• Tidak ada hasil yang ditemukan

ILMU TEKNOLOGI PANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ILMU TEKNOLOGI PANGAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

ILMU TEKNOLOGI PANGAN

Mengolah atau Mengawetkan Pangan Dengan Iradiasi

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 10

1. Dwi Febri Handayani

(NPM: P2.31.31.0.11.009)

2. Isni Rahmawati

(NPM: P2.31.31.0.11.019)

3.

Vina Irhamna

(NPM: P2.31.31.0.11.042)

JURUSAN D3 GIZI

POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA II

Jl. Hang Jebat III Blok F3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

2013

(2)

1. Latar Belakang Masalah

Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pengolahan dan pengawetan bahan makanan memiliki interelasi terhadap pemenuhan gizi masyarakat, maka tidak mengherankan jika semua negara baik negara maju maupun berkembang selalu berusaha untuk menyediakan suplai pangan yang cukup, aman dan bergizi. Salah satunya dengan melakukan berbagai cara pengolahan dan pengawetan pangan yang dapat memberikan perlindungan terhadap bahan pangan yang akan dikonsumsi.

Seiring dengan kemajuan teknologi, manusia terus melakukan perubahan-perubahan dalam hal pengolahan bahan makanan. Hal ini wajar sebab dengan semakin berkembangnya teknologi kehidupan manusia semakin hari semakin sibuk sehingga tidak mempunyai banyak waktu untuk melakukan pengolahan bahan makana yang hanya mengandalkan bahan mentah yang kemudian diolah didapur. Dalam keadaaan demikian, makanan cepat saji (instan) yang telah diolah dipabrik atau telah diawetkan banyak manfatnya bagi masyarakat itu sendiri.

Dahulu makanan cepat saji (instant) menggunakan pengawet dari bahan kimia seperti natrium benzoat, asam sitrat, dll. Seiring berkembangnya zaman, ditemukannya bukti-bukti bahwa efek dari bahan pengawet tersebut berbahaya karena menggangu bagi kesehatan. Selain itu, bahan pengawet buatan tersebut juga mengakibatkan kerusakan bahan pangan. Faktor-faktor tersebut mendorong para peneliti untuk mencari teknik pengawetan makanan yang lebih praktis. Salah satu tekniknya yaitu dengan iradiasi.

2. Pengertian Iradiasi Pangan

Menurut Maha (1981), iradiasi adalah suatu teknik yang digunakan untuk pemakaian energi radiasi secara sengaja dan terarah. Sedangkan menurut Winarno et al. (1980), Iradiasi adalah teknik penggunaan energi untuk penyinaran bahan dengan menggunakan sumber iradiasi buatan.

Radiasi dapat diartikan sebagai energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel atau gelombang tanpa media. Sedangkan teknik iradiasi adalah pemancaran energi dengan radiasi gamma berintensitas tinggi yang dapat membunuh organisme berbahaya, tetapi tanpa mempengaruhi nilai nutrisi makanan tersebut dan tidak meninggalkan residu serta tidak membuat makanan menjadi radioaktif.

(3)

Iradiasi bahan pangan dan makanan adalah salah satu teknologi pemrosesan pangan yang bertujuan untuk membunuh kontaminan biologis berupa bakteri pathogen, virus, jamur, dan serangga yang dapat merusak bahan pangan tersebut dan membahayakan konsumen dengan cara mengionisasi bahan pangan tersebut dengan menggunakan sinar tertentu.

Selain dapat membunuh berbagai kontaminan biologis yang dapat merusak pangan dan membahayakan konsumen, iradiasi dapat mencegah penuaan bahan pangan yang disebabkan karena factor internal pangan tersebut, misalnya pertunasan, sehingga berfungsi sebagai pengawet, serta dapat membuat bahan pangan tetap segar karena proses iradiasi sendiri merupakan proses pada temperature ambient.

