• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Jenis Burung dan Kondisi Cuaca pada Tenggeran Buatan di Kawasan Restorasi Resort Sei Betung Taman Nasional Gunung Leuser

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi Jenis Burung dan Kondisi Cuaca pada Tenggeran Buatan di Kawasan Restorasi Resort Sei Betung Taman Nasional Gunung Leuser"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Kondisi Lokasi Penelitian

Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) adalah salah satu kawasan pelestarian alam di Indonesia dengan luas 1.094.692 hektar yang secara administrasi pemerintahan terletak di dua provinsi, yaitu Aceh dan Sumatera Utara. Provinsi Aceh yang terdeliniasi TNGL meliputi kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Tamiang. Sedangkan provinsi Sumatera Utara yang terdeliniasi TNGL meliputi Kabupaten Dairi, Karo dan Langkat. Taman nasional ini mengambil nama dari Gunung Leuser yang menjulang tinggi dengan ketinggian 3404 meter di atas permukaan 8laut di Aceh. Taman Nasional ini meliputi ekosistem asli dari pantai sampai pegunungan tinggi yang diliputi oleh hutan lebat khas hujan tropis, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu

pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi (Anonim, 2010).

(2)

Gambar 1. Peta kawasan resort sei betung TNGL

Definisi Burung

Burung Adalah vertebrata yang aktif di siang hari dan unik dalam memiliki bulu sebagai penutup tubuh. Dengan bulu itu tubuh dapat mengatur suhu tubuh dan terbang. Dengan kemampuan terbang itu burung dapat mendiami semua habitat (Peterson, 1980).

Burung termasuk dalam kelas Aves, sub Phylum Vertebrata dan masuk ke

dalam Phylum Chordata, yang diturunkan dari hewan berkaki dua (Welty, 1982). Burung dibagi dalam 29 ordo yang terdiri dari 158 famili,

(3)

Tubuh burung dapat dibedakan menjadi bagian-bagian kepala, leher, badan dan anggota. Alat-alat yang terdapat pada kepala ialah paruh, lubang hidung, mata dan lubang telinga luar.Pada pangkal paruh sebelah atas terdapat tonjolan kulit yang lemah yang disebut dengan sora. Mata dikelilingi oleh kulit yang berbulu. Mempunyai pelupuk mata atas dan bawah yang bersifat lunak, dibawahnya terdapat pelupuk mata yang ketiga berupa selaput transparan yang dapat menutupi mata. Di bagian dalam lubang telinga luar, terdapat membrane timpani (selaput pendengaran) yang berguna untuk menangkap getaran suara. Sedanngkan paruh burung berfungsi sekaligus sebagai tangan dan mulut, yaitu membantu untuk mendapatkan dan memegang atau memangsanya, menyelisik bulu-bulunya, mengumpulkan dan menyusun sarangnya dan untuk mempertahankan diri (Brotowidjoyo, 1994).

Burung atau aves adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang

(vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap.Di-perkirakan terdapat sekitar 8.800-10.200 spesies burung di seluruh dunia dan sekitar 1.500 jenis di antaranya

ditemukan di Indonesia serta 465 jenis terdapat di Pulau Sumatera (Primark et al., 1998). IUCN (2004) dalam Wanda (2010) menyatakan bahwa

(4)

(near threatened) sampai terancam punah (endangered), seperti jenis dari famili Bucerotidae.

Keanekaragaman Burung

Keanekaragaman jenis burung dapat digambarkan sebagai kekayaan atau jumlah jenis burung yang ditemukan pada suatu kawasan, dimana secara morfologi dan biologi berbeda antara jenis yang satu dengan jenis lainnya. Dalam ekologi umumnya keanekaragaman hayati mengarah pada komposisi dari suatu profil habitat yang mendukung derajat kelimpahan satwa liar dengan tipe habitatnya. Keanekaragaman jenis burung mengandung beragam manfaat dan memerankan berbagai fungsi, sehingga pelestariannya menjadi sangat penting baik ditinjau dari sudut ekonomi, sosial dan budaya (Alikodra, 1990).

