• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Core terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Kemandirian Belajar bagi Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang T1 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Core terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Kemandirian Belajar bagi Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang T1 Full text"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJARBAGI SISWA KELAS VIII SMP N 1 BANCAK KABUPATEN SEMARANG

JURNAL

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

SITI MUNAWAROH ( 202013004 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CORE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJARBAGI SISWA KELAS

VIII SMP NEGERI 1 BANCAK KABUPATEN SEMARANG Siti Munawaroh1, Kriswandani2

Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya WacanaJl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711

1Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UKSW, email: 202013004@student.uksw.edu 2Dosen Pendidikan Matematika FKIP UKSW, email: kriswandani@staff.uksw.edu

ABSTRAK

Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui 1) ada atau tidaknya pengaruh Model Pembelajaran CORE terhadap hasil belajar matematika; 2) ada atau tidaknya pengaruh kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika; dan 3) ada atau tidaknya interaksi efek Model Pembelajaran CORE dan Kemandirian Belajar terhadap hasil belajar matematika bagi Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang. Populasi dari penelitian ini adalah Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang yang terdiri dari 4 kelas. Sampel penelitian ini diambil dengan Teknik Simple Random Sampling dan diperoleh sampelnya adalah siswa kelas VIII A (23 siswa) dan VIII B (22 siswa) SMP N 1 Bancak.Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes dan angket kemandirian belajar. Teknik analisis datanya menggunakan Anava Univariate. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh:1) terdapat pengaruh Model Pembelajaran CORE terhadap hasil belajar matematika Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang dimana nilai signifikansinya sebesar 0,026<0,05; 2) tidak terdapat pengaruh kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang dengan nilai signifikansi sebesar 0,294>0,05; dan terdapat interaksi efek Model Pembelajaran CORE dan Kemandirian Belajar terhadap hasil belajar matematika Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang dengan nilai signifikansi sebesar 0,546>0,05.

Kata Kunci: Model Pembelajaran CORE, Kemandirian Belajar, Hasil Belajar Matematika.

PENDAHULUAN

Hans Freudenthal dalam Taylor dan Francis (2000:777) menyatakan bahwa matematika sebagai kegiatan manusia, yang berarti aktivitas menyelesaikan masalah, mencari masalah, dan juga aktifitas mengatur atau mengorganisasikan suatu persoalan. Lebih lanjut Adam dan Hamm dalam Wijaya (2012:5) menyatakan bahwa peran dan fungsi matematika, yaitu 1) matematika sebagai suatu cara untuk berpikir; 2) matematika sebagai suatu pemahaman tentang pola dan hubungan; dan 3) matematika sebagai bahasa atau alat untuk komunikasi. Belajar matematika dapat membentuk kemampuan berpikir logis, kritis, kerja keras, keingintahuan, kemandirian dan percaya diri. Oleh karena itu matematika dipelajari sejak tingkat pendidikan dasar hingga tingkat pendidikan tinggi.

(7)

2006tentang Standar Isi menyatakan bahwa tujuan mata pelajaran matematika tingkat SMP/MTs matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; dan 5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki keingintahuan, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Ketercapaian dari tujuan mata pelajaran matematika ini dapat diukur melalui capaian siswa dalam belajar yang sering disebut dengan hasil belajar.

Abdurrahman (2009:38) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha memperoleh bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.Mayoritas hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di banyak daerah di Indonesia belum sesuai dengan harapan guru. Hal serupa juga terjadi di SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang.

(8)

rata-ratanya sebesar 54,22.Tampaklah sebagian besar siswa belum tuntas dan nilai rerata-ratanya masih jauh dibawah nilai KKM yang telah ditentukan.

Munandi dalam Rusman (2012:124) mengemukakan faktor yang mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis yang mempengaruhi hasil belajar meliputi kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, sedangkan faktor psikolohgis yang mempengaruhi hasil belajar meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motivasi, kognitif, daya nalar peserta didik serta kemandirian belajar. Faktor eksternal juga turut mempengaruhi hasil belajar. Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor internal dan faktor instrumental. Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor instrumental meliputi kurikulum, sarana, guru, serta model pembelajaran.

