• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI BUDAYA DALAM NOVEL SINDEN KARYA PURWADMADI ADMADIPURWA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NILAI BUDAYA DALAM NOVEL SINDEN KARYA PURWADMADI ADMADIPURWA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Hendri Wiyono NIM 102110020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2014

(2)
(3)
(4)

iv

nama : Hendri Wiyono

NIM : 102110020

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan plagiat, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Apabila terbukti/dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat, saya bersedia bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan oleh Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Purworejo, Agustus 2014 Yang membuat pernyataan,

(5)
(6)

v

ِﺢَﺴْﻔَـﻳ اﻮُﺤَﺴْﻓﺎَﻓ ِﺲِﻟﺎَﺠَﻤْﻟا ِﰲ اﻮُﺤﱠﺴَﻔَـﺗ ْﻢُﻜَﻟ َﻞﻴِﻗ اَذِإ اﻮُﻨَﻣآ َﻦﻳِﺬﱠﻟا ﺎَﻬﱡـﻳَأ ﺎَﻳ

اﻮُﺗوُأ َﻦﻳِﺬﱠﻟاَو ْﻢُﻜْﻨِﻣ اﻮُﻨَﻣآ َﻦﻳِﺬﱠﻟا ُﱠ ا ِﻊَﻓْﺮَـﻳ اوُﺰُﺸْﻧﺎَﻓ اوُﺰُﺸْﻧا َﻞﻴِﻗ اَذِإَو ْﻢُﻜَﻟ ُﱠ ا

ٍتﺎَﺟَرَد َﻢْﻠِﻌْﻟا

ِﱯَﺧ َنﻮُﻠَﻤْﻌَـﺗ ﺎَِﲟ ُﱠ اَو

Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadilah:11)

PERSEMBAHAN

Ibu, Srikandi tumpuan keluarga demi mengantarkan Aku menjadi sarjana. Ayah rengkuhan dan didikanmu membuat aku menjadi pribadi mandiri.

(7)

vi

menyelesaikan skripsi yang berjudul“Nilai Budaya dalam Novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA” dapat berjalan lancar.

Keberhasilan pelaksanaan penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih setulus-tulusnya kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejoyang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan di Universitas Muhammadiyah Purworejo ini.

2. Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan perhatian dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Drs. H. Khabib Sholeh, M.Pd. selaku pembimbing I dan Nurhayati, M.Pd.selaku pembimbing II yang telah banyak membimbing, mengarahkan, memotivasi dengan penuh kesabaran dan tidak kenal lelah, serta mengoreksi skripsi ini dengan penuh ketelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

(8)

vii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun, penulis berharap kiranya skripsi ini bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, khususnya dalam pembelajaran novel di kelas XI SMA.

Purworejo, Agustus 2014 Penulis,

(9)
(10)

viii

Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) unsur intrinsik novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa; (2) nilai budaya dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa; (3) skenario pembelajaran novel dengan materi unsur intrinsik dan nilai budaya yang terdapat dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa di kelas XI SMA.

Objek penelitian ini adalah unsur intrinsik dan nilai budaya dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. Penelitian ini berfokus pada unsur intrinsik dan nilai budaya. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca dan catat. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah peneliti selaku peneliti dengan bantuan kartu pencatat data. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis isi.Penyajian hasil analisis dilakukan secara informal.

Hasil analisis data disajikan dengan teknik informal. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa (1) Unsur intrinsik novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa meliputi: tema, yaitu perjuangan para seniman dan sebagian masyarakat melawan Partai Komunis; tokoh utama adalah Tumidan Nyai Estu, sedangkan tokoh tambahan adalah Karto (ayah Tumi), Gendon, Rudito, Lurah Ponco, Mangundarma. Penokohan dalam novel ini dilakukan secara analitik dan dramatik; alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur maju; latar tempat yang digunakan adalah emper rumah, kamar tidur, jalan setapak. Latar waktu yang digunakan adalah siang hari, malam hari, sore hari. Latar sosial dalam novel, meliputi seorang Sinden, seorang Lurah; sudut pandang yang digunakan adalah orang ketiga mahatahu; Secara tersirat pengarang menyampaikan kepada pembaca untuk menjaga martabat dengan membersihkan batinnya, berperilaku jujur, santun dalam tindakan sehari-hari. (2) Nilai budaya dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa, yaitu: hubungan manusia dengan masyarakat meliputi: wibawa, gotong royong, musyawarah;hubungan manusia dengan manusia lain meliputi: ramah, simpati, suka menolong, sopan, dan keakraban; hubungan manusia dengan dirinya sendiri meliputi: pandai, suka belajar, tidak mudah putus asa, mandiri. (3) Skenario pembelajaran dengan materi unsurintrinsik dan nilai budaya novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa adalah guru: (a) menugasi siswa 2 minggu sebelum pertemuan KD. 2.4 untuk mencari dan membaca novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa; (b)menyampaikan materi tentang unsurintrinsik dan nilai budaya; (c)menugasi siswa membuat ringkasan cerita serta mengidentifikasi dan menganalisis novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa; (d) menugasi siswa untuk mendiskusikan hasil pekerjaanya secara berkelompok dan mempresentasikan di depan kelas; (e) melakukan evaluasi dengan menggunakan soal-soal; (f) merefleksi hasil kegiatan pembelajaran.

(11)

ix

HALAMAN PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB1 PENDAHULUAN... . 1

A. Latar Belakang Masalah... . 1

B. Penegasan Istilah………..…………...…..4 C. Identifikasi Masalah ... ..5 D. Pembatasan Masalah ... ..6 E. Rumusan Masalah ... ..6 F. Tujuan Penelitian ... ..6 G. Manfaat Penelitian ... ..7 H. Sistematika Skripsi... ..8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS ... 10

A. Tinjauan Pustaka... 10

B. Kajian Teoretis... 12

1. Hakikat novel... .12

a. Pengertian Novel... .12

b. Unsur Intrinsik Novel... .13

2. Nilai Budaya ... .18

3. Skenario Pembelajaran Sastra di Kelas XI SMA ... .20

BAB III METODE PENELITIAN... .27

A. Objek Penelitian... .27

B. Fokus Penelitian... .27

C. Subjek Penelitian ... .28

D. Instrumen Penelitian... .28

E. Teknik Pengumpulan Data ... .28

F. Teknik Analisis Data... .29

G. Teknik Penyajian Hasil Analisis………...30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... ..31

A. Penyajian Data ... ..31

(12)

x

(13)

xi

Tabel 3: Data Latar dalam novel Sinden Karya Purwadmadi Admadipurwa...32 Tabel 4: Data Sudut Pandang dalam novel Sinden Karya

PurwadmadiAdmadipurwa...33 Tabel 5: Data Alur dalam novel Sinden Karya Purwadmadi Admadipurwa...…..33 Tabel 6: Data Tokoh dalam novel Sinden Karya Purwadmadi Admadipurwa...33 Tabel 7: Nilai Budaya dalam novel Sinden Karya Purwadmadi Admadipurwa....34 Tabel 8:Lembar pengamatan kepribadian...68 Tabel 9:Penilaian laporan peserta didik tentang struktur dan kaidah teks novel...69 Tabel 10: Penilaian soal pilihan ganda ... ... ….70 Tabel 11:Penilaian soal uraian atau esai………...70 Tabel12: Nilai akhir...70

(14)

xii Lampiran 3 :Sinopsis

Lampiran 4: Riwayat Hidup Pengarang

Lampiran 5:Data Unsur Intrinsik novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa Lampiran 6: Data Nilai Budaya novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa Lampiran 7: Kartu bimbingan pembimbing I

Lampiran 8:Kartu bimbingan pembimbing II

(15)

istilah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika skripsi.

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan hasil pemikiran, khayalan, imajinasi seseorang yang dituangkan ke dalam suatu wadah dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Dengan memanfaatkan suatu bahasa biasanya pengarang menuangkan segala luapan perasaan yang menceritakan tentang kehidupan yang telah pengarang lihat, alami, dan rasakan ke dalam suatu karya sastra. Tidak hanya kisah-kisah fakta yang pengarang tulis, namun karya sastra juga merupakan hasil dari imajinasi seseorang sehingga sifat dari karya sastra itu fiksi. Dalam sebuah karya fiksi, sastra memberikan berbagai warna yang dituangkan dalam permasalahan-permasalahan kemanusiaan dalam kehidupan, sehingga kesan yang ditonjolkan itu bisa dirasakan oleh para pembaca.

