• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Mitos Dari Warna-Warna Pada Kue Hishimochi Saat Perayaan Hinamatsuri Hinamatsuri Ni Aru Hishimochi To Iu Okashi No Iro No Densetsu No Bunseki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Mitos Dari Warna-Warna Pada Kue Hishimochi Saat Perayaan Hinamatsuri Hinamatsuri Ni Aru Hishimochi To Iu Okashi No Iro No Densetsu No Bunseki"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG HISHIMOCHI DALAM PERAYAAN HINAMATSURI DI JEPANG

2.1 Perayaan Hinamatsuri

2.1.1 Asal Usul Perayaan Hinamatsuri

Hinamatsuri diperkirakan berasal dari sebuah kepercayaan Cina yaitu

Shang Yi yang kemudian di adaptasi oleh Jepang.Dalam bahasa Jepang dikenal sebagai joushi atau yang disebut juga dengan genshi atau joumi.Joushi adalah hari ular di awal bulan 3 sitem penanggalan yang mengikuti putaran bulan.

Semenjak zaman Heian (794-1185), sistem penanggalan yang digunakan di Jepang adalah sistem penanggalan bulan yang didasarkan pada Yin dan Yang. Selanjutnya diadaptasi oleh Jepang dalam bahasa Jepang disebut In dan You serta pemikiran lima elemen wuxing (dalam bahasa Jepang disebut gogyousetsu di Cina). Pemikiran in dan you merupakan yang menganggap bahwa dunia dibagi menjadi dua unsur yaitu unsur positif dan unsur negatif. Sedangkan dalam

gogyousetsu disebut ada lima unsur yang mengatur pergerakan dan perubahan di jagad raya ini. Unsur-unsur tersebut adalah kayu, api, tanah, air dan emas. Berdasarkan pemikiran bahwa jagad raya ini terbentuk dari dua unsur Indan You

(2)

Hari mi (ular) merupakan salah satu hari yang banyak mengandung kekuatan negatif.Oleh karena itu, pada hari mi ini orang-orang biasa mengadakan

Joumi no harai yaitu suatu upacara untuk untuk menghilangkan kekuatan-kekuatan negatif.Di kalangan anak bangsawan istana, boneka dimainkan bersama rumah boneka yang berbentuk istana.Permainan di kalangan anak perempuan tersebut dikenal sebagai hina asobi (bermain boneka putri).

Sejak abad ke-9 zaman Edo, hina asobi dikaitakan dengan perayaan musim (sekku) untuk bulan 3 yang bertepatan juga dengan mekarnya bunga persik

di musim semi atau disebut (momo no sekku).Sama halnya dengan perayaan musim lainnya yang disebut matsuri, sebutan hina asobi juga berubah menjadi

hinamatsuri dan perayaannya meluas dikalangan rakyat. Orang di zaman Edo terus mempertahankan cara memajang boneka dengan memakai boneka (Hitogata) atau boneka yang berbentuk orang sederhana yang terbuat dari kertas yang kemudian boneka ini di tepukkan keseluruh tubuh anak perempuan. Cara ini dipercaya memiliki kekuatan untuk menyerap roh-roh jahat ke dalam tubuh boneka, dan karena itu dapat memindahkan semua penyakit dan kesialan yang ada dalam diri pemiliknya ke boneka.

(3)

membawa serta roh-roh jahat agar badan suci kembali.Sebagai lambang status dan kemakmuran, orang tua berlomba-lomba membelikan boneka yang terbaik. Sejalan dengan perkembangan zaman, boneka semakin rumit dan mewah. Hinamatsuri ini dirayakan setiap tanggal 3 Maret di setiap tahunnya.

2.1.2 Tradisi Umum Perayaan Hinamatsuri

Perayaan hinamatsuri di Jepang dilaksanakan secara meriah dan penuh suka cita.Perayaan yang dilakukan setiap tanggal 3 Maret ini,bagi masyarakat Jepang perayaan hinamatsuri sangat penting bagi anak perempuan.Orang tua berdoa memohon keselamatan bagi anak perempuan mereka, karena dalam

hinaningyou (boneka yang disebut hina) dipercaya memiliki kekuatan magis untuk menyerap penyakit dan kekuatan jahat lainnya yang ada dalam diri anak-anak dan melindunginya selama masa pertumbuhannya.Tradisi perayaan

hinamatsuri ini tidak hanya dirayakan dalam keluarga saja melainkan dari seluruh masyarakat Jepang mulai dari menghias sudut-sudutkota dengan hina ningou

dalam jumlah yang banyak.

