IDENTIFIKASI DAN ANALISIS HUBUNGAN PANJANG BOBOT
IKAN GELODOK (FAMILI : GOBIIDAE) DI PANTAI BALI
DESA MESJID LAMA KECAMATAN TALAWI
KABUPATEN BATU BARA PROVINSI SUMATERA UTARA
Identification and Lenght Weight Relationship Analysis Of Mudskipper (Family: Gobiidae) At The Bali Beach, Mesjid Lama Village, Sub-District Talawi, DistrictOf Batu Bara, North Sumatra Province
Sabilah Fi Ramadhani 1), Yunasfi 2), Ahmad Muhtadi Rangkuti 2)
1)
Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Univeritas Sumatera Utara, (Email : sabilafi@gmail.com)
2)
Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Bali beach is one of the beaches in the Batu Bara, precisely located in the Mesjid Lama Village, Sub-district of Talawi, District of Batu Bara, North Sumatra Province. There is a coastal mangrove forests in this area. Mangrove is a good habitat for mudskipper. The research aims to determine identification and lenght weight analysis of mudskipper. The research was conducted from March until June 2014. The Method of the research is purposive sampling. For fishing example, the stations or area was used consisted of three transects of which are with beaches, mangroves, and rivers. There are four types of fish can be found in those areas, which are Periophthalmus chrysospilos, Periophthalmus gracilis, Boleophthalmus boddarti and Periophthalmonodon schlosseri. If we sorted that length weight relationship were 3.26 cm, 0.91 cm, 3.06 cm, and 3.01 cm. Keywords: Bali Beach, identification, length weight relationship, Mudskipper.
PENDAHULUAN
Mangrove menjadi daerah yang memiliki wilayah yang basah dan kering dalam suatu waktu tertentu. Menghadapi lingkungan yang seperti ini biota yang hidup didalamnya telah mengembangkan kemampuan menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut. Satu diantara contoh biota yang mampu hidup dalam keadaan tersebut adalah ikan gelodok.
Pantai Bali merupakan salah satu pantai yang terdapat di pesisir daerah memiliki hutan mangrove yang masih alami di Desa Mesjid
Lama Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara. Hutan mangrove merupakan habitat yang baik bagi ikan gelodok, karena ikan tersebut masih banyak ditemukan disana.
Ikan gelodok merupakan ikan yang unik, ikan ini dapat bergerak menggunakan siripnya sebagai bentuk adaptasi morfologi terhadap kondisi tempat tinggalnya. Ikan ini memiliki nama internasional mudskipper.
Menurut Al-Behbehani dan Ebrahim (2010) ikan gelodok mampu bertahan di daerah pasang surut karena memiliki kemampuan
bernafas melalui kulit tubuhnya dan lapisan selaput lendir di mulut serta kerongkongannya.
Pada ekosistem mangrove ikan gelodok merupakan konsumen tingkat pertama maupun tingkat kedua dalam rantai makanan. Menurut Polgar dan Lim (2011), ikan gelodok merupakan jenis ikan yang berukuran kecil yang menempati posisi konsumen primer dan sekunder dalam rantai makanan.
Informasi tentang kajian mengenai ikan gelodok di Indonesia masih sedikit. Untuk itu diperlukan informasi lebih lanjut tentang ikan gelodok meliputi identifikasi jenis dan hubungan panjang bobot. Hal ini
dapat membantu dalam
pemanfaatannya pada masa yang akan datang.
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2014 sampai dengan Juni 2014 di Pantai Bali Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara. Pengambilan contoh ikan gelodok dilakukan dengan interval waktu selama 2 minggu selama 1 bulan. Identifikasi jenis ikan menggunakan buku Kottelat, dkk (1993) dilakukan di Laboratorium Terpadu Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah alat tangkap tanggok, indikator pH, refraktometer, timbangan digital Ohaus dengan ketelitian 0,01 g, cool box, plastik, tali rafia, Global Positioning System (GPS), alat tulis, kamera, penggaris, kertas millimeter. Bahan yang digunakan adalah ikan gelodok, KOH-KI, MnSO4, Na2S2O3,
H2SO4, amilum, formalin 4%,
alkohol, aquades.
Metode Pengambilan Contoh Metode yang digunakan adalah Purposive Sampling yang dibagi menjadi 3 stasiun. Ukuran setiap transek adalah 10 x 10 m. Pengambilan contoh dilakukan mulai dari pantai ke arah dalam hutan mangrove menuju sungai.
