111
Lampiran 1
DRAFT AWAL
MODEL PENJAMINAN MUTU INTERNAL
DI SMK PEMBANGUNAN AMPEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dalam lingkungan sistem pendidikan,
penjaminan mutu (quality assurance) menjadi sebuah tuntutan. Hal ini disebabkan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu merupakan akuntabilitas publik. Setiap komponen pemangku kepentingan pendidikan, baik itu orang tua, masyarakat, dunia kerja, maupun pemerintah dalam peranan dan
kepentingannya masing-masing mempunyai
kepentingan terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
112
dengan hal tersebut, pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yang mengatur tentang Standar Nasional Pendidikan.
Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 sebagaimana telah diubah dalam Peraturan pemerintah Nomor 13 Tahun 2013 menyatakan bahwa Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh Indonesia. SNP berfungsi sebagai dasar dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
pendidikan nasional yang bermutu. Lingkup SNP tersebut meliputi 8 standar, yaitu Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian Pendidikan.
113
Sistem penjaminan mutu pendidikan
dikembangkan agar sistem penjaminan mutu dapat berjalan dengan baik pada segala lapisan pengelolaan pendidikan. Sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah terdiri dari dua komponen yaitu Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan Sistem
PenjaminanMutu Eksternal (SPME). SPME adalah sistem penjaminan mutu yang dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, lembaga akreditasi dan lembaga standardisasi pendidikan. SPMI adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen di dalam satuan pendidikan (Kemendikbud : 2016 : 4).
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) merupakan suatu siklus yang berkelanjutan yang dilaksanakan oleh tiap satuan pendidikan dalam menjamin peningkatan mutu dan membangun budaya
mutu di sekolah. Dalam menjalankan penjaminan
mutu, tiap sekolah melibatkan seluruh komponen pemangku kepentingan, yang meliputi kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan komite sekolah.
Dalam implementasinya SPMI (Kemendiknas : 2016 : 9 ) mengikuti siklus kegiatan yang terdiri atas:
(1) Pemetaan mutu pendidikan yang dilaksanakan oleh
114 pembelajaran; (4) Monitoring dan evaluasi proses pelaksanaan pemenuhan mutu yang telah dilakukan; (5) Penetapan standar baru dan penyusunan strategi peningkatan mutu berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi.
Berdasarkan siklus diatas, guna mengetahui
capaian sekolah dalam hal mutu pendidikan pada saat akan menjalankan SPMI, langkah utama dan pertama
adalah melakukan pemetaan mutu dengan
menggunakan dokumen EDS yang mengacu pada SNP. Menurut Sani (2015: 16 ) identifikasi pencapaian mutu pendidikan dilakukan melalui Evaluasi Diri Sekolah. Setiap sekolah dituntut untuk mengevaluasi kemajuan mereka sendiri dan mendorong sekolah untuk memprioritaskan peningkatan mutu sekolah. Kegiatan EDS dilakukan berbasis sekolah, dengan mengacu instrumen yang direkomendasikan oleh Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP). Dengan demikian, pelaksanaan EDS bertujuan agar sekolah mengevaluasi mutu pendidikan yang diberikan berdasarkan indikator kunci untuk dapat mengetahui kelebihan sekolah dan mengidentifikasi bidang yang membutuhkan perbaikan. Analisis hasil EDS merupakan dasar peningkatan mutu dan sebagai sumber informasi untuk penyusunan perencanaan strategis pendidikan.
SMK Pembangunan Ampel merupakan salah satu
115 Untuk mewujudkan visi tersebut, sekolah ini telah melakukan upaya peningkatan mutu sekolah secara berkelanjutan. Salah satu upaya yang telah dilakukan
adalah dengan mengimplementasikan Sistem
Penjaminan Mutu Internal.
