BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengertian obesitas menurut WHO (World Health Organization) (2015) merupakan akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan, sedangkan menurut CDC (Centers for Disease Control and
Prevention)(2015) mendefinisikan obesitas sebagai kelebihan berat badan di atas
persentil ke-95 dengan proporsi lemak tubuh yang lebih besar dibandingkan komponen lainnya.
Obesitas terjadi jika dalam suatu periode waktu, lebih banyak kilokalori yang masuk melalui makanan lebih banyak daripada yang digunakan untuk menunjang kebutuhan energi tubuh, dengan kelebihan energi tersebut disimpan sebagai trigliserida di jaringan lemak (Sherwood, 2011).
Sejak 1980, obesitas di seluruh dunia meningkat menjadi dua kali lipat. Secara nasional masalah obesitas pada anak usia 5-12 tahun masih tergolong tinggi yaitu 18,8 persen, terdiri dari over weight 10,8 persen dan obesitas 8,8 persen. Sebanyak 15 provinsi dengan prevalensi obesitas diatas nasional, yaitu Kalimantan Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Timur, Bali, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Jambi, Papua, Bengkulu, Bangka Belitung, Lampung dan DKI Jakarta (Riskesdas, 2013).
Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal, yaitu peristiwa pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara berkala yang berasal dari mukosa uterus dan terjadi relatif teratur mulai dari awitan menstruasi sampai menopause, kecuali pada masa hamil dan laktasi. Lama perdarahan pada menstruasi bervariasi, pada umumnya 4-6 hari, tapi 2-9 hari masih dianggap fisiologis (Ganong, 2003).
Usia awitan menstruasi merupakan menstruasi pertama pada perempuan. Ini merupakan tanda bahwa organ reproduksi telah aktif. Usia awitan menstruasi sekarang berkisar antara 11-13 tahun namun rata-rata usia awitancenderung lebih muda daripada beberapa dekade yang lalu. Pada abad yang lalu, usia awitan menstruasi mengalami penurunan secara bertahap terutama di Amerika Serikat dan Eropa. Diperkirakan usia awitan dipengaruhi oleh genetika, gizi, lingkungan, dan status ekonomi. Dalam beberapa tahun terakhir, usia awitan menstruasi mengalami penurunan pada negara berkembang (Olivia et al., 2012).
Diketahui 37,5 persen perempuan mengawali usia awitan menstruasi pada umur 13-14 tahun, dijumpai 0,1 perempuan dengan umur awitan menstruasi 6-8 tahun, dan dijumpai juga sebayak 19,8 persen perempuan baru mendapat menstruasi pertama pada usia 15-16 tahun, dan 4,5 persen pada usia 17 tahun ke atas (Riskesdas, 2010).
Leptin yang ditemukan oleh Zang tahun 1994 merupakan protein homon atau polipetida 16-kDa yang terdiri dari 146 asam amino dan dihasilkan oleh sel lemak. Leptin diduga berperan sebagai mediator atau perantara jaringan lemak dengan sumbu hipotalamus-hipofise-gonad yang memberikan sinyal kepada sentral untuk dimulainya peningkatan sekresi GnRH sebagai awal dimulainya awitan pubertas. Remaja obes akan mempunyai kadar leptin serum yang lebih tinggi yang membuat usia awitan menstruasi menjadi lebih dini (Butler, 2000, dalam Hendri, 2012).
berlebih) usia awitan menstruasi 11-12 tahun dan dengan IMT persentil 5 – 85 (berat badan normal) usia awitan menstruasi 11-12 tahun (Olivia et al., 2012).
1.2. Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan obesitas dengan usia awitan menstruasi pada siswi-siswi SMPN 1 Medan?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan obesitas dengan usia awitan menstruasi pada siswi-siswi SMPN 1 Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran rata-rata obesitas pada siswi SMPN 1 Medan.
2. Untuk mengetahui gambaran rata-rata usia awitan menstruasi siswi SMPN 1 Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan menambah wawasan bagi pembaca khususnya remaja putri dan peneliti mengenai hubungan obesitas terhadap usia awitan menstruasi.