Deskripsi Stasiun Pengambilan Contoh
Stasiun I : Terletak pada titik koordinat 3o 14' 01.1" LU dan 99o 34' 09.7" BT.
Stasiun II : Terletak pada titik koordinat 3o 14' 07.5" LU dan 99o 33' 54.1" BT.
Gambar 2. Lokasi Stasiun II Stasiun III : Terletak pada titik
koordinat 3o 14' 15.7" LU dan 99o 33' 36.6" BT.
Gambar 3. Lokasi Stasiun III Pengambilan Contoh Ikan Gelodok (Famili : Gobiidae)
Pengambilan contoh ikan gelodok dilakukan dengan 3 kali ulangan untuk tiap transek. Ikan gelodok yang terdapat dalam transek diambil menggunakan alat tangkap tanggok dan tangan. Setelah ditangkap ikan-ikan tersebut dimasukkan ke dalam plastik yang nantinya akan diamati jenis ikan gelodok dan diukur panjang-bobot ikan gelodok. Identifikasi ikan yang diukur adalah jari-jari sirip punggung pertama dan kedua, sirip ekor, sirip perut, sirip dada, sirip dubur.
Analisis Data
Hubungan Panjang Bobot dengan Faktor Kondisi
Untuk mencari hubungan antara panjang dan bobot tubuh ikan digunakan persamaan sebagai berikut (Effendie, 1997):
W = aLb Keterangan :
W = Bobot tubuh ikan gelodok (gram)
L = Panjang ikan gelodok (cm) a dan b = Konstanta
Nilai b digunakan untuk menduga laju pertumbuhan kedua parameter yang dianalisis.
Hipotesis yang digunakan adalah : 1. Jika nilai b = 3 maka disebut pola
pertumbuhan isometrik (pola pertumbuhan panjang sama dengan pertumbuhan bobot). 2. Jika nilai b ≠ 3 maka disebut
allometrik yaitu :
a. Jika b > 3 disebut pola pertumbuhan allometrik positif (pertumbuhan bobot lebih dominan).
b. Jika b < 3 disebut pola
pertumbuhan allometrik
negatif (pertumbuhan lebar lebih dominan).
Faktor kondisi ini menunjukkan keadaan kapasitas fisik untuk survival dan reproduksi (Effendie, 1997). FK = W aLb Keterangan: FK = Faktor kondisi W = Bobot (gram) L = Panjang (cm)
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Identifikasi Ikan Gelodok
Hasil identifikasi menggunakan buku Kottelat, dkk (1993) terdapat 4 jenis ikan gelodok di Pantai Bali Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara. Jenis yang ditemukan adalah Boleophthalmus boddarti, Periophthalmus chrysospilos, Periophthalmus gracilis dan Periophthalmonodon schlosseri.
B. boddarti memiliki D1
IV-VI, D2 I, 24-25, P. 18 – 20, A. I. 25,
C. 14, bobot 0,5-10,40 g dan panjang 3,60-11,10 cm. Badan dan sirip punggung memiliki bintik-bintik berwarna biru mengkilap kadang terlihat berwarna biru-kehijauan, tubuh memiliki garis berwarna hitam kecokelatan, bagian kepala juga dipenuhi bintik berwarna kebiruan dan garis hitam, bagian bawah tubuh berwarna putih (Gambar. 4).
Gambar 4 . B. boddarti
P. gracilis bagian punggung tubuhnya berwarna cokelat keabu-abuan, bagian perut berwarna putih, memiliki bergaris berwarna cokelat gelap berbentuk miring dan berbintik-bintik abu-abu keperakan pada bagian tubuh (Gambar 5). Ukuran yang ditemukan 3-5,5 cm untuk panjang dan bobot 0,3-1,3 g, D1 V-VI, D2 X-XI, P. 4-5, A. I,
10-14, C. 13.
Gambar 5. P. gracilis
Pada jenis P. chrysospilos memiliki ukuran bobot 0,1-9,5 g dengan panjang 2-9,6 cm. Berwarna kecokelatan, tubuhnya berbintik-bintik keemasan, pada sirip punggung pertama memiliki warna hitam di bagian atas lalu putih pada bagian bawah, sirip punggung kedua miliki bintik berwarna emas disertai dengan garis berwarna hitam. D1
VII-X, D2 I, 12-13, P. 6, A. I. 10, C. 10.