Dalam acara besar hinamatsuri, masyarakat kota bersama-sama berpatisipasi menghias hina ningyou.Menjelang perayaan hina matsuri, ornamen-ornamen hiasan rumah sering didesain sesuai tema hinamatsuri.Salah satu kota yang merayakan hinamatsuri adalah kota Katsuura. Penyelenggaraan perayaan dilakukan tanggal 3 Maret, namun mulai dar tanggal 27 Februari masyarakat Jepang sudah mulai mempersiapkan perayaan hinamatsuri dengan tujuan bagi pengunjung yang datang ke wilayah Kutsuura dapat merasakan suasana perayaan

(4)

bagi anak-anak mereka. Kemeriahan perayaan di Kutsuura tidak hanya datang dari pengunjung, melainkan partisipasi masyarakat Kutsuura, terutama para pedagang.Mereka juga ikut menghias toko baik itu di dalam maupun diluar toko dengan tujuan untuk menarik perhatian pengunjung.

Dalam perayaan hinamatsuri, pengunjung tidak hanya disuguhan dengan pemeran hina ningyou saja tetapi jugadengan parade anak-anak yang mengenakan kostum menyerupai hina ningyou, loka karya pembuatan hina ningyou adalah loka karya melukis ohinasama dan juga dan membuat hina ningyou dari bambu. Selain itu,pertunjukan musik yang menampilkan musik tiup.Dengan semua itu, selain kemeriahan hinamatsuri dijadikan sebagai kesempatan untuk memberikan pendidikan dan mengenalkan nilai-nilai kehidupan pada anak.Selain itu penempatan hinaningyou yang di anggap sebagai dewa, ditempat tinggi mendidik supaya anak-anak mematuhi dewa.

(5)

pada sore hari. Untuk boneka yang sudah diwariskan, maka akan disimpan kembali untuk digunakan tahun depannya.

2.1.3 Prosesi Hinamatsuri

Sejak zaman Edo, perayaan hinamatsuri ini ditetapkan pada tanggal 3 Maret setiap tahunnya.Perayaan hinamatsuri ini bertujuan untuk mendoakan kebahagiaan dan keselamatan pertumbuhan anak perempuan.Para orang tua megharapkan agar anak perempuan mereka berumur panjang dan diberikan kesehatan.Para orang tua juga berdoa agar anak-anak mereka terhindar dari roh-roh jahat dan kesialan.Sejak pertengahan bulan Februari hingga menjelang tanggal 3 Maret, dihari yang di anggap baik, ibu dan anak perempuan sudah mengeluarkan hina ningyou dari tempat penyimpanannya.Mereka kemudian meletakkan hina ningyou di atas altar dan menghiasnya.Tidak hanya ibu dan anak perempuan saja yang menghias hinaningyou , tetapi juga ayah, kakek, nenek, serta kerabat dekatpun juga ikut merayakan bersama menyambut hinamatsuri ini.

(6)

Dalam hidangan itu seperti kue hishimochi (kue lapis yang terbuat dari beras berbentuk belah ketupat yang bewarna merah muda, putih dan hijau), dan

hina arare (sejenis kue yang terbuat dari beras yang berbentuk bola-bola kecil yang juga bewarna merah muda, putih dan hijau). Selain itu ada juga hamaguri miso siru (sup yang terbuat dari kaldu kerang), tai noosashimi (irisan ikan kakap mentah), seki han (atau nasi merah), dan sakura mochi ini biasanya menjadi menu dalam perayaan hinamatsuri. Untuk minumannya biasanya disediakan

shirozake (arak Jepang yang terbuat dari fermentasi beras). Pesta ini diadakan di depanhina karena adanya terkait kepercayaan bahwa hina ningyou tersebut bisa ikut bermain bersama anak-anak perempuan dan mengawasi pertumbuhan anak perempuan.

Setelah masa perayaan hinamatsuri selesai, hina ningyouakan di simpan kembali dalam sebuah kotak khusus, yang akan dipergunakan lagi untuk dipajang di tahun depannya. Boneka yang sudah disimpan dipercaya sudah menyerap roh-roh jahat dan nasib sial. Sebelum dimasukkan ke dengan memajang hina ningyou,

diharapkan boneka ini akan menggantikan anak perempuan menerima kesialan dan penyakit. Berkenaan dengan kepercayaan, jika boneka ini terlambat untuk disimpan mereka juga percaya bahwa pernikahan anak perempuan mereka juga terlambat.

