• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggabungan (Merger) Perseroan Terbatas Di Indonesia Dan Dampaknya Terhadap Pekerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggabungan (Merger) Perseroan Terbatas Di Indonesia Dan Dampaknya Terhadap Pekerja"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya perekonomian dan semakin nyatanya

globalisasi di segala bidang, maka perseroan terbatas harus dapat bersaing dengan

sesama perseroan terbatas di Indonesia maupun perseroan terbatas dari luar

negeri. Agar dapat bersaing dan tidak dilikuidasi atau dibubarkan, perseroan

terbatas harus dapat berusaha mengumpulkan modal yang besar, dan berusaha

berproduksi di titik yang paling efisien dengan tujuan utama memperbesar profit

yang diterimannya dan berusaha untuk mengurangi inefisiensi manajemennya,

dengan tujuan jangka panjang, sebagai salah satu strategi pertumbuhan.1

Salah satu cara untuk mencapai pertumbuhan tersebut adalah bergabung

dengan perusahaan yang lebih besar. Proses ini dikenal pula dengan nama

penggabungan (merger). Bagi perusahaan yang melakukan penggabungan hampir

dapat dipastikan memberikan keuntungan, baik memperkuat modal, dan menjadi

lebih efisien dengan semakin mendekati titik minimum efficiency scale (MES).

Selain itu juga perusahaan yang melakukan penggabungan memiliki kekuatan

ekonomi yang lebih tinggi daripada sebelum melakukan penggabungan.2

Penggabungan di satu sisi intensitasnya yang terus meningkat sebagai

pilihan strategis di dalam bisnis/ kegiatan usaha perseroan terbatas, disisi lainnya

penggabungan yang tidak terkendali dapat merugikan pihak-pihak tertentu yang

1

Alexander Lay, B.N Marbun, Soy M. Pardede, Murman Budijanto, Efektifitas Regulasi Merger dan Akuisisi Dalam Kerangka Hukum Persaingan Usaha, (Jakarta: Sinar Pustaka Harapan, 2010), hal. 99.

2

(2)

tergolong lemah/ kecil yang kedudukannya menjadi riskan akibat penggabungan

tersebut. Oleh karena itu adalah menjadi tugas sektor hukum untuk melindungi

pihak yang lemah tersebut. Adapun pihak lemah jika terjadi penggabungan

tersebut salah satunya adalah mereka yang lemah secara struktural, misalnya

kedudukan para pekerja di perseroan terbatas, lebih lemah dibanding kedudukan

dari pihak lain, seperti pemegang saham, direktur dan komisaris.3

Bisnis atau kegiatan usaha merupakan tujuan utama pembentukan suatu

perseroan terbatas. Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Undang-Undang No. 40

Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, suatu perseroan harus mempunyai

maksud dan tujuan yaitu berupa aktivitas bisnis atau kegiatan usaha, dapat dilihat

juga pada Pasal 18 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan

Terbatas, ditegaskan kegiatan usaha atau bisnis tersebut harus dicantumkan dalam

anggaran dasar perseroan terbatas yang berbentuk akta otentik.4

Bisnis atau kegiatan usaha perseroan terbatas adalah kegiatan ekonomis,

dimana yang terjadi dalam kegiatan ini adalah tukar-menukar, jual-beli,

memproduksi-memasarkan, bekerja-mempekerjakan, dan intraksi lainnya, dengan

maksud memperoleh keuntungan. Dalam mencari keuntungan, kegiatan bisnis

tidak bersifat sepihak, tetapi diadakan dalam interaksi. Bisnis berlangsung sebagai

komunikasi sosial yang menguntungkan untuk kedua belah pihak yang melibatkan

diri. Bisnis bukan karya amal, karena itu bisa timbul salah paham, jika kita

mengatakan bisnis merupakan suatu aktivitas sosial.5

3

Munir Fuady, Hukum Tentang Merger, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), hal. 127-133.

4

Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 35-36. 5

(3)

Adam Smith dalam bukunya yang sangat terkenal, yaitu The Wealth of

Nation, adalah orang pertama yang menggambarkan bahwa pasar bebas dalam

kegiatan usaha/ bisnis dan bersaing akan berfungsi tanpa adanya campur tangan

dari pemerintah. Adam Smith juga memperkenalkan istilah “invisible hand” yang,

jika dihubungan dengan tindakan bisnis perseroan terbatas dalam melakukan

penggabungan, maka pengaruh pekerjaan tangan tidak nampak tersebut akan

membuat tujuan kegiatan usaha dan bisnis tersebut lebih efisien dan kesejahteraan

masyarakat dapat tercapai.6

Secara sederhana Adam Smith menggambarkan pandangan “Laissez

faire” atau bebas melakukan apa saja, bahwa dari antara berbagai transaksi bisnis

yang indevenden, maka pada dasarnya terdapat harmoni yang alamiah. Dimana

pelaku usaha melalui perseroan terbatas, berusaha mencari cara produksi yang

paling efisien, termasuk dengan cara penggabungan, untuk mendapat keuntungan

maksimum. Pekerja akan berusaha mencari pekerjaan kepada para pelaku usaha

yang membutuhkan pengtahuan dan kemampuan pekerja tersebut, untuk

menghasilkan produksi ataupun jasa yang dapat menghasilkan keuntungan.

Keseluruhan proses ini seolah-olah dituntun oleh adanya pengaruh tangan tidak

nampak (invisible hand), yang pada akhirnya akan memberi keuntungan untuk

semua pihak berdasarkan kegiatan usaha atau bisnis berdasarkan pasar bebas.