Model pembelajaran juga merupakan faktor eksternal yang turut mempengaruhi hasil belajar sehingga penggunaan model pembelajaran yang tepat perlu diperhatikan. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran dan dalam mengkonstruksi pengetahuannya adalah Model Pembelajaran Conneting, Organizing, Reflecting and Extending (CORE). Hal ini sesuai dengan penelitianYusuf (2014) yang menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran CORE dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan peningkatannya lebih besar dari peningkatan hasil belajar siswa pada kelas control. Dengan kata lain, Model Pembelajarna CORE berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Jacob dalam Wijayanti (2012:15) mengemukakan bahwa CORE adalah model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam membangun pengetahuannya. Siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri, diharuskan siswa berinteraksi dengan lingkungannya. Sintaks Model Pembelajaran CORE adalah

(9)

pembagian kelompok secara heterogen, memikirkan kembali, mendalami, dan menggali informasi yang sudah didapat dan dilaksanakan dalam kegiatan kelompok (Reflecting), pengembangan, memperluas, menggunakan, dan menemukan melalui tugas individu dengan mengerjakan tugas (Extending).

Model Pembelajaran CORE mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Menurut Aris (2016), kelebihan Model Pembelajaran CORE adalah 1)mengembangkan keaktifan siswa dalam pembelajaran; 2) mengembangkan dan melatih daya ingat siswa tentang suatu konsep dalam materi pembelajaran; 3) mengembangkan daya berpikir kritis sekaligus mengembangkan keterampilan pemecahan suatu masalah; dan 4) Memberikan pengalaman belajar kepada siswa karena mereka banyak berperan aktif sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Sedangkan kelemahan Model Pembelajaran CORE adalah 1) membutuhkan persiapan matang dari guru untuk menggunakan model ini; 2) jika siswa tidak kritis, proses pembelajaran tidak bisa berjalan dengan lancar; 3) memerlukan banyak waktu; 4)tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan Model Pembelajaran CORE.

Selain model pembelajaran yang merupakan salah satu dari faktor eksternal, terdapat faktor internal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Salah satu jenis faktor internal ini adalah kemandirian belajar.Kemandirian belajar berpengaruh terhadap hasil belajar. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Tahar (2006) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kemandirian belajar dengan hasil belajar.

(10)

mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi; 2) memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya; dan 3) bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan.

Berdasarkan uraian masalah tersebut maka dapat dilakukan penelitian yang bertujuan untuk: 1) mengetahui ada atau tidaknya pengaruh model pembelajaran CORE terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang; 2) mengetahui ada atau tidaknya pengaruh kemandirian belajar siswa terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang; dan 3) mengetahui ada atau tidaknya interaksi efek model pembelajaran CORE dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematikasiswa kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono,2009). Penelitian ini menyelidiki ada atau tidaknyapengaruh dengan cara memberikan perlakuan (treatment) kepada kelompok eksperimen (kelompok yang diberi Model Pembelajaran CORE) dan membandingkan dengan kelompok yang tidak diberi perlakuan (kelompok kontrol).

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 1 Bancak Semester 2 Tahun Ajaran 2016/2017, yaitu sebanyak 94 siswa yang terbagi dalam 4 kelas. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan tekniksimple random sampling, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Sampel yang diperoleh sebanyak 2 kelas yaitukelas VIII A dan VIII B. Jumlah siswa di kelas VIII A sebanyak 23 siswa, sedangkan jumlah siswa di kelas VIII B sebanyak 22 siswa. Sampel yang diambil kemudian ditetapkan menjadi 1 kelas sebagai kelompok eksperimen yaitu kelas VIII B, dan 1 kelas sebagai kelompok kontrol yaitu kelas VIII A.