3. Prinsip Iradiasi

Pada pengawetan bahan pangan dengan iradiasi digunakan radiasi berenergi tinggi yang dikenal dengan nama radiasi pengion, karena dapat menimbulkan ionisasi pada materi yang dilaluinya (Maha, 1981).

Bila sumber iradiasi (sinar x, sinar gamma dan berkas elektron) mengenai bahan pangan, maka akan menimbulkan eksitasi, ionisasi dan perubahan komponen yang ada pada bahan pangan tersebut. Apabila perubahan terjadi pada sel hidup, maka akan menghambat sintesis DNA yang menyebabkan proses terganggu dan terjadi efek biologis. Efek inilah yang digunakan sebagai dasar untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada bahan pangan (Maha, 1981).

Pemanfaatan praktis iradiasi bahan pangan banyak berkaitan dengan pengawetan. Radiasi menonaktifkan organisme perusak pangan, yaitu bakteri, kapang dan khamir. Iradiasi juga efektif untuk memperpanjang masa simpan sayur dan buah segar karena membatasi perubahan hayati yang berkaitan dengan pematangan, peramunan, pertumbuhan dan penuaan.

Prinsip pengawetan pangan dengan cara iradiasi yaitu :

1. Penyinaran dapat menghambat pertunasan pada umbi-umbian.

2. Penyinaran dapat memperlambat atau menunda proses pematangan pada buah-buahan.

3. Penyinaran dapat menghambat aktivitas mikroba yang terdapat dalam bahan pangan.

(4)

5. Penyinaran dapat membunuh serangga atau hama yang mnyerang bahan pangan di ruang penyimpanan.

4. Tujuan iradiasi

1. Mengurangi kehilangan akibat kerusakan dan pembusukan.

2. Membasmi mikroba dan organisme lain yang menimbulkan penyakit yang terbawa oleh makanan.

3. Memperpanjang daya simpan

5. Syarat Iradiasi

Dalam meiradiasi pangan, syarat penggunaan radiasinya adalah:

 Sinar Gamma dari radionuklida 60Co atau 137Cs.

 Sinar X yang dihasilkan dari mesin sumber yang dioperasikan dengan energi pada atau dibawah 5 MeV.

 Elektron yang dihasilkan dari mesin sumber yang dioperasikan dengan energi pada atau dibawah 10 MeV.

 Energi yang digunakan tidak boleh menyebabkan terbentuknya senyawa radioaktif pada bahan pangan.

 Penggunaan Dosis Iradiasi perlu diperhatikan.

Jika jumlah radiasi yang digunakan kurang dari dosis yang diperlukan, efek yang diinginkan tidak akan tercapai. Sebaliknya jika dosis berlebihan, pangan mungkin akan rusak sehingga tidak dapat diterima konsumen.

 Dilakukan oleh tenaga terlatih dan peralatan khusus.

6. Dosis Radiasi

Intensitas sinar iradiasi dalam sistem satuan SI dinyatakan dengan satuan Gray (Gy) yang berarti dosis sinar yang diserap yang setara dengan 1 joule per kilogram material terserap. Peraturan FDA (Food and Drug Association) menyatakan bahwa 1 kilogray (kGy) setara dengan 1000 Gy.

Menurut Hermana (1991), dosis radiasi adalah jumlah energi radiasi yang diserap ke dalam bahan pangan dan merupakan faktor kritis pada iradiasi pangan. Seringkali untuk tiap jenis pangan diperlukan dosis khusus untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Kalau jumlah radiasi yang digunakan kurang dari dosis yang diperlukan, efek yang diinginkan tidak akan tercapai. Sebaliknya jika dosis berlebihan, pangan

(5)

mungkin akan rusak sehingga tidak dapat diterima konsumen. Besarnya dosis radiasi yang dipakai dalam pengawetan makanan tergantung pada jenis bahan makanan dan tujuan iradiasi. Persyaratan dosis yang dibutuhkan untuk mengiradiasi jenis pangan tertentu dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

