PENGERTIAN,
PENGERTIAN,
ASAS – ASAS
ASAS – ASAS
DAN
DAN
KOMPETENSI
KOMPETENSI
PERADILAN TATA USAHA
PERADILAN TATA USAHA
NEGARA
NEGARA
Disampaikan Oleh:
NOVY DEWI CAHYATI, S.Si., S.H.,
M.H.
Pengertian Hukum Acara PTUN
Pengertian Hukum Acara PTUN
Peristilahan Lain : “Hukum Acara Peradilan
Peristilahan Lain : “Hukum Acara Peradilan
Tata Usaha Pemerintahan”,”Hukum Acara
Tata Usaha Pemerintahan”,”Hukum Acara
Peradilan Administrasi Negara”,”Hukum
Peradilan Administrasi Negara”,”Hukum
Acara Peradilan Administrasi”
Acara Peradilan Administrasi”
Rozali Abdullah : Hukum Acara PTUN :
Rozali Abdullah : Hukum Acara PTUN :
rangkaian
Peraturan-peraturan
yang
rangkaian
Peraturan-peraturan
yang
memuat cara bagaimana orang harus
memuat cara bagaimana orang harus
bertindak,
satu
sama
lain
untuk
bertindak,
satu
sama
lain
untuk
melaksanakan
berjalanya
peraturan
melaksanakan
berjalanya
peraturan
Hukum Tata Usaha Negara (Hukum
Hukum Tata Usaha Negara (Hukum
Pengertian Hukum Acara PTUN
Pengertian Hukum Acara PTUN
Sjachran Basah, Hukum Acara = Hukum
Sjachran Basah, Hukum Acara = Hukum
Formal.
Formal.
Pengaturan Hukum Formal :
Pengaturan Hukum Formal :
1.
1.
Ketentuan prosedur berperkara diatur
Ketentuan prosedur berperkara diatur
bersama-sama
dengan
Hukum
bersama-sama
dengan
Hukum
Materiilnya
atau
dengan
susunan,
Materiilnya
atau
dengan
susunan,
kompetensi dari badan yang melakukan
kompetensi dari badan yang melakukan
peradilan dalam bentuk UU/peraturan
peradilan dalam bentuk UU/peraturan
lainya.
lainya.
2.
2.
Ketentuan prosedur berperkara diatur
Ketentuan prosedur berperkara diatur
tersendiri masing-masing dalam bentuk
tersendiri masing-masing dalam bentuk
UU atau bentuk peraturan lainnya
UU atau bentuk peraturan lainnya
UU PTUN memuat Hukum Materiil sekaligus
UU PTUN memuat Hukum Materiil sekaligus
Asas-Asas Hukum Acara PTUN
Asas-Asas Hukum Acara PTUN
Asas Praduga Rechtmatig, setiap Tindakan Pemerintah selalu
Asas Praduga Rechtmatig, setiap Tindakan Pemerintah selalu
dianggap rechtmatig sampai ada Pembatalan. Pasal 67 ayat (1)
dianggap rechtmatig sampai ada Pembatalan. Pasal 67 ayat (1)
UU No. 5 Tahun 1986.
UU No. 5 Tahun 1986.
Asas gugatan pada dasarnya tidak dapat menunda pelaksanaan
Asas gugatan pada dasarnya tidak dapat menunda pelaksanaan
Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) yang dipersengketakan
Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) yang dipersengketakan
kecuali ada kepentingan yang mendesak dari Penggugat (Pasal
kecuali ada kepentingan yang mendesak dari Penggugat (Pasal
67 ayat
67 ayat
(
(
1
1
)
)
dan ayat
dan ayat
(
(
4
4
)
)
huruf a
huruf a
UU No. 5 Tahun 1986).
UU No. 5 Tahun 1986).
Asas para pihak harus didengar (
Asas para pihak harus didengar (
audi et alteram partem).
audi et alteram partem).
