PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJARBAGI SISWA KELAS VIII SMP N 1 BANCAK KABUPATEN SEMARANG
JURNAL
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
SITI MUNAWAROH ( 202013004 )
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJARBAGI SISWA KELAS
VIII SMP NEGERI 1 BANCAK KABUPATEN SEMARANG Siti Munawaroh1, Kriswandani2
Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya WacanaJl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711
1Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UKSW, email: 202013004@student.uksw.edu 2Dosen Pendidikan Matematika FKIP UKSW, email: kriswandani@staff.uksw.edu
ABSTRAK
Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui 1) ada atau tidaknya pengaruh Model Pembelajaran CORE terhadap hasil belajar matematika; 2) ada atau tidaknya pengaruh kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika; dan 3) ada atau tidaknya interaksi efek Model Pembelajaran CORE dan Kemandirian Belajar terhadap hasil belajar matematika bagi Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang. Populasi dari penelitian ini adalah Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang yang terdiri dari 4 kelas. Sampel penelitian ini diambil dengan Teknik Simple Random Sampling dan diperoleh sampelnya adalah siswa kelas VIII A (23 siswa) dan VIII B (22 siswa) SMP N 1 Bancak.Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes dan angket kemandirian belajar. Teknik analisis datanya menggunakan Anava Univariate. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh:1) terdapat pengaruh Model Pembelajaran CORE terhadap hasil belajar matematika Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang dimana nilai signifikansinya sebesar 0,026<0,05; 2) tidak terdapat pengaruh kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang dengan nilai signifikansi sebesar 0,294>0,05; dan terdapat interaksi efek Model Pembelajaran CORE dan Kemandirian Belajar terhadap hasil belajar matematika Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang dengan nilai signifikansi sebesar 0,546>0,05.
Kata Kunci: Model Pembelajaran CORE, Kemandirian Belajar, Hasil Belajar Matematika.
PENDAHULUAN
Hans Freudenthal dalam Taylor dan Francis (2000:777) menyatakan bahwa matematika sebagai kegiatan manusia, yang berarti aktivitas menyelesaikan masalah, mencari masalah, dan juga aktifitas mengatur atau mengorganisasikan suatu persoalan. Lebih lanjut Adam dan Hamm dalam Wijaya (2012:5) menyatakan bahwa peran dan fungsi matematika, yaitu 1) matematika sebagai suatu cara untuk berpikir; 2) matematika sebagai suatu pemahaman tentang pola dan hubungan; dan 3) matematika sebagai bahasa atau alat untuk komunikasi. Belajar matematika dapat membentuk kemampuan berpikir logis, kritis, kerja keras, keingintahuan, kemandirian dan percaya diri. Oleh karena itu matematika dipelajari sejak tingkat pendidikan dasar hingga tingkat pendidikan tinggi.
2006tentang Standar Isi menyatakan bahwa tujuan mata pelajaran matematika tingkat SMP/MTs matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; dan 5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki keingintahuan, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Ketercapaian dari tujuan mata pelajaran matematika ini dapat diukur melalui capaian siswa dalam belajar yang sering disebut dengan hasil belajar.
Abdurrahman (2009:38) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha memperoleh bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.Mayoritas hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di banyak daerah di Indonesia belum sesuai dengan harapan guru. Hal serupa juga terjadi di SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang.
rata-ratanya sebesar 54,22.Tampaklah sebagian besar siswa belum tuntas dan nilai rerata-ratanya masih jauh dibawah nilai KKM yang telah ditentukan.
Munandi dalam Rusman (2012:124) mengemukakan faktor yang mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis yang mempengaruhi hasil belajar meliputi kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, sedangkan faktor psikolohgis yang mempengaruhi hasil belajar meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motivasi, kognitif, daya nalar peserta didik serta kemandirian belajar. Faktor eksternal juga turut mempengaruhi hasil belajar. Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor internal dan faktor instrumental. Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor instrumental meliputi kurikulum, sarana, guru, serta model pembelajaran.