Dengan mempelajari karya sastra, secara tidak langsung mempelajari pula kehidupan masyarakat, lengkap dengan segala tingkah laku manusia yang tercermin pada sikap dan perilaku tokohnya. Melalui karya sastra kita lebih mengenal manusia dengan segala tingkah lakunya. Cerita yang diungkapkan sastrawan dalam sastra adalah pertentangan-pertentangan yang terjadi pada diri manusia dengan batinnya, antara manusia dengan manusia yang lain, dan antara manusia dengan Tuhan. Dengan adanya pertentangan-pertentangan tersebut,

(16)

permasalahan yang dihadapi. Pada permasalahan-permasalahan yang dihadirkan pengarang beserta pemecahannya timbul nilai-nilai yang dapat berguna bagi kehidupan masyarakat.

Salah satu nilai yang terkandung dalam karya sastra adalah nilai budaya. Nilai budaya yang dimaksud di sini adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan adat istiadat, kebisaaan hidup, maupun keyakinan dan pola pikir masyarakat. Adat istiadat berkaitan dengan tradisi yang berlaku dan dilaksanakan masyarakat pada suatu tempat. Nilai budaya merupakan salah satu nilai penting yang harus dilestarikan sebagai jati diri bangsa namun, nilai budaya yang ada di dalam masyarakat mulai terlupakan akibat masuknya budaya-budaya baru di era globalisasi ini.

Salah satu contoh konkret nilai budaya yang mulai terlupakan adalah penggunaan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Sutarjo (2008:12) dalam pengantar Kawruh Basa saha Kasusastran Jawi mengungkapkan bahwa bahasa Jawa sudah tidak digunakan oleh generasi muda sebab tidak terbiasa menggunakan dalam kehidupan sehari-hari karena dirasa sulit dan tidak mengerti. Oleh sebab itu, banyak ungkapan “orang Jawa kehilangan kejawaannya dan jati dirinya”.

Novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa merupakan salah satu bentuk karya sastra yang mengangkat realitas kehidupan masyarakat, lengkap dengan nilai-nilai budayanya. Latar cerita novel Sinden adalah kehidupan masyarakat Jawa di lingkungan Desa Sumberwungu (Gunung Kidul, Yogyakarta),

(17)

Permasalahan yang ditampilkan dalam novel ini lebih berkaitan dengan kesenian jawa berupa wayang atau lebih tepatnya pada seorang penyanyi/biduanita yang disebut dengan “Sinden”. Nilai-nilai yang dirasa sudah mulai ditinggalkan orang, secara sadar atau tidak berusaha tetap dipegang teguh dalam sikap dan tingkah laku tokoh utamanya.

“Nyai Estu mendengar suara miring itu. Maka ia kukuh mengajarkan nilai moral dan etika kepada anak-anak asuhnya. Nyai Estu menekankan pentingnya moral dan kepribadian. “Menyinden bukan sekadar menembang dan menjual suara. Suara yang bagus, bening, luruh dan merdu hanya bisa keluar dari mulut perempuan yang bersih jiwa dan raga,” katanya. (Admadipurwa, 2007: 104)

Berdasarkan paparan di atas, salah satu peran yang dapat dilakukan dunia pendidikan untuk melestarikan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam suatu masyarakat adalah dengan mengenalkan dan mempelajari kebudayaan tersebut kepada peserta didik serta menanamkan nilai budayanya untuk diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Sarana yang dapat digunakan melalui pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat dijadikan sarana untuk mengenalkan dan mempelajari kebudayaan kepada peserta didik. Pembelajaran sastra Indonesia meliputi beberapa bentuk diantaranya: puisi, cerpen, novel dan lain-lain.

Berdasarkan kurikulum 2013 yang berlaku di SMA, mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas XI semester 1, yaitu dalam KI 2: memiliki sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia dengan cara mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia dan mengapresiasi sastra Indonesia sebagai

(18)

penelitian ini sebagai salah satu alternatif untuk mengenalkan dan mempelajari kebudayaan kepada peserta didik serta menanamkan nilai budayanya untuk diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari melalui pembelajaran sastra dengan menggunakan novel Sinden sebagai bahan ajar.

Penulis memilih mengkaji novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa dengan alasan sebagai berikut.

1. Novel Sinden merupakan novel yang mengangkat nilai-nilai budaya Jawa secara kompleks.

2. Novel Sinden memiliki latar waktu pada tahun 1960-an/gencar-gencarnya PKI berkembang di masyarakat, sehingga novel ini memiliki nilai sejarah perjuangan sebagian kecil masyarakat Indonesia menolak dan melawan PKI. 3. Belum ada penelitian yang mengangkat nilai budaya dalam novel Sinden

karya Purwadmadi Admadipurwa.

Sehubungan dengan paparan di atas penulis menetapkan judul “Nilai Budaya Dalam Novel Sinden Karya Purwadmadi Admadipurwa dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA”.

B. Penegasan Istilah

Guna menghindari salah paham tentang istilah yang digunakan dalam judul Penelitian yang berjudul “ Nilai Budaya dalam Novel Sinden karya

(19)

Berikut penulis jelaskan istilah-istilah yang dipakai dalam judul:

1. Nilai merupakan segala sesuatu yang disenangi, diinginkan, dicita-citakan dan disepakati, sedangkan moral adalah ajaran tentang baik buruknya perbuatan dan kelakuan (Darmadi, 2006: 50).

2. Budaya adalah “sesuatu” yang hidup, berkembang, dan bergerak menuju titik tertentu (Endraswara, 2006:1).

3. Sinden adalah novel karya Purwadmadi Admadipurwa terbit pertama Maret 2007.

Dari Penegasan istilah di atas, dapat dipahami maksud judul “ Nilai Budaya dalam Novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA” adalah penyelidikan terhadap nilai budaya dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa yang bermanfaat untuk proses pembelajaran sastra di SMA.

C. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat diidentifikasi hal-hal yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Pembelajaran novel dapat dijadikan sebagai media pembelajaran untuk

menerapkan nilai-nilai budaya dalam karya sastra di kelas XI SMA.

2. Pembelajaran novel memiliki cakupan yang kompleks karena para peserta didik nantinya diajak untuk memahami, meresapi lalu menerapkan kandungan isi atau nilai tersebut dalam kehidupan nyata.

(20)

karena dari segi isinya memuat beberapa nilai yang berkaitan dengan nilai budaya.

D. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah tersebut, maka batasan permasalahan dalam penelitian ini meliputi:

1. unsur intrinsik novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa;

2. nilai budaya yang terkandung dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa;

3. novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa pada skenario pembelajaran di kelas XI SMA.

E. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang hendak penulis kaji dalam analisis ini meliputi:

1. Bagaimana unsur intrinsik novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa? 2. Bagaimana nilai budaya yang terdapat dalam novel Sinden karya Purwadmadi

Admadipurwa?

3. Bagaimanakah skenario pembelajaran novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa di kelas XI SMA?

F. Tujuan Penelitian

Menurut Arikunto (2006:58) tujuan penelitian merupakan rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai. Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini dipaparkan dalam uraian berikut ini.

(21)

Admadipurwa.

2. Mendeskripsikan nilai budaya yang terkandung dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa.

3. Mendeskripsikan cara menerapkan nilai budaya pada novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa dalam pembelajaran di kelas XI SMA.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi teoretis dan segi praktis.

1. Segi Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi dunia pendidikan dalam pemilihan bahan ajar karena memiliki landasan teori yaitu teori sastra dan teori pembelajaran. Oleh karena itu, secara teoretis penelitian ini diharapkan berguna dalam pengembangan ilmu sastra khususnya pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Selain itu, penelitian ini diharapkan menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang karya sastra khususnya nilai budaya pada novel dan penerapannya dalam pembelajaran. 2. Segi Praktis

a. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat memberi manfaat bagi pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dan dapat dijadikan sebagai bahan ajar untuk memberikan pengajaran tentang sastra, khusunya tentang nilai budaya yang terkandung pada novel.

