TINJAUAN PUSTAKA
Melinjo
Melinjo (Gnetum gnemon) adalah tanaman lokal Indonesia yang belum
dimanfaatkan secara luas. Umumnya melinjo dikonsumsi sebagai komponen
dalam pembuatan sayur ataupun dalam pembuatan kue kering yang dikenal
dengan emping. Di Indonesia, area penyebaran tanaman ini yaitu di sekitar pulau
Danaman, pulau Sumatera dan pulau Jawa. Di pulau Sumatera, produksi melinjo
lebih dari 20.000 granules (biji) per tahun. Hal ini merupakan pertumbuhan yang
spontan untuk satu spesies tanaman di hutan dan melinjo juga biasa ditanam di
kebun ataupun di halaman sebagai hiasan (Parhusip dan Sitanggang, 2011).
Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, dikenal adanya suatu divisi yang
dinamakan Spermatophyta (tumbuhan berbiji). Divisi ini dibagi dalam dua
subdivisi: Gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka) dan Angiospermae
(tumbuhan berbiji tertutup). Secara garis besar, klasifikasi tanaman melinjo dalam
dunia tumbuh-tumbuhan adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Gymnospermae
Kelas : Gnetinae
Ordo : Gnetales
Famili : Gnetaceae
Genus : Gnetum
Spesies : Gnetum gnemon (melinjo)
Akar
Melinjo yang tumbuh dari biji mempunyai sistem perakaran tunggang,
seperti halnya tumbuhan dikotil. Akar pokok tumbuh ke berbagai sisi. Melinjo
yang tumbuh dari hasil perbanyakan secara vegetatif, seperti cangkok dan stek,
tidak berakar tunggang.
Batang
Batang melinjo berkayu dan bercabang. Tinggi pohon ini antara 5-22 meter.
Bentuk percabangannya sangat khas. Cabang yang tumbuh menempel pada batang
pertumbuhannya tidak pernah melampaui batang pokok sehingga batang pokok
selalu tampak lebih jelas. Sistem percabangan yang demikian ini membuat
perawakan pohon melinjo tampak seperti kerucut.
Daun
Pohon melinjo berdaun rimbun. Setiap daun panjangnya antara 7-22 cm
serta lebarnya 2-10 cm dengan bentuk elips meruncing pada ujungnya dan bertepi
rata. Jenis daunnya tunggal dengan duduk daun berhadapan.
Bunga
Berdasarkan jenis kelamin bunga, pohon melinjo dibedakan menjadi dua,
yaitu pohon melinjo jantan dan betina. Pohon jantan hanya memiliki bunga jantan,
pohon betina hanya memiliki bunga betina saja. Namun adakalanya dalam satu
pohon dijumpai juga bunga jantan dan bunga betina sekaligus.
Biji melinjo panjangnya 2-2,5 cm dengan bentuk ellipse, ujung meruncing
pendek, dan terdiri dari tiga lapis kulit yaitu: sarcotesta, sclerotesta, dan endotesta.
Sarcotesta (kulit luar) sewaktu muda berwarna hijau berangsur-angsur berubah
berwarna cokelat dan keras apabila biji telah tua. Kulit yang keras dan kedap air
ini merupakan salah satu faktor penghambat perkecambahan biji. Sedangkan
endotesta (kulit dalam) merupakan selaput tipis yang melekat pada inti biji. Biji
melinjo bersifat istimewa, yaitu sangat lamban dalam berkecambah. Sejak biji
masak dan jatuh dari pohon, biji itu akan tidur dalam waktu yang cukup lama,
bisa mencapai setahun atau lebih. Pada waktu itulah biji tidak mau berkecambah
(Tim Penulis PS, 2002).