Berdasarkan pra penelitian, tahapan siklus Sistem Penjaminan Mutu Internal yang pernah dilalui
SMK Pembangunan Ampel adalah melakukan
pemetaan mutu melalui dokumen Evaluasi Diri Sekolah
(EDS) yang secara serentak dan seragam
disosialisasikan oleh Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) lewat Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMK se Kabupaten Boyolali. Menurut wawancara pra penelitian dengan Kepala Sekolah, menyatakan bahwa dokumen EDS tersebut berupa program aplikasi exel dengan instrumen pemenuhan SNP menggunakan skor 1 sampai dengan 2.
Melalui pra penelitian dengan studi dokumen, hasil EDS SMK Pembangunan Ampel tiga tahun
terakhir menunjukkan bahwa pemenuhan SNP secara
prosentase pada tiap standar tidak stabil. Hal ini berarti mutu sekolah tidak mengalami kenaikan yang signifikan dan masih berada dibawah SNP. Menurut Sani (2015; ) peningkatan mutu di satuan pendidikan dapat diidentifikasi melalui naiknya pemenuhan SNP secara signifikan dan secara bertahap memenuhi standar mutu diatas SNP.
Hasil analisis EDS kemudian akan dipakai acuan
untuk menyusun rencana pemenuhan mutu berupa
116
penelitian melalui wawancara dengan wakil kepala sekolah SMK Pembangunan Ampel diperoleh informasi bahwa dalam menyusun RKS, tim pengembang sekolah tidak paham mengenai prosedur dan teknis yang jelas dalam menyusun RKS. Hal ini teridentifikasi melalui proses penyusunan RKS yang tidak konsisten. Dalam menyusun RKS tidak menggunakan hasil EDS sebagai acuan penyusunan perencanaan program, hal ini mengakibatkan perencanaan yang tersusun tidak konsisten dengan hasil EDS, sehingga RKS yang tersusun tidak sesuai dengan kebutuhan sekolah.
Dalam pengorganisasian penjaminan mutu internal, SMK Pembangunan Ampel telah membentuk Tim Pengembang Mutu Sekolah (TPM). Tim ini bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan penjaminan mutu internal. Dalam implementasinya
hanya beberapa personil saja yang melaksanakan tugas TPS ini. Hal ini menjadi kendala, karena seluruh tugas dan peran seharusnya dikerjakan secara tim, bukan hanya beberapa personil saja, akibatnya kinerja TPM tidak efektif. Selain itu, dalam pelaksanaan program
untuk memenuhi SNP, sekolah ini kurang
memperhatikan unsur prioritas sehingga keterpenuhan kebutuhan sekolah tidak optimal.
Kegiatan pengawasan dan evaluasi penjaminan mutu internal sekolah menjadi tanggungjawab kepala sekolah. Monitoring dan evaluasi proses pelaksanaan
117
Berkaitan dengan efektifitas pelaksanaan siklus penjaminan mutu internal, fakta dilapangan menunjukkan bahwa penjaminan mutu internal di SMK Pembangunan Ampel kurang efektif. Menurut Husaini Usman (2006 : 418) penjaminan mutu sekolah yang efektif, meliputi seluruh kegiatan yang terencana, sistematis, terintegrasi dan berkelanjutan yang diterapkan dalam manajemen mutu untuk meyakinkan bahwa seluruh proses telah melalui standar mutu dan aturan yang telah ditetapkan, sehingga sasaran mutu sekolah akan terwujud.
Pelaksanaan penjaminan mutu yang kurang efektif juga berdampak pada alumni atau lulusan. Melalui studi dokumen tentang penelusuran tamatan dua tahun terakhir, masih terdapat sekitar 37% lulusan menganggur, 49% lulusan bekerja tetapi tidak sesuai dengan kompetensi kejuruannya, dan sisanya 14% meneruskan kuliah. Mutu sekolah yang rendah mengakibatkan lulusan kurang dapat terserap dalam dunia kerja, sehingga perlu adanya penjaminan mutu internal yang efektif untuk menjawab semua permasalahan diatas.
