• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Tindak Pidana Kesusilaan, Anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK. Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Tindak Pidana Kesusilaan, Anak"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN TINDAK PIDANA KESUSILAAN OLEH ORANG TUA (INCEST)

(Studi Putusan Nomor 404/PID/Sus/2014/PN.Gns) Oleh

Dwiveni Afghina Zalita, Diah Gustiniati, Budi Rizki Husin Email : dwiveniafghina@yahoo.co.id

Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Setiap anak berhak untuk mendapat perlindungan hukum begitu juga dengan anak yang mengalami tindak pidana kesusilaan. Perlindungan hukum terhadap anak korban tindak pidana kesusilaan diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 jo Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap anak korban tindak pidana kesusilaan oleh orang tua; (2) Apakah faktor penghambat dalam upaya perlindungan hukum terhadap anak korban tindak pidana kesusilaan oleh orang tua. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa perlindungan hukum yang dapat diberikan terhadap anak korban tindak pidana kesusilaan oleh orang tua meliputi: a) Perlindungan fisik, yaitu dengan memberikan keamanan terhadap anak korban tindak pidana kesusilaan; b) Perlindungan mental dan spiritual, yaitu dengan memberikan konseling dan memberikan pendampingan terhadap anak korban tindak pidana kesusilaan pada saat di Pengadilan; c) Perlindungan sosial, yaitu dengan memberikan pemahaman kepada pihak keluarga dan kepada masyarakat. Faktor penghambat dalam upaya perlindungan hukum terhadap anak korban tindak pidana kesusilaan diantaranya yaitu: Faktor penegak hukum, faktor sarana atau fasilitas, faktor masyarakat, dan faktor kebudayaan. Saran yang diberikan penulis yaitu sebaiknya pemerintah lebih peduli lagi atas kasus yang menimpa anak di bawah umur khususnya korban incest dan lebih meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat khususnya yang berada di daerah terpencil. Perlu adanya penambahan anggota Unit Perlindungan Anak serta peningkatan kualitas dan kemampuan aparat penegak hukum yang lebih profesional, berintegrasi, berkepribadian dan bermoral tinggi seperti memberi pendidikan dan pelatihan kepada aparat penegak hukum agar lebih memahami mengenai aturan hukum yang mengatur perlindungan hukum terhadap anak korban tindak pidana kesusilaan.

(2)

ABSTRACT

ANALYSIS OF LEGAL PROTECTION FOR CHILDREN VICTIMS OF CRIMINAL ACTS OF DECENCY BY PARENTS (INCEST)

(Study Decision No. 404/PID/Sus/2014/PN.Gns) Dwiveni Afghina Zalita, Diah Gustiniati, Budi Rizki Husin

Email : dwiveniafghina@yahoo.co.id

Legal protection is a protection afforded to the subject of law in the form of legal instruments both preventive and repressive, both written and unwritten. Every child is entitled to legal protection as well as children who have criminal acts of decency. Legal protection of the children victims of criminal acts of decency regulated in the law of number 23 year 2002 jo law number 35 year 2014 about child protection. The problem in this research is: (1) How the legal protection for children victims of criminal acts of decency by parents; (2) Do factors barrier in efforts to protect law against the children victims of criminal acts of decency by parents. Based on the results of research and discussion it can be concluded that the legal protection can be given to children victims of criminal acts of decency by parents include: a) Physical protection, is by provide security to children victims of criminal acts of decency; b) Mental and spiritual protection, is by providing counseling and provide assistance to children victims of criminal acts of decency when there court; c) Social protection, is by giving understanding to the family and to the society. Factors barrier in efforts to protect law against the children victims of criminal acts of decency among which is: law enforcement factors, means or facility factors, community factors, and cultural factors. Advice given by writer is the government should be more concerned again on the case of minors especially victims of incest and increase socialization to the public especially those in remote areas. Need for additional member of the child protection unit an improve the quality and ability of law enforcement officials more professional, integration, personality and dissolute high such as education and training to law enforcement officials to be more understand the legal rules governing the protection of the law against children victims of criminal acts of decency.