Smith berpendapat persaingan merupakan cara yang alamiah sebagai cheks and

balances untuk mengontrol keinginan individu dalam upaya mengeksploitasi

pasar, yang pada akhirnya akan mampu melindungi kepentingan publik. Smith

6

(4)

juga berpendapat bahwa prinsip dasar utama untuk keunggulan kegiatan bisnis

pasar bebas, adalah kemauan untuk mengejar keuntungan dan kebahagian terbesar

bagi setiap individu.7

Tangan tidak nampak biasanya mampu mengarahkan pasar-pasar untuk

mengalokasikan sumber daya secara efisien. Tangan tidak nampak tersebut

terkadang tidak berfungsi karena berbagai sebab. Salah satu penyebab kegagalan

pasar akibat eksternalitas, yaitu dampak tindakan-tindakan suatu pihak terhadap

kesejahteraan pihak-pihak sekitarnya, misalnya tindakan pelaku usaha yang

melakukan penggabungan perseroan tanpa memperhatikan kepentingan pihak

lain, seperti pekerja yang dapat di berhentikan, bahkan dengan cara pemutusan

hubungan kerja secara sepihak, maupun pemutusan hubungan kerja dengan tidak

memberikan apa yang seharusnya menjadi hak-hak pekerja. Pumutusan hubungan

kerja tersebut tentunya akan menambah pengangguran di Indonesia, yang pasti

akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Nasional.8 Hal itulah yang hendak

diatasi oleh berbagai kebijakan publik, yang dibuat dalam aturan hukum/

peraturan perundang-undangan, yakni demi mengupayakan distribusi

kesejahteraan dalam kegiatan bisnis yang lebih baik dan merata. Namun

permerintah adakalnya mampu memperbaiki hasil-hasil mekanisme pasar tidaklah

berarti, bahwa pemerintah selalu dapat melakukannya. Peraturan

perundang-undangan yang dibuat pemerintah hasil dari sebuah proses yang jauh dari

7

Ibid, hal. 27. 8

(5)

sempurna, sehingga ketika aturan tersebut berlaku, kemungkinan tidak ditaati dan

tidak efektif.9

Peristiwa penggabungan ini dapat dilihat dari pandangan Adam Smith

tentang pasar bebas dengan pengaruh tangan tidak nampaknya, merupakan

strategi bisnis yang tentunya lebih mengutamakan keuntungan pada pemodal.

Menurut Adam Smith tindakan bisnis akan berfungsi dengan baik tanpa ada

campur tangan pemerintah, tetapi tetap memiliki konsekuensi yang luas, terutama

bagi pihak yang lemah, oleh sebab itu hukum tetap dapat memegang peran yang

penting untuk melindungi pihak-pihak yang lemah yang terkena dampak negatif,

baik langsung maupun tidak langsung walapun proses pembuatan aturan hukum

tersebut bukan dari proses yang sempurna. Beberapa aturan hukum sebagai upaya

pemerintah untuk mengatur proses penggabungan perseroan terbatas telah

berlaku, terkait dengan proses penggabungan perseroan terbatas dan aturan yang

terkait dengan proses penggabungan dan ketenagakerjaan, baik secara umum dan

sektoral.10

Pada prakteknya aturan hukum yang berlaku tersebut menunjukkan betapa

kompleksnya masalah hukum. Seperti yang dikatakan Satjipto Rahardjo, hukum

tidak selalu sejelas, dan sesederhana seperti dibayangkan orang, kendati

dikatakan, hukumnya sudah jelas. Hukum adalah dokumen yang terbuka untuk

atau mengundang penafsiran. Suatu peraturan perundang-undangan yang dapat

diberlakukan di suatu daerah belum tentu dapat diberlakukan di daerah lain.

Begitu juga di dalam dunia bisnis, tentu akan menerima dan mengartikan

9

Ibid, hal. 16. 10

(6)

aturan hukum mengenai penggabungan tersebut secara berbeda.11 Hal tersebut

dapat dilihat seperti kasus perbedaan penafsiran pada putusan Mahkamah

Konstitusi Nomor 117/PUU-X/2012, tanggal 23 April 2013, yang menolak

permohonan Dunung Wijanarko selaku pekerja PT ABB Sakti Industri, atas

pengujian ketentuan Pasal 163 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan, dimana terjadi perbedaan penafsiran yang mana, menurut

Dunung jika dia tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja dengan perseroan

terbatas yang melakukan penggabungan, maka dia mengganggap isi pasal itu,

berarti terjadi pemutusan hubungan kerja, sedangkan menurut PT ABB Sakti

Industri pasal itu menyatakan Dunung mengundurkan diri secara sukarela.

Akhirnya Putusan Mahkamah Konstitusi menolak permhohonan Dunung, dan

menyatakan isi pasal sudah sesuai dengan apa yang dilakukan oleh PT ABB Sakti

Industri yaitu menganggap Dunung mengundurkan diri secara sukarela, dan

Mahkamah konstitusi berpendapat isi pasal tersebut, sudah sudah sesuai dengan

unsur kepastian hukum.12

Dapat dilihat juga sepanjang peraturan tentang penggabungan berlaku,

banyak pelaku bisnis yang juga mementingkan kepentingan bisnisnya semata,

dengan alasan efisiensi. Sehingga pelaku usaha di suatu perseroan terbatas, lebih

mencari keuntungan pribadi, dan tidak memikirkan dampak bagi pihak yang

lemah. Pihak yang lemah ini tidak dapat berbuat apa-apa misalnya seperti pekerja,

yang sewaktu-waktu dapat di diberhentikan dengan hanya memberi pesangon

11

Satjipto Rahardjo, Membedah Hukum Progresif, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2008), hal. 96-97.

