• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Kesesuaian Deskripsi Bibliografi Bahan Monograf dengan AACR2 pada Perpustakaan Institut Sains dan Teknologi TD Pardede

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Kesesuaian Deskripsi Bibliografi Bahan Monograf dengan AACR2 pada Perpustakaan Institut Sains dan Teknologi TD Pardede"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi

Sejarah perpustakaan diawali dengan ditemukannya tulisan, bahan tulis

dan alat tulis. Kumpulan dari sejumlah buku merupakan embrio lahirnya sebuah

perpustakaan. Perpustakaan adalah koleksi atau sekumpulan koleksi buku yang

diorganisasikan atau dipelihara untuk

penggunaan/keperluan(membaca,konsultasi,belajar,meneliti), dikelola oleh

pustakawan dan staf terlatih lainnya dalam rangka menyediakan layanan untuk

memenuhi kebutuhan pengguna.

Secara umum perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang

terdapat pada sebuah perguruan tinggi. Perpustakaan ini dinaungi oleh perguruan

tinggi dimana perpustakaan itu berada. Semua kebijakan yang akan dilakukan

oleh perpustakaan harus diketahui oleh perguruan tinggi yang bersangkutan.

Secara keseluruhan perpustakaan perguruan tinggi termasuk ke dalam ruang

lingkup perguruan tinggi.

Perpustakaan perguruan tinggi sering juga disebut sebagai jantung

universitas. Penyelengaraanya dilakukan oleh lembaga pendidikan tinggi yang

bersangkutan. Menurut Sulistyo-Basuki (1991:51), “Perpustakaan perguruan

tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi, badan

bawahanya, maupun lembaga yang berafiliasi dengan perguruan tinggi,dengan

tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai tujuannya”.

Dalam Buku Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004:3) yang termasuk

perguruan tinggi adalah universitas, institute, sekolah tinggi, akademik,

politeknik, dan perguruan tinggi lain yang sederajat. Perpustakaan perguruan

tinggi adalah perpustakaan jurusan, fakultas, universitas, institute, maupun

sekolah tinggi, misalnya lembaga penelitian dan lembaga pengabdian masyarakat

(2)

Menurut Hasugian dalam bukunya “Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan

Informasi” Perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang dikelola

perguruan tinggi dengan tujuanmembantu tercapainya tujuan perguruan tinggi.

Perpustakaan Nasional mendefenisikan perpustakaan perguruan tinggi sebagai

perpustakaan yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan tinggi yang

layanannya diperuntukkan sivitas akademika perguruan tinggi yang bersangkutan

(2009:35).

Menurut Reitz (2004) Perpustakaan perguruan tinggi adalah sebuah

perpustakaan atau sistem perpustakaan yang dibangun, diadministrasikan dan

didanai oleh sebuah universitas untuk memenuhi kebutuhan informasi, penelitian

dan kurikulum dari mahasiswa, fakultas dan stafnya.

Perpustakaan perguruan tinggi boleh berupa sebuah perpustakaan atau

sistem perpustakaan. Sistem perpustakaan maksudnya adalah kemungkinan

adanya berbagai perpustakaan baik perpustakaan pada tingkat universitas,

fakultas, departemen/jurusan dan juga pada lembaga lain di bawah suatu

perguruan tinggi. Artinya, pada sebuah perguruan tinggi dimungkinkan terdapat

berbagai perpustakaan yang dimaksudkan untuk mendukung perguruan tinggi itu

sendiri.

Dalam pelaksanaan pengelolaannya, perpustakaan perguruan tinggi

mengenal sistem sentralisasi dan desentralisasi. Pada perpustakaan perguruan

tinggi yang menganut sistem sentralisasi (terpusat), semua koleksi dijadikan satu,

termasuk semua kegiatannya. Dengan sistem ini, maka kegiatan pemilihan,

pengadaan, pengolahan hingga layanan sirkulasi dan layanan informasi lainnya

dilakukan oleh pusat. Biasanya bagi perguruan tinggi yang menganut sistem ini

perpustakaannya hanyalah perpustakaan pusat dan mungkin ada perpustakaan

cabang yang ditempatkan pada fakultas tertentu atau gedung lain, tetapi tetap

dalam satu kesatuan manajemen.

Pada sistem sentralisasi, ada kalanya terdapat beberapa perpustakaan

namun masing-masing dibagi menurut subjeknya, misalnya perpustakaan

ilmu-ilmu sosial, perpustakaan ilmu-ilmu-ilmu-ilmu kesehatan, perpustakaan ilmu-ilmu-ilmu-ilmu teknologi,

(3)

tetapsatu atau terpusat. Sedangkan perguruan tinggi yang menganut sistem

perpustakaan desentralisasi, semua perpustakaan yang ada di dalam perguruan

tinggi itu berdiri sendiri. Dalam sistem ini dikenal perpustakaan pusat,

perpustakaan pada setiap fakultas, departemen dan /atau program studi,

perpustakaan lembaga dan sebagainya dan semuanya berdiri sendiri dalam aspek

manajerial dan kegiatan teknis dan pelayanannya.

Perpustakaan perguruan tinggi memiliki tugas-tugas yang khas yang

meliputi :

a. Memenuhi kebutuhan informasi masyarakat Perguruan Tinggi yang

lajimnya mencakup staf pengajar, mahasiswa dan staf administrasi

Perguruan Tinggi.

b. Menyediakan bahan rujukan atau referensi pada semua tingkat akademis,

mulai dari mahasiswa tahun pertama hingga mahasiswa program pasca

sarjana.

c. Menyediakan jasa peminjaman guna berbagai pemakai serta menyediakan

ruang belajar bagi pemakai perpustakaan.

d. Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak saja terbatas pada lingkungan

perguruan tinggi, tetapi juga lembaga industri lokal yang ada di sekitar

perguruan tinggi tersebut.

Tujuan perguruan tinggi di Indonesia dikenal dengan nama Tri Darma

Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat). Maka

perpustakaan perguruan tinggi pun bertujuan membantu melaksanakan ketiga

darma perguruan tinggi.Mahasiswa datang ke perpustakaan pada dasarnya untuk

membaca.