(11)

belajar terdiri dari 43 item pernyataan dengan 32 item yang valid dan 11 item yang tidak valid.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di SMP N 1 Bancak yang terletak di Jalan KH. Wakhid Hasyim KM 1 Desa Rejosari Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang 50772.Penelitian ini terdapat 2 kelompok data yakni kelompok data untuk kondisi awal dan kelompok data untuk kondisi akhir. Adapun kondisi awal kedua kelas tersebut dapat dilihat sebagai berikut

A. Kondisi Awal (sebelum diberikan perlakuan)

Untuk mengetahui kemampuan awal hasil belajar matematika siswa, data nilai

pretestdiambil dari nilai ujian akhir semester 1. Data ini digunakan untuk mengetahui keseimbangan kedua kelompok data. Uji keseimbangan dari kedua kelompok data ini dapat dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas data. Hasil uji normalitas dan statistika deskriptif untuk kemampuan awal adalah sebagai berikut

Tabel 1 Deskripsi Statistik Nilai Pretest

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Nilai Kelas Eksperimen 22 35 80 56.32 13.947

Nilai Kelas Kontrol 23 33 78 52.13 12.389

Valid N (listwise) 22

Berdasarkan Tabel 1 diperoleh hasil bahwa nilai rerata kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak jauh berbeda dimana nilai rerata kelas eksperimen sebesar 56,32 lebih tinggi daripada nilai rerata kelas kontrol sebesar 52,13. Lebih lanjut, untuk menguji keseimbangan data dapat digunakan uji normalitas dan uji homogenitas data. Adapun hasil uji normalitas data diperoleh hasil sebagai berikut

Tabel 2 Uji Normalitas Pretes Siswa One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Nilai Kelas Eksperimen

Nilai Kelas Kontrol

N 22 23

Normal Parametersa

Mean 56.32 52.13

Std. Deviation 13.947 12.389 Most Extreme

Differences

Absolute .157 .177

Positive .157 .177

Negative -.142 -.079

Kolmogorov-Smirnov Z .737 .849

Asymp. Sig. (2-tailed) .650 .467

a. Test distribution is Normal.

(12)

kelas eksperimen dengan nilai signifikansi 0.650dan kelas kontrol sebesar 0,467 dimana kedua nilai signifikan tersebut lebih dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Lebih lanjut, uji homogenitas pretest dalam penelitian ini berfungsi untuk mengetahui apakah variansi-variansi dari populasi sama atau tidak. Hasil uji homogenitas dan analisis uji-t nilai pretest dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3Hasil Uji Homogenitas Data Kemampuan Awal Siswa

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df

Sig. (2-tailed) Mean Differe nce Std. Error Differe nce 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Nilai Equal

variances assumed

1.564 .218 1.066 43 .292 4.188 3.928 -3.734 12.110

Equal

variances not assumed

1.063 41.886 .292 4.188 3.939 -3.762 12.137

Berdasarkan Tabel 3 diperoleh hasil uji homogenitas ini menggunakan metode Levene

dengan taraf signifikansi 5% menunjukkan nilai signifikan sebesar 0.218 dimana nilai signifikan tersebut lebih dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama (homogen). Oleh karena telah memenuhi uji normalitas data dan uji homogenitas data maka dapat disimpulkan kedua kelas tersebut dalam kondisi seimbang. Untuk memperkuat hasil uji keseimbangan kedua kelompok ini, berdasarkan hasil uji beda rerata diperoleh nilai signifikan sebesar 0.292>0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata nilai pretest antara kedua kelas tersebut. Berdasarkan hasil uji normalitas, homogenitas, dan uji-t di atas maka tampaklah bahwa kedua kelas tersebut memiliki kemampuan awal yang seimbang maka dapat diberikan perlakuan yang berbeda. Kelas eksperimen diberi perlakuan berupa Model Pembelajaran CORE sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan berupa Model Pembelajaran Konvensional.

(13)

Untuk mengetahui kondisi kemampuan akhir hasil belajar matematika siswa dari data nilai posttest dan angket kemandirian belajar siswa maka dilakukan dua analisis yaitu analisis deskriptif dan analisis inferensial. Hasil analisis deskriptif hasil nilai belajar posttest dapat disajikan pada Tabel 4 berikut ini

Tabel 4 Deskriptif Kondisi Akhir Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Nilai Kelas Eksperimen 22 45.00 95.00 73.6364 16.34318 Nilai Kelas Kontrol 23 45.00 90.00 63.9130 14.37774 Valid N (listwise) 22

Berdasarkan Tabel 4 diperoleh hasil bahwa nilai rerata kelas eksperimen dan kelas kontrol tampak jauh berbeda dimana nilai rerata kelas eksperimen sebesar 73,63 lebih tinggi daripada nilai rerata kelas kontrol sebesar 63,91. Lebih lanjut, untuk menguji keseimbangan data dapat digunakan uji normalitas dan uji homogenitas data.