(3)

I. PENDAHULUAN

Perlindungan anak menurut Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Perlindungan anak juga dapat diartikan sebagai segala upaya yang ditujukan untuk mencegah, rehabilitasi, memberdayakan anak yang mengalami tindak perlakuan salah, eksploitasi dan penelantaran, agar dapat menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak secara wajar, baik fisik, mental dan sosialnya.

Setiap anak dalam menjalani hidupnya berhak mendapatkan perlindungan hukum dari berbagai ancaman yang dapat menimpanya. Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap subyek hukum dalam

bentuk perangkat hukum baik bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.1

Saat ini kasus-kasus mengenai tindak pidana kesusilaan terhadap anak sudah sering terjadi dalam masyarakat. Tidak asing lagi jika tindak pidana kesusilaan ini dilakukan oleh keluarga anak itu sendiri, seperti ayah kandung, paman, atau kakak dari anak tersebut. Namun aturan hukum yang ada belum memberikan efek jera kepada pelaku serta perlindungan terhadap anak korban tindak pidana kesusilaan ini masih kurang mendapatkan perhatian, sehingga kasus mengenai tindak pidana kesusilaan ini masih sering terjadi.

1

Koesparmono Irsan. Hukum Perlindungan

Anak. Jakarta. Fakultas Hukum Universitas

Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. 2007. hlm. 8.

(4)

Adanya kasus-kasus ini maka dapat dilihat faktor penghambat dalam upaya perlindungan hukum terhadap anak korban tindak pidana kesusilaan, seperti faktor penegak hukum, faktor sarana dan fasilitas, faktor masyarakat, dan faktor kebudayaan. Beberapa faktor tersebut menimbulkan ke-tidakmaksimalan dalam upaya perlindungan hukum terhadap anak korban tindak pidana kesusilaan khususnya pada faktor sarana dan fasilitas, karena dengan minimnya dana dan tempat khusus untuk anak korban tindak pidana kesusilaan, maka upaya perlindungan yang diberikan kurang maksimal. Upaya perlindungan secara preventif seperti memberikan sosialisasi tentang tindak pidana kesusilaan serta perlindungan secara represif seperti memberikan konseling dan rehabilitasi sosial telah dilakukan, namun masih saja kita jumpai kasus tindak pidana kesusilaan terhadap anak oleh orang tua atau incest. Perlunya perlindungan hukum untuk anak korban tindak pidana kesusilaan ini sangat penting, karena korban masih anak-anak yang secara hukum masih dalam perlindungan

pemerintah dan masyarakat, maka tugas aparat penegak hukum dan pemerintahlah yang memberi pelayanan perlindungan terhadap anak sebagai korban kejahatan. Peran serta keluarga dalam menjaga buah hati mereka juga perlu ditingkatkan, hal itu dikarenakan banyaknya anak yang menjadi korban atas ulah orang terdekatnya sendiri.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana perlindungan hukum terhadap anak korban tindak pidana kesusilaan oleh orang tua? (2) Apakah faktor penghambat dalam upaya perlindungan hukum terhadap anak korban tindak pidana kesusilaan oleh orang tua?

II. METODE PENELITIAN Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Penelitian yang dilakukan dengan studi kepustakaan dan lapangan melalui wawancara terhadap sejumlah narasumber. Data yang terkumpul diolah sebagai bahan analisis untuk menjawab permasalahan penelitian.

(5)

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Perlindungan Hukum terhadap Anak Korban Tindak Pidana Kesusilaan oleh Orang Tua

Perlindungan hukum bagi anak dapat diartikan sebagai upaya perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak (fundamental

rights and freedoms of children)

serta berbagai kepentingan yang berhubungan dengan kesejahteraan anak. Jadi masalah perlindungan hukum bagi anak mencakup ruang lingkup yang sangat luas.2 Perlindungan hukum menurut muchsin, merupakan suatu hal yang melindungi subyek-subyek hukum melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi dua yaitu perlindungan hukum preventif dan

represif.3 Perlindungan hukum yang

preventif bertujuan untuk mencegah

2 Romli Atmasasmita. Peradilan Anak di

Indonesia. Bandung. Mandar Maju. 1996.

hlm. 67.