Berdasarkan pendapat dan uraian diatas, dapat diketahui bahwa

perpustakaan perguruan tinggi merupakan perpustakaan yang berada dalam ruang

lingkup perguruan tinggi yang turut dalam menjalankan Tri Darma perguruan

tinggi (pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat). Dengan cara

(4)

2.2 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi

Berdirinya sebuah perpustakaan perguruan tinggi tidak lepas dari tujuan

awal didirikannya perpustakaan tersebut, yaitu untuk menunjang program Tri

Darma perguruan tinggi.

Secara umum tujuan perpustakaan perguruan tinggi menurut

Sulistyo-Basuki (1993:52) adalah :

1. Memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi, lazimnya staf

pengajar dan mahasiswa. Sering pula mencakup tenaga adsministrasi perguruan

tinggi.

2. Menyediakan bahan pustaka rujukan (referensi) pada semua tingkat akademis,

artinya mulai dari mahasiswa tahun pertama sampai pada mahasiswa program

pasca sarjana dan pengajar.

3. Menyediakan ruang belajar bagi pemakai perpustakaan.

4. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat bagi berbagai jenis pemakai.

5. Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak terbatas pada lingkungan

perguruan tinggi tetapi juga lembaga indrustri lokal.

6. Perpustakaan berperan dalam mengimpun dan melestarikan koleksi bahan

pustaka agar tetap dalam keadaan baik.

2.2.1 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi

Sebagai pusat informasi di suatu perguruan tinggi, perpustakaan perguruan

tinggi selalu berusaha semaksial mungkin dalam memenuhi kebutuhan informasi

pengguna. Untuk itu perpustakaan perguruan tinggi harus mampu melakukan

fungsinya sebagai perpustakaan pada sebuah perguruan tinggi.

Dapat diketahui bahwa fungsi perpustakaan perguruan tinggi terbagi

kedalam berbagai fungsi, seperti fungsi eduk asi, informasi, riset, rekreasi dan

deposit. Selain itu fungsi perpustakaan perguruan tinggi juga mencakup proses

(5)

Di dalam buku pedoman perpustakaan perguruan tinggi (2004:3) fungsi

perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai berikut :

1.Fungsi Edukasi

Perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitas akademika, oleh karena itu

koleksi yang disediakan adalah koleksi yang mendukung pencapaian

pembelajaran, pengorganisasian bahan pembelajaran.

2.Fungsi Informasi

Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah diakses oleh pencari

dan pengguna informasi.

3.Fungsi Riset

Perpustakaan mempersembahkan bahan-bahan primer dan sekunder yang paling

mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu

pengetahuan dan teknologi serta seni.

4.Fungsi Rekreasi

Pengguna perpustakaan dapat menikmati rekreasi dengan cara membaca.

Perpustakaan harus menyediakan koleksi yang mengandung aspek

rekreasiterutama bacaan umum dan karya fiksi seperti surat kabar dan majalah

umum.

2.3 Koleksi Perpustakaan

Salah satu unsur pokok dari perpustakaan adalah koleksi perpustakaan.

Dengan adanya paradigma baru dapat disimpulkan bahwa, salah satu kriteria

dalam penilaian layanan perpustakaan melalui kualitas koleksinya.Koleksi

perpustakaan dibina dengan cara mengumpulkan serta memilih buku yang

diperoleh dari mana saja.

Dalam buku Pedoman Pembinaan dan Koleksi dan Pengetahuan Literature

(1998:2) menyatakan bahwa “Koleksi perpustakaan adalah semua bahan pustaka

yang dikumpulkan, diolah dan disimpan untuk disajikan kepada masyarakat guna

(6)

Sedangkan menurut Ade Kohar (2003:6) “Koleksi perpustakaan adalah

mencakup berbagai format bahan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan

alternatif para pemakai perpustakaan terhadap rekam media informasi”.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa koleksi perpustakaan

adalah semua bahan pustaka yang ada sesuai dengan kebutuhan sivitas akademika

dan dapat digunakan oleh para pengguna perpustakaan.

Dalam buku Psikologi Perpustakaan (2009:109) Koleksi bahan pustaka

yang memadai merupakan salah satu kunci keberhasilan perpustakaan. Kekuatan

koleksi bahan pustaka merupakan daya tarik bagi pemakai, sehingga makin

banyak dan lengkap koleksi bahan pustaka yang dibaca dan dipinjam, akan

semakin ramai perpustakaan dikunjungi masyarakat.

Pada awalnya koleksi perpustakaan semuanya berupa bahan tercetak atau

berbasis kertas. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya, dengan penemuan

media lain selain buku yang dapat menyimpan atau merekam informasi, maka

perpustakaan tidak lagi hanya mengelola buku (bahan tercetak) akan tetapi juga

menyimpan dan menyediakan akses ke berbagai media penyimpanan informasi

(dokumen) lainnya seperti: mikrofilm, mikrofiche, tape audio, CD, CD-ROM,

disk, tape video, DVD dan sebagainya serta menyediakan fasilitas umum untuk

mengakses berbagai database baik yang dilanggan maupun yang gratis melalui

internet.

Pemanfaatan koleksi perpustakaan oleh pengguna menjadi tujuan sebuah

perpustakaan.Semua bahan perpustakaan atau dokumen yang menjadi koleksi

perpustakaan digunakan untuk kepentingan pembaca, oleh karena itu tujuan

perpustakaan bukanlah mencari laba.

2.3.1 Koleksi Karya Cetak (Monograf)

Menurut buku Peraturan katalogisasi Indonesi (1994:166) menyatakan

bahwa koleksi karya cetak (bahan monograf) adalah bahan bukan terbitan berseri.

Suatu bahan pustaka yang paling umum dan dapat dijumpai pada setiap

perpustakaan. Ada kemungkinan bahwa buku hanya terdiri dari beberapa halaman

(7)

2.4 Katalogisasi

Dalam pembuatan kartu katalog manual ada beberapa langkah yang harus

diperhatikan agar kartu katalog tersebut dapat berjalan sesuai dengan fungsinya.

Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembuatan kartu katalog dapat

dilihat sebagai berikut;

a. Langkah pertama, menentukan pengarang yang menjadi tajuk entri utama

b. Langkah kedua, membuat deskripsi bibliografi

c. Langkah ketiga, menentukan subjek

d. Langkah keempat, membuat nomor kelas buku

Pengatalogan deskriptif adalah deskripsi bibliografi suatu bahan pustaka

dan hal-hal lain yang menyangkut fisik bahan pustaka tersebut.