Varietas
Berdasarkan pengamatan di lapangan, melihat adanya variasi bentuk tajuk
pohon, variasi bentuk dan ukuran buah atau biji pada melinjo, terdapat beberapa
varietas melinjo. Jenis tanaman melinjo yang ada di Indonesia adalah sebagai
berikut :
1. Melinjo bercangkang keras, yang umum disebut sebagai melinjo
2. Melinjo bercangkang lunak, yang disebut dengan tangkil. Melinjo tangkil
ini meskipun telah tua dan kulit buahnya berwarna merah, tetapi separuh
cangkangnya tetap lunak sebagaimana cangkang melinjo muda. Melinjo
ini banyak dijumpai di hutan-hutan di kepulauan Maluku
3. Melinjo yang batangnya menjalar. Melinjo jenis ini dapat ditemui di
hutan-hutan pantai pulau Jawa bagian selatan, misalnya di pulau
Nusakambangan.
Untuk mendapatkan hasil produksi yang baik dari jenis melinjo
bercangkang keras, perawatan tanaman harus disesuaikan dengan tempat tumbuh,
bercangkang keras terbagi dalam tiga varietas berdasarkan bentuknya yaitu
varietas gentong, varietas dandang dan varietas kerikil (Christiani, 2011).
Menurut Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (2014) tanaman melinjo terdiri dari beberapa varietas,
yaitu varietas kerikil (buah bulat kecil dan lebat), varietas ketan (buah lebih besar
dan lebih lonjong serta tumbuh lebat) dan varietas gentong (buah paling besar
diantara varietas lainnya dan kurang lebat). Diantara ketiga jenis melinjo tersebut,
varietas gentong paling bernilai ekonomis karena paling disukai untuk dijadikan
emping melinjo.
Syarat Tumbuh
Tanaman melinjo tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus,
sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat/ lempung, berpasir, dan berkapur.
Walaupun demikian tanaman melinjo tidak tahan terhadap tanah yang selalu
tergenang air atau yang berkadar asam tinggi. Di Indonesia, tanaman melinjo
didapatkan dari daerah pantai yang berhawa panas, sampai ke daerah pegunungan
pada ketinggian 1200 m di atas permukaan laut. Di dataran rendah dan daerah
pegunungan tanaman ini dapat hidup baik dan menghasilkan dengan kelembaban
tinggi, yaitu mempunyai musim penghujan selama 9 bulan (basah) dan musim
kering selama 3 bulan. Perbedaannya daun tanaman melinjo yang tumbuh di
daerah pegunungan lebih tebal dan kurang lemas, sehingga daun muda yang disebut
daun so itu bila dimasak sebagai sayur terasa kurang enak (Sunanto, 1991).
Panen
Panen buah melinjo untuk bahan baku emping harus dilakukan setelah
dihasilkan. Pohon melinjo sudah dapat dipanen setelah berumur 5 -6 tahun. Masa
panen buah melinjo terjadi dua kali dalam setahun. Dalam hal ini, dikenal ada
istilah panen besar dan panen kecil. Panen besar terjadi pada sekitar bulan
Mei-Juli, panen kecil sekitar bulan Oktober-Desember. Buah melinjo sebaiknya
disimpan tidak terlalu lama. Penyimpanan buah melinjo di atas tiga bulan akan
mempengaruhi kualitas empingnya (Tim Penulis PS, 2002).
Pascapanen
Langkah awal perlakuan setelah panen adalah sortasi atau pemilihan. Buah
melinjo tua dipisahkan dari buah yang masih muda, demikian pula daun dan
bunganya. Buah melinjo yang sudah tua biasanya dicirikan dengan kulit luar yang
berwarna kuning kemerahan atau merah dan bijinya keras. Sedangkan buah yang
masih muda berkulit hijau dan bijinya lebih lunak. Namun buah yang sudah tua,
kulit luarnya lebih lunak dari buah yang masih muda.
Hasil panen melinjo dijual sebagai sayuran dan bahan baku pembuatan
emping. Namun adakalanya petani mengupas kulit buah melinjo tua. Kulitnya
dijual bersama daun dan bunganya untuk sayuran, sedangkan biji yang tidak
berkulit (klatak) dijual ke pengrajin emping (Tim Penulis PS, 2002).
Emping Melinjo
Pengolahan hasil pertanian adalah berbagai cara pengubahan hasil
pertanian baik bahan nabati maupun hewani oleh budidaya manusia baik secara
fisik, kimiawi atau biokimiawi menjadi produk-produk guna memenuhi
kebutuhannya. Pengolahan hasil pertanian umumnya dimulai setelah hasil
Emping melinjo merupakan salah satu bahan makanan ringan, selain
bernilai gizi tinggi juga memiliki cita rasa yang banyak disukai masyarakat.
Emping melinjo merupakan makanan istimewa dalam pola makanan rakyat
Indonesia. Kandungan gizi dan vitamin yang terdapat dalam makanan yang
berasal dari emping melinjo meliputi: kalori, karbohidrat, protein, lemak, kalsium,
fospor, besi, vitamin B dan lemak siklopropene (Cyclopropenefattyacid).
Berdasarkan kualifikasi tersebut dan didukung dengan pengrajin yang intensif
dapat menjamin ketersediaan emping tanpa dipengaruhi oleh waktu sehingga
kebutuhan konsumen dapat terpenuhi setiap saat (Aliudin dan Anggraeni, 2014).
Emping melinjo adalah jenis makanan ringan yang bentuknya pipih bulat
dibuat dari biji melinjo yang sudah tua. Harga emping melinjo di pasaran cukup
stabil, artinya belum pernah mengalami kemerosotan harga, lebih-lebih sekarang
Indonesia mulai mengekspor emping melinjo ke beberapa negara. Kualitas
melinjo sangat menentukan kualitas empingnya. Biji melinjo yang kualitasnya
paling baik adalah biji melinjo yang ukurannya terbesar dan sudah tua benar.
Tabel 1. Hasil survey berdasarkan tua mudanya biji melinjo, jika dijadikan emping akan mengalami penyusutan.
bila menjadi emping tidak mengalami penyusutan berat yang terlalu besar.
Berdasarkan jenis/ kualitas emping yang dihasilkan, tiap tenaga kerja
pembuat emping dalam sehari mampu memipihkan biji-biji melinjo sekitar :
2. 6 kg untuk kualitas 2
3. 10 kg untuk emping klutuk
(Sunanto, 1991).
Satu pohon melinjo yang sudah berumur diatas 5 tahun dan terawat baik
dapat menghasilkan biji melinjo sebanyak 50 kg per pohon per tahun dengan
harga Rp. 5000 per kg. Harga melinjo terkadang mengalami kenaikan dan
penurunan, tingginya harga melinjo disebabkan musim panen raya melinjo. Harga
melinjo jika mengalami kenaikan bisa mencapai Rp. 13000 – Rp. 15000 per kg.
Dan jika harga melinjo mengalami kenaikan maka harga emping juga melonjak
mencapai Rp. 32000 – Rp. 34000 per kg (Sujatmiko, 2013).
Kualitas Emping Melinjo
Dalam pemasarannya, ada klasifikasi emping melinjo yang didasarkan
pada kualitasnya, semakin tinggi kualitasnya akan semakin tinggi harganya.
Klasifikasi emping melinjo adalah sebagai berikut :
1. Kualitas nomor 1
Sering disebut emping super, yang tanda-tandanya adalah :
a. Lempengannya sangat tipis merata
b. Berwarna agak putih dan bening atau transparan
c. Tiap lempengannya berasal dari satu biji melinjo yang ukuran dan
kualitasnya sama, sehingga garis tengahnya hampir seragam
d. Langsung bisa digoreng tanpa dijemur lebih dahulu
2. Kualitas nomor 2
Emping dengan kualitas ini memiliki tanda-tandanya, antara lain:
b. Berwarna agak putih kekuning-kuningan dan kurang bening
c. Tiap lempengan berasal dari satu biji melinjo yang ukuran dan
kualitasnya sama, sehingga garis tengahnya hampir seragam
d. Bila akan digoreng harus dalam keadaan kering agar hasil gorengannya
baik
3. Kualitas nomor 3
Emping kualitas ini memiliki tanda-tanda:
a. Lempengannya agak tebal
b. Berwarna kekuning-kuningan dan tidak bening
c. Tiap lempengan berasal dari satu biji melinjo yang ukuran dan
kualitasnya bermacam-macam, sehingga garis tengahnya juga
bermacam-macam
d. Bila akan digoreng harus dijemur lebih dahulu hingga kering, agar hasil
gorengannya baik
(Sunanto, 1991).
Pembuatan Emping Melinjo
Menurut Sunanto (1991), untuk membuat emping secara manual
diperlukan beberapa peralatan, yaitu:
1. Tungku api atau kompor minyak
2. Wajan dari tanah (kuali) atau dari aluminium
3. Batu berpermukaan lebar dan rata atau balok kayu untuk telenan atau alas
pemukulan
4. Alat pemukul dari besi atau batu gandik yang permukaannya licin atau
5. Irus atau sendok dari tempurung kelapa untuk membalik-balikkan biji
melinjo yang digoreng sangan
6. Anjang dari anyaman bambu untuk mengangin-anginkan atau menjemur
lempengan emping melinjo
7. Pasir sedikit untuk membantu proses penggorengan sangan
8. Lembaran seng yang tipis dan berukuran kecil untuk mengambil
lempengan emping yang melekat pada batu atau kayu telenan
Sebenarnya ada dua cara yang dikenal dalam proses pembuatan emping
melinjo, yakni biji-biji melinjo sebelum dipipihkan itu dipanaskan dahulu dengan
cara digoreng sangan atau dengan cara direbus.
Menurut Sunanto (1991), pada umumnya proses pembuatan emping
melinjo itu menggunakan cara menggoreng sangan. Dengan dilengkapi pasir,
maka biji-biji melinjo yang akan digoreng sangan akan dapat masak secara
merata, karena pasir sifatnya cepat menerima panas dan dengan mencampurkan
biji-biji melinjo berbaur dengan pasir yang panas sambil dibolak-balik, maka
kemasakan biji melinjo dapat merata. Dengan cara menggoreng sangan, aroma
dan zat-zat yang terkandung dalam biji melinjo itu tidak hilang, sehingga akan
diperoleh emping melinjo yang rasanya lezat. Lain halnya bila direbus, aroma dan
zat-zat yang terkandung dalam biji melinjo akan larut dalam air rebusan.
Akibatnya, rasa empingnya kurang lezat dan aromanya yang khas itu banyak
berkurang.
Prinsip Kerja Alat Pencetak Keripik Biji-bijian
Alat ini mempunyai ukuran panjang 40 cm, lebar 45 cm dan tinggi 105
Prinsip kerja alat ini yaitubekerja dengan menggunakan dua silinder
pengepres yang berputar berlawanan arah dimana biji masuk ke dalam
hopperyang selanjutnya akan dipres (dicetak) oleh dua buah silinder pengepres
yang digerakkan oleh elektromotor dan selanjutnya menuju ke wadah
penampungan bahan (Lubis, 2014).
Komponen Alat Pencetak Keripik Biji-bijian
Kerangka alat
Kerangka alat berfungsi sebagai pendukung komponen lainnya yang
terbuat dari besi.
Saluran pemasukan bahan (Hopper)
Merupakan saluran pemasukan bahan untuk selanjutnya dilakukan
pengolahan dengan proses pengepresan bahan.
Motor Listrik
Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi
mekanik. Alat yang berfungsi sebaliknya, mengubah energi mekanik menjadi
energi listrik disebut dinamo atau generator. Motor listrik dapat ditemukan pada
peralatan rumah tangga seperti kipas angin, mesin cuci, pompa air, dan penyedot
debu.
Pada motor listrik tenaga listrik diubah menjadi tenaga mekanik.
Perubahan ini dilakukan dengan mengubah tenaga listrik menjadi magnet yang
disebut sebagai elektromagnet. Sebagaimana kita ketahui bahwa kutub-kutub dari
magnet yang senama akan tolak-menolak dan kutub-kutub tidak senama akan
sebuah magnet pada sebuah poros yang dapat berputar, dan magnet yang lain pada
suatu kedudukan yang tetap (Soenarta dan Furuhama, 2002).
Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin,
hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan
utama dalam transmisi ini dipegang oleh poros.
Bantalan (bearing)
Bantalan adalah elemen mesin yang mampu menumpu poros berbeban,
sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus,
aman dan tahan lama. Bantalan harus cukup kokoh untuk menghubungkan poros
serta elemen mesin lainnya agar bekerja dengan baik.
Bantalan dapat diklasifikasikan berdasarkan pada:
1. Gerakan bantalan terhadap poros
-Bantalan luncur
-Bantalan gelinding
2. Beban terhadap poros
-Bantalan radial
-Bantalan aksial
-Bantalan gelinding khusus
(Sularso dan Suga, 2002).
Puli (Pulley)
Puli berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran yang dihasilkan dari
dibuat dari besi cor atau dari baja. Puli kayu tidak banyak lagi dijumpai. Untuk
konstruksi ringan diterapkan puli dari paduan aluminium (Stolk dan Kros, 1981).
Untuk menghitung kecepatan atau ukuran roda transmisi, putaran
transmisi penggerak dikalikan diameternya adalah sama dengan putaran roda
transmisi yang digerakkan dikalikan dengan diameternya.
SD a = SDya a a ... (1)
dimana,
S = Kecepatan putar puli (rpm)
D = Diameter puli (mm)
(Smith dan Wilkes, 1990).
V-Belt (Sabuk V)
Sabuk V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Sabuk
V dibelitkan di sekitar alur pulleyyang berbentuk V pula. Transmisi sabuk yang
bekerja atas dasar gesekan belitan mempunyai beberapa keuntungan karena murah
harganya, sederhana konstruksinya dan mudah untuk mendapatkan perbandingan
putaran yang diinginkan. Kekurangan yang ada pada sabuk ini adalah terjadinya
slip antara sabuk dan pulleysehingga tidak dapat dipakai untuk putaran tetap atau
perbandingan transmisi yang tetap (Daryanto, 1993).
Menurut Smith dan Wilkes (1990), apabila pemindahan daya
menggunakan dua roda transisi, maka hubungan antara jarak kedua titik pusat
sumbu roda transisi dengan panjang sabuk dapat ditentukan dengan rumus:
L = C + , D + d + − 2 ... (2)
dimana:
C = Jarak antara kedua sumbu roda transmisi (mm)
D = Diameter luar efektif roda transmisi yang besar (mm)
d = Diameter luar efektif transmisi yang kecil (mm)
Speed Reducer
Speed reducer (gearbox) adalah jenis motor yang mempunyai sistem
reduksi yang besar. Gearbox bersinggungan langsung ke dalam motor, dan secara
bersamaan rangkaian ini mengurangi kecepatan keluaran (outputspeed).
Speed reducer digunakan untuk menurunkan putaran. Dalam hal ini
perbdaningan speed reducer putarannya dapat cukup tinggi.
i = ... (3)
dimana:
i = Perbandingan reduksi
N1 = Input putaran (rpm)
N2 = Output putaran (rpm)
(Niemann, 1982).
Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian
Kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefinisikan sebagai kemampuan
alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk per satuan waktu. Dari satuan
kapasitas kerja dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila
alat atau mesin itu menggunakan daya pengerak motor. Persamaan matematisnya
yaitu sebagai berikut: