan diagnosa yang tidak jelas dan 37 (42,5%) penulisan diagnosa yang jelas.

Ketidakjelasan penulisan diagnosis disebabkan oleh tulisan dokter yang sulit dibaca karena tulisannya bersambung dan tidak menggunakan huruf kapital. Hal tersebut dapat menyulitkan koder memberikan kode diagnosis sesuai dengan ICD-10.

c. Mengetahui ketepatan penulisan diagnosis penyakit pada kasus anak berdasarkan ICD-10

Ketepatan penulisan diagnosis penyakit merupakan penilaian terhadap tepat atau tidaknya penulisan diagnosis dengan menggunakan bahasa terminologi medis oleh dokter yang merawat yang terdapat pada berkas rekam medis. Terminologi medis adalah ilmu peristilahan medis yang merupakan bahasa khusus antar yang berkecimpung langsung atau tidak langsusng di bidang asuhan atau pelayanan medis atau kesehatan(Permenkes RI No 40, 2018), Tentang pedoman pelaksaan program jaminan kesehatan masyarakat, dokter berkewajiban melakukan penegakan diagnosis yang tepat dan jelas sesuai dengan ICD-10 dan ICD-9-CM.

Dari telaah jurnal Warsi Maryati(2016), mendapatkan hasil penulisan diagnosis tidak tepat sebanyak 162 (64,8%) dan penulisan diagnosis yang tepat yaitu sebanyak 88 (35,2%). Sedangkan telaah jurnal Maisharoh dan Elza Juniati (2020), didapatkan lebih dari separuh (64,4%) penulisan diagnosis penyakit pada rekam medis tidak tepat.

Ketidakepatan penulisan diagnosis penyakit dari kedua jurnal tersebut disebabkan karena dokter menggunakan istilah bahasa indonesia bukan bahasa medis, dokter kurang memperhatikan penulisan diagnosis, diagnosis penyakit tidak dijelaskan secara spesifik, singkatan yang tidak sesuai dengan singkatan baku di Rumah Sakit, serta ejaan terminologi yang tidak sesuai dengan ICD-10.

KESIMPULAN Simpulan

1. Ketidaktepatan kode diagsosis penyakit disebabkan oleh kurangnya ketelitian koder dalam mengisi atau menetapkan kode, tulisan dokter yang sulit untuk dibaca, Serta faktor lain seperti : faktor sistem, faktor sarana prasaran dan faktor sumber daya manusia (SDM). Penulisan diagnosis yang tepat akan sangat membantu koder dalam mengidentifikasi dan menetapkan kode sehingga tidak banyak memakan waktu dalam pelaksanaan pengkodean.

2. Ketidakjelasan penulisan diagnosis penyakit disebabkan oleh tulisan dokter yang sulit untuk dibaca karena tulisannya bersambung dan tidak menggunakan huruf kapital, hal tersebut dapat menyulitkan petugas koder dalam memberikan kode diagnosis yang sesuai dengan ICD-10, Kejelasan penulisan diagnosis akan mempengaruhi ketepatan kode.

3. Ketidaktepatan kode diagnosis disebabkan karena dokter menggunakan istilah bahasa indonesia bukan bahasa medis, dokter kurang memperhatikan penulisan diagnosis, diagnosis penyakit tidak dijelaskan secara spesifik, singkatan yang tidak sesuai dengan singkatan baku di Rumah Sakit, serta ejaan terminologi yang tidak sesuai dengan ICD-10.

(7)

Saran

1. Bagi Rumah Sakit/Puskesmas

Sebaiknya Rumah Sakit/Puskesmas membuat SOP (Standar Operasional Prosedur) untuk penulisan diagnosis baik dalam penggunaan singkatan, penggunaan huruf capital dan penulisan sesuai dengan terminologi ejaan yang ada pada ICD-10. 2. Bagi Petugas Rekam Medis

Sebaiknya petugas Rekam Medis melakukan konfirmasi kepda dokter apa bila terdapat diagnosis yang tidak jelas atau sulit dibaca dan bagi petugas yang bukan berlatar belakang pendidikan rekam medis dan tidak pernah melakukan pelatihan khususnya tentang coding sebaiknya ikut serta dalam pelatihan-pelatihan tentang kode diagnosis penyakit agar tidak terjadi kesalahan dalam pengkodean diagnosis tersebut.

3. Bagi Penulis

Sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan, pengetahuan, pengelaman dan keterampilan penulis dalam mempraktekkan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan dan menjadi sumber informasi mengenai kejelasan penulisan diagnosis dan ketepatan penulisan diagnosis dengan ketepatan kode diagnosis penyakit pada kasus anak berdasarkan ICD-10

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada Dosen Program StudiD3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan dan Dosen Pembimbing Bapak Ns. Deni Maisa Putra, S.Kep.,Mkep yang telah banyak membantu memberikan saran dan masukan.