Selain masalah lulusan, mutu sekolah juga berdampak pada tingkat perpindahan siswa. Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah, dalam tahun berjalan, ada beberapa siswa yang mengundurkan diri untuk memilih bekerja, dan ada yang pindah ke SMK lain. Beberapa alasan disampaikan oleh wali murid berkaitan dengan ini, diantaranya adalah layanan pendidikan yang kurang
118
pembelajaran mata pelajaran kejuruan yang lebih banyak teori daripada praktek.
Mutu sekolah juga berdampak pada kuantitas siswa. Dari data Program Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), selama 3 tahun terakhir kuantitas siswa semakin menurun. Pada tahun pelajaran ini, total kuantitas siswa sejumlah 123 siswa, terbagi dalam 3 tingkat dan 3 jurusan. Idealnya tiap kelas berisi 32 siswa, jika terdapat 9 kelas, maka kuantitas siswa seharusnya berjumlah 288 siswa. Dengan demikian kuantitas siswa jauh dibawah standar. Melalui wawancara dengan salah satu panitia PPDB, lulusan SMP di Ampel dan sekitarnya lebih memilih sekolah di SMK Negeri atau SMK swasta yang mutunya lebih bagus, dan mampu menerima siswa dalam jumlah yang besar.
Dari beberapa masalah diatas dapat disimpulkan bahwa mutu adalah hal utama untuk mempertahankan
eksistensi sekolah. Sekolah harus mampu
melaksanakan penjaminan mutu yang efektif. Penjaminan mutu yang baik akan dapat membentuk opini positif pada publik tentang kualitas sekolah. Oleh sebab itu dibutuhkan sebuah model prosedur penjaminan mutu yang efektif dan terstandar untuk dapat menjawab semua permasalahan yang dialami, sehingga sasaran mutu sekolah akan terwujud.
1.2. TUJUAN
119
1. Memberikan acuan bagi pihak sekolah dalam melaksanakan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI).
2. Terlaksanakannya Sistem Penjaminan Mutu Internal yang efektif dan efisien sehingga berdampak pada terpenuhinya sasaran mutu sekolah.
2.1. SASARAN
Sasaran utama dari penerapan model ini adalah Kepala Sekolah dan Tim Pengembang Mutu Sekolah. Sasaran selanjutnya adalah pihak-pihak yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan penjaminan mutu sekolah, yaitu guru, tenaga kependidikan, yayasan, dan komite sekolah di SMK Pembangunan Ampel.
2.2. LANDASAN HUKUM
1.Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2.Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015
Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
3.Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan.
4.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.
120
6.Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar Dan Menengah.
7.Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah.
8.Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar Dan Menengah.
9.Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan
10. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 40 Tahun 2008 Tentang Standar Sarana Dan Prasarana Sekolah Menengah Kejuruan.
11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2008 Tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah.
13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Biaya Investasi dan Operasional Sekolah.
14. Pedoman Umum Sistem penjaminan Mutu
Pendidikan, Diterbitkan Kemdikbud Tahun 2016
15. Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Mutu
121
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Model
Menurut Suparman (2014: 9) model adalah suatu gambaran realita struktur dan tatanan yang dapat ditampilkan dalam bentuk deskripsi verbal atau konseptual , langkah kegiatan atau prosedur, replika fisik atau visual, persamaan atau rumus. Haryati (2012: 8) berpendapat bahwa model diartikan sebagai langkah atau prosedur dalam mencapai tujuan yang digunakan sebagai patokan untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa model mempunyai karakteristik deskriptif naratif. Di dalam model terdapat prosedur atau siklus dan mempunyai tujuan khusus. Model juga digunakan untuk mengukur ketercapaian dan menggambarkan suatu sistem.
122
identifikasi kerangka kunci, (2) tiap tahap dalam kerangka diperinci, (3) memodifikasi dan menyeleksi bagian proses, (4) menyusun proses, (5) melakukan perbaikan model.