Pengatalogan deskriptif tidak sama untuk semua jenis bahan pustaka, baik

monograf, terbitan berseri, maupun bahan bukan buku (audio visual). Peraturan

katalogisasi untuk masing-masing bahan tersebut berbeda. Perbedaan ini

disebabkan oleh sumber informasi yang digunakan untuk pengatalogan dan data

lain dari bahan, serta bentuk bahan yang berbeda-beda.

Pedoman yang digunakan untuk katalogisasi adalah:

1) Anglo American Cataloging Rules 2 (AACR2)

2) Standar deskripsi untuk monografi

3) Standar deskripsi untuk terbitan berseri

4) Peraturan Katalogisasi Indonesia (PKI)

5) Format MARC INDONESIA (INDOMARC)

Peraturan katalogisasi yang lebih terinci ada dalam buku Anglo American

Catologuing Rules (AACR2). Pada AACR2 jelas dibuat aturan katalogisasi untuk

semua jenis bahan pustaka. AACR2 terbagi dalam dua bagian, bagian pertama

membahas tentang deskripsi dan bagian kedua membahs tentang “Acces Points

(8)

(reference). Bagian yang pertama merupakan peraturan yang membahas tentang

deskripsi, yang terbagi atas 13 bab menurut jenis bahan.Peraturan deskripsi ini

disusun berdasarkan ISBD.

2.5 Katalog Perpustakaan

Perpustakaan memerlukan katalog untuk menunjukkan ketersediaan

koleksi yang dimilikinya. Untuk itu, perpustakaan memerlukan suatu daftar yang

berisikan informasi bibliografis dari koleksi yang dimilikinya. Daftar tersebut

disebut katalog perpustakaan.Katalog adalah sarana untuk menemubalikkan suatu

bahan perpustakaan dari koleksi suatu perpustakaan.

Pengguna perpustakaan menggunakan koleksi perpustakaan dengan

bermacam-macam keperluan.Untuk mengetahui buku-buku apa saja yang dimiliki

oleh suatu perpustakaan diperlukan alat bantu yang disebut katalog perpustakaan.

Secara singkat katalog dapat diartikan sebagai daftar. Katalog perpustakaan

merupakan suatu daftar buku yang dimiliki oleh suatu perpustakaan dan disusun

secara sistematis untuk dapat memudahkan pengguna dalam menemukan

informasi dan bahan pustaka yang disediakan oleh perpustakaan.

Menurut Gates (1989:62) katalog perpustakaan adalah suatu daftar yang

sistematis dari buku dan bahan-bahan lain dalam suatu perpustakaan dengan

informasi deskriptif mengenai oengarang, judul, penerbit, tahun terbit, bentuk

fisik, subjek, ciri khas bahan dan tempatnya.

Katalog perpustakaan memegang peranan penting dalam penelusuran

informasi, karna katalog memuat keterangan bibliografi tentang sebuah buku

mulai dari nama pengarang, judul buku (anak judul dan judul tambahan), edisi,

impresum (kota terbit, nama penerbit,tahun terbit).

Menurut Tairas dan Soekarman (1981:182) katalog adalah”suatu daftar

buku atau bahan pustaka lainnya yang disusun menurut suatu rencana tertentu”.

(9)

dimiliki oleh suatu perpustakaan yang disusun secara sistematis sehingga dapat

digunakan untuk mencari dan menemukan lokasi bahan pustaka”.

Katalogisasi adalah proses pembentukan katalog yang meliputi :

a. Katalogisasi deskriptif, merekam data bibliografi

b. Katalogisasi subjek, merekam subjek buku dengan menentukan tajuk entri

utama

Katalogisasi deskriptif merupakan tahapan pencatatan pemberian

identifikasi dan deskripsi sebuah buku yang menjadi koleksi perpustakaan.

Katalogisasi perpustakaan bertujuan untuk : pertama, mengenali suatu bahan

perpustakaan yang diproses sehingga dapat memberikan informasi kepada

pembaca untuk membedakannya dengan bahan perpustakaan lainnya. kedua,

memberikan karakter pada suatu bahan perpustakaan yang dapat membantu para

pembaca dalam memilih bahan pustaka yang diperlukan. Ketiga, menempatkan

entri pada tajuk yang paling menguntungkan pembaca.

Dapat disimpulkan bahwa katalog perpustakaan merupakan suatu daftar

buku yang dimiliki oleh suatu perpustakaan dan disusun secara sistematis untuk

dapat memudahkan pengguna dalam menemukan informasi dari bahan pustaka

yang disediakan oleh perpustakaan.

Secara garis besar, susunan katalog dibagi menjadi tiga bagian besar,

seperti yang dinyatakan Sulistyo-Basuki (1991:319):

1.Katalog abjad

a. katalog pengarang

b. katalog judul

c. katalog subjek

d. katalog leksika

2. Katalog kelas

3. Katalog terbagi

(10)

Bibliografi berasal dari dua perkataan yang berasal dari bahasa Greek

(Yunani), yaitu biblion yang berarti buku dan graphien berarti menulis. Jadi arti

bibliography adalah menulis buku dan kemudian berubah menjadi menulis

tentang buku. Dalam arti menulis tentang buku, bibliography dapat dibedakan

(Soedibyo, 1988:204) :

1. Sebagai keterangan sistematis dari kumpulan buku-buku, manuskrip dan

terbitan yang berisi “nama penulis”, titel buku, edisi inprint dan kemudian

disusun menjadi suatu daftar yang dapat dipakai sebagai sumber keterangan.

2. Sebagai sebuah daftar buku, manuskrip dan terbitan lain yang disusun secara

sistematis dan sudah merupakan buku cetakan yang dapat terdiri dari beberapa

jilid, dalam hal ini bibliografi dapat dibedakan:

a.) Bibliography umum, yaitu yang tidak terbatas pada suatu subjek,

penulis, waktu dan tempat. Bahan pustaka yang termasuk ke dalam

bibliografi umum, antara lain:

(1) Bibliografi Karya Tulis Ilmiah Staf Pengajar Institut Pertanian

Bogor 1981-1984.

Bogor: Perpustakaan IPB, 1984.

(2) Bibliografi Koleksi Karya Ilmiah.

Jember: Sub Proyek Pembinaan Perpustakaan Universitas Jember,

1982.

(3) Bibliografi Textbook dan Reference.