Keanekaragamana jenis burung pada berbagai tipe habitat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :

1. Waktu Aktifitas

Jika ditinjau dari waktu aktivitasnya, burung lebih aktif pada waktu pagi hari dan sore hari dibanding pada siang hari. Hal ini menunjukkan bahwa waktu aktivitas burung juga merupakan salah satu penyebab adanya perbedaan keanekaragaman jenis burung (Rahmawaty, 2006). Hume (2003) menyatakan bahwa burung lebih aktif dipagi hari dan menjelang sore, disebabkan pada waktu inilah burung keluar untuk mencari makan dengan mengeluarkan suara-suara merdunya.

2. Ketersediaan Makanan Utama Bagi Burung

(5)

tingkat ketersediaan makanan maka semakin tinggi pula keanekaragaman jenis burungnya. Alikodra (1990) mengelompokkan burung dalam 6 golongan menurut jenis pakan yang dimakannya, yaitu:

1. Jenis burung pemakan serangga, contohnya srigunting hutan (Dicrurus hottentottus), walet sapi (Collocalla esculenta).

2. Jenis burung pemakan buah, contohnya punai ekor panjang (Treron oxyura), pergam hijau (Decula aenae).

3. Jenis burung pemakan biji-bijian, contohnya bondol hitam (Lonchura malacca), tekukur (Streptopella chinensis).

4. Jenis burung pemakan daging/ pemangsa, contohnya elang hitam (Ictinaetus malayensis), alap-alap kawah (Falcon pericrinus).

5. Jenis burung penghisap madu atau nektar tumbuhan, contohnya burung

madu kuning (Nectarinia jugularis), burung madu hitam (Nectarina calcostetha).

6. Jenis burung pemakan ikan, contohnya pecuk ular (Anhingga melanosgaster).

(6)

3. Tipe Habitat

Hutan yang luas dan relatif jauh dari gangguan aktivitas manusia merupakan habitat yang sesuai bagi burung. Sehingga keanekaragam jenis burungnya lebih tinggi (Widodo, 2006).

Berdasarkan hasil penelitian Duma, dkk (2013), didapatkan hasil keanekaragaman jenis burung di jalur restorasi hutan, seperti Tabel 1.

Tabel 1. Keanekaragaman jenis burung berdasarkan Indeks Shannon-Wiener di jalur restorasi hutan

No Famili Nama Latin Nama Indonesia Jlh PiInPi

1 Accipitridae 1. Spilornis cheela Elang-ular bido 11 -0.063

2 Apodidae 2. Collocalia maxima Wallet sarang-hitam 97 -0.269

3 Alcedinidae 3. Halcyon smyrnensis Cekakak belukar 3 -0.023

4 Bucerotidae 4. Aceros undulatus Julang emas 5 -0.034

5 Campephgidae 5. Lalagae nigra Kapasan kemiri 6 -0.040

6 Chloropseidae 6. Aegithina tiphia Cipoh kacat 17 -0.088

7 Columbidae 7. Chalcophaps indica 8. Theron vernans 8 Corvidae 12.Platysmurus

leucopterus

Tangkar kambing 10 -0.059

9 Cuculidae 13.Centropus rectunguis 14.Centropus sinensis 11 Meropidae 20.Merops viridis Kirik-kirik biru 23 -0.109

12 Muscicapidae 21.Rhipidura perlata Kipasan mutiara 4 -0.029

13 Nectariniidae 22.Arachnothera flavigaster 14 Oriolidae 24.Oriolus chinensis

25.Oriolus xanthonotus 15 Picidae 26.Celeus brachyurus

(7)

16 Pycnonotidae 30.Phycnonotus goiavier

18 Psittacidae 37.Psittinus cyanurus 38.Psittacula alexandri

19 Silviidae 39.Orthotomus sericeus 40.Orthotomus ruficeps

20 Sturnidae 43.Aplonis panayensis Perling kumbang 9 -0.054 21 Turdidae 44.Copsychus saularis Kucica kampung 2 -0.016 22 Turnicidae 45.Turnix suscitator Gemak loreng 2 -0.016

Total 726 -3,095

Keanekaragaman jenis burung berbeda dari suatu tempat ke tempat lainnya, hal ini tergantung pada kondisi lingkungan dan faktor yang mempengaruhinya. Distribusi vertikal dari dedaunan atau stratifikasi tajuk merupakan faktor yang mempengaruhi keanekaragaman jenis burung. Indeks keanekaragaman merupakan tinggi rendahnya suatu nilai yang menunjukkan tinggi rendahnya keanekaragaman dan kemantapan komunitas. Komunitas yang memiliki nilai keanekaragaman semakin tinggi maka hubungan antar komponen dalam komunitas akan semakin kompleks (Dewi, 2005).