Tabel. Penerapan dosis dalam berbagai penerapan iradiasi pangan

Tujuan Dosis (kGy) Produk

Dosis rendah (s/d 1 KGy) Pencegahan pertunasan Pembasmian serangga dan parasit Perlambatan proses fisiologis 0,05 – 0,15 0,15 – 0,50 0,50 – 1,00

Kentang, bawang putih, bawang bombay, jahe,

Serealia, kacang-kacangan, buah segar dan kering, ikan, daging kering

Buah dan sayur segar

Dosis sedang (1- 10 kGy) Perpanjangan masa simpan Pembasmian mikroorganisme perusak dan patogen Perbaikan sifat 1,00 – 3,00 1,00 – 7,00 2,00 – 7,00

Ikan, arbei segar

Hasil laut segar dan beku, daging unggas segar/beku

Anggur (meningkatkan sari), sayuran kering

(6)

1Hanya digunakan untuk tujuan khusus. Komisi Codex Alimentarius

Gabungan FAO/WHO belum menyetujui penggunaan dosis ini.

Pengukuran dosis agar bahan pangan dapat menerima dosis iradiasi secara tepat, dilakukan dengan menggunakan suatu sistem dosimetri. Dosimetri merupakan suatu metode pengukuran dosis serap (absorbsi) radiasi terhadap produk dengan teknik pengukuran yang didasarkan pada pengukuran ionisasi yang disebabkan oleh radiasi menggunakan dosimetri.

7. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Iradiasi

Faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian dalam melakukan penyinaran pangan adalah:

1. Dosis penyinaran yang digunakan. 2. Lama penyinaran.

3. Macam sumber penyinaran yang digunakan.

4. Perlakuan pendahuluan dari bahan pangan yang akan disinari. 5. Perlakuan lanjutan dari bahan pangan yang sudah disinari. 6. Kemasan yang digunakan pada produk pangan

8. Legalitas Iradiasi teknologi pangan (mengurangi waktu pemasakan) Dosis tinggi1 (10 – 50 kGy) Pensterilan industri Pensterilan bahan tambahan makanan tertentu dan komponen-nya 10 – 50

Daging, daging unggas, hasil laut, makanan siap hidang, makanan steril

(7)

Setiap metode pengolahan pangan mengakibatkan perubahan sifat pangan yang mungkin menimbulkan konsekuensi pada konsumen, tetapi jelas bahwa pangan yang diiradiasi aman, dan konsumsinya sebagai bagian dari makanan sehari-hari sama sekali tanpa akibat yang membahayakan (Hermana, 1991).

Untuk memastikan terdapatnya tingkat keamanan yang diperlukan, pemerintah perlu mengundangkan peraturan, baik mengenai pangan yang diiradiasi maupun sarana iradiasi. Peraturan tentang iradiasi pangan yang sampai sekarang digunakan antara lain adalah Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 826 Tahun 1987 dan No. 152 Tahun 1995. Peraturan tersebut selanjutnya digunakan sebagai bahan acuan dalam penyusunan Undang-undang Pangan No. 7 Tahun 1996.

Menurut Hermana (1991), pangan yang diiradiasi tidak dapat dikenali dengan penglihatan, penciuman, pencecapan ataupun perabaan. Satu-satunya cara agar konsumen mengetahui dengan pasti bahwa suatu pangan telah diiradiasi adalah dengan menyertakan label yang menyatakan dengan jelas perlakuan tersebut dalam kata, logo atau keduanya. Pelabelan pangan di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah RI No 69 Tahun 1999 dan khusus mengenai iradiasi pangan diatur dalam pasal 34.