Hasil data angket kemandirian belajar siswa diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dikelompokan berdasarkan tiga kategori kemandirian belajar yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Penentuan interval tingkat kemandirian ditentukan menggunakan rumus skor maksimum dikurangi skor minimum dibagi jumlah kategori, sehingga dapat dituliskan dalam perhitungan sebagai berikut ( Supranto, 2008 ).

Tinggi : 103 ≤ skor ≤ 113 Sedang : 92≤ skor ≤ 102 Rendah : 81 ≤ skor ≤ 91

Deskripsi kategori kemandirian belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut

Tabel 5. Kategori Kemandirian Belajar Siswa

Berdasarkan Tabel 5 diperoleh hasil bahwa dari 45 siswa pada kelas eksperimendan kelas kontrol sebagian besar masuk kategori kemandirian belajartinggi dengan jumlah 20 siswa diikuti dengan kategori sedang dan rendah masing-masing sebanyak 19 siswa dan 6 siswa. Adapun hasil analisis deskriptif untuk kondisi akhir dapat dilihat dalam Tabel 6.Berdasarkan

Kelas N Banyaknya Siswa pada Kemandirian Belajar

Tinggi Sedang Rendah

Model Pembelajaran CORE 22 10 10 2

Model Pembelajaran Konvensional 23 10 9 4

(14)

Tabel 6diperoleh hasil bahwa pada kelas eksperimen, siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi menunjukan rata-rata sebesar 77,50 lebih baik dari pada siswa yang memiliki kemandirian belajar sedang sebesar 67,05. Sementara itu, siswa dengan kategori kemandirian belajar rendah menunjukan rata-rata sebesar 85,00 lebih baik daripada siswa dengan kategori tinggi maupun sedang. Sedangkan pada kelas kontrol, siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi menunjukan rata-rata sebesar 65,50 lebih baik daripada rata-rata siswa dengan kategori kemandirian belajar sedang dan rendah yang masing-masing sebesar 62,22 dan 63,75. Sedangkan nilai rerata siswa dengan kategori kemandirian belajar rendah lebih baik daripada nilai rerata siswa dengan kategori kemandirian belajar sedang.

Tabel 6. Hasil Analisis Deskriptif Posttestdan Kemandirian Belajar Dependent Variable:Nilai Akhir

Model Pembelajaran Kemandirian Belajar Mean Std. Deviation N

Model Pembelajaran CORE Kemandirian Belajar Tinggi 77.5000 18.44662 10

Kemandirian Belajar Sedang 67.5000 13.79412 10

Kemandirian Belajar Rendah 85.0000 7.07107 2

Total 73.6364 16.34318 22

Model Pembelajaran Konvensional

Kemandirian Belajar Tinggi 65.5000 16.06411 10 Kemandirian Belajar Sedang 62.2222 13.94433 9 Kemandirian Belajar Rendah 63.7500 14.36141 4

Total 63.9130 14.37774 23

Total Kemandirian Belajar Tinggi 71.5000 17.92528 20 Kemandirian Belajar Sedang 65.0000 13.74369 19 Kemandirian Belajar Rendah 70.8333 15.94261 6

Total 68.6667 15.96872 45

(15)

dari populasi yang berdistribusi normal.Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas hasil belajar matematika pada Tabel 8 diperoleh nilai signifikan uji normalitas data kelompok siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi sebesar 0,578 dan siswa yang mempunyai kemandirian belajarsedang sebesar 0,897, sedangkan siswa yang mempunyai kemandirian belajarrendah sebesar 0,842 dimana ketiga nilai signifikan tersebut lebih dari 0,05 yang berarti untuk nilai kemampuan akhir pada kelompok siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi, sedang dan rendah berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hal ini bermakna bahwa syarat uji normalitas telah terpenuhi

Tabel 7. Uji Normalitas PosttestKelas Eksperimen dan Kontrol One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Nilai Kelas Eksperimen

Nilai Kelas Kontrol

N 22 23

Normal Parametersa Mean 73.6364 63.9130

Std. Deviation 16.34318 14.37774

Most Extreme Differences

Absolute .152 .129

Positive .110 .129

Negative -.152 -.099

Kolmogorov-Smirnov Z .711 .619

Asymp. Sig. (2-tailed) .694 .839

a. Test distribution is Normal.