Jember: Sub Proyek Pembinaan Perpustakaan Universitas Jember,

1982.

(4) Bibliografi Skripsi Universitas Pajajaran.

Jakarta: LIPI KITLV, 1981.

(5) Judul-Judul Penelitian di Perguruan Tinggi.

Jakarta: Ditjen Dikti, Depdikbud, 1980.

b.) Bibliography khusus, yaitu yang hanya terbatas pada satu subjek,

waktu dan tempat saja. Bibliografi khusus dapat berarti khusus dalam satu

bidang subjek tertentu secara terbatas, atau dapat juga khusus dalam arti

(11)

media pandang dengar, dan bibliografi khusus tentang musik. Bahan

pustaka yang termasuk ke dalam bibliografi umum, antara lain:

(1) Bibliografi Administrasi Negara; Bahan Pustaka yang

Diterbitkan dalam Kurun Waktu 1945-1983.

Jakarta: Lembaga Administrasi Negara, 1985.

(2) Bibliografi Pancasila.

Jakarta: Sekretariat Negara RI, 1985.

(3) Bibliography Agriculture with Subject Index.

Phoenix: The Oryx Press, 1979.

(4) Sam Kula, Bibliography of Film Librarianship.

London: The Library Association, 1969.

(5) Nel Pestman, Zeina Hadad, dan Hernandono, Bibliografi

Wanita Indonesia (Bibliography of Woman in Indonesia).

Jakarta: Kantor Menmud UPW & PDIN LIPI, 1980.

(6) Marie Ballew Bingham, A Catalog of Yucatan Collection on

Microfilm in teh University of Alabama Libraries.

Alabama: The University of Alabama Press, 1972.

3. Sebagai ilmu tentang buku, maka bibliography juga menyelidiki sejarah

dan teknik dari karya tertulis, buku-buku manuskrip diteliti untuk

diketahui asal usulnya. Bibliography dapat diolah secara:

a.) Discriptive, yaitu dengan disertai keterangan-keterangan

singkatyang didapat dari halaman titel atau dari halaman kata

pengantar dan lainlain halaman.

b.) Evaluative, yaitu dengan disertai komentar, kritik-kritik dan uraian

yang berisi penilaian terhadap suatu buku (Soedibyo, 1988:205).

Bibliografi adalah publikasi yang memuat daftar dokumen baik

yang“diterbitkan” dalam bentuk buku maupun artikel majalah atau sumber

kepustakaan lain yang berhubungan dengan bidang ilmu pengetahuan atau hasil

karya seseorang yang dipakai pengarang sebagai sumber saat menulis bukunya

(12)

Bibliografi tidak saja mendaftar semua jenis penerbitan yang ada di

perpustakaan, berupa media cetak ataupun rekaman lainnya tetapi mungkin

penerbitan yang ada di luar perpustakaan yang tentu tidak ada katalognya.

Bibliografi lebih bervariasi dalam jenis maupun bentuk penerbitan yang

didaftarnya.

Penyusunan bibliografi berdasarkan urutan abjad nama pengarang atau

yang dianggap pengarang, judul, dan subjek. Dari segi penyusunan entrinya

bibliografi mempunyai kesamaan dengan katalog perpustakaan yaitu disusun

berdasarkan pengarang, judul ataupun subjek. Ada pula bibliografi yang disusun

berdasarkan urutan yang lain, misalnya berdasarkan komoditi dan lain-lain.

Bibliografi dapat juga disusun dengan cara tertentu yang terpenting adalah

sistematis dan mudah dibaca orang banyak. Bibliografi media cetak bukan buku,

biasanya susunannya dengan judul-judul media tersebut. Ada yang disusun

berdasarkan urutan subjek besar, kemudian disusul oleh subjek-subjek khusus,

dan susunannya kronologis peristiwa.

Data bibliografi yang dicatat antara lain adalah nama pengarang, nama

penyunting, judul pustaka, tempat terbit, penerbit, tahun terbit dan edisi, volume,

nomor, halaman (untuk majalah), serta keterangan fisik dokumen pustaka

tersebut, misalnya jumlah halaman, tinggi buku, ilustrasi.

Bibliografi biasanya diterbitkan oleh perpustakaan atau badan-badan

penerbit dengan tujuan untuk disebarkan kepada lembaga-lembaga perpustakaan

lain dan lembaga-lembaga informasi, atau juga sebagai bahan rujukan bagi para

pencari informasi tercetak atau terekam. Bibliografi yang diterbitkan oleh penerbit

mempunyai tujuan komersial; dengan jalan mempromosikan buku-buku

terbitannya diharapkan para pembaca tertarik untuk membelinya.

Penerbit juga sering mengirimkan bibliografinya ke berbagai perpustakaan

atau lembaga-lembaga pendidikan dan informasi tertentu yang dianggapnya

berkeinginan untuk membeli buku-buku yang didaftarnya ini.

Aspek-aspek yang dikaji suatu bibliografi adalah:

1) Halaman-halaman judulnya (termasuk hiasan-hiasan dan

(13)

2) Keterangan-keterangan tentang penerbitnya imprints,

3) Item-item yang tampak jelas ataupun yang tidak tampak,

4) Penjilidan dan cetakannya,

5) Imprimatur-nya (pernyataan, yang ditemukan dalam buku-buku

tertentu, tentang perizinan mereka),

6) Teks-teks dan kolasinya,

7) Kata pengantarnya,

8) Dedikasi-dedikasinya.

Berdasarkan uraian pendapat di atas maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa bibliografi merupakan daftar buku, manuskrip dan

terbitan lain yang disusun secara sistematis dan berhubungan dengan ilmu

pengetahuan atau hasil karya seseorang yang dipakai pengarang sebagai

sumber penulisan.

2.7 Tujuan dan Fungsi Bibliografi 2.7.1 Tujuan Bibliografi

Tujuan bibliografi sebagai jasa layanan informasi (Trimo, 1998:152)

yaitu:

1. Untuk mengetahui tentang isi ringkas (abstraksi) dari suatu judul

tertentu dalam suatu bidang studi atau topik.

2. Mengetahui apakah suatu judul yang akan diapakai dalam kajiannya

merupakan karya-karya standar dalam subyek/topik kajiannya.