9. Keamanan Pangan Iradiasi

Codex Alimentarius Commission telah melakukan berbagai kajian dan menyatakan bahwa iradiasi pangan dengan dosis rata-rata sampai dengan 10 kGy tidak menimbulkan bahaya toksisitas dan tidak memerlukan pengujian lebih lanjut. Studi keamanan pangan iradiasi juga dilakukan di berbagai negara baik terhadap hewan percobaan maupun studi klinis pada manusia. Dari hasil studi yang dilakukan menunjukkan bahwa :

1. Iradiasi tidak menyebabkan pangan menjadi radioaktif. Proses iradiasi terjadi dengan melewatkan pangan dengan suatu sumber radiasi dengan kecepatan dan dosis yang terkontrol dan pangan tersebut tidak pernah kontak langsung dengan sumber radiasi. Ketika perlakuan iradiasi dihentikan, tidak ada energi yang tersisa dalam pangan.

2. Iradiasi tidak menyebabkan pangan menjadi toksik. Semenjak tahun 1940-an pangan iradiasi selalu diteliti dengan seksama terkait dengan toksisitasnya sebelum proses iradiasi diterapkan terhadap suatu pangan.

(8)

3. Konsumsi pangan iradiasi tidak menyebabkan terjadinya perkembangan kromosom tidak normal.

4. Perubahan kimia yang terjadi pada pangan iradiasi seperti pembentukan produk radiolitik, adalah produk yang juga terbentuk karena proses pemanasan seperti glukosa asam format, asetaldehida dan karbondioksida. Keamanan produk radiolitik ini telah diuji secara seksama dan tidak ditemukan bahaya yang ditimbulkannya.

5. Iradiasi tidak menimbulkan terjadinya pembentukan radikal bebas. Radikal bebas juga terbentuk selama proses pengolahan pangan lain seperti pemanggangan roti, penggorengan, pengeringan beku dan lain-lain.

6. Iradiasi pangan yang dilaksanakan sesuai dengan GMP tidak meningkatkan risiko botulisme.

10. Nilai Gizi Pangan yang Diiradiasi

Tidak satupun proses pengolahan dan pengawetan pangan dapat meningkatkan nilai gizi pangan. Karena iradiasi merupakan proses yang tidak menggunakan panas sehingga kehilangan zat gizi terjadi dalam jumlah minimal dan lebih kecil daripada jumlah pengawetan lain seperti pengalengan, pengeringan, dan pasteurisasi. Codex Alimentarius Commission dan International Atomic Energy Agency (IAEA), telah melakukan berbagai kajian dan menyatakan bahwa iradiasi tidak menimbulkan masalah gizi khusus pada pangan. Bahkan hasil sidang FHO, WHO dan IAEA di Jenewa tahun 1997 yang membahas iradiasi dengan dosis tinggi ( <10 kGy ) tidak menyebabkan kehilangan zat gizi yang dapat berdampak terhadap status gizi manusia.

11. Keuntungan dan Kelemahan Teknik Iradiasi Pangan a. Keuntungan Iradiasi Pangan

Iradiasi pangan cukup memberikan manfaat yang luas baik bagi industri pangan maupun bagi konsumen antara lain :

1. Mengurangi mikroorganisme patogen, sehingga dapat mengurangi penyakit infeksi, akibatnya biaya yang timbul untuk pengobatan dapat ditekan.

2. Dekontaminasi bumbu, rempah dll sehingga tidak merusak rasa dan aromanya.

3. Memperpanjang masa simpan, sehingga frekuensi transportasi distribusi pangan berkurang, akibatnya dampak transportasi terhadap udara dan lingkungan juga berkurang dan kebutuhan energi untuk transportasi juga dapat ditekan.

(9)

4. Mencegah serangan/disinfestasi serangga sehingga dapat menekan berkurangnya gandum, tepung, serealia, kacang-kacangan dan lain-lain karena serangan serangga.

