• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE KOOPERATIF BERVARIASI T

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN METODE KOOPERATIF BERVARIASI T"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE KOOPERATIF BERVARIASI TIPE MAKE A MATCH DAN TEAMS GAMES TOURNAMENTS

DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII PADA PELAJARAN PAI

DI SMP AL KHAIRAAT MANADO.

SKRIPSI

Diajukan Untuk memenuhi Sala Satu Syarat Guna Mncapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam ( S.Pd.I) Jurusan Pendidikan Agama Islam

Prodi Pendidikan Agama Islam

0leh:

Jein Batudoka

NIM : 11.2.3.105

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN)

MANADO

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia.1

Masa tumbuh kembang pada siswa merupakan masa penting dalam membentuk kepribadian siswa tersebut, maka dari itu pendidikan merupakan suatu bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terciptanya kepribadian yang utama, pendidikan juga merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang bertujuan untuk membentuk kedewasaan anak dan mengetahui sifat dasar yang ada pada diri anak atau manusia, sifat dasar yang ada pada manusia terdiri atas tiga komponen yang harus di bangun untuk membentuk kepribadian pada diri manusia yaitu Ruh, Jasmani dan Akal.

1

(3)

Tujuan pendidikan nasional sendiri secara makro bertujuan membentuk organisasi pendidikan yang bersifat otonom sehingga mampu melakukan inovasi dalam pendidikan untuk suatu lembaga yang beretika, selalu menggunakan nalar, berkemampuan komunikasi sosial yang positif dan memiliki sumber daya manusia yang sehat dan tangguh.2

Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memegang peranan penting dalam membina manusia yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan, serta manusia-manusia yang memiliki sikap positif terhadap segala hal, sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam kehidupan manusia.3

Bentuk kongkret dari pendidikan yang dilakukan oleh manusia tersebut tampak dalam aktivitas belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Keberhasilan tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Undang - Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 akan tercapai bila didukung oleh komponen – komponen pilar pendidikan yang meliputi motivasi belajar siswa, materi pembelajaran, proses pembelajaran, dan tujuan pembelajaran.

Keempat pilar sebagaimana tersebut di atas, komponen proses pembelajaran merupakan komponen yang memegang peranan penting dalam mencapai tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran ini menunjuk pada kegiatan

2

Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), h. 3

3

(4)

di mana didalamnya terdapat integrasi dan interaksi komponen-komponen pembelajaran yaitu guru, siswa, materi dan metode pembelajaran.

Guru sebagai ujung tombak dalam pencapaian tujuan pendidikan, perlu memilih strategi pembelajaran yang efektif dan efisien. Pengelolaan proses pembelajaran yang efektif merupakan titik awal keberhasilan pembelajaran yang bermuara akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Terkait dengan proses pembelajaran, guru memiliki peran sentral berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran, sebab guru dalam posisi ini bertindak sebagai perancang atau desainer sekaligus pengelola proses pembelajaran sedemikian hingga hasil dari proses pembelajaran tersebut tercapai. Namun demikian, peran guru dalam mendesain dan mengelola proses belajar mengajar di kelas seringkali dihadapkan pada kondisi-kondisi dimana rancangan pembelajaran yang didesainnya tidak berjalan dengan lancar sesuai harapan.

Tidak berkembangnya salah satu faktor dalam proses pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar yaitu guru, murid, materi dan metode pembelajaran sudah barang tentu berpengaruh pada proses pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas. Bahkan kondisi tersebut akan berpengaruh pula pada hasil pembelajaran terutama tampak pada hasil belajar siswa.

(5)

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan aspirasi serta kebutuhan masyarakat.

Guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai mahkluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu dengan sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu dengan segala perbedaannya, sehingga mudah melakukan pendekatan dalam pengajaran.

Cara mengajar yang menggunakan teknik yang beraneka ragam disertai dengan pengertian yang mendalam dari pihak guru akan memperbesar minat siswa dan akan mempertinggi pula hasil belajarnya. Dengan mengajak, merangsang dan memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut serta menggunakan pendapat, belajar mengambil keputusan, bekerja dalam kelompok, membuat laporan dan lain-lain, akan membawa siswa pada suasana belajar yang sesungguhnya bukan pada suasana diajar saja. Berdasarkan dari semua itu, maka perlu dicari langkah-langkah penyelesaian agar siswa tidak merasa enggan dengan mata pelajaran tersebut.

Terlepas dari kurikulum Pendidikan Agama Islam yang ada, Pembelajaran PAI di SMP Al Khairaat Manado guru menerapkan pendekatan multicultural yang berakhlakul karimah. Guru melakukan inovasi yang tidak hanya berkaitan dengan perangkat kurikulum dan manajemen, tetapi juga menyangkut strategi dan taktik operasionalnya sehingga lebih efektif dan efisien dalam arti pedagogis, sosiologis dan kultural dalam menunjukkan perannya.

(6)

adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan serta serius tapi santai. Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit.

Manusia sebagai makhluk sosial, tidak akan dapat merasakan kesenangan hidup tanpa ada orang lain bersamanya. Manusia memerlukan orang tempat menumpahkan perasaannya. Di dalam Islam, pendidikan dimensi sosial-kemasyarakatan penting untuk membentuk manusia yang bertumbuh secara sosial dan menjadikan hamba yang saleh dengan menanamkan keutamaan sosial di dalam dirinya dan melatihnya dalam pergaulan kemasyarakatan. Sebagaimana firman Allah swt dalam QS. Luqman, 31/18 :

“Dan janganlah kamu palingkan mukamu dari manusia (karena

sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang sombong lagi membanggakan diri.”4

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik melakukan penelitian

lebih mendalam tentang “ Penerapan Metode Kooperatif Bervariasi Tipe Make

A Match dan Teams Games Tournaments dalam Meningkatkan Prestasi Belajar siswa kelas VIII Pada Pelajaran PAI di SMP Alkhairaat Manado “.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada penggunaan metode kooperatif

4

(7)

bervariasi tipe Make a Match dan Teams Games Tournaments untuk meningkatkan prestasi belajar PAI siswa. Adapun rumusan masalahnya adalah:

1. Bagaimana penerapan metode kooperatif bervariasi tipe Make a Match dan Teams Games Tournaments terhadap pembelajaran PAI di kelas VIII SMP Al Khairaat Manado ?