3. Pusat-pusat informasi yang menyimpan/memiliki judul yang

dibutuhkan dan tidak tersedia dalam bibliografi nasional ataupun

bibliografi yang diterbitkan oleh suatu pusat jaringan tertentu, mencari

dalam bibliografi yang menyebutkan tempat/sumber dari setiap item

yang tercantum di dalamnya.

4. Mengetahui keterangan-keterangan (memverifikasikan) lebih lanjut

(14)

2.7.2 Fungsi Bibliografi

Bibliografi berfungsi sebagai alat bantu penelusuran sumber

informasi. Sebagai sarana untuk penelusuran informasi bibliografi

mempunyai tiga fungsi utama (Saleh dan Sujana, 2009:99) yaitu:

1. Fungsi Identifikasi dan Verifikasi

Umumnya bibliografi dilengkapi dengan informasi buku yaitu

keterangan kepengarangan, judul, edisi (jika lebih dari satu edisi),

tempat terbit, penerbit, tanggal terbit, deskripsi fisik (jumlah halaman,

ilustrasi, ukuran fisik dan lain-lain) dan untuk keperluan tertentu

dilengkapi pula dengan harga buku.

2. Fungsi Lokasi

Fungsi lokasi disini menunjukkan dimana buku/dokumen tersebut

diterbitkan, di perpustakaan mana buku tersebut berada, atau dimana

buku tersebut dapat dibeli.

3. Fungsi Seleksi

Dengan fungsi seleksi maka bibliografi disini dapat digunakan untuk

mencari petunjuk buku-buku yang ada dalam bidang tertentu atau oleh

pengarang tertentu, atau informasi dalam bentuk tertentu, bahkan

petunjuk bahwa informasi tersebut diperlukan oleh kelompok pembaca

tertentu.

2.8 Manfaat Bibliografi

Bibliografi sebagai bahan rujukan terutama berguna untuk (Saleh dan

Sujana, 2009:64) :

1. Memberi petunjuk lengkap kepada pengguna atau pencari informasi di

perpustakaan tentang terbitan, baik mengenai hasil karya

(15)

2. Merupakan perlengkapan dalam melakukan pemilihan bahan pustaka

untuk dibeli dan disimpan di perpustakaan,

3. Merupakan suatu petunjuk tentang masalah apa saja yang pernah ditulis

orang atau merupakan petunjuk perkembangan penulisan suatu masalah

atau subjek.

2.9 Jenis-Jenis Bibliografi

Saleh dan Sujana membagi bibliografi menjadi tiga kelompok (Saleh dan

Sujana, 2009:61) yaitu:

1. Bibliografi Nasional

Bibliografi Nasional adalah terbitan yang memuat daftar dokumen yang

diterbitkan pada suatu negara tertentu. Bibliografi ini biasanya diterbitkan oleh

perpustakaan nasional atau negara. Bibliografi Nasional Indonesia Mendaftar

semua terbitan dari setiap penerbit yang tergabung dalam Ikatan Penerbit

Indonesia (IKAPI).

Contoh bibliografi nasional:

BIBLIOGRAFI NASIONAL INDONESIA: INDONESIAN NATIONAL

BIBLIOGRAPHY. Jakarta: Perpustakaan Nasional.

Terbit tiga bulan sekali.

BRITISH NATIONAL BIBLIOGRAPHY. London: British Library,

Bibliographic Services, 1950.

Terbit tiap minggu dengan terbitan kumulasi (gabungan beberapa nomor

sebelumnya) tiap empat bulan dan tiap satu tahun.

2. Bibliografi Universal

Bibliografi universal memuat daftar dokumen yang pernah terbit tanpa

membatasi negara penerbitnya. Sesungguhnya bibliografi jenis ini belum pernah

(16)

bibliografi universal. Masalah ini lebih dipersulit lagi dengan adanya

kemungkinan yang sangat besar data yang bisa diperoleh saling berlainan

standarnya, sehingga membutuhkan keahlian dan ketelitian yang tinggi untuk

mengolahnya.

Contoh bibliografi universal adalah:

NATIONAL UNION CATALOG, PRE-1956 IMPRINTS. London: Mansell,

1968. Paris. Bibliotheque Nationale. CATALOGUE GENERAL DES

LIVRES

IMPREMES: AUTEURS. Paris: Imprimerie Nationale, 1899-. 227 volume.

British Museum.

GENERAL CATALOGUE OF PRINTED BOOKS. London: Trustees of the

British Museum, 1956-1966. 263 volume.

3. Bibliografi Restrospektif

Bibliografi restrospektif adalah daftar yang memuat informasi kepustakaan

dari dokumen yang terbit tanpa pembatasan waktu. Bibliografi seperti ini juga

jarang bisa ditemui, karena sesungguhnya penyusunan bibliografi akan menemui

kesulitan dalam mencari dokumen terbitan yang sudah cukup tua.

Contoh bibliografi yang termasuk restrospektif:

INDEX TO THE EARLY PRINTED BOOKS IN THE BRITISH MUSEUM

FROM THE INVENTION OF PRINTING TO THE YEAR 1500.

(17)

Terbitan bibliografi sering tidak menggunakan kata bibliografi. Beberapa

contoh ada yang menggunakan kata index, catalog. Namun pada hakekatnya dari

segi isi semua terbitan tersebut dimaksudkan sebagai bibliografi.

Clapp (1955) mengelompokkan bibliografi menjadi dua kelompok besar

yaitu:

a) Bibliografi analitis (Analitical bibliograpghy) ialah bibliografi yang

memberikan penjelasan (fakta) mengenai pengarang, terbitan dan

asal mula naskah. Bibliografi ini disebut juga sebagai bibliografi

kritis atau bibliografi historis. Contoh bibliografi ini pada penulisan

ilmiah.

b) Bibliografi sistematis (Sytematic bibliography) disusun menurut

sistem tertentu, sesuai dengan tujuan penyusunannya. Dalam hal ini

seni penyusunan yang berperan. Bibliografi sistematis dapat berupa

daftar buku yang bersifat beranotasi atau tidak beranotasi. Selain

itu bibliografi sistematis dapat bersifat enumeratif atau bibliografi

subjek, yang berarti buku yang terdaftar di dalamnya merupakan

satu kumpulan buku dan satu cabang ilmu pengetahuan saja.

2.10 Deskriptif Bibliografi Bahan Monograf (Buku)

Dalam pengatalogan dikenal kegiatan penentuan deskripsi bibliografi.

