BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Tahun 2006 (Puskur, 2006) tentang Standar Kompetensi Kelulusan menyatakan bahwa salah satu tujuan pendidikan adalah menunjukan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif. Kemampuan berpikir logis (penalaran), yaitu kemampuan menemukan suatu kebenaran berdasarkan aturan, pola atau logika tertentu (Otrina, 2010). Upaya untuk mengidentifikasi kemampuan berpikir logis dapat menjembatani pada hasil belajar fisika melalui pemahaman yang benar terhadap konsep-konsep fisika. Peneliti mengidentifikasi kemampuan berpikir logis dengan Test Of Logical Thinking (TOLT).
Kemampuan berpikir logis ini dapat dibangun pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja, tetapi juga suatu proses penemuan atau penyelidikan ilmiah (Standar Isi Permen No. 22 tahun 2006).
dan menerapkan atau mengaplikasikannya secara fleksibel dalam kehidupan sehari-hari.
Terkait dengan pembelajaran fisika di SMP, terdapat konsep-konsep abstrak yang membutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti kemampuan berpikir logis. Salah satu tingkatan kemampuan berpikir logis yaitu tahap operasional formal dengan ciri dapat berpikir abstrak. Berdasarkan teori Piaget (1958) (Dahar, 1989: 155) bahwa siswa SMP yang berusia antara 13-15 tahun telah berada pada tingkat operasional formal. Dengan demikian, siswa seharusnya mampu mempelajari konsep fisika yang bersifat abstrak. Contoh konsep fisika yang bersifat abstrak diantaranya adalah pemantulan cahaya.
Fakta dilapangan, pembelajaran berpusat pada guru, akibatnya siswa lebih mampu menguasai materi pada tingkat hafalan dan kurang memahaminya. Guru juga kurang memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa jarang praktikum. Hal ini kurang mampu merangsang kemampuan berpikir logis.
Peneliti menganalisis soal-soal IPA-fisika berupa pilihan ganda ditunjukkan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Hasil Analisis Soal IPA-Fisika
Soal IPA-Fisika Jumlah
UN IPA-fisika kode soal P1 tahun ajaran 2009/2010
20 35 40 25
Berdasarkan Tabel 1.1 bahwa soal fisika rata-rata lebih banyak bersifat kuantitatif, sedangkan soal yang bersifat kualitatif sedikit. Diasumsikan jika siswa sudah dapat mengerjakan soal fisika yang bersifat kuantitatif atau hitungan, maka siswa dianggap sudah paham konsep. Berdasarkan pengamatan dilapangan, skor rata-rata siswa terhadap soal konseptual lebih rendah daripada skor rata-rata soal hitungan. Hal ini mengidentifikasi juga bahwa kemampuan berpikir logis siswa kurang dilatih pada proses pembelajaran dan berdasarkan bentuk soalnya juga kurang mendukung untuk menstimulus kemampuan berpikir logis siswa.
Solusi alternatif untuk mengukur pemahaman konsep, yaitu dengan wawancara, tes uraian, atau pilihan ganda multi-tier. Wawancara dan tes uraian dapat mengukur pemahaman konsep secara mendalam. Namun, kurang efektif untuk skala besar, membutuhkan waktu yang relatif lama, dan sulit menganalisisnya.
Bentuk soal pilihan ganda yang ada di sekolah, yaitu pilihan ganda biasa atau pilihan ganda satu tingkat. Akan tetapi, soal pilihan ganda biasa atau satu tingkat yaitu kurang menggali pemahaman konsep siswa, tidak dapat mengidentifikasi antara siswa yang tidak paham konsep, dan miskonsepsi serta kemungkinan siswa menebak jawaban sangat besar. Untuk mengatasi kekurangan pilihan ganda biasa, peneliti mengembangkan pilihan ganda menjadi beberapa tingkat atau multi-tier test.
Pilihan ganda dua tingkat atau two tier test pertama kali dikembangkan oleh Treagust (Treagust, et, al, 2007). Two-tier test yaitu pengembangan pilihan ganda menjadi dua tingkat. Tingkat pertama yaitu pertanyaan pilihan ganda biasa. Tingkat kedua yaitu pilihan alasan menjawab soal tingkat pertama dengan empat pilihan jawaban.
Oleh karena itu, peneliti menggunakan TOLT untuk mengidentifikasi profil kemampuan berpikir logis dan menyusun three-tier test untuk mengukur pemahaman konsep pemantulan cahaya. Berdasarkan penjelasan tersebut,
penelitian ini berjudul “Profil Kemampuan Berpikir Logis dan Pemahaman
Konsep Pemantulan Cahaya pada Siswa SMP Kelas VIII”.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut: ”Bagaimana profil kemampuan berpikir logis dan pemahaman
konsep pemantulan cahaya pada siswa SMP?”
Untuk lebih mengarahkan penelitian, maka rumusan masalah di atas dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah profil kemampuan berpikir logis siswa SMP dari hasil TOLT standar dan TOLT modifikasi?
2. Bagaimanakah profil pemahaman konsep pemantulan cahaya siswa SMP dengan three-tier test?
C.Batasan Masalah
1. Profil kemampuan berpikir logis dilihat dari hasil skor TOLT standar maupun modifikasi, kemudian skor total disesuaikan dengan kriteria Tobin dan Copie.
2. Profil pemahaman konsep dilihat dari hasil skor C dengan kriteria yang telah dikembangkan oleh Katlacki dan Nilufer, kemudian dideskripsikan.
3. Proses kognitif yang digunakan adalah pemahaman konsep (C2) berdasarkan taksonomi kognitif Anderson dan di batasi pada aspek menafsirkan, menjelaskan, membandingkan, mencontohkan, serta memprediksi. Soal yang digunakan bersifat konseptual.
D.Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, yaitu:
1. Menjelaskan profil kemampuan berpikir logis siswa SMP dari hasil tes TOLT standar dan modifikasi.
2. Menjelaskan profil pemahaman konsep pemantulan cahaya siswa SMP dengan three-tier test.
E.Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman tes berpikir logis dengan TOLT dan tes pemahaman konsep dengan bentuk soal three-tier test.
konsep fisika, serta sebagai feedback untuk meningkatkan kualitas pembelajaran fisika.
3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang memodifikasi TOLT yang berisi konsep fisika, serta penyusunan soal three-tier test.
4. Semua pihak yang berkepentingan untuk dapat dijadikan sebagai rujukan alternatif dalam penelitian selanjutnya.
F. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini adalah kemampuan berpikir logis dan pemahaman konsep pemantulan cahaya.
G.Definisi Operasional
1. Kemampuan berpikir logis dalam penelitian ini adalah kemampuan menemukan suatu kebenaran berdasarkan aturan, pola atau logika tertentu sehingga diperoleh kebenaran secara rasional. Tobin dan Copie (Valanides,1997: 169) mengembangkan Test Of Logical Thinking (TOLT) yang terdiri atas 10 butir tes. Untuk mengukur kemampuan berpikir logis, peneliti menggunakan soal TOLT standar dan TOLT modifikasi.