• Tidak ada hasil yang ditemukan

FILSAFAT DI DUNIA ISLAM (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FILSAFAT DI DUNIA ISLAM (1)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

FILSAFAT DI DUNIA ISLAM

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Mata Kuliah : FILSAFAT UMUM

DISUSUN OLEH

Kelompok 11 (Sebelas) Semester I-D Tarbiah

1. AYU ULANDARI

2. AYU TALIA FARAMITA 3. DINDA AYU ANDINI

\

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

JAM’IYAH MAHMUDIYAH

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “FILSAFAT DI DUNIA ISLAM” pembuatan makalah dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan inspirator terbesar dalam segala keteladanannya. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah FILSAFAT UMUM yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini, orang tua yang selalu mendukung kelancaran tugas kami, serta pada anggota tim yang selalu kompak dan konsisten dalam penyelesaian tugas ini.

Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi tim penulis khususnya dan pembaca yang budiman pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Tanjung Pura Oktober 2017

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...1

C. Tujuan Pembahasan...1

BAB II PEMBAHASAN...2

A. Sejarah dan Pengertian filsafat Islam...2

B. Sumber-Sumber Filsafat Islam...5

C. Filosofi Islam dan Filsafatnya...6

BAB III PENUTUP...16

A. Kesimpulan...16

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat islam merupakan salah satu bidang studi islam yang keberadaannya telah menimbulkan pro dan kontra. Sebagian mereka yang berpikiran maju dan bersifat liberal cendrung mau menerima pemikiran filsafat Islam. Sedangkan bagi mereka yang bersifat tradisional yakni yang berpegang teguh pada doktrin ajaran Al-qur’an dan Al-hadits secara tekstual, cendrung kurang mau menerima filsafat, bahkan menolaknya. Dari kedua kelompok tersebut nampak kelompok terakhir masih cukup kuat pengaruhnya di masyarakat dibandingkan dengan kelompok pertama. Kajian filsafat islam baru di lakukan sebagian mahasiswa pada jurusan tertentu di akhir abad ke-20 ini. Sedangkan pada masyarakat secara umum seperti yang terjadi di kalangan pesantren, pemikiran filsafat masih di anggap terlarang, karena dapat melemahkan iman. Kalau pun di pesantren di ajarkan logika, yang pada hakikatnya merupakan ilmu yang mengajarkan cara berpikir folosofis, namun hal ini tidak di terapkan, melainkan hanya semata-mata sebagai hafalan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah dan Pengertian filsafat Islam ? 2. Bagaimana Sumber-Sumber Filsafat Islam ?

3.Bagaimana Filosofi Islam dan Filsafatnya ?

C. Tujuan Pembahasan

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Pengertian filsafat Islam

a. Singkat Tentang Perkembangan filsafat islam

(6)

Ada yang megatakan bahwa Islam tidak pernah dan bisa memiliki filsafat yang independen. Adapun filsafat yang dikembangkan oleh para filosof Muslim adalah pada dasarnya filsafat Yunani, bukan filsafat Islam. Ada lagi yang mengatakan bahwa nama yang tepat untuk itu adalah filsafat Muslim, karena yang terjadi adalah filsafat Yunani yang kemudian dipelajari dan dikembangkan oleh para filosof Muslim.

Ada lagi yang mengatakan bahwa nama yang lebih tepat adalah filsafat Arab, dengan alasan bahwa bahasa yang digunakan dalam karya-karya filosofis mereka adalah bahasa Arab, sekalipun para penulisnya banyak berasal dari Persia, dan namanama lainnya seperti filsafat dalam dunia Islam.2

Adapun beliau sendiri cenderung pada sebutan filsafat Islam (Islamic philosophy), dengan setidaknya 3 alasan :

1. Ketika filsafat Yunani diperkenalkan ke dunia Islam, Islam telah mengembangkan sistem teologi yang menekankan keesaan Tuhan dan syari’ah, yang menjadi pedoman bagi siapapun. Begitu dominannya Pandangan tauhid dan syari’ah ini,sehingga tidak ada suatu sistem apapun, termasuk filsafat, dapat diterima kecuali sesuai dengan ajaran pokok Islam tersebut (tawhid) dan pandangan syari’ah yang bersandar pada ajaran tauhid. Oleh karena itu ketika memperkenalkan filsafat Yunani ke dunia Islam, para filosof Muslim selalu memperhatikan kecocokannya dengan pandangan fundamental Islam tersebut, sehingga disadari atau tidak, telah terjadi “pengislaman” filsafat oleh para filosof Muslim.

2. Sebagai pemikir Islam, para filosof Muslim adealah pemerhati flsafat asing yang kritis. Ketika dirasa ada kekurangan yang diderita oleh filsafat Yunani, misalanya, maka tanpa ragu-ragu mereka mengeritiknya secara mendasar. Misalnya, sekalipun Ibn Sina sering dikelompokkan sebagai filosof Peripatetik, namun ia tak segan-segan mengertik pandangan Aristoteles, kalau dirasa tidak cocok dan 1menggantikannnya dengan yang lebih baik. Beberapa tokoh lainnya seperti Suhrawardi, Umar b. Sahlan al-Sawi dan Ibn

(7)

Taymiyyah, juga mengeriktik sistem logika Aristotetles. Sementara al-‘Amiri mengeritik dengan pedas pandangan Empedokles tentang jiwa, karena dianggap tidak sesuai dengan pandangan Islam.

3. Adanya perkembangan yang unik dalam filsafat islam, akibat dari interaksi antara Islam, sebagai agama, dan filsafat Yunani. Akibatnya para filosof Muslim telah mengembangkan beberapa isu filsfat yang tidak pernah dikembangkan oleh para filosof Yunani sebelumnya, seperti filsafat kenabian, mikraj dsb.

b. filsafat islam

Filsafat Islam merupakan gabungan dari filsafat dan Islam. Secara harfiah,

pengertian filsafat adalah cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Sidi Gazalba mengartikan filsafat sebagai berpikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal alam rangka mencari kebenaran, inti atau hakikat mengenai segala yang ada.3

Menurut Mustofa Abdur Razik pemakaian kata filsafat di kalangan umat islam adalah kata hikmah, sehingga kata hikmah ditempatkan pada kata failusuf atau hukum Al-Islam (hakim-hakim Islam). Ibnu Sina mengatakan, hikmah adalah mencari kesempurnaan diri manusia dengan dapat menggambarkan segala urusan dan membenarkan segala hakikat baik yang teori maupun praktik menurut kadar kemampuan manusia. Sedangkan pengertian filsafat Islam adalah suatu ilmu yang dicelup ajaran islam dalam membahas hakikat kebenaran segala sesuatu.

Banyak di kalangan para ahli berbeda pendapat dalam menamakan filsafat Islam, ada yang menyebut dengan Filsafat Islam, ada juga yang menyebut dengan Filsafat Arab. Prof. Mu’in menyatakan apabila filsafat itu disebut dengan Filsafat

(8)

Arab, berarti mengeluarkan orang Iran, afganistan, Pakistan, dan orang India. Oleh karena itu beliau memilih menyebut dengan Filsafat Islam.

Berbeda dengan Mauric de Wild, Emik Brehier dan Lutfi As Sayid menyebut dengan Filsafat Arab, alasannya karena filsafat itu ditulis dalam bahasa Arab, atau diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dengan menambah unsure-unsur baru dalam bahasa Arab juga.

Namun pemikiran-pemikiran filsafat pada kaum muslimin lebih tepat disebut filsafat Islam, mengingat bahwa Islam bukan saja sekedar agama, tetapi juga peradaban. Pemikiran filsafat ini tentu berpengaruh pada peradaban Islam, meskipun banyak sumbernya dan berbeda-beda jenis orangnya, corak pemikiran tersebut adalah Islam.

B. Sumber-Sumber Filsafat Islam

Seperti sudah disebutkan dalam ringkasan sejarah kemunculan Filsafat Islam sebelumnya, kerja-kerja penerjemahan terhadap karya-karya Filsafat Yunani yang di lakukan umat Islam tidak mungkin terjadi tanpa adanya bantuan tidak langsung dari para Filosof Iskandariah. Dengan kata lain, hubungan antara Filsafat Yunani dan tradisi pemikiran Islam di dahului oleh kontak- budaya Islam dengan kebudayaan Kristen Timur (mesir) yang sudah lebih dulu menyerap inti Filsafat Yunani. Jika demikian adanya, maka apapun yang menjadi sumber dalam Filsafat Yunani adalah juga sumber Filsafat Islam.

(9)

manusia. Tidak penting untuk membicarakan kontroversi seputar definisi akal pada manusia jika pembicaraan pengetahuan dikonsentrasikan pada mekanisme kerja pembentukan pengetahuan berdasarkan data-data yang diterima oleh alat-alat indera, baik indera bagian luar, maupun indera bagian dalam. Secara keseluruhan, para Filosof dalam tradisi Islam tidak menolak aspek penting akal dalam Filsafat Islam. Hanya saja, dalam kadar penggunaan kemampuan rasional, boleh jadi para Filosof itu memang berbeda sesuai dengan karakter filsafat yang mereka usung.4

Selain pengalaman inderawi dan penalaran logis, dalam tradisi Filsafat Islam, keberadaan wahyu juga diterima sebagai sumber pengetahuan. Bahkan, pengetahuan yang diperoleh melalui wahyu memiliki setatus istimewa, karna seorang penerima pengetahuan melalui wahyu adalah orang yang memiliki otoritas keagamaan tinggi yang sering diistilahkan dengan Nabi atau Rasul Tuhan. Tentu saja, pengetahuan semodel ini berbeda dengan pengetahuan manusia biasa yang berporos pada indera dan akal. Namun demikian, keberadaan wahyu sebagai pedoman iman harus dipercayai secara taken for granted, dan para filosof muslim berusaha untuk memahami wahyu sebagai realitas keilmuan yang bisa dikaji dan diletakkan dalam tataran teoritis.

Islam merupakan agama yang paling memuliakan teks suci. Dalam berbagai forum pidato, penulisan buku dan pergaulan sehari-hari, umat Islam kerap menukil dan menyartakan kutipan-kutipan teks suci. Teks suci telah dijadikan sebagai rujukan legitimasi berbagai wacana Ilmiah dan politik. Hal ini membawa masalah baru ketika batas antara interpretasi, manipulasi dan apresiasi atas teks suci tidak jelas dan kabur. Jika dikaitkan dengan prihal seni seni, karna Islam menganut paham Ikonoklasme radikal, maka yang paling menonjol adalah seni kaligrafi, berbeda dari keyakinan Hindu dan Kristen yang justru menjadikan lukisan dan patung sebagai medium ritual.5

4 Ibid hal. 57

(10)

Dalam menyikapi teks suci, keragaman cara pernah muncul dan kesemuaannya membuktikan bahwa umat Islam menjadikan teks sebagai turats yang dinamis. Teks diyakini sebagai sumber inspirasi, resource dalam melakukan adaptasi dan adjustment. Kebebasan dalam berpikir dan berkreasi telah melahirkan peradaban Islam yang agresif dan ekspansif, digulirkan diatas teks suci sesuai dengan kepetingan zaman dan diselenggarakan dalam upaya merealisasikan Islam yang relavan di tiap zaman.

Teks diyakini perlu untuk dibaca berulang-ulang untuk menemukan spirit yang dikandungnya. Spirit yang terkandung dalam teks merupakan syarat untuk merealisasikan Islam yang tidak interpretable ketika dihadapkan dengan kebutuhan umat yang actual dan yang mungkin belum terjadi di masa-masa terdahulu.

C. Filosofi Islam dan Filsafatnya

Tidak dapat dipungkiri bahwa pemikiran filsafat Islam terpengaruh oleh filsafat Yunani. Filosof-filosof Islam banyak mengambil pikiran Aristoteles dan sangat tertarik dengan pikiran-pikiran Plotinus sehingga banyak teorinya yang diambil. Memang demikianlah keadaan orang yang datang kemudian, terpengaruh oleh orang-orang sebelumnya dan berguru kepada mereka. Kita saja yang hidup pada abad ke-20 ini, dalam banyak hal masih berhutang budi kepada orang-orang Yunani dan Romawi. Akan tetapi berguru tidak berarti mengekor dan hanya mengutip, sehingga harus dikatakan bahwa filsafat Islam itu hanya kutipan semata-mata dari Aristoteles, seperti apa yang dikatakan Renan, atau dari neo-Platonisme, seperti yang dikatakan Duhem, karena filsafat Islam telah menampung dan mempertemukan berbagai aliran pemikiran. Kalau filsafat Yunani merupakan salah satu sumbernya, maka tidak aneh kalau kebudayaan India dan Iran juga menjadi sumbernya pula.

(11)

mengambil persoalan yang pernah dikemukakannya oleh orang lain sambil mengemukakan teori dan pikirannya sendiri. Spinoza misalnya, meskipun banyak mengikuti Descartes, namun ia mempunyai mazhabnya sendiri. Ibnu Sina, meskipun murid yang setia dari Aristoteles, namun ia mempunyai pikiran-pikiran yang berlainan.

Filosof-filosof Islam pada umumnya hidup dalam lingkungan dan suasana yang berbeda dari apa yang dialami oleh filosof-filosof lain, dan pengaruh-pengaruh lingkungan dan suasana terhadap jalan pikiran mereka tidak bisa dilupakan. Pada akhirnya tidaklah bisa dipungkuri bahwa dunia Islam telah berhasil membentuk suatu filsafat yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama dan keadaan masyarakat Islam sendiri.6

1. AL-KINDI

Nama lengkapnya Abu Yusuf, Ya’kub bin Ishak Al-Sabbah bin Imran bin Al-Asha’ath bin Kays Al-Kindi. Beliau biasa disebut Ya’kub, lahir pada tahun 185 H (801 M) di Kufah. Keturunan dari suku Kays, dengan gelar Abu Yusuf (bapak dari anak yang bernama Yusuf) nama orang tuanya Ishaq Ashshabbah, dan ayahnya menjabat gubernur di Kufah, pada masa pemerintahan Al-Mahdi dan Harun Al-Rasyid dari Bani Abbas.

Nama Al-Kindi adalah merupakan nama yang diambil dari nama sebuah suku, yaitu : Banu Kindah. Banu Kindah adalah suku keturunan Kindah, yang berlokasi di daerah selatan Jazirah Arab dan mereka ini mempunyai kebudayaan yang tinggi.

Sebagai orang yang dilahirkan di kalangan para intelektual, maka pendiidkan yang pertama-tama diterima adalah membaca Al-Qur’an, menulis, dan berhitung. Disamping itu ia banyak mempelajari tentang sastra dan agama, juga

(12)

menerjemahkan beberapa buku Yunani di dalam bahasa Syiria kuno, dan bahasa Arab.

Mengenai filsafat dan agama, Al-Kindi berusaha mempertemukan antara kedua hal ini; Filsafat dan agama. Al-Kindi berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu tentang kebenaran atau ilmu yang paling mulia dan paling tinggi martabatnya. Dan agama juga merupakan ilmu mengenai kebenaran, akan tetapi keduanya memiliki perbedaan.

Mengenai hakikat Tuhan, Al-Kindi menegaskan bahwa Tuhan adalah wujud yang hak (benar), yang bukan asalnya tidak ada menjadi ada, ia selalu mustahil tidak ada, ia selalu ada dan akan selalu ada. Jadi Tuhan adalah wujud sempurna yang tidak didahului oleh wujud yang lain, tidak berakhir wujudNya dan tidak wujud kecuali denganNya.7

Unsur-unsur filsafat yang kita dapati pada pemikiran Al-Kindi ialah:

1. Aliran Pythagoras tentang matematika sebagai jalan ke arah filsafat.

2. Pikiran-pikiran Aristoteles dalam soal-soal fisika dan metafisika, meskipun Al-Kindi tidak sependapat dengan Aristoteles tentang qadimnya alam.

3. Pikiran-pikiran Plato dalam soal kejiwaan.

4. Pikiran-pikiran Plato dan Aristoteles bersama-sama dalam soal etika.

5. Wahyu dan iman (ajaran-ajaran agama) dalam soal-soal yang berhubungan dengan Tuhan dan sifat-sifatNya.

(13)

6. Aliran Mu’tazilah dalam memuja kekuatan akal manusia dan dalam menakwilkan ayat-ayat Qur’an.

Haruslah diakui bahwa Al-Kindi tidak mempunyai sistem filsafat yang lengkap. Jasanya ialah karena dia adalah orang yang pertama-tama membuka pintu filsafat bagi dunia Arab dan diberinya corak Arab keislaman. Pendiri filsafat Islam yang sebenarnya ialah Al-Farabi.

2. AL-FARABI

Ia adalah Abu Nashr Muhammad bin Muhammad bin Tharkhan. Sebutan Al-Farabi diambil dari nama kota Farab, dimana ia dilahirkan pada tahun 257 H (870 M). Ayahnya adalah seorang Iran dan kawin dengan seorang wanita Turkestan. Kemudian ia menjadi perwira tentara Turkestan. Karena itu, Al-Farabi dikatakan berasal dari keturunan Turkestan dan kadang-kadang juga dikatakan dari keturunan Iran.

Sejak kecilnya, Al-Farabi suka belajar dan ia mempunyai kecakapan luar biasa dalam lapangan bahasa. Bahasa-bahasa yang dikuasainya antara lain bahasa Iran, Turkistan, dan Kurdistan. Nampaknya ia tidak mengenal bahasa Yunani dan Siriani, yaitu bahasa-bahasa ilmu pengetahuan dan filsafat pada waktu itu.

Setelah besar, Al-Farabi meninggalkan negerinya untuk menuju kota Baghdad, pusat pemerintahan dan ilmu pengetahuan pada masanya, untuk belajar antara lain pada Abu Bisyr bin Mattius. Selama berada di Baghdad, ia memusatkan perhatiannya kepada ilmu logika.8

(14)

Al-Farabi luas pengetahuannya, mendalami ilmu-ilmu yang ada pada masanya dan mengarang buku-buku dalam ilmu tersebut. Buku-bukunya, baik yang sampai kepada kita maupun yang tidak, menunjukkan bahwa ia mendalami ilmu-ilmu bahasa, matematika, kimia, astronomi, kemiliteran, musik, ilmu alam, ketuhanan, fiqih, dan mantik.

Sebagian besar karangan-karangan Al-Farabi terdiri dari ulasan dan penjelasan terhadap filsafat Aristoteles, Plato, dan Galenius, dalam bidang-bidang logika, fisika, etika, dan metafisika. Meskipun banyak tokoh filsafat yang diulas pikirannya, namun ia lebih terkenal sebagai pengulas Aristoteles.

Di antara karangan-karangannya ialah:

1. Aghradlu ma Ba’da at-Thabi’ah.

2. Al-Jam’u baina Ra’yai al-Hakimain (Mempertemukan Pendapat Kedua Filosof; maksudnya Plato dan Aristoteles).

3. Tahsil as-Sa’adah (Mencari Kebahagiaan).

4. ‘Uyun al-Masail (Pokok-Pokok persoalan).

5. Ara-u Ahl-il Madinah al-Fadhilah (Pikiran-Pikiran Penduduk Kota Utama Negeri Utama).

6. Ih-sha’u al-Ulum (Statistik Ilmu).

3. IBNU SINA

(15)

kekuasaan khilafah tersebut mulai melepaskan diri satu persatu untuk berdiri sendiri. Kota Baghdad sendiri, sebagai pusat pemerintahan Khilafah Abbasiyah, dikuasai oleh golongan Bani Buwaih pada tahun 334 H dan kekuasaan mereka berlangsung terus sampai tahun 447 H.

Di antara daerah-daerah yang berdiri sendiri ialah Daulah Samani di Bukhara, dan di antara khalifahnya ialah Nuh bin Mansur. Pada masanya, yaitu di tahun 340 H (980 M), di suatu tempat yang bernama Afsyana, daerah Bukhara, Ibnu Sina dilahirkan dan dibesarkan. Di Bukhara ia menghafal Qur’an dan belajar ilmu-ilmu agama serta ilmu astronomi, sedangkan usianya baru sepuluh tahun. Kemudian ia mempelajari matematika, fisika, logika dan ilmu metafisika. Sesudah itu ia mempelajari ilmu kedokteran pada Isa bin Yahya, seorang Masehi.

Sebenarnya hidup Ibnu Sina tidak pernah mengalami ketenangan, dan usianya pun tidak panjang. Meskipun banyak kesibukan-kesibukannya dalam urusan politik, sehingga ia tidak banyak mempunyai kesempatan untuk mengarang, namun ia telah berhasil meninggalkan berpuluh-puluh karangan.

Karangan-karangan Ibnu Sina yang terkenal ialah:

1. Asy-Syifa. Buku ini adalah buku filsafat yang terpenting dan terbesar dari Ibnu Sina, dan trediri dari enpat bagian, yaitu: logika, fisika, matematika, dan metafisika (ketuhanan).9

2. An-Najat. Buku ini merupakan keringkasan buku as-Syifa, dan pernah diterbitkan bersama-sama dengan buku al-Qanun dalam ilmu kedokteran pada tahun 1593 M di Roma dan pada tahun 1331 M di Mesir.

(16)

3. Al-Isyarat wat-Tanbihat. Buku ini adalah buku terakhir dan yang paling baik, dan pernah diterbitkan di Leiden pada tahun 1892 M, dan sebagiannya diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis.

4. Al-Hikmat al-Masyriqiyyah. Buku ini banyak dibicarakan orang, karena tidak jelasnya maksud judul buku, dan naskah-naskahnya yang masih ada memuat bagian logika.

5. Al-Qanun, atau Canon of Medicine, menurut penyebutan orang-orang Barat. Buku ini pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan pernah menjadi buku standar untuk universitas-universitas Eropa sampai akhir abad ketujuhbelas Masehi.

Hidup Ibnu Sina penuh dengan kesibukan bekerja dan mengarang; penuh pula dengan kesenangan dan kepahitan hidup bersama-sama, dan boleh jadi keadaan ini telah mengakibatkan ia tertimpa penyakit yang tidak bisa diobati lagi. Pada tahun 428 H (1037 M), ia meninggal dunia di Hamadzan, pada usia 58 tahun.

4. AL-GHAZALI

Ia adalah Abu Hamid bin Muhammad bin Ahmad al-Ghazali, bergelar Hujjatul Islam, lahir tahun 450 H di Tus, suatu kota kecil di Khurassan (Iran). Kata-kata al-Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dengan dua z). dengan menduakalikan z, kata-kata al-Ghazzali diambil dari kata-kata Ghazzal, artinya tukang pemintal benang, karena pekerjaan ayahnya ialah memintal benang wol, sedang al-Ghazali dengan satu z, diambil dari kata-kata Ghazalah, nama kampung kelahiran al-Ghazali. Sebutan terakhir ini yang banyak dipakai.10

(17)

Al-Ghazali pertama-tama belajar agama di kota Tus, kemudian meneruskan di Jurjan, dan akhirnya di Naisabur pada Imam al-Juwaini, sampai yang terakhir ini wafat tahun 478 H/1085 M. kemudian ia berkunjung kepada Nidzam al-Mulk di kota Mu’askar, dan dari padanya ia mendapat kehormatan dan penghargaan yang besar, sehingga ia tinggal di kota itu enam tahun lamanya. Pada tahun 483 H/1090 M, ia diangkat menjadi guru di sekolah Nidzamah Baghdad, dan pekerjaannya itu dilaksanakan dengan sangat berhasil. Selama di Baghdad, selain mengajar, juga mengadakan bantahan-bantahan terhadap pikiran-pikiran golongan Bathiniyah, Isma’iliyyah, golongan filsafat dan lain-lain.

Pengaruh al-Ghazali di kalangan kaum Muslimin besar sekali, sehingga menurut pandangan orang-orang ahli ketimuran (Orientalis), agama Islam yang digambarkan oleh kebanyakan kaum Muslimin berpangkal pada konsepsi al-Ghazali.

Al-Ghazali adalah seorang ahli pikir Islam yang dalam ilmunya, dan mempunyai nafas panjang dalam karangan-karangannya. Puluhan buku telah ditulisnya yang meliputi berbagai lapangan ilmu, antara lain Teologi Islam (Ilmu Kalam), Hukum Islam (Fiqih), Tasawuf, Tafsir, Akhlak dan adab kesopanan, kemudian autobiografi. Sebagian besar dari buku-buku tersebut diatas dalam bahasa Arab dan yang lain ditulisnya dalam bahasa Persia.

Karyanya yang terbesar yaitu Ihya ‘Ulumuddin yang artinya “Menghidupkan Ilmu-Ilmu Agama”, dan dikarangnya selama beberapa tahun dalam keadaan berpindah-pindah antara Syam, Yerussalem, Hijjaz dan Tus, dan yang berisi tentang paduan yang indah antara fiqih, tasawuf dan filsafat, bukan saja terkenal di kalangan kaum Muslimin, tetapi juga di kalangan dunia Barat dan luar Islam.

(18)

Tuhan. Diantara penulis-penulis modern banyak yang mengikuti jejak al-Ghazali dalam menuliskan autobiografi.

Pengaruh al-Ghazali besar sekali di kalangan kaum Muslimin sendiri sampai sekarang ini, sebagaimana juga di kalangan tokoh-tokoh pikir abad pertengahan bahkan juga sampai pada tokoh-tokoh pikir abad modern.

5. IBNU BAJAH

Ia adalah Abu Bakar Muhammad bin Yahya, yang terkenal dengan sebutan Ibnus-Shaigh atau Ibnu Bajah. Orang-orang Eropa pada abad-abad pertengahan menamai Ibnu Bajah dengan “Avempace”, sebagaimana mereka menyebut nama-nama Ibnu Sina, Ibnu Gaberol, Ibnu Thufail dan Ibnu Rusyd, masing-masing dengan nama Avicenna, Avicebron, Abubacer, dan Averroes.11

Ibnu Bajah dilahirkan di Saragosta pada abad ke-11 Masehi. Tahun kelahirannya yang pasti tidak diketahui, demikian pula masa kecil dan masa mudanya. Sejauh yang dapat dicatat oleh sejarah ialah bahwa ia hidup di Serville, Granada, dan Fas; menulis beberapa risalah tentang logika di kota Serville pada tahun 1118 M, dan meninggal dunia di Fas pada tahun 1138 M ketika usianya belim lagi tua. Menurut satu riwayat, ia meninggal dunia karena diracuni oleh seorang dokter yang iri terhadap kecerdasan, ilmu, dan ketenarannya.

Buku-buku yang ditinggalkannya ialah:

Beberapa risalah dalam ilmu logika, dan sampai sekarang masih tersimpan di perpustakaan Escurial (Spanyol).

1. Risalah tentang jiwa.

(19)

2. Risalah al-Ittisal, mengenai pertemuan manusia dan akal-faal.

3. Risalah al-Wada’, berisi uraian tentang penggerak-pertama bagi manusia dan tujuan yang sebenarnya bagi wujud manusia dan alam.

4. Beberapa risalah tentang ilmu falak dan ketabiban.

5. Risalah Tadbir al-Mutawahhid.

6. Beberapa ulasan terhadap buku-buku filsafat, antara lain dari Aristoteles, al-Farabi, Porphyrus, dan sebagainya.

Ibnu Bajah telah memberi corak baru terhadap filsafat Islam di negeri Islam barat dalam teori ma’rifat (epistemology, pengetahuan), yang berbeda sama sekali dengan corak yang telah diberikan oleh al-Ghazali di dunia timur Islam, setelah ia dapat menguasai dunia pikir sepeninggal filosof-filosof Islam.

6. IBNU THUFAIL

Ia adalah Abubakar Muhammad bin Abdul Malik bin Thufail, dilahirkan di Wadi Asy dekat Granada, pada tahun 506 H/1110 M. kegiatan ilmiahnya meliputi kedokteran, kesusasteraan, matematika dan filsafat. Ia menjadi dokter di kota tersbut dan berulangkali menjadi penulis penguasa negerinya. Setelah terkenal, ia menjadi dokter pribadi Abu Ya’kub Yusuf al-Mansur, khalifah kedua daru daulah Muwahhidin. Dari al-Mansur ia memperoleh kedudukan yang tinggi dan dapat mengumpulkan orang-orang pada masanya di istana Khalifah itu, di antaranya ialah Ibnu Rusyd yang diundang untuk mengulas buku-buku karangan Aristoteles.12

(20)

Buku-buku biografi menyebutkan beberapa karangan dari Ibnu Thufail yang menyangkut beberapa lapangan filsafat, seperti filsafat fisika, metafisika, kejiwaan dan sebagainya, disamping risalah-risalah (surat-surat) kiriman kepada Ibnu Rusyd. Akan tetapi karangan-karangan tersebut tidak sampai kepada kita, kecuali satu saja, yaitu risalah Hay bin Yaqadhan, yang merupakan intisari pikiran-pikiran filsafat Ibnu Thufail, dan yang telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Suatu manuskrip di perpustakaan Escurrial yang berjudul Asrar al-Hikmat ai-Masyriqiyyah (Rahasia-rahasia Filsafat Timur) tidak lain adalah bagian dari risalah Hay bin Yaqadhan.

Ibnu Thufail tergolong filosof dalam masa Skolastik Islam. Pemikiran kefilsafatannya cukup luas, termasuk metafisika. Dalam pencapaian Ma’rifatullah, Ibnu Thufail menempatkan sejajar antara akal dan syari’at. Pemikiran tersebut sebenarnya merupakan upaya yang tidak pada tempatnya, sebab syari’at sumbernya adalah wahyu (yakni : dari Tuhan), sedangkan akal merupakan aktifitas manusiawi. Akal manusia sebenarnya hanyalah dampak mencari alasan rasional bagi syari’at mengenai dalil-dalil adanya Tuhan.

7. IBNU RUSYD

Nama lengkapnya Abul Walid Muhammad bin Ahmad bin Rusyd, lahir di Cordova pada tahun 520 H. Ia berasal dari kalangan keluarga besar yang terkenal dengan keutamaan dan mempunyai kedudukan tinggi di Andalusia (Spanyol). Ayahnya adalah seorang hakim, dan kakeknya yang terkenal dengan sebutan “Ibnu Rusyd kakek” (al-Jadd) adalah kepala hakim di Cordova.

Ibnu Rusyd adalah seorang ulama besar dan pengulas yang dalam terhadap filsafat Aristoteles. Kegemarannya terhadap ilmu sukar dicari bandingannya, karena menurut riwayat, sejak kecil sampai tuanya ia tidak pernah terputus membaca dan menelaah kitab, kecuali pada malam ayahnya meninggal dan dalam perkawinan dirinya.13

(21)

Karangannya meliputi berbagai ilmu, seperti: fiqih, ushul, bahasa, kedokteran, astronomi, politik, akhlak, dan filsafat. Tidak kurang dari sepuluh ribu lembar yang telah ditulisnya. Buku-bukunya adakalanya merupakan karangan sendiri, atau ulasan, atau ringkasan. Karena sangat tinggi penghargaannya terhadap Aristoteles, maka tidak mengherankan kalau ia memberikan perhatiannya yang besar untuk mengulaskan dan meringkaskan filsafat Aristoteles. Buku-buku lain yang telah diulasnya ialah Buku-buku-Buku-buku karangan Plato, Iskandar Aphrodisias, Plotinus, Galinus, al-Farabi, Ibnu Sina, al-Ghazali, dan Ibnu Bajah.

Buku-bukunya yang lebih penting dan yang sampai kepada kita ada empat, yaitu:

1. Bidayatul Mujtahid, ilmu fiqih. Buku ini bernilai tinggi, karena berisi perbandingan mazhabi (aliran-aliran) dalam fiqih dengan menyebutkan alasannya masing-masing.

2. Faslul-Maqal fi ma baina al-Hikmati was-Syari’at min al-Ittisal (ilmu kalam). Buku ini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya persesuaian antara filsafat dan syari’at, dan sudah pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman pada tahun 1895 M oleh Muler, orientalis asal Jerman.

3. Manahijul Adillah fi Aqaidi Ahl al-Millah (ilmu kalam). Buku ini menguraikan tentang pendirian aliran-aliran ilmu kalam dan kelemahan-kelemahannya, dan sudah pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman, juga oleh Muler, pada tahun 1895 M.

(22)

Ibnu Rusyd adalah tokoh pikir Islam yang paling kuat, paling dalam pandangannya, paling hebat pembelaannya terhadap akal dan filsafat, sehingga ia benar-benar menjadi filosof-pikiran dikalangan kaum Muslimin.14

(23)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Filsafat Islam merupakan gabungan dari filsafat dan Islam. Secara harfiah,

pengertian filsafat adalah cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Sidi Gazalba mengartikan filsafat sebagai berpikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal alam rangka mencari kebenaran, inti atau hakikat mengenai segala yang ada

Sumber-Sumber Filsafat Islam Seperti sudah disebutkan dalam ringkasan sejarah kemunculan Filsafat Islam sebelumnya, kerja-kerja penerjemahan terhadap karya-karya Filsafat Yunani yang di lakukan umat Islam tidak mungkin terjadi tanpa adanya bantuan tidak langsung dari para Filosof Iskandariah. Dengan kata lain, hubungan antara Filsafat Yunani dan tradisi pemikiran Islam di dahului oleh kontak- budaya Islam dengan kebudayaan Kristen Timur (mesir) yang sudah lebih dulu menyerap inti Filsafat Yunani. Jika demikian adanya, maka apapun yang menjadi sumber dalam Filsafat Yunani adalah juga sumber Filsafat Islam

(24)

DAFTAR PUSAKA

A. Khudori Soleh. M.Ag. 2000. Wacana Baru Filsafat Islam. Pustaka Pelajar

Mustofa. 1997. Filsafat Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia

Suharto, Toto. 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Daudy, Ahmad. 1986. Kuliah Filsafat Islam. Jakarta: Bulan Bintang

Referensi

Dokumen terkait

Sementara konstanta terendah adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu sebesar 0.295234 berarti tingkat ketimpangan pendapatan di Provinsi Kepulauan Bangka

Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C, terealisasi sebesar Rp. Terdapat pendapatan dari Obyek Retribusi Laboraturium dikelompokkan pada Jenis Retribusi Jasa Umum

Memperoleh pengetahuan mengenai hambatan yang dialami masyarakat sebagai penerima kredit dan UPK sebagai pelaksana kegiatan atau pemberi kredit dalam proses pemberian

Kurva spektrum reflektansi (R) hasil perhitungan ditunjukkan pada Gambar 6, sedangkan nilai indeks bias film ZnO dalam rentang panjang gelombang 370 nm sampai dengan 970 nm

kualitas kristal yang lebih rendah dan kerapatan yang lebih tinggi dibandingkan film ZnO:Ga yang dideposisikan pada suhu 325 o C. Nilai E g diperoleh dari

Sesuai dengan tujuan dari pelaksanaan Peringatan Hari Disabilitas maka bentuk kegiatan yang akan ditempuh yaitu Pengapresiasian Terhadap Talenta Para Penyandang Tuna Netra.. Tema

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh video pembelajaran terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V di SDN Inti Tondo Palu?.. Subyek dalam

Oleh itu, kertas kerja ini juga turut membincangkan strategi khusus untuk membangunkan remaja secara holistik dalam konteks penggunaan media sosial dengan mengambil