ABSTRAK
Oriflame Indonesia merupakan sebuah perusahan yang memproduksi kosmetik dan barang perawatan tubuh untuk kebutuhan sehari – hari, dengan menggunakan sistem pemasaran berbasis Multi Level Marketing (MLM). Ditengah meningkatnya sumber daya manusia dan terbatasnya jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia. Tentu saja tawaran untuk menjadi seorang pebisnis bersama perusahaan Oriflame merupakan sebuah tawaran yang sulit untuk di tolak begitu saja.
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan hasil penelitian ini ialah Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana keterkaitan antara status Membership Group terhadap perilaku konsumtif di jaringan Imaginer Oriflame Indonesia cabang Medan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan format eksplanasi yang merujuk pada model eksplanasi survei berdasarkan paradigma dominan dalam pendekatan metode penelitian kuantitatif.
Berdasarkan hasil penghitungan korelasi Pearson menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi antara variabel X (Status Membership Group) dengan variabel Y (Perilaku Konsumtif) adalah -0,100. Hal ini memperlihatkan bahwa tidak adanya korelasi yang signifikan atas perilaku konsumtif yang disebabkan oleh status Membership Group. Dengan kata lain status keanggotaan yang dimiliki oleh para responden di jaringan Imaginer tidak mempengaruhi keputusan mereka dalam berbelanja produk Oriflame. Sehingga hal tersebut tidak menjadi pemicu ataupun pendorong dari terbentuknya masyarakat konsumsi seperti yang telah dijelaskan oleh teori konsumerisme. Mereka menggunakan rasionalitas dalam status keanggotaannya untuk berbelanja barang – barang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang mereka miliki dalam melakukan proses konsumsi. Disamping itu, faktor pendidikan yang dimiliki responden yang dalam hal ini merupakan variabel antara di dalam penelitian turut menjadi dasar acuan yang baik dalam membentuk pola pemikiran dan melakukan tindakan agar memperhatikan nilai guna dari suatu produk dalam membeli produk – produk Oriflame.
Pada jaringan Imaginer sendiri para anggota telah membuktikan bahwa mereka tidak terpaku pada aturan persyaratan dalam setiap tingkatan jenjang karir yang ditawarkan oleh pihak manajemen Oriflame. Status keanggotaan justru memberikan dampak positif yang dapat menjadi kontrol setiap tindakan para Member di jaringan Imaginer untuk bersikap bijaksana dalam menjalani dinamika bisnis di perusahaan Oriflame. Sehingga disfungsional dari aturan yang disebabkan oleh kepatuhan yang terlampau besar dan kekakuan atas aturan serta kewajiban seperti penjelasan teori struktural fungsional taraf menengah tentang kepribadian birokratis tidak terjadi pada seluruh komponen Member Oriflame di jaringan Imaginer.
Kata Kunci: Status Membership Group, Perilaku Konsumtif, Oriflame