• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sintesis Poliuretan Melalui Polimerisasi Difenil Metana 4,4 Diisosianat (MDI) Dengan Poliol Hasil Hidroksilasi Minyak Buah Alpukat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sintesis Poliuretan Melalui Polimerisasi Difenil Metana 4,4 Diisosianat (MDI) Dengan Poliol Hasil Hidroksilasi Minyak Buah Alpukat"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Buah Alpukat

Tanaman alpukat (Persea Americana Mill) berasal dari Amerika tengah yang beriklim tropis dan telah menyebar hampir ke seluruh negara sub-tropis dan

tropis termasuk Indonesia.Hampir semua orang mengenal dan menyukai buah

alpukat, karena buah ini mempunyai kandungan gizi yang tinggi (Prasetyowati

dkk, 2010).

Buah alpukat memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, mengandung

vitamin A, B, C, dan E dalam jumlah yang besar serta nutrien lain seperti

folacin, niacin, besi (Fe), magnesium (Mg), folat, asam pentotenat, dan

potassium (K). Vitamin C, E, dan beta karoten (prekursor vitamin A)

merupakan senyawa antioksidan alami yang mampu melindungi tubuh dari

serangan radikal bebas.Protein buah alpukat juga terbukti mengandung asam

amino esensial yang dibutuhkan oleh tubuh (Bergh, 1992).

(a) (b)

Gambar 2.1 Foto buah alpukat (a).buah yang segar (b).buah yang rusak

Masing- masing golongan ukuran tersebut dikelompokkan menjadi dua

(2)

Tabel 2.1 Standar mutu I dan II buah Alpukat (BPPT,2005)

1. Kesamaan sifat varietas:

Dinyatakan seragam apabila dalam satu lot buahnya sama dalam hal bentuk,

tekstur, warna daging buah, dan warna kulit buah

2. Tingkat Ketuaan:

Dinyatakan tua apabila telah mencapai tingkat pertumbuhan yang menjamin

dapat tercapainya proses kematangan yang sempurna. Dinyatakan terlalu

matang apabila daging buah lunak atau telah berubah warna dan dianggap

telah lewat waktu pemasakannya.

3. Bentuk

Dinyatakan normal apabila bentuknya normal menurut varietasnya dinyatakan

kurang normal apabila bentuknya agak menyimpang dari bentuk normal

menurut varietasnya, tetapi tidak mempengaruhi kenampakannya.

4. Kekerasan

Dinyatakan keras apabila terasa cukup keras saat ditekan dengan jari tangan

(tidak lunak), meskipun kulit sedikit lemas tetapi tidak keriput.

(3)

Dinyatakan seragam apabila dalam satu lot berukuran seragam menurut

golongan ukuran berdasarkan berat buah yang telah ditentukan, dengan

toleransi maksimum 10%.

6. Kerusakan

Dinyatakan rusak apabila mengalami kerusakan biologis, fisiologis, mekanis,

dan sebab-sebab lain yang mengenai 10% atau lebih dari permukaan buah.

7. Pembusukan

Dinyatakan busuk apabila mengalami kerusakan atau cacat seperti tersebut

diatas sedemikian rupa sehingga daging buahnya tidak dapat dipergunakan

lagi (BPPT, 2005).

Kadar air bahan menunjukan banyaknya kandungan air persatuan

bobot bahan. Buah-buahan dan sayuran pada umumnya mempunyai kadar air

yang tinggi yaitu sekitar 80-90% tergantung pada kultivar dan asal

produksinya. Buah-buahan dan sayuran terus mengalami kehilangan air

setelah pemanenan (Taib, 1988).

Warna bahan pangan yang dinilai bergizi, enak dan tekstur sangat baik,

tidak akan dimakan apabila memiliki warna yang tidak sedap karena

menyimpang dari warna seharusnya. Warna juga sebagai indikator terhadap

tingat kesegaran (Winarno, 1993).

Sebagian besar perubahan fisiko kimiawi yang terjadi pada buah

setelah panen berhubungan dengan respirasi dan perubahan warna sehingga

kehilangan kesegaran dan penyusutan kualitas.Warna buah masak disebabkan

oleh sintesis karotenoid dan antosianin.Pada periode lewat matang ditandai

dengan terjadinya reduksi karoten (Subramanyam, 1976).