Deskripsi bibliografi merupakan keterangan mengenai terbitan monograf.

Pembuatan deskripsi bibiografi bertujuan untuk menyediakan data tentang buku

bagi pengguna perpustakaan. Pedoman untuk menentukan deskripsi bibliografi

adalah Anglo American Cataloging Rules edisi kedua revisi (AACR2).

Katalogisasi deskriptif merupakan tahapan pencatatan pemberian

identifikasi dan deskripsi sebuah buku yang menjadi koleksi perpustakaan.

Katalogisasi deskrptif bertujuan untuk : pertama, mengenali suatu bahan

perpustakaan yang diproses sehingga dapat memberikan informasi kepada

pembaca untuk membedakannya dengan bahan perpustakaan lainnya, Kedua,

(18)

Peraturan deskripsi bibliografi buku digunakan untuk menentukan 8

(tujuh) bidang deskripsi yaitu

NO DAERAH TANDA

BACA

ELEMEN

1. Judul dan pernyataan

tanggung jawab

= Judul pararel

: Anak judul/subjudul

/ Pengarang pertama

; Pengarang kedua atau yang

berikutnya.

.-- Keterangan edisi

2. Edisi

/ Pernyataan edisi

/ Ket.Pengarang pertama sehubungan

dengan edisi

; Ket. pengarang kedua atau yang

berikutnya

3. Data khusus . -- Hanya digunakan untuk bahan

kartografi,serial, musik, file

komputer dalam bentuk mikro

4. Penerbit .-- Tempat terbit

: Penerbit

, Tahun terbit

5. Deskripsi fisik

Jumlah halaman atau jumlah jilid

(19)

, Ukuran

6. Seri .-- Seri

7. Catatan Judul asli, bibliografi, indeks, dll.

8. Nomor standar ISBN

2.10.1 Sumber Informasi Deskriptif Bibliografibahan monograf

Sumber informasi dalam pengatalogan deskriptif adalah bagian-bagian

dari bahan pustaka atau sumber yang mencantumkan informasi yang dibutuhkan

untuk membuat suatu deskripsi katalog sebuah bahan pustaka. Dalam hal ini yang

disebut dengan sumber informasi utama yaitu bagian utama dari bahan pustaka

tersebut yang memuat informasi yang sangat dibutuhkan dalam pengatalogan.

No. DAERAH SUMBER INFORMASI UTAMA

1. Judul dan pernyataan tanggungjawab Halaman judul

2. Edisi Halaman judul, lain-lain halaman,

kolofon

3. Publikasi dan distribusi Halaman judul, lain-lain

halaman,kolofon

4. Kolasi Publikasi bersangkutan

5. Seri Publikasi bersangkutan

6. Catatan Sumber apa saja

7. Nomor standard dan harga Sumber apa saja

2.10.2 Peraturan-Peraturan Deskriptif Bibliografi Bahan Monograf

Menurut Peraturan Katalogisasi Indonesia (Perpustakaan Nasional RI :

1994,27) menjelaskan bahwa

1. Peraturan-peraturan ini didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang terdapat

dalam ISBD,International Standard Bibliographic Description ISBD

(20)

Catalouging and the IFLA Commitee on Cataloguing and the IFLA

Commitee.

2. Organisasi dan struktur daripada katalogisasi deskriptif menurut ISBD

terdiri atas bidang-bidang menurut urutan sebagai berikut:

a. Bidang judul dan keterangan penanggung jawab

- Judul biasa

- Judul paralel

- Informasi judul lain (judul tambahan dsb)

- Keterangan penanggung jawab

b. Bidang edisi

- Keterangan edisi

- Keterangan penanggung jawab yang berhubungan

dengan edisi, bila ada

c. Bidang penerbitan dan distribusi (impresum)

- Tempat penerbitan dan distribusi

- Nama penerbit/distributor

- Tanggal penerbitan

- Tempat Percetakan

- Nama Percetakan

d. Bidang deskripsi fisik

- Jumlah jilid

- Keterangan ilustrasi

- Ukuran

e. Bidang Seri

-Keterangan Seri

-Penomoran seri

-ISSN

f. Bidang catatan

g. Bidang ISBN

-ISBN

(21)

-Harga

1. Penggunaan tanda-tanda baca (Fungtuasi)

Unsur-unsur dari deskripsi bibliografi dipisahkan satu dengan yang berikutnya

oleh tanda baca tertentu, termasuk spasi dan pengguna simbol.

Simbol-simbol tanda baca diberikan secara detail diatas tiap bidang.

Tanda baca yang telah ditetapkan itu didahului dan diikuti oleh spasi, kecuali titik

(.) dan koma (,) yang hanya diikuti oleh spasi lain tanda baca yang

dapatdimasukkan atas kebijaksanaan badan bibliografis, diberikan dengan spasi

yangbiasa. Bila lain tanda baca dimasukkan, maka harus diberikan tanda baca

yangtelah ditetapkan sekalipun hal ini akan menghasilkan tanda baca ganda

Dua tanda baca yang berikut ini dipakai semua atau hampir smua bidang :

a. Tanda baca kurung siku [] dipakai untuk menyatakan bahwa informasi diambil

dari luar sumber utama bidang bersangkutan.

b. Tiga titik (...) dipakai untuk menyatakan penghilangan sebagian dari unsur

dalam bidang tertentu.

Simbol-simbol yang dipakai untuk tanda baca adalah tanda-tanda yang

bisa,ditambah dengan tanda sama dengan (=), garis miring (/), dan tanda baca

ampersand (&).

Tanda sama dengan mendahului suatu judul paralel atau suatu judul seri

paralel.Garis miring mendahului keterangan penanggung jawab pertama. Tanda

(&) mendahului suatu keterangan dari bahan yang diikutsertakan.

Titik, spasi, garis, spasi(.-) dipakai untuk memisahkan bidang yang satu dari

berikutnya. Bila, oleh karena paragraf, tipografi atau indensi, suatu bidang sudah

jelas terpisah dari bidang yang mendahuluinya, maka titik, spasi, garis, spasi yang

menyelanginya dapat dihilangkan atau diganti hanya dengan titik (.) yang

diberikan pada bidang yang mendahulu.

