• Tidak ada hasil yang ditemukan

T IPA 1204735 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T IPA 1204735 Chapter3"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Fera Maulidya Sukarno, 2014

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain penelitian

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan desain eksperimen lemah

(weak experimental design), dikatakan “lemah” karena tidak dibangun suatu kelas

kontrol terhadap validitas internal. Karena alasan tersebut desain seperti ini sering

diklasifikasikan sebagai non-eksperimen atau pre-eksperimen (Campbell &

Stanley, 1963), yang dikemudian hari dikategorikan sebagai quasi eksperimen

(Campbell & Stanley, 1963).

Meski dalam desain tersebut terdapat sejumlah kemungkinan lain yang

dapat memberikan pengaruh terhadap hasil selain variabel bebas (Fraenkel &

Wallen, 2006), namun tetap digunakan pada penelitian ini. Menimbang

karakteristik dari variabel bebas yang diteliti, yaitu model pembelajaran IEEIA

(Investigating and Evaluating Environmental Issue and Action) merupakan suatu

program pendidikan lingkungan yang cukup panjang, dengan syntax meliputi

tujuh tahapan pembelajaran. Dalam implementasinya dibutuhkan sekitar sembilan

kali pertemuan, ditambah dua pertemuan lainnya dialokasikan untuk pretest dan

posttest. Dengan kondisi tersebut, ditambah keterbatasan peneliti, maka cukup

sulit dilakukan studi dengan menggunakan kelas kontrol. Oleh sebab itu,

penelitian difokuskan pada kondisi pembelajaran siswa dalam satu kelas

(2)

siswanya, interaksi guru-siswa, interaksi antar siswa dalam kelompok, serta

kesulitan yang ditemui selama proses pembelajaran.

Adapun tipe pre-eksperimental yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

one-group pretest-posttest design (Fraenkel & Wallen, 1993). Desain ini

merupakan suatu bentuk rancangan penelitian yang terdiri dari satu kelompok

partisipan yang diobservasi sebelum perlakuan (pretest), kemudian dikenai

perlakuan berupa model pembelajaran Investigating and Evaluating

Environmental Issue and Action (IEEIA) pada materi “Peranan Manusia dalam

Pengelolaan Lingkungan”, setelah itu dilakukan observasi setelah perlakuan

(posttest) atas variabel terikatnya berupa level literasi lingkungan siswa. Pengaruh

dari perlakuan dapat diukur dengan membandingkan rerata skor posttest dari

pretestnya (Dimitrov & Rumrill, 2003).

Dengan bentuk penelitian seperti ini, diharapkan dapat mengevaluasi

kefektifan program IEEIA untuk literasi lingkungan siswa. Meski demikian,

masih terdapat beberapa faktor yang mengancam validitas internal maupun

eksternal dalam desain sederhana ini, seperti; sejarah, kematangan, instrumen,

mortalitas data, pemilihan subjek penelitian, efek pretest, prosedur penelitian

(Dimitrov & Rumrill, 2003). Oleh karena itu, penelitian ini tidak hanya

menyandarkan data informasi dari pretest dan posttest semata, tetapi bahwasanya

penelitian ini bersifat insitu-observation yang merekam setiap detail peristiwa di

kelas dan kelompok siswa selama proses perjalanan yang cukup panjang, dimana

setiap segmen dari tahapan pembelajaran dilakukan observasi. Pembelajaran

(3)

asesmen non-tes pada tiap-tiap tahapannya, maka hal ini dapat mengisi

kelengkapan data/ informasi atas progres yang dialami siswa.

Selain efektifitas program IEEIA bagi peningkatan literasi lingkungan

siswa, menarik juga untuk diteliti lebih jauh komponen literasi lingkungan mana

(Pengetahuan Ekologi, Keterampilan Kognitif, Sikap dan Perilaku terhadap

Lingkungan) yang paling berkembang melalui program IEEIA ini, serta menelisik

hubungan/ korelasi antara komponen tersebut. Selain itu diungkap pula segmen

paling antik dalam pembelajaran IEEIA, yakni adanya tahapan Aksi Lingkungan.

Untuk itu satu ulasan penuh membahas mengenai bagaimana pengalaman belajar

siswa selama proses aksi.

Adapun secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam

penelitian ini digambarkan pada prosedur penelitian (Gambar 3.1.) sebagai

(4)

B.

