BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dan seni adalah dua hal yang sangat erat terkait satu sama lain.
Dalam kehidupannya manusia tidak pernah terlepas dari seni. Seni adalah
ungkapan batin manusia berupa ide ataupun gagasan yang diwujudkan dalam
sebuah karya. Bentuk karya tersebut dapat berwujud rupa, suara maupun gerakan.
Seni juga dapat berwujud benda yang memiliki nilai keindahan di dalamya baik
penglihatan maupun pendengaran.
Menurut penjelasan pada alinea pertama Undang-Undang NO.19 Tahun
2002 tentang Hak Cipta, Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan memiliki
keanekaragaman seni dan budaya yang sangat kaya. Hal itu sejalan dengan
keanekaragaman etnik, suku bangsa, dan agama yang secara keseluruhan
merupakan potensi nasional yang perlu dilindungi. Kekayaan seni dan budaya itu
merupakan salah satu sumber dari karya intelektual yang dapat dan perlu
dilindungi oleh undang-undang. Kekayaan itu tidak semata-mata untuk seni dan
budaya itu sendiri, tetapi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan di
bidang perdagangan dan industri yang melibatkan para Penciptanya. Dengan
demikian, kekayaan seni dan budaya yang dilindungi itu dapat meningkatkan
kesejahteraan tidak hanya bagi para Penciptanya saja, tetapi juga bagi bangsa dan
Negara.
Perlindungan terhadap karya seni dan budaya lokal termasuk dalam aturan
atas sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio. Hasil
dari pekerjaan rasio manusia yang menalar. Hasil kerjanya itu berupa benda
immaterial. Benda tidak berwujud, misalnya karya cipta lagu. Untuk menciptakan
alunan nada (irama) diperlukan pekerjaan otak.2
Seorang pencipta berhak untuk mendapatkan penghargaan atas
kemampuan intelektualnya. Inilah yang menjadi dasar dari konsepsi Hak
Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Right). Hak Kekayaan Intelektual
yang selanjutnya disebut HKI merupakan hak yang lahir karena hasil kreativitas
intelektual manusia. Pada hasil kreativitas intelektual itu melekat dua hak, yaitu
hak ekonomi dan hak moral. Hak ekonomi adalah hak eksklusif yang diberikan
kepada pencipta untuk memperoleh manfaat ekonomi dari karya ciptaannya, dan
hak moral adalah hak pengakuan terhadap hasil karya ciptaanya yang bersifat
abadi.
Zaman modern seperti sekarang ini perkembangan di bidang perdagangan,
industri, dan investasi telah sedemikian pesat, sehingga memerlukan peningkatan
perlindungan bagi Pencipta dan Pemilik Hak Terkait dengan tetap memperhatikan
kepentingan masyarakat luas. Pencipta dan Pemegang hak terkait memerlukan
perlindungan karena tidak semua orang dapat mampu melahirkan dan
mewujudkan suatu karya seni dari hasil pemikiranya dan perasaannya sendiri.
Hanya orang yang mampu menghasilkan ciptaan yang bersifat khas dan pribadilah
yang dapat memperoleh hak eksklusif oleh Hak Kekayaan Intelektual.
Secara historis, Hak Kekayaan Intelektual pertama kali
diUndang-Undangkan di Venice, Italia dimana terdapat masalah yang menyangkut tentang
paten pada tahun 1470. Caxton, Galileo dan Guttenberg tercatat sebagai
penemu-penemu yang muncul dimasa itu dan mempunyai hak monopoli atas penemu-penemuan
mereka. Awalnya, hak monopoli tersebut diberikan langsung kepada penerbit
untuk menjual karya cetak. Saat peraturan hukum tentang copyright mulai
diundangkan pada tahun 1710 dengan Statute of Anne di Inggris, hak monopoli
tersebut diberikan ke pengarang, bukan penerbit. Peraturan tersebut juga
mencakup perlindungan kepada konsumen yang menjamin bahwa penerbit tidak
dapat mengatur penggunaan karya cetak tersebut setelah transaksi jual beli
berlangsung. Selain itu, peraturan tersebut juga mengatur masa berlaku hak
eksklusif bagi pemegang copyright, yaitu selama 28 tahun, yang kemudian setelah
itu karya tersebut menjadi milik umum.3
Hak monopoli yang dimaksud di sini adalah hak eksklusif atas suatu
temuan atau hasil karya seseorang, sehingga haknya bisa dilindungi dari
penjiplakan atau pencurian ide oleh orang lain. Hukum-hukum tentang paten
tersebut kemudian diadopsi oleh kerajaan Inggris di jaman TUDOR tahun
1500-an d1500-an kemudi1500-an lahir hukum mengenai paten pertama di Inggris yaitu Statute of
Monopolies (1623). Amerika Serikat baru mempunyai Undang-Undang paten
tahun 1791. Upaya harmonisasi dalam bidang Hak Kekayaan Intelektual pertama
kali terjadi tahun 1883 dengan lahirnya Paris Convention untuk masalah paten,
merek dagang dan desain. Kemudian Berne Convention 1886 untuk masalah
copyright atau hak cipta.4
Dua konvensi ini menjadi tonggak awal penyelarasan dan pengaturan hak
kekayaan intelektual secara lebih terstruktur dan kompleks seperti masalah hak
paten, merek dagang dan desain industri sampai dengan masalah hak cipta suatu
ide dan sebuah karya yang sudah jadi. Untuk menangani dan mengurus hal hal
yang berkaitan dengan Hak Kekayaan Intelektual dibentuklah lembaga
internasional yang diberi nama World Intellectual Property Organization
(WIPO).5
Permasalahan Hak Kekayaan Intelektual telah masuk kedalam Agreement
Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia) yang salah satu bagiannya adalah perumusan mengenai
aspek-aspek perdagangan Hak Kekayaan Intelektual yang dikenal sebagai
Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (Persetujuan
tentang Aspek-Aspek Dagang dan Hak-hak Kekayaan Intelektual) atau TRIP‟s
Agreementtahun 1994. Perjanjian TRIP‟s di maksudkan untuk menyeragamkan
perlindungan terhadap Hak Kekayaan Intelektual (asing) di suatu Negara.6
Hak Kekayaan Intelektual bukan merupakan suatu hal yang baru dalam
sistem hukum di Indonesia. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, pengakuan
terhadap karya intelektual sudah ada, tetapi hanya berupa pengakuan secara
4 http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/135803-T%2027985-Tarik%20menarik-Metodologi.pdf , diakses pada tanggal 25 Mei 2015 Pukul 11.08
5 Ibid.
moral dan etika. Tidak ada peraturan dan norma secara tertulis terhadap suatu
karya intelektual.
Seiring dengan berkembangnya zaman, dunia semakin lama semakin
sempit. Teknologi komunikasi telah menciptakan kemudahan dalam berinteraksi
antarmanusia tanpa kendala jarak dan waktu. Melalui media radio, televisi, dan
kemudian internet, orang bisa menyaksikan kejadian yang terjadi dibelahan bumi
lain. Pertukaran tradisi, kebiasaan, dan adat istiadat antar Negara berlangsung
dengan cepat. Gaya hidup, fashion, perkawinan antara ras satu dengan ras yang
lain kemudian menciptakan kebudayaan baru yang disebut budaya modern.
Indonesia sebagai bagian dari dunia juga tidak bisa lepas dari adanya pengaruh
budaya modern. Budaya modern inilah yang mendorong lahirnya perlindungan
terhadap hak kekayaan intelektual di Indonesia.7
Perlindungan hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia, diatur
dengan berbagai peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang NO. 28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta menggantikan Undang-Undang No 19 Tahun
2002, Undang-Undang NO. 14 Tahun 2001 tentang Paten, Undang-Undang NO.
15 Tahun 2001 tentang Merek, dan perundang-undangan HKI lainnya seperti
Undang-Undang NO. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman,
Undang-Undang NO. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, Undang-Undang
NO. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.
Dalam Undang-Undang Hak Cipta pada alinea pertama penjelasan,
menyebutkan bahwa di tingkat Internasional, Indonesia telah ikut serta menjadi
anggota dalam Agreement Establishing the World Trade Organization
(Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) yang mencakup Trade
Related Aspects of Intellectual Property Rights (Persetujuan tentang Aspek-Aspek
Dagang Hak Kekayaan Intelektual) yang selanjutnya disebut TRIP‟s, melalui
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994. Selain itu, Indonesia juga telah
meratifikasi Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works
(Konvensi Bern tentang Pelindungan Karya Seni dan Sastra) melalui Keputusan
Presiden Nomor 18 Tahun 1997 dan World Intellectual Property Organization
Copyright Treaty (Perjanjian Hak Cipta WIPO) yang selanjutnya disebut WCT,
melalui Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997, serta World Intellectual
Property Organization Performances and Phonograms Treaty (Perjanjian
Karya-Karya Pertunjukan dan Karya-Karya-Karya-Karya Fonogram WIPO) yang selanjutnya disebut
WPPT, melalui Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2004.
Secara garis besar, Hak Kekayaan Intelektual dibagi menjadi dua, hak
cipta dan hak kekayaan industri. Hak cipta terdiri dari ilmu pengetahuan, seni dan
sastra. Hak kekayaan industri terdiri dari paten, merek, desain industri, Desain
Tata Letak Sirkuit Terpadu (DTLST), rahasia dagang dan perlindungan varietas
tanaman. Hak cipta, paten, merek, desain industri, Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu (DTLST) dan rahasia dagang berada dibawah Departemen Hukum dan
HAM (Depkumham) sedangkan varietas tanaman berada di bawah Departemen
Pertanian.8
8
Hak Cipta merupakan salah satu bagian dari kekayaan intelektual yang
memiliki ruang lingkup objek dilindungi paling luas, karena mencakup ilmu
pengetahuan, seni dan sastra (art and literary) yang didalamnya mencakup pula
program komputer.
Perkembangan ekonomi kreatif adalah salah satu andalan Indonesia dan
Negara lain di dunia untuk meningkatkan perekonomian negara. Perkembangan
pesat teknologi informasi dan komunikasi mengharuskan adanya pembaruan
Undang-Undang Hak Cipta, mengingat Hak Cipta menjadi hal terpenting dari
ekonomi kreatif nasional. Melalui Undang-Undang Hak Cipta yang memenuhi
unsur perlindungan dan pengembangan ekonomi kreatif ini maka diharapkan
kontribusi sektor Hak Cipta dan Hak Terkait bagi perekonomian negara dapat
lebih optimal.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menjadi salah
satu variabel dalam Undang-Undang tentang Hak Cipta mengingat teknologi
informasi dan komunikasi disatu sisi memiliki peran strategis dalam
pengembangan Hak Cipta. Di sisi lain dapat pula menjadi alat untuk melakukan
pelanggaran hukum di bidang Hak Cipta. Pengaturan yang proporsional sangat
diperlukan agar fungsi positif dapat dioptimalkan dan dampak negatifnya dapat
diminimalkan.
Menurut Pasal 1 Undang-Undang No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
dinyatakan bahwa “Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara
bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.”
Hak Cipta tidak hanya melindungi hak pencipta saja namun juga
memberikan perlindungan terhadap hak kepada Pelaku pertunjukan, Produser
rekaman dan juga lembaga penyiaran. Ide dasar sistem hak cipta adalah untuk
melindungi wujud hasil karya yamg lahir dari kemampuan intelektual manusia
yang merupakan endapan perasaannya. Hak cipta merupakan hak kebendaan yang
bersifat absolut dimana sebagai hak absolut maka hak itu pada dasarnya dapat
dipertahankan terhadap siapapun, dan yang memegang hak tersebut dapat
menuntut tiap pelanggaran yang dilakukan oleh pihak manapun juga9.
Ciptaan yang dilindungi dalam Hak Cipta meliputi ciptaan dalam bidang
ilmu pengetahuan, seni, dan sastra. Menurut Pasal 40 ayat 1 Undang-Undang Hak
Cipta, terdiri atas:
a. Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya;
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
d. Lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;
e. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim; f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase; g. Karya seni terapan;
h. Karya arsitektur; i. Peta;
j. Karya seni batik atau seni motif lain; k. Karya fotografi;
l. Potret;
m. Karya sinematografi;
n. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
o. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya tradisional;
p. Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan Program Komputer maupun media lainnya;
q. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli;
r. Permainan video; dan s. Program Komputer.
Seluruh hasil karya diatas tidak dapat di lindungi oleh hak cipta apabila
belum ada wujud nyata dari hasil karya tersebut, serta setiap ide, metode, konsep,
prinsip walaupun telah dinyatakan ataupun juga alat, benda ataupun sebuah
produk yang diciptakan untuk kebutuhan manusia yang berdasarkan bentuknya
memiliki kegunaan dan fungsi tertentu.
Musik dan lagu adalah bagian dari suatu karya cipta yang termasuk ciptaan
yang dilindungi oleh hak cipta. Secara etimologi musik dan lagu memiliki
perbedaan arti.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia musik merupakan ilmu atau seni
menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal
untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan
kesinambungan sedangkan lagu merupakan ragam suara yang berirama (dalam
bercakap-cakap, bernyanyi, membaca, dan lain lain.), atau nyanyian.10
Pekembangan seni musik di Indonesia sudah tergolong tua. Pada waktu
orang Hindu datang ke Jawa pada abad ke-4, mereka telah menemukan
bermacam-macam alat musik. Pada relief candi Borobudur terdapat alat-alat
musik lokal maupun yang di import dari India. Bahwa seni musik di Jawa sejak
dulu telah mendapat suatu penghargaan tinggi dapat disimpulkan dari banyaknya
gambar alat musik dalam relief-relief dari zaman itu dan dari naskah-naskah kuno
yang tidak jarang bertuliskan nama alat musik.11
Industri musik atau lagu saat ini tengah mengalami perkembangan yang
sangat pesat. Karena didorong oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, karya lagu atau musik telah menjadi komoditi inidustri yang bernilai
tinggi, baik secara estetis maupun ekonomis. Teknologi elektronik, di samping
mampu meningkatkan nilai estetika karya lagu atau musik melalui alat-alat musik
elektrik, juga mempermudah orang dalam menikmati lagu dan music melalui
kaset dan CD (Compact Disk). Melalui perkembangan teknologi komunikasi dan
informasi, seperti radio, televisi, internet, dan lain-lain, karya lagu dan musik telah
menyebar luas melampaui batas ruang dan waktu12
Pengaturan perlindungan Ciptaan musik di Indonesia adalah sejak
berlakunya Auteurswet 1912 (stb. 1912 NO.600) 23 September 1912 pada masa
pemerintahan Hindia-Belanda. Setelah Indonesia merdeka dan Undang-Undang
Hak Cipta bersifat nasional dibentuk pertama kali tahun 1982, yang mengalami
perubahan beberapa kali. Ciptaan musik tetap tercantum sebagai ciptaan yang
dilindungi oleh hak cipta.13
Dalam Konvensi Bern (Bern Convention for the Protection of Literary and
Artistic Works), diresmikan pada 9 September 1886 di Bern, ibukota Switzerland
11
http://sejarahmu5ik.blogspot.com/2012/11/sejarah-musik.html, di akses pada tanggal 30 Mei 2015 Pukul 20.06
12 Otto Hasibuan, Op. Cit, Hal. 14. 13
dan telah direvisi dan disempurnakan beberapa kali, telah dimasukkan karya
musik sebagai salah satu ciptaan yang dilindungi. Sesudah itu, Negara-negara
didunia, baik yang menjadi anggota konvensi Bern maupun yang bukan anggota
memberikan perlindungan kepada hak pencipta karya musik.14
Musik dan lagu dapat diciptakan oleh siapa saja tanpa memandang asal,
golongan, umur atau apapun juga. Seperti yang kita ketahui Medan sebagai salah
satu kota seni juga banyak menghasilkan grup-grup band lokal dengan berbagai
jenis musik baik itu musik klasik, musik tradisional, musik popular seperti musik
jazz, blues, gospel, pop, rock dan lain sebagainya.
Band-band lokal di kota Medan muncul dari berbagai kalangan baik itu
pelajar, mahasiswa bahkan orang dewasa. Namun tidak semua dari mereka
mengetahui tentang hak cipta dan hak hak yang melekat didalamnya. Pengetahuan
yang sedikit tentang hak cipta inilah yang dapat merugikan pencipta dan
pemegang hak terkait khususnya band lokal kota Medan.
Dalam Perkembangannya terdapat suatu fenomena dalam industri musik di
Indonesia yakni plagiat ataupun penjiplakan yang dapat merugikan pencipta dan
memberikan keuntungan bagi orang yang melakukan penjiplakan tersebut.
Penjiplakan ini hanyalah salah satu dari fenomena pelanggaran yang terjadi di
bidang hak cipta untuk itulah terhadap hak cipta yang telah memenuhi syarat
peaturan perundang undangan perlu dilakukan pendaftaran hak cipta baik itu
terhadap lagu atau musik maupun hasil karya cipta lainnya.
14
Pendaftaran adalah kegiatan pemeriksaan dan pencatatan setiap HKI oleh
pejabat pendaftaran dalam buku daftar berdasarkan permohonan pemilik untuk
tujuan memperoleh kepastian status kepemilikan dan perlindungan hukum. Bukti
dari pendaftaran adalah diberikannya sertifikat HKI. Melalui proses pendaftaran
HKI akan mendapatkan pengakuan. Namun demikian, untuk hak cipta tidak
diharuskan melakukan pendaftaran karena hak cipta dapat diperoleh melalui
pengakuan hak. Ciptaan yang didaftarkan akan memperoleh kepastian hukum dan
perlindungan hukum, tetapi ciptaan yang tidak didaftarkan tetap dilindungi
asalkan pencipta dapat membuktikan bahwa dialah pencipta yang sebenarnya bila
ada pihak lain yang mengakui ciptaan tersebut.15
Suatu ciptaan tidak bisa didaftarkan apabila ciptaan-ciptaan itu tidak
original, diluar dari ilmu pengetahuan, seni dan sastra dan ciptaan yang masih
berupa ide, dan ciptaan yang sudah merupakan milik umum. Undang-Undang Hak
cipta adalah dasar atau payung hukum bagi pencipta dan pemegang hak terkait
dalam melindungi hasil ciptaannya.
B. PERMASALAHAN
1. Bagaimana bentuk pelanggaran terhadap hak cipta di bidang lagu
atau musik?
15
2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap hak ekonomi pencipta
lagu dan pemegang hak terkait menurut hukum hak cipta di
Indonesia?
3. Bagaimana bentuk upaya hukum yang dapat dilakukan oleh
pencipta lagu dan pemegang hak terkait terhadap pelanggaran hak
cipta?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pelanggaran terhadap hak
cipta di bidang lagu atau musik.
2. Untuk mengetahui sejauh mana pelindungan hukum terhadap
hak ekonomi pencipta lagu dan pemegang hak terkait menurut
hukum hak cipta di Indonesia.
3. Untuk mengetahui upaya hukum apa yang dapat dilakukan oleh
Pencipta lagu dan pemegang hak terkait terhadap pelanggaran
hasil karya cipta musik atau lagu buatan mereka.
D. MANFAAT PENULISAN
1. Manfaat teoritis, Penulis berharap skripsi ini dapat menjadi bahan
pemikiran untuk menambah pengetahuan hukum tentang hak cipta
serta khususnya tentang hak cipta lagu atau musik
2. Manfaat Praktis, Penulis berharap skripsi ini dapat menjadi sumber
perlindungan hak cipta terhadap hasil karya lagu atau musik serta
dapat menjadi sumber pengetahuan bagi pencipta musik atau lagu
untuk dapat memperoleh hak yang seharusnya diterima.
E. METODE PENELITIAN
Metode penelitian hukum adalah prosedur atau cara yang dilakukan
dalam melakukan penelitian hukum.16
Dalam penulisan skripsi ini metode penelitian yang digunakan adalah sebagai
berikut :
1. Jenis Penelitian
Ada dua jenis penelitian hukum yaitu penelitian hukum normatif dan penelitian
hukum empiris. Hal tersebut sesuai dengan yang di kemukakan Soerjono
Soekanto bahwa:
“Penelitian hukum itu berdasarkan tujuannya terdiri atas yang pertama, Penelitian
hukum normative, yang mencakup penelitian terhadap asas-asas hukum,
penelitian terhadap sistematika hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi
hukum, penelitian sejarah hukum, dan penelitian perbandingan hukum.Kedua,
Penelitian hukum sosiologis atau empiris, yang mencakup, penelitian terhadap
identifikasi hukum dan penelitian efektivitas hukum.”17
16
M. Syamsudin, Operasionalisasi Penelitian Hukum, Jakarta, PT. RajaGrafindo
Persada, 2007, hal. 22
Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan jenis
penelitian hukum normatif yaitu sebuah bentuk atau jenis penelitian yang
dilakukan secara tidak langsung terhadap objek yang diteliti dengan
mengandalkan data dan informasi tentang hukum, baik bahan hukum pimer,
bahan hukum sekunder maupun bahan hukum tersier.
Penulis juga melakukan penelitian hukum empiris yaitu penelitian yang
dilakukan secara langsung terhadap objek yang diteliti dengan mengandalkan data
khusus melalui pengumpulan fakta, gagasan atau pendapat dari sejumlah orang
atau masyarakat yang kemudian data ini dipergunakan untuk menguji kebenaran
dari suatu peraturan perundang-undangan, teori dan konsep melaui kenyataan di
dalam praktek.
2. Jenis data dan bahan hukum
Dalam penelitian hukum terdapat dua jenis data yang di perlukan.Jenis
data yang pertama adalah data primer dan data kedua yaitu data sekunder.18
Sepanjang yang hendak di teliti adalah perilaku hukum dari warga
masyarakat, maka warga masyarakat harus di teliti secara langsung, sehingga
yang di pergunakan adalah data primer atau data dasar. Dalam penelitian hukum,
di pergunakan pula data sekunder, dari sudut kekuatan mengikatnya di golongkan
dalam :
1. Bahan Hukum Primer :
a. Norma atau kaedah dasar
b. Peraturan dasar
18
c. Peraturan perundang-undangan
d. Traktat
2. Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelesan mengenai
bahan hukum primer, misalnya rancangan Undang-Undang, hasil
penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, dan seterusnya.
3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder,
misalnya kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif dan seterusnya.19 Pada skripsi ini menggunakan bahan hukum baik primer, sekunder
maupun bahan tersier. Bahan hukum primer yang di gunakan antara lain peraturan
perundang-undangan yang mengenai perlindungan Hak Kekayaan Intelektual dan
Hak Cipta misalnya Undang-Undang No 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dan
Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Bahan Hukum sekundernya meliputi
jurnal, makalah dan hasil penelitian dan karya dari kalangan hukum lainnya.
Bahan hukum tersier dari kamus serta ensiklopedia.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam suatu penelitian merupakan hal yang sangat penting
dalam penulisan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan
data sebagai berikut :
a. Dalam penelitian Hukum Normatif dilakukan dengan studi pustaka
terhadap bahan hukum primer, sekunder dan tersier, yaitu dapat
dilakukan dengan membaca, mendengar maupun penelurusan di
internet.
19
b. Dalam penelitian Hukum Empiris dapat di lakukan dengan 3 teknik
yaitu wawancara, kuesioner dan observasi.20
Penelitian dalam penulisan skripsi ini menggunakan penelitian Hukum
normative dengan cara melakukan studi kepustakaan serta penelitian hukum
empiris dengan menggunakan kuesioner dan observasi pada 30 anak band di kota
Medan.
4. Analisa
Analisa pendekatan penelitian ini menggunakan jenis pendekatan
kualitatif, yaitu pendekatan yang digunakan oleh peneliti dengan mendasarkan
pada data-data yang dinyatakan responden secara lisan atau tulisan, dan juga
perilakunya yang nyata, diteliti dan dipelajari sebagai suatu yang utuh21
Analisis data merupakan proses pengorganisasian dan pengurutan data
dalam pola, kategori dan uraian dasar, sehingga akan ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data22
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini dibuat secara teliti, sistematis, tegas dan jelas agar memberikan
kemudahan dalam membaca, memahami makna dan dapat pula memperoleh
manfaatnya serta dapat di jadikan bahan pemikiran dari yang membaca skripsi ini.
Keseluruhan penulisan skripsi ini merupakan satu kesatuan yang sangat
berhubungan antara satu dengan yang lainnya yang menjadi suatu bahan
pertimbangan keilmuan. Sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah :
20
Fajar Mukti dan Achmad Yulianto, Op.Cit, Hal. 168-170. 21 Soerjono Soekanto , Op.Cit, Hal. 52
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang
dipilihnya penulisan judul skripsi ini serta uraian permasalahan
yang akan diteliti berdasarkan latar belakang yang sudah penulis
uraikan dilanjutkan dengan tujuan penulisan, manfaat penulisan,
metode penulisan, sistematika penulisan serta keaslian penulisan
dari skripsi ini.
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
Pada bab II penulis membahas pengertian hak kekayaan intelektual
menurut hukum dan menurut peraturan perundang-undangan,
selanjutnya menjelaskan mengenai ruang lingkup hak kekayaan
intelektual dan sistem pendaftaran hak kekayaan intelektual
menurut peraturan perundang undangan.
BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA
Dalam bab ini penulis menjabarkan tentang pengertian hak cipta
dan filosofi hak cipta, pengaturan hak cipta di Indonesia dan hak
hak yang terkait dengan hak cipta. Pada bab ini penulis juga
membahas mengenai hak hak apa saja yang tercakup dalam hak
cipta, pembatasan hak cipta dan bagaimana pengaturan terhadap
BAB IV : TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN HAK CIPTA PADA HASIL KARYA LAGU ATAU MUSIK
Pada bab ini penulis membahas mengenai penelitian yang
dilakukan guna mendukung penulisan skripsi ini yaitu membahas
syarat musik dan lagu yang dapat dilindungi, bentuk-bentuk
pelanggaran dari karya cipta serta ganti rugi terhadap pelanggaran
tersebut dan perlindungan yang diberikan oleh hukum terhadap hak
ekonomi pencipta lagu serta pemegang hak terkait dan apa saja
upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pencipta dan pemegang
hak terkait apabila tejadi pelanggaran hak cipta menurut
Undang-Undang NO.28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
a. Bab V : Penutup
Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan
diperoleh berdasarkan uraian dan penjelasan secara keseluruhan
dari bab-bab terdahulu. Sedangkan saran-saran merupakan usul dari
penulis terhadap topik yang dibahas
G. Keaslian Penulisan
Skripsi yang berjudul Perlindungan Hak Cipta Terhadap Hasil Karya Lagu
atau Musik Menurut Undang-Undang NO. 28 Tahun 2014 (studi pada Beberapa
Band di Kota Medan), merupakan hasil karya dan ide penulis sendiri tanpa ada
plagiat atau meniru bahkan merekayasa penulisan skripsi yang pernah ada. Penulis
menyusun skripsi ini dengan referensi buku-buku ilmiah tentang hukum, baik
dari berbagai pihak. Dalam penulisan skrispsi ini dituangkan segala pemikiran dan
pendapat penulis dengan kelayakan dan menjamin skripsi ini belum ada yang
menulis sebelumnya.Serta sesuai surat bebas pustaka yang sudah di keluarkan
Fakultas Hukum Univesitas Sumatera Utara yang menunjukan bahwa tidak ada
judul skripsi yang sama dengan skripsi penulis.
Adapun judul yang mirip dengan penulisan skripsi ini ialah:
Nama Penulis : Widya Tresna Sinambela
Judul Skripsi : Perlindungan Hukum atas Hak Cipta Karya Musik dan Lagu
(Putusan Pengadilan Niaga No. 02/Hak Cipta/2005/PN.Niaga/Mdn)