2. Apakah metode kooperatif bervariasi tipe Make a Match dan Teams Games Tournaments berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar PAI di kelas VIII SMP Al Khairaat Manado ?

C. Pengertian Judul

Agar yang tidak keragaman pengertian dalam memahami judul skripsi maka penulis perlu memberikan batas-batas yang jelas terhadap makna judul diatas yaitu:

1. Make a Match

Pembelajaran terpusat pada guru sampai saat ini masih menemukan beberapa

kelemahan. Kelemahan tersebut dapat dilihat pada saat berlangsungnya proses

pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan

siswa jarang terjadi. Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya

tentang konsep yang diajarkan. Siswa kurang bisa bekerja dalam kelompok

diskusi dan pemecahan masalah yang diberikan. Mereka cenderung belajar

sendiri-sendiri. Pengetahuan yang didapat bukan dibangun sendiri secara bertahap

oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri. Karena siswa jarang menemukan

(8)

Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu pendekatan dalam

pembelajaran yang lebih komprehensip dan dapat mengaitkan materi teori dengan

kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya .Atas dasar itulah mencoba

dikembangkan pendekatan kooperatif dalam pembelajaran dengan metode make a

match.

2. Mata Pelajaran PAI ( SIFAT-SIFAT RASUL).

Materi Pelajaran PAI adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun Pendidikan Agama Islam (PAI) yang diajarkan di SMP Alkhairaat Manado, kelas VIII.

Dari paparan definisi istilah dapat ditegaskan bahwa Make a match, adalah pengajaran yang dilakukan untuk memperbaiki kesulitan dalam belajar yang dihadapi oleh siswa-siswa/peserta didik agar sebagian besar bisa menguasai tujuan pembelajaran secara tuntas pada mata pelajaran tersebut

D. Tujuan dan KegunaanPenelitian 1. Tujuan penelitian

Sebagai salah satu karya ilmiah yang mensyaratkan adanya tujuan yang ingin dicapai peneliti, maka penulis menerapkan tujuan pelitian dengan maksud untuk memberikan arah terhadap hasilnya,Adapun tujuan penelitian yaitu:

a. Untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan metode kooperatif bervariasi tipe Make a Match dan Teams Games Tournaments dapat men b. ingkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI pada siswa kelas

VIII SMP Al Khairaat Manado

(9)

meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI pada siswa kelas VIII SMP Al Khairaat Manado

3. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini ingin mengungkapkan dan mengkaji secara empiris tentang pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja guru dengan peningkatan proses belajar mengajar, dengan harapan dapat berguna baik secara teoritik maupun praktis.

1. Kegunaan Teoritik

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran berdasarkan bukti-bukti empiris tentang pengaruh metode kooperatif bervariasi dalam peningkatan prestasi belajar siswa.

b. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memotivasi guru dalam usaha-usaha pengkajian tentang peningkatan belajar mengajar, sehingga proses dan hasil belajar mengajar siswa dapat meningkat.

2. Kegunaan Praktis

a. Dengan hasil ini diharapkan dapat memberikan masukan para kepala sekolah, guru dan instansi terkait untuk lebih meningkatkan kemampuannya dalam membimbing, menggerakkan orang-orang yang ada dalam lembaga pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah yaitu bagaimana dapat memberdayakan para peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya.

(10)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Pengertian Metode Kooperatif Make a Match

Model pembelajaran merupakan suatu teknik pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu dan dalam pemilihan suatu model harus disesuaikan terlebih dahulu dengan materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga model pembelajaran yang diterapkan dapat tercapai.5

Pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Ini membolehkan pertukaran ide dan pemeriksaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah konstruktivisme. Dengan demikian, pendidikan hendaknya mampu mengondisikan, dan memberikan dorongan untuk dapat mengoptimalkan dan membangkitkan potensi siswa, menumbuhkan aktivitas serta daya cipta (kreativitas), sehingga akan menjamin terjadinya dinamika di dalam proses pembelajaran.6

Dalam teori konstruktivisme ini lebih mengutamakan pada pembelajaran siswa yang dihadapkan pada masalah-masalah kompleks untuk dicari solusinya, selanjutnya menemukan bagian-bagian yang lebih sederhana atau keterampilan

5 Sholomo Sharan, Cooperative Learning, (Jogyakarta: Imperium, 2009), h. 15

6 Slavin E. Robert, Cooperative Learning: Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media,

(11)

yang diharapkan. Model pembelajaran ini dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme yang lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky. Berdasarkan penelitian Piaget yang pertama dikemukakan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak.7

Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan cacatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.

Menurut pandangan Piaget adanya hakikat sosial dari sebuah proses belajar dan juga tentang penggunaan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggotanya yang beragam, sehingga terjadi perubahan konseptual. Piaget menekankan bahwa belajar adalah sebuah proses aktif dan pengetahuan disusun di dalam pikiran siswa. Oleh karena itu, belajar adalah tindakan kreatif di mana konsep dan kesan dibentuk dengan memikirkan objek dan bereaksi pada peristiwa tersebut.8

Di samping aktivitas dan kreativitas yang diharapkan dalam sebuah proses pembelajaran dituntut interaksi yang seimbang, interaksi yang dimaksudkan adalah adanya ineraksi dan komunikasi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru. Dalam proses belajar diharapkan adanya

7 J. Piaget, Development and Learning, (New York: Ripple & EN Rockastle Eds, 1990),

h. 19

8

(12)

komunikasi banyak arah yang memungkinkan akan terjadinya aktivitas dan kreativitas yang diharapkan.

Berkaitan dengan karya Vigotsky dan penjelasan Piaget, para konstruktivis menekankan pentingnya interaksi dengan teman sebaya, melalui pembentukan kelompok belajar. Dengan kelompok belajar memberikan kesempatan kepada siswa secara aktif dan kesempatan untuk mengungkapkan sesuatu yang dipirkinkan siswa kepada teman akan mebantunya untuk meihat sesuatu dengan lebih jelas bahkan melihat ketidaksesuaian pandangan mereka sendiri.

Model Make A Match (membuat pasangan) merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu cara keunggulan teknik ini adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.

Pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok. Oleh karena itu, banyak guru mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam cooperative learning karena mereka beranggapan telah biasa melakukan pembelajaran cooperative learning dalam bentuk belajar kelompok. Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok dikatakan cooperative learning. Pembelajaran cooperative dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama di antara peserta belajar itu sendiri.