12

(7)

(Pasal 163 UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan), bahkan menurut

sistem hukum kita hampir-hampir tidak punya upaya hukum apa-pun untuk

menolak pemutusan hubungan kerja tersebut.13 Seperti rencana penggabungan PT

Chevron Pacific Indonesia yang berkantor di Provinsi Riau, dengan Chevron

Indonesia Company (CICo) di Kalimantan Timur, yang menurut Kementerian

ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral), tiap langkah penggabungan selalu

diikuti dengan pengurangan tenaga kerja, karena ada departemen atau divisi yang

digabung sehingga terjadi pengurangan, dan ada departemen atau divisi yang

dibubarkan. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said

menyatakan, rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) ini tidak akan

mengganggu target minyak dan gas (migas) Nasional, dan merupakan salah satu

strategi untuk melakukan tindakan efisiensi.14

Kasus PT Securior Indonesia yang melakukan penggabungan di tingkat

Internasional antara Grup 4 (empat) Flock dengan PT Securior di Inggris, yang

memutuskan hubungan kerja sebanyak 259 (dua ratus lima puluh sembilan) orang

pekerja secara sepihak, yang mana berdasarkan putusan Mahkamah Agung harus

mempekerjakan kembali para pekerja tersebut. Tetapi pihak PT Securior belum

memenuhi putusan tersebut, dengan alasan karena tidak mungkin mempekerjakan

para pekerjanya kembali. Sebab PT Securior selama ini bekerja dengan klien, dan

13

Munir Fuady, Op. Cit., hal. 128. 14

(8)

akibat mogok yang dilakukan oleh para pekerjanya, para klien mengalami

kerugian dan tidak mau bekerja sama kembali dengan PT Sucurior.15

Dapat dianalisis dari kasus-kasus tersebut diatas terjadi ketimpangan yang

parah. Ketimpangan inilah yang diasumsikan pasti terdapat dalam sturuktur dasar

masyarakat, prinsip-prinsip keadilan sosial harus diterapkan. Prinsip-prinsip ini

yang akan mengatur pilihan kontitusi politik dan elemen-elemen utama sistem

sosial dan ekonomi. Keadilan dalam skema sosial secara mendasar bergantung

pada bagaimana hak-hak dan kewajiban fundamental diterapkan pada peluang

ekonomi serta kewajiban sosial dalam berbagai sektor masyarakat.16 untuk itu

perlunya pengaturan yang adil terhadap pekerja akibat tindakan bisnis perseroan

terbatas berupa penggabungan.

Tujuan dari pembentukan suatu peraturan perundang-undangan terkhusus

dalam tindakan penggabungan perseroan terbatas, bukan hanya untuk melindungi

pekerja dan sarana kepastian hukum bagi pelaku usaha untuk melakukan kegiatan

bisnis, tetapi dalam jangka panjang untuk pertumbuhan ekonomi Nasional yang

menekankan pada kepentingan umum, kesejahteraan rakyat serta efisiensi yang

berkeadilan. Oleh karena itu pemerintah tidak melarang tindakan pelaku usaha

melalui perseroan terbatas untuk melakukan penggabungan, karena merupakan

salah satu strategi bisnis perseroan terbatas dalam melakukan efisiensi untuk dapat

bersaing dan memperoleh keuntungan yang maksimal.17 Mewujudkan Kesejahteraan Sosial dalam Negara, penerjemah Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hal. 26.

17

(9)

Dapat dilihat dari beberapa penjelasan di atas, bahwa sangat sulit untuk

membuat aturan yang adil di bidang ekonomi, terkhusus dalam kegiatan usaha

atau bisnis suatu perseroan terbatas, disebabkan menyatukan antara kepentingan

pelaku usaha yang bertujuan mencari keuntungan dengan kepentingan terhadap

perlindungan terhadap pemangku kepentingan lainya dalam sebuah perseroan

yang mempunyai posisi yang lemah dalam perseroan terbatas terkhusus terhadap

pekerja. Jika aturan peraturan perundang-undang terlalu melindungi pihak lemah,

kegiatan bisnis di Indonesia menjadi tidak menarik dan menyebabkan para pelaku

usaha, baik dalam dan luar negeri tidak tertarik melakukan kegiatan bisnis di

Indonesia dan yang sudah melakukan usaha di Indonesia, dapat beralih ke Negara

lain yang kegiatan bisnisnya lebih menarik.18

Beralihnya pengusaha ke negara lain sangat berdampak pada

perekonomian nasional yang membutuhkan banyak kegiatan bisnis untuk

pertumbuhan ekonomi Nasional terkuhusus mengurangi angka pengangguran di

Indonesia. Akan tetapi, apabila tidak melakukan perlindungan yang baik terhadap

pihak yang lemah terkhusus pekerja, maka para pelaku usaha (pemegang saham

mayoritas) hanya akan merugikan pihak yang lemah tersebut seperti pada

kelemahan teori Adam Smith tentang pasar bebas dan kasus-kasus yang tersebut

diatas, karena hanya mencari keuntungan pribadi lebih menguntungkan pemodal,

yang tentunya juga akan merugikan perekonomian nasional.19 Untuk itu perlu

adanya unsur keadilan dalam suatu peraturan perundang-undangan yang mengatur

tindakan penggabungan (merger) perseroan terbatas agar para pemangku

18

Sentosa Sembiring, Hukum Investasi, (Bandung: Nuansa Aulia, 2010), hal. 35 19

(10)

kepentingan dalam suatu perseroan terbatas termasuk pekerja tidak dirugikan

akibat dampak negatif dari tindakan penggabungan tersebut.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, merupakan hal menarik untuk

dikaji, sehingga kemudian penelitian ini diberi judul “Penggabungan (Merger)

Perseroan Terbatas di Indonesia dan Dampaknya Terhadap Pekerja”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada hal-hal yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini

akan memfokuskan diri untuk menjawab permasalahan-permasalahan sebagai

berikut:

1. Bagaimana pengaturan penggabungan (merger) dalam hukum yang berlaku di

Indonesia?

2. Bagaimana dampak penggabungan (merger) perseroan terbatas terhadap

pekerja?

3. Bagaimana bentuk perlindungan terhadap pekerja yang terkana dampak

penggabungan (merger) perseroan terbatas (merger) dalam hukum yang

(11)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi terkait

dengan penggabungan penggabungan perseroan terbatas yang berdampak pada

pekerja, oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan memberikan penjelasan bagaimana pengaturan tentang

penggabungan (merger) di Indonesia;

2. Untuk mengetahui, memberi penjelasan bagaimana dampak terhadap pekerja

terhadap perseroan terbatas yang melakukan penggabungan;

3. Untuk mengetahui, memberikan penjelasan, dan menganalisa mengenai

bagaimana bentuk perlindugan hukum terhadap pekerja yang terkena dampak

penggabungan (merger) perseroan terbatas dalam hukum yang berlaku di

Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun

secara praktis di bidang hukum perusahaan.