(22)

Pembelajaran tentang nilai budaya dapat membekali siswa untuk kepentingan melanjutkan studi atau ketika di tengah masyarakat.

c. Peneliti yang lain

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang tinjauan nilai budaya pada karya sastra (novel).

H. Sistematika Skripsi

Sistematika skripsi ditujukan untuk memberikan gambaran skripsi yang tersusun. Skripsi terdiri dari lima bab. Sebelum bab pendahuluan, bagian awal atas halaman sampul depan, halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan, pernyataan, motto dan persembahan, prakata, daftar isi, dan abstrak.

Bab I berisi pendahuluan. Pendahuluan berisi latar belakang masalah, penegasan istilah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika skripsi.

Bab II berisi tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Tinjauan pustaka merupakan kajian secara kritis terhadap penelitian terdahulu, sehingga diketahui perbedaanya dengan yang pemulis lakukan. Penelitian tentang nilai budaya telah dilakukan oleh Sumargono (2008) dan Kurniawan (2011). Kajian teoretis membahas teori-teori yang dijadikan landasan penelitian sebelumn melaksanakan penelitian.

Bab III berisi metode penelitian. Metode penelitian berisi objek penelitian, fokus penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data dan teknik penyajian hasil analisis data.

(23)

menguraikan data penelitian yang diambil dari novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa yang berupa narasi dan percakapan serta sub-bab pembahasan data yang membahas unsur intrinsik dan nilai budaya dalam novel.

Bab V adalah penutup. Pada bab ini penulis menyimpulkan pembahsan data dan memberikan saran-saran yang relevan dengan kesimpulan tersebut. Selain itu, penulis juga melampirkan daftar pustaka, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), sinopsis, riwayat hidup pengarang, data unsur intrinsik, dan nilai budaya novel, kartu bimbingan skripsi, dan surat keputusan dosen pembimbing.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS

Berikut ini penulis sajikan penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dan kajian teoretis yang berisi teori-teori yang menjadi landasan penelitian ini. A. Tinjauan Pustaka

Beberapa penelitian tentang nilai budaya dalam karya sastra antara lain oleh Sumargono (2008) yang berjudul “Nilai-nilai Budaya Novel Saraswati Si Gadis Dalam Sunyi Karya A.A Navis”. Hasil penelitiannya, meliputi: (1) unsur pembangun novel Saraswati Si Gadis Dalam Sunyi Karya A.A Navis, yaitu: tokoh dan penokohan, tema, alur, gaya bahasa dan sudut pandang: (2) nilai budaya dalam novel Saraswati Si Gadis Dalam Sunyi Karya A.A Navis, meliputi: hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan masyarakat sekitar.

Persamaan penelitian Sumargono dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang nilai budaya dalam karya sastra, tetapi penelitian Sumargono belum diaplikasikan dalam skenario pembelajaran sastra. Perbedaan lain adalah objek penelitian Sumargono adalah novel Saraswati Si Gadis Dalam Sunyi karya A.A Navis sedangkan objek penelitian ini adalah novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa.

Selain Sumargono, penelitian tentang nilai budaya dalam karya sastra juga pernah dilakukan oleh Kurniawan (2011) dalam penelitiannya yang berjudul

(25)

“Nilai Budaya dalam Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere-Liye”. Hasil penelitiannya, meliputi: (1) unsur intrinsik novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere-Liye, meliputi: tokoh dan penokohan, tema, alur, gaya bahasa dan sudut pandang; (2) nilai budaya dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere-Liye, meliputi: hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan masyarakat sekitar.

Persamaan penelitian Kurniawan dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang nilai budaya dalam karya sastra. Perbedaanya adalah objek penelitian Kurniawan adalah novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere-Liye sedangkan objek penelitian ini adalah novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa.

Novel Sinden juga pernah digunakan sebagai objek penelitian oleh beberapa peneliti sebelumnya. Peneliti yang pernah melakukan penelitian menggunakan novel Sinden sebagai objek penelitianya, meliputi: Suwarno (2013) pada penelitiannya yang berjudul “Kajian Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan Novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa (Pendekatan Intertekstual dan Nilai Pendidikan)”. Dalam penelitiannya Suwarno membahas tentang (1) struktur pembangun Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan Novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa; (2) persamaan dan perbedaan unsur pembangun Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan Novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa; (3) nilai-nilai pendidikan

(26)

yang terkandung dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan Novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa.

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa penelitian ini bukanlah penelitian yang baru, tetapi merupakan penelitian lanjutan dari penelitian-penelitian terdahulu, sehingga diharapkan dapat melengkapi dan mendukung penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya.

B. Kajian Teoretis

Kajian teori merupakan penjabaran kerangka teori yang memuat beberapa kumpulan materi terpilih dari berbagai sumber untuk dijadikan sebagai acuan pokok dalam membahas masalah yang diteliti. Sebagai acuan penelitian, berikut penulis paparkan teori mengenai hakikat novel, unsur intrinsik novel, nilai budaya, dan skenario pembelajaran sastra di kelas XI SMA.

1. Hakikat Novel Pengertian Novel

Prosa dalam pengertian kesusastraan juga disebut fiksi, teks naratif atau wacana naratif. Bentuk karya fiksi yang berupa prosa adalah novel dan cerpen. Kata “novel” berasal dari kata Latin novellas yang berarti baru (Tarigan, 1991: 164).

Menurut Waluyo (2002: 136) novel adalah wacana yang dibangun oleh beberapa unsur. Unsur-unsur itu membangun suatu kesatuan, kebulatan, dan regulasi membangun sebuah struktur. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa novel adalah bentuk karya fiksi yang dibangun oleh beberapa unsur yang menceritakan tentang kehidupan sehari hari.

(27)

2. Unsur Instrinsik Novel

Novel sebagai karya fiksi dibangun oleh unsur-unsur pembangun yaitu dari unsur instrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Kepaduan antar berbagai unsur inilah yang membuat sebuah novel terwujud. Unsur yang dimaksud seperti tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, majas/gaya bahasa, dan amanat. Adapun penjabaran mengenai unsur intrinsik novel adalah sebagai berikut. a. Tema

Sudjiman (1988:51) menyatakan bahwa tema adalah sebuah gagasan, ide, atau pikiran yang mendasari karya sastra. Sejalan dengan Sudjiman, Tarigan (2008:80) berpendapat bahwa tema adalah dasar cerita.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang tema di atas, dapat disimpulkan bahwa tema merupakan suatu gagasan sentral, sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam suatu tulisan atau karya fiksi. Tema disampaikan pengarang melalui unsur-unsur cerita agar dapat di tangkap oleh pembaca.

b. Alur (plot)

Alur (plot) merupakan unsur fiksi yang penting. Staton (1965: 14) mengemukakan plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Sejalan dengan Staton, Abrams (1981: 137) mengemukakan bahwa alur (plot) merupakan struktur

(28)

peristiwa-peristiwa, yaitu sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu.

Dalam cerita terdapat tahapan-tahapan yang terbentuk dalam rangkaian peristiwa. Berikut disajikan pendapat Tasrif mengenai tahapan alur yang disarikan oleh Nurgiyantoro (2010: 149) sebagai berikut.

1) Tahap situation (penyituasian)

Tahap ini berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal yang bertfungsi untuk melandasi cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya.

2) Tahap generating circumtances (pemunculan konflik)

Pada tahap ini konflik (masalah-masalah) mulai dimunculkan oleh pengarang. Jadi, tahap ini merupakan pemunculan awal konflik cerita dan akan berkembang pada tahap berikutnya.

3) Tahap rising action (peningkatan konflik)

Tahap ini merupakan tahap pengembangan konflik yang telah dimunculkan sebelumnya. Peristiwa di dalam cerita semakin mencekam dan menegangkan.

4) Tahap climax (klimaks)

Pada tahap ini pertentangan atau konflik yang terjadi mencapai titik puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh-tokoh utama yang berperan sebagai pelaku terjadinya konflik.

