• Tidak ada hasil yang ditemukan

S SEJ 1001876 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S SEJ 1001876 Chapter3"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan mengenai metode serta teknik penelitian yang digunakan peneliti untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan skripsi yang berjudul “Perkembangan Kawasan Wisata Bahari dan Dampaknya

Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Tanjung Binga

Kecamatan Sijuk Kabupaten Belitung Tahun 1990-2011”. Metode yang digunakan untuk mengkaji penelitian yaitu dengan menggunakan metode historis dibantu dengan studi dokumentasi, studi literatur dan wawancara sebagai teknik penelitiannya. Metode sejarah digunakan untuk menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau (Gottsclak, 1986: 32). Pendapat lainnya mengenai metode sejarah ialah dari Sjamsuddin (1996: 63) bahwa metode sejarah ialah suatu proses pengkajian, penjelasan, penganalisaan secara kritis terhadap rekaman serta peninggalan masa lampau. Lebih lanjut mengenai metode historis dikemukakan oleh Edson dalam Supardan (2007: 306), bahwa :

Metode historis menggambarkan permasalahan atau pertanyaan untuk diselidiki; mencari sumber tentang fakta historis; meringkas dan mengevaluasi sumber-sumber historis; dan menyajikan fakta-fakta yang bersangkutan dalam suatu kerangka interpretatif.

(2)

a. Heuristik, merupakan sebuah kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data, atau mencari materi sejarah atau evidensi sejarah (Sjamsuddin, 2007: 86). Tentunya sumber sejarah yang relevan dengan permasalahan penelitian, dimana nantinya sumber yang ditemukan dapat menceritakan kepada kita baik secara langsung maupun tidak langsung terkait aktivitas manusia pada periode yang telah lalu. Dalam proses mencari sumber-sumber ini, peneliti mengunjungi berbagai perpustakaan, berbagai toko buku, browsing internet serta berusaha mencari tulisan-tulisan yang sejaman dalam surat kabar dan berkaitan dengan inti bahasan penelitian.

b. Kritik, sumber-sumber sejarah yang ditemukan diteliti lebih lanjut baik itu konten tulisan maupun bentuknya yaitu dilakukannya kritik internal dan eksternal. Kritik internal dilakukan peneliti untuk melihat kelayakan konten dari sumber-sumber yang telah didapatkan untuk selanjutnya dijadikan bahan untuk penelitian dan penelitian skripsi. Kritik eksternal dilakukan untuk melihat bentuk dari sumber-sumber yang ditemukan, peneliti berusaha melakukan kajian terhadap sumber-sumber yang diperoleh dan tentunya berkaitan dengan topik penelitian.

(3)

d. Historiografi, merupakan langkah terakhir dalam penelitian. Dalam kegiatan ini peneliti menyajikan hasil temuan pada tahapan heuristik, kritik, dan interpretasi yang dilakukan sebelumnya dengan cara menyusunnya menjadi sebuah tulisan yang jelas dalam bahasa yang mudah dimengerti dan menggunakan kaidah-kaidah ilmiah serta kaidah penelitian yang baik dan benar.

Agar metode sejarah memiliki makna yang utuh dan komprehensip, maka dalam melaksanakan penelitian sejarah sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut :

1. Dalam historiografi diperlukan pendekatan fenomenologis yang didasarkan atas pengalaman dan pemahaman pelaku sendiri.

2. Pengungkapan yang bersifat reflektif, sehingga dimungkinkan tetap adanya kesadaran akan subjektivitas diri sendiri, seperti kepentingan, perhatian, logika, metode, serta latar belakang historisnya.

3. Bersifat komprehensip sehingga memiliki relavensi terhadap realitas sosial dari berbagai tingkat dan ruang lingkup.

4. Perlu pula memiliki relavensi terhadap kehidupan praktis.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, pada dasarnya terdapat suatu kesamaan dalam menjelaskan metode historis ini. Pada umumnya langkah-langkah yang ditempuh dalam metode ini adalah pengumpulan sumber, menganalisis dan mengajikannya dalam bentuk karya tulis ilmiah.

Untuk mempertajam analisis dalam penelitian maka peneliti mengunakan pendekatan interdisipliner. Arti dari pendekatan interdisipliner disini adalah suatu pendekatan yang meminjam konsep pada ilmu-ilmu sosial lain seperti geografi, sosiologi, budaya dan ekonomi. Konsep-konsep yang dipinjam dari ilmu sosiologi seperti status sosial, kesenjangan sosial, peranan sosial, perubahan sosial dan lainnya. Sedangkan konsep-konsep dari ilmu ekonomi seperti pendapatan masyarakat, pendapatan daerah, kesejahteraan masyarakat nelayan, kebutuhan, dan pasar.

(4)

dalam upaya mengumpulkan informasi berkaitan dengan masalah penelitian yang dikaji, teknik tersebut ialah :

a. Studi literatur, teknik ini dilakukan dengan membaca dan mengkaji buku-buku serta artikel yang dapat membantu peneliti dalam memecahkan masalah yang dikaji yaitu mengenai masyarakat nelayan dan perkembangan pariwisata. Berkaitan dengan ini, dilakukan kegiatan kunjungan pada perpustakaan-perpustakaan di UPI, perpustakaan Batu api di Jatinangor, Badan Kepustakaan dan Kearsipan Daerah (BAPUSIPDA) Jawa Barat, dan Perpustakaan di Belitung yang mendukung dalam penelitian ini. Setelah berbagai literatur terkumpul dan cukup relavan sebagai acuan penelitian maka peneliti mempelajari, mengkaji dan mengidentifikasi serta memilih sumber yang relavan dan dapat digunakan dalam penelitian.

b. Studi dokumentasi, teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan data baik berupa data angka maupun gambar. Dalam hal ini dilakukan pengkajian terhadap arsip-arsip yang telah ditemukan berupa data tersebut.

(5)

persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dengan susunan kata-kata dan tata urut yang harus dipatuhi peneliti.

Pengunaan wawancara sebagai teknik untuk memperoleh data berdasarkan pertimbangan bahwa priode yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini masih memungkinkan didapatkannya sumber lisan mengenai perubahan sosial budaya masyarakat nelayan Tanjung Binga. Selain itu nara sumber mengalami, melihat dan merasakan sendiri permasalahan yang menjadi objek kajian sehingga sumber yang akan diperoleh akan menjadi objektif. Teknik wawancara yang digunakan erat kaitannya dengan sejarah lisan (oral history). Sejarah lisan yaitu ingatan tangan pertama yang dituturkan sejarah lisan oleh orang-orang yang diwawancara sejarahwan (Sjamsuddin, 2007 :78). Dalam teknik wawancara peneliti mendapatkan informasi dari para responden dan informan yang mengetahui tentang perihal tersebut, seperti tokoh masyarakat, nelayan, pedagang, pengusaha, dan masyarakat setempat sekitar serta dinas pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Belitung.

Dalam melakukan sebuah penelitian, peneliti menggunakan beberapa langkah penting yang harus ditempuh dalam penelitian sejarah, yaitu :

a. Memilih sebuah topik yang sesuai;

b. Mengusut semua evidensi yang relevan dengan topik penelitian yang diangkat;

c. Membuat catatan tentang apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik yang ditemukan ketika proses penelitian berlangsung;

d. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan dalam hal ini dilakukan sebuah kritik terhadap sumber;

e. Menyusun hasil-hasil penelitian menjadi sebuah pola yang benar sejalan dengan sistematika yang berlaku dan telah dipersiapkan sebelumnya; f. Menyajikan hasil penelitian menjadi sebuah gambaran yang dapat menarik

(6)

Dalam penelitian skripsi ini, peneliti berusaha menjabarkan langkah-langkah penelitian dengan menggunakan metode historis tersebut menjadi tiga bagian, yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan penelitian laporan penelitian.

3.1 Persiapan Penelitian

Pada tahap ini ada beberapa hal yang dilakukan dalam penyusunan penelitian penelitian. Pertama ialah setelah peneliti membaca berbagai literatur, peneliti memilih dan menentukan topik penelitian yang akan dikaji. Peneliti mencari berbagai sumber tertulis yang relevan dan mempunyai korelasi dengan permasalahan yang dikaji, baik dari buku, artikel, makalah, jurnal dan hasil karya ilmiah lainnya. Selanjutanya topik tersebut diajukan kepada Tim Pertimbangan Penelitian Skripsi Departemen Pendidikan Sejarah (TPPS). Adapun berbagai persiapan penelitian terdiri dari beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan, yaitu :

3.1.1 Pengajuan Tema Penelitian

Tahap awal, peneliti mengajukan usul penelitian kepada Tim Pertimbangan dan Penelitian Skripsi (TPPS) yang secara khusus menangani masalah penelitian skripsi di Departemen Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung. Judul yang diajukan saat itu mengenai “Perkembangan Kawasan Wisata Bahari dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Tanjung

Binga Kecamatan Sijuk Kabupaten Belitung Tahun 1990-2011”. Setelah pengajuan judul tersebut disetujui oleh pihak TPPS, tahap selanjutnya melakukan rancangan penelitian dalam bentuk proposal skripsi, untuk diajukan dan diseminarkan kepada calon pembimbing skripsi I dan calon pembimbing skripsi II.

3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

(7)

penelitian berupa proposal skripsi, proposal skripsi yang disusun mengikuti kaidah-kaidah yang telah ditetapkan oleh bagian akademik Departemen Pendidikan Sejarah maupun Universitas Pendidikan Indonesia. Rancangan penelitian ini kemudian dijabarkan dalam bentuk proposal penelitian skripsi yang diajukan kembali kepada Tim Pertimbangan Penelitian Skripsi (TPPS) untuk dipersentasikan dalam seminar pada tanggal 7 februari 2014. Adapun proposal penelitian tersebut pada dasarnya berisi tentang :

a. Judul penelitian

b. Latar belakang masalah penelitian

c. Rumusan masalah penelitian serta batasan masalah d. Tujuan penelitian

e. Manfaat penelitian

f. Tinjaun pustaka, merupakan penggunaan teori serta kajian terhadap buku yang digunakan dalam penelitian.

g. Metode dan teknik penelitian h. Struktur Organisasi skripsi i. Daftar pustaka

Rancangan penelitian yang telah dirangkai dalam bentuk proposal diajukan kepada TPPS untuk ditelaah. Kemudian setelah melakukan revisi, melalui surat keputusan TPPS No.04/TPPS/JPS/PEM/2014, seminar proposal skripsi diselenggarakan pada tanggal 7 februari 2014S sekaligus penunjukan Dra. Murdiyah Winarti, M.Hum sebagai dosen pembimbing skripsi I dan Dra. Lely Yulifar, M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi II dalam penelitian skripsi ini. 3.1.3 Persiapan Perizinan penelitian

Perlengkapan yang harus disiapkan oleh peneliti dalam melakukan penelitian adalah segala fasilitas penunjang untuk kelancaran penelitian skripsi. Untuk mendapatkan hasil yang baik, harus direncanakan rancangan penelitian yang dapat berguna bagi kelancaran penelitian dengan perlengkapan penelitian. Adapun perlengkapan penelitian ini antara lain :

A. Surat izin penelitian dari DEKAN I FPIPS UPI Bandung B. Instrument wawancara

C. Alat perekam D. Kamera digital

(8)

Perlengkapan penelitian berikutnya yang sangat penting adalah surat keputusan izin penelitian dari pihak dekan UPI Bandung. Surat keputusan izin penelitian ini digunakan peneliti sebagai surat pengantar yang bertujuan dan berfungsi mengantarkan atau menjelaskan kepada suatu instasi atau perorangan bahwa peneliti sedang melaksanakan suatu penelitian dengan harapan agar instansi tersebut dapat memberikan informasi data dan fakta yang peneliti butuhkan selama proses penelitian.

3.1.4 Proses Bimbingan

Dalam tahap ini, peneliti melakukan proses bimbingan dalam penelitian laporan penelitian yang dikerjakan dengan dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II. Bimbingan ini diperlukan untuk menentukan langkah–langkah yang tepat tentang proses pengerjaan skripsi ini melalui jalan diskusi dan bertanya mengenai permasalahan yang peneliti temukan di tempat penelitian sehingga diperoleh arahan dan masukan ketika penelitian skripsi.

3.2 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian merupakan salah satu tahapan penting dari sebuah proses penelitian. Dalam tahapan ini, terdapat serangkaian langkah-langkah yang harus dilakukan berdasarkan metode historis, yaitu heuristik, kritik (internal dan eksternal) dan interpretasi. Adapun uraian dari ketiga tahap tersebut ialah sebagai berikut :

3.2.1 Pengumpulan Sumber (Heuristik)

(9)

buku-buku yang berkaitan dengan penelitian skripsi yang berjudul “Perkembangan

Kawasan Wisata Bahari dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi

Masyarakat Nelayan Tanjung Binga Kecamatan Sijuk Kabupaten Belitung Tahun

1990-2011”.

Dalam artian peneliti menggunakan teknik studi kepustakaan, studi dokumentasi dan wawancara. Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan untuk meneliti dan mempelajari buku-buku dan berbagai tulisan penelitian yang berhubungan dan relevan dengan permasalahan penelitian, studi dokumentasi di mana peneliti juga mempelajari dokumen-dokumen atau sumber tertulis lainnya yang berhubungan dengan topik yang dikaji, dan wawancara merupakan sebuah kegiatan penelitian untuk mencari informasi dari berbagai tokoh dan berkaitan dengan topik melalui instrumen wawancara yang sudah dipersiapkan.

Proses pencarian sumber-sumber tersebut dilakukan dengan cara mengunjungi beberapa perpustakaan yang terdapat di Bandung dan Belitung, seperti Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia, Perpustakaan Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI, perpustakaan Batu Api di Jatinangor dan Badan Kepustakaan dan Kearsipan Daerah (BAPUSIPDA) Jawa Barta. Peneliti juga mencari dan membeli beberapa buku baik secara online maupun yang terdapat di beberapa toko buku seperti toko buku Toga Mas, toko buku Gramedia, toko buku Palasari. Selain dari pencarian buku, peneliti juga berusaha untuk mencari dan mempelajari surat kabar yang sejaman dengan inti permasalahan penelitian, artikel yang terdapat dalam berbagai situs internet serta berbagai terbitan jurnal. Peneliti juga mencari data tertulis sesuai judul skripsi yang diperoleh melalui instansi-instansi di Kabupaten Belitung. Instansi-instansi yang dikunjungi diantaranya:

1. Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudyaan Kabupaten Belitung, guna memeperoleh data mengenai perkembangan pariwisata di Tanjung Binga Kecamatan Sijuk dari tahun 1990-2011.

(10)

3. Kantor Desa Tanjung Binga, guna memperoleh data mengenai kehidupan sosial ekonomi masyarakat desa nelayan Tanjung Binga, tingkat pendidikan dan tingkat kesejahterannya.

Terbatasnya sumber tertulis yang menerangkan mengenai perkembangan kawasan wisata bahari dan dampaknya terhadap masyarakat nelayan Tanjung Binga Kecamatan sijuk. Disebabkan kurangnya penelitian sejarah pada tingkat lokal. Sehingga tidak ada catatan tentang perkembangan pariwisata secara khusus. Oleh karena itu digunakanlan teknik wawancara untuk meminta keterangan lebih lanjut pada pihak-pihak terkait.

Sumber lisan memiliki peranan yang tidak kalah pentingnya sebagai sumber sejarah yang lainya. Dalam mengali sumber lisan dilakukan dengan teknik wawancara, yaitu mengajukan beberapa pertanyaan yang relavan dengan pertanyaan yang dikaji kepada pihak-pihak terkait. Dalam mengumpulkan sumber lisan, dimulai dengan mencari narasumber yang relavan agar dapat menemukan informasi yang sesuai dengan permasalahan yang dikaji melalui teknik wawancara. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara narasumber melalui pertimbangan-pertimbangan yang sesuai dengan ketentuan yang didasarkan pada faktor mental dan fisik (kesehatan), prilaku (kejujuran dan sifat sombong) serta kelompok usia yaitu umur yang cocok, tepat dan memadai.

(11)

Menurut Koentjaraningrat (1997: 138-139) teknik wawancara dibagi menjadi dua bagian :

1. Wawancara terstruktur atau berencara terdiri dari suatu daftar pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya. Semua responden yang diselidiki untuk diwawancara diajukan pertanyaan yang sama dengan kata-kata dan urutan yang seragam.

2. Wawancara tidak terstruktur atau tidak berencana adalah wawancara yang tidak mempunyai suatu persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dengan susunan kata-kata dan tata urut yang harus dipatuhi peneliti.

Dalam melakukan wawancara di lapangan, peneliti mengunakan kedua teknik wawancara tersebut. Hal itu digunakan agar informasi yang ditulis dapat lebih lengkap dan mudah diolah. Selain itu, dengan pengabungan dua teknis wawancara tersebut peneliti tidak kaku dalam bertanya dan narasumber menjadi lebih bebas dalam mengungkapkan berbagai informasi yang disampaikannya.

Sebelum wawancara dilakukan, disiapkan daftar pertanyaan terlebih dahulu. Daftar pertanyaan tersebut dijabarkan secara garis besar. Pada pelaksanannya, pertanyaan tersebut diatur dan diarahkan sehingga pembicaraan sesuai dengan pokok permasalahan. Apabila informasi yang diberikan oleh narasumber kurang jelas, maka peneliti mengajukan kembali pertanyaan yang masih terdapat dalam kerangka pertanyaan besar. Pertanyaan-pertanyaan itu diberikan dengan tujuan untuk membantu narasumber dalam mengingat kembali peristiwa sehingga informasi menjadi lebih lengkap. Teknik wawancara ini berkaitan erat dengan pengunaan sejarah lisan (oral history), seperti yang diungkapkan oleh Kuntowijoyo (2003 :26-28) yang mengemukakan bahwa :

Sejarah lisan sebagai metode dapat dipergunakan secara tunggal dan dapat pula sebagai bahan dokumenter. Sebagai metode tunggal sejarah lisan tidak kurang pentingnya jika dilakukan dengan cermat. Banyak sekali permasalahan sejarah bahkan zaman modern ini yang tidak tertangkap dalam dokumen-dokumen. Dokumen hanya menjadi saksi dari kejadian-kejadian penting menurut kepentingan membuat dokumen dan zamannya, tetapi tidak melstarikan kejadian-kejadian individual dan yang unik yang dialami oleh seorang atau segolongan selain sebagai metode, sejarah lisan digunakan sebagai sumber sejarah.

(12)

mengenai kondisi umum kehidupan masyarakat desa Tanjung Binga khususnya kehidupan masyarakat nelayan. Kemudian pertanyaan selanjutnya mengarah kepada perubahan sosial ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat sekitar sejak adanya pengembangan kawasan wisata. Hasil dari jawaban-jawaban yang diungkapkan oleh beliau, peneliti menemukan suatu letak sinkronisasi antara teori perubahan sosial dengan kenyataan di lapangan.

Wawancara kedua dilakukan kepada salah seorang nelayan (pemilik kapal) dan seorang nelayan buruh, peneliti mengajukan pertanyaan mengenai kehidupan sosial ekonomi nelayan. Kemudian peneliti bertanya tentang perubahan sosial ekonomi yang dirasakan setelah adanya pengembangan kawasan wisata di Tanjung Binga. Selanjutnya peneliti mewawancari masyarakat sekitar kawasan pesisir dan sekitar kawasan wisata mengenai kehidupan sosial ekonomi masyarakat sebelum dan selatak adanya pengembangan kawsan wisata.

Selanjutnya peneliti mewawancarai salah satu staf dari dinas kebudayaan dan pariwisata kabupaten Belitung yakni kepala urusan Humas. Peneliti menanyakan beberapa pertanyaan mengenai perkembangan pariwisata di kabupaten Belitung. Kemudian peneliti bertanya tentang kondisi umum mengenai pariwisata yang ada di Tanjung Binga Kecamatan Sijuk.

Hasil wawancara dengan para narasumber di atas kemudian disalin dalam bentuk tulisan untuk memudahkan peneliti dalam proses pengkajian yang akan dibahas pada bagian selanjutnya. Setelah semua sumber yang berkenaan dengan masalah penelitian ini diperoleh dan dikumpulkan, kemudian dilakukan penelaahan serta pengklafikasian terhadap sumber-sumber informasi. Sehingga benar-benar dapat diperoleh sumber yang relavan dengan masalah penelitian yang dikaji.

(13)

3.2.2 Kritik Sumber

Langkah kedua setelah melakukan heuristik dalam penelitiannya, peneliti tidak lantas menerima begitu saja apa yang tercantum dan tertulis pada sumber-sumber itu. Peneliti harus melakukan penyaringan secara kritis terhadap sumber-sumber yang diperoleh, terutama terhadap sumber-sumber primer, agar menjadi fakta yang terjaring pilihannya. Langkah-langkah inilah yang disebut kritik sumber, baik terhadap materi sumber maupun isi sumber. Dalam tahapan ini data-data yang telah diperoleh berupa sumber tulisan maupun sumber lisan disaring dan dipilih untuk nilai dan diselidiki kesesuaian sumber, keterkaitan dan keobjektifannya. Dalam bukunya Sjamsuddin (2007 : 133) terdapat lima pertanyaan yang harus digunakan untuk mendapatkan kejelasan keamanan sumber-sumber mengingat semua data yang diperoleh dari sumber tertulis atau lisan tidak mempunyai tingkat yang sama yaitu :

1. Siapa yang mengatakan itu ?

2. Apakah dengan satu atau cara yang lain kesaksian itu telah diubah ? 3. Apakah sebenarnya yang dimaksud oleh orang itu dengan kesaksiannya ? 4. Apakah orang yang memberikan kesaksian itu seorang saksi mata yang

kompeten. Apakah ia mengetahui fakta ?

5. Apakah saksi itu mengatakan yang sebenarnya dan memberikan kepada kita fakta yang diketahui itu ?

Fungsi kritik sumber erat kaitannya dengan tujuan sejarahwan itu dalam rangka mencari kebenaran. Sejarahwan diharapkan dengan kebutuhan untuk membedakan apa yang benar, apa yang tidak benar, apa yang mungkin dan apa yang meragukan atau mustahil (Sjamsuddin, 2007 :131). Dengan kritik ini maka akan memudahkan penelitian dalam karya ilmiah yang benar-benar objektif tanpa rekayasa sehingga dapat dipertangungjawabkan secara keilmuan. Adapun kritik yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :

3.2.2.1 Kritik Eksternal

(14)

dapat dipercaya pengetahuan kita mengenai suatu sumber, akan makin asli sumber itu. Dalam hubungannya dengan historiografi otentitas suatu sumber mengacu kepada masalah sumber primer dan sumber skunder. Maka konsep otentitas memiliki derajat tertentu, dan terdapat tiga kemungkinan otentitas suatu sumber, yakni sepenuhnya asli, sebagian asli dan tidak asli. Dalam hubungan ini dapat diinterpretasikan bahwa sumber primer adalah sumber yang sepenuhnya asli, sedangkan sumber sekunder memiliki derajat keahlian tertentu.

Kritik eksternal merupakan suatu penelitian atas asal-usul dari sumber. Suatu pemeriksaan atas catatan-catatan atau hasil dari wawancara itu sendiri untuk mendapatkan semua informasi. Selain itu juga guna mengetahui apakah pada suatu waktu sejak awal mulanya sumber tersebut telah diubah oleh orang-orang tertentu atau tidak.

Peneliti melakukan kritik eksternal terhadap sumber lisan yaitu dengan cara mengidentifikasi narasumber apakah mengetahui, mengalami, atau melihat peristiwa yang menjadi objek kajian dalam penelitian. Adapun faktor-faktor yang diperhatikan dari narasumber yaitu usia narasumber yang disesuaikan dengan tahun kajian peneliti (1990-2011). Kemudian kesehatan mental maupun fisik dan kejujuran narasumber, pendidikannya, kedudukannya, pekerjaannya, tempat tinggal, serta keberadaannya pada saat adanya pengembangan kawasan wisata. Proses ini dilakukan karna semua data yang diperoleh dari sumber tertulis maupun sumber lisan tingkat keberadaannya tidak sama.

Kritik eksternal terhadap sumber tertulis dilakukan dengan cara memilih buku-buku yang ada kaitannya dengan permasalahan yang akan dikaji. Kritik terhadap sumber-sumber buku tidak terlalu ketat dengan pertimbangan bahwa buku-buku yang peneliti pakai merupakan buku-buku hasil cetakan yang di dalamnya membuat nama penerbit, nama peneliti dan tahun terbit, dan tempat di mana buku tersebut diterbitkan. Kriteria tersebut dapat dianggap sebagai suatu jenis pertangungjawaban atas buku yang telah diterbitkan.

3.2.2.2 Kritik Internal

(15)

mengkomparasikan dan melakukan cross check diantara sumber yang diperoleh. Kritik internal merupakan suatu cara pengujian yang dilakukan terhadap aspek dalam yang berupa isi dari sumber. Dalam tahapan ini peneliti melakukan kritik internal baik terhadap sumber-sumber tertulis maupun terhadap sumber lisan.

Kritik internal terhadap sumber-sumber tertulis yang telah diperoleh berupa buku-buku referensi dilakukan dengan membandingkanya dengan sumber lain namun terdapat sumber yang berupa arsip tidak dilakukan kritik dengan angapan bahwa telah ada lembaga yang berwenang untuk melakukannya. Dengan kata lain bahwa kritik ekstern terhadap sumber tertulis bertujuan untuk menguji keaslian dokomen, sedangkan kritik intern menguji makna isi dokumen atau sumber tertulis tersebut (Shafer, 1974 : 177-179). Kritik internal bertujuan untuk mengetahui kelayakan sumber yang telah diperoleh peneliti dari hasil wawancara dengan narasumber sebagai sumber sejarah yang berhubungan dengan permasalahan yang peneliti teliti. Sebagai langkah pertama yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan kritik internal dalam sumber lisan adalah dengan melihat kualitas informasi yang dipaparkan oleh narasumber, konsistensi pemaparan dalam menyampaikan informasi tersebut, serta kejelasan dan keutuhan informasi yang diberikan oleh narasumber. Karena semakin konsisten informasi yang diberikan oleh narasumber akan semakin menentukan kualitas sumber tersebut dan juga dapat dipertangung jawabkan.

Kritik internal terhadap sumber lisan ini pada dasarnya dilakukan dengan cara membandingkan hasil wawancara antara narasumber yang satu dengan narasumber yang lainnya sehingga peneliti mendapatkan data dan informasi mengenai perubahan sosial ekonomi masyarakat nelayan Tanjung Binga. Setelah peneliti melakukan kaji banding pendapat narasumber yang satu dengan yang lainya dan membandingkan pendapat narasumber dengan sumber tertulis maka akan diperoleh kebenaran fakta-fakta yang didapat dari sumber tertulis maupun sumber lisan yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

(16)

telah dilakukan pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteran masyarakat khususnya masyarakat nelayan Tanjung Binga. Kemudian peneliti membandingkannya dengan hasil observasi langsung saat mendatangi objek penelitian. Karena biasanya kepala atau staf sebagai salah satu instansi bagian pemerintahan, akan selalu memberikan informasi yang bagus-bagus, demi nama baik instansi yang terkait. Hal ini dilakukan untuk memperoleh kebenaran dari fakta yang didapat baik dari sumber tertulis maupun sumber lisan yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Adapun kritik internal untuk sumber tertulis dilakukan peneliti dengan membandingkan dan mengkonfirmasi berbagai informasi dalam suatu sumber dengan sumber lain yang memabahas masalah serupa. Selain itu juga peneliti melalukan proses perbandingan antara sumber tertulis dengan sumber lisan yang didapat oleh peneliti. Tahap ini bertujuan bertujuan untuk memilah-milah data dan fakta yang berasal dari sumber primer dan skunder yang diperoleh sesui dengan judul penelitian.

3.2.3 Interpretasi (Penafsiran Sumber)

Setelah dilakukannya kegiatan kritik terhadap sumber yang dikumpulkan, peneliti menempuh langkah selanjutnya yaitu interpretasi atau penafsiran sumber. Tahap ini merupakan tahap pemberian makna terhadap data-data yang telah melalui tahap kritik menjadi fakta-fakta, yang diperoleh dalam penelitian. Upaya penyusunan fakta-fakta disesuaikan dengan pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian. Setelah fakta-fakta tersebut dirumuskan dan disimpulkan berdasarkan data yang berhasil diperoleh, maka kemudian fakta tersebut kemudian disusun dan ditafsirkan. Suatu fakta dihubungkan dengan fakta lainnya, sehingga menjadi sebuah rekonstruksi yang memuat penjelasan dari berbagai pokok-pokok permasalahan.

(17)

sosiologis, dan penafsiran sintesis). Kedua, kemauan bebas manusia serta kebebasan manusia mengambil keputusan (Sjamsuddin, 2007: 164-171).

Pada tahapan ini peneliti berusaha memilah dan menafsirkan setiap fakta yang dianggap sesuai dengan bahasan dalam penelitian. Setiap fakta-fakta yang diperoleh dari sumber primer yang diwawancarai dibandingkan dan dihubungkan dengan fakta lain yang diperoleh baik dari sumber tertulis maupun sumber lisan. Hal ini di lakukan untuk mengantisipasi sebagian data yang diperoleh tidak mengalami penyimpangan. Setelah fakta-fakta tersebut dapat diterima dan dihubungkan dengan fakta lainnya maka rangkaian fakta tersebut diharapkan dapat menjadi sebuah rekonstruksi yang menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat desa nelayan Tanjung Binga Kecamatan sijuk.

Menurut penafsiran peneliti berdasarkan data-data yang peneliti peroleh dari hasil penelitian, bahwa perkembangan industri pariwisata merupakan hal biasa bagi setiap orang dan dengan keberadaan kawasan wisata dengan berbagai objek wisata di dalamnya, setiap orang mempunyai harapan mampu meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Namun kenyatan di lapangan justru masih banyak dari masyarakat terutama masyarakat nelayan Tanjung Binga yang seharusnya merasakan dampak positif dari segi sosial dan ekonominya tetapi malah sebaliknya.

(18)

maupun kedalamannya akan terlihat. Penggunaan konsep-konsep tersebut membantu peneliti dalam menjelaskan tentang kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi pada masyarakat nelayan dan sekitar kawasan wisata. Sehingga dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang dibahas.

3.2.4 Historiografi

Tahapan ini merupakan hasil dari upaya peneliti dalam mengerahkan kemampuan menganalisis dan mengkritisi sumber yang diperoleh dan kemudian dihasilkan sintesis dari penelitiannya yang terwujud dalam penelitian skripsi dengan judul “Perkembangan Kawasan Wisata Bahari dan Dampaknya Terhadap

Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Tanjung Binga Kecamatan Sijuk

Kabupaten Belitung Tahun 1990-2011”. Tahap ini merupakan langkah terakhir dari keseluruhan prosesdur penelitian. Tahap terakhir ini disebut historiografi. Historiografi merupakan hasil rekonstruksi melalui proses pengujian dan penelitian secara kritis terhadap sumber-sumber sejarah (Ismaun, 2005: 28-32).

Pada tahap ini seluruh hasil penelitian yang berupa data-data dan fakta-fakta yang telah mengalami proses heuristik, kritik dan interpretasi dituangkan oleh peneliti ke dalam bentuk tulisan. Dalam historiografi ini peneliti mencoba untuk menghubungkan keterkaitan antara fakta-fakta yang ada sehingga menjadi satu penelitian sejarah.

(19)

Referensi

Dokumen terkait

pcrXcitofcan tcrhadap Ihnfc-bante Gsaetai eengieisat fcmb-hlnh fiwaota in i - daUn hubuncannya dancan percoalon peaberlan tcredit - fcidcfc.. Esm xT AJM t t tuuifea

Tidak terpenuhinya nilai OEE di perusahaan tersebut karena nilai dari Quality Rate pada pperusahaan tersebut yang sangat rendah yaitu sebesar 50,1%sehingga perlu dilakukan

Di dalam kajian dan temuan sistem toilet ini memanfaatkan energi matahari untuk mengubah kotoran dan tinja manusia diubah menjadi produk yang

Kejahatan seksual pada anak di bawah umur dalam kaitan perlindungan anak dan pemberatan hukuman berupa kebiri kimia terhadap pelaku kejahatan dapat ditarik benang

Pengusaha satu tingkat dan tidak dapat menunjuk wakil dari luar organisasi Serikat Pekerja atau.

Intervensi amalan kerja sosial memberi impak berkesan dalam usaha menangani hambatan komunikasi interpersonal dalam kalangan penjaga formal dan informal dengan warga emas

Tidak hanya membuka dalam formasi khusus namun juga akan membuka lowongan CPNS tenaga honorer atau TKS yakni khusus tenaga teknis dengan total jumlah usulan sebanyak 509 orang

Data yang diambil berupa data primer yang dikumpulkan dari kuesioner pengetahuan dan sikap siswa SMA tentang akne vulgaris yang diisi oleh responden.. Pertemuan pertama