Para Pihak mempunyai kedudukan yang sama dan harus
Para Pihak mempunyai kedudukan yang sama dan harus
diperlakukan dan
diperlakukan dan
diperhatikan secara adil. Hakim tidak
diperhatikan secara adil. Hakim tidak
dibenarkan hanya memperhatikan
dibenarkan hanya memperhatikan
alat bukti, keterangan atau
alat bukti, keterangan atau
penjelasan salah satu pihak saja.
penjelasan salah satu pihak saja.
Asas kesatuan beracara dalam perkara sejenis
Asas kesatuan beracara dalam perkara sejenis
baik dalam pemeriksaan di peradilan judex facti, maupun
baik dalam pemeriksaan di peradilan judex facti, maupun
kasasi dengan MA
kasasi dengan MA
sebagai puncaknya. Atas dasar satu kesatuan
sebagai puncaknya. Atas dasar satu kesatuan
hukum berdasarkan wawasan
hukum berdasarkan wawasan
Nusantara, maka dualisme hukum
Nusantara, maka dualisme hukum
acara dalam wilayah Indonesia tidak
Asas-Asas Hukum Acara PTUN
Asas-Asas Hukum Acara PTUN
Asas Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka.Asas Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka.
Bebas dari segala macam campur tangan kekuasaan yang lain baik Bebas dari segala macam campur tangan kekuasaan yang lain baik secara langsung maupun tidak langsung bermaksud untuk
secara langsung maupun tidak langsung bermaksud untuk
mempengaruhi keobyektifan putusan pengadilan (Pasal 24 UUD
mempengaruhi keobyektifan putusan pengadilan (Pasal 24 UUD
1945 jo Pasal 4 UU No 14/1970)
1945 jo Pasal 4 UU No 14/1970)
Asas Peradilan dilakukan dengan Sederhana, Cepat dan Biaya ringan.Asas Peradilan dilakukan dengan Sederhana, Cepat dan Biaya ringan.
demikian biaya berperkara juga menjadi ringan
demikian biaya berperkara juga menjadi ringan Asas Hakim Aktif.Asas Hakim Aktif.
asas ini memberikan peran kepada hakim dalam proses persidangan asas ini memberikan peran kepada hakim dalam proses persidangan guna memperoleh suatu kebenaran materiil dan untuk itu UU PTUN
guna memperoleh suatu kebenaran materiil dan untuk itu UU PTUN
mengarah pada pembuktian bebas. Bahkan jika dianggap perlu
yang diperlukan. (Pasal 85 UU No. 5 Tahun 1986)
Asas-Asas Hukum Acara PTUN
Asas-Asas Hukum Acara PTUN
Asas sidang terbuka untuk umumAsas sidang terbuka untuk umum
bahwa semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai bahwa semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam sidang terbuka untuk
kekuatan hukum apabila diucapkan dalam sidang terbuka untuk
umum (Pasal 70 UU No. 5 Tahun 1986)
umum (Pasal 70 UU No. 5 Tahun 1986) Asas Peradilan berjenjang.Asas Peradilan berjenjang.
Jenjang peradilan dimulai dari tingkat terbawah yaitu PTUN, kemudian Jenjang peradilan dimulai dari tingkat terbawah yaitu PTUN, kemudian PTTUN dan puncaknya MA RI.
PTTUN dan puncaknya MA RI.
Asas Pengadilan sebagai upaya terakhir untuk mendapatkan keadilan.Asas Pengadilan sebagai upaya terakhir untuk mendapatkan keadilan.
Asas ini menempatkan pengadilan sebagai ultimum remedium. Apabila Asas ini menempatkan pengadilan sebagai ultimum remedium. Apabila musyawarah tidak mencapai mufakat, maka barulah penyelesaian
musyawarah tidak mencapai mufakat, maka barulah penyelesaian
melalui PTUN dilakukan.
melalui PTUN dilakukan. Asas ObjektivitasAsas Objektivitas
untuk tercapainya putusan yang adil maka hakim atau panitera wajib untuk tercapainya putusan yang adil maka hakim atau panitera wajib mengundurkan diri apabila terkait hub keluarga sedarah atau
mengundurkan diri apabila terkait hub keluarga sedarah atau
semenda sampai derajat ketiga atau hub suami istri meskipun telah
semenda sampai derajat ketiga atau hub suami istri meskipun telah
bercerai dengan tergugat, penggugat atau penasihat hukum atau
atau panitera tersebut mempunyai kepentingan langsung atau tidak
atau panitera tersebut mempunyai kepentingan langsung atau tidak
langsung dengan sengketanya (Pasal 78 dan 79 UU No. 5 Tahun
langsung dengan sengketanya (Pasal 78 dan 79 UU No. 5 Tahun
1986)
Kompetensi Peradilan
Kompetensi Peradilan
Kompetensi Menurut Kamus Besar Bahasa
Kompetensi Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia : Kewenangan (kekuasaan)
Indonesia : Kewenangan (kekuasaan)
untuk menentukan (memutuskan sesuatu).
untuk menentukan (memutuskan sesuatu).
Secara umum Kompetensi dibagi menjadi
Secara umum Kompetensi dibagi menjadi
dua jenis, yakni
dua jenis, yakni
1.1.
kompetensi absolut
kompetensi absolut
(attributie van
(attributie van
rechtsmacht)
rechtsmacht)
dan
dan
2.
2.
kompetensi relatif
kompetensi relatif
(distributie van
(distributie van
rechtsmacht).
Kompetensi Absolut
Kompetensi Absolut
Kompetensi absolut (Kompetensi absolut (attributie van rechtsmacht) attributie van rechtsmacht) sering juga disebut sering juga disebut
sebagai
sebagai yurisdiksiyurisdiksi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yurisdiksi memiliki 2 (dua) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yurisdiksi memiliki 2 (dua)
pengertian, yaitu:
pengertian, yaitu:
1.
1. Kekuasaan mengadili; lingkup kekuasaan kehakiman; peradilan; Kekuasaan mengadili; lingkup kekuasaan kehakiman; peradilan;
2.
2. Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu Lingkungan hak dan kewajiban, serta tanggung jawab di suatu
wilayah atau lingkungan kerja tertentu; kekuasaan hukum
wilayah atau lingkungan kerja tertentu; kekuasaan hukum
Kompetensi absolut / YurisdiksiKompetensi absolut / Yurisdiksi adalah wewenang badan pengadilan dalam adalah wewenang badan pengadilan dalam
memeriksa jenis perkara tertentu yang secara mutlak tidak dapat diperiksa
memeriksa jenis perkara tertentu yang secara mutlak tidak dapat diperiksa
oleh badan pengadilan lain, baik dalam
oleh badan pengadilan lain, baik dalam
tingkat pengadilan dalam satu lingkungan peradilan yang sama tingkat pengadilan dalam satu lingkungan peradilan yang sama Pengadilan Negeri, Pengadilan Negeri,
Pengadilan Tinggi maupunPengadilan Tinggi maupun KasasiKasasi
lingkungan peradilan yang berbeda (Pengadilan Negeri, Pengadilan lingkungan peradilan yang berbeda (Pengadilan Negeri, Pengadilan
Agama).
Kompetensi Relatif
Kompetensi Relatif
•
Kompetensi
Kompetensi
Relatif
Relatif
(Distributie
(Distributie
van
van
Rechtsmacht).
Rechtsmacht).
kekuasaan
kekuasaan
mengadili
mengadili
suatu
suatu
badan
badan
pengadilan yang
pengadilan yang
didasarkan pada tempat
didasarkan pada tempat
tinggal
tinggal
para pihak dan
para pihak dan
berkaitan dengan
berkaitan dengan
wilayah hukum suatu pengadilan.
wilayah hukum suatu pengadilan.