5. Menghambat pertunasan

6. Ekonomis, tidak banyak pangan yang terbuang karena busuk.

7. Iradiasi dapat dilakukan untuk pangan dalam jumlah besar, baik dalam bentuk curah maupun dikemas.

8. Iradiasi tidak merubah kesegaran produk (karena tidak menggunakan panas).

9. Teknik iradiasi tidak mencemari lingkungan.

b. Kelemahan Iradiasi Pangan

1. Kurang adanya sosialisasi pengawetan bahan makanan dengan teknik iradiasi kepada masyarakat baik konsumen ataupun produsen makanan mengenai keamanan penggunaan radiasi seharusnya lebih disosialisasikan lagi sehingga tidak ada ketakutan lagi akan terjadinya senyawa radioaktif akibat mengkonsumsi makanan dengan teknik iradiasi.

2. Keselamatan para pekerja yang bekerja di bidang radiasi sangat perlu untuk diperhatikan dan hal inipun perlu mendapat perhatian , karena tidak ada artinya melakukan pengawetan pangan, tetapi dapat pula membahayakan keselamatan kita.

12. Macam Produk Hasil Iradiasi

Berikut macam-macam produk hasil iradiasi:

No Komoditas Tujuan Iradiasi Batas Dosis Maksimal (kGy)

I. Makanan siap saji steril

a. Pepes Ikan Mas Sterilisasi dan menghilangkan bakteri pathogen aerob dan anaerob

45

b. Pepes Ayam Sterilisasi dan menghilangkan bakteri pathogen aerob dan anaerob

45

(10)

bakteri pathogen aerob dan anaerob

d. Semur Ayam Sterilisasi dan menghilangkan bakteri pathogen aerob dan anaerob

45

e. Rendang Daging Sapi

Sterilisasi dan menghilangkan bakteri pathogen aerob dan anaerob

45

f. Empal Daging Sapi Sterilisasi dan menghilangkan bakteri pathogen aerob dan anaerob

45

g. Semur Daging Sapi Sterilisasi dan menghilangkan bakteri pathogen aerob dan anaerob

45

II. Makanan olahan/makanan ringan

a. Dodol Dekontaminasi dan memperpanjang masa simpan

3-5

b. Bakpia Dekontaminasi dan memperpanjang masa simpan

3-5

III. Buah dan sayuran

a. Mangga Memperpanjang masa simpan dan menunda pematangan

0.75

b. Papaya Memperpanjang masa simpan dan menunda pematangan

0.75

c. Tomat apel Memperpanjang masa simpan dan menunda pematangan

1 – 2

d. Pisang ambon Memperpanjang masa simpan dan menunda pematangan

0.25

e. Brokoli Memperpanjang masa simpan dan karantina

0.4

f. Asparagus Memperpanjang masa simpan dan menunda pertunasan

(11)

13. Labelisasi Produk Pangan Iradiasi

 Jika pangan diiradiasi secara keseluruhan maka pada kemasan tercantum “PANGAN IRADIASI” serta dapat mencantumkan logo

 Jika pangan mengandung bahan yang diiradiasi, dicantumkan tulisan “DIIRADIASI” setelah nama bahan tersebut pada daftar komposisi

 Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan (Pasal 15) dan SK Ka BAPETEN No. 11/KaBAPETEN/VI-99 tentang Izin Konstruksi dan Operator Radiator, fasilitas radiator harus memanfaatkan izin Pemanfaatan Tenaga Nuklir dari dan didaftarkan kepada kepala BAPETEN (Badan Pengawan Tenaga Nuklir)

14. Cara Pengawetan atau Pengolahan Iradiasi

Proses iradiasi dilaksanakan dengan cara melewatkan/ memaparkan pangan (baik yang dikemas maupun tidak) pada radiasi ionisasi dalam jumlah dan waktu yang terkontrol untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Iradiasi dilakukan dengan bantuan alat yang disebut iradiator.

Iradiator merupakan suatu fasilitas untuk melakukan iradiasi berbagai macam sampel atau produk dengan tujuan penelitian, pengembangan, pengawetan, dan sterilisasi. Karena itu, irradiator dapat disebut sebagai fasilitas iradiasi. Berdasarkan jenis radiasi pengion yang digunakan, radiator dikelompokkan menjadi iradiator gamma dan irradiator elektron.

