ABSTRAK
Jepang adalah salah satu negara yang memiliki budaya dan adat istiadat
yang kuat dan unik. Hal ini dikarenakan politik Sakoku (tutup negara untuk
hubungan internasional). Selama kurang-lebih 250 tahun di bawah pemerintahan
Keshogunan Tokugawa kepulauan Jepang diisolasi dari hubungan dengan
bangsa-bangsa lain. Perbedaan besar terjadi pada sekitar akhir abad ke-18, saat Jepang
mulai menyadari bahwa dirinya tertinggal dari negara Barat. Untuk mengatasi
ketertinggalan itu, Jepang kemudian mengadakan restorasi besar-besaran, yang
dinamakan Restorasi Meiji.
Salah satu pengaruh Restorasi Meiji adalah sikap pemujaan terhadap Barat
yang berlebihan, yang disebut dengan Westernisasi. Jepang menyadari bahwa
untuk mempertahankan diri dan untuk mengimbangi negara-negara Barat hanya
ada satu jalan yaitu dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi mereka.
Westernisasi terjadi di segala bidang yaitu pemerintahan, militer, ekonomi,
teknologi, hukum dan pendidikan. Westernisasi telah banyak merubah pola pikir
orang Jepang, termasuk merubah pola pikir wanita Jepang untuk memiliki
kehidupan yang sederajat dengan kaum pria.
Sebelum Restorasi Meiji tahun 1867 wanita Jepang dirumah dididik
berdasarkan sistem Ie. Sejak kecil wanita diajarkan untuk patuh kepada ayah, saat
sudah menikah patuh kepada suami dan saat sudah tua patuh kepada anak
laki-lakinya. Disamping itu pendidikan formal yang diterima oleh wanita juga
sebagai Ryousaikenbo (istri yang baik dan ibu yang bijaksana). Peran wanita
hanya berkisar pada melayani suami dan mengurus anak.
Di zaman Meiji sistem Ie semakin berkembang, bahkan Ie dibuat menjadi
ideologi negara. Negara adalah satu keluarga dengan Kaisar yang bertindak
sebagai kepala keluarga. Sistem keluarga Ie semakin berkembang kuat di masa ini
begitu juga dengan pendidikan wanita sebagai Ryousaikenbo. Meskipun
kepatuhan wanita kepada kepala rumah tangga, dan lelaki secara umum, diberi
justifikasi secara legal sesuai Undang-Undang Meiji 1889 dan Hukum Perdata
1898, merupakan hal yang dianggap wajar dan bernilai tinggi apabila wanita
mengabdi dengan setia kepada kepala rumah tangganya seumur hidup.
Undang-Undang 1889 menyebutkan bahwa pendidikan di Jepang terbuka untuk wanita dan
pria. Namun demikian dalam kenyataannya masih menunjukkan banyak wanita
hanya bersekolah sampai tingkat sekolah lanjutan. Pendidikan tinggi dinilai
kurang bermanfaat bagi wanita Jepang yang pada akhirnya menjadi ibu rumah
tangga.
Sistem keluarga Ie berakhir secara formal dan Kaisar mendeklarasikan
dirinya sebagai manusia setelah masuknya Amerika Serikat ke Jepang sebagai
akibat dari kekalahan Jepang pada Perang Dunia II. Undang-Undang Meiji 1889
(大日本帝国憲法 / dainipponteikokukenpou) yang dinilai kurang memperhatikan
hak-hak individu dirubah dan disusun ulang berdasarkan pengarahan dari pihak
penguasa Amerika menjadi Undang-Undang Baru di tahun 1946 (日本国憲法 /
nihonkokukenpou). Undang-Undang baru ini dibuat berdasarkan pada paham
dan wanita dihapuskan. Wanita sudah dapat menerima pendidikan umum di
sekolah dan universitas. Wanita Jepang juga sudah dapat bekerja diluar rumah di
berbagai bidang pekerjaan dan perusahaan. Westernisasi telah memberikan
pengaruh besar pada wanita Jepang. Pikiran mereka menjadi terbuka terutama
dalam hal pandangan terhadap masalah pernikahan, rumah tangga, pekerjaan dan