2.2. Lemak dan Minyak

Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk

golongan lipida.Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida

merupakan bagian terbesar dari kelompok lipida.Trigliserida merupakan suatu

molekul gabungan antara satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak

(4)

Lemak dan minyak sering dijumpai pada minyak nabati dan lemak

hewan.Minyak umumnya berasal dari tumbuhan, contohnya minyak jagung,

minyak zaitun, minyak kacang dan lain-lain. Minyak dan lemak mempunyai

struktur dasar yang sama (Hart, 1990).

O

O O

R1 O

R2 O

R3

O

Gambar 2.2. Struktur Trigliserida

Jika R1 = R2 = R3 maka trigliserida yang terbentuk disebut trigliserida

sederhana sedangkan jika ketiganya berbeda disebut trigliserida campuran.

Satu sifat yang khas dari golongan lipida (termasuk lemak dan minyak) adalah

daya larutnya dalam pelarut organik (eter, benzene, khloroform) atau

sebaliknya ketidak-larutanya dalam pelarut air (Sudarmadji dan Haryono,

1989).

Lemak dan minyak dapat juga dibedakan berdasarkan perbedaan titik

lelehnya, pada suhu kamar lemak berwujud padat, sedangkan minyak

berwujud cair (Wilbraham, 1992).

Berdasarkan sumbernya, lemak digolongkan menjadi dua, yaitu lemak

hewani yang berasal dari hewan dan lemak nabati yang berasal dari tumbuhan.

Perbedaan dari lemak hewani dan lemak nabati yaitu: lemak hewani umumnya

bercampur dengan steroid hewani yang disebut kolesterol, lemak nabati

umumnya bercampur dengan steroid nabati yang disebut fitosterol. Kadar

asam lemak tidak jenuh dalam lemak hewani lebih sedikit dibandingkan

(5)

2.3. Minyak Alpukat

Minyak buah alpukat (MBA) saat ini dianggap sebagai minyak

pendatang baru dalam lingkup pasar minyak dan lemak.Hanya sedikit negara

yang terlibat dalam produksi MBA ini, seperti Meksiko (34%), USA (8%),

Israel (4%), Afrika Selatan (<2%), dan Selandia Baru (<1%).Negara-negara

ini juga berperan dalam pembudidayaan dan perdagangan buahnya.Minyak

buah alpukat tidak hanya disukai karena rasanya yang enak, tetapi juga karena

manfaatnya dalam kesehatan (Litz et al, 2007).asam lemak dalam minyak apukat 60-80% adalah asam lemak tidak jenuh. Asam lemak yang

mendominasi dalam minyak alpukat adalah oleat, selain palmitat, palmitoleat

dan linoleat (Hulme, 1970). Kandungan asam lemak minyak buah alpukat

terlihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Kandungan asam lemak minyak buah alpukat (Rodriguez-Carpena

et al, 2012).

C20:1 (ω-9) Eikosanoat

(6)

2.4. Oleokimia

Oleokimia merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari

trigliserida yang berasal dari minyak dan lemak menjadi asam lemak dan

gliserin serta turunan asam lemak baik dalam bentuk ester, amida, sulfat,

sulfonat, alkohol, alkoksi, maupun sabun. Bahan dasar oleokimia seperti

gliserol, asam lemak, alkil asam lemak, amina asam lemak dan alkohol asam

lemak dapat diperoleh dengan mengubah lipid baik dari yang berasal dari

hewan atau tumbuhan menjadi gliserol dan turunan asam lemak (Richteret al, 1984; Brahmana dkk, 1994).

Asam lemak adalah asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis

suatu lemak atau minyak, umumnya memiliki rantai hidrokarbon panjang dan

tidak bercabang. Dan kebanyakan trigliserida alami adalah trigliserida

campuran, yaitu triester dengan komponen asam lemak yang berbeda

(Wilbraham, 1992).

Rantai hidrokarbon dalam suatu asam lemak dapat bersifat jenuh atau

dapat pula mengandung ikatan-ikatan rangkap. Asam lemak yang tersebar

paling merata dalam alam yaitu asam oleat, mengandung satu ikatan rangkap

(Fessenden, 1990).