(29)

5) Tahap denouement (penyelesaian)

Tahap ini merupakan penyelesaian dari konflik yang telah mencapai klimaks. Konflik-konflik tersebut mulai diberi jalan keluar kemudian cerita diakhiri.

c. Tokoh dan penokohan

Tokoh dalah pelaku yang mengalami peristiwa dan perlakuan dalam berbagai cerita. Sudjiman (1988:16) menyatakan tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Sejalan dengan Sudjiman, Abrams (dalam Nurgiantoro, 2002:165) berpendapat bahwa tokoh atau pelaku cerita adalah orang – orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki moral dan kecenderungan tentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

Penokohan terlihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam cerita, ada tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita. Sebaliknya, ada tokoh yang hanya muncul sekali atau beberapa kali dalam cerita, antara lain: tokoh utama, tokoh tambahan, tokoh protagonis, tokoh antagonis, tokoh sederhana, dan tokoh bulat.

Penokohan adalah teknik menampilkan tokoh. Teknik penampilan tokoh atau penggambaran tokoh menurut Nurgiyantoro (2010:195-211) terbagi menjadi dua, yaitu:

(30)

1) Teknik analitik, yaitu pelukisan tokoh cerita yang dilakukan dengan memberikan deskripsi atau penjelasan secara langsung.

2) Teknik dramatik, yaitu pengarang tidak secara langsung mendeskripsikan sikap, sifat, tingkah laku, teknik pikiran lain, yang meliputi: teknik cakapan, teknik reaksi tokoh lain, teknik pelukisan latar, dan teknik pelukisan fisik.

Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa tokoh merupakan pelaku cerita yang hadir untuk menampilkan suatu karakter tertentu, sedangkan penokohan merupakan gambaran tentang seseorang yang ditampilkan dalam cerita.

d. Latar (setting)

Latar merupakan peristiwa-peristiwa dalam cerita terjadi pada suatu waktu atau dalam suatu rentan waktu tertentu. Latar (setting) adalah landas tumpu yang menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2010:216).

Nurgiyantoro (2002: 227-233) membedakan latar menjadi tiga unsur pokok, yaitu :

1) Latar tempat

Latar tempat merupakan latar yang menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya sastra, seperti : desa, sungai, jalan, hutan, dan lain-lain.

(31)

2) Latar waktu

Latar waktu merupakan latar yang menyarankan pada “kapan” terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra misalnya: tahun, musim, hari dan jam.

3) Latar sosial

Latar sosial merupakan latar yang menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya sastra, misalnya kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandanga hidup, cara berfikir dan bersikap.

Latar (setting) dalam cerita bukan semata-mata sebagai kapan dan dimana cerita itu terjadi, melainkan juga tempat pengambilan nilai-nilai yang akan diungkapkan pengarang dalam cerita tersebut. Oleh karena itu, biasanya pengarang tidak akan sembarangan dalam menentukan latar (setting) cerita karena latar sangat berperan dalam mendukung cerita baik itu dalam kaitanya dengan tema, sikap tokoh, dan peristiwa-peristiwa.

Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa latar (setting) adalah suatu linjgkungan atau tempat terjadinya peristiwa-peristiwa dalam karya satra, yang meliputi tempat, waktu, dan sosial.

e. Sudut Pandang (point of view)

Sudut pandang atau pusat pengisahan merupakan titik pandang dari sudut mana cerita itu dikisahkan (Nurgiyantoro, 2005:18). Ada dua metode penceritaan dalam pusat pengaisahan yaitu:

(32)

1) metode akuan, yakni aku bercerita tentang dirinya sendiri (aku kadang oleh pembaca diidentikan dengan pengarangnya),

2) metode diaan, artinya pengarang tidak tampak hadir dalam cerita tetapi dia berkedudukan sebagai yang serba tahu, cerita yang dikisahkan adalah cerita mereka.

f. Gaya Bahasa

Abrams (1981: 190-191) menjelaskan bahwa gaya bahasa adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa, atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan. Gaya bahasa pada hakikatnya merupakan teknik pemilihan ungkapan kebahasaan yang dirasa dapat mewakili sesuatu yang akan diungkapkan (Nurgiyantoro, 2010: 277). g. Amanat

Amanat terdiri dari 2 macam, yaitu tersurat dan tersirat. Amanat bersifat tersurat adalah amanat yang secara langsung disampaikan dalam karya sastra. Sebaliknya, amanat bersifat tersirat adalah amanat yang secara tidak langsung disampaikan oleh penulis, pembaca harus menyimpulkan sendiri amanat bacaan tersebut (Nurgiyantoro, 2010:335).

3. Nilai budaya

Orientasi nilai budaya dalam penelitian ini yang berhubungan dengan sitem nilai budaya dalam masyarakat. Koentjaraningrat (1975:32) menjelaskan bahwa sistem nilai budaya merupakan tingkat yang paling abstrak dari adat.

Suatu sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi, yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga masyarakat, mengenai hal-hal

(33)

yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Karena itu, suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Sistem-sitem tata kelakuan manusia lain yang tingkatanya lebih konkret, seperti aturan-aturan khusus, hukum dan norma-norma, semuanya juga berpedoman kepada sistem nilai budaya.

Sistem nilai-budaya dalam semua kebudayaan di dunia, meliputi: hakikat dari hidup manusia (MH), hakikat dari karya manusia (MK), hakikat dari kedudukan manusia dalam ruang waktu (MW), hakikat dari hubungan manusia dengan alam sekitar (MA), hakikat dari hubungan manusia dengan sesamanya (MM). (Kluckhohn dalam Koenjaraningrat, 1975:34-35).

Dari lima cabang nilai tersebut, peneliti budaya akan menerapkan ke dalam kancah fenomena di lapangan. Mungkin sekali, hanya sebagian yang ditemukan dan mungkin pula menemukan keseluruhan nilai. Semakin kompleks hidup manusia, tentu aneka nilai itu akan semakin nampak dalam kehidupannya. Dalam kaitanya dengan nilai moral atau budi pekerti kategori budi pekerti dapat dikelompokkan menjadi lima, yatu: (1) budi pekerti yang berhubungan antara manusia dengan Tuhan, misalnya: semedi, menyembah, berkorban, slametan dan sebagainya; (2) budi pekerti yang berhubungan antara manusia dengan manusia, misalkan sikap gotong royong, rukun, membantu, kasih-mengasihi; (3) budi pekerti yang berhubungan antara manusia dengan alam semesta, yaitu sikap tak semena-mena kepada benda mati (batu, air, sungai, gunung); (4) budi pekerti yang berhubungan antara manusia dengan mahkluk lain, misalkan jin, setan, hewan, tumbuhan dan lain-lain; (5) budi

(34)

pekerti yang berhubungan antara manusia dengan diri sendiri (Endraswara, 2002: 83).

4. Skenario Pembelajaran Sastra di kelas XI SMA a. Pembelajaran sastra

Pembelajaran sastra merupakan penyajian karya sastra dalam situasi belajar mengajar kelas yang bertujuan untuk menanamkan sikap positif terhadap hasil karya sastra dalam wujud pemahaman transformasi dari tekstual ke faktual. Pembelajaran sastra meliputi salah satu bidang yang luas, karena pengertian sastra mencakup isi yang beraneka ragam, termasuk dalam pembelajaran sastra misalnya: puisi, drama, cerpen, dan novel.

Salah satu kelebihan novel sebagai bahan pembelajaran sastra adalah cukup mudah karya sastra tersebut dinikmati sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing dalam memahami cerita sesuai perseorangan. Namun, tingkat kemampuan tiap-tiap individu tidak sama (Rahmanto, 1988:66).

b. Manfaat Pembelajaran Sastra

Endraswara (2005: 51-59) menyatakan bahwa pembelajaran sastra bermanfaat untuk memberi wawasan kemanusiaan, mendidik jiwa bangsa, dan memberi wawasan budaya kepada peserta didik. Sejalan dengan Endraswara, Moody (dalam Endraswara, 2005: 56-57) menyatakan bahwa pembelajaran pembelajaran sastra dapat membantu pendidikan yang cakupannya meliputi 4 manfaat, yakni: membantu keterampilan berbahasa,

(35)

meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, serta menunjang pembentukan watak.

c. Materi Pembelajaran Sastra

Depdiknas (2006: 3-4) menyebutkan bahwa bahan pembelajaran/materi pembelajaran adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM), baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.