2.11 Struktur AACR2

(22)

mengenai titik akses terdiri dari bab 22 sampai dengan bab 26. Berikut rincian

struktur AACR2 :

Bagain 1 Deskripsi

1. Peraturan umum untuk deskripsi

2. Buku, Pamflet, dan lembar tercetak

3. Bahan Kartografi

4. Manuskrip

5. Musik

6. Rekaman suara

7. Gambar hidup dan Rekaman video

8. Bahan Grafis

9. Sumber elektronik (E-Resources)

10. Artefak dan Realia Tiga dimensi

11. Bentuk mikro

12. Sumber daya berlanjut (serial)

13. Analisis

Bagian 2 Pilihan titik akses

22. Tajuk untuk orang

23. Nama Geografis

24. Tajuk Badan Korporasi

25. Judul seragam

26. Referensi

Bagian pertama, Bab 1 “Peraturan umum deskripsi” dapat diterapkan

untuk semua jenis bahan perpustakaan yang terdapat pada bab 2 sampai dengan

bab 12. Peraturan pada bagian pertama ini didasarkan atas kerangka umum untuk

deskripsi bahan perpustakaan: International Standard Bibliographic Discription

(General) = ISBD (G). Sedangkan untuk peraturan yang lebih rinci diatur pada

masing-masing jenis bahan perpustakaan. Berikut rincian pada Bab 1 “Peraturan

umum deskripsi”:

(23)

1. Daerah judul dan pernyataan tanggung jawab

2. Daerah edisi

3. Daerah rincian spesifik bahan (data khusus)

4. Daerah publikasi, distribusi, dsb.

5. Daerah deskripsi fisik

6. Daerah judul seri

7. Daerah catatan

8. Daerah penomoran standar standar (ISBN dan ISSN)

9. Bahan suplemen

10. Butiran terdiri dari beberapa jenis bahan

11. Faksimile, fotokopi, dan reproduksi lain

Karena peraturan berdasarkan 12 kerangka umum di atas, maka

penomoran peraturan mengandung unsur mnemorik artinya mudah diingat.

Penomoran peraturan sebagai berikut:

2.12 Pengertian Analisis Subjek

Subjek didefinisikan sebagai topik yang dibicarakan dalam satu karya atau

suatu disiplin ilmu yang terkandung dalam suatu karya. Suatu entri subjek adalah

entri katalog dengan topik subjek merupakan sebagai media penyusun.

Sebelum menentukan subjek dari suatu dokumen terlebih dahulu

mengadakan analisis terhadap dokumen atau suatu karya. Kegiatan ini yang

disebut dengan istilah analisis subjek. Dalam menentukan subjek suatu dokumen

disebut juga dengan pengindeksan yang menghasilkan deskripsi indeks (index

description) pengindeks harus mengetahui dokumen tersebut baik secara umum

ataupun khusus. Oleh sebab itu pengindeks harus memiliki pengetahuan mengenai

sifat, struktur dan hubungan yang terdapat diantara bidang-bidang pengetahuan.

(24)

memadai, sebab di sinilah pengindeks dituntut kemampuannya untuk menentukan

subyek apa yang dikandung dalam bahan pustaka yang diolah. Ada tiga hal yang

mendasar perlu dikenali pengindeks dalam menganalisis subyek (Pangaribuan

2010: 3) yakni :

1. Jenis Konsep

Dalam satu bahan pustaka dapat dibedakan tiga jenis konsep (Miswan

2003: 4) yaitu:

a) Subjek Dasar atau Disiplin Ilmu, yaitu istilah yang digunakan untuk

satu bidang atau cabang ilmu pengetahuan. Seorang pengindeks harus

tahu kandungan dari intelektual yang ada di dalam subjek mengandung

2 (dua) konsep (Suwarno, 2010:120) antara lain:

1. Disiplin fundamental atau cabang ilmu utama yang terdiri dari 3

(tiga) kelompok ilmu pengetahuan yaitu ilmu kemanusian, ilmu

alamiah dan ilmu sosial.

2. Sub disiplin fundamental merupakan bidang spesialisasi dalam suatu

disiplin fundamental. Misalnya, dalam kelompok ilmu-ilmu alamiah,

subdisiplin yang merupakan spesialisasi atau cabang, antara lain

ialah fisika, kimia, biologi, sosiologi,ekonomi, dan politik.

b) Objek Pembahasan atau Fenomena, dapat diartikan konsep yang

menunjukkan apa dokumen itu dan cara penyajian dokumen tersebut,

dan dapat diartikan dengan konsep subjek yang dikaji dalam suatu

ilmu atau sub disiplin, fenomena adalah benda atau wujud yang dikaji

dalam disiplin illmu.

Contoh : Sosiologi Kenakalan Disiplin

Ilmunya : Sosiologi

Fenomena : Kenakalan Fenomena yang dikaji oleh berbagai disiplin

ilmu dapat merupakan wujud konkrit dan dapat juga merupakan ide

abstrak.

Fenomena berperan sebagai konsep subjek dalam analisis subjek. Konsep

(25)

perwujudan dari suatu faset maka perlu ditetapkan urutan faset yang sering

disebut kombinasi atau formula faset.

c) Bentuk ialah cara bagaimana suatu subyek dasajikan. Dibedakan

menjadi tiga jenis:

1. Bentuk fisik, yakni medium atau sarana yang digunakan dalam

menyajikan suatu subyek. Misalnya dalam bentuk buku, majalah,

pita rekaman, dan sebagainya.

2. Bentuk penyajian, yang menunjukkan pengaturan atau organisasi

isi bahan pustaka. Ada tiga bentuk penyajian, yaitu: menggunakan

lambang-lambang dalam penyajiannya seperti bahasa, gambar, dll,

memperhatikan tata susunan tertentu misalnya abjad, kronologis,

sistematis, dsb, serta menyajikannya untuk kelompok tertentu,

misalnya bahasa Inggris untuk pemula.

3. Bentuk intelektual, yaitu aspek yang ditekankan dalam pembahasan

suatu subyek. Misalnya Filsafat Sejarah disini yang menjadi

subyeknya adalah sejarah sedangkan filsafat adalah bentuk

intelektual.

2. Jenis Subjek

Dalam kegiatan analisis subyek dokumen terdapat dalam

bermacam-macam jenis subyek. Secara umum digolongkan dalam 4 kelompok (Yuslina

2011:12) yaitu:

1. Subyek dasar, yaitu subyek yang hanya terdiri dari satu disiplin ilmu

atau sub disiplin ilmu saja. Misalnya, Pengantar Ekonomi, yaitu

menjadi subyek dasarnya Ekonomi.