2.2 Kue Hishimochi dalam Perayaan Hinamatsuri 2.2.1 Kue Hishimochi

(7)

ini terbuat dari beras ketan yang dihaluskan dengan ditumbuk sehingga menjadi lembut dan lengket. Kue ini di bentuk menyerupai belah ketupat dengan tekstur yang kenyal dan lembut, selain itu dengan rasanya yang manis. Rasa yang manis dalam kue hishimochi ini diyakinini melambangkan kesuburan bagi anak perempuan yang memakannya.Kue ini sangat dipercaya akan khasiat dan keberuntungannya.Selain itu kue hishimochi ini memiliki tiga lapis warna yaitu merah muda, putih dan hijau.Tiga lapis warna yang terdapat dalam kue

hishimochi juga memiliki makna-makna dan mitos tersendiri bagi masyarakat Jepang.Kue mochi biasanya berbentuk bulat, tapi khasnya bentuk hishimochi saat

hinamatsuri ini adalah berbentuk seperti belah ketupat.

(8)

Penyajian bentuk dan warna pada kue hishimochi ini berusaha untuk berkaitan dengan alam. Apalagi keadaan alam pada perayaan hinamatsuri setelah berakhirnya musim dingin adalah ketika salju yang mulai mencair dan disambut dengan musim semi yang ditandai dengan mekarnya bunga persik. Selain itu rumput-rumput hijau yang masih berada di bawah salju yang belum mencair ketika awal musim semi tersebut.Telihatlah tradisi masyarakat Jepang yang menjaga keseimbangan manusia dengan alam sekitarnya, yang merupakan tradisi yang diyakini sejak dahulu.Semua ini karena keterkaitan masyarakat Jepang dengan alam.Bagi mereka alam merupakan suatu hal yang penting dan harus di hargai.

Kebiasaan masyarakat setiap tahunnya memakan dan membuat kue

hishimochi, menandakan turun-temurunnya peran masyarakat Jepang dan keluarga dalam memelihara dan mempertahankan warisan tentang mitos dan makna dari kue hishimochi ini, dan menjadikan satu kesatuan unsur pedoman hidup.Nilai-nilai tradisi yang menggambarkan kebersamaan saat pembuatan kue

hishimochi ini menjadikan ineraksi langsung antara masyarakat setempat, guna untuk membentuk sosialisasi dan untuk mencapai kesejahteraan bersama bagi masyarakatnya.

2.2.2 Sejarah Kue Hishimochi

Pada mulanya mochi ini masuk ke Jepang melalui Asia Tenggara sewaktu sistem penanaman padi diperkenalkan ke Jepang.Kue hishimochi atau kue beras

ketan ini berasal dari kata kerja “motsu” yang memiliki arti menahan atu memiliki

(9)

muchimi yang berarti lengket.Dapat diartikan bahwa kue hishimochi ini adalah kue yang terbuat dari beras ketan yang berbentuk belah ketupat dan lengket dengan tiga lapis warna (merah muda, putih, dan hijau).Ini berati sebuah penandaan bahwa mochi ini adalah semenjak dahulu kala sudah menjadi sesajian yang dipersembahkan kepada dewa.Dengan kata lain kue mochi ini adalah sebuah kue yang mengungkapkan rasa syukur akan hal yang telah diberikan oleh dewa. Kue ini disajikan didalam berbagai acara perayaan di Jepang, salah satunya pada perayaan hinamatsuri.Kue mochi ini menjadi kue khas yang dimakan dan disajian masyarakat Jepang.

Kue hishimochi ini di kisahkan bahwa penghunyi istana kaisar memakan kue hishihanabira mochi sewaktu merayakan tahu baru di Jepang.Hishimochi ini juga menjadi perlambangan tanaman hishi yang mudah berkembang biak. Mitosnya bagi anak perempuan yang memakan hishimochi ini diharapkan berumur panjang seperti sennin yang kabarnya hidup 1000 tahun karna memakan tanaman hishi.

Pada zaman Muromachi, keluarga dari Asikaga memiliki tradisi memakan

mochi bewarna merah muda dan putih yang berbentuk belah ketupat. Tradisi klanAshikaga ditiru di istana kaisar. Setelah itu lapisan warnanya ditambah dengan warna hijau yang berasal dari pewarna alami tanaman daun yomogi.Dari ini kue hishimochi dikenal orang sampai sekarang dengan kue yang berbentuk belah dengan tiga lapis warna yaitu merah muda, putih, dan hijau.Menyebut masalah warna pada kue hishimochi dalam perayaan hinamatsuri, bunga persik

(10)

fungsi bunga ini sebagai dekorasi saat hinamatsuri, juga sebagai dekorasi pewarna alami dalam pembuatan kue hishimochi.

Dalam perayaan, ada beberpa tradisi hishimochi di berbagai daerah, salah satunya yaitu :

1. Kyoto, sebagai pengganti hishimochi, orang Kyoto menggunakan

akoyamochi

2. Prefektur Mie, hishimochi disebut sankakumochi (mochi segitiga) dan merupakan hadiah bagi orang tua di hari hinamatsuri.