Bahan pembelajaran yang disajikan kepada siswa harus sesuai dengan kemampuan siswanya pada suatu tahapan pengajaran tertentu. Guru harus dapat memilih bahan yang tepat dengan tingkat perkembangan siswa.

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang saat ini digunakan di semua jenjang pendidikan. Sesuai dengan Undang- undang Sistem Pendidikan Nasional, mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonessia, khususnya pembelajaran sastra di SMA kurikulum 2013 meliputi kompetensi isi, kompetensi dasar, dan indikator kompetensi.

Kompetensi Inti (KI) 2: Memiliki sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia dengan cara mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia dan mengapresiasi sastra Indonesia sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. Kompetensi dasar 2.4 mengembangkan sikap apresiatif dalam menghayati karya sastra.

Berdasarkan paparan KI dan KD di atas sesuai dengan kurikulum 2013 dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sastra di SMA dapat

(36)

menggunakan novel sebagai materi pembelajaran sastra. Novel yang digunakan harus mempunyai nilai estetik dan mengandung nilai-nilai pendidikan yang berguna bagi siswa. Novel yang digunakan sebagai materi pembelajaran di kelas XI SMA adalah novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa dengan penjelasan mengenai nilai budaya.

Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan agar bahan pembelajaran yang dipilih tepat, sesuai dengan yang diungkapkan Rahmanto, (1988: 27-31) ada tiga aspek penting yang tidak boleh dilupakan jika kita ingin memilih bahan pembelajaran sastra, yaitu: aspek bahasa, aspek kematangan jiwa (psikologi), dan aspek latar belakang kebudayaan siswa. Novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa syarat akan aspek tersebut. d. Model Pembelajaran

Model pembelajaran menurut Suprijono (2010: 46) adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dengan kata lain model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Model pembelajaran yang penulis gunakan adalah pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan

(37)

informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas (Suprijono, 2013: 55).

Untuk pencapaian hasil yang maksimal, lima unsur dalam pembelajaran kooperatif harus diterapkan (Suprijono, 2009: 58). Lima unsur tersebut adalah positive interpendence (saling ketergantungan positif); personal responsibility (tanggung jawab perseorangan); face to face promotive interaction (interaksi promotif); interpersonal skill (komunikasi antaranggota); dan group processing (Pemrosesan kelompok).

Supaya pembelajaran kooperatif berjalan maksimal, sebagai guru wajib memahami sintak model pembelajaran kooperatif. Sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari enam fase (Suprijono, 2009: 65).

(38)

Tabel 1. Sintak Model Pembelajaran

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 1: Present goals and set Menyampaikan

tuju-an dtuju-an mempersiapktuju-an peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar

Fase 2: Present Information

Menyajikan informasi Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal Fase 3: Organize student into

learning teams

Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien

Fase 4: Assist team work and study

Membantu kerja tim dan belajar Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya Fase 5: Test on the materials

Mengevaluasi Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6: Provide recognition Memberikan pengakuan a-tau penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok

e. Langkah-langkah Pembelajaran

Langkah-langkah pembelajaran adalah tahap-tahap yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Tahap-tahap tersebut dipilih dan ditentukan masing-masing guru sesuai dengan model dan metode yang digunakan.

Menurut Rahmanto (1988: 43), guru hendaknya selalu memberikan variasi dalam menyampaikan pembelajaran, sehingga siswa tidak jenuh dan selalu siap menanggapi berbagai rangsangan. Langkah-langkah pembelajaran menurut Rahmanto (1988: 43) sebagai berikut.

(39)

1) Pelacakan pendahuluan

Guru mempelajari terlebih dahulu materi yang akan diajarkan untuk memperoleh pemahaman awal tentang novel yang akan disajikan sebagai bahan ajar agar dapat menentukan aspek-aspek yang perlu mendapat perhatian khusus dan masih perlu dijelaskan.

2) Penentuan sikap praktis yang menentukan informasi yang dapat diberikan oleh guru untuk mempermudah siswa dalam memahami novel yang disajikan, keterangan yang diberikan hendaknya jelas dan seperlunya. 3) Introduksi

Pengantar yang diberikan tergantung pada setiap guru dan keadaan siswa. 4) Penyajian

Tahap penyajian yaitu menyajikan materi yang telah disiapkan untuk diajarkan kepada siswa.

5) Tugas-tugas praktis

Pada tahap ini, siswa diberi tugas-tugas praktis diawali dengan pertanyaan-pertanyaan ringan.

f. Evaluasi

Sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah (school based management), guru berwenang untuk melakukan inovasi dan improvisasi dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah (Mulyasa, 2003: 14). Sejalan dengan itu, guru dapat mengembangkan berbagai strategi penilaian, asal tetap memperhatikan prinsip berkelanjutan.

(40)

1) Tugas: siswa diminta berdiskusi untuk memahami struktur dan kaidah teks novel.

2) Observasi: mengamati kegiatan peserta didik dalam proses mengumpulkan data, analisis data, dan pembuatan laporan.

3) Portofolio: menilai laporan peserta didik tentang struktur dan kaidah teks novel.

4) Tertulis: menilai kemampuan peserta didik dalam dalam memahami, menerapkan, dan menginterprestasi makna teks novel.

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian atau yamg menyangkut bagaimana kita mengadakan penelitian. Peneliti harus memilih metode dan langkah-lagkah yang tepat yang sesuai dengan karakteristik objek penelitiannya (Jabrohim, 2012:18).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah kualitatif yang hanya meneliti teks itu sendiri. Dengan metode kualitatif penulis berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku tokoh-tokoh cerita dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri.

Dalam hal ini diuraikan secara rinci mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan penelitian yang meliputi: objek penelitian, fokus penelitian, sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, teknik penyajian hasil analisis.

A. Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan apa saja yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006:116). Objek penelitian ini difokuskan pada nilai budaya novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa yang diterbitkan oleh Penerbit Navila, Yogyakarta pada tahun 2007 (cetakan pertama).

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran nilai budaya yang terdapat dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa untuk

(42)

diaplikasikan dalam skenario pembelajaran di kelas XI SMA. Oleh karena itu, fokus dari penelitian ini adalah unsur intrinsik dan nilai budaya dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa dan skenario pembelajarannya di kelas XI SMA.

C. Sumber Data

Data adalah bahan berupa fakta atau angka untuk menyusun suatu informasi (Arikunto, 2010:161). Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. Data penelitian ini berupa narasi dan percakapan, data tersebut diambil/dikutip dari sumber data novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa, diterbitkan pada tahun 2007 oleh penerbit Navila Yogyakarta.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah nota pencatatan data beserta alat tulisnya. Namun, peneliti sendiri juga merupakan instrumen penelitian karena yang melakukan observasi dan menggunakan alat-alat yang berupa check-list atau catatan-catatan, dan alat tulis lainya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi. Teknik observasi ialah membaca secara kritis dan teliti seluruh wacana dan dialog dalam sebuah teks sastra (Arikunto, 1988:139). Oleh karena itu, dalam penelitian ini novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa dibaca secara kritis dan teliti seluruh wacana dan dialognya. Dari hasil pembacaan yang teliti tersebut penulis

(43)

temukan data yang penulis catat dalam kartu pencatat data. Selanjutnya, data-data tersebut dikelompokkan atau diklasifikasikan berdasarkan nilai-nilai budaya. F. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunaka metode content analysis (analisis isi). Menurut Arikunto (1988:138) mengatakan, metode content analysis adalah membahas data dengan mengkaji seluruh isi dalam sebuah novel. Dalam penelitian ini, yang dimaksudkan adalah membaca keseluruhan novel Sinden Karya Purwadmadi Admadipurwa. Pengkajian atau analisis data berdasarkan aspek-aspek nilai budaya. Selanjutnya, hasil analisis diaplikasikan dalam skenario pembelajaran di kelas XI SMA.