Sumber minyak dan lemak alami dapat berasal dari bahan nabati

maupun hewani.Sumber minyak nabati diantaranya adalah minyak kelapa

sawit, minyak kacang kedelai, minyak kelapa, minyak biji matahari, minyak

biji wijen, minyak jarak, minyak jagung, minyak kacang tanah dan

sebagainya.Sedangkan minyak dan lemak yang berasal dari hewan yaitu

seperti minyak sapi, minyak babi, minyak ikan dan lain-lain. Minyak dan

lemak tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku lemak dan minyak yang

dapat dikonsumsi maupun sebagai bahan oleokimia.

Produk-produk oleokimia antara lain dipergunakan sebagai surfaktan,

deterjen, polimer, aditif bahan makanan, campuran bahan bakar biodiesel dan

(7)

seperti obat-obatan dan kosmetika serta makanan (50% dari total

penggunaan).Sedangkan untuk asam lemak penggunaannya adalah dengan

mengubahnya menjadi alkohol asam lemak, amida, garam asam lemak, seperti

pada tabel 2.3 (Richter et al, 1984, Brahmana dkk, 1994).

Tabel 2.3. Diagram Alir Oleokimia

Bahan Dasar Bahan Dasar Kimia Oleo Beberapa Turunannya

Minyak dan

Asam Lemak Asam LemakAmina

Sabun, Asil klorida,

Alkil Resin, Dinamit, Mono dan Di gliserida

Propilena

Etilena

Sumber : Richter,et. al., 1984 Ket : : Alami

: Sintesis

2.5. Penggunaan Oleokimia Dalam Industri Polimer

Turunan lemak dan minyak dalam industri polimer dapat dimanfaatkan

sebagai monomer pembentuk bahan polimer maupun sebagai bahan tambahan

atau aditif untuk memperbaiki / meningkatkan sifat polimer tersebut termasuk

memperbaiki permukaan maupun memperkuat ketahanan polimer. Asam

lemak tidak jenuh seperti asam oleat (C18:1), asam linoleat (C18:2) maupun

asam risinoleat (C18:1-OH) telah dikembangkan untuk dioksidasi menjadi asam

azelat (Reck, 1984; Brahmana, 1994). Demikian juga dari asam lemak tidak

jenuh melalui oksidasi dapat dihasilkan senyawa poliol yang banyak

(8)

poliuretan. Sebagai bahan tambahan atau aditif, penggunaan turunan

oleokimia dapat digunakan sebagai :slip agent, pelumas, plastisizer dan

stabilizer, anti static agent, katalis dan pengemulsi (emulsifier).

Bahan oleokimia ini dapat digunakan sebagai plastisizer dan

stabilizer.Plastisizer dan stabilizer yang banyak digunakan adalah turunan epoksi dari minyak tidak jenuh.Plastisizer ini berfungsi untuk membuat plastik menjadi lunak dalam percetakan serta membantu emulsifier dalam mengendalikan kekentalan plastik untuk lebih mudah membentuknya.Akan

tetapi senyawa epoksi tersebut disamping berfungsi sebagai plastisizer juga sebagai stabilizer, sehingga apabila plastik itu terkena cahaya panas tidak terdegradasi (Reck, 1984).

2.5. Epoksidasi

Hasil oksidasi terhadap ikatan tidak jenuh pada hidrokarbon melalui

reaksi epoksidasi menghasilkan senyawa siklik dengan gugus oksiran seperti

alkena dengan sebuah oksigen yang disebut senyawa epoksida.

Senyawa epoksidasi hasil epoksidasi yang mempunyai atom oksigen

dalam cincin beranggotakan tiga disebut juga eter siklik dan jauh lebih reaktif

dibanding eter yang lain.

Epoksida dari minyak nabati merupakan hal yang penting dan sangat

berguna terutama sebagai stabilitator dan plastisasi bahan polimer.

Berdasarkan pada kereaktifan yang tinggi dari cincin oksiran epoksida juga

dapat dimanfaatkan sebagai zat antara untuk berbagai jenis bahan kimia yaitu

alkohol, glikol, alkanolamin, senyawa karbonil, senyawa olefin, dan polimer

seperti poliester, poliuretan (Lutz, 1980).