(13)

Pembelajaran Kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untu belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukan seorang diri.

Cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah diremuskan.9

Tom V. Savage mengemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok.10

Pembelajaran Kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelolah kelas dengan lebih efektif. Dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya. Pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) lebih efektif dari pada pembelajaran oleh guru.11

9 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008),

h. 239

10 Tom V. Savage, Effective Teaching in Sosial Studies, (New Jersey: Prentice Hall,

(14)

Cooperative learning adalah teknik pengelompokan yag di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang. Belajar cooperative adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yag memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut.12

Pengertian ini dimaksudkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi.

Strategi pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam kelompok, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Terhadap empat hal penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yakni: (1) adanya peserta didik dalam kelompok, (2) adanya aturan main (role) dalam kelompok, (3) adanya upaya belajar dalam kelompok, (4) adanya kompetensi yang harus dicapai oleh kelompok.13

Berkenaan dengan pengelompokan siswa dapat ditentukan berdasarkan atas: (1) minat dan bakat siswa, (2) latar belakang kemampuan siswa, (3) perpaduan anatara minat dan bakat siswa dan latar kemampuan siswa.14

11 Nana S. Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2003), h. 127

12 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning, (California: Corwin Press,

2002), h. 67

13

Muslimin Ibrahim, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: University Press, 2000), h. 98

(15)

Nurulhayati, mengemukakan lima unsur dasar model cooperative learning, yaitu: (1) ketergantungan yang positif, (2) pertanggungjawaban individual, (3) kemampuan bersosialisasi, (4) tatap muka, dan (5) evaluasi proses kelompok.15

Ketergantungan yang positif adalah suatu bentuk kerja sama yang erat kaitan antara anggota kelompok. Kerja sama ini dibutuhka untuk mencapai tujuan. Siswa benar-benar mengerti bahwa kesuksesan kelompok tergantung pada kesuksesan anggotanya.

Maksud dari pertanggugjawaban individual adalah kelompok tergantung pada cara belajar perseorangan seluruh anggota kelompok. Pertanggungjawaban memfokuskan aktivitas kelompok dalam menjelaskan konsep pada satu orang dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok siap menghadapi aktivitas lain di mana siswa harus menerima tanpa pertolongan anggota kelompok. Kemampuan bersosialisasi adalah sebuah kemampuan bekerja sama yang bisa digunakan dalam aktivitas kelompok. Kelompok tidak berfungsi secara efektif jika siswa tidak memiliki kemampuan bersosialisasi yang dibutuhkan.

Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberi siswa bentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Guru menjadwalkan waktu bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama lebih efektif.

Senada dengan penjelasan tersebut Siahaan Mengutarakan lima unsur esensial yang ditekankan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: (a) saling

15 Siti Nurulhayati, Pembelajaran Kooperatif Yang Menggairahkan, (Jakarta: Wahana

(16)

ketergantungan yang positif, (b) interaksi berhadapan (face to-face interactioan), (c) tanggung jawab individu (individual responsibility), (d) keterampilan sosial (social skills), (e) terjadi proses dalam kelompok (group processing).16

Pendapat di atas maksudnya adalah pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran aktif yang menekankan siswa bersama-sama secara berkelompok dan tidak individual. Secara berkelompok mengembangkan kecakapan hidupnya, seperti menemukan dan memecahkan masalah, pengambilan keputusan, berpikir logis, berkomunikasi efektif, dan bekerja sama.

Pembelajaran cooperative mewadahi bagaimana siswa dapat bekerja sama dalam kelompok, tujuan kelompok adalah tujuan bersama. Situasi kooperatif merupakan bagian dari siswa untuk mencapai tujuan kelompok, siswa harus merasakan bahwa mereka akan mencapai tujuan, maka siswa lain dalam kelompoknya memiliki kebersamaan, artinya tiap anggota kelompok bersikap kooperatif dengan sesama anggota kelompoknya.

B. Tujuan dan Fungsi Kooperatif Bervariasi

Mengapa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) perlu? Dalam situasi belajar pun sering terlihat sifat individualistis siswa. Siswa cenderung berkompetisi secara individual, bersikap tertutup terhadap teman, kurang memberi perhatian ke teman sekelas, bergaul hanya dengan orang tertentu, ingin menang sendiri, dan sebagainya. Jika keadaan ini dibiarkan tidak mustahil akan dihasilkan warga negara yang egois, inklusif, introfert, kurang bergaul dalam masyarakat, acuh tak acuh dengan tetangga dan lingkungan, kurang menghargai orang lain, serta tidak mau menerima kelebihan dan kelemahan orang lain. Gejala seperti ini

16

(17)

kiranya mulai terlihat pada masyarakat kita, sedikit-sedikit demonstrasi, main keroyokan, saling sikut, dan mudah terprovokasi.

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin dinyatakan bahwa: (1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman. Dengan alasan tersebut, strategi pembelajaran kooperatif diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.17

Ada dua komponen pembelajaran kooperatif, yakni; (1) cooperative task atau tugas kerja sama dan (2) cooperative incentive structure, atau struktur insentif kerja sama. Tugas kerja sama berkenaan dengan suatu hal yang menyebabkan anggota kelompok kerja sama dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan. Sedangkan struktur insentif kerja sama merupakan sesuatu hal yang membangkitkan motivasi siswa untuk melakukan kerja sama dalam rangka mencapai tujuan kelompok tersebut. Dalam pembelajaran kooperatif adanya upaya peningkatan prestasi belajar siswa (student achievement) dampak penyerta, yaitu sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain.18

17 Robert E. Slavin, op.cit., h. 43

(18)

Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila: (1) guru menekankan pentingnya usaha bersama di samping usaha secara individual, (2) guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam elajar, (3) guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman sendiri, (4) guru menghendaki adanya pemerataan partisipasi aktif siswa, (5) guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan.19

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan materi pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari cooperative learning.

Pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan dalam beberapa perspektik, yaitu: 1) Perspektif motivasi artinya penghargaan yang diberikan kepada kelompok yang dalam kegiatannya saling membantu untuk memperjuangkan keberhasilan kelompok. 2) Perspektif sosial artinya melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan. 3) Perspektif perkembangan kognitif artinya dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat, mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi.20

19 Ibid., h. 42

20 Hisyam Zaini, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008),

(19)

Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Didasarkan pada manajemen kooperatif

Manajemen seperti yang telah kita pelajari pada bab sebelumnya mempunyai tiga fungsi, yaitu: (a) Fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. Misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus dugunakan untuk mencapai tujuan, dan cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan, dan lain sebagainya. (b) Fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif. (c) Fungsi manajemen sebagai kontrol, menenjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun on tes.

