BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Lokasi penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif, yaitu memandang dua fenomena atau lebih di tinjau dari perbedaan yang ada (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini akan dibandingkan perbedaan penerimaan antara guru dengan siswa terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SMP Kristen 1 Pulau-pulau Aru - Maluku. Lokasi penelitian dilaksanakan di SMP Kristen 1 P. P. Aru - Maluku.
3.2. Populasi dan Sampel
Tabel 3.1
Deskripsi Populasi Siswa Kelas Siswa
Normal Siswa ABK
Jumlah
7 245 8 253
8 236 9 245
9 296 9 305
Jumlah 777 26 803
Sumber data: diolah tahun 2014
Dalam memenuhi prinsip keterwakilan, teknik penarikan sampel dilakukan secara random (acak) yang disebut random sampling. Penarikan sampel random jika setiap anggota mempunyai peluang yang sama untuk ditarik sebagai anggota sampel. Sampel dalam penelitian untuk guru berjumlah 45 orang, karena anggota populasinya homogen sehingga sampel kecil mewakili seluruh populasi.
Sampel untuk siswa karena jumlah populasi siswa normal relatif banyak 777 orang dan berstrata, maka penulis memakai stratifiet random sampling. Teknik ini biasanya digunakan apabila populasi terdiri dari susunan kelompok yang bertingkat-tingkat. Sugiyono (2009) menyatakan bahwa jumlah populasi 800 dengan taraf kesalahan 5% dan kepercayaan 95% maka sampelnya berjumlah 243 orang, diprosentasekan 30%. Karena populasi berstrata, maka sampelnya juga berstrata sesuai jumlah populasi setiap kelas yakni: Kelas 7 = 245, Kelas 8 = 236 dan Kelas 9 = 296. Cara perhitungan sampel sebagai berikut:
Kelas 9 = 296 x 30/100 = 88,8 = 89 orang siswa Jumlah 777 x 30/100 = 233 = 233 orang siswa Jadi jumlah sampelnya adalah 233 yang diklasifikasikan dalam rombongan belajar seperti tertera pada tabel 3.2.
Tabel 3.2.
Klasifikasi Sampel Siswa
Kelas Jumlah
7 7.1
245 x 30% 73 7.2
7.3 7.4
8 8.1
236 x 30% 71 8.2
8.3 8.4
9 9.1
296 x 30% 89 9.2
9.3 9.4
Jumlah 777 x 30% 233 Sumber Data: diolah tahun 2014
Sampel siswa sebanyak 233 orang diklasifikasikan dalam 25 rombongan belajar dimana setiap kelas terdapat empat kelompok belajar. Jumlah sampel Kelas 7 (tujuh) ada 73 siswa, Kelas 8 (delapan) terdapat 71 siswa dan Kelas 9 (Sembilan) ada 89 siswa. Jumlah sampel siswa 233 orang ditambah dengan 45 Guru mata pelajaran dan Kepala Sekolah.
kelas. Kedua, penentuan anggota sampel dilakukan dengan undian secara acak. Bila pengambilan dilakukan dengan undian, maka setiap anggota populasi diberi nomor terlebih dahulu, sesuai dengan jumlah anggota populasi. Jika jumlah anggota populasi = 777, maka setiap anggota diberi nomor dari 1 sampai 777. Selanjutnya bila kesalahan 5%, maka jumlah sampelnya 232 atau 29% dari total populasi. Karena sampel berstrata, maka pengambilan sampel disesuaikan dengan klasifikasi jumlah sampel di setiap kelas. Khusus penelitian ini, setiap anggota populasi memiliki peluang 1/777. Cara pengambilannya, jika nomor satu telah diambil, maka perlu dikembalikan lagi, kalau tidak dikembalikan peluangnya menjadi tidak sama lagi. Peluang akan semakin besar apabila yang telah diambil tidak dikembalikan. Bila yang telah diambil keluar lagi, dianggap tidak sah dan dikembalikan lagi (Sugiyono, 2009). Ketiga, mendaftarkan nama guru dam siswa yang menjadi sampel penelitian.