(12)

Aplikasi iradiator untuk pangan, khususnya iradiator gamma, terus berkembang. Sejak dihasilkan varietas padi Atomita I penelitian padi dengan teknologi radiasi terus berlanjut dengan menghasilkan berbagai varietas. Varietas padi yang mutakhir diberi nama padi Pandan Putri. Selain padi, beberapa penelitian jenis pangan lainnya yang menggunakan teknologi radiasi adalah sorgum, kacang kedelai, kacang hijau, buah pisang, dan umbi akar. Iradiator gamma juga digunakan untuk perlakuan karantina produk pangan berupa buah mangga yang penelitiannya saat ini sedang dilakukan bekerja sama dengan Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR). Dalam kerja sama tersebut digunakan IRPASENA. Untuk aplikasi teknologi nuklir yang memerlukan aktivitas iradiator atau dosis radiasi yang lebih tinggi maka digunakan IRKA. Terkait dengan pemanfaatannya untuk pangan, IRKA biasa digunakan untuk pengawetan pangan olahan, misalnya tahu, dan pangan olahan siap saji, misalnya pepes ikan dan rendang.

(13)

Daftar Pustaka

http://blog.ub.ac.id/dwisetiawantep/2012/03/30/iradiasi-pangan-cara-alternatif-mengawetkan-dan-meningkatkan-keamanan-pangan/

http://www.foodreview.biz/login/preview.php?view&id=55690

Winarno, F.G. dan B. Sri Laksmie Jenie. 1982. Kerusakan pangan dan cara pencegahannya. IPB Bogor-Chalia Indonesia.

Anonim. 1996. Undang-undang Negara RI No. 7 tahun 1996 tentang Pangan. Dep. Pert. RI.

Dr. drh. Hj. Rr. Retno Widyani, MS, MH dan Ir. Tety Suciaty, MP. 2008.Prinsip Pengawetan

Pangan.Swagati Press

(14)

Soal – soal Teknik Pengawetan/Pengolahan pangan dengan iradiasi Oleh kelompok 10 : Dwi, Isni, Vina

1. Menurut Winarno et al (1980), Iradiasi adalah…

a. Teknik penggunaan energy untuk penyinaran bahan dengan menggunakan

sumber iradiasi buatan.

b. Teknik penggunaan energy untuk penyinaran bahan dengan menggunakan sumber senyawa radioaktif.

c. Teknik penggunaan energy untuk penyinaran bahan dengan meninggalkan residu pada makanan dengan cara ionisasi.

d. Teknik penggunaan energy untuk penyinaran bahan dengan menggunakan sinar gamma berintensitas sangat rendah.

2. Salah satu tujuan iradiasi bahan pangan adalah dibawah ini, kecuali… a. Membunuh kontaminan biologis

b. Membunuh bakteri pathogen. c. Mencegah penuaan bahan pangan

d. Menimbulkan senyawa radioaktif agar pangan tetap segar.

3. Pengawetan bahan pangan dengan iradiasi berenergi tinggi yang dapat menimbulkan ionisasi pada materi yang dilaluinya (Maha,1981). Ini merupakan pengertian dari…

a. Radiasi sinar x b. Radiasi Pengion c. Radiasi Radioaktif d. Radiasi berkas electron

4. Berikut ini merupakan prinsip pengawetan pangan dengan cara iradiasi, kecuali… a. Menghambat pertunasan

b. Menghambat aktivitas mikroba.

c. Menonaktifkan enzim-enzim

(15)

5. Syarat penggunaan radiasi pangan yaitu menggunakan…. a. Sinar gamma dari radionuklida 60Co

b. Sinar gamma dari radionuklida 173Cs

c. Sinar x dibawah 5 MeV d. Elektron dibawah 10 MeV

6. Dibawah ini merupakan faktor yang mempengaruhi Proses Iradiasi pangan, kecuali… a. Dosis penyinaran

b. Lama penyinaran

c. Kemasan yang digunakan.