Jenis P. chrysospilos disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6. P. chrysospilos Jenis Pn. schlosseri, berwarna cokelat muda, memiliki garis panjang berwarna gelap pada tubuh mulai dari bagian atas mata hingga pangkal ekor, berbintik hijau keperakan pada bagian bawah tubuh. Ukuran tubuhnya memiliki panjang 11,2-25,5 cm dengan bobot 14,2-150 g. D1 III-IV, 2-6, D2 I, 11-12,
P.16-17, A. I, 11-12, C.12-16. Pn. schlosseri disajikan pada Gambar 7.
Hubungan Panjang Bobot Ikan Gelodok
Jumlah ikan yang diperoleh untuk masing-masing jenis berbeda-beda, hal ini disebabkan kondisi daerah penangkapan yang berbeda dari setiap jenis dan kemunculan ikan tersebut ketika akan ditangkap. Sehingga jumlah ikan yang akan ditangkap kurang sesuai dengan kaedah statistik dan regresi untuk hubungan panjang dan bobot akan tetapi data ini dapat mewakili sebagai data dasar tentang ikan gelodok. Hasil perhitungan untuk panjang dan bobot dikelompokan perjenis ikan dari total waktu pengambilan contoh. Jumlah P. chrysospilos yang ditangkap selama masa penelitian adalah 50 ekor, dengan nilai b yang diperoleh adalah 3,26 (Gambar 8). Nilai tersebut menunjukkan bahwa b > 3 yang memiliki arti bahwa pola pertumbuhannya adalah allometrik positif yaitu pertumbuhan bobot lebih dominan daripada panjang. Pada jenis P. chrysospilos ukuran yang terpanjang adalah 9,60 cm dan terberat dengan bobot 9,50 g.
P. gracilis yang ditangkap selama masa penelitian adalah 15 ekor, dengan nilai b adalah 0,91. Hasil tersebut menggambarkan bahwa jenis P. gracilis memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif yaitu pertumbuhan panjang lebih dominan daripada bobot. Jenis ini memiliki ukuran terpanjang yaitu 5,50 cm dan bobot terberat 1,30 g (Gambar 9).
Pada masa penelitian ditemukan jenis B. boddarti berjumlah 18 ekor. Nilai b yang diperoleh adalah sebesar 3,06 (Gambar 10) yang menggambarkan bahwa b > 3. Hasil tersebut berarti untuk ikan gelodok B. boddarti memiliki hubungan panjang dan bobot allometrik positif, ukuran bobot lebih dominan daripada panjang tubuh. Jenis ini memiliki ukuran panjang maksimal adalah 11,10 cm dan bobot terberat adalah 10,40 g.
Pn. schlosseri adalah jenis ikan gelodok besar, atau sering disebut sebagai giant mudskipper. Jenis ini memiliki ukuran paling besar diantara jenis lainnya sesama ikan gelodok. Nilai yang diperoleh pada ikan ini adalah b = 3,01 dengan jumlah ikan sebanyak 9 ekor. Nilai tersebut tergolong b > 3 yang berarti pertumbuhan bobot lebih dominan daripada panjang tubuh. Ukuran terpanjang adalah 25,50 cm dan bobot terberat adalah 150 g. Hubungan panjang bobot Pn. schlosseri disajikan pada Gambar 11. Faktor Kondisi
Hasil faktor kondisi (FK) ikan gelodok berdasarkan hubungan panjang dan bobot jenis P. chrysospilos merupakan ikan yang paling montok dengan nilai 1,444.
Gambar 8. Hubungan Panjang dan Bobot P. chrysospilos
Gambar 9. Hubungan Panjang dan Bobot P. gracilis
Gambar 10. Hubungan Panjang Bobot B. boddarti
Tabel 1. Faktor Kondisi Ikan Gelodok Berdasarkan Jenis Jenis Rata-rata W (g) Rata-rata L (cm) FK P. chrysospilos 2,72 6,26 1,444 P. gracilis 0,78 3,91 1,115 B. boddarti 5,51 8,19 1,228 Pn. schlosseri 69,31 18,43 1,239 Pembahasan
Identifikasi Ikan Gelodok
Hasil identifikasi jenis ikan menunjukkan kesesuaian dengan buku panduan, tidak terlalu berbeda jauh. Menurut Kottelat, dkk (1993) Pn. Schlosseri D (VI-) VIII-IX; D2 I,
11-12; A I, 11-13, 15-17 jari-jari sirip dada, tidak ada sisik pada kepala dan kedua sirip perut bersatu membentuk cakram. P. chrysospilos D VII-X; D2 I, 11-12; A I, 10-12,
terdapat lipatan kulit antara kedua sirip perut (Lampiran 6.c). Bagian tengah jari-jari sirip perut mempunyai membran yang mempersatukan kedua sirip membentuk cakram; tidak ada bintik atau garis pada sirip punggung pertama. Periophthalmus gracilis D IX-XI; D2 I, 11-12; A I, 10-11.