DAFTAR PUSTAKA

Budi. (2011). Hubungan Keterisian dan Kejelasan Diagnosa Utama Pada Lembar

Ringkasan Masuk Dan Keluar Dengan Terkodenya Diagnosis Di Rs. Bhayangkara yogyakarta.

Depkes RI. (2006). Pedoman Penyelenggaraan Dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit

Di Indonesia Revisi II. Jakarta: Depkes RI.

Hatta, Gemala 2008. Pedoman Manajemen Informasi di Sarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta:UI press

.2011. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan Di Sarana Pelayanan

Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia.

.2013. Manajemen Informasi Kesehatan Di Sarana Pelayanan Kesehatan.

Jakarta: Universitaa Indonesia.

.2016. Manajemen Informasi Kesehatan disarana Pelayanan dan Kesehatan. Jakarta : Universitas Indonesia.

Hardjodisastro, D. (2012). Menuju Seni Ilmu Kedokteran. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Juniati Elza & Maisharoh . 2020. Hubungan Kejelasan dan Ketepatan Kode Diagnosa

Penyakit dengan Ketepatan Pengkodean Diagnosa Penyakit Berdasarkan ICD-10 di Puskesmas Pelompek Kerinci. Administaration & Health Information of Journal.

Kepmenkes RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 (2004). Tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Rumah Sakit

Kitchenham, B., & S. Charteters. 2007. Issue: EBSE 2007-001. Techical Report, Vol.2. Permenkes RI No. 269/MENKES/PER/III/2008 (2008). Tentang Rekam Medis

(8)

. No.76 Tahun 2016.Tentang Pedoman Indonesian Case Base Groups (INA-CBG)

Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional.

. No.40 Tahun 2018. Pedoman Pelaksanaan Kerjasama Permenkes Dengan

Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur Kesehatan.

Permenpan No 30 (2013). Jabatan Fungsinal Perekam Medis dan Angka Kreditnya. Notoadmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Rustiyanto, Ery. 2009. Etika Profesi: Perekam Medis Informasi Kesehatan Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Undang-Undang RI 2004. UU No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran. 157–180. . 2009. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.

Warsi Maryati. (2016) Hubungan Antara Ketepatan Penulisan Diagnosis Dengan

Keakuratan Kode Diagnosis Kasus Obstetri Di RS PKU Muhammadiyah Sukoharjo.

Infokes, 1-7

Widianto & Purwati . 2016. Analisis Ketepatan Kode diagnosis Penyakit Lembar

Ringkasan Masuk dan Keluar Pada Kasus Anak di RSUD Wates

World Health Organization . 2004. International Statistical Classification of Disease and

Related Health Problems Tenth Revision Voleme 2 second edition. Geneva: World

Health Organization.

. 2010. International Statistical Classification of Disease and Related Health

Problem Volume 1 (Tabular List) : Gavena.

. 2010. International Statistical Classification of Disease and Related Health

Problem Voume 2 (Instruction Manual) : Gavena.

Winarsih . 2017. Ketepatan Kode Diagnosis Sistem Sirkulasi di Klinik Jantung RSUD

Wates. Jkesvo

Yulia & pepo . 2015. Kelengkapan Penulisan Diagnosa pada Resume Medis Terhadap

Ketepatan Pengkodean Klinis Kasus Kebidanan. Jurnal Manajemen Indormasi

Referensi

Dokumen terkait

Mayoritas jenis kelamin lansia di Panti Werdha yaitu perempuan dengan kategori status kesehatan terbanyak adalah sehat Kemampuan perawatan diri (self care agency) lansia

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa peralihan rekam medis manual ke rekam medis elektronik di Rumah Sakit MRCCC Siloam Semanggi sudah

Dari beberapa jurnal yang telah di analisis, dalam penelitian yang dilakukan oleh (Holy Yunita Nurani,dkk, 2010), (Desi Budiarti, dkk, 2015), (Rini Suwartika

Kegiatan yang dilakukan oleh petugas rekam medis bagian pelayanan berkas rekam medis di RSUD Tebet belum sesuai dengan Standar Prosedur Operasional yang ada,

Berdasarkan hasil penelitian faktor penyebab ketidaklengkapan pengisian rekam medis rawat inap yaitu, masih ada petugas kesehatan yang belum mengetahui bahwa

Dan Peneliti Nugraheni Dian Pratiwi mendapatkan hasil bahwa kelengkapan pengisian autentifikasi rekam medis pasien lengkap sebanyak 97, 71%, penyebab permasalahannya masalah

Selisih rerata penurunan skala nyeri pada kelompok intervensi (1,85) lebih besar daripada kelompok kontrol (0,93).Penurunan intensitas rasa nyeri pada proses

Penanganan pertama pada cedera olahraga bertujuan untuk memberikan perawatan yang tepat dan cepat sebelum dilakukan penanganan lebih lanjut.. Selain itu juga membantu