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa:

a. Menambah kasanah ilmu hukum perusahaan, khususnya tentang tindakan

perseroan terbatas dalam melakukan penggabungan yang berdampak bagi

pekerja dan hukum kenotariatan;

b. Memberi bahan masukan dan/ atau dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih

(12)

andil bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum bisnis dalam bidang hukum

perusahaan, khususnya tentang penggabungan dan ketenagakerjaan.

2. Secara praktis

Hasil penelitan ini diharapkan dapat memberi manfaat berupa:

a. Manfaat yang sebesar-besarnya bagi para praktisi hukum, pelaku usaha, tenaga

kerja, kreditur, konsumen dan Notaris/ Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)

sehubungan dengan tindakan perseroan terbatas dalam melakukan

penggabungan;

b. Mengungkap masalah-masalah yang timbul dan/ atau muncul dalam lapangan

hukum dan bisnis dan memberikan solusinya bagi pihak-pihak yang terlibat

dalam tindakan penggabungan suatu perseroan terbatas;

c. Untuk menjadi pertimbangan pemerintah dalam pengaturan regulasi tentang

penggabungan ini baik secara umum maupun sektoral.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi yang ada dan sepanjang penelusuran kepustakaan

yang ada di lingkungan Universitas Sumatera Utara, khususnya di lingkungan

Magister Kenotarian dan Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara

Medan, belum ada penelitan sebelumnya yang berjudul “Efektivitas Regulasi

Penggabungan (merger) Perseroan Terbatas di Indonesia dan Dampaknya

Terhadap Tenaga Kerja”, akan tetapi ada beberapa penelitian yang menyangkut

masalah tentang tindakan penggabungan (merger), antara lain penelitian yang

(13)

1. Nama: Hendra Syahdeni, NIM. 047011028, Judul Tesis: Pengaturan

Penggabungan (Merger) PT Bank Mandiri yang Berbentuk Perseroan Terbatas

Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1995;

Rumusan Masalah:

a. Bagaimanakah tata cara merger PT. Bank Mandiri?

b. Bagaimanakah akibat hukum merger Bank Mandiri terhadap karyawan?

c. Bagaimanakah transparansi merger Bank Mandiri menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia?

2. Nama: Charlie, NIM. 067011022, Judul Tesis: “Perlindungan Hukum

Terhadap Pekerja Pada Perusahaan Perseroan Terbatas Yang Melakukan

Peleburan (Studi Pada PT. Infinity Logistindo Indonesia)”;

Rumusan Masalah:

a. Bagaimana pelaksanaan peleburan PT. Buana Perkasa Logistindo dan PT.

Prima Utama Logistik menjadi PT. Infinity Logistindo Indonesia?

b. Bagaimana konsekuensi yang timbul terhadap pekerja pada perusahaan hasil

peleburan PT. Infinity Logistindo Indonesia?

c. Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap pekerja pada perusahaan

perseroan terbatas yang melakukan peleburan?

Dengan demikian, maka penelitian yang dilakukan jelas dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah, karena senantiasa memperhatikan

ketentuan-ketentuan atau etika penelitian yang harus dijunjung tinggi sebagai

(14)

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Dalam setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran

teoritis. Teori adalah untuk menerangkan dan menjelaskan gejala spesifik untuk

proses tertentu.20 Kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan

teori dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang

dianalisis. Kerangka teori dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir

pendapat, teori, tesis, sebagai pegangan baik disetujui atau tidak disetujui.21

Bagi suatu penelitian, teori dan kerangka teori mempunyai kegunaan,

kegunaan tersebut paling sedikit mencakup hal-hal sebagai berikut:22

a. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam fakta;

b. Teori sangat berguna di dalam klasifikasi fakta;

c. Teori merupakan ikhtiar dari hal-hal yang diuji kebenarannya.

Dalam penelitian ini digunakan teori yang relevan untuk menganalisa

penelitian tentang penggabungan Perseroan Terbatas di Indonesia dan dampaknya

terhadap pekerja. Teori yang digunakan adalah teori keadilan yang dipakai untuk

menganalisa permasalah pertama, kedua dan ketiga.

20

Soerjono Soekantro, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1986), hal. 122.

21

M Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung: Mandar Maju, 1994), hal. 80. 22

(15)

Teori Keadilan

Dalam filsafat moral modern, sistem teori yang paling dominan adalah

utilitarianisme. Salah satu alasanya adalah, utilitarianisme telah didukung oleh

barisan panjang penulis-penulis hebat yang menciptakan bangunan pemikiran

yang cakupan dan kecemerlangannya sangat mengesankan. Utilitariannisme yang

oleh Hume, Adam Smith, Bentham dan Mill, adalah teoritis sosial dan doktrin

moral yang disusun untuk memenuhi kebutuhan mereka yang lebih luas serta

untuk dimasukkan ke dalam skema yang komprehensif.23

John Rawls menggeneralisasi dan mengabstraksikan teori kontrak sosial

yang diungkapkan Locke, Rousseau, dan Kant kemudian menggembangkan teori

keadilan yang memberi penilaian sistematis tentang keadilan yang lebih superior

terhadap utilitarianisme. John Rawls juga menyatakan konsepsi keadilan akan

membentuk landasan moral bagi masyarakat demokratis.24 John Rawls adalah

orang Amerika Serikat yang dilahirkan di Baltimore, Maryland, pada tahun 1921

yang mengemukan teori keadilan dalam bukunya yang termasyhur berjudul A

Theory of Justice (1971), salah satu buku filsafat dari abad ke-20 yang paling

banyak ditanggapi dan dikomentari bukan saja dari kalangan filsafat melainkan

juga seperti para ahli ekonomi dan ahli politik.25

Teori keadilan keadilan merupakan kebijakan utama dalam institusi sosial,

sebagaimana kebenaran dalam sistem pemikiran. Suatu teori, betapapun elegan

dan ekonomisnya, harus ditolak atau direvisi jika ia tidak benar, demikian juga

(16)