Kewenangan
Kewenangan
berdasarkan
berdasarkan
tempat
tempat
tinggal
tinggal
para pihak
para pihak
Kewenangan berdasarkan
Kewenangan berdasarkan
wilayah
wilayah
hukum suatu pengadilan
Kompetensi Peradilan TUN
Kompetensi Peradilan TUN
Dasar Hukum
Dasar Hukum
1. UUD Tahun 1945 Pasal 24
1. UUD Tahun 1945 Pasal 24
2. UU No 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
2. UU No 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
Pasal 25 ayat (5) :
Pasal 25 ayat (5) :
Peradilan tata usaha negara sebagaimana dimaksud ayat (1)
Peradilan tata usaha negara sebagaimana dimaksud ayat (1)
berwenang memeriksa, mengadili, memutus, menyelesaikan
berwenang memeriksa, mengadili, memutus, menyelesaikan
sengketa tata usaha negara sesuai ketentuan peraturan
sengketa tata usaha negara sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
undangan.
3.
3.
UU No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara
UU No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara
4.
4.
UU No. 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-undang
UU No. 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan TUN
Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan TUN
5.
5.
UU No. 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan kedua Atas Undang-
UU No. 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan kedua Atas
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan TUN
1.
1.
Kompetensi Absolut diatur pada UU
Kompetensi Absolut diatur pada UU
tentang Peradilan TUN
tentang Peradilan TUN
BAB I tentang Ketentuan Umum
BAB I tentang Ketentuan Umum
Pasal 4 UU No. 9 Tahun 2004
Pasal 4 UU No. 9 Tahun 2004
BAB III tentang
BAB III tentang
Kekuasaan Pengadilan
Kekuasaan Pengadilan
Pasal 47 UU No. 5 Tahun 1986
Pasal 47 UU No. 5 Tahun 1986
Pasal 48 UU No. 5 Tahun 1986
Pasal 48 UU No. 5 Tahun 1986
Pasal 50 UU No. 5 Tahun 1986
Pasal 50 UU No. 5 Tahun 1986
Pasal 51 UU No. 5 Tahun 1986
Pasal 51 UU No. 5 Tahun 1986
2.
2.
Kompetensi relatif diatur dalam
Kompetensi relatif diatur dalam
Pasal 6 UU No. 9 Tahun 2004
Pasal 6 UU No. 9 Tahun 2004
(1)
(1)
Pengadilan Tata Usaha Negara berkedudukan di ibukota
Pengadilan Tata Usaha Negara berkedudukan di ibukota
Kabupaten/Kota, dan daerah hukumnya meliputi wilayah
Kabupaten/Kota, dan daerah hukumnya meliputi wilayah
Kabupaten/Kota.
Kabupaten/Kota.
(2)
(2)
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara berkedudukan di
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara berkedudukan di
ibukota Provinsi, dan daerah hukumnya meliputi wilayah
ibukota Provinsi, dan daerah hukumnya meliputi wilayah
Provinsi.
Provinsi.
Kompetensi Peradilan TUN
2.
2. Kompetensi relatif diatur dalam Pasal 54 UU No. 9 Tahun 2004Kompetensi relatif diatur dalam Pasal 54 UU No. 9 Tahun 2004
(1) Gugatan sengketa Tata Usaha Negara diajukan kepada Pengadilan yang
(1) Gugatan sengketa Tata Usaha Negara diajukan kepada Pengadilan yang
berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan
berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan
tergugat.
tergugat.
(2) Apabila tergugat lebih dari satu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
(2) Apabila tergugat lebih dari satu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
dan berkedudukan tidak dalam satu daerah hukum Pengadilan, gugatan
dan berkedudukan tidak dalam satu daerah hukum Pengadilan, gugatan
diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat
diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat
kedudukan salah satu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.
kedudukan salah satu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.
(3) Dalam hal tempat kedudukan tergugat tidak berada dalam daerah
(3) Dalam hal tempat kedudukan tergugat tidak berada dalam daerah
hukum
hukum
Pengadilan tempat kediaman penggugat, maka gugatan dapat diajukan Pengadilan tempat kediaman penggugat, maka gugatan dapat diajukan ke Pengadilan yang daerah hukummnya meliputi tempat kediaman
ke Pengadilan yang daerah hukummnya meliputi tempat kediaman
penggugat untuk selanjutnya diteruskan kepada Pengadilan yang
penggugat untuk selanjutnya diteruskan kepada Pengadilan yang
bersangkutan.
bersangkutan.