Berdasarkan uraian di atas, langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Membaca novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa.

2. Membaca referensi-referensi yang relevan dengan objek penelitian. 3. Mencatat data yang diperlukan dalam kartu pencatat data.

4. Mengidentifikasi data, yaitu mengelompokkan atau mengklasifikasikan data yang sudah terkumpul sesuai aspek pandangan hidup.

5. Menganalisis data dengan aspek-aspek nilai budaya dalam karya sastra. 6. Menyusun hasil analisis.

(44)

7. Hasil analisis yang telah didapat kemudian disajikan dalambentuk skenario pembelajaran sastra di kelas XI SMA.

G. Teknik Penyajian Hasil Analisis

Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian deskripsif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang mengumpulkan data dan memberikan penafsiran terhadap hasil tidak menggunakan angka, menekankan pada deskripsi (Arikunto, 2006:12)

Dalam penelitian ini data penyajian hasil analisis disajikan dengan teknik penyajian data informal. Berbentuk deskripsi dengan kata-kata. Menurut Sudaryanto (1993: 145), teknik informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa.

(45)

BAB IV

PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN DATA

Bab ini berisi dua subbab yaitu penyajian data dan pembahasan data hasil penelitian yang terdiri dari unsur intrinsik, nilai budaya, dan skenario pembelajarannya di kelas XI SMA.

A. Penyajian Data

Sebelum melakukan analisis, penulis terlebih dahulu menyajikan data-data yang relevan. Data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan narasi dan percakapan dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. Penulis menyajikan data unsur intrinsik, nilai budaya, dan skenario pembelajarannya di kelas XI SMA. Di bawah ini merupakan penyajian data tersebut.

1. Unsur intrinsik novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa

Data hasil penelitian novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa berkaitan dengan unsur intrinsik disajikan dalam bentuk tabel. Di bawah ini disajikan tabel 2 yang berisi data tema dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa sebagai berikut.

(46)

Tabel 2

Data Tema dalam Novel Sinden Karya Purwadmadi Admadipurwa

Nomor data Tema Halaman

buku 1 a. Komunis sudah dianut oleh Lurah

Sumberwungu

71 2 b. Warga yang tidak setuju dengan ideologi

partai komunis mulai bertindak 72

3 c. Kalangan seniman ingin berjuang melalui

sinden 89

4 d. Masalah kesenian Sumberwungu yang

akan dihancurkan 247

Latar terbagi menjadi tiga, yaitu: latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Di bawah ini disajikan tabel 3 yang berisi data dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa sebagai berikut.

Tabel 3

Data Latar dalam Novel Sinden Karya Purwadmadi Admadipurwa

Nomor data Latar Halaman buku

3-5 a. Latar tempat 7, 46, 58

6-9 b. Latar waktu 18, 44, 159, 163

10-11 c. Latar sosial 2, 17

Di dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipuwa pengarang menggunakan sudut pandang narrator observe yaitu sudut pandang orang ketiga mahatahu, tetapi hanya dalam batas-batas tertentu. Sudut pandang ini ditandai adanya penggunaan kata kata ganti orang ketiga, seperti dia, ia, mereka, ataupun nama. Di bawah ini disajikan tabel 4 yang berisi data sudut pandang dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipuwa sebagai berikut.

(47)

Tabel 4

Data Sudut Pandang dalam Novel Sinden Karya Purwadmadi Admadipurwa

Nomor data Sudut pandang Halaman buku

12-13 narrator observe 11,14

Alur terbagi menjadi lima tahapan, yaitu: tahap situation (tahap penyituasian), tahap generating circumstances (tahap pemunculan konflik), tahap rising action (tahap peningkatan konflik), tahap climax (tahap klimaks), dan tahap denoument (tahap penyelesaian. Di bawah ini disajikan tabel 5 yang berisi data alur novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa sebagai berikut.

Tabel 5

Data Alur dalam Novel Sinden Karya Purwadmadi Admadipurwa

Nomor data Alur Halaman buku

14 a. Situation 5

15 b. generating circumstances 51

16 c. tahap rising action 56

17 d. climax 61

18 e. denoument 271

Tokoh dalam cerita terbagi menjadi dua, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Di bawah ini disajikan tabel 6 yang berisi data tokoh dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa sebagai berikut.

Tabel 6

Data Tokoh dalam Novel Sinden Karya Purwadmadi Admadipurwa

Nomor Data Tokoh Halaman Buku

19 a. Tokoh Utama 14,62

20-25 b. Tokoh Tambahan 9, 11, 17, 22, 24, 75

(48)

2. Nilai Budaya dalam Novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa

Data hasil penelitian novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. Berkaitan dengan nilai budaya yang terdapat dalam novel disajikan dalam bentuk tabel. Di bawah ini disajikan tabel 7 yang berisi data nilai budaya dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa. Sebagai berikut.

Tabel 7

Nilai Budaya dalam Novel Sinden Karya Purwadmadi Admadipurwa Nomor

Data Nilai Budaya Halaman buku

27-28 a. Hubungan manusia dengan

masyarakat WibawaGotong Royong 24-2562

Musyawarah 118

29-32 b. Hubungan manusia dengan manusia lain Ramah 182 Simpati 154, 194 Suka menolong 20 Sopan 69,124, 32 Keakraban 18

33-36 c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri

Pandai 53

Suka belajar 9-10

Tidak mudah putus

asa 27

Mandiri 85

3. Skenariopembelajaran sastra dengan materi unsur intrinsik dan nilai budaya dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa di Kelas XI SMA

Pembelajaran novel di kelas XI SMA telah dimuat dalam silabus pada kompetensi dasar tertentu. Berkaitan dengan pembelajaran novel tersebut, penulis menyusun skenario pembelajaran novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa di sekolah terkait dengan strategi belajar mengajar di kelas XI SMA. Di bawah ini adalah pembelajaran novel tersebut.

(49)

a. Kompetensi Inti

Memiliki sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia dengan cara mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia dan mengapresiasi sastra Indonesia sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

b. Kompetensi Dasar

Mengembangkan sikap apresiatif dalam menghayati karya sastra. c. Indikator

1) mengidentifikasi unsur intrinsik (tema, latar, alur, tokoh dan penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat) novel yang telah dibaca;

2) mengidentifikasi nilai budaya novel yang telah dibaca;

3) mengaitkan unsur intrinsik (tema, latar, alur, tokoh dan penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat) dan nilai budaya novel yang telah dibaca dalam kehidupan sehari-hari.

d. Tujuan Pembelajaran

1) Siswa mampu mengidentifikasi unsur intrinsik (tema, latar, alur, tokoh dan penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat).

2) Siswa mampu mengidentifikasi nilai budaya pada novel yang telah dibaca. 3) Siswa mampu mengaitkan unsur intrinsik dan nilai budaya novel yang telah

dibaca dalam kehidupan sehari-hari. e. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran merupakan sesuatu yang diajarkan dalam kegiatan belajar mengajar. Materi yang disampaikan dalam pembelajaran di kelas XI SMA adalah unsur intrinsik (tema, latar, alur, tokoh dan penokohan, sudut pandang,

(50)

dan amanat) dan nilai budaya yang terdapat dalam novel, serta naskah novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa.

f. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran yang penulis gunakan adalah pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru. Dalam kegiatan ini guru memberikan penugasan kepada kelompok untuk membaca naskah novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa.

g. Alokasi waktu

Sesuai dengan silabus waktu yang disediakan untuk pembelajaran sastra yaitu 4 jam pelajaran.

h. Sumber belajar

Sumber belajar yang digunakan, yaitu BSE Bahasa Indonesia kelas XI dan buku penunjang yang dapat digunakan seperti: Teori Pengkajian Fiksi karya Burhan Nurgiyantoro, Budaya Mentalitet dan Pembangunan karya Koenjaraningrat. Siswa juga diijinkan menggunakan internet sebagai referensi untuk menambah wawasan tentang unsur intrinsik dan nilai budaya dalam karya sastra.

i. Langkah-langkah pembelajaran

Langkah- langkah pembelajaran adalah tahapan yang dilakukan dalam proses belajar mengajar. Kegiatan terstruktur agar pembelajaran tepat sasaran. Langkah-langkah pembelajaran adalah (1) guru menyampaikan tujuan

(51)

pembelajaran dan memotifasi siswa; (2) guru menyajikan informasi; (3) mengorganisasi siswa dalam kelompok; (4) membimbing siswa dalam belajar kelompok; (5) evaluasi; (6) pengarahan.

j. Evaluasi pembelajaran

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat penguasaan materi siswa terhadap materi yang dibahas. Evaluasi yang digunakan yaitu tugas, observasi, portofolio, tes tertulis.

