• Tidak ada hasil yang ditemukan

prefs guidelines juni2017 rev1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "prefs guidelines juni2017 rev1"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

1.

PENDAHULUAN

Buku ini bertujuan untuk memberikan panduan di dalam proses penyiapan dokumen Prastudi Kelayakan untuk proyek-proyek yang akan dilaksanakan dengan skema Kerjasama antara Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) di Indonesia. Buku panduan ini telah mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 38/2015 tentang kemitraan antara pihak Pemerintah dan swasta di dalam penyediaan infrastruktur, serta sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Nomor 4 tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (“Permen No. 4 tahun 2015”). Selain itu, untuk memberikan nuansa yang lebih lengkap terhadap penjelasan akan isi prastudi kelayakan, buku ini juga telah mengacu kepada best practice internasional pada proyek-proyek kerjasama pemerintah dan swasta atau sering dikenal dengan nama Public Private Partnership (PPP) yang kemudian disesuaikan dengan kondisi yang ada di Indonesia.

Buku Panduan ini dirancang untuk dapat membantu lembaga-lembaga pemerintah dalam menyiapkan Prastudi Kelayakan untuk proyek-proyek yang akan dilaksanakan dengn kerangka KPBU. Buku Panduan ini memberikan panduan dalam proses pengumpulan data serta dalam melaksanakan studi awal (preliminary) untuk mengetahui kelayakan dari suatu proyek. Buku Panduan ini berisi uraian tentang penyiapan Laporan Prastudi Kelayakan dalam siklus proyek KPBU secara keseluruhan berdasarkan kerangka hukum yang berlaku di Indonesia pada Bab 2; dan menguraikan tentang proses dalam analisis kelayakan pada Bab 3. Laporan Prastudi Kelayakan dan batang tubuhnya diuraikan pada Bab 4. Dari Bab 5 sampai Bab 14 Buku Panduan memberikan penjelasan tentang isi dari setiap bab dalam Laporan Prastudi Kelayakan.

Beberapa komponen analisis pokok beserta penjelasannya diuraikan pada ke-sembilan Lampiran di bawah ini:

§ Lampiran A tentang beberapa istilah dan definisinya yang digunakan dalam Buku Panduan ini § Lampiran B memuat pedoman rinci tentang analisis biaya-manfaat social-ekonomi

§ Lampiran C memuat pedoman rinci tentang analisis keuangan

§ Lampiran D memberikan pedoman tentang bagaimana mengembangkan sebuah struktur KPBU § Lampiran E, berisi penjelasan tentang analisis Value for Money

§ Lampiran F, berisi suatu ceklis tentang isi dari laporan Prastudi Kelayakan

§ Lampiran G, menjelaskan tentang kerangka kerja penilaian aspek lingkungan dan sosial yang berlaku di PT PII

§ Lampiran H, menjelaskan tentang kerangka kerja perolehan hak atas tanah yang berlaku di PT PII § Lampiran I, memberikan beberapa referensi yang berguna untuk mengembangkan Prastudi

Kelayakan untuk proyek-proyek KPBU pada beberapa perundang-undangan.

(3)

2.

PRASTUDI KELAYAKAN & SIKLUS PEMBANGUNAN

PROYEK KPBU

Pejabat Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah (“PJPK”) bertanggungjawab dalam menyiapkan Prastudi Kelayakan1, menganalisis kelayakan proyek dari segi hukum, teknis, ekonomi, keuangan, manajemen risiko,

aspek lingkungan dan sosial. Penyiapan Prastudi Kelayakan hanyalah salah satu dari kegiatan-kegiatan dalam tahap penyiapan proyek sebelum proyek tersebut betul-betul siap untuk dilaksanakan. Siklus pembangunan proyek KPBU di Indonesia adalah sebagaimana diuraikan dalam Gambar 2.1. di bawah ini.

Gambar 2.1 : Siklus Proyek KPBU di Indonesia

(4)

Menurut Peraturan Menteri Bappenas No. 4 Tahun 2015, Prastudi Kelayakan terdiri dari kajian awal dan kajian akhir Prastudi Kelayakan. Kajian awal Prastudi Kelayakan bertujuan untuk menyusun skema KPBU terbaik berdasarkan opsi yang ada dari berbagai aspek, antara lain aspek teknis, ekonomi, keuangan, dan kesesuaian dengan hukum. Pada kajian awal tersebut dilakukan pula identifikasi kebutuhan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah dan rumusan permasalahan beserta usulan pemecahannya. Kajian akhir Prastudi Kelayakan merupakan kajian awal yang sudah memperoleh persetujuan dari para pemangku kepentingan, data kajian sudah disesuaikan dengan kondisi terkini, kelayakan dan kesiapan KPBU telah disempurnakan, dan berbagai permasalahan telah ditindaklanjuti.

Prastudi Kelayakan penting bagi PJPK untuk dapat memahami secara penuh karakteristik dari proyek yang diusulkan serta untuk mengevaluasi kelayakannya secara teknis, keuangan, sosial dan lingkungan. Prastudi Kelayakan juga akan mengukur apakah proyek dimaksud sudah menjadi opsi terbaik dalam mengatasi kebutuhan yang ada serta apakah akan memberikan manfaat sosial dan ekonomis yang berkelanjutan bagi publik. Suatu Prastudi Kelayakan yang disiapkan dengan baik diharapkan akan mampu memberikan perkiraan yang dapat diandalkan tentang dukungan apa saja yang diperlukan dari Pemerintah serta dapat mengidentifikasi penjaminan apa saja yang diperlukan agar proyek menjadi layak. Kesimpulan yang diperoleh dari Prastudi Kelayakan adalah penting bagi PJPK untuk dapat membuat keputusan tepat tentang suatu usulan proyek, untuk dapat melakukan negosiasi serta menandatangani suatu kontrak KPBU yang didasarkan atas pemahaman yang menyeluruh atas potensi risiko pada suatu proyek.

Penyiapan Prastudi Kelayakan sangat penting untuk memastikan agar para pemangku kepentingan proyek dapat membuat keputusan yang tepat terkait proyek.

§ Kementerian Keuangan selanjutnya akan menggunakan informasi yang disediakan dalam Prastudi Kelayakan untuk menilai apakah proyek yang diusulkan tersebut layak untuk diberikan dana dukungan kelayakan (‘viability gap funding’), dukungan keuangannya dalam bentuk Viability Gap Funding serta untuk menentukan nilai serta metode pencairan dari semua dukungan ini.

§ Badan-badan pembiayaan lainnya termasuk PT PII, PT SMI, dan PT IIF selanjutnya akan mengevaluasi segala informasi yang terdapat dalam Prastudi Kelayakan untuk menentukan apakah proyek dimaksud layak untuk diberikan penjaminan serta ‘credit enhancements’ (peningkatan kelayakan) lainnya yang mungkin dibutuhkan oleh PJPK.

(5)

3.

PRASTUDI KELAYAKAN

Prastudi Kelayakan yang dipersyaratkan oleh hukum dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia merupakan hasil analisis kelayakan yang menyeluruh. Prastudi Kelayakan harus menganalisis fitur-fitur pokok dari proyek yang akan dikerjakan dan bertujuan untuk membuat kesimpulan antara lain tentang:

§ Sumber pembiayaan KPBU

§ Kerangka kerja kontrak, hukum dan kelembagaan

§ Usulan tentang Dukungan Pemerintah dan Penjaminan Pemerintah yang diperlukan

§ Usulan tentang identifikasi risiko serta rekomendasi mitigasinya, pengalokasian risikonya, dan § Rencana tingkat pengembalian investasi bagi Badan Usaha Pelaksan.

Dalam pengertian tersebut, maka Prastudi Kelayakan adalah hasil keluaran dari analisis kelayakan yang menyeluruh, bukan sekedar pra-kelayakan. Tujuan dari studi kelayakan adalah untuk menelaah secara detil apakah suatu proyek merupakan suatu investasi yang layak dan dapat dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Studi kelayakan akan mengidentifikasi semua karakteristik teknis, lingkungan, sosial, hukum, keuangan, ekonomi dan risiko yang terkait dengan proyek serta menyiapkan jadwal waktu pelaksanaan proyek. Studi kelayakan juga akan menetapkan bentuk struktur KPBU di dalam pelaksanaan proyek.

Ada empat hal yang harus dilakukan untuk mencapai hal tersebut:

§ Menyiapkan pelaksanaan studi dengan cara menyusun tim dan merencanakan dokumen-dokumen sebagai panduan dalam mempersiapkan berbagai analisis yang diperlukan. Tim dimaksud mencakup para penasihat eksternal dengan keahlian di bidang teknis, hukum, ekonomi, keuangan dan KPBU.

§ Menentukan apakah proyek dimaksud layak secara teknis, hukum, lingkungan dan ekonomi dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat serta apakah proyek tersebut membawa manfaat dan dapat direalisasikan. Penentuan kelayakan suatu proyek merupakan hal yang berbeda dengan penentuan kelayakan suatu proyek sebagai suatu proyek KPBU, di mana hal ini akan dinilai pada bagian penyusunan struktur proyek KPBU. Panduan tentang penilaian kelayakan disajikan pada Laporan Prastudi Kelayakan pada Bagian 4.

§ Menyusun struktur proyek KPBU melalui penentuan output yang jelas dan alokasi fungsi-fungsi dan risiko-risiko proyek sehingga memenuhi prinsip value for money. Panduan tentang tata cara membangun struktur KPBU diuraikan pada Lampiran D.

§ Melakukan evaluasi usulan KPBU untuk mengidentifikasi dukungan atau penjaminan yang harus diberikan oleh Pemerintah agar proyek menarik di mata investor serta untuk memastikan bahwa proyek tersebut memenuhi prinsip value for money, dapat dipasarkan dan dapat dipertanggungjawabkan secara fiskal. Dalam hal ini PJPK harus menilai apakah layak apabila proyek dilaksanakan menggunakan skema KPBU dan jika ya, apakah dukungan dan penjaminan dari Pemerintah dapat diperoleh secara berkelanjutan. Panduan tentang analisis value for money diuraikan pada Lampiran E.

Tahapan di atas saling berkaitan. Informasi yang dikumpulkan mengalir dari satu tahapan ke tahapan berikutnya. Misalnya, informasi yang digunakan untuk menetapkan kelayakan proyek—seperti analisis dampak lingkungan dan analisis biaya-manfaat ekonomi—juga akan digunakan untuk menyusun struktur dan mengevaluasi skema KPBU yang diusulkan. Penyusunan struktur dan evaluasi skema KPBU sering kali harus dilakukan secara berulang. PJPK dapat mengulang tahapan-tahapan berulang kali untuk menyempurnakan struktur skema KPBU berdasarkan evaluasi yang dibuatnya.

(6)

4.

LAPORAN PRASTUDI KELAYAKAN

Tujuan dari Prastudi Kelayakan adalah untuk:1

§ Menetapkan target serta habatan dalam pelaksanaan proyek-proyek KPBU § Memastikan kepatuhan terhadap ketentuan hukum dan perundang-undangan. § Menelaah peran dan tanggung jawab dari masing-masing pemangku kepentingan.

§ Mempelajari pilihan-pilihan teknis serta ketersediaan teknologi serta barang/jasa yang diperlukan § Menetapkan pilihan bentuk skema kerjasama terbaik

§ Menelaah manfaat ekonomi dan sosial yang ditimbulkan proyek.

§ Menyusun rencana komersial (commercial plan) yang mencakup studi permintaan, industri (pasar), penerimaan dan keuangan

§ Mengidentifikasi risiko-risiko serta upaya mitigasi yang diperlukan. § Mengidentifikasi dampak terhadap lingkungan dan sosial.

§ Menetapkan syarat-syarat dari proyek KPBU, termasuk basis hukum yang diperlukan dalam kaitannya dengan perolehan hak atas tanah serta pemukiman kembali.

§ Mengidentifikasi kebutuhan akan dukungan dan/atau penjaminan dari Pemerintah; dan § Menetapkan hal-hal apa saja yang menjadi permasalahan serta hambatan utama, usulan-usulan

untuk penanganan permasalahan tersebut.

Laporan Prastudi Kelayakan berisi simpulan hasil-hasil dari analisis kelayakan proyek. Laporan dimaksud menyajikan semua informasi yang diperlukan instansi-instansi Pemerintah yang bersangkutan dalam membuat keputusan apabila mereka harus menyediakan dukungan dan penjaminan bagi proyek. Oleh karena itu maka laporan tersebut harus dapat memberikan informasi yang cukup untuk memberi justifikasi bahwa proyek tersebut betul-betul investasi yang layak dan bahwa skema KPBU yang dipilih akan mampu melahirkan ‘value for money’ bagi masyarakat.

Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, Laporan Prastudi Kelayakan harus mencakup ke-duabelas (12) section sebagaimana diuraikan di bawah ini:

§ Bab 1: Laporan Manajemen (Executive Summary) yang memuat uraian ringkas dan jelas tentang penilaian atas kelayakn proyek. Uraian tersebut mencakup semua simpulan utama yang terkait dengan kelayakan teknis, ekonomis serta keuangan dari proyek termasuk struktur KPBU yang diusulkan serta dukungan yang mungkin diperlukan dari Pemerintah dalam rangka membuat proyek menjadi layak.

§ Bab 2: Pendahuluan, yang berisi uraian informasi latar belakang serta fitur utama dari proyek. Bab ini juga memuat penjelasan tentang isi dan struktur dari Laporan Prastudi Kelayakan. § Bab 3: Analisis Kebutuhan, yang berisi penjelasan tentang mengapa proyek ini diperlukan,

dengan memberikan uraian tentang pokok permasalahan serta justifikasi bahwa proyek ini merupakan opsi terbaik untuk mengatasai permasalahan dimaksud.

§ Bab 4: Studi Teknis, yang menjelaskan bahwa proyek ini layak dari segi teknis.

§ Bab 5: Analisis Ekonomi, memberikan uraian tentang analisis biaya dan manfaat social-ekonomi untuk menegaskan bahwa proyek dimaksud layak secara ekonomi.

§ Bab 6: Analisis Keuangan, memberikan uraian tentang perkiraan kinerja keuangan dari proyek di sepanjang siklus hidupnya. Bab ini harus membuktikan bahwa proyek akan dapat memberikan tingkat keuntungan investiasi yang diharapkan oleh para investor.

§ Bab 7: Studi Lingkungan dan Sosial, memberikan analisis tentang potensi dampak sosial dan lingkungan dari proyek ini serta langkah-langkah dan biaya-biaya yang diperlukan untuk memitigasi dampak dimaksud.

§ Bab 8: Studi hukum dan kelembagaan, memberikan uaraian analisis tentang semua aspek hukum dari proyek KPBU serta uraian tentang lembaga-lembaga yang terlibat dalam proyek,

(7)

peran yang mereka jalankan serta kapasitasnya masing-masing dalam memenuhi tanggung jawabnya dalam proyek.

§ Bab 10: Bentuk dari KPBU, berisi uraian tentang struktur dari proyek KPBU yang diusulkan disertain justifikasi bahwa format tersebutlah sebagai opsi terbaik.

§ Bab 11: Dukungan Pemerintah, memberikan uraian tentang dukungan yang diperlukan dari Pemerintah Indonesia, baik pusat maupun daerah, agar proyek menjadi layak untuk dilaksanakan.

§ Bab 12: Rencana Pelaksanaan Proyek, berisi uraian tentang rencana PJPK untuk mendapatkan investor swasta dan melaksanakan proyek.

§ Kesimpulan, berisi kesimpulan dari hasil analisis terkait dengan kelayakan proyek.

Di sisa bagian dari dokumen ini, kami akan menjelaskan tentang bagaimana mengembangkan Bab-Bab dari 3 sampai 11. Tabel 4.1 di bawah ini menguraikan tentang isi dari sebuah Laporan Prastudi Kelayakan dan di bagian mana analisis yang terkait dengan konten dimaksud diberikan dalam Buku Panduan ini.

Tabel 4.1 : Isi dari Laporan Prastudi Kelayakan

Isi Bab pada Buku Panduan ini

1 Laporan Manajemen / Executive Summary N/A

2 Pendahuluan N/A

3 Kebutuhan Proyek Bab 5

4 Analisis Teknis Bab 6

5 Analisis Ekonomi Bab 7

6 Analisis Keuangan Bab 8

7 Studi Lingkungan dan Sosial Bab 9

8 Analisis Hukum dan Kelembagaan Bab 10

9 Bentuk Kerjasama Bab 11

10 Analisis Risiko Bab 12

11 Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan dari Pemerintah Bab 13

(8)

5.

KEBUTUHAN PROYEK

Asesmen tentang kebutuhan proyek adalah langkah pertama yang penting dalam menilai kelayakan dari suatu proyek KPBU. Analisis ini akan mengidentifikasi ada tidaknya permasalahan yang harus diatasi, memberikan justifikasi bahwa proyek ini adalah opsi terbaik untuk mengatasi permasalahan dimaksud, dan akhirnya untuk memperkirakan permintaan atas barang atau jasa yang dihasilkan proyek.

5.1 Identifikasi Permasalahan

Permasalahan harus dapat diuraikan secara jelas. Prastudi Kelayakan harus dapat menginvestigasi kadar dan kualitas dari jasa-jasa layanan yang ada serta mengidentifikasi segara permasalahan dan kekurangannya. Pada umumnya permasalahan menyangkut keterjangkauan harga jasa layanan, ketersediaan, kualitas atau gabungan dari semua faktor dimaksud. Untuk mengidentifikasi permasalahan dimaksud, maka beberapa pertanyaan berikut ini harus sudah dapat dijawab pada tahapan Prastudi Kelayakan ini:

§ Keterjangkauan Harga/Affordability: Apakah harga dari jasa layanan yang ada saat ini jauh di atas tingkat yang bisa dikeluarkan oleh user? Apakah ada dampak distribusi? Harus dikurangi sampai tingkat berapakah harga jasa layanan tersebut agar permasalahan dapat teratasi (singkatnya, seperti apakah elastisitas harga-nya)?

§ Ketersediaan/Availability: Apakah jasa layanan yang ada saat ini terbebankan dari sisi volume? Apakah dibangunnya jasa layanan yang baru akan menimbulkan kenaikan supply atau pengalihan supply dari satu sumber ke sumber lainnya? Apakah yang menjadi hambatan untuk menggunakan opsi-opsi yang ada? Apakah ada hambatan sosial?

§ Kualitas/Quality: Apakah kualitas dari jasa layanan yang ada saat ini telah mampu memenuhi harapan pelanggan? Apakah yang menjadi penyebab rendahnya kualitas jasa layanan? Apakah user akan bersedia untuk membayar harga yang lebih tinggi?

Prastudi Kelayakan juga harus mempertimbangkan tingkat layanan sebagaimana ditetapkan dalam perundang-undangan pusat maupun daerah. Jika memungkinkan maka permasalahannya harus dikuantifikasi. Kuantifikasi harus mempertimbangkan jumlah dan prosentase dari masyarakat yang akan terdampak serta derajat dari dampak tersebut agar diperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dampak proyek. Semua pernyataan permasalahan (problem statement) harus didukung oleh bukti-bukti yang telah diuji kualitasnya. Uji kualitas dapat mencakup hal-hal sebagai berikut:

§ Menguji relevansi dari bukti (apakah berada pada lokasi yang benar?) § Menguji kepatutan dari bukti (apakah kondisi yang menaungi masih sama?)

§ Mengidentifikasi batasan-batasan metodologi keilmuan serta pendekatan pengambilan sampel. § Mempertimbangkan ketidakpastian yang terkait dengan teknik pengukuran yang digunakan. Prastudi Kelayakan harus dapat mengidentifikasi dengan jelas siapa saja yang terdampak oleh permasalahan, atau siapa yang akan memperoleh manfaat apabila permasalahan bisa diatasi. Hal ini penting dalam rangka mengidentifikasi para pengguna yang disasar untuk menetapkan cakupan/scope proyek pada tahapan berikutnya.

5.2 Analisis Opsi-Opsi

Prastudi Kelayakan harus mampu menjustifikasi bahwa Proyek adalah opsi terbaik untuk dapat mengatasi permasalahan yang ada, dibandingkan dengan opsi alternatif lainnya.

Tahap pertama dalam analisis opsi-opsi adalah mengidentifikasi opsi-opsi alternatif. Opsi-opsi alternatif tersebut harus bersifat realistis dan tidak terlalu ekstrem sehingga akan serta merta ditolak. Misalnya, opsi-opsi berikut ini dapat dibandingkan dengan opsi yang diusulkan :

§ Sebuah skenario biarkan apa adanya (a do-nothing scenario) – apakah yang akan terjadi apabila semuanya dibiarkan berjalan apa adanya sebagaimana biasa?

(9)

§ Solusi teknis alternatif – apakah ada solusi lain-lain yang lebih terbuktikan (established) atau lebih murah?

§ Lokasi alternatif – apakah ada lokasi lain-lain yang lebih efektif biaya atau lebih tidak berisiko?

Asesmen pada tingkat yang lebih luas (makro) dari masing-masing opsi harus dilakukan untuk dapat menjustifikasi bahwa proyek yang diusulkan ini betul-betul alternatif yang layak. Hal-hal berikut ini harus dipertimbangkan:

§ Apakah opsi tersebut menuju pada pencapaian tujuan proyek dan mampu memberikan manfaat sesuai perkiraan?

§ Apakah ada manfaat lain-lain yang bersifat non-esensi yang nantinya dihasilkan dari solusi ini. § Apakah ketrampilan dan kapasitas yang diperlukan bagi para pelaksana/ delivery agent § Apakah ada dampak negatif lain-lain dari opsi dimaksud?

§ Seberapa besarkan biaya keuangan dari opsi dimaksud?

Langkah terakhir adalah membandingkan opsi-opsi lalu menetapkan opsi terbaik berdasarkan bukti-bukti yang masuk akal. Jika suatu alternatif proyek telah ditolak, maka Prastudi Kelayakan harus dapat memberikan alasan yang mendasari keputusan penolakan tersebut, serta derajat kepastian yang melingkupi variabel yang pada akhirnya mengarah kepada keputusan penolakan.

5.3 Analisis Permintaan

Analisis permintaan (demand analysis) adalah unsur yang sangat penting dalam uji kelayakan ekonomi dan keuangan. Analisis ini mengidentifikasi kebutuhan suatu investasi di bidang infrastruktur serta menetapkan cakupan/scope (penetapan scope dan ukuran hasil) dari proyek. Permintaan untuk proyek yang diusulkan mencakup permintaan saat ini dan permintaan masa yang akan datang.

Permintaan saat ini didasarkan kepada data statistik yang tersedia di perusahaan penyedia jasa layanan, pada regulator, kementerian, biro pusat statistik atau pemerintah pusat.

Permintaan masa depan didasarkan pada model perkiraan permintaan dengan mempertimbangkan perkiraan ekonomi makro dan sosial ekonomi, alternatif sumber persediaan, kelenturan permintaan dalam kaitannya dengan faktor-faktor yang relevan serta beberapa hal lainnya. Permintaan masa depan juga bisa berasal dari para pengguna yang ada saat ini atau pengguna baru yang dipicu oleh adanya kegiatan-kegiatan baru yang diijinkan oleh proyek.

Ada beberapa metode untuk memperkirakan permintaan. Trend permintaan historis dapat memberikan indikasi yang baik tentang bagaimana pasar akan bereaksi terhadap perubahan-perubahan harga. Jika data dimaksud tidak tersedia, misalnya pada pasar-pasar di mana jasa layanan baru saja akan dibangun, maka dapat juga digunakan kurva permintaan produk substitusi atau sejenisnya. Sebagai alternatifnya, diadakannya suatu produk sejenis di lokasi yang sejenis akan memberikan data permintaan yang cukup meyakinkan. Cara pendekatan umum yang digunakan untuk memperkirakan permintaan adalah melakukan survei kesediaan membayar (willingness to pay).

Kelebihan dan kekurangan dari setiap cara pendekatan dijelaskan pada Tabel 5.1. Gabungan beberapa cara pendekatan dapat dan seharusnya digunakan manakala memungkinkan untuk meningkatkan pemahaman tentang jangkauan dari hasil yang dimungkinkan.

Tabel 5.1 : beberapa cara pendekatan dalam memperkirakan permintaan

Pendekatan Aplikasi Terbaik Kelebihan Kekurangan

Data historis produk substitusi yang ada

(10)

serupa baik/lebih buruk dari produk yang ada. Proyek yang sama

di lokasi yang berbeda

Jika tujuan proyek adalah untuk mengadakan suatu produk yang tidak memiliki substitusi.

mampu menangkap kemungkinan respons pasar terhadap produk baru.

Perilaku dan/atau layanan bisa jadi berbeda di lokasi yang disasar.

Data hasil survey (kesediaan untuk membayar)

Bila tidak ada

produk/proyek lain yang bisa dibandingkan.

Mampu mengungkap suatu kurva permintaan.

§ Disain survey bisa jadi memppengaruhi respons § Responden bisa jadi belum pernah mengenal proyek/produk, sehingga tidak diketahui kesediaan mereka untuk membayar.

Perkiraan permintaan harus dibuat untuk jangka pendek, menengah dan panjang (10, 15, 20+ tahun) serta harus mencakup sejumlah skenario dan sensitivitas. Suatu perkiraan (forecast) harus mencakup satu skenario yang paling mungkin dan sejumlah skenario alternatif lain, termasuk skenario kasus terburuk. Skenario-skenario dimaksud juga harus mempertimbangkan faktor-faktor sosial dan politik, seperti penolakan untuk membayar ongkos, kemampuan membayar customer serta kesediaan untuk membayar. Menyadari perlunya dan pentingnya melakukan perkiraan termasuk segala kelemahannya, perkiraan permintaan harus dibuat dalam tiga skenario: (i) rendah/low, (ii) tinggi/high, dan (iii) yang paling mungkin terjadi/most likely.

Prastudi Kelayakan harus mencakup suatu laporan survey pasar atau permintaan yang dibuat pada saat persiapan. Informasi tentang metode survey yang digunakan juga harus dimasukkan.

(11)

6.

ANALISIS TEKNIS

Analisis teknis akan menghasilkan informasi tentang karakteristik teknis dari proyek, kapasitas (size) proyek, desain awal dari aset/fasilitas yang diusulkan lengkap dengan modal dan biaya tahunan proyek.

Bab ini mencakup informasi tentang komponen-komponen serta kapasitas awalnya serta estimasi biaya investasi. Pada tahapan ini desain teknis belum akan menjadi spesifikasi final. Tujuannya adalah untuk mengetahui kelayakan teknis dan menetapkan persyaratan teknis minimum untuk nantinya dimasukkan ke dalam ‘Request for Proposal’ untuk mendapatkan investor, serta menetapkan suatu design benchmark yang menjadi dasar penetapan biaya proyek untuk kemudian digunakan dalam analisis ekonomi dan keuangan. Bab ini berisi uraian teknis dan rencana pelaksanaan proyek yang mencakup semua komponen teknis dan non-teknis dari proyek. Secara khusus, bagian ini mencakup:

§ Lokasi Proyek:

– Uraian tentang lokasi tapak

– Data geografi, hidrologi, struktur dan drainase – Logika untuk pemilihan lokasi tapak proyek

– Ketersediaan input untuk memenuhi kebutuhan proyek; dan

– Luas lahan yang diperlukan serta status kepemilikan lahan proyek saat ini

§ Desain Awal, Layout Awal: berisi uraian tentang desain teknis atau layout dari proyek (yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik dari masing-masing sektor). Juga mencakup technical ground survey untuk menetapkan perkiraan belanja modal. Hal ini harus mempertimbangkan alternatif desain, termasuk ketidakpastian dalam proyeksi permintaan serta berbagai ketidakpastian lain yang terkait dengan lokasi tapak.

§ Teknologi: berisi uraian tentang teknologi yang dipilih, termasuk metode konstruksi, logika penggunaan teknologi dimaksud, serta potensi tantangannya. Prastudi Kelayakan harus memuat justifikasi bahwa teknologi tersebut aman dan telah terbukti efisien.

§ Kinerja Standar: Standar hasil output serta fasilitas yang akan menjadi dasar bagi penetapan persyaratan teknis minimum untuk dicantumkan dalam ‘‘Request for Proposal’.

§ Input yang diperlukan dan standar dari input

§ Biaya Proyek: Belanja modal dan biaya operasional proyek § Opsi-opsi operasional dan manajemen proyek

§ Rencana Pelaksanaan Proyek: Jadwal waktu dan saling keterkaitan dari semua komponen utama proyek

Bab ini harus dapat menyajikan bukti yang wajar yang menunjukkan bahwa proyek dimaksud layak secara teknis, karena:

§ Teknologi sudah terbuktikan dan digunakan pada proyek-proyek lainnya yang serupa

§ Volume dan kualitas dari bahan dasar (raw material) sudah mencukupi untuk operasional proyek § Desain yang digunakan adalah opsi yang paling optimal, dan efektif dari segi biaya

§ Teknologi yang diusulkan untuk pembangunan sudah layak

§ Supplier teknologi yang ada lebih dari satu untuk mendorong adanya kompetisi § Jadwal pelaksanaan proyek yang realistis

(12)

7.

ANALISIS EKONOMI

Analisis Biaya-Manfaat atau Cost-Benefit Analysis (CBA) adalah salah satu metodologi/analisis di dalam ilmu ekonomi yang sering dipakai oleh pengambil keputusan dengan cara memperkirakan manfaat dan biaya proyek dari sudut pandang masyarakat. Ada beberapa analisis ekonomi yang biasa dilakukan pada suatu proyek, antara lain seperti: cost analysis, fiscal impact analysis, cost-effectiveness analysis, economic impact assessment, dan lain-lain. Akan tapi yang paling sering digunakan untuk mengkaji proyek adalah analisis biaya-manfaat.

Tujuan dari analisis biaya-manfaat ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat kasus ekonomi dalam keputusan investasi proyek ini dengan cara melakukan asesmen biaya dan manfaat untuk selanjutnya diketahui manfaat ekonomi netto dari proyek ini. Proyek akan dianggap layak secara ekonomi jika proyek tersebut dibutuhkan dan mampu memberikan manfaat yang lebih baik atau serupa dengan biaya yang lebih murah dari opsi-opsi lain yang menjadi alternatif.

7.1 Menetapkan fakta-fakta counterfactual atau opsi-opsi alternatif lain

Sub-bab ini berisi uraian tentang counterfactual—atau apa yang akan terjadi seandainya tidak ada Proyek. Counterfactual memberikan dasar dalam pelaksanaan analisis biaya-manfaat ekonomi, dan dengan demikian harus selalu dipertimbangkan dengan hati-hati.

Dalam beberapa kasus, counterfactual, atau juga dikenal dengan sebutan skenario “Jika Tanpa Proyek”, relatif cukup sederhana penjelasannya. Misalnya, untuk suatu rencana proyek pembangunan fasilitas yang memproduksi biogas dari air limbah untuk memasok suatu pabrik (penghasil starch) dengan energi panas dan listrik, jika tidak ada (counterfactual) proyek ini, maka air limbah akan terus dioleh di kolam-kolam terbuka, dan listrik untuk pabrik akan terus dipasok melalui jaringan yang sudah ada.

Pada beberapa kasus lainnya, seperti misalnya proyek desalinasi, bisa jadi terdapat lebih dari satu skenario “Jika Tidak Ada Proyek”. Dalam hal ini, jika tidak ada fasilitas desalinasi, ada dua skenario yang akan terjadi. Pada skenario yang ekstrim, tidak ada yang dapat dilakukan, dan air akan dipompa terus menerus yang tidak sustain. Oleh karena itu diperlukan suatu regulasi yang lebih ketat yang melibatkan Pemerintah dalam memberlakukan aturan penggunaan air.

7.2 Menganalisis biaya dan manfaat dari opsi-opsi

Pertama, bagian ini mengidentifikasi semua biaya dan manfaat yang akan dihasilkan proyek untuk publik. Secara umum, biaya dan manfaat dapat dibagi ke dalam beberapa kategori sebagai berikut:

§ Biaya Langsung—mencakup belanja modal dimuka serta biaya-biaya operasional dan pemeliharaan proyek. Semua proyek-proyek infrastruktur akan menimbulkan biaya-biaya langsung. Namun demikian, karena ini adalah analisis ekonomi, kita masih belum memasukkan unsur pajak.

§ Biaya Tidak Langsung—biasanya berupa biaya-biaya yang terkait dengan dampak negatif dari proyek dan sering kali sulit untuk mengkuantifikasi nilainya dalam bentuk monetary value. Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu metode untuk menghitung biaya tidak langsung tersebut. Contohnya adalah biaya adalah biaya untuk memindahkan aset serta kerusakan pada tata lahan di mana proyek berada dan beroperasi.

§ Manfaat Langsung—ini adalah manfaat yang dirasakan oleh para pengguna (penerima manfaat) proyek. Misalnya untuk proyek pembangunan jalur kereta api misalnya, manfaat langsungnya adalah mempersingkat waktu perjalanan serta biaya pengoperasian kendaraan, meningkatkan keandalan dan kenyamanan dalam perjalanan.

§ Manfaat Tak Langsung—manfaat sampingan yang bersifat positif yang ditimbulkan proyek, dan bisa juga dianggap sebagai “biaya-biaya yang bisa dihindarkan” akibat adanya proyek. Ini juga termasuk manfaat bagi lingkungan hidup.

(13)

Kedua, Penanggungjawab Proyek Kerjasama (PJPK) harus mempresentasikan hasil analisis biaya dan manfaat untuk mengetahui apakah proyek dimaksud betul-betul layak secara ekonomi. Teknik-teknik analisis biaya dan manfaat diuraikan pada Lampiran B.

Keluaran akhir/final output dari asesmen kelayakan ekonomi mencakup Net Present Value (NPV) dan Economic Internal Rate Of Return (EIRR) dari biaya dan manfaat ekonomi dari proyek.

§ NPV mencerminkan nilai kini dari biaya dan manfaat yang terjadi selama siklus hidup proyek § EIRR mencerminkan tingkat hasil laba berdasarkan mana nilai kini dari biaya dan manfaat

ekonomi dari proyek adalah sama.

EIRR harus dibandingkan dengan social discount rate. Pedoman tentang penentuan tingkat social discount rate diuraikan pada Lampiran B. Proyek-proyek yang diketahui memiliki EIRR yang positif dan lebih tinggi dari social discount rate dianggap layak secara ekonomi. Suatu proyek dengan hasil ekonomi negatif dapat dianggap menggunakan terlalu banyak sumberdaya sosial untuk mendapatkan manfaat yang terlalu kecil bagi masyarakat. Dari ini kemudian menuju analisis yang lebih rinci tentang kelayakannya sebagai suatu proyek KPBU.

7.3 Memperoleh penegasan apakah suatu proyek merupakan opsi yang paling tepat secara ekonomi

(14)

8.

ANALISIS KEUANGAN

Bab tentang analisis keuangan ini berisi uraian tentang analisis kuantitatif atas kelayakan keuangan dari suatu proyek. Analisis juga akan menunjukkan apakah proyek membutuhkan dukungan keuangan dan/atau jaminan dari Pemerintah.

Analisis keuangan paling tidak diharapkan memuat hal-hal sebagai berikut:

1. Kajian kelayakan proyek secara keuangan, dengan memberikan gambaran secara jelas terhadap kinerja keuangan dari sudut pandang penerimaan dan pengeluaran keuangan proyek, termasuk risiko yang akan dihadapi selama siklus proyek;

2. Kajian kebutuhan terhadap dukungan pemerintah (pusat maupun pemerintah daerah), apabila di kajian awal dinyatakan bahwa proyek ini tidak layak dengan hanya mengandalkan pendanaan dari Badan Usaha dan potensi pemasukan dari pelanggan atau pengguna (user charge) fasilitas infrastruktur yang akan dibangun. Termasuk juga yang dikaji adalah kerangka waktu yang dibutuhkan terhadap dukungan Pemerintah yang diperlukan agar proyek menjadi layak.

3. Gambaran yang jelas terkait sumber pendanaan proyek termasuk persyaratan yang harus dipenuhi oleh Badan Usaha terhadap pengembalian pendanaan, bila pendanaan tersebut didapat dari sektor perbankan atau swasta lainnya.

Komponen utama dari analisis keuangan diuraikan pada Gambar 8.1 di bawah ini. Gambar 8.1: Analisis Keuangan / Financial Analysis

Analisis keuangan akan menggunakan informasi yang diperoleh dari hasil analisis permintaan, kelayakan teknis dan estimasi biaya dengan mempertimbangkan opsi KPBU yang dipilih. Analisis keuangan menggunakan data-data biaya dan penerimaan yang terfokus kepada asesmen proyek dari sudut pandang investasi. Analisis ini akan menggunakan metode standar untuk proyek-proyek yang biasa dilakukan pada sektor swasta. Analisis ini menggunakan biaya utang atau ’debt service’, belanja modal komersial tertimbang, tingkat pengembalian ekuitas (return on equity) dan dinyatakan berdasarkan nilai kini (yang sudah mempertimbangkan oleh faktor-faktor eksternal proyek, seperti inflasi yang akan menimbulkan eskalasi biaya proyek).

Untuk menilai suatu proyek dari sudut keuangan, maka perlu untuk mengembangkan suatu proyeksi keuangan di masa datang dalam bentuk financial model. Pedoman tentang model keuangan diuraikan pada Lampiran C.

Masukan untuk analisis keuangan yang terinci diharapkan mencakup hal-hal sebagai berikut:

§ Biaya Project Life Cycle untuk proyek beserta kerangka waktunya. Ini mencakup perkiraan belanja modal (Capital Expenditures) dan biaya operasi serta pemeliharaan (O&M costs).

Belanja Modal secara khusus dikaitkan dengan pengadaan jasa layanan baru, termasuk namun tidak terbatas kepada biaya disain, pengadaan tanah dan pengembangan lahan, bahan baku, konstruksi serta mesin dan peralatan (termasuk infrastruktur IT). Juga harus mempertimbangkan biaya-biaya tenaga kerja proyek, manajemen dan pelatihan, termasuk jasa keuangan, hukum, pengadaan, teknis dan manajemen proyek. Juga mencakup beban bunga utang selama masa konstruksi.

(15)

tetap dalam kondisi yang cukup memadai untuk dapat memberikan output yang diinginkan. Juga mencakup biaya-biaya bahan baku, perlengkapan dan peralatan, manajemen langsung dan asuransi. Biaya O&M juga mencakup biaya pegawai secara penuh. Biaya O&M tahunan harus di-index-kan dengan estimasi tingkat inflasi.

§ Komponen penerimaan dan estimasi terhadap aliran penerimaan tersebut. Ini mencakup analisis tarif (di mana user wajib membayar terhadap penggunaan saran infrastruktur) dan sumber penerimaan sekunder lainnya yang terkait dengan proyek. Prastudi Kelayakan harus mencakup laporan survey tentang ‘kesediaan pelanggan untuk membayar’ atau willingness-to-pay untuk menjustifikasi asumsi tarif yang digunakan.

§ Struktur modal (rasio utang terhadap modal sendiri/ekuitas), jenis ekuitas.

§ Utang dan jadwal pembayarannya: Jenis utang dan tingkat suku bunga, masa tenggang dan jadwal pembayaran utang

§ Belanja modal rata-rata tertimbang (WACC)

§ Spesifikasi Proyek (ketepatan waktu investasi, durasi proyek, dan lain sebagainya) § Tarif pajak

§ Dasar penyusutan yang diizinkan

Output/keluaran dari analisis keuangan harus mencakup beberapa indikator kunci sebagai berikut:

§ Rasio Profitabilitas dan Tingkat Kelayakan : Kelayakan keuangan biasanya dinyatakan sebagai Nett Present Value (NPV) atau Financial Internal Rate of Return (FIRR)/Hasil Laba terhadap Ekuitas (ROE) dari proyek.

§ Payback Period : jumlah tahun yang diperlukan untuk dapat menutup modal yang diinvestasikan.

§ Debt Service Coverage Ratio (DSCR) : anggaran arus kas sekurang-kurangnya harus mencukupi untuk dapat membiayai beban bunga utang yang direncanakan. Bergantung kepada profil risiko dari masing-masing proyek, rasio DSCR dari lembaga-lembaga keuangan akan berbeda-beda. § Asesmen tentang subsidi di mana terdapatnya defisit antara pendapatan dari penerimaan

proyek dan biaya yang digunakan untuk pembangunan dan pengoperasian proyek ataupun untuk meningkatkan tingkat kelayakan proyek melalui viability gap funding (VGF).

(16)

9.

ANALISIS LINGKUNGAN DAN SOSIAL

Analisis lingkungan, sosial dan penagdaan tanah perlu dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi dampak potensial pada tahapan pra-konstruksi, konstruksi, dan operasional proyek serta estimasi biaya untuk memitigasi dampak tersebut. Kajian tersebut diharapkan dilakukan mengacu pada peraturan pemerintah yang ada.

Prastudi Kelayakan harus dapat menguraikan studi-studi yang diperlukan sebagaimana dipersyaratkan peraturan Pemerintah Indonesia, serta studi-studi tambahan lainnya untuk dapat menyediakan informasi yang cukup baik bagi penanggung jawab proyek sehingga penawaran yang dilakukan telah meminimalisir risiko-risiko yang akan terjadi. Cakupan dari analisis sosial dan lingkungan harus mencakup hal-hal sebagai berikut:

§ Mengidentifikasi dampak lingkungan dan sosial yang berpotensi terjadi dan manfaat proyek untuk sosial masyarakat, baik yang terukur maupun tidak terukur

§ Menyiapkan rencana mitigasi dampak lingkungan dan sosial dan mengestimasi biaya yang diperlukan untuk melakukan pengelolaan dan monitoring dampak tersebut

9.1. Syarat-Syarat Hukum / Legal Requirements

Sub-bab dari Prastudi Kelayakan ini berisi uraian tentang kerangka hukum yang mengatur aspek sosial, lingkungan dan pengadaan tanah dari proyek. Selain itu juga memuat tentang semua persyaratan hukum yang berlaku atas proyek.

Hukum dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia mengatur tentang pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup yang diperlukan pada tahapan Prastudi Kelayakan. Peraturan pengelolaan dan perlindungan lingkungan yang menjadi acuan, antara lain:

§ Undang-Undang Indonesia No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan § Peraturan Pemerintah No. 27/2012 tentang Izin Lingkungan

§ Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5/2012 tentang jenis-jenis usaha dan/atau kegiatan yang diwajibkan untuk melakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

§ Undang-Undang No.2 /2012 tentang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum

§ Peraturan Presiden No 71/2012 tentang pelaksanaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum

§ Perpres No 30 /2015 tentang perubahan ketiga Perpres No 71/2012 tentang pelakanaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum.

§ Peratuan lainnya yang terkait dengan proyek yang akan dilakukan, termasuk di dalamnya adalah Peraturan Menteri Bappenas No. 4/2015 tentang tata cara pelaksanaan kerjasama pemerintah dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur.

Bab ini harus dapat mengidentifikasi studi sosial dan lingkungan seperti apa yang diperlukan, dan jenis perizinan apa yang diperlukan. Informasi ini akan membantu para peserta lelang dalam menyiapkan dokumen penawaran serta opsi-opsi untuk menekan risiko.

9.2. Analisis Dampak Lingkungan dan Sosial

Analisis dampak lingkungan dan sosial memuat rincian dari studi-studi yang perlu dilakukan serta rencana pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan dan sosial yang akan dilakukan oleh PJPK dan Badan Usaha Pelaksana. Analisis Dampak Lingkungan yang dilakukan minimal meliputi aspek-aspek sebagaimana berikut:

§ Mendeskripsikan tentang rona lingkungan awal lingkungan hidup dan sosial di lokasi rencana proyek sehingga dapat diperoleh informasi tentang kondisi fisik, kimia, biologi, dan sosial budaya;

§ Kesesuaian lokasi rencana proyek dengan rencana tata ruang;

§ Mengidentifikasi potensi dampak lingkungan dan sosial yang muncul pada tahapan pra-konstruksi, konstruksi dan operasi proyek;

§ Mengukur kategori skala dampak yang potensial terjadi, yaitu: tinggi, sedang, atau rendah berdasarkan peraturan Pemerintah Indonesia;

§ Menyusun rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan sebagai upaya mitigasi dampak yang berpotensi terjadi dari proyek;

§ Mengidentifikasi pihak yang akan terkena dampak dari proyek dan kompensasi yang diperlukan (jika diperlukan

(17)

§ Menyusun rencana peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dan program pelatihan untuk melaksanakan program perlindungan dan pengelolaan lingkungan;

§ Memperkirakan biaya yang diperlukan untuk rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan dan sosial sebagai upaya mitigasi dampak yang muncul;

§ Menyiapkan rencana dan jadwal untuk melaksanakan program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup sebagaimana dipersyaratkan peraturan yang berlaku

Panduan dari PT PII tentang analisis dampak lingkungan untuk proyek-proyek KPBU adalah referensi yang baik dan telah dilampirkan pada Lampiran G.

9.3. Pengadaan Tanah Dan Pemukiman Kembali

PJPK diwajibkan untuk membuat sebuah rencana pengadaan tanah dan pemukiman kembali untuk mendapatkan izin penetapan lokasi sebagai dasar dalam pelaksanaan pengadaan tanah serta dana yang diperlukan untuk memperoleh hak atas tanah yang diperlukan untuk proyek. Bab ini berisi uraian tentang:

§ Lokasi tapak proyek yang mencakup desa, kecamatan dan kabupaten/kota § Kajian awal luas tanah yang dibutuhkan untuk proyek

§ Identifikasi awal tentang status tanah dan objek terkena proyek

§ Rencana pengadaan tanah, rencana pemukiman kembali serta biaya-biayanya § Risiko potensial yang mungkin muncul selama proses pengadaan tanah § Rencana pemantauan pelaksanaan

(18)

10.

ANALISIS HUKUM DAN KELEMBAGAAN

Pada bagian ini PJPK akan menetapkan apakah proyek ini layak secara hukum dan kerangka kerja kelembagaan sudah memadai bagi dilaksanakannya proyek.

10.1. Analisis Hukum

Bab ini berisi review terhadap kerangka hukum serta asesmen tentang apakah terdapat hambatan hukum bagi pelaksanaan proyek.

Secara umum, analisis hukum mencakup hal-hal sebagai berikut:

§ Identifikasi peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam rangka implementasi proyek.;

§ Eligibilitas sebagai Proyek KPBU: mengkaji apakah proyek sudah eligibel (memenuhi persyaratan) sebagai Proyek KPBU berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 38 tahun 2015 dan Permen Bappenas Nomor 4 Tahun 2015 serta perubahan-perubahannya, antara lain, namun tidak terbatas, terhadap hal-hal sebagai berikut:

– Apakah proyek telah tercatat sebagai salah satu proyek dalam Daftara Rencana KPBU (PPP Book);

– Apakah sektor bisnis proyek merupakan sektor yang dapat dikerjasamakan berdasarkan Perpres KPBU;

§ Investasi: mengkaji apakah ada pembatasan bagi investasi, utamanya investasi asing, dalam sektor bisnis proyek;

§ Pendanaan: untuk mengkaji apakah terdapat pembatasan atau larangan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi kreditur lokal maupun asing dalam rangka memberikan pembiayaan untuk proyek;

§ Peraturan Sektor terkait: untuk mengkaji apakah terdapat pembatasan atau larangan berdasarkan peraturan perundang-undangan sektor terkait dalam rangka pelaksanaan proyek; § Pengadaan Badan Usaha: untuk mengkaji metode pemilihan badan usaha pelaksana yang akan

ditetapkan, apakah akan dilakukan melalui proses pelelangan atau penunjukan langsung; § Struktur Proyek: mengkaji apakah struktur proyek diperbolehkan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Secara khusus melakukan kajian, antara lain, namun tidak terbatas terhadap hal-hal sebagai berikut:

- apakah terdapat pembatasan atau larangan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap skema kerjasama yang diusulkan (misalnya BOT/Konsesi/jenis lainnya);

- apakah terdapat pembatasan atau larangan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap jenis pengembalian investasi yang diusulkan;

- apakah terdapat pembatasan atau larangan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi PJPK untuk dapat melakukan pembayaran atas suatu kewajiban finansial kepada Badan Usaha Pelaksana dalam rangka pengembalian investasi Badan Usaha Pelaksana;

- apakah terdapat persetujuan (misalnya persetujuan DPR/DPRD) yang perlu didapatkan untuk dapat mengimplementasi perjanjian-perjanjian proyek dalam rangka menjalankan struktur proyek yang diusulkan;

- apakah terdapat pembatasan atau larangan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menggunakan barang/tanah milik negara (dalam hal diperlukan). § Penjaminan Pemerintah/Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur (BUPI): mengkaji apakah

proyek eligibel (memenuhi persyaratan) untuk mendapatkan Penjaminan Pemerintah/BUPI antara lain, namun tidak terbatas, terhadap hal-hal sebagai berikut:

- apakah kelayakan proyek telah memenuhi persyaratan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai penjaminan pemerintah/BUPI untuk proyek infrastruktur;

- identifikasi jenis risiko infrastruktur/kewajiban finansial maupun besaran penjaminan yang akan diusulkan dan jangka waktu penjaminan yang diperlukan;

- identifikasi rencana mitigasi risiko dalam proyek;

(19)

- apakah terdapat persetujuan (misalnya persetujuan DPR/DPRD) yang perlu didapatkan untuk dapat mengimplementasi perjanjian regres dalam rangka menjalankan menjalankan penjaminan pemerintah;

§ Perizinan: identifikasi perizinan maupun persetujuan yang diperlukan untuk melaksanakan proyek, termasuk syarat-syarat maupun indikasi jangka waktu untuk mendapatkan persetujuan tersebut.

§ Hukum dan perundang-undangan lain yang terkait.

Terkait dengan pembatasan-pembatasan regulasi berdasarkan analisis di atas, perlu mengkaji kemungkinan penyempurnaan peraturan perundang-undangan, atau penerbitan peraturan perundang-undangan (misalnya peraturan daerah) yang baru

10.2. Analisis Kelembagaan

Bab ini berisi kajian terkait dengan tugas dan kewenangan PJPK maupun para pemangku kepentingan didalam pelaksanaan proyek. Secara umum, analisis kelembagaan mencakup hal-hal sebagai berikut :

§ Memastikan kewenangan Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Direksi Badan Usaha Milik Negara/Direksi Badan Usaha Milik Daerah sebagai PJPK dalam melaksanakan KPBU termasuk penentuan PJPK dalam proyek multi infrastuktur;

§ Melakukan pemetaan pemangku kepentingan (stakeholders mapping) dengan menentukan peran dan tanggung jawab lembaga-lembaga yang berkaitan dalam pelaksanaan KPBU. Pemangku kepentingan didalam proyek, antara lain, namun tidak terbatas pada:

– Otoritas sektor yang bertanggungjawab untuk menyusun dan melaksanakan kebijakan dan standar teknis pada sektor di mana proyek bernaung;

– Kementerian, otoritas maupun dinas terkait yang terlibat dalam pemberian Dukungan Pemerintah untuk proyek;

– Kementerian Keuangan sebagai pihak yang memberikan Dukungan Kelayakan (apabila ada) dan PT PII sebagai Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur yang menberikan penjaminan pemerintah untuk Proyek;

– Lembaga-lembaga yang bertanggungjawab untuk menerbitkan perijinan atau persetujuan; – Lembaga-lembaga lain yang bertanggungjawab untuk menerbitkan peraturan

perundang-undang yang mengatur proyek; – Lembaga-lembaga lainnya relevan.

§ Menentukan tanggung jawab dari masing-masing pemangku kepentingan dalam pelaksanaan proyek. Kajian ini mencakup uraian rinci tentang tanggung jawab dari masing-masing pemangku kepentingan, serta menetapkan apakah pemangku kepentingan tersebut diijinkan untuk melaksanakan peran dan tanggung jawab yang diperlukan dalam proyek berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

§ Menentukan peran dan tanggung jawab Tim KPBU berkaitan dengan kegiatan penyiapan kajian Prastudi Kelayakan serta menentukan sistem pelaporan Tim KPBU kepada PJPK;

(20)

11.

ANALISIS RISIKO

Bagian tentang analisis risiko menjelaskan pengelolaan risiko-risiko yang terkait dengan pelaksanaan Proyek dan bagaimana mengalokasikan dan memitigasi risiko-risiko tersebut.

11.1 Mengidentifikasi Risiko-Risiko

Pertama-tama, sebelum mendapatkan profil risiko utama (key risks) untuk dapat dikelola di tahapan selanjutnya, PJPK perlu mengidentifikasi semua risiko yang terkait dengan Proyek. Identifikasi risiko Proyek sangat penting sehingga PJPK dapat merumuskan langkah mitigasi risiko (mengurangi dampak risiko atau mengurangi kemungkinan terjadinya risiko) tersebut. Pedoman khusus tentang bagaimana caranya mengidentifikasi risiko-risiko diuraikan pada Section D.3.

11.2 Evaluasi Risiko

Tahap evaluasi risiko ditujukan untuk mendapatkan daftar risiko prioritas (risk priority) sebagai risiko utama Proyek. Risiko prioritas tersebut disusun berdasarkan parameter tingkat risiko yang dikuantifikasi atau dibentuk oleh komponen dampak risiko dan tingkat keterjadian/probabilitas risiko (sering disebut sebagai penilaian risiko atau risk assessment).

Sebagai catatan penting, selain keterkaitan atau korelasi dari suatu risiko dengan risiko yg lain, aspek kualitas data atau informasi mengenai dampak dan probabilitas untuk setiap risiko harus cukup kredibel agar dapat menghasilkan suatu proses kuantifikasi risiko yang baik.

§ Analisis Sensitivitas, menilai sensitivitas Proyek dengan asumsi-asumsi tertentu. Hal ini dapat digunakan untuk mengkuantifikasi suatu risiko. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam suatu model finansial dirubah dengan sensitivitas tertentu untuk melihat dampak suatu risiko terhadap hasil proyeksi keuangan dan ekonomi proyek.

§ Analisis Skenario, mendefinisikan bagaimana asumsi model berubah dengan skenario ini, dan menghitung hasil proyek dengan skenario ini. Hal ini berguna untuk menunjukkan keseluruhan dampak dari suatu risiko, atau efek gabungan dari beberapa risiko yang terjadi sekaligus.

§ Simulasi Monte Carlo, apabila dimungkinkan dilakukan penghitungan simulasi Monte Carlo. Simulasi ini menghitung probabilitas suatu hasil dengan melakukan simulasi acak terhadap ribuan skenario. Analisis ini dilakukan dengan cara, mendefinisikan probabilitas pertama untuk terjadinya setiap risiko, lalu mendefiniskan dampak terjadinya risikonya tersebut pada asumsi model, dan terakhir mendefinisikan kemungkinan terjadinya risiko-risiko secara bersama. Simulasi komputer digunakan untuk mengiterasi ribuan skenario secara acak berdasarkan probabilitas input.

Secara grafis, pendekatan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 11.1: Metode Pembuatan Model Risiko

11.3 Alokasi Risiko Untuk Memaksimalkan Value For Money

(21)

Dalam konteks transaksi proyek KPBU, penentuan kewajiban PJPK dalam Perjanjian Kerjasama (Perjanjian KPS) perlu memenuhi prinsip Alokasi Risiko. Alokasi risiko secara kontraktual yang optimal berbanding lurus dengan value for money yang maksimal. Pada umumnya, setiap risiko harus dialokasikan kepada pihak terbaik yang mampu mengelola, mengurangi ataupun mendiversifikasi, sesuai dengan logika yang ada di Gambar 11.2, dengan penjelasan sebagai berkut:

§ Mengelola kemungkinan terjadinya suatu risiko

Alokasi risiko kepada pihak terbaik yang mampu mengelola suatu risiko yang kemungkinan terjadi

§ Memitigasi dampak terjadinya suatu risiko pada hasil proyek

Jika suatu risiko tidak dapat dengan mudah dikelola oleh salah satu pihak, risiko tersebut perlu dikelola oleh pihak yang paling mampu untuk mengurangi dampaknya. Dalam hal ini termasuk mengantisipasi terjadinya risiko tersebut, dan memberikan respon untuk meminimalisasi dampak kerugiannya.

§ Mendiversifikasi biaya untuk menyerap risiko

Jika suatu risiko tidak dapat dikelola dengan baik atau dikurangi oleh salah satu pihak, risiko tersebut harus dikelola oleh pihak terbaik yang mampu menyerap risiko dengan biaya terendah (misalnya kepada asuransi pihak ketiga).

Gambar 11.2.: Logika dalam Alokasi Risiko KPBU

Secara konseptual, penerapan prinsip tersebut di proyek KPS adalah sebagai berikut:

§ Risiko yang berdasarkan pengalaman sulit untuk dikendalikan pemerintah agar memenuhi asas efektivitas biaya (konstruksi, operasi), sebaiknya ditanggung pihak swasta;

§ Risiko yang berada di luar kendali kedua belah pihak, atau sama-sama dapat dipengaruhi kedua belah pihak sebaiknya ditanggung bersama (kejadian kahar);

§ Risiko yang dapat dikelola pemerintah, karena posisinya lebih baik atau lebih mudah mendapatkan informasi dibandingkan swasta (risiko peraturan atau legislasi) sebaiknya ditanggung pemerintah;

§ Risiko yang walaupun sudah ditransfer, tetap memberikan eksposur kepada pemerintah atau PJPK (menghambat tersedianya layanan penting ke masyarakat), di mana jika Badan Usaha Pelaksana gagal memenuhi kewajiban maka pemerintah dapat mengambil alih proyek.

(22)

12.

BENTUK KERJASAMA

Bab ini membahas tentang opsi KPBU yang diusulkan beserta alasannya, yang mencakup informasi sebagai berikut:

§ Spesifikasi Keluaran: berisi uraian tentang infrastruktur apakah yang akan disediakan oleh Badan Usaha Pelaksana

§ Tanggung jawab Badan Usaha Pelaksana

§ Uraian tentang opsi-opsi pelaksanaan KPBU serta model KPBU

§ Uraian tentang pengaturan pembagian risiko berdasarkan berbagai opsi pelaksanaan proyek § Uraian tentang isu-isu pokok yang dipertimbangkan serta solusi yang diusulkan

§ Seluruh informasi yang relevan yang akan memungkinkan Pemerintah untuk menyetujui proyek ini sebagai proyek KPBU dan sebagai dasar untuk langkah berikutnya. Misalnya tentang peran swasta dalam skema KPBU telah memenuhi prinsip value for money.

Pedoman rinci tentang bagaimana cara mengembangkan sebuah strktur KPBU diuraikan pada Lampiran D.

13.

DUKUNGAN PEMERINTAH

Bagian ini membahas tentang Dukungan Pemerintah yang diperlukan agar proyek menjadi layak. Berdasarkan analisis keuangan dan ekonomi, PJPK menyatakan tentang jenis dukungan yang diperlukan beserta justifikasi tentang alasan bagi Pemerintah untuk mendukung proyek tersebut.

Dukungan Pemerintah mencakup bantuan fiskal dan non fiskal yang diberikan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sesuai dengan tugas dan kewajiban masing-masing, antara lain:

§ Kontribusi Keuangan dan In-kind Contribution (seperti VGF atau pendanaan dalam bentuk lainnya) untuk mendukung sebagian dari konstruksi;

§ Kontribusi Fiskal dalam bentuk kas atau non kas selama operasional proyek (seperti subsidi tarif atau subsidi cash short-fall);

§ Bentuk lain-lain, jika diharuskan oleh hukum.

Dukungan Pemerintah lainnya dapat berupa penyediaan berbagai jenis jaminan dalam rangka mengurangi risiko yang ditanggung pihak swasta. Untuk mendapatkan penjaminan, PJPK harus memberikan justifikasi bahwa proyek telah memenuhi berbagai persyaratan yang ditetapkan.

14.

RENCANA PELAKSANAAN PROYEK

Bab ini menyajikan rencana pelaksanaan oleh PJPK mulai dari tahapan transaksi, yakni di dalamnya terdapat tahapan pengadaan Badan Usaha, sampai kepada financial close. Usulan rencana pembangunan dan operasi proyek juga harus dimasukkan. Rencana Pelaksanaan harus secara jelas menyatakan:

§ Tugas-tugas yang harus dilaksanakan § Jadwal waktu pelaksanaan

§ Ttitk-titik kinerja pokok / Key milestones

§ Pihak-Pihak yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan masing-masing tugas

(23)

Lampiran A

Daftar Istilah dan Maknanya

Debt Service Coverage Ratio (DSCR) Tahunan

Rasio arus kas untuk memenuhi kewajiban pembayaran utang dan dihitung per tahun operasi. Angka ini menunjukkan apakah pendapatan netto dari proyek, dengan margin yang memadai, mampu menutup kewajiban pembayaran utang tahunan. Besaran DSCR dapat berbeda-beda sesuai dengan profil risiko dari masing-masing proyek. Pada umumnya, besaran DSCR untuk setiap tahun operasi adalah antara 1,2 sampai dengan 1,4.

Ketersediaan Periode di mana aset (baik seluruhnya atau sebagiannya) dapat berfungsi menyediakan jasa layanan sebagaimana ditetapkan dalam kontrak.

Proyek yang layak mendapat pinjaman bank (Bankable project)

Proyek yang layak untuk mendapatkan pinjaman dari perbankan, karena memiliki alokasi risiko yang dapat diterima, mampu menghasilkan return on equity (RoE) yang kompetitif dan mampu mempertahankan angka DSCR yang diminta oleh kreditur.

Belanja modal (Capital expenditure)

Pengeluaran dengan tingkat pengembalian jangka panjang untuk pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur.

Arus Kas Ukuran likuiditas sebuah perusahaan, yang terdiri dari

pendapatan netto dan pengeluaran non kas, seperti beban penyusutan.

Analisis biaya-manfaat Merupakan analisis yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan menetapkan besaran biaya dan manfaat dari proyek serta, jika mungkin, menetapkan besaran nilainya.

Pemegang konsesi / Concessionaire

Pihak swasta dalam suatu perjanjian konsesi.

Kewajiban kontinjen Suatu kewajiban yang mungkin akan muncul di masa yang akan datang

Lembaga penandatangan kontrak

Penanggungjawab Proyek Kerjasama (PJPK)

Belanja modal Tarif yang harus dibayar oleh sebuah perusahaan kepada investor atas modal yang ditanamkan pada proyek Discounted cash flow Nilai kini dari suatu arus kas masa depan yang didiskonto

oleh suatu faktor diskon majemuk tertentu.

Tingkat diskon (Discount rate) Suatu prosentase tarif pada tingkat di mana nilai dari manfaat dan biaya mengalami penurunan di masa depan dibandingkan dengan masa kini

Analisis Keuangan Membandingkan antara pendapatan dan beban proyek

(biaya investasi, pemeliharaan dan operasi) dan menghitung rasio keuangan yang terkait.

Nilai masa depan (Future value) Nilai investasi pada suatu periode tertentu berdasarkan tingkat suku bunga tertentu.

(24)

Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU)

Bentuk investasi di mana pihak swasta menyediakan jasa layanan publik, yang biasanya disediakan oleh Pemerintah, melalui kerjasama antara Pemerintah dengan satu atau lebih badan usaha. Ada beberapa model KPBU mulai dari Build-Own-Operate-Transfer (BOOT) sampai ke kontrak-kontrak manajemen.

Proyek Suatu proyek investasi untuk membangun atau

memperbaiki kapasitas infrastruktur dan/atau kegiatan manajemen infrastruktur dan/atau pemeliharaan infrastruktur dengan tujuan untuk memperbaiki efisiensi infrastruktur

FIRR (atau eFIRR) – (Equity) Financial Internal Rate of Return

(e)FIRR adalah suatu indikator untuk mengukur laba keuangan atas suatu investasi melalui pendapatan yang dihasilkan oleh proyek dan digunakan untuk pengambilan keputusan tentang investasi.

Financial Net Present Value (FNPV)

Nilai kini dari arus kas netto atau nilai proyek saat ini

Debt Service Coverage Ratio (DSCR)

(Rasio Kemampuan Membayar Kewajiban Utang)

Appendix ARasio arus kas yang tersedia untuk membayar kewajiban pembayaran bunga dan pokok tahunan atas suatu utang, termasuk pembayaran untuk dana mengendap (sinking fund).

EIRR – Economic Internal Rate of Return

Sebuah indikator untuk mengukur arus masuk kas yang diperkirakan sebagai manfaat ekonomi dari proyek dibandingkan dengan ekonomi lokal dan nasional

Suku bunga bebas risiko/ Risk free interest rate

Suku bunga yang berlaku atas obligasi bebas yang default (gagal bayar) apabila tidak ada inflasi.

Analisis Sensitivitas Analisis tentang dampak dari rencana keuangan dan ekonomi atau perkiraan perubahan atas salah satu variabel masukan.

Subsidi Suatu bentuk bantuan atau dukungan keuangan yang

dibayar oleh Pemerintah untuk mendukung proyek Viability Gap Funding (VGF) Subsidi yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia kepada

proyek KPBU yang dianggap layak secara ekonomi tetapi tidak layak secara keuangan. Pemerintah membuat suatu proyek KPBU menjadi layak secara keuangan dengan cara mengalokasikan sebagian dari anggaran fiskalnya untuk mendanai kesenjangan antara pendapatan proyek yang diharapkan dan tingkat pendapatan yang sesuai agar proyek menjadi layak secara keuangan. Kementerian Keuangan Republik Indonesia menetapkan kriteria dan prosedur untuk mendapatkan VGF.

Weighted Average Cost of Capital (WACC)

(25)

Lampiran B

Analisis biaya dan manfaat sosial-ekonomi

Bab ini memberikan pedoman tentang bagaimana cara melakukan analisis biaya dan manfaat sosial-ekonomi. Biaya dan manfaat ekonomi tidak sama dengan biaya dan manfaat keuangan. Analisis ekonomi mencakup dampak proyek yang tidak memiliki harga pasar serta dampak positif dan negatif yang dialami oleh masyarakat yang bukan pemakai langsung dari jasa layanan. Ada sejumlah item biaya yang harus selalu dikeluarkan dari analisis ekonomi termasuk biaya-biaya mengendap, penyusutan serta belanja modal. Sementara analisis biaya dan manfaat sosio-ekonomi digunakan untuk mengevaluasi manfaat netto dari proyek jika dibandingkan dengan alternatif lainnya, proyek bisa saja memiliki dampak lain-lain yang belum dipertimbangkan di dalam analisis biaya dan manfaat. Analisis dampak ekonomi atau economic impact analysis (EIA) bersifat analisis tambahan untuk memberikan gambaran lebih menyeluruh terkait manfaat ekonomi proyek. Kami memberikan penjelasan singkat tentang EIA tersebut sebagai referensi para pembaca.

B.1. Menetapkan maksud dan tujuan proyek serta alternatif-alternatifnya

Sebelum menganalisis, PJPK harus dengan jelas menetapkan tujuan dari proyek, atau apa yang ingin dicapai PJPK dari usulan proyek. Tujuan dimaksud harus ditetapkan dalam kaitannya dengan adanya suatu kebutuhan yang muncul dari konteks di mana proyek akan dilaksanakan. Tujuan tersebut harus dikuantifikasi melalui sejumlah indikator dan target. Misalnya, tujuan dari suatu proyek transportasi perkotaan di Jakarta adalah untuk mengurangi kemacetan di kota Jakarta akibat dari dinamisme urbanisasi. Tujuan harus ditetapkan dalam konteks social-ekonomi Jakarta untuk menunjukkan bahwa kebutuhan atas proyek disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi, urbanisasi serta masuknya para pekerja.

Ditetapkannya dengan jelas tujuan dari proyek sangat penting untuk dapat mengidentifikasi dampak yang akan ditimbulkan oleh proyek tersebut serta menegaskan relevansi dari proyek dalam rangka memenuhi kebutuham masyarakat. Namun demikian, proyek hanya satu dari sejumlah opsi yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ada sejumlah alternatif atau pilihan lainnya. PJPK harus menyatakan sekurang-kurangnya dua alternatif lainnya itu: “dengan proyek” dan “tanpa proyek.”

B.2. Mengidentifikasi dan mengkuantifikasi biaya dan manfaat

Evaluasi terhadap proyek dilakukan untuk melihat kontribusi suatu proyek bagi kesejahteraan masyarakat, seperti meningkatnya standar hidup masysrakat melalui peningkatan pendapatan dan tabungan. Untuk mengevaluasi manfaat bersih (nilai manfaat ekonomi yang telah dikurangi biaya ekonomi) dari proyek, PJPK harus mengidentifikasi apa saja yang menjadi biaya dan manfaat proyek.

B.2.1. Biaya Ekonomi

Biaya ekonomi mencakup biaya awal pengembangan proyek dan biaya operasional dan pemeliharaan tahunan. Biaya juga mencakup biaya-biaya yang terkait dengan dampak sosial dan lingkungan serta berbagai dampak negatif lain-lain serta biaya upaya mitigasi yang diperlukan. Biaya-biaya dapat berbeda-beda tergantung kepada sifat dari masing-masing proyek. Daftar indikatif biaya-biaya dimaksud adalah sebagai berikut:

§ Biaya Proyek: valuasi pasar atas masukan/input (tanah, material, buruh, dan lain-lain) ke proyek, yang disesuaikan dengan distorsi yang terjadi di pasar (misalnya pajak atau subsidi).

§ Biaya Sekunder yang memiliki dampak di luar proyek itu sendiri. Biasanya ini merupakan dampak sampingan yang negatif terkait dengan proyek dan sering kali tidak memiliki nilai uang atau harga pasar yang dapat dikaitkan dengannya.

B.2.2. Manfaat Ekonomi

Manfaat ekonomi merupakan besaran manfaat inkremen atau penghematan biaya yang terjadi dari proyek. Manfaat bisa berbeda-beda tergantung kepada karakteristik dari masing-masing proyek. Daftar indikatif manfaat dimaksud adalah sebagai berikut:

§ Manfaat inkremen/incremental benefits: nilai yang diberikan oleh pengguna atas jasa layanan yang dihasilkan. Ini bisa diukur dengan seberapa besar ongkos yang bersedia dibayar oleh pengguna untuk dapat menikmati manfaat yang dihasilkan proyek. Ongkos tersebut tidak musti sama dengan yang secara aktual dibayar oleh pengguna.

§ Manfaat sampingan dan sekunder: Berupa manfaat sampingan yang berasal dari proyek, dan bisa juga dianggap sebagai ‘biaya yang terhindarkan’ yang dimungkinkan berkat adanya proyek. Manfaat ini juga termasuk manfaat bagi lingkungan.

B.3. Menghitung Besaran biaya dan manfaat

(26)

pasar (misalnya: mereka yang harus kehilangan tempat, polusi). Ada beberapa item biaya yang harus selalu dikeluarkan dari analisis ekonomi, termasuk biaya mengendap, penyusutan dan beban modal.

Dari sisi manfaat, PJPK harus menggunakan cara pendekatan yang sama dan pertama-tama harus mempertimbangkan manfaat keuangan dari proyek (misalnya: biaya-biaya yang terhindarkan, penghematan dan pendapatan), lalu masukkan dampak samping yang positif seperti waktu perjalanan yang lebih cepat, berkurangnya biaya kesehatan, d.l.l. Misalnya, untuk suatu proyek pembangunan rumah sakit, manfaat keuangan bisa mencakup menurunnya biaya-biaya administratif dan tenaga kerja. Untuk suatu proyek sanitasi, dampak samping yang positif mencakup berkurangnya penyebaran penyakit menular. Manfaat sekunder— efek manfaat atas kegiatan yang secara teknologi terkait dengan para pengguna langsung proyek—juga harus dimasukkan dalam pertimbangan analisis manakala mungkin.

Manfaat proyek tidak sama dengan pendapatan dari proyek. Namun pendapatan dari ongkos yang dibayar pengguna dapat digunakan untuk memberikan dasar bagi manfaat-manfaat potensial. Hal ini dikarenakan konsumen bisa jadi memberi nilai lebih pada suatu layanan infrastruktur lebih dari ongkos yang mereka keluarkan. Selisih tersebut dinamakan dengan ‘consumer surplus.’ Cara pendekatan permintaan sebagaimana diuraikan dalam Bab 5 dapat digunakan untuk menginformasikan perhitungan surplus konsumen.

Ada sejumlah teknik valuasi yang dapat digunakan untuk biaya dan manfaat lainnya yang tersisa. Pilihan metode valuasi dapat secara signifikan mempengaruhi hasil dari proyek yang diusulkan. Dalam analisis keekonomian, ada sejumlah konsep pokok sebagaimana diuraikan dalam kotak di bawah ini.

Kotak 0.1: Beberapa konsep pokok

Biaya Opportunity adalah perolehan potensial dari alternatif terbaik berikutnya manakala harus memilih dari beberapa pilihan yang sama-sama eksklusif. Misalnya, memilih untuk melaksanakan suatu pilihan proyek akan memakan sejumlah sumber daya dari proyek-proyek lainnya sehingga mengurangi hasil keluaran mereka. Berkurangnya hasil keluaran dari proyek-proyek lainnya itu merupakan biaya. Harga Bayangan adalah harga dengan memasukkan komponen biaya peluang sosial dari sumber daya dimaksud.

Biaya/manfaat pasar harus ditentukan dengan menggunakan harga pasar atau, jika tidak, harga bayangan. Harga pasar pada dasarnya adalah harga yang sedang ditampilkan di pasar. Pada kasus di mana harga pasar diatur besarannya atau dipengaruhi oleh pengendali pasar, maka yang digunakan adalah harga bayangan. Harga bayangan harus mencerminkan harga pasar yang terjadi seandainya harga tidak diatur atau ditetapkan dalam lingkungan persaingan.

Kelebihan dari kedua cara pendekatan ini diuraikan pada Tabel B.1. Tabel B.1.: Valuasi Ekonomi – barang/jasa di pasar

Pendekatan Uraian Aplikasi yang sesuai Manfaat Batasan

Harga pasar Harga pasar § Regulasi tentang harga § Kendali monopoli

(27)

preferensi yang dinyatakan. Kelebihan dari masing-masing cara pendekatan adalah sebagaimana diuraikan dalam Tabel B.2.

Manakala teknis valuasi yang cocok tidak tersedia, maka biaya dan manfaat harus tetap dijabarkan dan dikuantifikasi manakala memungkinkan.

Tabel B.2.: Valuasi Ekonomi – barang/jasa non-pasar

Cara pendekatan

Uraian Aplikasi yang sesuai Manfaat Batasan

§ Ekuivalen

§ Tidak tersedia untuk semua barang/jasa non-dapat dijual di pasar

(28)

Gambar

Tabel 4.1 :  Isi dari Laporan Prastudi Kelayakan
Tabel 5.1 : beberapa cara pendekatan dalam memperkirakan permintaan
Gambar 11.1: Metode Pembuatan Model Risiko
Gambar 11.2.: Logika dalam Alokasi Risiko KPBU
+7

Referensi

Dokumen terkait

Definisi sesuai peraturan: Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) adalah pemberian pembebasan dan/atau pengembalian Bea Masuk (BM) dan/atau Cukai serta PPN dan PPnBM tidak

Setelah siswa yang memiliki self esteem rendah tersebut diberikan layanan konseling kelompok dengan pendekatan rational emotive therapy terjadi peningkatan terhadap

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, catatan lapangan, dokumentasi, dan metode tes.

Hasil observasi awal pada tanggal 15 Februari 2018 di Kecamatan Terangun Kabupaten Gayo Lues masih ada ditemukan problem yang terjadi dalam rumah tangga pasangan

kesehatan (akses kedalam sistem gawat darurat). b) Untuk mengatur dan membimbing pertolongan medis yang diberikan di tempat kejadian dan selama perjaanan ke sarana kesehatan

Selain itu, dapat digunakan sebagai pemacu kandungan metabolit sekunder (isoflavonoid), dimana 2,4-D (Dichlorophenoxyacetic Acid) akan meningkatkan proses biosintesis

Penilaian perbuatan adalah penilaian tindakan atau tes praktik yang secara efektif dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengumpulan berbagai informasi tentang bentuk-bentuk

Penelitian Madris (2009) dengan menggunakan pendekatan analisis employment elasticity dapat menemukan bahwa; 1) Potensi ekonomi Sulawesi Selatan masih didominasi