B.boddarti D V; D2 I, 25; A I,
23-25, badan dan sirip punggung berbintik-bintik biru mengkilap. Pada jenis ini sirip punggung pertama lebih tinggi daripada tinggi tubuhnya memiliki ukuran 0,4 - 1,5cm sedangkan sirip punngung berukuran 0,9 – 2 cm.
Pada B. boddarti bintik biru pada tubuh. Pn. schlosseri memiliki ukuran paling besar diantara ketiga jenis lainnya. Pada P. gracilis merupakan ukuran yang paling kecil dari semua jenis yang diperoleh.
Hubungan Panjang dan Bobot Ikan Gelodok
Hasil analisis hubungan panjang dan bobot dibagi sesuai dengan jenis. Pada penelitian ini ditemukan 4 jenis ikan gelodok yang mewakili 3 genus yaitu Boleophthalmus, Periophthalmus dan Periophthalmonodon.
Genus Boleophthalmus yang diperoleh adalah jenis B. boddarti diperoleh persamaan hubungan panjang dan bobot adalah W = 0,0072L3,06 dengan kisaran nilai b sebesar 3,06.
Berdasarkan nilai b yang diperoleh diketahui bahwa B. boddarti di Pantai Bali Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara memiliki pertumbuhan isometrik artinya pertumbuhan bobot dengan panjang adalah seimbang. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Muliasusanty (2000) di Perairan Ujung Pangkah nilai yang diperoleh adalah b = 3,05 setelah melakukan uji-t nilai tersebut menunjukkan kepada nilai b = 3 yang memiliki pola pertumbuhan isometrik. Perbedaan karakteristik habitat dan lingkungan di suatu daerah akan mempengaruhi pola pertumbuhan ikan.
P. gracilis memiliki ukuran yang paling kecil diantara jenis ikan gelodok lainnya yang tertangkap. Ikan ini memiliki nilai hubungan panjang dan bobot adalah W = 0,2033L0,9065, dengan nilai b adalah
0,91. Hasil tersebut menggambarkan bahwa jenis ini memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif. Hubungan panjang bobot pada P. gracilis menunjukkan bahwa ikan ini tergolong ikan yang pertambahan panjangnya lebih cepat daripada pertambahan bobot.
Pada P. chrysospilos diperoleh hasil analisis hubungan panjang dan bobot W = 0,0048L3,2562 dengan nilai b yang diperoleh adalah 3,26. Nilai tersebut menunjukkan bahwa b > 3 yang memiliki arti bahwa pola pertumbuhannya adalah allometrik positif. Pola pertumbuhan allometrik positif adalah pola pertumbuhan yang menunjukkan bahwa pertambahan bobot lebih dominan daripada pertambahan panjang tubuh ikan. Jenis ini ditemukan di daerah pantai. Lingkungan mempengaruhi hubungan panjang dan bobot ikan seperti kondisi suhu dan kualitas air, apabila dua faktor tersebut tidak sesuai dengan yang dibutuhkan ikan gelodok maka penambahan panjang dan bobot akan terhambat.
Pn. schlosseri adalah jenis ikan gelodok besar, atau sering disebut sebagai giant mudskipper. Analisis panjang dan bobot menunjukkan nilai W = 0,0088L3,0052 dengan nilai adalah b = 3,1. Nilai tersebut tergolong b > 3 yang berarti pola pertumbuhannya adalah allometrik positif. Pola pertumbuhan allometrik positif adalah pola pertumbuhan yang menunjukkan bahwa pertambahan bobot lebih dominan daripada pertambahan panjang tubuh ikan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Khaironizam dan Norma (2002) di Selangor, Malaysia, jenis Pn. schlosseri memiliki pertumbuhan isometrik dengan W= 1,766L3.06.
Hasil analisis hubungan panjang dan bobot memiliki perbedaan pada keempat jenis ikan tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendie (1997) bahwa perbedaan tersebut karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, yaitu: (1) suhu dan kualitas air; (2) ukuran; (3) umur dan jenis ikan gelodok; (4) jumlah ikan-ikan lain yang memanfaatkan sumber makanan yang sama.
Persamaan hubungan panjang dan bobot ikan gelodok secara umum memiliki korelasi yang erat kecuali pada jenis P. gracilis. Nilai koefisien korelasi (R2) memiliki nilai yang tidak jauh berbeda dan mendekati angka 1 atau berkisar antara 0,962 – 0,9824 sedangkan P. gracilis memiliki nilai koefisien korelasi 0,1119. Nilai R2 menunjukkan bahwa setiap penambahan bobot akan diiringi dengan penambahan panjang setiap waktu pengamatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hartnoll (1982), yang menyatakan bahwa besarnya koefisien korelasi menunjukkan bahwa pertambahan panjang diikuti dengan pertambahan bobot tubuh.
Berdasarkan hasil analisis faktor kondisi (FK) ikan gelodok di Pantai Bali Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara, menunjukkan nilai yang berbeda pada setiap jenisnya. Pada jenis P. chrysospilos bernilai 1,444, P. gracilis adalah 1,115, B. boddarti adalah 1,228 dan Pn. schlosseri adalah 1,239. Faktor kondisi menggambarkan kondisi kemontokan ikan. Ikan gelodok yang paling montok dari keempat jenis tersebut adalah P. chrysospilos.
Nilai – nilai yang diperoleh dari setiap jenis ikan tersebut menunjukkan tubuh yang kurang pipih. Menurut Effendie (1997), bila
nilai faktor kondisi berkisar 1 – 2 menunjukkan tubuh ikan kurang pipih. Menurut Suwarni (2009) perubahan nilai faktor kondisi dipengaruhi pada waktu gonad ikan terisi dengan jenis kelamin dan mencapai puncaknya sebelum terjadi pemijahan.
KESIMPULAN DAN SARAN
KesimpulanJenis ikan gelodok yang ditemukan di Pantai Bali Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara ada 4 jenis yaitu B. boddarti, P. chrysospilos, P. gracilis, Pn. schlosseri.
Hubungan panjang bobot ikan gelodok P. chrysospilos, B. boddarti dan Pn. schlosseri memiliki nilai b > 3 yang menunjukkan pola pertumbuhan allometrik positif sedangkan P. gracilis memiliki nilai b < 3, yang memiliki pertumbuhan allometrik negatif.
Saran
Penelitian ini adalah langkah awal untuk mengetahui jenis ikan yang hidup di kawasan hutan mangrove. Ikan gelodok merupakan ikan yang unik dan layak untuk dilakukan penelitian lebih lanjut tentang perbandingan hubungan panjang bobot berdasarkan jenis kelamin, kebiasaan makanan, tingkat kematangan gonad dan kandungan yang terdapat dalam tubuh ikan. Ikan gelodok apabila dapat dikelola dengan baik dapat memberikan manfaat bagi perekonomian masyarakat setempat di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Behbehani, B. E dan H. M. A. Ebrahim. 2010. Enviromental Studies on The Mudskippers In The Intertidal Zone of Kuwait Bay. Nature and Science. 8 : 79-87.
Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. Hartnoll, R. G. 1983. Growth in The
Biology of Crustacea Embriology, Morfology, and Genetic. Academic Press. New York.
Khaironizam, M.Z. dan Norma, R. 2002. Lenght-Weight Relationship of Mudskippers (Gobiidae: Oxudercinae) in Coastal Areas of Selangor, Malaysia. NAGA, WorldFish Center Quartely. 25 : 3-4. Kottelat, M. Anthony, J. Sri N. K.
dan Soetikno, W. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Edition. Jakarta.
Muliasusanty, S. 2000. Studi Pertumbuhan Ikan Blodok Boleophthalmus boddarti di Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur. [Skripsi] Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Polgar, G. dan R. Lim. 2011. Mudskippers: Human Use, Ecotoxicology And Biomonitoring Of Mangrove And Other Soft Bottom Intertidal Ecosystems. Institute of Biological Sciences, Institute of Ocean and Earth Sciences, Faculty of Science, University of Malaya Kuala Lumpur. Malaysia.
Suwarni. 2009. Hubungan Panjang-Bobot dan Faktor Kondisi Ikan Butana Acanthurus mata (Cuvier, 1829) yang Tertangkap di Sekitar Perairan Pantai Desa Mattiro Deceng, Kabupaten Pangkajene Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan. Torani. 19 (3) : 160-165.