B. Pembahasan Data

Penulis menyajikan data tentang unsur intrinsik, nilai budaya dan skenario pembelajaran di kelas XI SMA. Data berupa narasi dan percakapan dari objek penelitian. Berikut data yang diambil dari penelitian.

1. Unsur Intrinsik Novel Sinden Karya Purwadmadi Admadipurwa

Dalam penelitian ini dibahas unsur intrinsik dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa.

a. Unsur Intrinsik dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa

Unsur intrinsik novel meliputi tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat. Berikut ini disajikan pembahasan untuk setiap unsur tersebut.

1) Tema (theme)

Tema adalah gagasan dasar dan makna yang dikandung sebuah oleh cerita. Untuk mendapatkan tema, terlebih dahulu harus diidentifikasi maslah-masalah yang terdapat di dalam cerita yang dapat membantu menemukan tema.

Pengertian masalah dengan tema berbeda karena masalah merupakan suatu unsur yang membangun tema sehingga timbul beberapa masalah yang mendukung

(52)

tema. Masalah yang terdapat dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa antara lain:

a) Komunis sudah dianut Lurah Sumberwungu

Di bawah ini disajikan data (1) yang berisi masalah pemuda berkumpul di halaman balai desa yang terdapat dalam novel Sinden sebagai berikut.

“Ponco kamu memang sewenang-wenang. Dasar!”kata Tarman tegas. Meski kata-katanya belum usai namun semua cukup maklum, yang dimaksud Tarman. Lurah Ponco membeliak mendengar kata-kata keras itu. Lurah Ponco selalu menonak dituduh komunis meski ia selalu berhubungan dengan orang-orang partai (Admadipurwa, 2007:71).

Berdasarkan kutipan di atas, penulis menyimpulkan bahwa Lurah Ponco adalah salah satu anggota partai komunis yang berkuasa di desa Sumberwungu. Oleh sebab itu, Tarman selalu menentang Lurah Ponco agar komunis tidak berkembang di Sumberwungu.

b) Warga yang tidak setuju dengan ideologi partai komunis mulai bertindak. Hal ini dapat dilihat pada data (2) sebagai berikut.

Pak Mantri dan Tarman memang merasa sudah saatnya memusuhi Ponco dan Mangun secara terang-terangan. Sebab kalau tidak, kasihan rakyat yang tak berdosa dan tak tahu papa-apa, jadi korban ambisi mereka. Dan Tarman juga tahu, Ponco dan Mangun tak seberapa berbahaya disbanding dengan ajaran-ajarannya. Pak Mantri, Tarman dan Gendon bertekad membendung pengaruh Ponco. Pak Mantri yang mengupayakan kesejahteraan warga, Tarman yang berusaha mencerdaskan kehidupan rakyat dan Gendon memberikan siraman rokhani (Purwadmadi, 2007: 72).

Dari uraian tersebut di atas, penulis menyimpulkan bahwa beberapa warga yang tau akan bahaya ajaran partai yang Ponco anut, mereka menyusun strategi untuk melawan Ponco secara halus. Cara-cara yang mereka gunakan cara yang tidak menimbulkan konflik.

(53)

c) Kalangan seniman ingin berjuang melalui sinden. Nyai Estu merupakan tokoh kesenian di desa Sumberwungu. Ia tidak mau ketinggalan dalam hal perjuangan. Hal ini dapat dilihat pada data (3) sebagai berikut.

Estu ingin melahirkan sinden bersuara emas yang kondang. Ia ingin mencetak sinden. Ia ingin Tumi menjadi kembang sinden dan mengalahkan semua sinden yang dipersiapkan orang-orang Poncodriyo. Ia ingin berjuang melalui sinden. Melalui seorang anak dara, Tumi (Purwadmadi, 2007: 89).

Dari kutipan di atas, penulis menyimpulkan bahwa Nyai Estu juga mempunyai cara untuk berjuang melawan PKI melalui kesenian. Cara yang Nyai Estu pilih adalah dengan melahirkan sinden baru yang baik yang dapat menjadi panutan warga Sumberwungu.

d) Masalah kesenian Sumberwungu yang akan dihancurkan

Di bawah ini disajikan data (4) yang berisi masalah kesenian Sumberwungu yang akan dihancurkan yang terdapat dalam novel Sinden sebagai berikut.

Murid Ki Dipocarito tidak hanya banyak tersebar di Argalaksa tetapi juga melebar sampai di daerah Surakarta dan Yogyakarta. Apabila Ki Dipocarito dapat berkompromi dan menjalankan misi partai, maka seni pedalangan dan karawitan akan gampang ditekuk bertekuk lutut pada propaganda partai. Demikian juga dengan Nyai Estu Suminar yang memiliki banyak murid sinden (Admadipurwa, 2007:247).

Dari kutipan narasi di atas, penulis menyimpulkan bahwa kesenian di Argalaksa begitu besar dan para pemuka kesenian menjadi idola kebanyakan masyarakat. Oleh sebab itu, partai komunis ingin memanfaatkan kesenian perwayangan dan karawitan sebagai sarana kampanye namun, partai komunis mendapat perlawanan dari sebagian seniman yang ada di Sumberwungu seperti Nyai Estu Suminar dan rekan-rekanya.

(54)

Berdasarkan seluruh masalah di atas, penulis menyimpulkan bahwa tema yang terkandung dalam novel Sinden karya Purwadmadi Admadipurwa adalah “perjuangan para seniman dan sebagian masyarakat melawan partai komunis”. Perjuangan para seniman ditampilkan pada tokoh Nyai Estu beserta rekan-rekannya sedangkan perjuangan masyarakat ditampilkan pada tokoh Tumi, Karto, guru Tarman, Gendon dan lain-lain.

2) Latar (setting)

Latar (setting) adalah landas tumpu yang menyaran pada hubungan tempat, hubungan waktu, dan hubungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Unsur latar dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a) Latar Tempat

Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan. Berikut penulis sajikan latar tempat yang terdapat dalam novel Sinden.

(1) Emper rumah

Emper merupakan serambi( di samping, di muka, atau di belakang rumah atau bangunan); atap tambahan yang bersambung pada rumah induk (KBBI: 370).. Di dalam novel Sinden menggunakan latar tempat yaitu emper rumah yang dapat dilihat pada data (5) di bawah ini.

Karto duduk di lincak, bagian emper rumahnya. Waktu itu Tumi baru saja pulang berlatih nyinden di rumah Nyai Estu, sinden ternama. Tumi cercita-cita menjadi sinden (Admadipurwa, 2007:7).

Dari kutipan di atas, penulis menyimpulkan latar tempat berada di emper rumah. Emper rumah tanpa pagar ini menjadi tempat nyaman untuk berinteraksi karena sejuk oleh angin yang berhembus setiap saat. Emper rumah juga menjadi

(55)

tempat hilangnya Rudito saat tergeletak karena minuman keras. Hal ini dapat dilihat pada data (6) sebagai berikut.

Siang tadi, Karto pergi ke ladang mengairi tanamannya sepeninggalan Tumi berangkat belajar nyinden ke rumah Nyai Estu. Ia membiarkan Rudito, terlelap mabuk di emperan rumahnya. Hingga seperempat malam ia di ladangnya pekedemikian biasanya ia lakukan (Admadipurwa, 2007:58).

Dari kutipan narasi di atas, penulis menyimpulkan peristiwa hilangnya Rudito saat ia tergeletak di emper rumah Karto dan ditinggal pergi ke ladang. Sepulang dari ladang, Rudito yang tadinya tergeletak sudah tidak ada dan hanya bercak darah yang tersisa berceceran.