Menurut Suparman (2014: 9) ada beberapa kategori model yaitu: (1) model konseptual, (2) model prosedural, (3) model matematikal. Model konseptual adalah model yang bersifat analitis yang memberikan atau menjelaskan komponen-komponen produk yang
akan dikembangkan dan keterkaitan antar
komponennya. Model ini memperlihatkan hubungan antarkonsep yang satu dengan yang lain, yang dalam hal ini konsep-konsep itu tidak memperlihatkan urutan secara bertahap. Konsep atau komponen yang satu tidak lebih awal dari konsep atau komponen yang lain. Urutan boleh diawali dari mana saja. Model konseptual lebih bersifat konstruktivistik, artinya urutan bersifat terbuka, berulang atau rekursif dan fleksibel. Model
prosedural adalah model deskriptif yang
menggambarkan alur atau langkah-langkah prosedural yang harus diikuti untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Model prosedural biasanya berupa langkah-langkah, yang diikuti secara bertahap dari langkah awal hingga langkah akhir. Model matematikal adalah model yang berbentuk rumus yang mendeskripsikan.
123
2.2. Penjaminan Mutu Sekolah
Nanang Fattah (2012; 2) berpendapat bahwa banyak faktor yang dibutuhkan untuk mencapai dan memelihara mutu. Kaitan dengan mutu, peran dan fungsi sistem penjaminan mutu (Quality Assurance System ) sangat dibutuhkan. Penjaminan mutu merupakan kata lain dari serangkaian kegiatan monitoring, evaluasi atau kajian (review) mutu. Kegiatan penjaminan mutu bertujuan untuk membangun kepercayaan melalui pemenuhan standar minimum pada komponen input, proses, dan output sesuai dengan yang diharapkan oleh pemakai. Terdapat dua bentuk penjaminan mutu, yaitu (1) Desain kegiatan proses perbaikan dan pengembangan mutu berkelanjutan (continous quality improvement), (2) Budaya mutu (quality culture) yang mengandung tata nilai (values). Berdasarkan pendapat tersebut diatas, penjaminan mutu diartikan sebagai suatu sistem yang mengandung tata nilai dan asas dalam proses perubahan, perbaikan dan peningkatan mutu secara berkelanjutan.
124
Tahun 2009 penjaminan mutu pendidikan diartikan sebagai kegiatan sistematik dan terpadu oleh satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan masyarakat untuk meningkatkan tingkat kecerdasan bangsa melalui pendidikan.
Menurut Husaini Usman (2006: 418) penjaminan mutu adalah seluruh kegiatan terencana, sistematis, terintegrasi, dan berkelanjutan yang diterapkan dalam manajemen mutu untuk meyakinkan bahwa seluruh proses telah melalui standar mutu dan aturan yang ditetapkan.
Dari beberapa pendapat tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa penjaminan mutu pendidikan adalah kegiatan yang terencana, sistematis, terintegrasi dengan tujuan untuk membangun kepercayaan pihak pemangku kepentingan melalui pemenuhan standar mutu yang telah ditetapkan yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan.
Menurut Sallis (dalam Sani,2015: 11) tahapan kegiatan penjaminan mutu yang umum digunakan mengacu pada siklus manajemen, yaitu menggunakan langkah-langkah Plan-Do-Check-Action (PDCA). Penjaminan mutu (quality Assurance) merupakan bagian dalam sistem mutu yang direncanakan sejak awal (plan), sebagai acuan mutu dalam pelaksanaan (do), diperiksa kesesuaian antara pelaksanaan dengan standar yang ditentukan (check), dan kemudian ditingkatkan (act).