Keempat, memberikan penjelasan tentang muatan dan cara
pengisian skala instrumen penelitian kepada guru maupun siswa.
3.3. Model Penelitian
1. Variabel bebas ( independen variabel ,) yaitu guru dan siswa.
2. Variabel terikat (independent variabel), yaitu penerimaan Anank Berkebutuhan Khusus
Model penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Tabel 3.3 Model Penelitian
Keterangan :
X1 : Guru
X2 :Siswa
Y1 :Penerimaan Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah skala penerimaan guru dan siswa reguler terhadap Anak Berkebutuhan Khusus yang terdiri dari 17 item pernyataan. Hasil rekapitulasi data dari responden penelitian digunakan sebagai jawaban atas adanya perbedaan
Y1 X1
penerimaan Anak Berkebutuhan Khusus antara guru dengan siswa.
3.5. Instrumen penelitian
Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen berupa skala dalam bentuk skala dengan 4 alternatif pilihan jawaban yang dianggap paling sesuai atau paling tepat dengan keadaan yang dirasakan selama ini berkaitan dengan penerimaan Anak Berkebutuhan Khusus.
3.5.1.Variabel Penerimaan Anak Berkebutuhan Khusus. Untuk mengukur variabel penerimaan Anak Berkebutuhan Khusus, penulis menggunakan skala penerimaan Anak Berkebutuhan Khusus yang terdiri dari empat dimensi yakni: (1) Peleburan/ Fusion, (2) Evaluasi/ Evalation, (3) Menghindar/ Avoidance dan (4) Memberi alasan/ Giving Reason (Hayes, 2003). Keempat dimensi penerimaan bersumber dari ide Hayes (2004) yang dijabarkan ke dalam 17 item pernyataan dengan dua bentuk pernyataan: 9 item pernyataan favorable yaitu pernyataan yang mendukung aspek yang diukur, dan 8 item pernyataan unfavorable yaitu pernyataan yang tidak mendukung aspek yang diukur.
favorable, pilihan jawaban “Sangat Banyak (SB)” mendapat skor 4, “Banyak (B)” mendapat skor 3, “Cukup Banyak (CB)” mendapat skor 2 dan “Tidak Ada (TA)” mendapat skor 1. Pernyataan favorable terurai dalam sembilan item pernyataan berikut: (1) dalam diri saya terjadi peleburan antara kata dengan perbuatan dalam menerima Anak Berkebutuhan Khusus, (2) dalam diri saya terjadi peleburan antara berpikir dengan perasaan dalam menerima Anak Berkebutuhan Khusus, (3) dalam diri saya terjadi peleburan antara penerimaan diri sendiri dengan penerimaan Anak Berkebutuhan Khusus, (4) sebagai guru saya tidak mengevaluasi secara diskriminatif terhadap Anak Berkebutuhan Khusus, (5) sebagai guru saya berkomitmen tidak memberikan evaluasi secara diskriminatif terhadap Anak Berkebutuhan Khusus, (6) saya mempunyai pengalaman evaluasi diskriminatif terhadap Anak Berkebutuhan Khusus sebelumnya sehingga sekarang saya dapat menerima Anak Berkebutuhan Khusus, (7) saya memahami dan menghadapi masalah Anak Berkebutuhan Khusus, (8) saya kurang memberi alasan berlebihan menghadapi Anak Berkebutuhan Khusus dan (9) saya menerima Anak Berkebutuhan Khusus sebagaimana adanya.