III. TAHAP ANALISIS DATA DAN PELAPORAN

Posttest MSELS, dan Pengisian Tahap Akhir Pretest MSELS, dan Pengisisan Tahap Awal Validity, Curriculum validity) oleh Ahli

(5)

B. Tempat dan Subjek Penelitian

Konteks dalam penelitian ini merupakan satu kelas tujuh sekolah

menengah pertama. Dengan pertimbangan bahwa materi ajar mengenai

lingkungan dalam kurikulum KTSP SMPN 1 Subang untuk IPA terpusat di kelas

tujuh semester II. Penentuan kelas diperoleh dari masukan tim pengajar IPA

sekolah yang bersangkutan berdasarkan karakteristik umum siswanya. Kelas yang

dijadikan sebagai subjek penelitian dinilai sangat berbakat dalam hal kognitif

namun dianggap belum berhasil di tatanan afektif dan perilaku. Sepadan dengan

salah satu tujuan penelitian ini, yakni membangun literasi lingkungan siswa yang

menitik beratkan juga pada komponen afektif serta perilaku bertanggung jawab

terhadap lingkungan, maka pertimbangan tersebut mendasari pemilihan subjek

penelitian.

Rangkaian penelitian berlangsung di SMPN 1 Subang dalam rentang

waktu 30 April–10 Juni 2011. Sekolah tersebut berlokasi di pusat Kabupaten

Subang, Jawa Barat, merupakan sekolah favorit, dengan jumlah rombongan

belajar 24, siswanya berjumlah lebih kurang 700. Subjek penelitian terdiri dari 29

siswa yang berpartisipasi dalam penelitian ini (18 putra dan 11 putri), namun satu

orang siswa mengalami mortalitas data, disebabkan tidak mengikuti pretest.

Selama penelitian, siswa diimplementasikan model pembelajaran IEEIA

yang melalui ketujuh tahapan, diantaranya; pengenalan masalah dan isu

lingkungan, keyakinan dan nilai terkait kedudukan isu lingkungan, strategi

investigasi isu lingkungan, mengumpulkan data, menginterpretasi data,

(6)

melakukan aksi. Setelah itu diadakan pelaporan atas aksi lingkungan siswa di aula

sekolah berupa presentasi yang dilombakan, dengan disaksikan oleh Badan

Lingkungan Hidup (BLHD Kab.Subang), Kepala Sekolah, Guru-guru, serta siswa

lainnya. Selama proses pembelajaran peran peneliti sebagai guru pengajar,

dibantu oleh dua orang staf sekolah sebagai pengambil gambar dan video. Lembar

Kerja Siswa (LKS), kuisioner, rubrik penilaian presentasi, turut melengkapi

sumber data selain hasil tes Middle School Environmental Literacy Survey

(MSELS).

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel

terikat sebagai berikut:

1. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran

Investigating, Evaluating Environmental Issue and Action (IEEIA).

2. Variabel terikatnya berupa level literasi lingkungan siswa.

Pendekatan dalam penelitian ini sengaja dibuat mirip dengan penelitian

yang dilakukan oleh perumus IEEIA, Volk & Cheak (2003) dimana siswa dapat

lebih terlibat dan berpikir kritis dalam aksi lingkungan di masyarakat. Menilik

dari konteks dalam penelitian ini sebagaimana yang dipaparkan oleh Strauss &

Corbin (dalam Charmatz, 2007) bahwasanya model pembelajaran IEEIA

menunjukkan keterkaitan antara individu, kelompok dan tidak menutup

kemungkinan untuk komunitas yang lebih luas. Untuk itu dalam penelitian ini,

(7)

membangun rencana tindakan aksi bersama siswa, serta melaporkan “roda

kehidupan” selama pembelajaran berlangsung.

Penelitian ini juga menitikberatkan aksi siswa yang berlandaskan pada isu

lingkungan yang diangkat di kelas, disertai kombinasi refleksi diri dan refleksi

secara kolektif, kemudian bagaimana hal ini dapat mempengaruhi kondisi

lingkungan secara lokal.

D. Asumsi Penelitian

1. Literasi lingkungan siswa merupakan tujuan utama dari program

pendidikan lingkungan (Disinger & Roth, Hungerford, Peyton & Wilke,

Iozzi, Leveault, Marcinkowski, Stapp, UNESCO dalam Negev et al.,

2008; Chu et al., 2007; Erdogan, Kostova, Marcinkowski, 2009). Menurut

kerangka kerja Simmons, literasi lingkungan terdiri dari

komponen-komponen pengetahuan ekologi, keterampilan kognitif, afektif, dan

perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan. Keempat komponen ini

berperan menentukan level literasi lingkungan siswa (Simmon dalam Chu

et al., 2007; Erdogan, Kostova, Marcinkowski, 2009).

2. Level literasi lingkungan siswa dapat diukur melalui alat evaluasi standar

yakni Environmental Literacy Instrument, yang sekaligus berfungsi untuk

mengases keefektifan suatu program pendidikan lingkungan (NAAEE,

2011).