atau dihapuskan jika tidak adil. Setiap orang memiliki kehormatan yang berdasar

pada keadilan, sehingga seluruh masyarakat sekalipun tidak bisa

membatalkannya. Atas dasar inilah keadilan menolak, jika lenyapnya kebebasan

bagi sejumlah orang dapat dibenarkan, oleh hal lebih besar yang didapakatkan

orang lain. Keadilan tidak membiarkan pengorbanan yang dipaksakan pada

segelintir orang diperberat, agar memberikan keuntungan yang lebih besar bagi

sebagian besar yang dinikmati banyak orang. Karena itu, dalam masyarakat yang

adil kebebasan warga negara dianggap mapan, hak-hak yang dijamin oleh

keadilan tidak tunduk pada tawar-menawar politik atau kalkulasi kepentingan

sosial. Satu-satunya hal yang mengijinkan untuk menerima teori yang salah adalah

adalah karena tidak adanya teori yang lebih baik, secara analogis, ketidakadilan

bisa lebih besar. Sebagai kebaikan utama umat manusia, kebenaran dan keadilan

tidak bisa diganggu-gugat.26

Subjek utama keadilan adalah struktur dasar masyarakat, atau lebih

tepatnya, cara lembaga-lembaga sosial utama mendistribusikan hak dan kewajiban

fundamental serta menentukan pembagian keuntungan dari kerja sama sosial.

Melalui institusi-institusi utama ini dapat dipahami konstitusi politik dan prinsip

ekonomi serta tatanan sosial. Jadi, perlindungan legal atas kebebasan berpikir,

pasar kompetitif, kepemilikan privat atas alat-alat produksi, dan keluarga

monogami adalah contoh institusi sosial utama. Dilihat dalam satu skema,

institusi-institusi utama menentukan hak dan kewajiban manusia serta

26

(17)

mempengaruhi prospek kehidupan mereka, apa yang bisa harapkan dan seberapa

bisa diharapkan.27

Struktur dasar masyarakat adalah subjek utama keadilan, sebab

efek-efeknya begitu besar dan tampak sejak awal. Pandangan intuitif menyatakan,

struktur ini mengandung berbagai posisi sosial, dan orang yang lahir dalam posisi

berbeda punya harapan kehidupan yang berbeda yang sebagian ditentukan oleh

sistem politik dan juga kondisi sosial ekonomi. Dengan demikian,

institusi-institusi masyarakat mendukung titik pijak tertentu. Khususnya ketimpangan yang

parah. Hal itu tidak hanya merembes, namun juga mempengaruhi peluang awal

manusia dalam kehidupan, namun hal-hal tersebut tidak dapat dijustifikasi dengan

pandangan baik dan buruk. Ketimpangan inilah yang diasumsikan pasti terdapat

dalam sturuktur dasar masyarakat, prinsip-prinsip keadilan sosial harus

diterapkan. Prinsip-prinsip ini yang akan mengatur pilihan kontitusi politik dan

elemen-elemen utama sistem sosial dan ekonomi. Keadilan dalam skema sosial

secara mendasar bergantung pada bagaimana hak-hak dan kewajiban fundamental

diterapkan pada peluang ekonomi serta kewajiban sosial dalam berbagai sektor

masyarakat.28

Menurut Rawls, yang harus dibagi dengan adil dalam masyarakat adalah

the social primary goods (nilai-nilai sosial yang primer). Artinya, hal-hal yang

sangat kita butuhkan untuk bisa hidup pantas sebagai manusia dan warga

masyarakat. Disamping itu tentu ada banyak hal yang bisa meningkatkan kualitas

27

Ibid, hal. 7-8. 28

(18)

hidup kita dan banyak juga dicari orang, tapi tidak bisa dianggap primer. Menurut

Rawls, yang termasuk nilai-nilai sosial primer adalah:

1. Kebebasan-kebebasan dasar seperti kebebasan mengemukakan pendapat,

kebebasan hati nurani dan kebebasan berkumpul, integritas pribadi, dan

kebebasan politik;

2. Kebebasan bergerak dan kebebasan memilih profesi;

3. Kuasa dan keuntungan yang berkaitan dengan jabatan-jabatan dan posisi-posisi

penuh tanggung jawab;

4. Pendapatan dan milik;

5. Dasar-dasar sosial dari harga diri (self-respect).

Urutan daftar ini tidak kebetulan, tapi disusun menurut pentingnya.29

Menurut Rawls nilai-nilai primer tersebut dapat dibagi dengan adil jika

nilai-nilai primer tersebut harus ditemukan menurut prosedur yang oleh semua

orang dapat diterima sebagai adil. Rawls mengatakan, keadilan harus kita

mengerti sebagai fairness. Fairness berarti keadilan yang didasarkan atas prosedur

yang wajar (tidak direkayasa atau dimanipulasi). Prosedur yang wajar menurut

Rawls harus dibagi pada The original position atau posisi asali. Posisi asali ini

maksudnya, posisi seolah-olah keluar dari masyarakat dimana kita hidup atau

berada di posisi dimana masyarakat belum terbentuk. Dalam posisi asali tidak

diketahui bagaimana nasib seseorang dalam masyarakat nanti, atau orang tersebut

berada di balik the veil of ignorance (di balik selubung ketidaktahuan). Orang

tersebut tidak tahu akan dilahirkan di golongan yang mana (kaya atau miskin),

29

(19)

orang tersebut tidak tahu bakat, keadaan fisik dan seterusnya.30 Menurut Rawls

sambil dalam posisi asali kita dapat menyetujui prinsip-prinsip keadilan berikut

ini:

1. Setiap orang mempunyai hak yang sama atas kebebasan dasar yang paling luas,

seluas kebebasan yang sama bagi semua orang;

2. Kepentingan sosial dan ekonomi mesti diatur sedemikian rupa sehingga:

a. Dapat diharapkan memberi keuntungan semua orang; dan

b. Semua posisi dan jabatan terbuka bagi semua orang.31

Prinsip pertama dapat disebut “kebebasan yang sedapat mungkin sama”.