Ada empat teknik yang dapat digunakan untuk menghasilkan epoksida

dari molekul alkena:

1. Epoksidasi dengan asam perkarboksilat yang sering digunakan dalam

(9)

2. Epoksidasi dengan peroksida organik dan anorganik, termasuk epoksidasi

alkali dengan hidrogen peroksida dan epoksida yang dikatalisis logam transisi.

3. Epoksidasi dengan halohidrin, menggunakan asam hipohalogen (HOX)

dengan garamnya sebagai reagen, dan epoksida olefin dengan defisiensi

elektron ikatan rangkap.

4. Epoksidasi dengan menggunakan molekul oksigen, untuk minyak nabati

jarang digunakan karena dapat menyebabakan degradasi dari minyak menjadi

senyawa yang lebih kecil seperti aldehid dan keton atau asam dikarboksilat

berantai pendek sehingga oksidasi dengan O2 merupakan metode yang tidak

efisien untuk epoksida minyak nabati (Goud dkk, 2006)

Berikut reaksi epoksidasi terhadap senyawa alkena pada gambar 2.3 dan 2.4

sebagai berikut :

R

Gambar 2.3. Reaksi Pembentukan Asam Peroksi (Lutz, 1980).

O

Olefin Epoksida Asam Karboksilat

O H H

H H

Gambar 2.4.Reaksi Epoksidasi terhadap alkena (Lutz, 1980).

2.6. Poliol

Poliol merupakan senyawa organik yang memilki gugus hidroksil

lebih dari satu dan dalam industri material sangat luas digunakan baik sebagai

bahan pereaksi maupun aditif.Senyawa poliol dapat diperoleh langsung di

(10)

kimia. Poliol dari minyak nabati telah banyak dikembangkan untuk dapat

menggantikan petroleum berbasis poliol dalam pembuatan poliuretan dan

poliester, juga telah banyak digunakan sebagai bahan elastisizer dalam matriks polimer untuk menghasilkan suatu material, demikian juga sebagai

pelunak maupun pemantap yang bertujuan agar diperoleh kekerasan dan

kelunakan tertentu sehingga material tersebut mudah dibentuk ke berbagai

jenis barang sesuai kebutuhan (Andreas et al, 1990; Narine et al, 2007).

Sebagai bahan poliol tersebut dari sumber minyak nabati

dikembangkan melalui transformasi terhadap ikatan π pada asam lemak tidak

jenuh, baik sebagai trigliserida maupun bentuk asam lemak dan juga bentuk

alkil asam lemak melalui berbagai proses kimia seperti ozonolisis, epoksidasi,

hidroformulasi, dan metatesis (Gua et al, 2002).

Beberapa minyak nabati diupayakan dalam pembuatan poliol dengan

memanfaatkan asam lemak tidak jenuh terutama oleat (C18:1), linoleat (C18:2),

linolenat (C18:3). Seperti halnya pembuatan poliol dari minyak kacang kedelai

yanga kaya kandungan oleat, linoleat dan linonenat melalui proses ozonolisis

katalitik dan dihasilkan komposisi gliserida yang baru, yangmana komponen

utamanya adalah rantai 2-hidroksi nonanoat dari gugus hidroksil yang baru.

Senyawa yang terbentuk dalamtrigliserida berupa campuran mono, di dan tri

trigliserida yang memiliki gugus hidroksi (Trans etal, 2005).

Kebutuhan poliol yang cukup meningkat dikembangkan dalam industri

oleokimia khususnya dalam kebutuhan poliuretan.Pada awalnya telah

dimanfaatkan risinoleat dari minyak jarak (Ricinus communis Linn) sebagai sumber poliol dalam bentuk trigliserida yang komposisi utamanya adalah

gliserol tririsinoleat seperti pada gambar 2.5 (Akram et al, 2008).

(11)

Gambar 2.5.Struktur Gliserol Tririsinoleat pada Minyak Jarak (Ricinus communis Linn) (Akram et al, 2008).

Epoksidasi asam lemak tidak jenuh baik sebagai trigliserida, asam lemak

bebas maupun dalam bentuk alkil ester asam lemak yang dilanjutkan hidrolisis

juga telah dilakukan untuk menghasilkan senyawa poliol, seperti halnya

epoksidasi terhadap minyak kacang kedelai dengan asam performiat yang

komposisi utamanya sebagai trigliserida asam oleat, linoleat dan linolenat

dimana epoksida yang terbentuk diikuti hidrolisis untuk membentuk poliol

turunan minyak kedelai seperti pada gambar 2.6 (Godoy et al, 2007).