3. Model pembelajaran Investigating, Evaluating Environmental Issue and

(8)

dikembangkan oleh tim perancang Environmental Literacy Instrument itu

sendiri, yang menyentuh komponen-komponen literasi lingkungan secara

menyeluruh dan dibelajarkan begitu sistematis (Hungerford & Volk,

1990). Dengan kata lain, penerapan IEEIA seperti “kunci dan anak kunci”,

dimana dalam setiap tahapannya disesuaikan dengan kriteria pencapaian

literasi lingkungan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen evaluasi yang disarankan oleh ahli dalam mengases literasi

lingkungan adalah kriteria khusus, yang mengacu pada kerangka kerja Simmons,

yakni penggunaan Environmental Literacy Instrument (Negev et al., 2008; Chu et

al., 2007). Bentuk kriteria ini tersedia bagi audiens sesuai tingkatannya, yang

dikhususkan bagi siswa sekolah menengah yaitu MSELI/ S.

Pengumpulan data literasi lingkungan siswa dalam penelitian ini

menggunakan asesmen standar Middle School Environmental Literacy Survey

(MSELS) tersebut. Selain tes tertulis MSELS sebagai instrumen penelitian utama,

dilengkapi pula dengan seperangkat perekam data lainnya, yaitu kuisioner,

sejumlah LKS yang sudah menjadi satu bagian utuh dalam program IEEIA, serta

rubrik penilaian presentasi aksi lingkungan. Instrumen yang digunakan tersebut

dalam pelaksanannya didisain sebagaimana tampak pada Tabel 3.1. berikut:

Tabel 3.1. Rancangan Instrumen

No. Instrumen Bentuk

(9)

1

Tes Tertulis Asesmen Standar Literasi Lingkungan Siswa SMP, Middle School

Environmental

(10)

1. Tes Tertulis Middle School Environmental Literacy Survey (MSELS)

MSELS dirancang untuk mengukur berbagai komponen literasi

lingkungan. Indikator dalam instrumen ini sesuai dengan kerangka kerja Simmons

sebagai kriteria dalam menganalisis level literasi lingkungan (Simmon dalam Chu

et al., 2007; Erdogan et al., 2009).

Tes tertulis MSELS mencakup keseluruhan komponen-komponen literasi

lingkungan, antara lain; komponen pengetahuan ekologi (17 item soal pilihan

ganda), sikap dan kepedulian terhadap lingkungan (27 item jenis skala Likert),

keterampilan dalam memecahkan masalah lingkungan (17 item soal pilihan

ganda), serta perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan (6 item jenis skala

Likert). Sebagai tambahan, 4 item soal pilihan ganda yang mencakup data

demografik. Suatu overview mengenai MSELS dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2.

Middle School Environmental Literacy Survey (MSELS)

(11)

Lingkungan Kepekaan

Sebelum soal tes MSELS (Middle School Environmental Literacy

Instrument/ Survey) digunakan, terlebih dahulu dilakukan alih bahasa serta

adaptasi terhadap soal tes, mengingat bahasa serta kemungkinan perbedaan

budaya yang tertera dalam naskah tes aslinya. Sedangkan untuk uji validitas

(12)

dinilai baik dalam mengukur literasi lingkungan siswa usia sekolah menengah,

sehingga dijadikan bahan rujukan asesmen atau evaluasi standar untuk literasi

lingkungan di beberapa negara.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan MSELS dengan hanya

menguji validitas kontennya, mengingat keunikan soal MSELS yang cukup sulit

untuk dilakukan uji validitas konstruk dan reliabilitas oleh peneliti sendiri. Oleh

karena itu, referensi “teruji baik” yang khusus menyoroti keabsahan serta

keajegan tes tersebut (Mc Beth, 1997) menjadi landasan bagi peneliti untuk

mengasumsikan bahwa tes MSELS memiliki kualitas yang baik dari segi validitas

dan reliabilitasnya, tentu dalam hal ini pertimbangan ahli masih sangat diperlukan

bagi beberapa penyesuaian terhadap kurikulum, bahasa, dan budaya. Instrumen

tes MSELS untuk mengukur literasi lingkungan siswa SMP dapat dilihat pada

lampiran A.11.

2. Kuisioner

Untuk mendalami pemikiran serta pengalaman siswa terkait isu

lingkungan, selain tes tertulis MSELS, diberikan pula enam pertanyaan berupa

essay dalam kuisioner. Kuisioner ini diilhami dari penelitian disertasi Charmatz

(2007) yang meneliti pula tentang literasi lingkungan siswa. Data kuisioner ini

diambil sebelum dan sesudah perlakuan program IEEIA.

Dari kuisioner tersebut diharapakan dapat melengkapi serta mengungkap

gambaran lebih riil atas kondisi siswa, khusunya sebelum pembelajaran. Karena

(13)

dapat dengan mudah diakses dalam kehidupan sehari-hari siswa, maka kuisioner

ini menjadi penting untuk memotret keterlibatan siswa sebelum dan sesudah

perlakuan.