Model pembelajaran juga merupakan faktor eksternal yang turut mempengaruhi hasil belajar sehingga penggunaan model pembelajaran yang tepat perlu diperhatikan. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran dan dalam mengkonstruksi pengetahuannya adalah Model Pembelajaran Conneting, Organizing, Reflecting and Extending (CORE). Hal ini sesuai dengan penelitianYusuf (2014) yang menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran CORE dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan peningkatannya lebih besar dari peningkatan hasil belajar siswa pada kelas control. Dengan kata lain, Model Pembelajarna CORE berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Jacob dalam Wijayanti (2012:15) mengemukakan bahwa CORE adalah model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam membangun pengetahuannya. Siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri, diharuskan siswa berinteraksi dengan lingkungannya. Sintaks Model Pembelajaran CORE adalah
pembagian kelompok secara heterogen, memikirkan kembali, mendalami, dan menggali informasi yang sudah didapat dan dilaksanakan dalam kegiatan kelompok (Reflecting), pengembangan, memperluas, menggunakan, dan menemukan melalui tugas individu dengan mengerjakan tugas (Extending).
Model Pembelajaran CORE mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Menurut Aris (2016), kelebihan Model Pembelajaran CORE adalah 1)mengembangkan keaktifan siswa dalam pembelajaran; 2) mengembangkan dan melatih daya ingat siswa tentang suatu konsep dalam materi pembelajaran; 3) mengembangkan daya berpikir kritis sekaligus mengembangkan keterampilan pemecahan suatu masalah; dan 4) Memberikan pengalaman belajar kepada siswa karena mereka banyak berperan aktif sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Sedangkan kelemahan Model Pembelajaran CORE adalah 1) membutuhkan persiapan matang dari guru untuk menggunakan model ini; 2) jika siswa tidak kritis, proses pembelajaran tidak bisa berjalan dengan lancar; 3) memerlukan banyak waktu; 4)tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan Model Pembelajaran CORE.
Selain model pembelajaran yang merupakan salah satu dari faktor eksternal, terdapat faktor internal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Salah satu jenis faktor internal ini adalah kemandirian belajar.Kemandirian belajar berpengaruh terhadap hasil belajar. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Tahar (2006) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kemandirian belajar dengan hasil belajar.
mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi; 2) memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya; dan 3) bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan.
Berdasarkan uraian masalah tersebut maka dapat dilakukan penelitian yang bertujuan untuk: 1) mengetahui ada atau tidaknya pengaruh model pembelajaran CORE terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang; 2) mengetahui ada atau tidaknya pengaruh kemandirian belajar siswa terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang; dan 3) mengetahui ada atau tidaknya interaksi efek model pembelajaran CORE dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematikasiswa kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono,2009). Penelitian ini menyelidiki ada atau tidaknyapengaruh dengan cara memberikan perlakuan (treatment) kepada kelompok eksperimen (kelompok yang diberi Model Pembelajaran CORE) dan membandingkan dengan kelompok yang tidak diberi perlakuan (kelompok kontrol).
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 1 Bancak Semester 2 Tahun Ajaran 2016/2017, yaitu sebanyak 94 siswa yang terbagi dalam 4 kelas. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan tekniksimple random sampling, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Sampel yang diperoleh sebanyak 2 kelas yaitukelas VIII A dan VIII B. Jumlah siswa di kelas VIII A sebanyak 23 siswa, sedangkan jumlah siswa di kelas VIII B sebanyak 22 siswa. Sampel yang diambil kemudian ditetapkan menjadi 1 kelas sebagai kelompok eksperimen yaitu kelas VIII B, dan 1 kelas sebagai kelompok kontrol yaitu kelas VIII A.