O

Linoleant (C18:3)

Linoleat (C18:2) Minyak kedelai

Gambar 2.6.Pembentukan Poliol Turunan Oleat, Linoleat dan Linolenat

melalui Epoksidasi Diikuti Hidrolisis dari Gliserida Minyak Kedelai (Godoy

etal. 2007).

2.8. Isosianat

Isosianat merupakan monomer yang utama dalam pembentukan

poliuretan.Isosianat memiliki reaktifitas yang sangat tinggi, khususnya dengan

(12)

positif dari atom karbon dalam ikatan rangkap kumulatif yang terdiri-dari N,

C, dan O. Pada dasarnya kumpulan R-N=C=O mempunyai kemampuan untuk

bereaksi dengan berbagai senyawa khususnya yang mengandung gugus

nukleofil seperti air, amina, alkohol, dan asam lemak. Isosianat memiliki dua

sisi reaktif pada atom oksigen dan pada atom nitrogen, sehingga monomer ini

sangat reaktif dengan senyawa yang mengandung gugus hidroksil baik yang

bersifat alifatis, siklik maupun gugus aromatik.

Dalam pembentukan poliuretan sangat penting untuk memilih isosianat

yang sesuai untuk bereaksi dengan poliol karenakan dapat menentukan hasil

akhir seperti biuret, urea, uretan, dan alopanat. Isosianat dapat bereaksi

dengan alkohol membentuk karbamat, dengan air membentuk urea dan gas

CO2, dengan amina membentuk urea, dengan urea membetuk uretan dan

dengan isosianat sendiri (Hepburn, 1991; Randal et al, 2002).

Poliuretan sering disebut juga poliisosianat, gugus isosianat, -NCO,

merupakan gugus yang sangat reaktif dan dapat membentuk uretan dengan

alkohol. Adapun reaksi secara umum isosianat yaitu:

(13)

2. Reaksi isosianat dengan air

3. Reaksi isosianat dengan amina lebih jauh melalui perbandingan reaksi

senyawa kandungan hidrogenaktif (Doyle, 1971).

4. Dengan adanya kelebihan isosianat, atom hidrogen dari uretan akan

bereaksi dengan isosianat untuk membentuk suatu rantai alopanat

Banyak peneliti telah memakai berbagai isosianat untuk mendapatkan hasil

akhir poliuretan yang diinginkan tetapi isosianat yang umum digunakan dan

telah dipasarkan untuk komersial adalah toluena diisosianat (TDI), metilen

(14)

pada gambar 2.7. TDI memiliki senyawa dasar toluena, terdiri dari dua jenis

isomer 2,4 (80%) dan isomer 2,6 (20%) yang merupakan isosianat biasa untuk

pembuatan poliuretan busa tahan lentur. Jenis kedua adalah TDI dengan

campuran 65% isomer 2,4 dan 35% isomer 2,6 (Hepburn, 1991).

Gambar 2.7.Struktur dari Beberapa Senyawa Diisosianat (Hepburn, 1991).

2.9. Polimer

Polimer yang merupakan molekul raksasa (makromolekul) yang

terbentuk dari perulangan satuan-satuan sederhana monomernya.

Monomer-monomer digabungkan membentuk rantai polimer dengan suatu proses yang

disebut reaksi polimerisasi. Panjang rantai polimer dinyatakan dalam jumlah

satuan unit ulang dalam suatu rantai polimer dikenal dengan Derajat

Polimerisasi (Polymerization Degree). Berdasarkan hal ini maka massa rumus molekul dari senyawa polimer adalah perkalian antara derajat polimerisasi

dengan massa rumus monomer satuan ulangannya.

Polimer merupakan objek kajian yang amat rumit. Oleh karena itu

dibuat pengelompokan–pengelompokan polimer menurut struktur, keadaan

fisik, reaksi terhadap lingkungan, sumbernya, jenis monomer penyusun serta

penggunaan produk akhirnya. Secara struktur pembagian polimer adalah

(15)

bercabang, polimer jaringan raksasa makroskopik (jaringan tiga dimensi).

Secara tradisional polimerisasi telah diklasifikasikan menjadi dua kelompok

utama yaitu polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi (Stevenetal, 1996).