3. Prefektur Shizouka, Hishimochi juga berbentuk segitiga. 2.2.3 Makna Warna dari Kue Hishimochi

Menurut kepercayaan orang Jepang, dalam suatu tradisi perayaan

hinamatsuri terdapat sebuah kepercayaan tradisional yang sudah diyakini masyarakatnya dari zaman dahulu sampai sekarang ini, tentang warna-warna tertentu yang sudah dipilih dan diyakini. Warna ini menjadikan suatu kepercayaan dan pedoman yang masih dipercayai bisa membawa keberuntungan.Dalam hidangan perayaan hinamatsuri, salah satunya adalah kue hishimochi. Kue yang memiliki tiga lapisan warna yang sangat dipercayai masyarakat Jepang akan maknanya, yaitu warna merah muda, putih dan hijau. Kepercayaan ini terbentuk karena kebiasaan masyarakat Jepang terdahulu dengan kegiatan budaya tradisional yang sudah diwariskan secara turun temurun.

Seperti yang sudah diketahui bahwa kue hishimochi ini memiliki tiga lapis warna yaitu warna merah muda, putih dan hijau.Pewarna yang diambil untuk kue

(11)

bertepatan dengan perayaan hinamatsuri di Jepang.Kue ini menjadi hidangan yang khas saat perayaan tersebut.Dengan lapisan warnanya yang memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Jepang, terutama berkaitan dengan keadaan alam saat berakhirnya musim dingin dan disambut dengan musim semi.Keadaan alam di Jepang pada saat perayaan hinamatsri melahirkan kombinasi warna yang di percaya oleh masyarakat Jepang memiliki keberuntungan dan kesejahteraan saat memakannya.

Warna merah muda melambangkan bunga persik yang mekar dan bunga

kacapiring, dengan warna merah muda yang dipercaya masyarakat bisa menghalau nasib sial.Pewarna merah yang dipakai pada kue hishimochi ini berasal dari bunga kacapiring yang dipercaya sama-sama bisa menghalau nasib buruk tau kesialan.Sejak dulu bunga persik ini dianggap sebagai benda pembawa keberuntungan dan penolak bala.Selain itu pewarna dari bunga kecapiring ini juga bisa sebagai penawar racun, Dan juga dijadikan masyarakat Jepang sebagai pemujaan roh leluhurnya.

Sementara itu untuk warna putih pada yang terdapat pada lapisan kue

hishimochi mempresentasikan salju yang belum mencair di awal musim semi.Masyarakat Jepang memaknai dengan arti yang putih dan suci.Bagi masyarakat Jepang, keadaan yang seperti itu merupakan suatu hal yang diyakini masyarakat dari leluhurnya terdahulu.Pewarna putih yang di campurkan merupakan dari biji tanaman hishi yang di anggap bisa menurunkan tekanan darah.

(12)

muda di atas sisa-sisa salju yang belum mencair di awal musim semi. Masyarakat Jepang memaknai keadaan alam tersebut dengan kesehatan dan berumur panjang.Pewarna alami yang di tambahkan juga berasal dari alam, yaitu daun

yomogi yang juga dianggap sebagai pembawa keberuntungan.Penganggapan masyarakat Jepang terhadap alam yang ada di sekitarnya menggambarkan penghargaan masyarakat Jepang terhadap alam, mendekat dan menyatu dengan alam.

Referensi

Dokumen terkait

Namun, dalam novel tersebut terdapat fungsi latar sebagai metafora untuk mendukung penokohan yang paling banyak ditemukan dalam isi novel tersebut, dengan jumlah 29 data latar

Pemberian ekstrak temulawak berpengaruh meningkatkan indeks apoptosis jaringan adenokarsinoma mammae pada mencit C3H secara in vivo.Pemberian ekstrak temulawak dengan dosis

Reseptor adalah bagian tubuh atau alat pada tubuh yang berfungsi sebagai penerima rangsangan atau impuls.. Bagian yang

Dengan Ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul: “ PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK SYAMSUL BAHRI TRB DAN

Kaitan antara penelitian yang dilakukan sekarang dengan penelitian terdahulu adalah penerapan aplikasi pembelajaran sebagai media yang digunakan oleh guru dalam kegiatan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah classroom action research (PTK). Penelitian ini terdiri dari dua siklus yang setiap siklusnya terdiri dari

Hal ini disebabkan oleh gradient temperatur tinggi dan tebal lapisan batas yang minimum untuk selinder bulat ( ɛ = 1) selain itu panjang keliling dinding

Pengaruh Komunikasi Organisasi Dan Kompensasi Terhadap Kepuasan Kerja Guru Sekolah Dasar Dan Madrasah Ibtidaiyah Swasta Di Kota Cimahi.. Universitas Pendidikan Indonesia |