terjadi peleburan antara berpikir dengan perasaan dalam menerima Anak Berkebutuhan Khusus, (2) dalam diri saya belum terjadi peleburan antara berpikir dengan perasaan dalam menerima Anak Berkebutuhan Khusus, (3) dalam diri saya belum terjadi antara penerimaan diri sendiri dengan penerimaan Anak Berkebutuhan Khusus, (4) sebagai guru saya melakukan evaluasi secara diskriminatif terhadap Anak Berkebutuhan Khusus, (5) saya tidak mempunyai pengalaman evaluasi diskriminatif terhadap Anak Berkebutuhan Khusus sebelumnya sehingga saya belum dapat menerima Anak Berkebutuhan Khusus, (6) saya menghindari masalah dengan Anak Berkebutuhan Khusus, (7) saya banyak memberi alasan menghadapi Anak Berkebutuhan Khusus dan (8) saya belum dapat menerima Anak Berkebutuhan Khusus sebagaimana adanya. Untuk Konsep, Sub Konsep, Indikator dan Item dapat dilihat pada Tabel 3.4 di bawah ini:
Tabel 3.4
Konsep, Sub Konsep, Indikator dan Item Pengukuran Penerimaan Anak Berkebutuhan Khusus
No
KONSEP SUB KONSEP
4.2
Menerima orang lain sebagai bagian dari
hidupnya
alasan menghadap i anak berkebutuh an khusus
16. Saya menerima anak
berkebutuh an khusus sebagimana adanya 17. Saya
belum dapat menerima anak
berkebutuh an khusus sebagaiman a adanya
Tingkat penerimaan siswa terhadap Anak Berkebutuhan Khusus dibagi menjadi lima kategori menggunakan rumus sebagai berikut:
Interval Skor =Skor Maximal – Skor Minimal k
Skor maximal = skor tertinggi secara teoritik dari jawaban.
Skor minimal = skor terendah secara teoritik dari jawaban.
Diketahui : Skor Maximal = 17 x 4 = 68
Skor Minimal = 17 x 1 = 17
K = 5
Interval Skor = 68 – 17= 51
5 5
= 10,2 dibulatkan = 10
Berdasarkan interval skor yang telah didapat, maka kategori tingkat penerimaan Anak Berkebutuhan Khusus dapat ditentukan seperti pada tabel 3.5 berikut ini:
Tabel 3.5
Pembagian Tingkat Penerimaan Guru dan Siswa
Kategori Skor
Sangat Tinggi Tinggi
Sedang Rendah
Sangat Rendah
57 – 68 47 – 56 37 – 46 27 – 36 17 – 26
3.6. Uji Validitas Item dan Reliabilitas Instrumen 3.6.1.Validitas Item
instrumen dengan skor total. Tentang kriteria tinggi rendahnya validitas setiap butir instrumen, ada berbagai pendapat. Menurut Ali (1987) digunakan pedoman nilai koefisien korelasi (rix) sebagai berikut:
0,00 – 0,20 : dianggap tiak ada validitas 0,21 – 0,40 : validitas rendah
0,41 – 0,60 : validitas sedang 0,61 – 0,80 : validitas tinggi 0,81 – 1,00 : validitas sempurna
Oleh karena itu item soal yang mempunyai nilai koefisien korelasi ≥ 0,20 dapat dikatakan valid dan dapat digunakan dalam penelitian.
3.6.2. Uji Validitas Item Instrumen Penerimaan Guru Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus
Hasil uji validitas item instrumen penerimaan guru terhadap Anak Berkebutuhan Khusus dapat dilihat pada tabel 3.6 di bawah ini.
Tabel 3.6
Uji Validitas Penerimaan Guru Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Delete
d
Scale Varianc
e if Item Deleted
Correc ted Item-Total Correla
tion
Cronba ch's Alpha if
VAR0000
1 53.93 50.202 .799 .894 VAR0000
2 54.17 54.006 .393 .907 VAR0000
3 54.23 53.978 .382 .907 VAR0000
4 54.03 50.723 .698 .897 VAR0000
5 53.87 51.016 .709 .897 VAR0000
6 54.17 54.006 .393 .907 VAR0000
7 53.93 50.478 .769 .895 VAR0000
8 54.03 50.102 .628 .900 VAR0000
9 54.07 53.789 .429 .905 VAR0001
0 54.07 53.789 .392 .907 VAR0001
1 53.97 50.309 .791 .895 VAR0001
2 53.90 50.093 .810 .894 VAR0001
3 54.00 53.655 .433 .905 VAR0001
4 54.07 53.375 .373 .908 VAR0001
5 53.90 51.128 .696 .898 VAR0001
6 54.10 53.748 .441 .905 VAR0001
Berdasarkan hasil uji validitas menggunakan SPSS 16.00 dari 17 soal ditemukan semua jumlah soal berjumlah 17 butir yang dinyatakan valid sehingga dapat dipakai sebagai instrumen penelitian.
3.6.3.Uji Validitas Item Instrumen Penerimaan Siswa Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus
Hasil uji validitas item instrumen penerimaan siswa terhadap Anak Berkebutuhan Khusus dapat dilihat pada tabel 3.7 di bawah ini:
Tabel 3.7
VAR000
07 40.50 150.672 .515 .908
VAR000
08 40.03 147.275 .570 .907
VAR000
09 40.27 146.892 .559 .907
VAR000
10 40.17 146.489 .695 .903
VAR000
11 40.07 147.168 .544 .908
VAR000
12 40.17 147.868 .599 .906
VAR000
13 39.97 153.413 .407 .911
VAR000
14 40.00 145.931 .588 .906
VAR000
15 39.87 147.085 .573 .907
VAR000
16 39.80 145.407 .610 .906
VAR000
17 40.00 150.759 .507 .908
Berdasarkan hasil uji validitas menggunakan SPSS 16.00 dari 17 soal ditemukan semua soal berjumlah 17 butir dinyatakan valid sehingga dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.
3.6.4.Uji Reliabilitas
alat uji Alpha Chronbach’s. Alat uji Alpha Chronbach’s mempunyai batasan pengukuran yang diperbolehkan reliabel adalah apabila koefesien alpha lebih dari 0,7 kategori dapat diterima dan 0,9 kategori sangat bagus sehingga dapat digunakan untuk bahan analisis. Kategori hasil uji reliabilitas didasarkan pada George dan Mallery (1995), yaitu:
α< 0,5 : tidak dapat diterima α> 0.5 : jelek
α> 0,6 : diragukan α> 0,7 : dapat diterima α> 0,8 : bagus
α> 0,9 : sangat bagus
Hasil uji reliabilitas tertera pada tabel di bawah ini
Tabel 3.8
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Instrumen
Crobac h’s Alpha
N of
Item Kategori
Penerimaan Guru
terhadap Anak
Berkebutuhan Khusus
.907 17 Sangat bagus
Penerimaan Siswa
terhadap Anak
Berkebutuhan Khusus
Data tabel 3.6 menunjukkan bahwa nilai Alpha cronbac’h instrumen penerimaan guru terhadap Anak Berkebutuhan Khusus berdasarkan perhitungan reliabilitas atau α sebesar 0.907 yang berada pada kategori sangat bagus. Nilai instrumen penerimaan siswa terhadap Anak Berkebutuhan Khusus berdasarkan perhitungan reliabilitas dihasilkan αsebesar 0.911 berada pada kategori sangat bagus, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua instrumen dapat digunakan sebagai instrument penelitian.
3.7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif, analisis uji beda rata-rata (t-test).
1. Analisis Deskriptif
2. Analisis Uji Beda Rata – rata
Analisis uji beda rata-rata (t-test) dipakai untuk mengetahui perbedaan penerimaan oleh guru dengan siswa terhadap Anak Berkebutuhan Khusus.
3. 8 HIPOTESIS
3.8.1 Hipotesis Empirik
Arikunto (2006) menyebutkan bahwa, hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampe terbukti melalui data yang terkumpul’’. Penulis menyusun hipotesis empirik sebagai berikut: “Ada perbedaan penerimaan oleh guru dengan siswa terhadap Anak Berkebutuhan Khusus di SMP Kristen 1 P. P. Aru – Maluku.”
3.8.2 Hipotesis statistik
Hipotesis statistiknya dirumuskan sebagai berikut:
Ho : μ ≤ 0,01; ≤ Tidak ada perbedaan penerimaan antara guru dan siswa kepada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di SMP Kristen 1 Pulau-pulau Aru - Maluku.