(4) Dalam hal-hal tertentu sesuai dengan sifat sengketa Tata Usaha Negara
(4) Dalam hal-hal tertentu sesuai dengan sifat sengketa Tata Usaha Negara
yang bersangkutan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah, gugatan
yang bersangkutan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah, gugatan
dapat diajukan kepada Pengadilan yang berwenang yang daerah
dapat diajukan kepada Pengadilan yang berwenang yang daerah
hukumnya meliputi tempat kediaman penggugat.
hukumnya meliputi tempat kediaman penggugat.
(5) Apabila penggugat dan tergugat berkedudukan atau berada di luar
(5) Apabila penggugat dan tergugat berkedudukan atau berada di luar
negeri, gugatan diajukan kepada Pengadilan di Jakarta.
negeri, gugatan diajukan kepada Pengadilan di Jakarta.
(6) Apabila tergugat berkedudukan di dalam negeri dan penggugat di luar
(6) Apabila tergugat berkedudukan di dalam negeri dan penggugat di luar
negeri, gugatan diajukan kepada Pengadilan di tempat kedudukan
negeri, gugatan diajukan kepada Pengadilan di tempat kedudukan
tergugat.
tergugat.
Kompetensi Peradilan TUN
Kompetensi Absolut PERATUN
Kompetensi Absolut PERATUN
Sengketa TUN Pasal 1 angka 10 UU NO. 51 TAHUN 2009Sengketa TUN adalah sengketa yang timbul dalam bidang TUN antara orang atau
badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat TUN, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan TUN, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan per-UU-an yang berlaku;
Peradilan TUN adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa TUN.
Pengadilan bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan
sengketa TUN.
Pasal 48 UU No. 5 Tahun 1986
(1) Dalam hal suatu Badan atau Pejabat TUN diberi wewenang oleh atau berdasarkan peraturan per-UU-an untuk menyelesaikan secara administratif sengketa TUN tertentu, maka batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/administratif yang tersedia.
(2) Pengadilan baru berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa TUN sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) jika seluruh upaya administratif yang bersangkutan telah digunakan.
Pasal 47
Pasal 4
Pasal 2 UU No. 9 Tahun 2004 : Tidak termasuk dalam pengertian Keputusan TUN menurut UU ini, adalah Keputusan TUN yang :
1.merupakan perbuatan hukum perdata; 2.merupakan pengaturan yang bersifat umum; 3.masih memerlukan persetujuan;
4.dikeluarkan berdasarkan UHP dan KUHAP atau peraturan per-UU-an lain yang bersifat hukum pidana;
5.dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan peradilan berdasarkan ketentuan peraturan per-UU-an yang berlaku;
6.mengenai tata usaha Tentara Nasional Indonesia;
7.baik di pusat maupun di daerah mengenai hasil pemilihan umum.
Pengecualian Sengketa TUN
Pasal 49 UU No. 5 Tahun 1986
Pengadilan tidak berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa TUN tertentu dalam hal keputusan yang disengketakan itu dikeluarkan :
a.dalam waktu perang, keadaan bahaya, keadaan bencana alam, atau keadaan luar biasa yang membahayakan, berdasarkan peraturan per-UU-an yang berlaku;
b.b. dalam keadaan mendesak untuk kepentingan umum berdasarkan peraturan per-UU-an yang berlaku
UU No. 5
Tahun
Pasal 47 Pasal 4
Pasal 51 UU No. 5 Tahun 1986
1.bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus sengketa TUN di tingkat banding.
2.bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan mengadili antara Pengadilan TUN di dalam daerah hukumnya.
3.bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan di tingkat pertama sengketa TUN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48.
4.Terhadap putusan PT TUN sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat diajukan permohonan kasasi.
Pasal 50 UU No. 5 Tahun 1986
Pengadilan TUN bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa TUN di tingkat pertama.