Masyarakat tidak diatur dengan adil, kalau hanya satu kelompok boleh

mengemukakan pendapatnya atau semua warga negara dipaksakan memeluk satu

agama. Kebebasan-kebebasan itu harus seluas mungkin, tetapi ada batas juga.

Batas bagi kebebasan satu orang adalah kebebasan dari semua orang lain. Sama

sekali tidak adil, jika satu orang begitu bebas, sehingga orang lain tidak bebas

lagi.32

Prinsip kedua bagian „a‟ disebut prinsip perbedaan (difference principle).

Supaya masyarakat diatur dengan adil, tidak perlu semua orang mendapat hal-hal

yang sama. Boleh saja ada perbedaan dalam apa yang dibagi dalam masyarakat.

Tetapi perbedaan itu harus sedemikian rupa sehingga menguntungkan

orang-orang yang minimal beruntung. Rawls sendiri mengatakan bahwa disini harus

mengikuti “strategi maximin”: aturan ini akan semaksimal mungkin

(20)

menguntungkan mereka yang minimal beruntung. Dengan prinsip perbedaan ini

Rawls sebenarnya meletakan landasan etis untuk Walfare State Modern.33

Prinsip 2 bagian b disebut “prinsip persamaan peluang yang fair”, adanya

jabatan dan posisi penting mengakibatkan juga ketidaksamaan dalam masyarakat.

Sudah dari sediakala jabatan-jabatan tinggi sangat didambakan orang bersama

fasilitas dan privilegi yang melekat padanya. Hal itu tidak boleh dianggap kurang

adil, asalkan jabatan dan posisi itu pada prinsipnya terbuka untuk semua orang.

Keadaan baru menjadi kurang adil, bila dilakukan diskriminasi dengan

mengatakan: suatu golongan tidak boleh naik jabatan tinggi. Prinsip ini

berimplikasi juga bahwa kepada setiap orang berbakat diberi pendidikan yang

memungkinkan dia untuk naik ke posisi penting.34

Hubungan antara prinsip-prinsip ini menurut Rawls, prinsip pertama

“kebebasan yang sedapat mungkin sama”, harus diberi prioritas mutlak. Prinsip

ini tidak pernah boleh dikalahkan oleh prinsip-prinsip lain. Sedangkan prinsip

“persamaan peluang yang fair” (2,b) harus ditempatkan di atas “prinsip

perbedaan” (2,a). Pada skala nilai dalam masyarakat adil yang dicita-citakan

Rawls, paling atas harus ditempatkan hak-hak kebebasan yang klasik, yang pada

kenyataannya sama dengan yang kita sebut Hak Asasi Manusia. Lantas harus

dijamin peluang yang sama bagi semua warga negara untuk memangku jabatan

yang penting. Akhirnya dapat diterima perbedaan sosial-ekonomis tertentu demi

peningkatan kesejahteraan bagi orang-orang yang minimal beruntung.35

(21)

2. Kerangka Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori, karena konsep

adalah sebagai penghubung yang menerangkan sesuatu yang sebelumnya hanya

baru ada dalam pikiran atau ide. Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk

menghubungkan dunia teori dan observasi antara abstraksi dan realitas.36

Sejak hukum dalam beroprasinya menggunakan konsep-konsep, maka

iapun sebetulnya sudah terlibat ke dalam masalah metodelogis. Konsep-konsep

hukum yang dipakai hendak merumuskan sekian banyak pengertian yang tercakup

di dalamnya, baik variasi maupun perbedaan-perbedaanya, ke dalam satu istilah

saja. Oleh pembuat hukum, konsep-konsep tersebut di gunakan untuk

menyebutkan secara ringkas apa yang ingin dicakup oleh suatu peraturan hukum.

Konsep adalah suatu pengetahuan, pengetahuan ini bertujuan untuk memberikan

informasi mengenai sesuatu prinsip, bahwa informasi yang demikian itu harus

mempunyai basis empiris. Oleh karena itu persepsi mengenai kenyataan yang

akan menjadi dasar bagi penyusunan suatu konsep merupakan hal yang

fundamental dalam ilmu.37

Suatu konsep pada seketika itu membentuk suatu pengertian tertentu di

kepala orang yang menangkapnya. Oleh karena itu disebut sebagai “mengandung

arti”, seperti juga dalam artinya sebagai “pengetahuan”, maka untuk bisa

mempunyai arti yang demikian itu, konsep harus bisa dikembalikan kepada

empiris atau pengalaman. Pengembalian kepada pengalaman ini merupakan ujian

terhadap kebenaran dari konsep tersebut. Perumusan konsep juga tidak dapat

36

Masri Singarimbun, dkk, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES, 1999), hal. 34. 37

(22)

dilepaskan dari unsur empiris yang menjadi dasarnya, atau dengan kata lain,

konsep-konsep hukum itu harus mempunyai dasar empiris. Konsep-konsep

hukum ini nantinya akan menjadi ukuran untuk menilai dan menghakimi dunia

kenyataan, khususnya perbuatan manusia, atas dasar ini saja, sebetulnya

konsep-konsep hukum sudah dengan sendirinya harus mempunyai relevansi empirisnya,

atau dapat dijabarkan ke dalam dunia empiris. Demikian hubungan antara konsep

dan kenyataan.38

Untuk dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini, perlu

didefenisikan beberapa konsep dasar sehingga diperoleh hasil penelitian yang

sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditentukan. Konsep tersebut sebagai

berikut:

a. Penggabungan (dikenal juga dengan istilah merger) adalah perbuatan hukum

yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri

dengan perseroan lain yang telah ada, yang mengakibatkan aktiva dan pasiva

dari perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada

perseroan yang menerima penggabungan. Dan selanjutnya status badan hukum

perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum.39

b. Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum

yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,

melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam

38

Ibid, hal. 312-313. 39

(23)

saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini

serta peraturan pelaksananya.40

c. Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah

Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada

Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam

Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar.41

d. Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab

penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan

maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun

di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.42

e. Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan

pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta

memberi nasihat kepada Direksi.43

f. Bisnis adalah organisasi yang menyediakan barang atau jasa untuk dijual

dengan maksud mendapatkan laba.44

g. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.45

h. Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik

dan kewenangan lainnya.46

40

Indonesia, UU No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, pasal 1 angka 1. 41