3. Rubrik Penilaian Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan bagian tak terpisahkan dari

program IEEIA. Dalam ketujuh tahapannya, IEEIA menawarkan LKS sebagai

media untuk membatu siswa menganalisis isu lingkungan, mengenalkan pada

mereka nilai-nilai dalam isu lingkungan, juga strategi investigasinya. Bagaimana

kemudian dirancang beberapa LKS yang dianjurkan oleh syntax IEEIA untuk

menginspirasi, menyadarkan siswa untuk berhemat listrik dan air, ikut berperan di

dalamnya, setelah itu mereka mengajak rekan-rekannya yang lain dengan ide-ide

segar mereka. Bentuk LKS beserta rubrik penilaian yang diberikan kepada siswa

dapat dilihat pada lampiran A.9.

4. Rubrik Penilaian Presentasi Aksi Lingkungan

Pada akhir program IEEIA, siswa didorong untuk melakukan aksi

lingkungan, hal ini menjadi klimaks dari serangkaian tahapan model pembelajaran

ini. Untuk mengapresiasi effort siswa tersebut maka model pembelajaran IEEIA menambahkan suatu agenda “presentasi” atas hasil karya aksi lingkungan siswa.

Seyogyanya ajang presentasi ini memiliki kekuatan layaknya butterfly effect yang

mampu menyentuh, mengajak rekan-rekannya yang belum terlibat untuk ikut

(14)

Dalam penelitian ini, peneliti merancang sebuah even akbar di sekolah

tersebut berkesesuaian dengan momentum hari lingkungan hidup sedunia. Dalam

acara tersebut siswa secara berkelompok diberikan kesempatan untuk

mempresentasikan kegiatan aksi lingkungan pilihan mereka, mengapa mereka

ingin melakukannya, bagaimana hasilnya, kesulitan yang dihadapi, dan sekelumit

proses pembelajaran yang mereka dapat petik dari aksi tersebut. Untuk mengases

presentasi ini, didisain sebuah rubrik penilaian yang dirumuskan oleh peneliti

bersama dewan juri dari Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kab. Subang,

Rubrik penilaian presentasi terdiri dari tujuh kategori bagi masing-masing

kelompok, seperti identifikasi isu lingkungan, kolaborasi, pemecahan masalah,

dsb, yang tiap-tiap kategori tersebut memiliki poin 1 (poin terendah) - 4 (poin

tertinggi), sehingga total nilai tertinggi yang dapat diperoleh sebanyak 28 poin.

Rubrik penilaian aksi lingkungan dapat dilihat pada lampiran A.10.

F. Prosedur Penelitian

Dalam pelaksanaannya, penelitian ini menempuh beberapa tahapan

prosedur penelitian. Berikut deskripsi alur penelitian yang menjadi acuan dalam

penelitian ini.

1. Tahap Persiapan

Sebelum implementasi pembelajaran dilakukan di kelas, banyak hal yang

perlu dipersiapkan untuk menyokong terlaksananya penelitian, bahkan dapat

dikatakan pada tahapan ini betul-betul membutuhkan waktu serta energi yang

(15)

peneliti terdorong untuk menjadikan pembelajaran IPA sebagai sarana edukasi

lingkungan, untuk itu kemudian dilakukanlah penelusuran serta analisis-sintesis

terhadap sejumlah jurnal-jurnal internasional mengenai istilah “literasi

lingkungan”, yang tak lain merupakan tonggak tujuan atas pendidikan lingkungan.

Dari proses penelusuran tersebut ditemukan keberadaan asesmen baku terhadap

literasi lingkungan siswa sekolah menengah yang banyak diteliti secara luas di

beberapa Negara, yakni Middle School Environmental Literacy Survey (MSELS).

Setelah itu peneliti menentukan fokus penelitian pada pemecahan masalah, berupa

model pembelajaran yang diklaim sesuai dan secara khusus diunggulkan untuk

membangun literasi lingkungan tapi belum banyak dibahas di Indonesia, yakni

program IEEIA.

Untuk mendukung terwujudnya penelitian ini, amat perlu dilakukan juga

penyesuaian terhadap kurikulum di Negara kita, apakah dapat diimplementasikan

atau tidak. Karenanya peneliti melakukan analisis terhadap kurikulum IPA SMP

yang termaktub dalam BSNP, yang ternyata rumusan tujuan pemebelajaran serta

indikatornya dapat matched dengan materi pembelajaran “Peranana Manusia

terhadap Lingkungan” yang dibelajarkan di kelas VII semester kedua dalam

kurikulum KTSP SMPN 1 Subang.

