• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Komunikasi Guru Dalam Menghadapi Temper Tantrum Pada Anak Autis (Studi Deskriptif Kualitatif Pada Anak Autis Di Sekolah YAKARI Di Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Komunikasi Guru Dalam Menghadapi Temper Tantrum Pada Anak Autis (Studi Deskriptif Kualitatif Pada Anak Autis Di Sekolah YAKARI Di Kota Medan)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN

Lampiran 1: Hasil wawancara responden 1

Kak Sita

1. Bagaimana cara guru/orangtua melakukan komunikasi dengan anak autis yang mengalami tantrum?

(2)

Universitas Sumatera Utara 2. Apakah strategi dalam berkomunikasi yang dilakukan selama ini sudah

cukup efektif? K’S: Belum

3. Hambatan apa saja yang dialami anak saat ia mengalami tantrum? K’S: Menendang, mencakar, berteriak.

4. Biasanya apa isi pesan yang disampaikan kepada anak autis ini? K’S: Perintah (“tidak boleh”)

5. Kegiatan apa saja yang biasa dilakukan yang dapat memperkecil terjadinya tantrum?

K’S: Perintah

6. Apakah ada keahlian khusus yang harus dimiliki dari seorang guru pengajar disekolah ini?

K’S: Sabar, mengetahui ilmu autis, tanggung jawab, mengenal autis, mengetahui metode ABA

7. Selama anak berada dirumah, apakah ada hal khusus yang harus dilakukan oleh orang terdekat/orangtua dari anak tersebut untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasinya?

K’S: Ada

8. Apakah ada evaluasi yang dilakukan guru / orang tua dalam membantu kemampuan berkomunikasi dari anak ini?

K’S: Tidak ada

9. Pada saat anak mengalami tantrum, apakah ada strategi komunikasi yang digunakan oleh guru / orang tua dalam menenangkan anak tersebut?

K’S: Tidak bisa

10.Bagaimana cara guru / orangtua mengenali gejala terjadinya tantrum pada anak?

K’S: Tidak bisa

11.Dalam berkomunikasi dengan anak, media apa yang paling sering digunakan oleh guru / orangtua, contohnya seperti TV, tulisan, gambar-gambar, permainan?

(3)

Universitas Sumatera Utara 12.Media apa yang paling disenangi / disukai anak sehingga pesan yang

disampaikan dapat dimengerti dengan cepat oleh anak? K’S: Gambar

13.Apakah tantrum ini dapat sembuh dan berapa lama kira-kira proses penyembuhannya?

(4)

Universitas Sumatera Utara Lampiran 2: Hasil wawancara responden 2

Bu Fitri

1. Bagaimana cara guru / orangtua melakukan komunikasi dengan anak autis yang mengalami tantrum?

B’F: Memanggil nama, sampai benar-benar menoleh dan tahu bahwa yang dipanggil itu dia, karena anak autis tidak mau melakukan kontak mata 2. Apakah strategi dalam berkomunikasi yang dilakukan selama ini sudah

cukup efektif?

B’F: Belum. Karena lain anak lain juga komunikasinya. Karena orang tua juga berbeda dalam mendidik anak. Ada yang dibiarkan oleh orang tua, ada juga yang diajarkan oleh orang tuanya

3. Hambatan apa saja yang dialami anak saat ia mengalami tantrum?

B’F: Karena tidak mengerti apa yang dia mau, sehingga dapat membuat anak ini marah.

4. Biasanya apa isi pesan yang disampaikan kepada anak autis ini?

B’F: Perintah, duduk, berdiri, diam. 1 atau 2 menit adalah hal yang luar biasa. Isi pesan adalah pesan yang singkat, karena anak juga berbeda. 5. Kegiatan apa saja yang biasa dilakukan yang dapat memperkecil terjadinya

tantrum?

B’F: Tunjukkan apa yang dia mau

6. Apakah ada keahlian khusus yang harus dimiliki dari seorang guru pengajar disekolah ini?

B’F: Kesabaran, wawasan luas tentang anak, pendidikan bagaimana mengajarkan anak autis, mampu mengendalikan anak autis.

7. Selama anak berada dirumah, apakah ada hal khusus yang harus dilakukan oleh orang terdekat / orangtua dari anak tersebut untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasinya?

(5)

Universitas Sumatera Utara 8. Apakah ada evaluasi yang dilakukan guru / orang tua dalam membantu

kemampuan berkomunikasi dari anak ini?

B’F: Tidak ada, karena harus 1 materi yang harus diketahui oleh anak, maka materi yang baru akan diajarkan

9. Pada saat anak mengalami tantrum, apakah ada strategi komunikasi yang digunakan oleh guru/orang tua dalam menenangkan anak tersebut?

B’F: Mau belajar atau tidak. Jika tidak mau, maka jangan dipaksa

10.Bagaimana cara guru/orangtua mengenali gejala terjadinya tantrum pada anak?

B’F: Melihat apakah dia tidak suka. Apalagi bersama dengan orang baru. Atau ada yang disuka tidak dikasih, dirumah dimanja, sehingga mengalami tantrum pada saat disekolah. Tantrum ini memberikan arti bahwa anak tersebut marah, karena ia tidak bisa mengatakan apa sebab ia marah, dan mengapa ia marah.

11.Dalam berkomunikasi dengan anak, media apa yang paling sering digunakan oleh guru / orangtua, contohnya seperti TV, tulisan, gambar-gambar, permainan?

B’F: Tulisan dan gambar harus sama penggunaannya

12.Media apa yang paling disenangi / disukai anak sehingga pesan yang disampaikan dapat dimengerti dengan cepat oleh anak?

B’F: TV, permainan, gambar

13.Apakah tantrum ini dapat sembuh dan berapa lama kira-kira proses penyembuhannya?

(6)

Universitas Sumatera Utara Lampiran 3: Hasil wawancara responden 3

Bang Andi

1. Bagaimana cara guru / orangtua melakukan komunikasi dengan anak autis yang mengalami tantrum?

B’A: Jika anak menyerang jauhi dan cari tau kenapa ia marah. Tergantung pada anak. Jika menyerang dirinya, harus kita tahan.

2. Apakah strategi dalam berkomunikasi yang dilakukan selama ini sudah cukup efektif?

B’A: Belum

3. Hambatan apa saja yang dialami anak saat ia mengalami tantrum?

B’A: Tidak suka sesuatu, dan ada yang berubah. Itu yang membuat ia marah. Jika ingin main pada saat belajar, berikan. Tapi jika pemahamannya sudah bagus, harus dilarang. Karena kuncinya tidak boleh memperlihatkan kelemahan/dimanjakan. Karena itu akan terus berlanjut. 4. Biasanya apa isi pesan yang disampaikan kepada anak autis ini?

B’A: Materi, atau bermain sambil belajar. Pujian

5. Kegiatan apa saja yang biasa dilakukan yang dapat memperkecil terjadinya tantrum?

B’A: Bermain, apa yang dia suka. Menjadi sama dengan anak tersebut 6. Apakah ada keahlian khusus yang harus dimiliki dari seorang guru

pengajar disekolah ini?

B’A: Kesabaran, kreatif, tamatan kesehatan , psikolog,

7. Selama anak berada dirumah, apakah ada hal khusus yang harus dilakukan oleh orang terdekat/orangtua dari anak tersebut untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasinya?

(7)

Universitas Sumatera Utara 8. Apakah ada evaluasi yang dilakukan guru / orang tua dalam membantu

kemampuan berkomunikasi dari anak ini?

B’A: Belum ada evaluasi, karena terbatas jika anak tersebut tidak bisa berkomunikasi.

9. Pada saat anak mengalami tantrum, apakah ada strategi komunikasi yang digunakan oleh guru / orang tua dalam menenangkan anak tersebut?

B’A: Cari tau apa alasannya. Cari tau apa kesukaannya untuk meredakan tantrumnya. Perintah. Jika tidak tau apa alasannya.

10.Bagaimana cara guru / orangtua mengenali gejala terjadinya tantrum pada anak?

B’A: Tidak ada gejala awal. Ada pada sebagian anak. Nangis/mogok, semakin parah kemudian tantrum.

11.Dalam berkomunikasi dengan anak, media apa yang paling sering digunakan oleh guru / orangtua, contohnya seperti TV, tulisan, gambar-gambar, permainan?

B’A: Tergantung materi. Paling sering, mainan karet, dan dimain-mainkan. Gambar-gambar.

12.Media apa yang paling disenangi / disukai anak sehingga pesan yang disampaikan dapat dimengerti dengan cepat oleh anak?

B’A: Gambar, mainan karet, karena terlihat asli

13.Apakah tantrum ini dapat sembuh dan berapa lama kira-kira proses penyembuhannya?

(8)

Universitas Sumatera Utara Lampiran 4: Hasil wawancara responden 4

Kak Fredawati

1. Bagaimana cara guru / orangtua melakukan komunikasi dengan anak autis yang mengalami tantrum?

K’F: Perintah, seperti misalnya pas saat dikelas tantrum maka guru akan mengatakan tidak boleh memukul, tidak boleh berteriak dll. Karena untuk mengatasi anak tantrum komunikasi yang digunakan oleh guru adalah komunikasi perintah

2. Apakah strategi dalam berkomunikasi yang dilakukan selama ini sudah cukup efektif?

K’F: Belum, tergantung buat anak. karena tidak ada kata maksimal untuk anak seperti ini

3. Hambatan apa saja yang dialami anak saat ia mengalami tantrum? K’F: Dirumah tidak diperhatikan, maka dikelas akan tantrum 4. Biasanya apa isi pesan yang disampaikan kepada anak autis ini?

K’F: Perintah, tergantung usia anak. Tidak ada komunikasi yang lain selain perintah

5. Kegiatan apa saja yang biasa dilakukan yang dapat memperkecil terjadinya tantrum?

K’F: Belajar mandiri. Jika sudah bisa tenang, maka tantrum akan berkurang, karena pemahaman yang sudah baik

6. Apakah ada keahlian khusus yang harus dimiliki dari seorang guru pengajar disekolah ini?

K’F: Kesabaran, karena anak semarah apapun, harus sabar menghadapinya. Bisa berkomunikasi dengan baik, sering membaca untuk mengetahui bagaimana menghadapi anak-anak.

(9)

Universitas Sumatera Utara K’F: Ada, karena makanan. Apa yang diajarkan oelh sekolah harus juga diajarkan dirumah, agar perkembangannya bisa menjadi lebih baik. Materi yang diberikan sekolah harus diikuti oleh orangtua

8. Apakah ada evaluasi yang dilakukan guru / orang tua dalam membantu kemampuan berkomunikasi dari anak ini?

K’F: Ada. Tanya kembali

9. Pada saat anak mengalami tantrum, apakah ada strategi komunikasi yang digunakan oleh guru / orang tua dalam menenangkan anak tersebut?

K’F: Berikan mainan yang ia suka. Ajak ngomong

10.Bagaimana cara guru / orangtua mengenali gejala terjadinya tantrum pada anak?

K’F: Perkembangan awal. Jika diberi materi ia tidak suka,

11.Dalam berkomunikasi dengan anak, media apa yang paling sering digunakan oleh guru / orangtua, contohnya seperti TV, tulisan, gambar-gambar, permainan?

K’F: Tergantung anak. Apakah suka bermain, bernyanyi. Gurunya suka bernyanyi. Maka bernyanyi juga

12.Media apa yang paling disenangi / disukai anak sehingga pesan yang disampaikan dapat dimengerti dengan cepat oleh anak?

K’F: 3 orang anak suka bernyanyi

13.Apakah tantrum ini dapat sembuh dan berapa lama kira-kira proses penyembuhannya?

(10)

Universitas Sumatera Utara Lampiran 5: Hasil wawancara responden 5

Kak Resti Hertika:

1. Bagaimana cara guru / orangtua melakukan komunikasi dengan anak autis yang mengalami tantrum?

K’R: Dengan memberikan perintah

2. Apakah strategi dalam berkomunikasi yang dilakukan selama ini sudah cukup efektif?

K’R: Belum efektif. Karena jam waktunya terbatas.

3. Hambatan apa saja yang dialami anak saat ia mengalami tantrum?

K’R: Biarin dulu. Susah untuk mengatasi tantrum pada anak. Ada saatnya kita diamkan, ada saatnya kita kasih perintah

4. Biasanya apa isi pesan yang disampaikan kepada anak autis ini? K’R: Perintah, kita tekankan/tegas. Sehingga anak mengerti.

5. Kegiatan apa saja yang biasa dilakukan yang dapat memperkecil terjadinya tantrum?

K’R: Jangan melakukan apa yang disukai oleh anak, sehingga anak tidak tantrum. Guru hanya perlu duduk tenang saja. Jika anak ini suka keluar ruangan, jangan buka pintu. Jika anak tidak suka mainannya diambil, jangan ambil mainannya. Karena itu akan mengurangi tantrumnya.

6. Apakah ada keahlian khusus yang harus dimiliki dari seorang guru pengajar disekolah ini?

K’R: Tahu kebutuhan anak seperti ini. Mempelajaari menganalisa anak-anak seperti ini.

7. Selama anak berada dirumah, apakah ada hal khusus yang harus dilakukan oleh orang terdekat / orangtua dari anak tersebut untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasinya?

(11)

Universitas Sumatera Utara 8. Apakah ada evaluasi yang dilakukan guru / orang tua dalam membantu

kemampuan berkomunikasi dari anak ini?

K’R: Tergantung pada anak. Jika sudah makin baik, maka lanjut ke tahap berikutnya. Jika belum, maka tetap disitu

9. Pada saat anak mengalami tantrum, apakah ada strategi komunikasi yang digunakan oleh guru / orang tua dalam menenangkan anak tersebut?

K’R: Perintah. Hanya untuk menenangkan. Tidak untuk tahu penyebabnya 10.Bagaimana cara guru / orangtua mengenali gejala terjadinya tantrum pada

anak?

K’R: Langsung menjerit-jerit. Pegang tangannya. Menyakiti dirinya sendiri.

11.Dalam berkomunikasi dengan anak, media apa yang paling sering digunakan oleh guru / orangtua, contohnya seperti TV, tulisan, gambar-gambar, permainan?

K’R: Gambar, mainan karet.

12.Media apa yang paling disenangi / disukai anak sehingga pesan yang disampaikan dapat dimengerti dengan cepat oleh anak?

K’R: Menggambar, melukis

13.Apakah tantrum ini dapat sembuh dan berapa lama kira-kira proses penyembuhannya?

Referensi

Dokumen terkait

Mengapa dalam reaksi inti dan reaksi nuklir dalam pemanfatannya sebagai energi sering dihindarkan, mohon keterbatsan dari penggunaan reaksi inti tersebut dalam pengadaan energi

With respect to the use of the aiming eyepiece camera, the tests (TDC) realized in laboratory (close distance -4 m- and good light conditions) show very small spatial

Pendaftaran secara online melalui pesertadidik.ditpsmk.net dilengkapi dengan fotocopy/scan rapor terakhir yang menandakan masih aktif sebagai siswa SMK dan pas foto (3

Pada kehidupan sehari-hari dikenal berbagai penerapan reaksi kimia organik dalam Industri atau kehidupan sehari-hari, diantaranya pada industri mentega.. Pada industri

This means, at baseline distance of only 10 mm two cameras of the same type will likely not cause projective problems and follow the above mentioned theory for point features, whilst

Berdasarkan hasil survei awal yang telah dilakukan, Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Haji Medan masih banyak dijumpai proses pengolahan makanan yang kurang baik,

Kabupaten Pasir yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang

1) Peralatan tidak rusak, sompel, retak dan tidak menimbulkan pencemaran terhadap makanan. 2) Permukaan yang kontak langsung dengan makanan harus conus atau tidak