Indonesia, UU No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, pasal 1 angka 4. 42

Indonesia, UU No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, pasal 1 angka 5. 43

Indonesia, UU No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, pasal 1 angka 6. 44

Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert, Bisnis, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006), hal. 4. 45

(24)

i. Akta Notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris

menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini.47

j. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang dan/ atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri

maupun untuk masyarakat.48

k. Pekerja/ buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau

imbalan dalam bentuk lain.49

l. hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja

berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan

perintah.50

m. Egalitarian merupaka suatu teori keadilan yang menyatakan bahwak suatu

tindakan dikatakan adil, bila semua orang mendapat bagian yang sama.

Membagi dengan adil berarti membagi rata (sama rata dan sama rasa).51

G. Metode Penelitan

Metode adalah suatu cara tertentu yang didalamnya mengandung suatu

teknik yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan tertentu.52 Oleh

karena itu, metode penelitian dapat diartikan sebagai penelitian/ penyelidikan

yang berlangsung menurut suatu rencana tertentu dengan tujuan agar tidak

46

Indonesia, UU No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Pasal 1 angka 1. 47

Indonesia, UU No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Pasal 1 angka 7. 48

Indonesia, UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, pasal 1 angka 2. 49

Indonesia, UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, pasal 1 angka 3. 50

Indonesia, UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, pasal 1 angka 9. 51

K. Bertens, Op. Cit., hal. 94. 52

(25)

acakan.53 Selain itu, dengan menggunakan metode penelitian diharapkan mampu

untuk menemukan, merumuskan, menganalisis, memcahkan masalah-masalah

dalam suatu penelitian dengan didasarkan pada dat-data yang lengkap, relevan,

akurat, dan reliable (terpercaya).

Adapun metode penelitian hukum yang digunakan dalam tesis ini

meliputi:

1. Jenis dan Sifat Penelitian Hukum

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai adalah yuridis normatif. Penelitian yuridis

normatif merupakan penelitan yang mengacu kepada norma yang tercantum

dalam peraturan perundang-undangan, kitab hukum, putusan pengadilan, dan lain

sebagainya. 54 Penelitian yuridis normatif juga disebut penelitian doktrinal

(doctrinal research) yang menganalisis hukum baik yang tertulis di dalam buku

(law as it is written in the book) maupun hukum yang diputuskan oleh hakim

melalui proses pengadilan (law as it is decided by the judge through judicial

process).55

Dalam penulisan tesis ini menggunakan jenis penelitian yuridis normatif

dengan tipologi penelitian terhadap asas-asas hukum yaitu penelitian terhadap

kaidah-kaidah hukum yang hidup didalam masyarakat.56 Tipologi penelitian

terhadap asas-asas hukum ini akan melihat bagaimana asas-asas hukum yang

53

Jhony Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayumedia Publishing, 2005), hal. 239-240.

54

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), hal. 24.

55

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006), hal. 18.

(26)

menggatur penggabungan perseroan terbatas terutama pengaturan tentang dampak

yang terjadi akibat penggabungan terhadap pekerja.

b. Sifat Penelitian

Metode pendekatan penelitan ini adalah bersifat deskriptis analisis.

Deskriptis maksudnya tipe penelitian untuk memberikan data yang seteliti

mungkin tentang suatu gejala atau fenomena. Penelitian deskriptif sangat berguna

untuk mempertegas sebuah hipotesa, agar dapat membantu dalam memperkuat

teori-teori yang sudah ada, atau mencoba merumuskan teori baru. Analisis

dimaksudkan berdasarkan gambaran, fakta yang diproleh akan dilakukan analisis

secara cermat untuk menjawab permasalahan.57 Sifat deskriftif anlisis relevan

untuk melihat gejala atau fenomena perseroan terbatas yang melakukan

penggabungan bagaimana regulasi terhadap tindakan penggabungan (merger)

perseroan terbatas tersebut dan bagaimana dampaknya terhadap tenaga kerja

apakah regulasi tersebut adil sebagaimana teori keadilan John Rawls.

2. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan

ciri-ciri data tersebut sudah dalam keadaan siap dibuat dan dapat dipergunakan dengan

segera serta bentuk dan isi data sekunder telah dibentuk dan diisi oleh

peneliti-peneliti terdahulu sehingga peneliti-peneliti kemudian tidak mempunyai pengawasan

57

(27)

terhadap pengumpulan, pengolahan, analisa, maupun konstruksi data,58 Data

sekunder antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil

penelitian yang berwujud laporan, buku harian dan seterusnya.59 Dan terbagi atas:

a. Bahan Hukum Primer, yaitu norma atau kaidah dasar yang digunakan dalam

penelitian ini antara lain peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang

masalah penggabungan, baik secara umum yaitu: Undang-Undang No. 8 Tahun

1995 Tentang Pasar Modal; Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang

Persaingan Usaha; Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan; Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan

Terbatas; Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa

Keuangan; Peraturan Pemerintah Repubulik Indonesia No. 27 Tahun 1998

Tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas;;

dan secara Sektoral, yaitu: Undang No. 7 Tahun 1992 Jo

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan; Undang-Undang-Undang-Undang No. 23

Tahun 1999 Jo Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 Tentang Bank Indonesia;

Peraturan Pemerintah Repubulik Indonesia No. 28 Tahun 1999 Tentang

Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank;

b. Bahan hukum Sekunder, yaitu buku-buku yang memberikan penjelasan

terhadap bahan hukum primer, terkait tesis ini, bahan hukum sekunder meliputi

58

J.R.Raco, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik, dan Keunggulannya, (Jakarta: Grasindo), hal. 49.

59

(28)

buku-buku, jurnal hukum, karangan ilmiah, data resmi pemerintah tentang

perseroan terbatas yang melakukan penggabungan, dan data mengenai tenaga

kerja yang di PHK melalui website resmi, data mengenai tenaga kerja yang di

PHK melalui media cetak maupun media online, data mengenai terkait

perseroan terbatas yang melakukan penggabungan dan dampak terhadap tenaga

kerja melalui situs resmi organisasi pelaku usaha dan organisasi perserikatan

buruh;

c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan

tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, meliputi kamus

bahasa indonesia, kamus hukum, Kamus Bahasa Asing, ensiklopedia dan lain

sebagainya.60

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik penelitian kepustakaan, yaitu penelitian dengan mempelajari

peraturan perundang-undangan, buku, situs internet, media masa, dan kamus yang

berkaitan dengan judul tesis yang bersifat teoritis ilmiah yang dapat dipergunakan

sebagai dasar dalam penelitian dan penganalisaan masalah yang dihadapi.61

Tujuan dari penelitian kepustakaan adalah untuk memperoleh data sekunder yang

dilakukan dengan pengumpulan atau menghimpun data yang berasal dari

kepustakaan, berupa peraturan perundang-undangan, buku, situs internet, jurnal

60

Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), hal. 24.

61

(29)

ilmiah, artikel, karya ilmiah, putusan pengadilan yang berkaitan dengan masalah

yang diteliti.

4. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi

pustaka. Studi pustaka dilakukan guna memperoleh data sekunder, dengan

membaca, mempelajari, meneliti, mengidentifikasi dan menganalisa

peraturan-peraturan, teori dan dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang

diteliti.

Studi pustaka ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan bahan yang

berkaitan dengan penggabungan perseroan terbatas dan dampak penggabungan

perseroan terbatas tersebut terhadap pekerja, melalui buku-buku, majalah-majalah,

tulisan-tulisan, dan peraturan perundang-undangan.

5. Analisi Data

Analisis data adalah kegiatan analisis mengatagorikan data untuk

mendapatkan pola hubungan, tema, menafsirkan apa yang bermakna serta

menyampaikan atau melaporkannya kepada orang lain yang berminat.62

Analisis data yang digunakan dalam tesis ini adalah analisis kualitatif yaitu

analisis dengan memahami manusia dari sudut pandangan orang yang

bersangkutan sendiri, berguna memahami dan mengerti gejala yang diteliti.63

Metode kualitatif ini akan menghasilkan data berupa pernyataan-pernyataan atau

62

Ronny Hanitijo Soemitro, Op. Cit., hal. 28. 63

(30)

data yang dihasilkan berupa data deskriftif mengenai subjek yang diteliti. Analisis

kualitatif sangat erat kaitannya dengan subjekfitas yang meneliti, bentuknya lebih

fleksibel tergantung pada hal spesifik yang penting dipandang oleh yang

meneliti.64 Kegiatan analisa secara kualitatif dilakukan dengan memeriksa semua

data yang terkumpul. Data mengenai penggabungan perseroan terbatas dan data

mengenai dampak penggabungan perseroan terbatas terhadap pekerja yang telah

terkumpul, dipisah-pisahkan menurut kategori masing-masing (dimasukkan dan

diuraikan dalam setiap bab yang akan dibahas dalam penelitian ini), dan kemudian

dianalisa untuk menemukan jawaban terhadap permasalahan penelitian yaitu

bagaimana pengaturan penggabungan (merger) dalam hukum yang berlaku di

Indonesia, bagaimana dampak penggabungan (merger) perseroan terbatas

terhadap pekerja dan bagaimana bentuk perlindungan terhadap pekerja yang

terkana dampak penggabungan (merger) perseroan terbatas (merger) dalam

hukum yang berlaku di Indonesia dengan menggunakan teori keadilan (John

Rawls) sebagai pisau analisis.

Kesimpulan ditarik dengan menggunakan metode berpikir deduktif, yaitu

cara berpikir yang dimulai dari hal-hal yang umum yaitu mengenai penggabungan

perseroan terbatas. Selanjutnya dari hal yang umum tersebut, ditarik hal-hal yang

khusus yaitu dampak penggabungan perseroan terbatas terhadap pekerja baik itu

dampak positif maupun dampak negatif.

Penarikan kesimpulan menggunakan ketentuan berdasar pengetahuan

umum seperti teori-teori, dali-dalil, atau prinsip-prinsip dalam bentuk

64

(31)

proposisi, sehingga didapat kesimpulan terhadap fakta-fakta yang bersifat khusus,

guna menjawab permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan dalam

penelitan ini.65

65

Referensi

Dokumen terkait

Seorang Apoteker yang berperan di dalam mikrosistem (apotek, puskesmas, instalasi farmasi rumah sakit, dan sarana pelayanan farmasi lain) dalam membangun

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segalaa anugerah-Nya sehinga penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul PEMBERDAYAAN KARYAWAN DAN

Hasil uji efektivitas menunjukkan materi mudah dipahami (98.33%); cara penggunaan produk cepat dipahami (96.67%); produk dapat menampilkan menu-menu dengan cepat (95%);

  enis kata jaw  enis kata jawaban umumnya a aban umumnya adalah yang memil dalah yang memiliki jenis sama deng iki jenis sama dengan soal. HUBUNG HUBUNGAN KA AN KAT TA atau

Nawawi dalam Taniredja dan Mustafidah (2011) mengemukakan bahwa populasi adalah keseluruhan subyek yang terdiri dari manusia, benda – benda, hewan, tumbuhan, dan gejala –

Bagaimanakah pengaruh air buangan industri pada logam tembaga (Cu) dalam air dan tanah di Saluran Air Pungkuk, terutama pengaruhnya pada jarak dari sumber polutan,

mengandung unsur pengetahuan, baik lisan maupun tertulis. Dalam pembelajaran bahasa yang berbasiskan teks, bahasa Indonesia diajarkan bukan hanya sekedar pengetahuan,

Berdasarkan hasil pengujian dan analisis menggunakan statistik deskriptif, analisis regresi logistik,maka diperoleh beberapa kesimpulan bahwa secara simultan, variabel