Demi untuk memenuhi kelengkapan prosedur penelitian, maka dilakukan

pula analisis konsep mengenai “Peranan Manusia terhadap Lingkungan” yang

diambil dari referensi Cambridge. Seperti kita ketahui konsep ini cenderung

umum dan bersifat pengetahuan populer, sehingga referensi dari luar tersebut

(16)

Dari analisis konsep inilah yang kemudian dilahirkan media-media pembelajaran

seperti power point slides, LKS, serta bahan ajar secara keseluruhan. Untuk bahan

ajar, peneliti merumuskannya secara teknis bahkan dapat dikatakan sangat detail

mengenai kegiatan pembelajaran, dapat dilihat pada lampiran A.7.

Selanjutnya peneliti melaksanakan bimbingan penyusunan proposal,

seminar proposal, serta mempersiapkan surat-surat perizinan untuk melakukan

observasi ke sekolah. Hal penting lainnya dalam penelitian ini adalah kesiapan

instrumen penelitian. Selain tes tertulis MSELS dialih bahasa dan diadaptasi

kemudian memperoleh judgement dari ahli untuk content validity dan curriculum

validity, juga disusun kuisioner, LKS, serta rubrik penilaian presentasi aksi

lingkungan.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahapan ini dilakukan implementasi model pembelajaran

Investigating, Evaluating Environmental Issue and Action (IEEIA) pada satu kelas

perlakuan. Model pembelajaran ini terdiri dari tujuh tahapan, ditambah dengan

waktu khusus untuk pretest dan posttest. Dalam penelitian ini menghabiskan

waktu cukup panjang, berlangsung mulai tanggal 27 April sampai dengan 10 Juni

2013. Adapun pembelajaran IPA terjadwal tiga jam dalam seminggu, yang tiap

minggunya terbagi ke dalam dua kali pertemuan.

(17)

a. Pengajuan permohonan izin penelitian kepada pihak sekolah, juga

dilakukan konsolidasi dengan guru IPA serta staf sekolah yang amat

dibutuhkan bantuannya terhadap kelangsungan penelitian ini.

b. Menentukan subjek penelitian (siswa yang akan diberi perlakuan model

pembelajaran IEEIA pada materi Peranan Manusia terhadap Lingkungan).

Penentuan siswa berdasarkan pada hasil musyawarah guru pengajar IPA

sekolah yang bersangkutan, dengan dilatarbelakangi oleh harapan besar

pihak sekolah untuk menjadikan siswa di kelas unggulannya menjadi

penggerak dalam aktivitas lingkungan. Tetapi kondisi riil yang ditemui

ternyata sebaliknya, siswa yang dianggap kelas terbaik ini sama sekali

belum mencerminkan sikap peduli, mereka cenderung acuh terhadap rekan

apalagi lingkungan. Sejalan dengan itu, sekolah mengharapkan dari hasil

penelitian ini dapat merubah sikap perilaku siswa menjadi agen peubah

yang berpartisipasi aktif dalam isu lingkungan sekolah.

c. Training motivasi kepada subjek penelitian (siswa) dari peneliti mengenai

keikutsertaannya dalam penelitian sedikit banyak akan memberikan

manfaat bagi mereka, menambah wawasan serta pengalaman menarik

terkait isu lingkungan. Peneliti juga menjamin tidak akan mengganggu

roda pembelajaran, karena penelitian dirancang untuk sesuai dengan

kurikulum jadwal kalender pendidikan sekolah.

d. Permohonan izin orang tua siswa dalam mengikutsertakan putra-putrinya

untuk mengikuti rangkaian penelitian dan tes. Orang tua sebelumnya

(18)

memberikan pilihan untuk membolehkan atau tidak kepada putr-putrinya

sebagai partisipan penelitian, kemudian ditandatangani. Dalam surat

tersebut peneliti juga memaparkan secara general perihal penelitian,

tujuan dari penelitian, dan menjamin kerahasiaan data putra-putrinya.

e. Melakukan pretest dengan menggunakan tes MSELS untuk mengetahui

level literasi lingkungan siswa.

f. Memberikan kuisioner mengenai pemikiran dan keterlibatan siswa terkait

lingkungan.

g. Mengimplementasikan model pembelajaran IEEIA pada materi “Peranan

Maanusia terhadap Lingkungan” yang terdiri dari tujuh tahapan

pembelajaran, menggunakan acuan bahan ajar yang telah dibuat.

h. Menyelenggarakan even presentasi aksi lingkungan yang dikemas menarik

sehingga dapat menjadi ajang promosi peduli lingkungan di sekolah.

Penting kiranya juga untuk memberikan penghargaan atas hasil kerja keras

siswa selama proses pembelajaran yang berujung pada presentasi aksi,

karenanya itu momen ini patut untuk „dirayakan‟. Dalam kesempatan

tersebut peneliti berusaha melakukan lobi dengan Kepala Daerah untuk

turut mengapresiasi aksi peduli lingkungan siswa.

i. Melakukan posttest, dengan kembali menggunakan tes MSELS.

j. Memberikan kuisioner lingkungan, sama seperti yang diberikan sebelum

pembelajaran.