Polimer terbentuk melalui suatu proses polimerisasi adisi dapat terjadi

pada molekul sejenis untuk membentuk molekul yang besar tanpa terjadi

pembentukan molekul sampingan. Beberapa contoh polimer yang termasuk

polimer poliadisi adalah pembentukan polietilen, polipropilen, polivinil

klorida, poliakrilat, dan lain-lain. Polimerisasi kondensasi umumnya untuk

menghasilkan molekul besar melibatkan penghilangan molekul air atau

molekul kecil lainnya seperti pembentukan poliester, polieter, poliamida,

poliuretan dan lain-lain.

Dari segi penggunaannya bahan polimer biasanya digunakan sebagai :

perekat (adhesive), serat (fiber), elastomer, plastik dan pelapis. Dalam penggunaannya bahan polimer biasanya dicampur dengann zat-zat lain seperti

platisizer, antioksidan, anti ultraviolet, pemberat dan filler lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh sifat-sifat tertentu yang diinginkan seperti

kelenturan, ketahanan terhadap sinar ultraviolet, dan ketahanan terhadap oksidasi.

Sintesis polimer melalui polimerisasi bertujuan menciptakan polimer

baru dengan struktur rantai tertentu sehingga menghasilkan bahan polimer

dengan karakteristik dan sifat mekanis yang diinginkan. Penerapan bahan

polimer pada kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan yang

memerlukan berbagai standart mutu bahan polimer dari polimer komoditas,

sampai bahan polimer teknik, dan polimer khusus. Penyediaan berbagai mutu

bahan polimer ini tidak dapat dipenuhi bila hanya digunakan cara

polimerisasi, lebih lanjut molekul polimer yang terbentuk dapat dimodifikasi

menjadi polimer baru melalui reaksi polimer lainnya (Wirjosentonodkk,

(16)

2.10. Poliuretan

Poliuretan yang umumnya disingkat dengan PU merupakan senyawa

polimer yang penyusun rantai utamanya adalah gugus uretan (-NHCOO-).

Poliuretan merupakan jenis polimer yang mudah disesuaikan dengan

penggunannya serta sukar disamai polimer lain seperti kekuatan regangan,

kekerasan, ketahanan gesekan dan ketahanan pelarut. Sifat-sifat yang dimiliki

oleh poliuretan menjadikan bahan ini sangat berpotensi dalam berbagai

industri (Dombrowm, 1957).

Poliuretan memilikikekakuan (rigidity), kekerasan (hardness), serta kepadatanyang amat beragam. Beberapa jenis poliuretan yang diperdagangkan

dan sangat sesuai dengan penggunanya diantaranya adalah :

a) Busa fleksibel (flexible foam), berdensitas (kepadatan) rendah yang digunakan dalam bantalan menahan lenturan.

b) Busa kaku (rigid foam), berdensitas rendah yang digunakan untuk isolasi termal dan dasboard pada mobil.

c) Elastomer: bahan padat yang empuk yang digunakan untuk bantalan gel

untuk penggiling cetakan dan

d) Plastik padat yang keras yang digunakan sebagai bagian struktural dan

bahan instrumen elektronik.

Poliuretan sangat luas penggunaannya, seperti yang digunakan dalam

sandaran busa lentur (flexible) berdaya lenting (daya pegas) tinggi, panel isolator busa yang kaku (rigid), segel busa mikroseluler dan lain-lain. Poliuretan busa kaku (rigid) banyak digunakan sebagai insulant thermal yang efektif karena harganya yang murah dan memiliki konduktivitas termal yang

rendah (Nieuwenhuyse, 2006).

Seperti poliamida, poliuretan dapat mengalami ikatan hidrogen.

Poliuretan mempunyai sifat yang sama dengan nilon, tetapi karena sukar

diwarnai dan titik lelehnya lebih rendah, polimer ini pada awalnya tidak

(17)

poliuretan yang menghasilkan busa (foam), elastomer, pelapis permukaan, serat (fiber), dan perekat (adhesive) poliuretan.