Tabel 8. Uji Normalitas Posstest Siswa Kategori Kemandirian Belajar Tinggi, Sedang dan Rendah

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Nilai Kelompok Kemandirian Belajar Tinggi Nilai Kelompok Kemandirian Belajar Sedang Nilai Kelompok Kemandirian Belajar Rendah

N 20 19 6

Normal Parametersa Mean 71.5000 65.0000 70.8333

Std. Deviation 17.92528 13.74369 15.94261

Most Extreme Differences

Absolute .174 .132 .252

Positive .171 .132 .252

Negative -.174 -.095 -.217

Kolmogorov-Smirnov Z .780 .574 .616

Asymp. Sig. (2-tailed) .578 .897 .842

(16)

Selanjutnya untuk uji homogenitas data menggunakan data posstest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol serta data nilai posttest untuk siswa yang mempunyai kategori kemandirian belajar tinggi,sedang dan rendah. Hasil uji homogenitas data posttest antara kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini

Tabel 9. Hasil Uji Homogenitas Data Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol Nilai Akhir

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.767 1 43 .386

Berdasarkan hasil uji homogenitas data pada Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai signifikan 0,38>0,05 sehingga hasil belajar matematika dari kedua kelas antara kelas eksperimen dan kontrol mempunyai variansi yang sama (homogen). Selanjutnya uji homogenitas data posstest kelompok siswa yang mempunyai kemandirian belajar dapat dilihat pada Tabel 10 berikut

Tabel 10. Hasil Uji Homogenitas Posttest Siswa Kategori Kemandirian Belajar Tinggi,Sedang dan Rendah

Nilai Akhir

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.951 2 42 .155

Hasil uji homogenitas postest kemandirian belajar siswa pada Tabel 10 menunjukan bahwa nilai signifikan 0,155>0,05 yang artinya bahwa ketiga kelompok siswa kategori kemandirian belajar siswa antara tinggi, sedang dan rendah memiliki variansi yang sama (homogen). Oleh karena telah memenuhi semua persyaratan uji anava maka dapat dilakukan uji Anava Univariate. Adapun hasil uji anava univariate dua jalan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil Uji Anava Dua Jalan Dependent Variable:Nilai Akhir

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Partial Eta Squared

Corrected Model 1898.194a 5 379.639 1.588 .186 .169

Intercept 152990.383 1 152990.383 640.072 .000 .943

KodeMP 1278.422 1 1278.422 5.349 .026 .121

KodeKB 603.658 2 301.829 1.263 .294 .061

kodeMP * kodeKB 293.753 2 146.877 .614 .546 .031

Error 9321.806 39 239.021

Total 223400.000 45

Corrected Total 11220.000 44

(17)

Berdasarkan Tabel 11 diperoleh hasil dari uji Anava adalah sebagai berikut:

1. Pada baris model pembelajaran diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,026 < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal didukung nilai rerata kelas eksperimen sebesar 73,63 lebih baik daripada nilai rerata kelas kontrol sebesar 63,91. Hal ini bermakna terdapat perbedaan dari kedua nilai tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh Model Pembelajaran CORE terhadap hasil belajar matematika bagi Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang.

2. Pada baris kemandirian belajar diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,294 > 0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar antara siswa yang mempunyai kategori kemandirian belajar tinggi, sedang, dan rendah. Hal didukung nilai rerata siswa yang mempunyai kategori kemandirian belajar tinggi sebesar 71,5; nilai rerata siswa yang mempunyai kategori kemandirian belajar sedang 65 serta nilai rerata siswa yang mempunyai kategori kemandirian belajar rendah 70,83. Berdasarkan nilai rerata untuk masing-masing kelompok kemandirian belajar tersebut maka tampaklah bahwa nilai rerata siswa yang mempunyai kategori kemandirian belajar tinggi lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kategori kemandirian belajar sedang maupun rendah serta nilai rerata siswa yang mempunyai kategori kemandirian belajar rendah lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kategori kemandirian belajar sedang. Perbedaan ketiga nilai rerata tersebut tidaklah besar sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi, sedang maupun rendah. Hal ini bermakna bahwa tidak terdapat pengaruhKemandirian Belajar terhadap hasil belajar matematika bagi Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang.

(18)

Grafik 1.Rerata Marginal berdasarkan Jenis Model Pembelajaran

Grafik 2.Rerata Marginal berdasarkan Tingkat Kemandirian Belajar

Hasil pengujian Anava Univariate 2 jalan diatas maka dapat dilakukan uji lanjut Pasca Anava dan diperoleh hasil sebagai berikut

Tabel 12. Hasil Uji Lanjut Pasca Anava Dua Jalan Multiple Comparisons

Dependent Variable:Nilai Akhir

(I) Kemandirian Belajar

(J) Kemandirian Belajar

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower

Bound Upper Bound

Scheffe Kemandirian Belajar Tinggi

Kemandirian Belajar

Sedang 6.5000 4.95288 .431 -6.1043 19.1043

Kemandirian Belajar

Rendah .6667 7.19637 .996 -17.6469 18.9803

Kemandirian Belajar Sedang

Kemandirian Belajar

Tinggi -6.5000 4.95288 .431 -19.1043 6.1043

Kemandirian Belajar

Rendah -5.8333 7.23995 .725 -24.2578 12.5911

Kemandirian Belajar Rendah

Kemandirian Belajar

Tinggi -.6667 7.19637 .996 -18.9803 17.6469

Kemandirian Belajar

Sedang 5.8333 7.23995 .725 -12.5911 24.2578 LSD Kemandirian

Belajar Tinggi

Kemandirian Belajar

Sedang 6.5000 4.95288 .197 -3.5182 16.5182 Kemandirian Belajar

Rendah .6667 7.19637 .927 -13.8894 15.2227 Kemandirian

Belajar Sedang

Kemandirian Belajar

Tinggi -6.5000 4.95288 .197 -16.5182 3.5182 Kemandirian Belajar

Rendah -5.8333 7.23995 .425 -20.4775 8.8108 Kemandirian

Belajar Rendah

Kemandirian Belajar

Tinggi -.6667 7.19637 .927 -15.2227 13.8894 Kemandirian Belajar

Sedang 5.8333 7.23995 .425 -8.8108 20.4775 Based on observed means.

(19)

Berdasarkan uji Anava dan uji pasca Anava diatas dapat dilihat beberapa makna yakni

1. Nilai rerata kelas eksperimen lebih baik daripada nilai rerata kelas kontrol baik bagi siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi, sedang, maupun rendah.

2. Nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang, serta nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi dan sedang. Kondisi ini berlaku di kelas eksperimen dimana nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi sebesar 77,5; nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang sebesar 67,5; serta nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah sebesar 85. 3. Berbeda dengan kondisi kelas eksperimen, kondisi kelas kontrol adalah nilai rerata

siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang dan rendah, serta nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang. Kondisi ini berlaku di kelas kontrol dimana nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi sebesar 65,5; nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang sebesar 62,22; serta nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah sebesar 63,75.

(20)

5. Nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang maupun rendah dimana kondisi ini berlaku di kelas kontrol.

6. Nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang maupun tinggi dimana kondisi ini berlaku di kelas eksperimen

7. Nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang dimana kondisi ini berlaku di kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

8. Dalam kelas eksperimen, nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah mencapai nilai rerata terbaik dibandingkan siswa yang mempunyai tingkat kemandirian yang lainnya sedangkan di kelas kontrol, nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian yang tinggi mencapai nilai rerata yang terbaik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai tingkat kemandirian yang lainnya. Hal ini bermaknapada kelas eksperimen,siswa dengan tingkat kemandirian belajar rendah memperoleh hasil belajar yang baik dibandingkan siswa dengan tingkat kemadirian belajar lainnya karena saat pembelajaran siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah lebih aktif bertanya dan mencari tahu tentang apa yang belum dipahaminya. Siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah merasa dirinya belum mampu dan masih membutuhkan bantuan dari orang lain. Berbeda dengan kelas kontrol, hasil belajar yang baik diperoleh siswa dengan tingkat kemandirian belajar tinggi, hal ini dikarenakan siswa dengan tingkat kemandirian belajar tinggi lebih aktif mengerjakan soal yang diberikan oleh guru dibandingkan siswa dengan tingkat kemandirian belajar lainnya.

9. Meskipun terdapat perbedaan nilai rerata untuk masing-masing kelompok siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi, sedang, dan rendah di kelas eksperimen maupun kelas kontrol maka berdasarkan hasil uji pasca anava pada Tabel 12 diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi, sedang maupun rendah baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol. 10. Perbedaan efek model pembelajaran CORE dan kemandirian belajar terhadap hasil

(21)

baik daripada nilai rerata kelas kontrol, baik bagi siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi, sedang, maupun rendah. Pada saat proses pembelajaran aktivitas siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran CORE mengajak siswa untuk aktif pada kegiatan pembelajaran.Siswa aktif berdiskusi dalam kelompok, saling mengemukakan pendapat untuk membentuk dan menyusun penyelesaian terhadap permasalahan yang diberikan.Siswa terlihat sangat antusias ketika mengikuti kegiatan pembelajaran, sebagian besar siswa mengacungkan tangannya ketika guru memancing dengan pertanyaan-pertanyaan, baik saat apersepsi maupun kegiatan

(22)

mau ikut mengerjakan. Sedangkan pada kelas kontrol siswa yang aktif mengerjakan soal hanya siswa yang mempunyai tingkat kemandirian belajar tinggi sedangkan yang lain hanya meniru pekerjaan temannya. Interaksi pada penelitian ini berarti karakteristik perbedaan antara tingkat kemandirian belajar tinggi, sedang dan rendah untuk setiap model berbeda. Hal ini yang menyebabkan ketidakkonsistenan pengaruh Model Pembelajaran CORE dan Kemandirian Belajar terhadap hasil belajar matematika Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang.

Selama proses pembelajaran dalam penelitian ini, proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran CORE pada kelas eksperimen menggambarkan bahwa siswa lebih aktif, kreatif dan terlihat lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini juga didukung oleh pendapat yang dikemukakan Yusuf (2014) yang mengemukakan bahwa model pembelajaran CORE dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar siswa untuk belajar lebih giat lagi.Yusuf (2014) juga mengemukakan bahwa pembelajaran menggunakan model CORE dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran sehingga siswa mengalami pengalaman belajarnya langsung sendiri. Selain itu, Model Pembelajaran CORE membantu siswa dalam mengingat serta mengembangkan kesiapan serta siswa dapat memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya.Siswa dituntut untuk berfikir kritis terhadap permasalahan-permasalahan yang ada atau yang diberikan oleh guru lewat tugas kelompok sehingga siswa dalam kelompok berdiskusi satu sama lain dan saling bertukar pikiran dan gagasan-gagasan serta saling berargumen yang menjadikan pembelajaran pada kelas eksperimen lebih hidup dan aktif karena terjadi interaksi antara siswa dengansiswa serta siswa dengan guru.Proses pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran CORE, peran guru hanya mengarahkan dan memberi pertanyaan-pertanyaan untuk memancing pengetahuan siswa mengingat konsep lama yang akan dihubungkan pada konsep baru, kegiatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam membangun pegetahuannya. Siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri, diharuskan siswa berinteraksi dengan kelompoknya (Wijayanti, 2012:15). Proses pembelajaran ini tidak membuat siswa hanya sekedar menerima informasi dari guru saja, tetapi guru hanya berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk terlibat secara aktif dalam keseluruan proses pembelajaran.

(23)

N 1 Bancak Kabupaten Semarang lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal terutama pada model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Penelitian ini menemukan bahwa Model Pembelajaran CORE sebagai model pembelajaran yang diterapkan oleh guru juga turut mempengaruhi hasil belajar siswa.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa

1. Nilai signifikansi pada model pembelajaran diperoleh 0,026<0,05 yang berarti terdapat pengaruh Model Pembelajaran CORE terhadap hasil belajar matematika Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang

2. Nilai signifikansi pada kemandirian belajar sebesar 0,294>0,05 yang berarti tidak terdapat pengaruh kemandirian belajar terhadap hasil belajar matematika Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang

3. Nilai signifikansi pada interaksi efek antara Model Pembelajaran CORE dan Kemandirian belajar sebesar 0,546>0,05 yang berarti terdapat interaksi efek Model Pembelajaran CORE dan Kemandirian Belajar terhadap hasil belajar matematika Siswa Kelas VIII SMP N 1 Bancak Kabupaten Semarang. Interaksi efek dalam penelitian ini bermakna

a. Nilai rerata kelas eksperimen lebih baik daripada nilai rerata kelas kontrol baik bagi siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi, sedang, maupun rendah. b. Dalam kelas eksperimen, nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar

tinggi lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang, nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi dan sedang.

c. Dalam kelas kontrol, nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar tinggi lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang dan rendah, serta nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang.