(2) Kamar tidur

Kamar merupakan ruang yang bersekat(tertutup) dinding yang menjadi bagian rumah atau bangunan (KBBI: 611). Di dalam novel Sinden menggunakan latar tempat kamar tidur dapat dilihat pada data (7) di bawah ini.

Tumi tak kuasa menolak. Begitu masuk kamar itu Tumi langsung terperangah. Sebuah kamar yang mewah, tempat tidur lebar berkelambu. Almari besar berisi baju-baju indah. Baunya harum melati dan di pojok ruangan terdapat sebuah songsong (paying kebesaran) yang tertutup dan sebilah tombakdengan landeyan (tangkai) panjang. Pusaka yang menemani selama ini (Admadipurwa, 2007:46).

Dari kutipan narasi di atas, penulis menyimpulkan bahwa latar tempat berada di kamar tidur Nyai Estu. Tumi malam itu hedak menginap di rumah Nyai Estu karena latihan sampai larut malam. Ketika Tumi hendak tidur di ruang tamu Nyai Estu memaksa untuk tidur bersamanya karena Tumi sudah dianggap sebagai anak Nyai Estu, bukan sekadar murid.

(56)

(3) Jalan setapak

Jalan adalah tempat untuk lalu lintas orang (KBBI: 558). Jalan setapak adalah jalan yang memiliki lebar kurang lebih 50cm. Di dalam novel Sinden menggunakan latar jalan setapak yang dapat dilihat pada data (8) di bawah ini.

Tidak tau kenapa orang-orang yang yang lewat jalan itu selalu menapak di tempat orang lain juga menapak sehingga di bagian tersebut rumput tak tumbuh. Seperti kebiasaan orang desa, berjalan selalu beriringan muka belakang bukan berjajar berjalan bersama. Rumputan di kanan kiri “jalan setapak” malam itu tampak hitam (Admadipurwa, 2007:58).

Dari kutipan di atas, penulis menyimpulkan latar tempat berada di jalan setapak. Malam itu Karto menyusul Tumi yang menginap dirumah Nyai Estu. Karto memberi kabar bahwa Rudito hilang, mereka bergegas kembali ke rumah Karto dengan melewati jalan setapak.

b) Latar Waktu

Selain latar tempat, juga digunakan latar waktu untuk mendukung cerita. Latar waktu yang berkaitan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah cerita. Di bawah ini disajikan data yang berkaitan dengan latar waktu sebagai berikut.

(1) Siang hari

Kebiasaan Karto sembari melepas lelah setelah petang hari ia habiskan untuk bercocok tanam di kebun ia beristirahat sambil mengayam kipas. Ketika itu Karto mengayam kipas di siang hari. Hal tersebut dapat dilihat pada data (9) sebagai berikut.

Siang semakin membumbung. Hari panas namun angin gunung sabar menyejukkannya. Karto selesai menganyam kipas. Dalam duduk siang di emperan rumahnya, Karto seperti membiarkan lamunannya mengembang. Saat sedang menyeruput the pahitnya, Tumi berlarian, tergopoh-gopoh,

(57)

menangis tanpa membawa apapun. Bahkan ia hanya mengenakan kain jarit penutup tubuhnya (Admadipurwa, 2007:18).

Dari kutipan di atas, penulis menyimpulkan bahwa latar waktu adalah siang hari. Hal ini dapat dilihat pada penggalan kutipan, “Hari panas namun angin gunung sabar menyejukkannya. Karto selesai menganyam kipas”. Dalam kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa latar waktu adalah siang hari.

(2) Malam hari

Hari itu Tumi belajar hingga malam hari meski rekan-rekan yang belajar di tempat Nyai Estu sudah lebih dahulu pulang. Latar waktu malam hari pada novel Sinden dapat dilihat pada data (10) sebagai berikut.

Hari berangkat malam. Tinggal Tumi yang masih berada di rumah Nyai Estu. Kawanya, sesama gadis yang belajar sinden kepada Nyai Estu sudah pada pulang sejak sebelum senja. Tumi biasanya menghabiskan malam latihannya berdua dengan Nyai Estu. Tumi menginap, menemani Nyai Estu dan esoknya baru pulang (Admadipurwa, 2007:44).

Dari kutipan di atas, penulis menyimpulkan latar waktu adalah malam hari. Sudah menjadi kebiasaan Tumi belajar Nyinden sampai malam hari.

(3) Sore hari

Tumi, Nyai Estu, dan Tarman terlibat obrolan serius ketika mereka berada di bawah pohon yang berada tak jauh dari sungai. Mereka membicarakan tentang permasalahan yang sedang terjadi selepas Karto ditangkap oleh polisi. Hal tersebut mereka bicarakan sore hari, dapat dilihat pada data (11) sebagai berikut.

Hari makin sore dan sinar matahari tak lagi begitu panas. Anak-anak gembala sudah mulai menggiring ternak ke pinggir sungai yang banyak ditumbuhi rumput liar. Penggembala itu melihat Tumid dan Tarman sedang duduk-duduk di bawah asam kranji, tebing kali Sumberwungu (Admadipurwa, 2007:159).

(58)

Dari kutipan di atas, penulis menyimpulkan latar waktu adalah sore hari. Hal ini penulis simpulkan berdasarkan penggalan kutipan “Hari makin sore dan sinar matahari tak lagi begitu panas”. Latar waktu sore hari juga pengarang gunakan pada bagian selanjutnya ketika Tumi, Tarman dan Nyai Estu beranjak meninggalkan pohon Asam Kranji. Hal ini dapat dilihat pada data (12) sebagai berikut.

Gembala meneruskan langkahnya, memburu kerbaunya yang akan makan tanaman di ladang orang. Mereka menatap anak gembala makin menjauh melangkah menuju lereng rumput. Mereka bertiga beranjak meninggalkan kali berbatas rimbun daun-daun pandan. Banyak orang dewasa di Sumberwungu yang mulai gelisah. Hari makin senja, matahari seakan begitu cepat melorot ke kaki langit (Admadipurwa, 2007:163).

Uraian di atas berisi latar waktu sore hari. Hal ini dapat dilihat pada penggalan kutipan “Hari makin senja, matahari seakan begitu cepat melorot ke kaki langit”. Penggalan kutipan tersebut memberikan gambaran bahwa sore hari semakin petang dan hari mulai malam.

Berdasarkan seluruh kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa latar waktu terjadinya peristiwa dalam novel Sinden adalah siang hari, malam hari dan sore hari. Latar waktu disajikan secara utuh oleh pengarang sehingga menimbulkan imaginasi pembaca.

c) Latar Sosial

Latar sosial adalah hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat suatu tempat yang diceritakan dalam cerita. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencangkup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks, misalnya berupa kebiasaan hidup, cara berpikir, dan lain-lain yang

Gambar

Tabel 1. Sintak Model Pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengidentifikasi Hubungan Mekanisme Koping terhadap Tingkat Kecemasan menghadapi persalinan pada ibu hamil trimester III dengan hipertensi di Puskesmas

Dari Gambar 11 di atas menunjukan bahwa dengan melakukan penambahan sekat dimana dapat dilihat pada kapal dengan ruang muat 1 sekat nilai GM semakin menjauhi syarat

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Penulis di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Unit Mikro Mandiri, maka dapat diambil kesimpulan upaya bank dalam penyelesaian kredit

Tegan said nothing, but her wide-eyed terror overwhelmed Adric, Berger and Briggs, who stood in frozen silence gazing expectantly at the Doctor.. Sweat broke out on the Doctor’s

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan perhitungan perkiraan penerimaan dari pelampauan pendapatan dan/atau penghematan belanja tahun sebelumnya yang

Dukungan dari petugas kesehatan sangat penting dan berarti bagi pasien ODHA sesuai dengan Penelitian mengenai persalinan pada pasien ODHA pernah dilakukan oleh

MASYARAKAT PEMDES Puskesmas/Ranap BPD K Poktan/Pokmas PPL/Posludes Sekolah Kopdit/Bank RT/RW LembagaAdat Linmas Gereja/Biara Polindes PKK Koptan/UPH UPK/BKAD

Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru matematika dalam pembelajaran matematika melalui penerapan metode