belajar terdiri dari 43 item pernyataan dengan 32 item yang valid dan 11 item yang tidak valid.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di SMP N 1 Bancak yang terletak di Jalan KH. Wakhid Hasyim KM 1 Desa Rejosari Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang 50772.Penelitian ini terdapat 2 kelompok data yakni kelompok data untuk kondisi awal dan kelompok data untuk kondisi akhir. Adapun kondisi awal kedua kelas tersebut dapat dilihat sebagai berikut
A. Kondisi Awal (sebelum diberikan perlakuan)
Untuk mengetahui kemampuan awal hasil belajar matematika siswa, data nilai
pretestdiambil dari nilai ujian akhir semester 1. Data ini digunakan untuk mengetahui keseimbangan kedua kelompok data. Uji keseimbangan dari kedua kelompok data ini dapat dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas data. Hasil uji normalitas dan statistika deskriptif untuk kemampuan awal adalah sebagai berikut
Tabel 1 Deskripsi Statistik Nilai Pretest
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Nilai Kelas Eksperimen 22 35 80 56.32 13.947
Nilai Kelas Kontrol 23 33 78 52.13 12.389
Valid N (listwise) 22
Berdasarkan Tabel 1 diperoleh hasil bahwa nilai rerata kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak jauh berbeda dimana nilai rerata kelas eksperimen sebesar 56,32 lebih tinggi daripada nilai rerata kelas kontrol sebesar 52,13. Lebih lanjut, untuk menguji keseimbangan data dapat digunakan uji normalitas dan uji homogenitas data. Adapun hasil uji normalitas data diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel 2 Uji Normalitas Pretes Siswa One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Nilai Kelas Eksperimen
Nilai Kelas Kontrol
N 22 23
Normal Parametersa
Mean 56.32 52.13
Std. Deviation 13.947 12.389 Most Extreme
Differences
Absolute .157 .177
Positive .157 .177
Negative -.142 -.079
Kolmogorov-Smirnov Z .737 .849
Asymp. Sig. (2-tailed) .650 .467
a. Test distribution is Normal.
kelas eksperimen dengan nilai signifikansi 0.650dan kelas kontrol sebesar 0,467 dimana kedua nilai signifikan tersebut lebih dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Lebih lanjut, uji homogenitas pretest dalam penelitian ini berfungsi untuk mengetahui apakah variansi-variansi dari populasi sama atau tidak. Hasil uji homogenitas dan analisis uji-t nilai pretest dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3Hasil Uji Homogenitas Data Kemampuan Awal Siswa
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T df
Sig. (2-tailed) Mean Differe nce Std. Error Differe nce 95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper Nilai Equal
variances assumed
1.564 .218 1.066 43 .292 4.188 3.928 -3.734 12.110
Equal
variances not assumed
1.063 41.886 .292 4.188 3.939 -3.762 12.137
Berdasarkan Tabel 3 diperoleh hasil uji homogenitas ini menggunakan metode Levene
dengan taraf signifikansi 5% menunjukkan nilai signifikan sebesar 0.218 dimana nilai signifikan tersebut lebih dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama (homogen). Oleh karena telah memenuhi uji normalitas data dan uji homogenitas data maka dapat disimpulkan kedua kelas tersebut dalam kondisi seimbang. Untuk memperkuat hasil uji keseimbangan kedua kelompok ini, berdasarkan hasil uji beda rerata diperoleh nilai signifikan sebesar 0.292>0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata nilai pretest antara kedua kelas tersebut. Berdasarkan hasil uji normalitas, homogenitas, dan uji-t di atas maka tampaklah bahwa kedua kelas tersebut memiliki kemampuan awal yang seimbang maka dapat diberikan perlakuan yang berbeda. Kelas eksperimen diberi perlakuan berupa Model Pembelajaran CORE sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan berupa Model Pembelajaran Konvensional.