Kelimpahan Burung

(8)

meliputi adaptasi burung terhadap perubahan lingkungan, kompetisi dan seleksi alam (Welty, 1982). Penyebaran burung sangat erat kaitannya denganketersediaan pakan, sehingga habitat burung berbeda antara jenis satu dengan yang lainnya, dikarenakan jenis makanan yang berbeda pula (Peterson, 1980). Banyak spesies burung yang hanya menempati habitat tertentu atau tahapan tertentu dari suatu habitat (Primack et al, 1998).

Ada burung yang hidup di hutan lebat, hutan kurang lebat, semak-semak, dan rerumputan. Sebaliknya ada juga burung yang hidup di lapangan terbuka tanpa atau dengan sedikit tumbuhan. Kebanyakan burung-burung ini menemukan makanannya pada tumbuhan atau di tanah. Ada burung yang menangkap burung yang lebih kecil atau serangga sebagai makanannya (Ensiklopedi Indonesia,1992). Pergerakan satwaliar baik dalam skala sempit maupun luas merupakan usaha untuk memenuhi tuntutan hidupnya (Alikodra, 2002).

Berdasarkan hasil penelitian Duma, dkk (2013), di dapatkan hasil kelimpahan burung di kawasan restorasi, seperti Tabel 2.

Tabel 2. Kelimpahan burung di jalur restorasi hutan

No Famili Nama Latin Nama Indonesia Jlh Kelimpahan

(%)

1 Accipitridae 1. Spilornis cheela Elang-ular bido 11 1.52 2 Apodidae 2. Collocalia maxima Wallet sarang-hitam 97 13.36 3 Alcedinidae 3. Halcyon smyrnensis Cekakak belukar 3 0.41 4 Bucerotidae 4. Aceros undulatus Julang emas 5 0.69 5 Campephgidae 5. Lalagae nigra Kapasan kemiri 6 0.83 6 Chloropseidae 6. Aegithina tiphia Cipoh kacat 17 2.34 7 Columbidae 7. Chalcophaps indica

8. Theron vernans 8 Corvidae 12.Platysmurus

leucopterus

Tangkar kambing 10 1.38

(9)

17.Cacomantis merulinus Wiwik kelabu 1 0.14 11 Meropidae 20.Merops viridis Kirik-kirik biru 23 3.17 12 Muscicapidae 21.Rhipidura perlata Kipasan mutiara 4 0.55 13 Nectariniidae 22.Arachnothera

flavigaster 14 Oriolidae 24.Oriolus chinensis

25.Oriolus xanthonotus 15 Picidae 26.Celeus brachyurus

27.Dinopium javanense 16 Pycnonotidae 30.Phycnonotus goiavier

31.Phycnonotus simplex

18 Psittacidae 37.Psittinus cyanurus 38.Psittacula alexandri 19 Silviidae 39.Orthotomus sericeus

40.Orthotomus ruficeps 20 Sturnidae 43.Aplonis panayensis Perling kumbang 9 1.24 21 Turdidae 44.Copsychus saularis Kucica kampung 2 0.28 22 Turnicidae 45.Turnix suscitator Gemak loreng 2 0.28

Habitat Burung

(10)

Bentuk tubuh burung telah terbukti sangat berhasil dalam penyebarannya diseluruh muka bumi. Mereka menempati setiap tipe habitat dari katulistiwa sampai daerah kutub, ada burung hutan, burung padang terbuka, burung gunung, burung air, ada burung yang menjelajahi samudera terbuka dan ada juga burung yang hidup dalam gua dan dapat menemukan arah dalam kegelapan. Dimana saja ditemukan pohon yang tumbuh atau terdapat ikan, serangga dan avertebrata lainnya, disitu ada burung yang mencari kehidupan; sebagai pemakan biji-bijian, buah atau nectar, disamping ada yang memakan serangga, ikan dan sebagai pemangsa atau pemakan bangkai.Perilaku sosial burung berubah sesuai dengan relung tempat mencari makan disamping tingkah laku berbiak dan kebiasaan umum lainnya.Luas pergerakan dan jarak tempuh burung juga berbeda pada setiap jenis.Beberapa jenis menempati teritori yang kecil serta tetap dan lambat berpencar untuk menempati daerah baru. Jenis lain mempunyai ruang llingkup pergerakan yang lebih luas (Mackinnon, 1995).