3. Kemampuan untuk bekerja sama

(20)

4. Keterampilan bekerja sama

Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian siswa perlu didorong utuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.21

Pembelajaran kooperatif adalah suatu aktivitas pembelajaran yang menggunakan pola belajar siswa berkelompok untuk menjalin kerja sama dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan, dan hadiah.

Pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong dan/atau dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama. Mereka akan berbagi penghargaan tersebut seandainya mereka berhasil sebagai kelompok.

Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

1. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama.

2. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.

3. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

21

(21)

4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di atara anggota kelompoknya.

5. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

6. Siswa berbagai kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

7. Siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.22

Ciri-ciri yag terjadi pada kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif, adalah sebagai berikut:

1. Siswa bekerja dalam kelompok sacara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

2. Kelompok dibentuk dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dan ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.

4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.23

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan sosial.

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat

22 Ibid., h. 92

(22)

kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar kooperatif konstruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vigotsky yaitu penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran Vigotsky yakni bahwa fase mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul pada percakapan atau kerja sama antara individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap dalam individu tersebut. Implikasi dari teori Vigotsky dikehendakinya susunan kelas berbentuk kooperatif.24

Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan model pembelajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar kompetensi akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan kompotensi sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik, dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Dalam banyak kasus, norma budaya anak muda sebenarnya tidak menyukai siswa-siswa yang ingin menonjol secara akademis. Robert Slavin dan pakar lain telah berusaha untuk mengubah norma ini melalui penggunaan pembelajaran kooperatif. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas kerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik, siswa kelompok atas akan menjadi

24

(23)

tutor bagi siswa kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang memiliki orientasi dab bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih dalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat di dalam materi tertentu.

Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagai besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin beragam. Sementara itu, banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial. Situasi ini dibuktikan dengan begitu sering pertikaian kecil antara individu dapat mengakibatkan tindak kekerasan atau betapa sering orang menyatakan ketidak puasan pada saat diminta untuk bekerja dalam situasi kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja. Namun, siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yag disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melencarkan hubungan, kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antaraanggota kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antaraanggota kelompok selama kegiatan.

Ada tiga bentuk keterampilan kooperatif sebagaimana diungkapkan oleh Lundgren yaitu:

1. Keterampilan kooperatif tingkat awal

(24)

mendorong partisipasi; (g) mengundang orang lain untuk berbicara; (h) menyelesaikan tugas pada waktunya; dan (i) menghormati perbedaan individu. 2. Keterampilan kooperatif tingkat menengah

Meliputi: (a) menunjukkan penghargaan dan simpati; (b) mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima; (c) mendengarkan dengan katif; (d) bertanya;(e) membuat ringkasan; (f) menafsirkan; (g) mengatur dan mengorganisir; (h) menerima, tanggung jawab; (i) mengurangi ketegangan.

3. Keterampilan kooperatif tingkat mahir

Meliputi: (a) mengelaborasi; (b) memeriksa dengan cermat; (c) menanyakan kebenaran; (d) menetpkan tujuan; dan (e) berkompromi.25

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif, pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, sering kali dengan bahan bacaan dari pada secara verbal. Selanjutnya, siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.

Menurut Roger dan David Johnson ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning), yaitu sebagai berikut.

1. Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaikan tugas

25 L. Lundgren, Cooperative Learning in The Science Classroom, (New York:

(25)

tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan.

2. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.

3. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.

4. Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu melatih siswa utuk dapat berpatisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

5. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.26

Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu sebagai berikut.

1. Penjelasan Materi, tahap ini merupakan tahapan penyempaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.

26

(26)

2. Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.

3. Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian pada kemampuan kelompoknya

4. Pengakuan tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadia, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi.

Ada beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif, walaupun prinsip dasar dari pembelajaran kooperatif ini tidak berubah, jenis-jenis model tersebut, antara lain :

2. Model Make a Match (Membuat Pasangan)

Metode Make a Match (membuat pasangan) merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.27

27 M. Nur, Pengajaran Berdasarka n Masalah, (Surabaya, Unesa University Press,

(27)

C. Metode Kooperativ bervariasi

Penerapan metode ini dimulai dengan teknik, yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.

Langkah-langkah pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban).

b. Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.

c. Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban).

d. Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. e. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang

berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. f. Kesimpulan.28

Kartu di sini bukanlah suatu kartu yang sering digunakan oleh orang untuk berjudi, melainkan suatu media untuk pembelajaran dibuat dengan memodifikasi kartu baik bentuk maupun prosedur permainannya. Kartu ini terdiri dari dua jenis, kartu yang berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu yang berisi jawaban-jawaban seputar materi.

E. Model TGT (Teams Games Tournaments)

28

(28)

Metode TGT siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka).29

Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa, misalnya, akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka tadi dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut. Turnamen harus memungkinkan semua siswa dari semua tingkat kemampuan (kepadaian) untuk menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Prinsipnya, soal sulit untuk anak pintar, dan soal yang lebih mudah untuk anak yang kurang pintar. Hal ini dimaksudkan agar semua anak mempunyai kemungkinan memberi skor bagi kelompoknya. Permainan yang dikemas dalam bentuk turnamen ini dapat berperan sebagai penilaian alternatif atau dapat pula sebagai review materi pembelajaran.

TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yag beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk

29 Saco, Cooperatif Learning, Available: http:/fromlearningftoteaching.blogspot.com.

(29)

memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.

Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari lima langkah tahapan, yaitu tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan perhargaan kelompok (team recognition). Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil;

b. games tournament;

c. penghargaan kelompok.30

Salah satu strategi pembelajaran yang menarik adalah dengan metode maupun media yang mengandung unsur permainan. Tipe TGT menimbulkan semangat kelompok dan kebersamaan serta kompetitif yang sehat sehingga membantu siswa yang lamban dan kurang bermotivasi.

b. Mata Pelajaran PAI ( Sifat-Sifat rasul)

a. Pengertian Sifat-Sifat Rasul

Rasul adalah seseorang dengan jenis laki-laki yang mendapatkan wahyu dari Allah swt dan memiliki kewajiban untuk menyebar luaskan wahyu tersebut.