PT TUN P TUN
Kompetensi Absolut Peratun
Kompetensi Absolut Peratun
Peradilan TUN
Lingkungan Peradilan TUN Pengadilan Khusus
Pajak
Sengketa Pajak
UU No. 5
Tahun
Kasus Kompetensi Relatif Pengadilan
Kasus Kompetensi Relatif Pengadilan
2.
2. Kompetensi relatif diatur dalam Pasal 54 UU No. 9 Tahun 2004Kompetensi relatif diatur dalam Pasal 54 UU No. 9 Tahun 2004
(1) Gugatan sengketa Tata Usaha Negara diajukan kepada Pengadilan
(1) Gugatan sengketa Tata Usaha Negara diajukan kepada Pengadilan
yang berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat
yang berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat
kedudukan tergugat.
kedudukan tergugat.
Contoh
Contoh
Dr. CITRA ARYANDARI, S.Sn., M.A.; Kewarganegaraan Indonesia; Tempat Tinggal di Perum V, Jl. Camar P. 89, RT/RW 006/018, Kelurahan Sidoarum, Kecamatan Godean, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, 55564; Pekerjaan Dosen Institut Seni Indonesia Yogyakarta (Dosen PNS).
Melawan
DEKAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA; Tempat Kedudukan di Jalan Parangtritis km 6,5 Bantul, Yogyakarta.
Kasus Kompetensi Relatif Pengadilan
Kasus Kompetensi Relatif Pengadilan
2.
2. Kompetensi relatif diatur dalam Pasal 54 UU No. 9 Tahun 2004Kompetensi relatif diatur dalam Pasal 54 UU No. 9 Tahun 2004
(2) Apabila tergugat lebih dari satu Badan atau Pejabat Tata Usaha
(2) Apabila tergugat lebih dari satu Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara dan berkedudukan tidak dalam satu daerah hukum Pengadilan,
Negara dan berkedudukan tidak dalam satu daerah hukum Pengadilan,
gugatan diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi
gugatan diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi
tempat kedudukan salah satu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.
tempat kedudukan salah satu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.
Contoh
Contoh
WIRANTO HADISUSILA, SP, Kewarganegaraan Indonesia; Tempat Tinggal di Sompilan RT. 001/RW.26, Tegaltirto, Berbah, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Pekerjaan Negeri Sipil.
Melawan
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Tempat Kedudukan di Gedung Manggala Wanabakti, Blok I Lantai 4 Jalan Jenderal Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat.
KEPALA BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI SERAYU OPAK PROGO, Tempat Kedudukan di Jalan Gedong Kuning 172 A Yogyakarta.
Kasus Kompetensi Relatif Pengadilan
Kasus Kompetensi Relatif Pengadilan
2.
2. Kompetensi relatif diatur dalam Pasal 54 UU No. 9 Tahun 2004Kompetensi relatif diatur dalam Pasal 54 UU No. 9 Tahun 2004
(3) Dalam hal tempat kedudukan tergugat tidak berada dalam daerah
(3) Dalam hal tempat kedudukan tergugat tidak berada dalam daerah
hukum
hukum
Pengadilan tempat kediaman penggugat, maka gugatan dapat Pengadilan tempat kediaman penggugat, maka gugatan dapat diajukan ke Pengadilan yang daerah hukummnya meliputi tempat
diajukan ke Pengadilan yang daerah hukummnya meliputi tempat
kediaman penggugat untuk selanjutnya diteruskan kepada Pengadilan
kediaman penggugat untuk selanjutnya diteruskan kepada Pengadilan
yang bersangkutan
yang bersangkutan
Contoh
Contoh
WIRANTO HADISUSILA, SP, Kewarganegaraan Indonesia; Tempat Tinggal di Sompilan RT. 001/RW.26, Tegaltirto, Berbah, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Pekerjaan Negeri Sipil.
Melawan
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Tempat Kedudukan di Gedung Manggala Wanabakti, Blok I Lantai 4 Jalan Jenderal Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat.