• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISIKO KEPEMILIKAN ASET

Dalam dokumen prefs guidelines juni2017 rev1 (Halaman 52-66)

Rancangan Struktur KPBU

D.2. Mengalokasikan Elemen Fungsi Proyek

11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET

Risiko nilai aset turun Kebakaran, ledakan, dsb - [Tahap Operasi] x Asuransi Transfer aset setelah kontrak

KPBU berakhir

Proses transfer aset terkendala karena ada perbedaan mekanisme pengalihan atau penilaian. [Tahap Operasi]

x • Pembuatan kontrak yang

mengatur perihal transfer aset dengan jelas.

• Penilaian dilakukan oleh penilai independen yang disepakati bersama

Mengidentifikasi risiko-risiko

PJPK harus mengidentifikasi semua risiko yang terkait dengan proyek agar Pemerintah dapat menghindari risiko-risiko yang tidak dimaksudkan untuk dikelola. Beberapa metode yang berguna untuk digunakan dalam tahapan ini adalah:

§ Model matriks risiko—untuk menyusun struktur risiko dengan mempertimbangkan setiap

kategori risiko yang tercatat di dalam matriks.

§ Risiko-risiko utama—yang menentukan jenis-jenis risiko yang tercacat dalam matriks,

menjelaskan secara rinci sifat dari masing-masing risiko tersebut, dan memberi contoh-contoh yang terkait.

§ Daftar risiko-risiko yang umum terdapat pada KPBU berdasarkan sektor—dari sumber yang

terpercaya, sebagaimana diuraikan dalam Tabel D.3. di bawah ini.

Tabel D.3.: Daftar Risiko-Risiko Umum Berdasarkan Sektor

Sektor Sumber

Umum http://rru.worldbank.org/Documents/Toolkits/concessions_fulltoolkit.pdf

Jalan Raya http://rru.worldbank.org/Documents/Toolkits/Highways/

Pelabuhan http://www.ppiaf.org/documents/toolkits/Portoolkit/Toolkit/index.html

Bus Kota http://www.ppiaf.org/documents/toolkits/UrbanBusToolkit/assets/home.htm

Air http://siteresources.worldbank.org/INTSDNETWORK/Resources/ApproachestoPri

vateParticipationWaterServices.pdf

Manajemen Limbah http://rru.worldbank.org/Documents/Toolkits/waste_fulltoolkit.pdf

Mengalokasikan Risiko Untuk Memaksimalkan Value for Money

Setelah semua risiko proyek telah teridentifikasi, PJPK kemudian mengalokasikan berbagai risiko tersebut kepada Pemerintah dan swasta, sehingga dapat memaksimalkan aspek value for money. Secara umum, ini berarti mengalokasikan masing-masing risiko kepada pihak yang betul-betul mampu mengelola, memitigasi atau mendiversifikasinya, sesuai dengan alur pikir sebagai berikut:

§ Mengelola kemungkinan munculnya risiko—PJPK harus mengalokasikan risiko kepada pihak

yang paling mampu untuk mengelola kemungkinan risiko tersebut terjadi. Misalnya, risiko konstruksi harus dialokasikan kepada pihak swasta sebagai pihak yang diberi tanggung jawab untuk melaksanakan fungsi konstruksi, karena mereka berada pada posisi terbaik untuk mencegah pembengkakan biaya konstruksi dan membatasi pembengkakan biaya tersebut apabila benar-benar terjadi. Karena, dengan menanggung biaya dari risiko konstruksi maka pihak swasta terdorong untuk menyelesaikan konstruksi secara tepat waktu, dan jika terjadi kenaikan biaya pihak swasta akan berusaha untuk menekan kenaikan tersebut beserta durasinya.

§ Melakukan mitigasi dampak dari risiko terhadap hasil dari proyek apabila dampak tersebut

muncul—di mana apabila suatu risiko tidak dapat dengan mudah dikelola oleh setiap pihak, maka PJPK akan mengalokasikan risiko tersebut kepada pihak yang paling mampu untuk melakukan mitigasi. Mitigasi risiko mencakup upaya untuk mengantisipasi kemunculannya serta meresponsnya sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak seminimal mungkin. Misalnya, tidak ada suatu pihak manapun yang bisa mengelola risiko gempa bumi. Namun demikian, jika pihak swasta diberikan tanggung jawab untuk membuat disain proyek, maka pihak swasta dapat menggunakan teknik-teknik yang dapat mengurangi kerugian seandainya terjadi gempa. Selain itu, karena pihak swasta harus bertanggung jawab terhadap biaya yang dikeluarkan, maka pihak swasta pun terdorong untuk melakukan hal tersebut.

§ Mendiversifikasi biaya untuk menyerap risiko—manakala suatu risiko tidak akan dapat dikelola

atau dimitigasi dengan baik oleh stau pihak, maka PJPK harus mengalokasikan risiko tersebut kepada pihak yang paling mampu untuk menyerap risiko tersebut dengan biaya sekecil-kecilnya, dengan mengalihkan lebih banyak biaya untuk menanggung risiko (dengan memberlakukan tarif yang lebih besar yang harus dibayar pengguna atau asuransi pihak ketiga), atau menyebar biaya untuk menanggung risiko kepada sejumlah pihak atau diantara banyak aset-aset lainnya. Prinsip-prinsip tersebut akan menghasilkan suatu alokasi risiko yang optimal. Namun demikian, ada dua aspek tambahan yang harus dipertimbangkan sebelum alokasi risiko dapat difinalisasi:

§ Tingkat Risiko Umum Masing-Masing Pihak. PJPK harus mempertimbangkan apakah tingkat

risiko umum yang harus diterima oleh pihak swasta akan sangat mahal (yang mengharuskan premi risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai pihak swasta tersebut menanggung risiko tersebut menurut Pemerintah) atau akan menjauhkan pihak swasta untuk ikut dalam tender. Dalam situasi seperti ini, PJPK dapat melakukan penyesuaian kembali atas alokasi risiko-

risiko bersama, atau jika tidak, mengurangi profil risiko umum yang harus ditanggung pihak swasta tersebut.

§ Risiko Bersama Yang Simetris. Tidak semua semua ketidakpastian dalam proyek bersifat

negatif—upside benefits dapat meningkatkan profitabilitas proyek dengan cara yang tidak terduga. Prinsip simetris dalam pengalokasian risiko akan menciptakan hak kepemilikan atas

upside benefits termasuk kewajiban atas risiko yang menjadi kenyataan. Ketika Pemerintah membagi-bagi sisi negatif dari suatu risiko, maka sebaiknya Pemerintah juga membagi manfaat positif yang mungkin terjadi (seperti risiko lalu lintas di jalan tol).

Tabel D.4.: Risiko Utama

Risiko Definisi Contoh(-Contoh) Uraian tentang karakteristik dari risiko

Risiko Pra Kontrak

Risiko bahwa proses pengadaan akan mengalami hal-hal sebagai berikut: (a) gagal menarik peserta tender yang kompeten dalam jumlah yang mencukupi dan/atau penawaran yang responsif; atau (b) negosiasi yang berlarut-larut dan mahal; atau (c) gagalnya negosiasi.

Risiko gagalnya proses pengadaan proyek BOT untuk menarik peserta tender yang kompeten karena pemasaran peluang bisnis proyek yang kurang dan/atau dokumen tender yang disiapkan dengan tidak memadai.

Risiko pra kontrak sering kali dikaitkan dengan persiapan proyek yang kurang memadai, yang dapat disebabkan oleh kurangnya pengalaman atau kemampuan. Risiko ini dapat dimitigasi dengan cara melakukan persiapan dan pengelolaan dengan hati- hati. Antara lain dengan membentuk suatu tim transaksi yang kompeten, mempekerjakan penasihat transaksi yang berpengalaman serta membuat jadwal yang sesuai dengan kompleksitas proyek.