(19)

Setelah implementasi model pembelajaran Investigating, Evaluating

Environmental Issue and Action (IEEIA ) pada siswa SMP untuk materi Peranan

Manusia terhadap Lingkungan selesai, lalu data yang diperlukan juga telah

terkumpul, selanjutnya tahapan yang dilakukan yakni pengolahan data hasil

penelitian sekaligus menyusun laporan penelitian.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tes

tertulis MSELS, kuisioner, serta rubrik penilaian LKS dan aksi lingkungan. Data

primer berupa tes tertulis pilihan ganda MSELS yang menghasilkan data

kuantitatif, dimana hasilnya menggambarkan secara menyeluruh perolehan siswa

atas komponen-komponen literasi lingkungan, seperti; komponen pengetahuan

ekologi, keterampilan kognitif, afektif dan perilaku bertanggung jawab terhadap

lingkungan.

Data pendukung lainnya yaitu kuisioner, bermanfaat merekam

pernyataan-pernyataan siswa yang mendeskripsikan kepedulian mereka terhadap lingkungan.

Data kualitatif dari kuisioner ini dirasakan sangat membantu peneliti untuk

menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi dalam proses pembelajaran.

Sedangkan rubrik penilaian untuk aksi lingkungan merupakan asesmen tersendiri

yang menonjolkan kekuatan program IEEIA, yakni penekanan model

pembelajaran ini pada aksi lingkungan. Rubrik penilaian ini bersifat collective

(20)

lingkungan. Secara keseluruhan teknik pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel

Pengetahuan ekologi Tes tertulis MSELS

Dilakukan pada awal dan akhir

pembelajaran

Keterampilan kognitif Tes tertulis MSELS

Dilakukan pada awal dan akhir

pembelajaran

Afektif Tes tertulis

MSELS

terhadap lingkungan Kuisioner

Dilakukan pada awal dan akhir

pembelajaran

Kinerja siswa Lembar Kerja Siswa

Setelah model pembelajaran IEEIA diimplementasikan, maka diperoleh

(21)

pengolahan data merujuk pada data yang terkumpul dan rumusan masalah yang

terdapat pada Bab I.

I. Data Kualitatif

Data kualitatif yang dihimpun dalam penelitian ini berupa data

demografik, seperti; usia, gender, suku (tertera pada soal MSELS Bagian I:

Biodata), serta pernyataan siswa dalam kuisioner mengenai pemikiran serta

keterlibatan siswa terhadap lingkungan. Data kualitatif lainnya yakni juga sederet

aktivitas siswa selama proses pembelajaran yang dihimpun menjadi hasil kinerja

siswa berupa pengerjaan LKS, yang dapat memvisualisasikan progres siswa

selama pembelajaran. Sementara beberapa hasil wawancara dengan siswa selama

presentasi aksi lingkungan serta komentar dewan juri juga menjadi bahan

masukan yang berharga serta melengkapi data kualitatif ini.

1. Data Demografik

Asesmen Literasi MSELS menyediakan suatu ruang khusus bagi

terjaringnya data demografik siswa, yaitu Bagian I mengenai Biodata. Jumlah soal

tentang data demografik sebanyak empat butir, diantaranya menghimpun tentang

usia, kelas, jenis kelamin, dan suku.

Peneliti sengaja tidak menghilangkan bagian biodata ini karena jika

demikian akan mengubah susunan soal dan pembobotannya. Selain itu, sedikit

banyak data tersebut akan dapat memberi masukan berharga terkait hasil

(22)

gambaran umum, siswa melaporkan data dirinya seperti yang disajikan dalam

Tabel 3.4. berikut:

Tabel 3.4.

Data Demografik Siswa

Demografik N %

Usia:

a. 11 tahun atau lebih muda - 0%

b. 12 tahun 13 46,429%

c. 13 tahun 15 53,571%

d. 14 tahun - 0%

e. 15 tahun atau lebih - 0%

Gender:

a. Perempuan 10 35,714%

b. Laki-laki 18 64,286%

Suku:

a. Sunda 22 78,571%

b. Jawa 3 10,714%

c. Sumatera 3 10,714%

d. lainnya - 0%

J. Data Kuantitatif

Data kuantitatif dalam penelitian ini berupa hasil tes tertulis MSELS yang

menjaring data pretest dan posttest, data tersebut mampu mengeksplorasi aspek;

pengetahuan ekologi, keterampilan kognitif, afektif, serta perilaku bertanggung

jawab siswa yang dikuantifikasi. Data ini kemudian dapat dianalisis baik secara

parsial maupun holistik (yang tergabung menjadi level literasi lingkungan siswa).

Sementara itu, rerata pretest-posttest keduanya diperbandingkan sehingga

dihasilkan skor gain (perubahan rerata posttest terhadap rerata pretest). Hasil

analisis data kuantitatif ini dapat mengases efektivitas program IEEIA yang

tercermin dari peningkatan literasi lingkungan siswa.

(23)

Konsep dasar dari uji normalitas adalah membandingkan distribusi data

(yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Uji ini digunakan

untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi normal atau tidak. Jika data

berdistribusi normal maka analisis dilakukan dengan metode parametrik.

Uji normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini diberikan terhadap data

pretest dan posttest MSELS yang mengukur level literasi lingkungan siswa. Uji

normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov pada program komputer

Statistical Package for Social Science (SPSS) windows versi 16.0.

Kriteria penentuan normal tidaknya suatu data pada uji normalitas yang

dikenakan pada data pretest dan posttest MSELS, yaitu data dikatakan mengikuti

distribusi normal jika harga sig hasil perhitungan lebih besar dari 0,05. Artinya

tidak ada perbedaan yang signifikan antara distribusi skor empirik dengan

distribusi skor hipotetik, dengan kata lain sebaran normal.

Hasil perhitungan uji normalitas data pretest MSELS untuk literasi

lingkungan disajikan pada Tabel 3.5. dilengkapi dengan visualisasi Q-Q Plotnya

(gambar 3.2.). Perhitungan uji normalitas data pretest MSELS dapat dilihat pada

lampiran C.1.

Tabel 3.5.

Hasil Uji Normalitas Data Pretest MSELS (Literasi Lingkungan)

N Probabilitas Pretest

Signifikansi

= 0,05 Keterangan

(24)

Gambar 3.2. Q-Q PlotPretest

Sedangkan untuk hasil perhitungan uji normalitas data posttest MSELS

literasi lingkungan disajikan pada Tabel 3.6. desertai dengan visualisasi Q-Q Plot.

Perhitungan uji normalitas data posttest MSELS dapat dilihat pada lampiran C.1.

Tabel 3.6.

Hasil Uji Normalitas Data Posttest MSELS (Literasi Lingkungan)

N Probabilitas Posttest

Signifikansi

= 0,05 Keterangan

28 0,200 0,200 > 0,05 Data Berdistribusi Normal

(25)

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji apakah dua atau lebih

kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama

atau tidak. Uji ini dilakukan sebagai prasyarat dalam analisis uji t-dependen.

Asumsi yang mendasarinyadalah bahwa varian dari populasi adalah sama.

Uji homogenitas yang dilakukan dalam penelitian ini dikenakan kepada

data pretest dan posttest MSELS yang mengukur level literasi lingkungan siswa.

Uji homogenitas menggunakan Lavene dengan bantuan program komputer

Statistical Package for Social Science (SPSS) windows versi 16.0.

Adapun sebagai kriteria pengujian, jika nilai signifikansi lebih dari 0,05,

maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok data adalah

sama. Hasil perhitungan uji homogenitas data pretest dan posttest MSELS untuk

literasi lingkungan disajikan pada Tabel 3.7. Perhitungan uji homogenitas data

pretest-posttest MSELS dapat dilihat pada lampiran C.2.

Tabel 3.7.

Hasil Uji Homogenitas Data Posttest-Posttest MSELS (Literasi Lingkungan)

Jumlah Data Probabilitas Signifikansi

= 0,05 Keterangan

56 (data pretest

dan posttest) 0,930 0,930 > 0,05 Data Homogen

3. Uji t-dependen

Meninjau hasil uji normalitas dan uji homogenitas data pretest dan posttest

(26)

normal dan homogen. Maka selanjutnya, secara parametrik data dapat dianalisis

dengan statistik inferensi yang menguji hipotesis penelitian.

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan melalui uji t-dependen

(paired t-test). Uji t-dependen (paired t-test) merupakan salah satu metode

pengujian hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan). Ciri

yang paling sering ditemui pada kasus yang berpasangan adalah satu individu

(subjek penelitian) dikenai dua buah perlakuan yang berbeda. Walaupun dalam

penelitian ini menggunakan individu yang sama, peneliti tetap memperoleh dua

macam data sampel, yaitu data dari perlakuan pertama (pretest) dan data dari

perlakuan kedua (posttest).

Uji t-dependen yang dilakukan dalam penelitian ini diberikan kepada data

pretest dan posttest MSELS. Dari hasil uji t-dependen (beda rerata) diperoleh

suatu nilai probabilitas, yang tafsirannya dapat dijadikan kesimpulan dari data

pretest dan posttest literasi lingkungan. Perhitungan uji t-dependen menggunakan

bantuan program Statistical Package for Social Science (SPSS) windows versi

16.0. Hasil perhitungan uji t-dependen untuk data pretest dan posttest MSELS

akan dibahas pada Bab IV. Perhitungan uji t-dependen data pretest-posttest

MSELS dapat dilihat pada lampiran C.3.

4. Rerata Skor Gain

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suatu perlakuan program

(27)

perbandingan antara rerata skor pretest dan rerata skor posttest, perubahan yang

terjadi (gain) dapat menggambarkan efektivitas model IEEIA.

Gain yang diukur pada satu kelas eksperimen dinotasikan oleh Hake

(2002) sebagai <g> yang artinya rerata gain ternormalisasi, hal ini didefinisikan

sebagai rerata gain sesungguhnya (<Gain>) dibagi dengan kemungkinan rerata

gain maksimum (<Gain> maks.), atau dirumuskan sebagai berikut:

<g> = <Gain> / <Gain> maks……….… (2a)

<g> = (<posttest> – <pretest>) / (skor maks. – <pretest>)………… (2b)

Dimana <posttest> merupakan tes akhir sedangkan <pretest> adalah tes

awal sebelum perlakuan. Perhitungan uji N Gain data posttest MSELS dapat

dilihat pada lampiran C.5.

Kriteria hasil perhitungan rerata gain ternormalisasi dapat dilihat pada

Tabel 3.8.

Tabel 3.8.

Kriteria Rerata Gain Ternormalisasi <g>

<g> Kriteria

g 0,7 Tinggi

0,3 g< 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

5. Analisis Korelasi

Dalam penelitian ini, menarik kiranya jika dilakukan pengujian hubungan/

(28)

keterampilan kognitif, sikap dan perilaku terhadap lingkungan, untuk

mengklarifikasi dimana letak permasalahan pendidikan lingkungan sesungguhnya.

Setelah itu dapat dilanjutkan dengan solusi pembenahan, untuk memulai, menata,

dan mungkin merubah mindset atau pola pembelajaran berbasis lingkungan.

Tujuan analisis korelasi tak lain untuk menguji apakah di antara dua

variabel terdapat hubungan yang signifikan; dan jika terdapat hubungan,

bagaimana arah hubungan dan seberapa besar/ kuat hubungan tersebut (Santoso,

2012). Namun analisis korelasi tidak mampu menunjukkan sebab akibat (Fraenkel

& Wallen, 2006).

Secara teori, angka korelasi mempunyai interval -1 sampai +1. Tanda (+)

dan (-) menunjukkan arah hubungan berbanding lurus atau terbalik. Adapun

Kriteria koefisien korelasi (Sarwono, 2006) ditunjukkan pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9.

Kriteria Koefisien Korelasi

Koefisien Korelasi Indikasi Hubungan

Antar Variabel

0 Tidak ada korelasi antara dua variabel > 0 – 0,25 Korelasi sangat lemah

> 0,25 – 0,5 Korelasi cukup > 0,5 – 0,75 Korelasi kuat > 0,75 – 0,99 Korelasi sangat kuat

1 Korelasi sempurna

Analisis korelasi yang dilakukan dalam penelitian ini hanya dilakukan

diberikan kepada data posttest MSELS. Dari hasil uji korelasi diperoleh suatu

nilai probabilitas, yang tafsirannya dapat dijadikan kesimpulan dari hubungan

(29)

menggunakan bantuan program Statistical Pa ckage for Social Science (SPSS)

windows versi 16.0. Hasil perhitungan korelasi untuk data posttest MSELS

dibahas lebih mendalam di Bab IV. Perhitungan uji korelasi tiap-tiap komponen

Gambar

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian
Tabel 3.2. Middle School Environmental Literacy Survey
Tabel 3.3. Teknik Pengumpulan Data
Tabel 3.4. Data Demografik Siswa
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Selasa, 17 September 2013 latihan dimulai pada pukul 16.00 WIB dikarenakan hari hujan dan kebanyaan atlet datang terlambat, sebelumnya atlet melakukan fitness terlebih

Belmawa memprogramkan pemeringkatan kemahasiswaan untuk kegiatan kelembagaan kemahasiswaan dan prestasi-prestasi mahasiswa sebagai penilaian pemeringkatan bidang kemahasiswaan

Sedangkan hasil pengujian setelah menambahkan peran pemoderasi berupa persepsi terhadap lingkungan pendidikan, hanya tipe kepribadian agreeableness yang memiliki

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mencari solusi persamaan transport neutron secara numerik memakai metoda Monte Carlo dengan memperhitungkan faktor

Prin Prinsip sip yan yang g ada ada dal dalam am konsep etnisiti ini dimajukan atau digunakan dalam membentuk perpaduan konsep etnisiti ini dimajukan atau digunakan

Pekerjaan lapangan (field work) merupakan proses untuk mendapatkan keyakinan secara sistematis dengan mengumpulkan bahan bukti secara objektif

Dari pemaparan data statistik deskriptif diatas, diketahui bahwa indeks kecukupan modal sebagai variabel independen (bebas) terbebas dari outlier (data pencilan). 3) Nilai