Poliuretan yang terbentuk juga dapat berupa busa (foam), walaupun berasal dari berbagai sampel poliol yang berbeda tetapi poliuretan jenis ini

lebih keras dibandingkan dengan poliuretan yang lain, dengan direaksikan

melalui isosianat akan terbentuk banyak uretan (poliuretan) yang kemudian

akan diperiksa sifatnya baik sifat fisika maupun sifat kimianya. Salah satu

kegunaan poliuretan dapat digunakan sebagai busa (Ulrich, 1982).

Beberapa karakteristik poliuretan sangat ditentukan oleh struktur

molekul. Secara umum, struktur dan sifat poliuretan dipengaruhi oleh (Manik,

2014) :

1. Berat molekul

Bertambahnya berat molekul, sifat-sifat seperti kuat tarik, titik leleh, elongasi,

elastisitas dan temperatur transisi gelas akan meningkat hingga titik tertentu.

2. Gaya antar molekul

Termasuk dalam hal ini adalah ikatan hidrogen, momen dipol dan ikatan Van

Der Walls.

3. Kekakuan rantai

Adanya struktur aromatik dalam struktur poliuretan akan meningkatkan titik

leleh, kekerasan dan menurunkan elastisitas.

4. Kristalinitas

Linearitas dalam rantai polimer akan meningkatkan kristalinitas yang

selanjutnya akan menurunkan solubilitas, elastisitas, elongasi dan fleksibilitas

namun serta meningkatkan kuat tarik, titik leleh dan kekerasan.

5. Ikat silang

Semakin tinggi derajat ikat silang, maka poliuretan akan semakin kaku yang

selanjutnya akan meningkatkan modulus elastisitasnya serta mengurangi

(18)

Poliuretan terdiri dari banyak uretan (-NHCOO-). Uretan dapat juga

berfungsi menghasilkan serat, sifat poliuretan tergantung pada jenis poliol.

Senyawa poliol yang digunakan tidak hanya senyawa sintetik murni tetapi

juga berbagai bahan alam seperti sakarida (glukosa, fruktosa, maltosa,

sukrosa, dan amilosa) dapat juga sebagai sumber poliol dalam sintesis

poliuretan. Beberapa penelitian yang telah memanfaatkan bahan alam sebagai

bahan poliol pembentuk poliuretan diantaranya menggunakan lignin dari kayu

meranti melalui reaksi campuran lignin dengan PEG- 4000 yang direaksikan

dengan 4,4 – metilen difenil diisosianat (Supri, 2003).

Umumnya bahan-bahan alam yang dimiliki dua atau lebih gugus

hidroksil dapat digunakan sebagai sumber poliol. Baik inisiator yang

digunakan sebagai pemuai, serta berat molekul poliol sangat mempengaruhi

keadaan fisik dan sifat fisik polimer poliuretan. Karakteristik poliol yang

penting adalah pola struktur molekulnya, berat molekul, persen gugus hidroksi

utama, fungsionalitas dan viskositas. Sebagai sumber poliol belakangan ini

banyak digunakan dari hasil transformasi minyak nabati dengan

memanfaatkan masing-masing asam lemak tidak jenuh yang dikandungnya.

Minyaknabati sebagai trigliserida dibentuk menjadi turunannya seperti metil

ester asam lemak tidak jenuh dapat diepoksidasi yang dilanjutkan hidrolisis

menjadi poliol (Goud, 2006).

Penggunaan minyak nabati sebagai sumber poliol untuk pembuatan

film dalam poliuretan dari minyak jarak (castor oil) yang direaksikan dengan difenil metana 4,4 diisosianat (MDI), dimana dengan komposisi MDI

sebanyak 25 % (v/v) diperoleh film yang transparan dan elastis serta homogen

dengan menggunakan alat hidrolik press pada tekanan 150 kg/cm3, temperatur

185˚C selama pemanasan 15 menit (Marlina, 2002).

Sifat-sifat fisik dari poliuretan yang diperoleh dari hasil polimerisasi

antara 1,6-heksa metil diisosianat (HDI) dengan poliol minyak biji-bijian

dimana poliol dengan sumber yang berbeda yakni poliol asal minyak canona

(19)

nilai sifat fisik mekanik yaitu kekuatan tarik serta kemuluran dari poliuretan

yang terbentuk berbeda (Narineetal, 2007).

Poliuretan mempunyai sifat yang sama dengan dengan nilon, tetapi

karena sukar diwarnai dan titik lelehnya lebih rendah polimer ini pada

awalnya tidak banyak diperdagangkan, akan tetapi kemudian terjadi kemajuan

pesat pada kimia poliuretan yang menghasilkan busa, elastomer, pelapis

permukaan serat dan perekat poliuretan. Busa poliuretan dapat dibentuk bila

secara serentak dibuat poliuretan melalui pencampuran poliol, sianat dan suatu

gas / blowing agent seperti hidrokloroflorokarbon, dan lain - lain (Randal etal, 2002).

Polimerisasi dari pembentukan poliuretan sangat kompleks sehingga

untuk memenuhi keperluan dengan sifat tertentu rantai pembentukan

polimernya dapat diperpanjang dengan pemberian senyawa yang memiliki dua

gugus fungsi (Chain extending agents) seperti air, alkohol (etilen glikol, propilen glikol) dan amin (etanolamin, N-Fenil etanolamin). Demikian juga

dapat dibentuk suatu ikatan silang melalui penambahan senyawa yang

memiliki lebih dari dua gugus fungsi yang terikat dengan hidrogen

(Crosslinking agents) seperti alkohol (gliserol, trimetilol propana, 1,2,4-butanatriol), amina (dietanol amina, trietanol amina). Secara umum ada dua

tahap pembentukan dua ikatan lanjut poliuretan yakni :

1. Mereaksikan diisosianat dengan dua atau lebih monomer yang mempunyai

dua atau lebih gugus hidroksil (poliol) permolekulnya.

2. Poliuretan linier direaksikan dengan gugus hidroksil atau gugus diisosianat

yang mempunyai dua gugus fungsi (Randaletal, 2002).

Secara umum untuk menghasilkan poliuretan (bahan dasar poliuretan

di dalam mereaksikan senyawa poliol dengan isosianat dilakukan melalui

tahapan berikut : tahap awal adalah pemanasan dan pengadukan dari senyawa

poliol atau poliol dengan bahan aditif dalam kondisi inert (menggunakan N2).

Berikutnya adalah pencampuran dengan senyawa diisosianat (jumlah

(20)

dan pemanasan dimana hasil reaksi yang terbentuk dalam keadaan viskos

segera dituangkan kedalam cetakan yang umum digunakan adalah teflon yang

diberi bahan surfaktan seperti silikon. Poliuretan yang terbentuk dikeringkan

dalam desikator vakum dan pemanasan pada oven pada suhu 60-100˚C

Gambar

Gambar 2.1 Foto buah alpukat (a).buah yang segar (b).buah yang rusak
Tabel 2.1  Standar mutu I dan II buah Alpukat (BPPT,2005)
Gambar 2.2. Struktur Trigliserida
Tabel  2.2  Kandungan asam lemak minyak buah alpukat (Rodriguez-Carpena et al, 2012).
+4

Referensi

Dokumen terkait

Laporan hasil pemeriksaan dilapangan diberikaan kepada Kepala Bidang BPHTB dan PBB dan membuat persetujuan untuk membayar dan persetujuan untuk

Hasil penelitian pada kelas XI MIPA 3 SMA Batik 1 Surakarta melalui modifikasi peraturan dan peralatan dapat disimpulkan bahwa: (1) adanya peningkatan partisipasi siswa

10. pendidik mengajak pesdik mengamati benda- benda yang biasa mereka gunakan saat malam hari. Benda-benda ini dapat ditugaskan pada siswa untuk membawanya dari

Apakah tata cara transaksi yang digunakan pada aplikasi DealMedan mudah dilakukana. Sangat

Ledakan gerakan kolektif sektor informal di perkotaan terjadi karena ada organisasi yang mewadahi dan pemimpin kelompok aksi yang berusaha menyuarakan dan mendengar apa yang

Peningkatan Hasil Belajar Etika Melalui Media Cerita Bergambar Pada Kelompok B usia 5-6 Tahun Di RA Miftahul Huda I Lopait Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun

Bahwa permohonan Pemohon adalah menguji Pasal 22 ayat (1) huruf a, b, dan c, Pasal 39 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yang

Dari fatwa tersebut timbullah pro dan kontra di masyarakat Indonesia yang mayoritas adalah pengkonsumsi rokok dan dalam masalah ini muncul di kalangan ulama ormas mengenai hukum