3

Muchsin. Perlindungan dan Kepastian

Hukum bagi Investor di Indonesia.

Surakarta. Universitas Sebelas Maret. 2003. hlm. 20.

terjadinya sengketa yang mengarahkan tindakan pemerintah bersikap hati-hati dalam pengambilan keputusan berdasarkan diskresi dan perlindungan yang

represif bertujuan untuk mencegah

terjadinya sengketa termasuk penanganannya di lembaga peradilan.4

Upaya yang dapat diberikan dalam hal melindungi anak yang menjadi korban tindak pidana kesusilaan menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 69A meliputi:

a. Edukasi tentang kesehatan reproduksi, nilai agama, dan nilai kesusilaan;

b. Rehabilitasi sosial;

c. Pendampingan psikososial pada saat pengobatan sampai pemulihan; dan

d. Pemberian perlindungan dan pendampingan pada setiap tingkat pemeriksaan mulai dari penyidikan, penuntutan, sampai

4 Maria Alfons. Implementasi Perlindungan

Indikasi Geografis atas Produk-Produk Masyarakat Lokal dalam Perspektif Hak Kekayaan Intelektual. Malang. Universitas

(6)

dengan pemeriksaan di sidang pengadilan.

Perlindungan hukum yang diberikan kepada anak sebagai korban tindak pidana kesusilaan dari sisi Lembaga Perlindungan Anak adalah :

1. Pemberian keamanan

Perlindungan ini dimaksudkan agar anak tersebut yang menjadi korban tindak pidana kesusilaan merasa aman karena sebagian besar dari anak korban tindak pidana kesusilaan ini merupakan berasal dari keluarga yang tidak mampu dan untuk tempat tinggal pun mereka menumpang dengan orang lain. Akibat terjadinya peristiwa tersebut mereka diusir oleh pemilik rumah sehingga mereka tidak memiliki tempat tinggal lagi. Lembaga Perlindungan Anak khususnya di Lampung Tengah untuk sementara menampung bagi mereka korban yang mengalami hal seperti diatas hingga proses peradilan selesai.

2. Pemberian konseling

Perlindungan ini dimaksudkan agar anak yang menjadi korban tindak pidana kesusilaan tidak mengalami gangguan pada kejiwaannya. Upaya

yang dilakukan dengan cara ini juga untuk mendekati anak tersebut agar dapat pulih kembali seperti semula sebelum dia menjadi korban tindak pidana kesusilaan.

3. Memberi pendampingan di Pengadilan

Perlindungan ini dimaksudkan agar anak yang menjadi korban tindak pidana kesusilaan tidak merasa takut pada saat menjalani sidang di Pengadilan. Biasanya anak-anak tidak memiliki mental yang kuat pada saat berhadapan dengan hukum, sehingga mereka perlu di dampingi. Pendampingan ini juga bertujuan agar anak memperoleh bantuan hukum dan memperoleh pembelaan atas hak-haknya sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 jo Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak Pasal 17 yang menyatakan bahwa:

(1) Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk :

a. Mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa;

(7)

b. Memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku; dan

c. Membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum.

(2) Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan.

4. Memberi pemahaman kepada pihak keluarga

Perlindungan ini dilakukan untuk membuat suatu pemahaman kepada pihak keluarga korban dengan apa yang sudah terjadi dan pihak keluarga harus melakukan prosedur hukum yang berlaku. Banyak keluarga yang tidak menindaklanjuti upaya perlindungan ini karena pihak keluarga malu untuk melaporkannya karena ini merupakan aib keluarga. Maka disinilah tugas Lembaga Perlindungan Anak untuk memberi pemanaham kepada pihak keluarga

mengenai kasus tindak pidana kesusilaan ini.