d. Lokasi penyinaran

7. Peraturan Menteri kesehatan RI tentang iradiasi pangan yaitu..

a. Peraturan No. 826 tahun 1987

b. Peraturan No. 152 tahun 1993 c. Peraturan No. 7 tahun 1996 d. Peraturan No. 69 tahun 1999

8. Peraturan pemerintah RI mengenai Pelabelan pangan mengenai iradiasi pangan diatur dalam..

a. Peraturan No. 826 tahun 1987 19 b. Peraturan No. 152 tahun 1993 pasal 12 c. Peraturan No. 7 tahun 1996 pasal 25

d. Peraturan No. 69 tahun 1999 pasal 34

9. Kelebihan teknik pengawetan dengan iradiasi pangan adalah.. a. mencemari lingkungan

b. Tidak ekonomis

c. Menambah mikroorganisme pathogen

d. Dapat dilakukan untuk pangan dalam jumlah besar.

10. Pada pengolahan pangan dengan teknik iradiasi, fasilitas radiator harus melakukan perizinan/didaftarkan kepada…….

(16)

b. Kementerian Kesehatan

c. BAPETEN (Badan pengawas Tenaga Nuklir) d. Codex Alimentarius Commission

11. Berikut merupakan salah satu faktor dalam proses iradiasi pada pangan, yaitu :

a. Dosis

b. Sinar alpha c. Sinar beta d. Waktu

12. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi pemberian dosis pada proses iradiasi yaitu :

a. Pathogen yang terdapat di pangan

b. Pathogen yang terdpat di alam c. Faktor lingkungan

d. Waktu

13. Berikut ini bukan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses iradiasi, kecuali a. Cahaya

b. Waktu

c. Kemasan

d. Proses pengolahan

14. Intensitas sinar iradiasi ini dinyatakan dengan satuan

a.

volt

b.

Gray (Gy)

c.

Ampere

d.

N

15. iradiasi dapat disebut juga dengan pasteurisasi dingin karena

a.

caranya sama

b.

bahannya sama

c.

dilakukan pada temperature ambient

(17)

16. Dibawah ini yang merupakan salah satu dari ke 3 kelompok kategori irradiasi, yaitu

a.

dosis iradiasi di bawah 0,5 kGy

b.

dosis iradiasi menengah yaitu antara 1-7 kGy

c.

dosis iradiasi menengan yaitu antara 0,5 – 3 kGy

d.

dosis iradiasi tinggi yaitu di atas 10 kGy

17. dosis iradiasi dibawah 1 kGy memiliki fungsi yaitu

a. mengontrol bakteri pathogen dalam daging, unggas, dan ikan b. mencegah berjamurnya strawberi dan buah-buahan yang lainnya

c. mengontrol serangga dalam bahan pangan

d. membunuh mikroorganisme dan serangga dalam bahan pangan

18. Dosis iradiasi antara 1 – 10 kGy memiliki fungsi yaitu

a. mengontrol bakteri pathogen dalam daging, unggas, dan ikan

b. menghambat pertunasan dalam kentang c. mengontrol serangga dalam bahan pangan

d. membunuh mikroorganisme dan serangga dalam bahan pangan

19. Dosis iradiasi diatas 10 kGy memiliki fungsi yaitu

a. mengontrol bakteri pathogen dalam daging, unggas, dan ikan b. menghambat pertunasan dalam kentang

c. mengontrol serangga dalam bahan pangan

d. membunuh mikroorganisme dan serangga dalam bahan pangan

20. agar setiap bahan dapat menerima dosis iradiasi secara tepat maka dilakukan…. a. pengukuran bahan

b. pengukuran jumlah pathogen c. pengukuran radiasi

d. pengukuran dosis

21. Proses iradiasi dilakukan dengan cara… a. Pemanasan dengan suhu tinggi b. Pengalengan dengan kaleng khusus

(18)