Risiko Lokasi Tapak

Risiko di mana lahan proyek tidak dapat disediakan atau tidak dapat digunakan pada waktunya, sesuai dengan tujuan atau pada tingkat biaya yang

diperkirakan, atau lokasi tapak tersebut akan menimbulkan beban-beban yang tidak terduga yang menyebabkan dampak negatif terhadap penyediaan jasa layanan dan/atau rencana pendapatan proyek.

§ Risiko keterlambatan dalam perolehan hak

pakai jalan tol karena terdapat

permasalahan hukum, kepemilikan atau pemukiman kembali.

§ Risiko bahwa komposisi geologi dari lokasi

terowongan akan berubah-ubah secara signifikan sesuai kedalam terowongan yang digali, sehingga mengakibatkan

meningkatnya biaya konstruksi.

§ Risiko bahwa selama pelaksanaan konstruksi

suatu dam, kondisi tanah ternyata berbeda dibandingkan dengan yang diperoleh dari hasil studi, sehingga menyebabkan kegagalan atau keterlambatan dalam penyelesaian konstruksi.

§ Risiko lokasi mencakup semua risiko yang terkait

lahan yang diperlukan untuk proyek, termasuk kecocokan lokasi, permasalahan dalam pengadaan tanah, tanggung jawab lingkungan serta syarat- syarat perencanaan dan perizinan lainnya.

§ Risiko lokasi terberat terjadi pada tahap awal proyek

dan pelaksanaan konstruksi proyek. Kadar risiko tersebut menurun pada saat tahap operasional. Namun demikian, risiko lingkungan bisa jadi akan muncul pada tahap operasional apabila ada permasalahan yang tidak terdeteksi sebelumnya, atau apabila operasional proyek ternyata mencemari lingkungan sekitarnya.

Risiko-risiko yang terkait dengan disain, konstruksi dan komisioning

Risiko-risiko di mana disain, konstruksi atau komisioning (start-up) proyek dilaksanakan sedemikian rupa sehingga menimbulkan pembengkakan biaya (dalam disain, konstruksi atau

operasional) dan/atau penyediaan jasa layanan yang buruk.

§ Risiko disain—risiko di mana sistem

penanganan bagasi yang ada di bandara yang dioperasikan swasta ternyata memiliki disain yang buruk yang kemudian

menyebabkan kehilangan, salah rute atau keterlambatan kedatangan bagasi, yang akhirnya membuat kecewa para pengguna.

§ Risiko konstruksi—risiko ketika lapisan dasar

§ Konsekuensi apabila risiko disain, konstruksi atau

komisioning muncul keterlambatan dan/atau kenaikan biaya-biaya selama tahapan-tahapan proyek tersebut. Konsekuensi lainnya adalah cacat disain atau konstruksi yang menyebabkan infrastruktur tersebut tidak mampu menyediakan jasa layanan secara efektif, baik seketika maupun setelah selang waktu tertentu.

Risiko Definisi Contoh(-Contoh) Uraian tentang karakteristik dari risiko trotoar ternyata tidak dipadatkan sesuai

dengan spesifikasinya, yang kemudian menyebabkan kerusakan dini

§ Risiko komisioning—risiko yang timbul

ketika teknologi pengolahan air limbah yang baru gagal berfungsi atau instalasi pengolah limbah tidak mampu beroperasi sesuai dengan standar kinerja yang ditetapkan

§ Risiko-risiko tersebut adalah risiko inti selama tahap

pembangunan dengan kemungkinan terjadi yang paling tinggi.

Risiko sponsor dan keuangan

Risiko sponsor adalah risiko yang:

§ Apabila perusahaan khusus atau

Special Purpose Vehicle (SPV) yang

didirikan oleh mitra swasta dalam kontraknya dengan pemerintah ternyata gagal untuk memenuhi kewajiban kontraknya, maka pemerintah tidak akan dapat menuntut pelaksanaan kewajiban tersebut atau menuntut ganti rugi dari para sponsor atas kerugian yang terjadi akibat dari pelanggaran oleh SPV dimaksud.

§ Berdasarkan alasan keamanan atau

niat baik lainnya, pihak swasta adalah pihak yang kurang tepat atau tidak cocok untuk dilibatkan atau dikaitkan dalam pelaksanaan proyek, atau justru akan memberi dampak negatif bagi proyek.

Risiko sponsor—risiko manakala perusahaan SPV yang didirikan pihak swasta mengalami pailit dan dibubarkan ketika konstruksi baru selesai dikerjakan 25 persen, dan bahwa kompensasi dari jaminan pelaksanaan tidak mencukupi untuk menutup sisa biaya konstruksi, biaya-biaya yang terkait akibat keterlambatan, dan biaya pengadilan.

Risiko sponsor bisa jadi sulit untuk diukur sebelum proyek dimulai. Mengingat bahwa SPV adalah badan hukum yang khusus dibuat untuk bertindak untuk dan atas nama konsorsium proyek, maka SPV itu sendiri tidak memiliki catatan historis tentang kondisi keuangan dan operasionalnya yang bisa diperiksa oleh pemerintah. Oleh karena itu, Tim Penyiapan Proyek harus berpegangan pada bukti empiris kinerja pihak- pihak anggota konsorsium untuk mengukur

kemampuan SPV memenuhi kewajiban-kewajibannya terkait proyek.

Risiko keuangan adalah risiko di mana:

§ Investor dan kreditur tidak bersedia

memberikan atau meneruskan pemberian pendanaan untuk proyek

§ Parameter keuangan (seperti: suku

Risiko keuangan adalah risiko di mana pihak swasta yang telah mendanai proyek melalui utang dengan proporsi yang besar harus mengalami pailit akibat terjadinya perubahan suku bunga yang mendadak.

SPV didukung oleh suatu jaringan pengaturan keuangan yang kompleks, termasuk para investor dan kreditur yang bergantung kepada kemampuan proyek untuk memberikan hasil laba dari investasi, yang harus didukung oleh syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum pembiayaan bisa dicairkan. Satu cara terbaik dalam mendisain kontrak adalah dengan menjadikan

Risiko Definisi Contoh(-Contoh) Uraian tentang karakteristik dari risiko bunga, tarif pajak) mengalami

perubahan sebelum badan usaha swasta memberikan komitmen penuhnya kepada proyek, sehingga dapat berdampak buruk terhadap harga

§ Struktur keuangan proyek tidak

cukup kuat, artinya proyek ini sangat rentan terhadap kejutan faktor risiko keuangan selama pelaksanaan proyek seperti perubahan suku bunga atau tarif pajak

pemenuhan pembiayaan sebagai prasyarat bagi berlakunya kontrak, serta dengan menetapkan suatu tanggal di mana pemenuhan pembiayaan telah terpenuhi pada saat jaminan penawaran dimintakan. Untuk menekan risiko pailit, beberapa kontrak mensyaratkan rasio utang terhadap ekuitas yang maksimal.

Risiko Operasional

Risiko yang menghalangi badan usaha untuk melaksanakan jasa-jasanya berdasarkan kontrak atau melaksanakan fungsi fasilitas berdasarkan spesifikasi yang disepakati dan/atau dalam rentang anggaran biaya yang direncanakan.

Risiko di mana suatu sistem transportasi yang dioperasikan oleh swasta bergantung kepada satu pemasok lokal untuk memperoleh suku cadang roda, sehingga menyebabkan kualitas yang terus menurun. Roda mengalami retak lebih dini dan harus diganti dua kali lebih sering dari sebelumnya, sehingga menyebabkan kecelakaan, naiknya biaya pemeliharaan dan berkurangnya laba.

§ Risiko operasional biasanya berkaitan dengan

produksi dan jalannya fungsi, ketersediaan dan kualitas masukan/input, kualitas dan efisiensi dari manajemen dan operasi, serta pemeliharaan dan perbaikan.

§ Risiko operasional terjadi ketika biaya untuk

mengoperasikan fasilitas melebihi anggaran sehingga menekan laba yang direncanakan dan/atau akhirnya fasilitas tersebut tidak mampu beroperasi sesuai dengan standar yang ditetapkan. Risiko

Permintaan

Risiko di mana permintaan atas jasa layanan atau penggunaan fasilitas ternyata berbeda dari level yang diperkirakan, yang akhirnya

menyebabkan besaran pendapatan dari user lebih kecil dari yang diharapkan.

Risiko di mana besaran jumlah pengguna aktual sistem transportasi di bawah perkiraan, sehingga menyebabkan kerugian yang besar bagi pihak swasta.

Risiko permintaan muncul pada tahap operasional proyek ketika jasa layanan atau fasilitas mulai ditawarkan kepada pengguna akhir. Pihak pengguna akhir, antara lain terdiri dari: Pemerintah, misalnya proyek rumah sakit atau sekolah; Pemerintah atas nama konsumen, misalnya instalasi pengolahan air,

Pemerintah atas nama publik secara langsung, misalnya jalan raya atau sistem transit massal. Apabila

pembayaran atas jasa layanan dihitung berdasarkan volume atau bergantung kepada tingkat penggunaan, maka proyek menjadi terpapar oleh kekuatan pasar, dengan segala risiko yang terkait dengannya.

Risiko Definisi Contoh(-Contoh) Uraian tentang karakteristik dari risiko Risiko Jaringan

dan Interface

Risiko jaringan adalah risiko di mana jaringan yang dibutuhkan oleh pihak swasta untuk melaksanakan jasa layanan berdasarkan kontrak atau fungsi fasilitas, akan diganti, tidak dipelihara dengan baik atau dengan berubah sedemikian rupa sehingga: (a) menghambat pelaksanaan jasa layanan atau fungsi fasilitas berdasarkan kontrak; (b) mempengaruhi kualitas keluaran yang ditetapkan; atau (c) mempengaruhi kelayakan dari proyek.

§ Risiko jaringan—risiko di mana suatu ruas

jalan tol yang dioperasikan swasta merupakan bagian dari sejumlah ruas jalan tol yang saling terinterkoneksi, dan bergantung kepada ruas jalan tol lainnya sebagai pengumpan untuk memperoleh trafik, ternyata tidak menerima trafik dalam jumlah yang mencukupi karena ada ruas tol lain yang belum selesai.

§ Risiko interface—risiko di mana suatu

proyek transportasi publik yang bergantung kepada interface dengan mode transportasi lain baik publik atau swasta, dihalangi untuk dapat membangun suatu interface yang efektif, misalnya akibat pembatasan parkir kendaraan.

§ Risiko jaringan dan interface berkaitan dengan titik-

titik temu antara proyek infrastruktur atau jasa layanan dengan jaringan atau jasa yang

dioperasikan oleh swasta atau pemerintah. Risiko- risiko ini memiliki karakteristik yang khas untuk setiap jenis proyek dan oleh karena itu harus fleksibel dalam menerapkan prinsip-prinsip alokasi risiko.

§ Risiko jaringan muncul manakala jasa layanan atau

fungsi yang berdasarkan kontrak saling terkait dengan, tergantung kepada atau sebaliknya dipengaruhi infrastruktur lainnya, input dan jasa layanan, yang secara bersama-sama disebut sebagai jaringan.

§ Risiko interface terjadi manakala mitra swasta dan

pemerintah keduanya sama-sama menyediakan jasa layanan dari atau terkait dengan fasilitas infrastruktur yang sama.

Risiko hubungan industrial

Risiko berupa bentuk tindakan industrial, misalnya pemogokan buruh, pelarangan masuk, pelarangan kerja,

work-to-rules, blokade, memperlambat

kerja, dan lain sebagainya, sehingga secara langsung atau tidak langsung berdampak negatif terhadap

komisioning, penyediaan jasa layanan atau keandalan dari proyek.

Aksi mogok buruh yang menyebabkan keterlambatan dalam mendapatkan pasokan, konstruksi dan/atau penyerahan jasa layanan, yang berakibat naiknya biaya, hilangnya atau berkurangnya pendapatan bagi pihak swasta, dan kemungkinan kewajiban kontrak untuk membayar kerugian kepada pemerintah.

Risiko hubungan industrial dapat muncul baik pada tahap konstruksi maupun operasi proyek, namun biasanya lebih sering terjadi pada saat tahap konstruksi.

Risiko perundang- undangan dan kebijakan pemerintah

Risiko di mana pemerintah akan menggunakan kewenangan serta imunitasnya, termasuk, namun tidak terbatas kepada, kewenangan untuk memberlakukan peraturan dan kebijakan yang berdampak buruk terhadap proyek.

§ Risiko manakala lembaga pelaksana tidak

memiliki kewenangan untuk

menandatangani kontrak atau apabila kewenangan tersebut dibatasi.

§ Risiko manakala Pemerintah dijadikan kebal

dari tuntutan hukum (risiko kedaulatan)

§ Risiko manakala Pemerintah akan

menggunakan kewenangannya untuk

Merupakan faktor penting yang akan dipertimbangkan oleh pihak swasta sebelum masuk ke skema KPBU dan salah satu kontribusi yang paling penting adalah penjaminan pemerintah.

Risiko Definisi Contoh(-Contoh) Uraian tentang karakteristik dari risiko memberlakukan atau merubah undang-

undang sedemikian rupa sehingga berdampak buruk bagi proyek

§ Risiko ketika pejabat pemerintah

memberikan atau menolak memberikan perizinan sedemikian rupa sehingga berpengaruh secara buruk bagi proyek

§ Risiko manakala Pemerintah menerbitkan

atau merubah suatu kebijakan sehingga berpengaruh kepada operasional proyek atau merubah hubungan antara proyek dan infrastruktur publik pesaing yang lain.

§ Risiko manakala regulator akan

menggunakan haknya yang akan berdampak buruk bagi proyek

§ Risiko manakala Pemerintah menuntut

perubahan pada spesifikasi jasa layanan atau turut campur dalam operasional usaha pihak swasta sedemikian rupa sehingga berdampak buruk bagi proyek. Risiko Kahar

(Force Majeure)

Risiko di mana terjadi suatu peristiwa tertentu yang kejadiannya berada di luar kekuasaan para pihak, yang akan menyebabkan keterlambatan atau bahkan kegagalan bagi pihak swasta untuk memenuhi kewajiban-kewajiban

kontraknya. Peristiwa-peristiwa force

majeure biasanya dibagi menjadi dua

kelompok yakni: kehendak Tuhan/act of

God dan kejadian politik.

§ Kehendak Tuhan—bencana alam seperti

badai, petir, topan, gempa, bencana alam, dampak cuaca, pasang naik, banjir, kekeringan, longsor, banjir lumpur dan kontaminasi nuklir, kimia dan biologis

§ Peristiwa-Peristiwa Politik—risiko-risiko

berupa kerusuhan sipil, pemberontakan, revolusi, terorisme, pergolakan sipil, kebangkitan dan kudeta militer, kerusakan akibat kejahatan, tindakan musuh masyarakat dan perang (baik yang dinyatakan maupun tidak)

§ Peristiwa-peristiwa force majeure dapat

dikategorikan ke dalam beberapa kelompok, yakni yang dapat diasuransikan atau yang dapat diduga sebelumnya dan dimitigasi dengan mengambil langkah-langkah yang diperlukan, dan yang tidak

dapat diperlakukan seperti itu. Force Majeure yang

dapat diasuransikan dan tidak dapat diasuransikan tersebut biasanya diperlakukan berbeda dalam perjanjian KPBU.

§ Peristiwa-peristiwa yang dapat diasuransikan atau

dimitigasi bisa beragam tergantung jenis proyeknya. Oleh karena itu, suatu kontrak harus menyatakan dengan tegas peristiwa-peristiwa apa saja yang dapat diasuransikan dan yang tidak dapat diasuransikan, meskipun apabila pada awalnya

Risiko Definisi Contoh(-Contoh) Uraian tentang karakteristik dari risiko nampak sangat luas.

Risiko

kepemilikan aset

Risiko berupa peristiwa-peristiwa seperti perubahan teknologi, pembangunan infrastruktur yang menjadi saingan atau aset yang lebih cepat menjadi usang, yang merubah nilai ekonomi dari aset, baik selama atau sesudah masa kontrak, dibandingkan dengan nilai yang menjadi dasar dari struktur keuangan proyek.

§ Risiko-risiko manakala pada masa

berlakunya kontrak KPBU tentang bandara, permintaan jasa angkutan udara menurun karena terpengaruh oleh kekhawatiran terkait isu perubahan iklim

§ Risiko-risiko manakala peningkatan ruas-

ruas jalan publik akan mengurangi permintaan untuk jasa layanan jalan tol

Berdasarkan faktor pendorong nilai keseluruhan periode proyek (whole of life), sering kali akan lebih baik apabila risiko-risiko tersebut dialokasikan kepada pihak swasta, karena mereka juga telah dialokasikan fungsi-fungsi proyek lainnya yang terkait. Namun demikian, alokasi risiko ini mungkin harus disesuaikan untuk setiap proyek, tergantung kepada syarat-syarat dari pemerintah untuk lokasi dan/atau fasilitas tertentu serta rencana pengoperasiannya pada akhir dari masa kontrak. Jika pada tahap awal proyek, Pemerintah memutuskan untuk menggunakan lahan dan/atau fasilitas dimaksud—terlepas dari apakah karena aset tersebut merupakan bagian integral dari suatu jaringan publik, yang diintegrasikan dengan operasi-operasi pemerintah lainnya, yang penting bagi penyediaan pelaya nan pemerintah sendiri atau untuk menjaga suatu lokasi yang strategis—maka harus dipastikan bahwa proyek akan menyerahkan asset tersebut kepada pemerintah sesuai waktu yang diperjanjikan, pada harga yang wajar dan berdasarkan syarat-syarat yang dapat diterima. Jika fasilitas tersebut akan dialihkan atau ditransfer kepada pemerintah pada akhir dari masa kontrak, maka pemerintah akan terpapar risiko nilai sisa dari fasilitas tersebut.

Tabel D.5.: Matriks Alokasi Risiko

Risiko Definisi Sebaiknya dialokasikan

kepada Alasan

Strategi Mitigasi yang

Mungkin Dilakukan Instrumen Alokasi Risiko lokasi tapak Bangunan yang masih ada di lokasi perbaikan /perluasan) § Risiko manakala

bangunan yang ada tidak memadai untuk

mendukung perbaikan baru, yang menyebabkan tambahan biaya dan waktu konstruksi.

§ Pihak Swasta § Pihak swasta akan dapat

mengelola biaya secara efektif biaya apabila sebelumnya telah melakukan audit tuntas (due diligence) atas bangunan yang masih ada.

§ Pihak swasta akan

menyerahkan kepada kontraktor yang melakukan

perbaikan/pembaruan berdasarkan uji ahli (expert testing) dan audit tuntas

§ Memberikan waktu yang

cukup kepada perusahaan swasta untuk melakukan studi lokasi

§ Klausul kontrak yang

mengharuskan mitra swasta untuk

menyediakan jaminan pelaksanaan/ performance bond

Kondisi tapak § Risiko manakala

ditemukan kondisi geologi yang tidak diperkirakan sebelumnya yang menyebabkan kenaikan biaya konstruksi dan/atau keterlambatan penyelesaian

§ Pihak swasta—kecuali jika

ditemukan adanya kondisi geologi yang kompleks, pihak swasta

menanggung biaya sampai jumlah tertentu, dan pemerintah akan bertanggungjawab terhadap biaya yang timbul di atas jumah tersebut

§ Pihak swasta dapat

mengelola biaya secara efektif apabila kegiatan

Dalam dokumen prefs guidelines juni2017 rev1 (Halaman 52-66)

Dokumen terkait