Imelia, Selvy. 2014
PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah dasar merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan dasar pada
jalur formal. Dikatakan sebagai sekolah dasar karena sekolah pada jenjang ini
merupakan sekolah yang mendasari untuk ke jenjang-jenjang berikutnya, yaitu ke
jenjang sekolah menengah. Sekolah dasar terdiri dari kelas satu sampai dengan
kelas enam. Adapun tujuan pendidikan di sekolah dasar yaitu sebagaimana tujuan
lembaga pendidikan lainnya yang harus mengacu pada tujuan pendidikan nasional
dan tujuan pendidikan dasar, serta memperhatikan tahap dan karakteristik
perkembangan siswa.
Salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam pendidikan formal di
sekolah dasar adalah Matematika. Matematika merupakan salah satu mata
pelajaran yang mempunyai peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Tidak bisa
dipungkiri, permasalahan dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari
matematika sebagai alat pemecah masalah. Oleh karena itu, Matematika
merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh seluruh siswa di
semua jenjang pendidikan, terlebih di jenjang Sekolah Dasar (SD).
Tujuan mata pelajaran Matematika menurut KTSP (2006) yaitu “...untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis sistematis, kritis, dan
kreatif, serta kemampuan bekerja sama”. Melihat tujuan tersebut matematika
memiliki Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang menjadi acuan
pelaksanaan pembelajaran yang selanjutnya akan diturunkan menjadi indikator
yang lebih spesifik sebagai tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa.
Melalui kegiatan pembelajaran, siswa diharapkan mencapai
kompetensi-kompetensi sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Strategi
sebaiknya berpusat pada siswa dan menekankan pada pembelajaran yang
kontekstual. Sebagaimana dalam KTSP (2006) yang menyatakan bahwa:
Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya menggunakan pendekatan pemecahan masalah dengan mengenalkan masalah yang sesuai dengan situasi (kontekstual). Dengan mengajukan masalah kontekstual siswa secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika.
Pada kenyataannya, Matematika lebih sering dipandang sebagai sebuah
pelajaran yang menakutkan, sulit dan abstrak. Matematika yang dipelajari di
sekolah lebih banyak menekankan pada hapalan. Guru cenderung hanya
mentransfer ilmu dan siswa hanya menerima ilmu tersebut dengan pasif. Pada
dasarnya siswa SD menurut teori perkembangan intelektual Piaget berada pada
periode operasional konkret. Siswa sekolah dasar masih terikat dengan objek
konkret yang dapat ditangkap oleh panca indera. Dalam pembelajaran matematika
yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media dan alat peraga yang
dapat memperjelas apa yang disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat
dipahami dan dimengerti oleh siswa.
Berdasarkan pengalaman di lapangan pada saat peneliti melakukan praktek
mengajar di SDN 3 Cikidang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat,
kenyataan yang didapat ketika pembelajaran matematika yaitu hasil belajar siswa
pada mata pelajaran Matematika khususnya pada siswa kelas VA di SDN 3
Cikidang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat masih banyak yang di
bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Nilai tersebut
diperoleh dari nilai Ujian Tengah Semester (UTS) matematika yang telah
dilakukan sebelumnya. Bila dipersentasekan nilai siswa yang di atas nilai KKM
yaitu sebesar 38% sedangkan nilai siswa yang di bawah KKM yaitu sebesar 62%.
Masalah tersebut terjadi akibat beberapa faktor, diantaranya guru
cenderung menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran, sehingga siswa
hanya mendapat informasi dari apa yang disampaikan oleh guru (teacher center)
Siswa merasa pembelajaran di sekolah tidak ada kaitannya dengan kehidupan
sehari-harinya sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna. Selain itu saat di
kelas guru tidak menggunakan alat peraga untuk menunjang pembelajaran.
Kemudian pada saat siswa tidak mengerti apa yang disampaikan oleh guru, siswa
tidak berani untuk bertanya dan tidak memiliki kemauan untuk mencari tahu, hal
ini mungkin disebabkan oleh kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran dan
kurangnya minat siswa pada saat pembelajaran. Selain itu siswa susah untuk
dibagi kelompok, banyak siswa berkemampuan tinggi menolak untuk satu
kelompok dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Berdasarkan kajian literatur yang dilakukan peneliti, penerapan
pendekatan, strategi, model atau metode pembelajaran yang bervariasi dan
inovatif sangat diperlukan dalam pembelajaran matematika. Adapun salah satu
cara yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan aktivitas siswa adalah
dengan menerapkan pendekatan matematika realistik. Mengingat pada usia anak
sekolah dasar, perkembangan berpikir mereka masih dalam tahap konkret.
Realistic Mathematics Education (RME) dalam bahasa Indonesia dikenal dengan
pendekatan matematika realistik merupakan teori belajar mengajar dalam
pendidikan matematika. Teori pendekatan matematika realistik pertama kali
diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut
Freudenthal. Teori ini mengacu pada pendapat Freudenthal yang mengatakan
bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan
aktivitas manusia. Ini berarti bahwa matematika harus dekat dengan anak dan
relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari.
Pendekatan matematika realistik memiliki lima karakteristik yaitu
penggunaan konteks, pemodelan, pemanfaatan hasil konstruksi siswa,
interaktivitas dan keterkaitan. Karakteristik yang ada pada pendekatan matematika
realistik ini menunjukkan proses pembelajaran dari situasi konkret menjadi
abstrak. Pendekatan matematika realistik akan mengubah matematika yang
bersifat abstrak menjadi konkret dengan mengedepankan masalah yang
lebih menarik, relevan, bermakna, tidak terlalu formal dan tidak terlalu abstrak.
Selain itu, pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik
mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa, menekankan belajar matematika
pada learning by doing dan menggunakan masalah-masalah kontekstual sebagai
titik awal pembelajaran matematika.
Pendekatan matematika realistik menggunakan masalah kontekstual
sebagai dasar pembelajaran matematika dan memandang siswa bukan sebagai
penerima pasif, tetapi siswa diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide
dan konsep matematika dalam dunia nyata di bawah bimbingan guru. Dunia nyata
diartikan segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, baik yang
berkaitan dengan mata pelajaran matematika maupun mata pelajaran lain.
Pendekatan matematika realistik dapat menjadikan pembelajaran matematika
menjadi menyenangkan, hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Marpaung (Ferdiansyah, 2012: 5) bahwa ‘dengan pendekatan matematika realistik, matematika bukan lagi sebagai mata pelajaran yang menakutkan bagi
siswa namun sudah menjadi pelajaran yang menyenangkan karena proses
pembelajaran tidak bersifat satu arah’. Dapat disimpulkan bahwa pendekatan
matematika realistik merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada
aktivitas siswa dan pembelajarannya menggunakan pengalaman siswa dan
konteks dunia nyata.
Adapun penelitian sebelumnya mengenai peningkatan hasil belajar siswa
dengan menerapkan pendekatan matematika realistik adalah penelitian yang
dilakukan oleh Ferdiansyah (2012), dari hasil penelitiannya dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar siswa kelas V sekolah dasar pada materi pecahan setelah
menerapkan pendekatan matematika realistik mengalami peningkatan, hal ini
ditunjukan dengan rata-rata nilai yang diperoleh pada tiap siklus, yaitu siklus I
tindakan pertama dan kedua rata-rata siswa mencapai 78,32 dan 64,21. Pada
siklus II tindakan pertama dan kedua mengalami peningkatan dengan nilai
Salah satu materi pelajaran yang harus dipelajari siswa, khususnya siswa
kelas lima adalah Bangun Ruang, materi ini erat kaitannya dengan kehidupan
siswa sehari-hari dan sebagaimana yang telah dideskripsikan di atas, penerapan
pendekatan matematika realistik pada materi Sifat-sifat Bangun Ruang sangat
diperlukan. Peneliti menduga hasil belajar siswa akan meningkat melalui
penerapan pendekatan matematika realistik, dan berdasarkan uraian di atas pula peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Pendekatan Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Matematika Materi Sifat-Sifat Bangun Ruang (Penelitian Tindakan
Kelas di SDN 3 Cikidang Kelas VA Semester II Kecamatan Lembang Kabupaten
Bandung Barat)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
permasalahan utama dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah penerapan
pendekatan matematika realistik untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Matematika materi Sifat-sifat Bangun Ruang di kelas VA SDN 3 Cikidang?”. Untuk menjawab masalah tersebut dapat dijabarkan kedalam rumusan masalah yang lebih khusus yaitu berupa pertanyaan penelitian sebagai
berikut.
1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran matematika dengan menerapkan
pendekatan matematika realistik pada materi Sifat-sifat Bangun Ruang di
kelas VA SDN 3 Cikidang?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menerapkan
pendekatan matematika realistik pada materi Sifat-sifat Bangun Ruang di
kelas VA SDN 3 Cikidang?
3. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas VA SDN 3 Cikidang
pada materi Sifat-sifat Bangun Ruang dengan menerapkan pendekatan
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian umum ini untuk “Mendeskripsikan penerapan pendekatan matematika realistik untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Matematika materi Sifat-sifat Bangun Ruang di kelas VA SDN 3 Cikidang”. Adapun tujuan khusus penelitian ini dirinci sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran matematika dengan menerapkan
pendekatan matematika realistik pada materi Sifat-sifat Bangun Ruang di
kelas VA SDN 3 Cikidang.
2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menerapkan
pendekatan matematika realistik pada materi Sifat-sifat Bangun Ruang di
kelas VA SDN 3 Cikidang.
3. Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa kelas VA SDN 3 Cikidang
pada materi Sifat-sifat Bangun Ruang dengan menerapkan pendekatan
matematika realistik.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini bermanfaat bagi siswa, guru, sekolah, maupun peneliti
selanjutnya, manfaat tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Bagi siswa, penelitian ini dapat meningkatkan aktivitas siswa menjadi lebih
aktif dalam proses pembelajaran serta hasil belajar siswa dapat lebih
meningkat.
2. Bagi guru, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai penerapan
pendekatan matematika realistik dalam materi Sifat-sifat Bangun Ruang serta
menjadi alternatif pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa.
3. Bagi sekolah, penelitian ini dapat meningkatkan kualitas sekolah khususnya
4. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat memberikan ilmu pengetahuan
dan gambaran mengenai pendekatan matematika realistik untuk penelitian
selanjutnya yang digunakan sebagai bahan referensi.
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian literatur yang telah dilakukan penerapan pendekatan
matematika realistik dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
matematika materi Sifat-sifat Bangun Ruang di kelas VA SDN 3 Cikidang
Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.
F. Definisi Operasional
1. Pendekatan Matematika Realistik
Pendekatan matematika realistik adalah pendekatan yang berorientasi pada
aktivitas siswa dan pembelajarannya menggunakan konteks dunia nyata sebagai
dan siswa dapat mengkonstruksi konsep matematika dengan pemecahan masalah
yang terjadi sebagai pengalamannya. Pembelajaran dengan pendekatan ini
mengacu pada lima karakteristiknya yaitu penggunaan konteks, pemodelan,
pemanfaatan hasil konstruksi siswa, interaktivitas, dan keterkaitan.
2. Hasil belajar
Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kemampuan
yang dicapai siswa melalui pembelajaran. Adapun dalam konteks penelitian ini
adalah kemampuan-kemampuan siswa yang tergambarkan dalam Indikator
Capaian Kompetensi sebagai penjabaran dari Kompetensi Dasar nomor 6.2.
Mengidentifikasi Sifat-sifat Bangun Ruang. Bangun ruang dalam penelitian ini