2. Subyek sederhana, yaitu subyek yang hanya terdiri dari satu faset

yang berasal dari satu subyek dasar (Faset ialah sub kelompok klas

yang terjadi disebabkan oleh satu ciri pembagian. Tiap bidang ilmu

mempunyai faset yang khas sedangkan fokus ialah anggota dari satu

faset). Misalnya, Pengantar ekonomi Pancasila terdiri dari subyek

(26)

3. Subyek majemuk, yaitu subyek yang terdiri dari subyek dasar disertai

fokus dari dua atau lebih faset. Misalnya, Hukum adat di Indonesia.

Subyek dasarnya yaitu Hukum dan dua fasetnya yaitu Hukum Adat

(faset jenis) dan Indonesia (faset tempat).

4. Subyek kompleks, yaitu subyek yang terdiri dari dua atau lebih

subyek dasar dan saling berinteraksi antara satu sama lain. Misalnya,

Pengaruh Agama Hindu Terhadap Agama Islam. Disini terdapat dua

subyek dasar yaitu Agama Hindu dan Agama Islam.

Untuk menentukan subyek yang diutamakan dalam subyek kompleks

terdapat 4 (empat) fase, yaitu:

(1) Fase bias, yaitu suatu subyek yang disajikan untuk kelompok

tertentu. Dalam hal ini subyek yang diutamakan ialah subyek yang

disajikan. Misalnya, Statistik Untuk Wartawan subyek yang

diutamakan ialah Statistik bukan Wartawan.

(2) Fase pengaruh, yaitu bila dua atau lebih subyek dasar saling

mempengaruhi antara satu sama lain. Dalam hal ini subyek yang

diutamakan adalah subyek yang dipengaruhi. Misalnya, Pengaruh

Abu Merapi Terhadap Pertanian di D.I Yogyakarta. Disini subyek

yang diutamakan ialah Pertanian bukan Abu Merapi.

(3) Fase alat, yaitu subyek yang digunakan sebagai alat untuk

menjelaskan atau membahas subyek lain. Disini subyek yang

diutamakan ialah subyek yang dibahas atau dijelaskan. Misalnya,

Penggunaan Alat Kimia Dalam Analisis Darah. Disini yang

diutamakan adalah Darah bukan Kimia.

(4) Fase perbandingan, yaitu dalam satu dokumen/bahan pustaka

terdapat berbagai subyek tanpa ada hubungannya antara satu sama

lain.

3. Urutan Sitasi

Menurut Ranganatan dalam buku Suwarno hanya ada 5 (lima) faset

fundamental yang memungkinkan terwujud dalam fenomena, antara lain :

(27)

2. Matter, meliput i bahan atau material.

3. Energy, yang meliputi kegiatan atau masalah.

4 .Space, yang meliputi tempat atau geografis.

5 .Time, yang meliputi waktu dan periode.

Contoh: Industri kayu jati di Lampung sebelum tahun 1987.

Cara menganalisis:

P : Kayu

M : Jati

E : Industri

S : Jepara

T : Sebelum tahun 1978

Faset P M E merupakan faset-faset yang khas untuk disiplin ilmu artinya

subjek yang ditampilkan pada faset- faset P. Faset S dan T merupakan faset umum

yang sama untuk semua disiplin. Sedangkan faset M dan E selalu terkait dengan

subjek disiplin masing-masing.Kelima faset fundamental itu ditentukan harus

selalu ada dalam setiap konsep subjek, oleh karena itu analisis subjek diperlukan

untuk menentukan faset apa saja yang terwujudkan konsep subjek. Urutan faset

yang digunakan pada analisis faset untuk pengindeksan subjek sebagai sarana

temu kembali katalog perpustakaan harus menyatakan berdasarkan urutan atau

formula faset yang ditetapkan sebelumnya.

Contoh: Direktori partai politik di Indonesia

Analisisnya:

Disiplin Ilmu : Ilmu Sosial

Fenomena : Ilmu Politik

Faset

P : Partai

S : Indonesia

Based : Direktori

Batasan untuk satu faset ditentukan ciri pembagian, oleh karena itu tiap

(28)

semua bagian bidang pengetahuan. Di dalam faset ada 2 (dua) hubungan yang

berupa fokus (Lumban Siantar, 2011: 11) yaitu :

1. Hubungan generik atau genus spesies yaitu hubungan antara fokus

dengan faset yang sifatnya menyatu Misalnya: Karbohidrat, Protein,

Vitamin, itulah fokus yang menyatu dengan faset gizi.

2. Hubungan yang beragam terdapat pada fokus yang berbeda seperti

hubungan benda dengan kekiatannya. Misalnya: Besi, Timah, Baja

dengan Lebur. Bentuk dapat didefinisikan konsep yang menunjukkan

subjek dokumen itu. Berbeda dengan fenomena atau subjek yang

Referensi

Dokumen terkait

Sejauh ini, kesadaran rumah tangga terha- dap pentingnya ketersediaan air bersih pipa atau pompa dan sanitasi yang layak telah ter- bentuk pada seluruh lapisan masyarakat (mis- kin

menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank

Demi menjaga kenyaman dan kesehatan konsumen kami Agen Titan Gel Asli Di Indonesia , survai dari team menelusuri kebenaran asli atau palsu produk titan gel di tanah air kita

Menghadapi tantangan yang muncul, baik secara internal maupun eksternal, sebuah organisasi memerlukan sebuah pengelolaan.Berbagai macam tantangan yang muncul memerlukan strategi

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sastra feminis, pendekatan ini digunakan untuk menganalisis karya sastra yang berkaitan dengan perempuan.

Kondisi tersebut memunculkan pengertian bahwa analisa yang digunakan untuk dasar perencanaan strategis harus selalu waspada terhadap perubahan sekecil apapun baik dari

Dengan demikian dari hasil perhitungan dan analisa bahwa usaha pemeliharaan ternak sapi Bali pada kelompok tani Tunas Jaya pada Tabel 4 di bawah ini menunjukan

Pada grafik 1 dan 2 terlihat terjadi penurunan tekanan dan temperatur yang signifikan dari kepala sumur selama 30 tahun operasi pada kluster 1.. Untuk kluster 2, 3 dan 4