Nabi adalah seseorang dengan jenis kelamin pria yang mendapat wahyu dari Allah swt, namuntidak wajib disebarkan kepada orang lain. Nabi dan Rasul dalam ajaran islam wajib kita percaya karena terdapat pada rukun iman yang ke-4. Nabi serta

30

(30)

rasul dalam menyampaikan dan menerima wahyu dari Allah swt selalu dijaga

dari perbuatan dosa dan salah yang disebut dengan ma’shum.

Sifat-Sifat Para nabi dan rasul Allah Swt

1. Shiddiq

Shiddiq berarti benar dan perkataan dan perbuatan yang benar, jadi mustahil jika seorang Nabi dan Rasul adalah seorang pembohong yang suka berbohong.

2. Amanah

Amanah yang artinya terpercaya atau dapat dipercayai, Jadi mustahil jika seorang Nabi dan Rasul adalah seorang pengkhianat yang suka khianat.

3. fathonah/ Fathanah

Fathanah adalah cerdas, pandai, atau pintar, jadi Mustahil jika seorang nabi dan rasul adalah seorang yang bodoh dan tidak mengerti apa-apa.

4. Tabligh

Tabligh adalah menyampaikan wahyu atau risalah Allah Swt kepada orang lain, jadi mustahil jika seorang Nabi dan rasul menyembunyikan dan merahasiakan wahyu atau risalah Allah swt

D. Tujuan dan Fungsi Prestasi atau Hasil Belajar

(31)

prestasi belajar siswa. Imformasi ini sangat berguna untuk memperjelas sasaran dalam pembelajaran.

Prestasi atau kualitas belajar adalah suatu kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dengan tes. Prestasi belajar adalah prestasi yang diperoleh disekolah dan di luar sekolah. Prestasi belajar di sekolah adalah hasil yang diperoleh anak-anak berupa nilai mata pelajaran.

Prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor.

Gambaran prestasi belajar siswa dapat dinyatakan dengan angka dari 0 sampai dengan 10. Disamping itu prestasi belajar dapat dioperasikan dalam bentuk indikator- indikator berupa nilai raport, angka kelulusan dan predikat keberhasilan.31

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi atau kualitas belajar adalah : kemampuan aktual yang dapat diukur setelah mengalami proses belajar praktek tentang pengetahuan dan ketrampilan tertentu, nilai-nilai yang dicapai oleh siswa sebagai hasil dari proses belajar di sekolah. Hasil yang diperoleh siswa dalam satu mata pelajaran dinyatakan dalam bentuk nilai yang disebut dengan prestasi belajar.

Prestasi atau kualitas belajar siswa dapat diketahui melalui evaluasi penilaian yang dilakukan guru. Sasaran utama pelaksanaan evaluasi ditujukan untuk mengetahui sampai sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Tujuan merupakan acuan dari seluruh komponen dalam perencanaan pembelajaran, baik komponen materi, metode, maupun evaluasi.32

31

Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran, (Yogyakarta : Rineka Cipta, 1998), h. 62

32 Abimanyu, Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran, (Jakarta : Ditjen Dikti,

(32)

Dalam pelaksanaan evaluasi kadang-kadang dipengaruhi oleh faktor subyektif guru. Jika ini terjadi maka hasil evaluasi tidak dpat menggambarkan keadaan sebenarnya dari hasil yang dicapai.

Dalam melakukan evaluasi pembelajaran perlu dilakukan secara sistematis dengan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Evaluasi mengacu kepada tujuan

2. Evaluasi bersifat komprehensif atau menyeluruh 3. Evaluasi dilaksanakan secara obyektif

4. Evaluasi dapat mendorong peningkatan kualitas pembelajaran.33

Karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia dan dalam bidang pendidikan ketiga ranah tersebut merupakan hasil belajar.34

Karakteristik manusia diatas maksudnya adalah manusia dalam bidang pendidikan akan sampai pada hasil belajar yang terdiri dari tiga aspek yaitu aspek kognitif yang berarti pengetahuan, aspek afektif yang berarti sikap, dan aspek psikomotorik yang berarti keterampilan.

33

Lukmanul Hakiim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung : CV wacana Prima, 2008), h. 159

34 L.W. Anderson, Classroom Assessment, (New Jersey : Lawrence Erlbaum

(33)

D. Kerangka Berpikir

Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi atau nilai. Ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan studi secara optimal.

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu.

Jika dihubungkan dengan pandangan diatas, dimana penilaian selalu ada obyek yang dinilai dalam konteks ini tentunya yang dimaksud dengan obyek disini adalah hasil belajar siswa.

Hasil belajar siswa seringkali dihubungkan dengan perubahan tingkah laku yang dalam arti luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik . Lebih jauh penilaian hasil belajar dilaksanakan untuk memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan atau kompetensi dasar yang telah ditetapkan sebelumnya.

Sekali lagi penilain dalam pembelajaran merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar itu sendiri dimana hubungan dengan metode dan tujuan pembelajaran sangat erat.

Hasil belajar ditentukan oleh kualitas proses pembelajaran. Pembelajaran ditentukan oleh karakteristik masukannya, yaitu karakteristik siswanya. Kualitas pembelajaran mempengaruhi kualitas hasil. Hasil yang berkualitas akan mempengaruhi masukan pada proses pembelajaran berikutnya. Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal, guru dalam merancang program pembelajaran dan pengalaman belajar siswa harus memperhatikan karakteristik afektif siswa.35

35

(34)

Gambar 1

Sesuai dengan karakteristik afektif yang terkait dengan mata pelajaran mencakup empat ranah, yaitu :

1. Sikap

Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas belajar adalah sikap. Seorang siswa yang memiliki sikap positif terhadap belajar, maka siswa tersebut akan memperoleh kesuksesan dalam belajar. Oleh karena itu dalam pembelajaran, seorang guru perlu memiliki kemampuan untuk mendorong siswa-siswanya agar memiliki sikap yang positif terhadap mata pelajaran yang diampunya.36

2. Minat

Minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas pemahaman,

36 J. Mardapi, Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta :

(35)

dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Hal penting pada minat adalah intensitasnya.37

3. Nilai

Nilai merupakan suatu keyakinan yag dalam tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap jelek.

Beberapa ranah nilai yang tergolong penting adalah :

a. Kejujuran; Siswa harus belajar untuk menghargai kejujuran dalam berinteraksi dengan orang lain.

b. Integritas; Siswa harus mengikat pada kode nilai, misalnya moral dan artitistik

c. Adil; Siswa harus berpendapat bahwa semua orang memperoleh perlakuan hukum yang sama.

d. Kebebasan; Siswa harus yakin bahwa negara demokratis harus memberi kebebasan secara maksimum kepada semua orang.38

4. Konsep Diri

Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimilikinya. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Konsep diri juga berkaitan dengan self esteem, yaitu suatu keyakinan nilai diri sendiri berdasarkan evaluasi diri secara keseluruhan. Perasaan-perasaan self esteem pada kenyataannya terbentuk oleh keadaan kita dan bagaimana orang lain memperlakukan kita.39

37 Harun Rasyid, op.cit., h. 17

38 S. Azwar, Penyusunan Skala Psikologi, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004), h. 19

(36)

Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh peneliti lain diantaranya oleh seorang peneliti yang bernama J. Piaget tentang teori belajar konstruktivisme. Yang hasil penelitiannya diperoleh bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak. Belajar adalah sebuah proses aktif dan pengetahuan disusun di dalam pikiran siswa. Oleh karena itu, belajar adalah tindakan kreatif di mana konsep dan kesan dibentuk dengan memikirkan objek dan bereaksi pada peristiwa tersebut.

Penelitian J. Piaget ini dijadikan bahan rujukan peneliti untuk melakukan penelitian lebih dalam lagi tentang metode kooperatif yang membedakannya hanya pada obyek atau lokasi penelitian.

(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan

Untuk memperjelas jenis pendekatan penelitian yang dilakukan tentang Penerapan Metode Bervariasi tipe Make a match dan Team Games tournaments dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII pada Pelajaran PAI di SMP Alkhairaat Manado.

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode penelitian Kualitatif yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek Penelitian, misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, Sebagai paradigma sebuah penelitian tersendiri, jenis Kualitatif memiliki karakteristik, misalnya penelitian naturalistik, eksperimen survei, analisis isi, dan sebagainya.

Dikatakan sebagai penelitian eksperimen, karena penelitian ini diawali dengan perencanaan, adanya perlakuan terhadap subjek penelitian, dan adanya evaluasi terhadap hasil yang dicapai sesudah adanya perlakuan. Ditinjau dari karakteristiknya, lebih lanjut lagi, Sunarto mengemukakan bahwa pendekatan penelitian kualitatif memiliki karakteristik yang dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Qualitatif researc has yhe natural setting as the direct source data and the research is the key instruments. Sumber data pokok dalam penelitian kualitatif diperoleh dalam setting alami penelitian berusaha memahami gejala yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.40

40

(38)

b. Qualitatif research is descriptive. Hampir semua penelitian kualitatif bersikap deskriptif, dalam rangka memahami dan menggambarkan semua gejala yang diteliti. Namun untuk melaporkan hasilnya tetap berisi sintesis dan kesimpulan untuk mengabstraksi gejala yang diamati.

c. Qualitatif research are concerned with process rather than simply with outcomes or products. Penelitian kualitatif juga memusatkan peratian pada produk dan efek dari multiple variables yang bersifat mutually and simultaneorally shaping one antote, tetapi pada umunya penelitian ini digunakan untuk memahami proses dimana shaping tersebut terjadi.

d. Analisis penelitian kualitatif pada umumnya bersifat induktif, terutama pada periode awal penelitian pendekatan ini, memungkinkan munculnya permasalahan baru yang perlu di identifikasi dan dijadikan focus penelitian. Analisis yang bersifat deduktif logis tetap digunakan, terutama pada periode akhir dalam penelitian kualitatif

e. Penelitian kualitatif mengutamakan data primer, dengan maksud agar peneliti mampu mendalami gejala yang menjadi pusat perhatian ( fokus) berkaitan dengan konteks dimana gejala itu muncul

f. Dalam penelitian kualitatif permasalahan penting dilihat dari kaca mata oran yang diteliti dan bukan dari kaca mata peneliti.

(39)

B. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Alkhairaat Manado. Adapun waktu penelitian berlangsung 3 bulan sejak September sampai Oktober 2015. Pelaksanaan ini disesuaikan dengan Proses, kegiatan dan waktu yang tersedia sehingga peneliti berupaya semaksimal mungkin untuk memanfaatkan waktu yang ada41.

C. Data dan Sumber Data.

Adapun data yang diambil oleh peneliti yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yaitu dengan melakukan observasi terhadap lokasi penelitian serta menemui langsung sumber informasi. Dalam penelitian ini diharapkan akan memberikan hasil yang berkualitas. Adapun proses pengambilan data yang dilakukan peneliti di SMP Alkhairaat Manado dengan cara : Pertama, peneliti melakukan observasi langsung dilokasi penelitian sehubungan dengan masalah yang di teliti. Kedua, penelitia melakukan wawancara dengan persoalan yang akan menjadi objek penelitian,Ketiga, peneliti melakukan dokumentasi terhadap hasil observasi dan wawancara.

Atau peneliti melakukan dokumentasi jika ada hal-hal yang dianggap sebagai faktor penunjang penelitian dimaksud untuk keabsahan penelitian.

Sedangkan sumber data dari penelitian ini didapatkan dari catatan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. para guru dan peserta didik serta pengamatan secara langsung apa yang terkait di SMP Alkhairaat Manado.

41

(40)

D. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam Penelitian ini ada beberapa langkah-langkah yang dilakukan peneliti. Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam proses pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi, Peneliti untuk mengetahui sesuatu yang sedang terjadi atau yang sedang dilakukan merasa perlu untuk melihat sendiri, mendengarkan sendiri atau merasakan sendiri. Hal ini dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi terlibat.Bagaimana caranya agar suasana alamiah kehidupan sosial tidak terganggu ketika peneliti melakukan observasi? Hal ini dapat dicapai dengan cara peneliti menjadi bagian dan diterima menjadi bagian dalam kehidupan manusia yang diteliti. Caranya adalah peneliti hidup di tengah-tengah kelompok manusia tersebut, melakukan hal-hal yang mereka lakukan dengan cara mereka.42

b. Wawancara, Seorang peneliti tidak melakukan wawancara berdasarkan sejumlah pertanyaan yang telah disusun dengan mendetail dengan alternatif jawaban yang telah dibuat sebelum melakukan wawancara, melainkan berdasarkan pertanyaan yang umum yang kemudian didetailkan dan dikembangkan ketika melakukan wawancara atau setelah melakukan wawancara untuk melakukan wawancara berikutnya. Mungkin ada sejumlah pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelum melakukan wawancara ( sering disebut pedoman wawancara), tetapi pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak terperinci dan berbentuk pertanyaan terbuka( tidak ada alternatif jawaban). Hal ini berarti wawancara dalam penelitian kualitatif dilakukan seperti dua orang yang sedang bercakap-cakap tentang sesuatu.

42

(41)

c. Dokumentasi, Para peneliti mengumpulkan bahan tertulis seperti berita dimedia, notulen-notulen rapat, surat menyurat dan laporan-laporan untuk mencari informasi yang diperlukan. Pengumpulan dokumen ini mungkin dilakukan untuk mengecek kebenaran atau ketetapan informasi yang diperoleh dengan melakukan wawancara.43

Inilah langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti sehubungan dengan penelitian Penerapan Metode Kooperatif Bervariasi Tipe Make A Match Teams games Tournaments Dalam Meningkatkan Prestasi belajar Siswa Kelas VIII Pada pelaaran PAI di SMP Al-khairaat Manado.

E. Teknik Analisis Data

Model Pokok Proses analisisi data dua macam. Pertama, model analisis mengalir, dimana tiga komponen analisis ( reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi), dilakukan saling menjalin proses pengumpulan data dan mengalir bersamaan. Kedua, model analisis interaksi, dimana komponen reduksi data dan saian data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. setelah data terkumpul, maka tiga komponen analisis berinteraksi. Data yang diperoleh harus lengkap dan menyuluruh dalam latar lingkungannya.

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

43

(42)

Dari uraian di atas dapat peneliti kelompokkan bahwa data-data yang terkumpul dan terdiri dari catatan lapangan melalui Observasi wawancara dapat dikelompokkan dengan menggunakan pengertian analisis di atas dengan demikian maka analisis data berupa:

1. Data yang terkumpul melalui tiga teknik pengumpulan data di atas misalnya data hasil wawancara diatur dan disusun terlebih dahulu.44

2. Kemudian data tersebut di urutkan. 3. Pengelompokkan data.

4. Selanjutnya, memberikan kode pada data tersebut agar mudah diketahui. 5. Dikategorikan data-data yang ada agar pada pembahasan nanti.

F. Pengecekan Keabsahan data

Ada beberapa tahapan yang dilakukan peneliti sehubungan dengan pengecekan keabsahan data. Adapun tahap-tahap yang dimaksud meliputi:

1. Peneliti melakukan pengecekan ulang terhadap data yang ada. ini dimaksudkan untuk memastikan atau mengetahui bahwa semua data telah terkumpul.

2. Kekuatan pengamatan. Dalam penelitian kekuatan atau ketentuan dalam suatu pengamatan sangat penting agar data-data yang diperoleh merupakan data-data yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

3. Pembahasan dengan orang lain. Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dengan bentuk diskusi analisis dengan rekan-rekan seawat. Teknik ini mengandung beberapa maksud sebagai salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data.Pertama,untuk membuat peneliti

44 Saryono dan Anggraeni, Metodologi Penelitian Kualitatif dalam bidang

(43)

agar tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran.kedua, diskusi dengan teman sejawat ini memberikan suatu kesempatan awal yang baik mulai menjajaki dan menguji data yang muncul dari pemikiran peneliti.

4. Menggunakan bahan refensi. dalam penelitian lapangan tentang masalah perpustakaan sangat penting untuk menggunakan refensi sebagai bahan acuan dalam pembahasan fokus masalah. Bahan referensi tersebut berfungsi sebagai bahan pembanding antara data-data yang diperoleh di lapangan dengan hasil pemikiran para ilmuan dan buku-buku referensi yang ada.

5. Mengadakan member check.Pengecekan dengan anggota yang terlihat dalam proses pengumpulan data sangat penting dalam pemeriksaan derajat kepercayaan. Yang di cek dengan anggota yang terlibat meliputi data kategori analisis, penapsiran dan kesimpulan. Para anggota yang terlibat mewakili rekan-rekan mereka dimanfaatkan untuk memberikan reaksi dari segi pandangan dan situasi mereka sendiri terhadap data yang telah diorganisasikan oleh peneliti.

6. Konsultasi dengan pembimbing. Tahap berikut dinamakan persetuuan resmi antara peneliti dengan dosen pembimbing. Tahap berikut dinamakan persetujuan resmi antara peneliti.

(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian.

1. Gambaran Umum objek penelitian.

SMP Alkhairaat Manado merupakan sekolah swasta yang berdiri sejak tahun 1977 yang status kepemilikannya yaitu milik yayasan al-khairaat yang terletak di jalan Daan Mogot 2 kelurahan Banjer Kecamatan Tikala Manado Provinsi sulawesi Utara. Sebelumny tahun1977 SMP Al-khairaat Manado masih bergabung dengan yayasan Al-khairaat Manado pindah ke Banjer karena satu alasan tertentu.

Dari tahun 1977 sampai tahun 1993 SMP Al-khairaat Manado masih

terakreditasi dengan nilai “B”. Kemudian pada tahun 1994 sampai tahun 2003

status SMP Al-khairaat Manado sudah meningkat dengan nilai akreditasi “A”. Akhirnya pada masa kepimpinan Jusuf Sude akreditasi SMP Al-khairaat Manado meningkat menjadi A+ dengan nilai 93

Pendiri yayasan Al-Khairaat adalah Sayyid Idrus bin Salim bin Husein al-Djufri. Tanah dan halaman yang ditempati SMP Al-Khairaat Manado mempunyai luas tanah 1294 m2 dan luas bangunan 387 m2 dan kepemilikan tanah dan bangunan yaitu milik yayasan Pendidikan Isam Al-Khairaat Manado.

(45)

Tabel 1

Kepala sekolah Yang Pernah Menjabat di SMP Al-khairaat Manado

No Nama Masa Kepimpinan

1 Kurniawan Suma 1977-1980

2 M.Papene 1980-1982

3 Asral Wonggo 1982- 1983

4 Drs. Sanusi Arsyad 1983-1985

5 Drs. M.Ky.Demak 1985- 1999

6 Rasid Tubagus S.pd 1999- 2001

7 Drs. Noho Sabunge 2001-2004

8 Jusuf Sude S.Pd 2004- sekarang

Sumber Data : Kantor Tata Usaha SMP Al-khairaat Manado Tahun 2015.

2. Keadaan Guru Kependidikan dan Peserta didik.

a. Keadaan Guru

faktor yang ikut menentukan dalam peningkatan mutu pendidikan disuatu lembaga pendidikan diantaranya adalah guru dan tenaga kependidikan yang akan banyak mengarahkan semua siswa-siswi mencapai tujuan pembelajaran: Guru dan peserta didik merupakan komponen yang selalu berkaitan serta saling berinteraksi ketika dalam proses pembelajaran yang sedang dilaksanakan, maka tak heran peran guru dalam mencapai tujuan pembelajaran sangat menentukan berhasil tidaknya lembaga pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikannya.

(46)

Tabel 2

Keadaan Guru Tahun 2014-2015 Di SMP Al-Khairaat Manado.

Sumber Data : Kantor Tata Usaha SMP Al-khairaat Manado Tahun 2015.

(47)

b. Keadaan Siswa.

Dalam pendidikan formal, siswa merupakan objek atau sasaran utama untuk di didik. Dengan demikian, setiap lembaga pendidikan hendaknya terdapat suatu sistem yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, yaitu disamping adanya berbagai fasilitas, adanya guru, juga terdapat siswa yang merupakan bagian integral dalam pendidikan formal. untuk mengetahui jelas keadaan siswa SMP Al-khairaat Manado dapat dilihat pada tabel berikut :

(48)

3. Sarana dan Prasarana.

Sarana dan prasarana sangat penting dalam dunia pendidikan, karena sebagai alat penggerak suatu pendidikan. Sarana dan Prasarana pendidikan dapat berguna untuk menunjang penyelenggaraan proses belajaran mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, Demikian pula di SMP alkhairaat Manado juga memiliki fasilitas dalam menunjang proses belajar mengajar yang bermutu. fasilitas yang penulis maksudkan yaitu fasilitas yang meliputi sarana dan prasarana.

a. Sarana

Berdasarkan pengamatan dan data tertulis yang diperoleh, dapat diketahui bahwa keadaan sarana pada SMP Al-khairaat Manado sudah termasuk dalam kategori cukup menunjang dalam proses belajar mengajar, meskipun belum sepenuhnya terpenuhi secara keseluruhan.

b. Prasarana

Di samping fasilitas sarana yang menunjang proses belajar mengajar, prasarana juga tidak kalah pentingnya karena keduanya sama-sama berperan dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk mengetahui jelas keadaan sarana dan Prasarana di SMP Al-khairaat Manado dapat dilihat pada tabel berikut:

(49)

sekolah

Sumber Data : Kantor Tata Usaha SMP Al-khairaat Manado Tahun 2015

Dengan memperhatikan tabel tersebut diatas, dapat diketahui bahwa keadaan sarana dan prasarana di SMP AL-khairaat Manado sudah menunjang dalam segala kegiatannya. Disamping kelengkapannya yang telah penulis sebutkan satu persatu. seperti alat,alat olahraga, alat peraga, jumlah buku, alat-alat kesenian dan lain sebagainya.

Fungsi manajerial kepala sekolah menyangkut aspek yang sangat

luas mulai dari menyusun perencanaan sekolah, mengembangkan

organisasi sekolah, memberdayagunakan sumber daya sekolah hingga

melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan sekolah

sesuai standar pengawasan yang berlaku. Banyaknya aspek dalam

kompetensi tersebut membutuhkan kemampuan kepala sekolah untuk

(50)

bervariasi dan biasanya menggunakan pendekatan situasional. Pada

aspek yang lebih luas ternyata setiap strategi memiliki kompensasi yang

bervariasi. Kepala sekolah yang bertipe birokrat murni cenderung tidak

disenangi guru atau organisasi sekolahnya. Mendasarkan hal itu perlu

pengembangan strategi efektif guna memastikan penguasaan dalam

implementasi fungsi manajerial kepala sekolah secara utuh dan dapat

diterapkan secara maksimal.

Namun demikian Seorang pemimpin tidaklah orang yang harus

bekerja sendiri, melainkan orang yang memiliki kompetensi mengatur

kerja sama seluruh komponen dalam rangka pencapaian tujuan

organisasi. Ibarat struktur anatomi tubuh, seorang pemimpin adalah

kepala. Kepala berposisi paling atas. Di dalam kepala ada otak yang

berfungsi memberikan perintah-perintah kerja kepada organ tubuh

lainnya demikian juga dengan manajerial, seorang pemimpin adalah

konseptor dalam sebuah organisasi yang dipimpinnya. Jadi tidaklah

dibenarkan seorang pemimpin selalu mengerjakan sendiri semua

pekerjaan dalam sebuah organisasi.

Dalam implementasi fungsi manajerial kepala sekolah

sebagaimana tertulis dalam Permendiknas no. 13 tahun 2007 tentang

Standar Kepala sekolah adalah sebagai berikut:

1. Menyusun perencanaan sekolah/ madrasah untuk berbagai tingkatan

Gambar

Gambar 1
Tabel 1
Tabel 2 Keadaan Guru Tahun 2014-2015 Di SMP Al-Khairaat Manado.
Tabel 3
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pertama sistem kendali robot tempat sampah yang berbasis arduino mega 2560 yang didalamnya diimplementasikan algortima A* untuk dapat bergerak secara otomatis

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi product moment Pearson, dan hasilnya tidak ada hubungan antara pengalaman spiritual sehari-hari

Biaya kegagalan adalah selisih antara biaya actual untuk memproduksi sebuah produk atau memberikan layanan jasa dengan berapa biaya yang harus dikeluarkan apabila tidak

Operator yang paling banyak digunakan dalam teknik Steganography SNOW adalah bitwise operator karena untuk mengkonversi sebuah message menjadi sejumlah karakter spasi dan

Disertasi Bajo Dan Bukan Bajo : Studi Tentang Perubahan Makna Sama... ADLN Perpustakaan

Data dalam penelitian ini berupa data post test hasil belajar matematika siswa pada materi teorema pythagoras yang diberikan kepada kelas VIII-B setelah

The information is stored in a data dictionary, which uses data definitions to specify what all the records and files are, can be, and, if desired, to automatically enforce

Bila sesuai alat/pelayanan dinas yang sedang bekerja ditemui di lapngan dan hal tersebut tak dijumpai pada gambar, atau dengan cara lain yang dapat diketahui oleh Pemborong