(11)

tanah, air, temperatur, cahaya matahari dan faktor biologis yang meliputi vegetasi dan satwa lainnya.

Keseimbangan suatu komunitas satwa liar di suatu habitat termasuk burung akan dapat di pertahankan eksistensinya, bila komponen-komponen pembentuk habitat baik kualitas maupun kuantitasnya dapat memenuhi kebutuhan hidup satwa liar tersebut. Sebaliknya apabila keadaan habitat tersebut tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan satwa maka satwa tersebut akan bermigrasi atau melakukan adaptasi (Buhanuddin, 1989).

Suhu

(12)

Suhu merupakan salah satu faktor pembatas peneyebaran hewan, dan selanjutnya menentukan aktivitas hewan. Rentang suhu lingkungan di bumi jauh lebih besar dibandingkan dengan rentangan penyebaran aktivitas hidup. Suhu udara di bumi terentang dari -700- +850C. Secara umum aktivitas kehidupan terjadi antara rentangan sekitar 00– 400 C. Kebanyakan hewan hidup dalam rentangan suhu yang lebih sempit.Beberapa hewan dapat bertahan hidup tetapi tidak aktif di bawah 00 C, dan beberapa tahan terhadap suhu sangat dingin.Tidak ada hewan yang dapat hidup di atas suhu 500 C, dan sedikit bacteria dan alga aktif dalam sumber air panas dengan suhu 700 C (Soewolo, 2000).

Kelembaban

Dalam kehidupan di bumi ini kelembaban udara merupakan salah satu unsur penting bagi manusia, hewan dan tumbuhan. Kelembaban udara juga menentukan bagaimana makhluk tersebut dapat beradaptasi dengan kelembaban yang ada di lingkungan (Lakitan, 1994).

Untuk mahluk-mahluk hidup darat, kandungan uap air harus dianggap sebagai kelembaban dalam astmosfir, air tanah untuk tanaman dan air minum untuk hewan-hewan. Banyak hewan-hewan darat seperti moluska, amfibia, isopoda, nematoda, sejumlah serangga dan antropoda lainnya di temukan hanya pada habitat-habitat atmosfernya jenuh dengan uap air (Michael, 1994).

Curah hujan

(13)

Gambar

Gambar 1. Peta kawasan resort sei betung TNGL
Tabel 1. Keanekaragaman jenis burung berdasarkan Indeks Shannon-Wiener di jalur restorasi hutan
Tabel 2. Kelimpahan burung di jalur restorasi hutan

Referensi

Dokumen terkait

Pokja 12 ULP Provinsi Jawa Tengah akan melaksanakan Prakualifikasi untuk paket pekerjaan jasa konsultansi secara elektronik sebagai berikut :..

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kesadaran gizi keluarga di Desa Sidoarjo Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo adalah hampir setengahnya baik, sedangkan

maka dapat dinyatakan bahwa Ho di tolak dan Ha diterima sehingga penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif antara motivasi belajar dan kedisiplinan belajar

Diulangi perlakuan sebanyak 5 kali dengan dengan rasio diameter puli yang berbeda.. Pengukuran diameter:

Keperawatan, dan lebih dari separuh perawat pada level junior nurse atau PK 1,(2) implementasi asesmen kompetensi di ruang rawat inap RSUD Cengkareng mempunyai

siswa mampu mengikuti pelajaran dengan baik dan mencapai nilai

Windmill Water Flow Top benefited from the force of gravity to the ater entering the turbine blade, so that power is generated not only from the kinetic energy comes

Tabel Hasil Output Uji Multikolinearitas Setelah Mengeluarkan Variabel Pengeluaran