5. Memberi pemahaman kepada masyarakat

Perlindungan ini dimaksudkan agar masyarakat memberikan dukungan atas upaya perlindungan terhadap anak korban tindak pidana kesusilaan dan tidak mengucilkan anak korban tindak pidana kesusilaan. Biasanya jika telah terjadi kasus seperti ini di masyarakat, mereka menjauhi anak korban tindak pidana kesusilaan tersebut, karena masyarakat menganggap itu sebuah kesialan bagi mereka jika anak korban tindak pidana kesusilaan tersebut masih berada dalam masyarakat. Dengan adanya pemikiran seperti ini maka Lembaga Perlindungan Anak membuat suatu upaya perlindungan hukum dengan cara memberikan pemahaman kepada masyarakat.5

5

Hasil wawancara dengan Eko Yuono, S.P. Ketua Lembaga Perlindungan Anak Lampung Tengah. Tanggal 21 Maret 2016. Pukul 10.45 WIB

(8)

B. Faktor-Faktor Penghambat Dalam Upaya Perlindungan Hukum terhadap Anak Korban Tindak Pidana Kesusilaan oleh Orang Tua Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa faktor yang menjadi penghambat upaya perlindungan hukum terhadap anak korban tindak pidana kesusilaan oleh orang tua: 1. Faktor penegak hukum

Kurangnya anggota Unit Perlindungan Anak dan tenaga ahli dalam bidang ini merupakan suatu dampak yang dapat menyebabkan suatu proses penyidikan dan penyelidikan menjadi terhambat. Minimnya pengetahuan anggota-anggota polres Lampung Tengah juga dapat mempengaruhi kinerja hukum yang dapat membuat terhambatnya penanganan kasus tersebut.6

2. Faktor Sarana dan Fasilitas Keterbatasan dana dan tempat untuk anak korban tindak pidana kesusilaan masih terlalu minim di wilayah Lampung Tengah. Tidak terdapat

6

Hasil wawancara dengan Eko Yuono, S.P. Ketua Lembaga Perlindungan Anak Lampung Tengah. Tanggal 21 Maret 2016. Pukul 10.45 WIB

tempat khusus untuk anak korban tindak pidana kesusilaan, sehingga korban tindak pidana kesusilaan sementara waktu bertempat tinggal di Lembaga Perlindungan Anak tersebut dengan fasilitas yang kurang memadai.7

3. Faktor Masyarakat

Masyarakat daerah Lampung Tengah kurang berpartisipasi dalam upaya perlindungan hukum terhadap anak korban tindak pidana kesusilaan karena perbuatan itu dianggap sebagai aib bagi masyarakat. Aib yang dialami sang anak adalah beban mental yang harus dipikul anak dan keluarga sepanjang hidupnya dan dalam hal ini diharapkan masyarakat lebih menyadari hal-hal yang menunjang partisipasi dalam memberikan perlindungan hukum terhadap anak korban tindak pidana kesusilaan.8

4. Faktor Kebudayaan

Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan

7

Hasil wawancara dengan Eko Yuono, S.P. Ketua Lembaga Perlindungan Anak Lampung Tengah. Tanggal 21 Maret 2016. Pukul 10.45 WIB

8

Hasil wawancara dengan Eva Susiana, S.H.,M.H. Hakim Pengadilan Negeri Gunung Sugih. Tanggal 21 Maret 2016. Pukul 13.30 WIB

(9)

masyarakat, yaitu mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, dan menentukan sikapnya ketika mereka berhubungan dengan orang lain. Kemerosotan nilai budaya menyebabkan anak mudah menjadi korban tindak pidana kesusilaan. Perkembangan budaya masa kini dikalangan remaja sering kali berpakaian minim yang dapat mengundang niat pelaku sehingga menimbulkan tindak pidana kesusilaan terhadap anak.9

IV. SIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan bahawa:

1. Perlindungan hukum yang dapat diberikan terhadap anak korban tindak pidana kesusilaan oleh orang tua meliputi : a) Perlindungan fisik, yaitu dengan memberikan keamanan terhadap anak korban tindak pidana kesusilaan agar anak merasa aman karena telah mendapat perlindungan; b) Perlindungan