Untuk mengetahui kondisi kemampuan akhir hasil belajar matematika siswa dari data nilai posttest dan angket kemandirian belajar siswa maka dilakukan dua analisis yaitu analisis deskriptif dan analisis inferensial. Hasil analisis deskriptif hasil nilai belajar posttest dapat disajikan pada Tabel 4 berikut ini
Tabel 4 Deskriptif Kondisi Akhir Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Nilai Kelas Eksperimen 22 45.00 95.00 73.6364 16.34318 Nilai Kelas Kontrol 23 45.00 90.00 63.9130 14.37774 Valid N (listwise) 22
Berdasarkan Tabel 4 diperoleh hasil bahwa nilai rerata kelas eksperimen dan kelas kontrol tampak jauh berbeda dimana nilai rerata kelas eksperimen sebesar 73,63 lebih tinggi daripada nilai rerata kelas kontrol sebesar 63,91. Lebih lanjut, untuk menguji keseimbangan data dapat digunakan uji normalitas dan uji homogenitas data.
Hasil data angket kemandirian belajar siswa diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dikelompokan berdasarkan tiga kategori kemandirian belajar yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Penentuan interval tingkat kemandirian ditentukan menggunakan rumus skor maksimum dikurangi skor minimum dibagi jumlah kategori, sehingga dapat dituliskan dalam perhitungan sebagai berikut ( Supranto, 2008 ).
Tinggi : 103 ≤ skor ≤ 113 Sedang : 92≤ skor ≤ 102 Rendah : 81 ≤ skor ≤ 91
Deskripsi kategori kemandirian belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut
Tabel 5. Kategori Kemandirian Belajar Siswa
Berdasarkan Tabel 5 diperoleh hasil bahwa dari 45 siswa pada kelas eksperimendan kelas kontrol sebagian besar masuk kategori kemandirian belajartinggi dengan jumlah 20 siswa diikuti dengan kategori sedang dan rendah masing-masing sebanyak 19 siswa dan 6 siswa. Adapun hasil analisis deskriptif untuk kondisi akhir dapat dilihat dalam Tabel 6.Berdasarkan
Kelas N Banyaknya Siswa pada Kemandirian Belajar
Tinggi Sedang Rendah
Model Pembelajaran CORE 22 10 10 2
Model Pembelajaran Konvensional 23 10 9 4
Tabel 6diperoleh hasil bahwa pada kelas eksperimen, siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi menunjukan rata-rata sebesar 77,50 lebih baik dari pada siswa yang memiliki kemandirian belajar sedang sebesar 67,05. Sementara itu, siswa dengan kategori kemandirian belajar rendah menunjukan rata-rata sebesar 85,00 lebih baik daripada siswa dengan kategori tinggi maupun sedang. Sedangkan pada kelas kontrol, siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi menunjukan rata-rata sebesar 65,50 lebih baik daripada rata-rata siswa dengan kategori kemandirian belajar sedang dan rendah yang masing-masing sebesar 62,22 dan 63,75. Sedangkan nilai rerata siswa dengan kategori kemandirian belajar rendah lebih baik daripada nilai rerata siswa dengan kategori kemandirian belajar sedang.
Tabel 6. Hasil Analisis Deskriptif Posttestdan Kemandirian Belajar Dependent Variable:Nilai Akhir
Model Pembelajaran Kemandirian Belajar Mean Std. Deviation N
Model Pembelajaran CORE Kemandirian Belajar Tinggi 77.5000 18.44662 10
Kemandirian Belajar Sedang 67.5000 13.79412 10
Kemandirian Belajar Rendah 85.0000 7.07107 2
Total 73.6364 16.34318 22
Model Pembelajaran Konvensional
Kemandirian Belajar Tinggi 65.5000 16.06411 10 Kemandirian Belajar Sedang 62.2222 13.94433 9 Kemandirian Belajar Rendah 63.7500 14.36141 4
Total 63.9130 14.37774 23
Total Kemandirian Belajar Tinggi 71.5000 17.92528 20 Kemandirian Belajar Sedang 65.0000 13.74369 19 Kemandirian Belajar Rendah 70.8333 15.94261 6
Total 68.6667 15.96872 45
dari populasi yang berdistribusi normal.Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas hasil belajar matematika pada Tabel 8 diperoleh nilai signifikan uji normalitas data kelompok siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi sebesar 0,578 dan siswa yang mempunyai kemandirian belajarsedang sebesar 0,897, sedangkan siswa yang mempunyai kemandirian belajarrendah sebesar 0,842 dimana ketiga nilai signifikan tersebut lebih dari 0,05 yang berarti untuk nilai kemampuan akhir pada kelompok siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi, sedang dan rendah berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hal ini bermakna bahwa syarat uji normalitas telah terpenuhi
Tabel 7. Uji Normalitas PosttestKelas Eksperimen dan Kontrol One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Nilai Kelas Eksperimen
Nilai Kelas Kontrol
N 22 23
Normal Parametersa Mean 73.6364 63.9130
Std. Deviation 16.34318 14.37774
Most Extreme Differences
Absolute .152 .129
Positive .110 .129
Negative -.152 -.099
Kolmogorov-Smirnov Z .711 .619
Asymp. Sig. (2-tailed) .694 .839
a. Test distribution is Normal.
Tabel 8. Uji Normalitas Posstest Siswa Kategori Kemandirian Belajar Tinggi, Sedang dan Rendah
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Nilai Kelompok Kemandirian Belajar Tinggi Nilai Kelompok Kemandirian Belajar Sedang Nilai Kelompok Kemandirian Belajar Rendah
N 20 19 6
Normal Parametersa Mean 71.5000 65.0000 70.8333
Std. Deviation 17.92528 13.74369 15.94261
Most Extreme Differences
Absolute .174 .132 .252
Positive .171 .132 .252
Negative -.174 -.095 -.217
Kolmogorov-Smirnov Z .780 .574 .616
Asymp. Sig. (2-tailed) .578 .897 .842
Selanjutnya untuk uji homogenitas data menggunakan data posstest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol serta data nilai posttest untuk siswa yang mempunyai kategori kemandirian belajar tinggi,sedang dan rendah. Hasil uji homogenitas data posttest antara kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini
Tabel 9. Hasil Uji Homogenitas Data Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol Nilai Akhir
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.767 1 43 .386
Berdasarkan hasil uji homogenitas data pada Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai signifikan 0,38>0,05 sehingga hasil belajar matematika dari kedua kelas antara kelas eksperimen dan kontrol mempunyai variansi yang sama (homogen). Selanjutnya uji homogenitas data posstest kelompok siswa yang mempunyai kemandirian belajar dapat dilihat pada Tabel 10 berikut
Tabel 10. Hasil Uji Homogenitas Posttest Siswa Kategori Kemandirian Belajar Tinggi,Sedang dan Rendah
Nilai Akhir
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.951 2 42 .155
Hasil uji homogenitas postest kemandirian belajar siswa pada Tabel 10 menunjukan bahwa nilai signifikan 0,155>0,05 yang artinya bahwa ketiga kelompok siswa kategori kemandirian belajar siswa antara tinggi, sedang dan rendah memiliki variansi yang sama (homogen). Oleh karena telah memenuhi semua persyaratan uji anava maka dapat dilakukan uji Anava Univariate. Adapun hasil uji anava univariate dua jalan dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil Uji Anava Dua Jalan Dependent Variable:Nilai Akhir
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Partial Eta Squared
Corrected Model 1898.194a 5 379.639 1.588 .186 .169
Intercept 152990.383 1 152990.383 640.072 .000 .943
KodeMP 1278.422 1 1278.422 5.349 .026 .121
KodeKB 603.658 2 301.829 1.263 .294 .061
kodeMP * kodeKB 293.753 2 146.877 .614 .546 .031
Error 9321.806 39 239.021
Total 223400.000 45
Corrected Total 11220.000 44
Berdasarkan Tabel 11 diperoleh hasil dari uji Anava adalah sebagai berikut:
1. Pada baris model pembelajaran diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,026 < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal didukung nilai rerata kelas eksperimen sebesar 73,63 lebih baik daripada nilai rerata kelas kontrol sebesar 63,91. Hal ini bermakna terdapat perbedaan dari kedua nilai tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh Model Pembelajaran CORE terhadap hasil belajar matematika bagi Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang.
2. Pada baris kemandirian belajar diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,294 > 0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar antara siswa yang mempunyai kategori kemandirian belajar tinggi, sedang, dan rendah. Hal didukung nilai rerata siswa yang mempunyai kategori kemandirian belajar tinggi sebesar 71,5; nilai rerata siswa yang mempunyai kategori kemandirian belajar sedang 65 serta nilai rerata siswa yang mempunyai kategori kemandirian belajar rendah 70,83. Berdasarkan nilai rerata untuk masing-masing kelompok kemandirian belajar tersebut maka tampaklah bahwa nilai rerata siswa yang mempunyai kategori kemandirian belajar tinggi lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kategori kemandirian belajar sedang maupun rendah serta nilai rerata siswa yang mempunyai kategori kemandirian belajar rendah lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kategori kemandirian belajar sedang. Perbedaan ketiga nilai rerata tersebut tidaklah besar sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi, sedang maupun rendah. Hal ini bermakna bahwa tidak terdapat pengaruhKemandirian Belajar terhadap hasil belajar matematika bagi Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang.
Grafik 1.Rerata Marginal berdasarkan Jenis Model Pembelajaran
Grafik 2.Rerata Marginal berdasarkan Tingkat Kemandirian Belajar
Hasil pengujian Anava Univariate 2 jalan diatas maka dapat dilakukan uji lanjut Pasca Anava dan diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel 12. Hasil Uji Lanjut Pasca Anava Dua Jalan Multiple Comparisons
Dependent Variable:Nilai Akhir
(I) Kemandirian Belajar
(J) Kemandirian Belajar
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound Upper Bound
Scheffe Kemandirian Belajar Tinggi
Kemandirian Belajar
Sedang 6.5000 4.95288 .431 -6.1043 19.1043
Kemandirian Belajar
Rendah .6667 7.19637 .996 -17.6469 18.9803
Kemandirian Belajar Sedang
Kemandirian Belajar
Tinggi -6.5000 4.95288 .431 -19.1043 6.1043
Kemandirian Belajar
Rendah -5.8333 7.23995 .725 -24.2578 12.5911
Kemandirian Belajar Rendah
Kemandirian Belajar
Tinggi -.6667 7.19637 .996 -18.9803 17.6469
Kemandirian Belajar
Sedang 5.8333 7.23995 .725 -12.5911 24.2578 LSD Kemandirian
Belajar Tinggi
Kemandirian Belajar
Sedang 6.5000 4.95288 .197 -3.5182 16.5182 Kemandirian Belajar
Rendah .6667 7.19637 .927 -13.8894 15.2227 Kemandirian
Belajar Sedang
Kemandirian Belajar
Tinggi -6.5000 4.95288 .197 -16.5182 3.5182 Kemandirian Belajar
Rendah -5.8333 7.23995 .425 -20.4775 8.8108 Kemandirian
Belajar Rendah
Kemandirian Belajar
Tinggi -.6667 7.19637 .927 -15.2227 13.8894 Kemandirian Belajar
Sedang 5.8333 7.23995 .425 -8.8108 20.4775 Based on observed means.
Berdasarkan uji Anava dan uji pasca Anava diatas dapat dilihat beberapa makna yakni
1. Nilai rerata kelas eksperimen lebih baik daripada nilai rerata kelas kontrol baik bagi siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi, sedang, maupun rendah.
2. Nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang, serta nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi dan sedang. Kondisi ini berlaku di kelas eksperimen dimana nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi sebesar 77,5; nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang sebesar 67,5; serta nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah sebesar 85. 3. Berbeda dengan kondisi kelas eksperimen, kondisi kelas kontrol adalah nilai rerata
siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang dan rendah, serta nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang. Kondisi ini berlaku di kelas kontrol dimana nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi sebesar 65,5; nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang sebesar 62,22; serta nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah sebesar 63,75.
5. Nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang maupun rendah dimana kondisi ini berlaku di kelas kontrol.
6. Nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang maupun tinggi dimana kondisi ini berlaku di kelas eksperimen
7. Nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang dimana kondisi ini berlaku di kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
8. Dalam kelas eksperimen, nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah mencapai nilai rerata terbaik dibandingkan siswa yang mempunyai tingkat kemandirian yang lainnya sedangkan di kelas kontrol, nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian yang tinggi mencapai nilai rerata yang terbaik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai tingkat kemandirian yang lainnya. Hal ini bermaknapada kelas eksperimen,siswa dengan tingkat kemandirian belajar rendah memperoleh hasil belajar yang baik dibandingkan siswa dengan tingkat kemadirian belajar lainnya karena saat pembelajaran siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah lebih aktif bertanya dan mencari tahu tentang apa yang belum dipahaminya. Siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah merasa dirinya belum mampu dan masih membutuhkan bantuan dari orang lain. Berbeda dengan kelas kontrol, hasil belajar yang baik diperoleh siswa dengan tingkat kemandirian belajar tinggi, hal ini dikarenakan siswa dengan tingkat kemandirian belajar tinggi lebih aktif mengerjakan soal yang diberikan oleh guru dibandingkan siswa dengan tingkat kemandirian belajar lainnya.
9. Meskipun terdapat perbedaan nilai rerata untuk masing-masing kelompok siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi, sedang, dan rendah di kelas eksperimen maupun kelas kontrol maka berdasarkan hasil uji pasca anava pada Tabel 12 diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi, sedang maupun rendah baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol. 10. Perbedaan efek model pembelajaran CORE dan kemandirian belajar terhadap hasil
baik daripada nilai rerata kelas kontrol, baik bagi siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi, sedang, maupun rendah. Pada saat proses pembelajaran aktivitas siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran CORE mengajak siswa untuk aktif pada kegiatan pembelajaran.Siswa aktif berdiskusi dalam kelompok, saling mengemukakan pendapat untuk membentuk dan menyusun penyelesaian terhadap permasalahan yang diberikan.Siswa terlihat sangat antusias ketika mengikuti kegiatan pembelajaran, sebagian besar siswa mengacungkan tangannya ketika guru memancing dengan pertanyaan-pertanyaan, baik saat apersepsi maupun kegiatan
mau ikut mengerjakan. Sedangkan pada kelas kontrol siswa yang aktif mengerjakan soal hanya siswa yang mempunyai tingkat kemandirian belajar tinggi sedangkan yang lain hanya meniru pekerjaan temannya. Interaksi pada penelitian ini berarti karakteristik perbedaan antara tingkat kemandirian belajar tinggi, sedang dan rendah untuk setiap model berbeda. Hal ini yang menyebabkan ketidakkonsistenan pengaruh Model Pembelajaran CORE dan Kemandirian Belajar terhadap hasil belajar matematika Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang.
Selama proses pembelajaran dalam penelitian ini, proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran CORE pada kelas eksperimen menggambarkan bahwa siswa lebih aktif, kreatif dan terlihat lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini juga didukung oleh pendapat yang dikemukakan Yusuf (2014) yang mengemukakan bahwa model pembelajaran CORE dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar siswa untuk belajar lebih giat lagi.Yusuf (2014) juga mengemukakan bahwa pembelajaran menggunakan model CORE dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran sehingga siswa mengalami pengalaman belajarnya langsung sendiri. Selain itu, Model Pembelajaran CORE membantu siswa dalam mengingat serta mengembangkan kesiapan serta siswa dapat memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya.Siswa dituntut untuk berfikir kritis terhadap permasalahan-permasalahan yang ada atau yang diberikan oleh guru lewat tugas kelompok sehingga siswa dalam kelompok berdiskusi satu sama lain dan saling bertukar pikiran dan gagasan-gagasan serta saling berargumen yang menjadikan pembelajaran pada kelas eksperimen lebih hidup dan aktif karena terjadi interaksi antara siswa dengansiswa serta siswa dengan guru.Proses pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran CORE, peran guru hanya mengarahkan dan memberi pertanyaan-pertanyaan untuk memancing pengetahuan siswa mengingat konsep lama yang akan dihubungkan pada konsep baru, kegiatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam membangun pegetahuannya. Siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri, diharuskan siswa berinteraksi dengan kelompoknya (Wijayanti, 2012:15). Proses pembelajaran ini tidak membuat siswa hanya sekedar menerima informasi dari guru saja, tetapi guru hanya berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk terlibat secara aktif dalam keseluruan proses pembelajaran.
N 1 Bancak Kabupaten Semarang lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal terutama pada model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Penelitian ini menemukan bahwa Model Pembelajaran CORE sebagai model pembelajaran yang diterapkan oleh guru juga turut mempengaruhi hasil belajar siswa.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa
1. Nilai signifikansi pada model pembelajaran diperoleh 0,026<0,05 yang berarti terdapat pengaruh Model Pembelajaran CORE terhadap hasil belajar matematika Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang
2. Nilai signifikansi pada kemandirian belajar sebesar 0,294>0,05 yang berarti tidak terdapat pengaruh kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang
3. Nilai signifikansi pada interaksi efek antara Model Pembelajaran CORE dan Kemandirian belajar sebesar 0,546>0,05 yang berarti terdapat interaksi efek Model Pembelajaran CORE dan Kemandirian Belajar terhadap hasil belajar matematika Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang. Interaksi efek dalam penelitian ini bermakna
a. Nilai rerata kelas eksperimen lebih baik daripada nilai rerata kelas kontrol baik bagi siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi, sedang, maupun rendah. b. Dalam kelas eksperimen, nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar
tinggi lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang, nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi dan sedang.
c. Dalam kelas kontrol, nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang dan rendah, serta nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang.
e. Nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang maupun tinggi dimana kondisi ini berlaku di kelas eksperimen
f. Nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang dimana kondisi ini berlaku di kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
g. Dalam kelas eksperimen, nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah mencapai nilai rerata terbaik dibandingkan siswa yang mempunyai tingkat kemandirian yang lainnya sedangkan di kelas kontrol, nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian yang tinggi mencapai nilai rerata yang terbaik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai tingkat kemandirian yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono.2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Aris Shoimin.2016. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013/Aris Shoimin. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Basri, Hasan.2000. Remaja Berkualitas (Problem Remaja Dan Solusinya). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Depdiknas .2006. Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta :Depdiknas.
Kartini dan Dali Gulo, 2008. Kamus Psikologi, Bandung: Pionir Jaya.
Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Surya, Hendra.2003. Kiat Mengajak Anak Belajar dan Berprestasi. Jakarta: PT. Gramedia
Suyatno.2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif.(Sidoarjo:Masmedia Buana Pusaka).
Tahar,dkk. 2006. Hubungan Kemandirian Belajar Dan Hasil BelajarPada Pendidikan Jarak Jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka Dan Jarak Jauh. Vol 7. Universitas Terbuka
Taylor,F.2000.Hans Freudenthal:a mathematician on didactics and curriculum theory. JCS
Gravemeijer&Terwel2000, 777-796. Dipetik dari
http://dare.ubvu.vu.nl/bitstream/handle/1871/10770/JCSGravemeijer&Terwel2000.pdf;
Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Wijaya, A.(2012). Pendidikan Matematika Realistik: Suatu Alternatif PendekatanP embelajaran Matematika. Yogyakarata: Graha Ilmu.
Wijayanti, A. 2012. Penerapan Model Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP. Skripsi. Bandung: UPI.