(24)

e. Nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang maupun tinggi dimana kondisi ini berlaku di kelas eksperimen

f. Nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah lebih baik daripada nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar sedang dimana kondisi ini berlaku di kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

g. Dalam kelas eksperimen, nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian belajar rendah mencapai nilai rerata terbaik dibandingkan siswa yang mempunyai tingkat kemandirian yang lainnya sedangkan di kelas kontrol, nilai rerata siswa yang mempunyai kemandirian yang tinggi mencapai nilai rerata yang terbaik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai tingkat kemandirian yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono.2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Aris Shoimin.2016. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013/Aris Shoimin. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Basri, Hasan.2000. Remaja Berkualitas (Problem Remaja Dan Solusinya). Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Depdiknas .2006. Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta :Depdiknas.

Kartini dan Dali Gulo, 2008. Kamus Psikologi, Bandung: Pionir Jaya.

Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Surya, Hendra.2003. Kiat Mengajak Anak Belajar dan Berprestasi. Jakarta: PT. Gramedia

Suyatno.2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif.(Sidoarjo:Masmedia Buana Pusaka).

Tahar,dkk. 2006. Hubungan Kemandirian Belajar Dan Hasil BelajarPada Pendidikan Jarak Jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka Dan Jarak Jauh. Vol 7. Universitas Terbuka

Taylor,F.2000.Hans Freudenthal:a mathematician on didactics and curriculum theory. JCS

Gravemeijer&Terwel2000, 777-796. Dipetik dari

http://dare.ubvu.vu.nl/bitstream/handle/1871/10770/JCSGravemeijer&Terwel2000.pdf;

(25)

Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Wijaya, A.(2012). Pendidikan Matematika Realistik: Suatu Alternatif PendekatanP embelajaran Matematika. Yogyakarata: Graha Ilmu.

Wijayanti, A. 2012. Penerapan Model Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP. Skripsi. Bandung: UPI.

Gambar

Tabel 1 Deskripsi Statistik Nilai Pretest
Tabel 3Hasil Uji Homogenitas Data Kemampuan Awal Siswa
Tabel 5. Kategori Kemandirian Belajar Siswa
Tabel 6. Hasil Analisis Deskriptif Posttestdan Kemandirian Belajar
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini adalah berupa aplikasi yang dapat mengubah tweets yang telah dihimpun menjadi data yang siap diolah lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan user

The result of the research showed that there was positive influence of using imaginative description game towards students’ vocabulary mastery at the second

Sinergi itu sendiri diharapkan akan memperkuat pembangunan ekonomi secara sistematik maupun pembangunan Sistem Hukum Nasional , sehingga pada gilirannya

yang dapat Meningkatkan Pemahaman Siswa tentang Materi Pecahan pada. Siswa Kelas V Semester Genap SD Negeri Bago 5 Tahun

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di k e l a s V I I SMP Negeri 1 Padang Cermin, diperoleh kesimpulan yaitu ada pengaruh penerapan model

Pengaruh Pendekatan RME, Motivasi, dan Jenis Kelamin terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Trigonometri Siswa Kelas X MAN Rejotangan Tahun Ajaran

PERSYARATAN DARI WP - BAYAR PKB - STEMPEL PENGESAHAN STNK - MEMBERI FORMULIR - ENTRY DATA - SWDKLLJ - STEMPEL PENYERAHAN LUNAS -WP MENGISI.. -PENGECEKAN IWKBU - NOTICE

Berdasarkan hasil deskripsi dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga yang konkret serta penyajian Lembar Kerja Siswa dalam bentuk gambar tentang alat-alat ukur,