9

Hasil wawancara dengan Eva Susiana, S.H.,M.H. Hakim Pengadilan Negeri Gunung Sugih. Tanggal 21 Maret 2016. Pukul 13.30 WIB

mental dan spiritual, yaitu dengan memberikan konseling dan memberikan pendampingan terhadap anak korban tindak pidana kesusilaan pada saat di Pengadilan agar anak tidak merasa takut saat berhadapan dengan hukum dan anak tidak mendapat ancaman dari pihak-pihak tertentu; c) Perlindungan sosial, yaitu dengan memberikan pemahaman kepada pihak keluarga dan kepada masyarakat agar lebih peduli dalam menanggapi kasus yang menimpa anak yang menjadi korban tindak pidana kesusilaan.

2. Fakor-faktor penghambat dalam upaya perlindungan hukum terhadap anak korban tindak pidana kesusilaan diantaranya yaitu: faktor penegak hukum, masih kurangnya sumber daya manusia yang menjadi penegak hukum serta kurangnya pemahaman mengenai aturan hukum yang mengatur perlindungan hukum terhadap anak korban tindak pidana kesusilaan. Faktor sarana atau fasilitas, minimnya dana dan

(10)

tempat khusus yang diberikan kepada anak korban tindak pidana kesusilaan di wilayah Lampung Tengah sangat terbatas. Faktor masyarakat, kurang pedulinya masyarakat terhadap korban tindak pidana kesusilaan. Faktor kebudayaan, perkembangan budaya saat ini dikalangan remaja yang sering kali berpakaian minim yang menimbulkan pelaku ingin melakukan tindak pidana kesusilaan.

Saran penulis sebaiknya pemerintah lebih peduli lagi atas kasus yang menimpa anak di bawah umur khususnya korban incest dan lebih meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat khususnya yang berada di daerah terpencil. Perlu adanya penambahan anggota Unit Perlindungan Anak serta peningkatan kualitas dan kemampuan aparat penegak hukum yang lebih profesional, berintegrasi, berkepribadian dan bermoral tinggi seperti memberi pendidikan dan pelatihan kepada aparat penegak hukum agar lebih memahami mengenai aturan hukum yang mengatur perlindungan hukum

terhadap anak korban tindak pidana kesusilaan.

DAFTAR PUSTAKA

Alfons, Maria. 2010, Implementasi

Perlindungan Indikasi Geografis atas Produk-Produk Masyarakat Lokal dalam Perspektif Hak Kekayaan Intelektual.

Universitas Brawijaya: Malang.

Atmasasmita, Romli. 1996,

Peradilan Anak di Indonesia,

CV. Mandar Maju: Bandung. Irsan, Koesparmono. 2007, Hukum

Perlindungan Anak, Fakultas

Hukum Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta: Jakarta.

Muchsin. 2003, Perlindungan dan

Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia,

Universitas Sebelas Maret: Surakarta.

Referensi

Dokumen terkait

The objective is to combine the benefits of case study method of teaching with online discussion forum to enhance the quality of learning while making this an assessment component

Hal ini menunjukkan bahwa model minuman kopigmentasi antosianin- rosmarinic acid mempunyai kestabilan warna yang lebih baik dibandingkan dengan model minuman kontrol

Umumnya responden menanggapi bahwa mereka kurang dapat menerima untuk pergi ke dukun, termasuk percaya kepada dukun dan percaya pada kemanjuran dukun; pandangan terhadap

a. Perundang-undangan merupakan proses pembentukan / proses membentuk peratuan-peraturan negara, baik di tingkat Pusat, maupun di tingkat Daerah. Perundang-undangan adalah

Bagi pembangunan pertanian, sistem-sistem agroforestri menyediakan model pertanian komersil, menguntungkan dan berkesinambungan dan sesuai dengan keadaan petani,

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister. Program

• Usaha-usaha yang dilakukan sejak lahir sampai dewasa tersebut mengindikasikan bahwa mereka telah melakukan sebuah proses yaitu proses pendidikan, dari cara yang sangat

Overall impressions of accountants were signifi- cantly different for finance, management, information management, and undecided nonbusiness students compared with accounting