d. Fermentasi dengan kapang

22. Sumber radiasi yang boleh digunakan untuk meiradiasi bahan pangan adalah… a. Sinar ultraviolet

b. Sinar Alfa c. Sinar Beta

d. Sinar Gamma

23. Iradiasi dengan dosis ≤1kGy termasuk iradiasi…

a. Dosis rendah

b. Dosis medium c. Dosis tinggi d. Dosis biasa saja

24. Pada dosis iradiasi 0.15 – 0.5 iradfiasi bertujuan untuk… a. Mempercepat proses pematangan

b. Menghambat pertunasan

c. Mengundang serangga

d. Memperbanya perkembangbiakan parasit

25. Iradiasi buah anggur pada dosis iradiasi 2.0 – 7.0 kGy, bertujuan untuk… a. Menggandakan buah anggur

b. Meningkatkan nilai jual anggur

c. Memperbaiki struktur pangan anggur

d. Memperbagus tampilan anggur

26. Batas dosis minimal untuk mensterilisasi dan menghilangkan bakteri pathogen aerob dan anaerob pada pepes ikan mas adalah…

a. 24 kGy b. 42 kGy c. 43 kGy

d. 45 kGy

(19)

a. Memperlambat pertunasan

b. Dekontaminasi dan memperpanjang masa simpan

c. Sterilisasi dodol

d. Menghilangkan bakteri pathogen

28. Untuk meiradiasi pangan steril untuk astronot kita menggunakan dosis iradiasi sebanyak… a. 0.05 – 0.15 kGy

b. 0.5 – 1 kGy c. 10 – 50 kGy

d. 30 – 50 kGy

29. Iradiasi dengan dosis 1.0 – 7.0 kGy pada pangan laut segar dan beku, ternak dan daging segar maupun beku bertujuan untuk…

a. Memperpanjang umur hasil pangan laut

b. Eliminasi mikroba pembusuk dan pathogen

c. Memperlambat pertunasan d. Menunda pematangan

30. Pengaruh iradiasi terhadap nilai gizi suatu bahan pangan menurut Codex Alimentarius Commission dan International Atomic Energy Agency (IAEA) adalah…

a. Iradiasi tidak menimbulkan masalah gizi khusus pada pangan dan tidak menyebabkan kehilangan zat gizi yang dapat berdampak terhadap status gizi manusia

b. Iradiasi menyebabkan hilangnya beberapa nilai gizi pada suatu bahan pangan c. Iradiasi tidak mempengaruhi apapun terhadap bahan pangan

Referensi

Dokumen terkait

Degradasi Zn-fitat diukur dengan melihat kadar P dalam cairan rumen pada jam ke-4, 6, 8, 12, 18, dan 24, kemudian dibandingkan dengan substrat yang sama yang dicampur

Walau tidak selalu menang dalam setiap kompetisi yang diikuti namun setiap kali mengikuti kompetisi meningkatkan penilaian positif pada diri siswa sendiri baik dikarenakan

Edema paru adalah suatu keadaan dimana terkumpuln#a cairan ekstraaskuler #ang patologis pada &#34;aringan parenkim paru$ Edema paru di se%a%kan karna akumulasi

Pemasaran adalah proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk

Sumber radiasi bekas non 226 Ra yang mempunyai waktu paro panjang dan aktivitasnya cukup tinggi, kondisioning dilakukan dengan menempatkan sumber radiasi bekas dalam wadah yang

Dengan demikian, maka tampak bahwa Yesus Kristus yang dipahami oleh Rasul Paulus adalah Kristus sebagai rekonsiliator, Kristus yang adalah “mediator” Allah dalam

Emisi karbondioksida terdapat pada tahun 2005, hal ini disebabkan area terbakar tanah terbuka didominasi oleh lahan gambut, selain itu tingginya emisi karbondioksida yang

O 2.. dan aktifitas peserta dalam mengikuti pelatihan. Observasi dalam penelitian ini dilakukan oleh empat mahasiswa tata rias Universitas Negeri Surabaya, satu