125
adalah POAC (Plan,Organize,Act,Contol). Siklus tersebut dikemukakan oleh George R Terry, 1958 dalam bukunya yang berjudul “ Principles of Management” membagi fungsi manajemen dalam empat tahap, yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan evaluasi (controling). Tahap awal dalam sistem mutu adalah menyusun perencanaan sesuai tujuan yang ingin dicapai, kemudian memilih orang-orang yang berkompeten
untuk melaksanakan perencanaan tersebut
(pengorganisasian). Orang yang mempunyai
kemampuan dan keahlian akan menggunakan rencana sebagai pedoman melaksanakan tugas (pelaksanaan). Tahap terakhir dari siklus ini adalah evaluasi, seluruh pelaksanaan kegiatan akan dievaluasi sehingga akan teridentifiksi apakah pelaksanaan sudah sesuai dengan perencanaan, serta hambatan apa yang ditemui. Hasil
evaluasi akan digunakan untuk menyusun
perencanaan periode berikutnya. Siklus manajemen POAC seperti dalam gambar berikut ini :
Gambar 2.1 Fungsi Manajemen oleh G.R,Terry
Perencanaan Pengorganisas
ian
Pelaksanaan
Fungsi Manajemen
126
Menurut Sani (2015: 12) penjaminan mutu tidak hanya fokus pada akhir layanan pendidikan, akan tetapi melakukan penjaminan mutu pada saat kegiatan pendidikan berlangsung. Skema proses penjaminan mutu agar produk tetap konsisten terhadap standar dapat dideskripsikan seperti dalam gambar 2.2
Gambar 2.2. Proses Penjaminan Mutu
Berdasarkan gambar 2.1 proses penjaminan mutu pendidikan dimulai dengan penetapan standar, prosedur, dan input suatu sistem. Sedangkan produk dari proses penjaminan mutu adalah konsistensi antara standar, prosedur dalam proses yang sesuai dengan standar, dan prosedur dalam input yang telah ditetapkan sebelumnya. Derajad konsistensi antara standar mutu dengan produk yang dihasilkan harus diperiksa selama proses sehingga memperoleh umpan
Standar
Prosedur
Input
Pemeriksaan dan
Tindak Lanjut
dalam
127
balik dalam menindaklanjuti proses pendidikan dan dapat dilakukan peningkatan mutu pendidikan yang sedang dilaksanakan.
Pada implementasi penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia yang menjadi baku mutu adalah Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang telah ditetapkan oleh BSNP (Sani:2015: 15). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009, acuan mutu dalam penjaminan mutu pendidikan adalah Standar Pelayanan Minimum (SPM), Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan Standar mutu pendidikan diatas SNP. Selanjutnya, sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, setiap Satuan Pendidikan pada jalur formal dan non formal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan. Penjaminan mutu pendidikan tersebut bertujuan untuk memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan.
128
2.3. Penjaminan Mutu Internal
Menurut Nanang Fatah (2012: 3) secara kelembagaan, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) diposisikan sebagai bagian dari keseluruhan fungsi manajemen pendidikan. SPMP terdiri terdiri atas dua komponen yaitu Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME) (Kemendikbud,2016:7). SPMI adalah sistem penjaminan mutu yang berjalan didalam satuan pendidikan dan dijalankanoleh seluruh komponen dalam satuan pendidikan. SPME adalah sistem penjaminan mutu yang dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, lembaga akreditasi, dan lembaga akreditasi pendidikan.
SPMI disebut juga sebagai sistem penjaminan
mutu pendidikan pada satuan pendidikan
(Kemendikbud, 2016: 4) mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumber daya untuk mencapai SNP. Pelaksanaan penjaminan mutu oleh satuan pendidikan bertujuan untuk memastikan bahwa keseluruhan unsur yang terkait dalam satuan pendidikan dapat berjalan sesuai SNP untuk menjamin terwujudnya budaya mutu di satuan pendidikan.
129
satuan pendidikan yang telah memenuhi SNP; (3) Akurat, menggunakan data dan informasi yang akurat serta dilaksanakan terhadap keseluruhan unsur yang meliputi organisasi, kebijakan, dan proses-proses yang terkait; (4) Sistematik dan Berkelanjutan, dilaksanakan secara berkelanjutan mengikuti lima langkah penjaminan mutu yang membentuk suatu siklus; (5) Terdokumentasi, seluruh aktivitas dalam pelaksanaan didokumentasikan.
Siklus SPMI yang wajib dilaksanakan dan diikuti
oleh satuan pendidikan terdiri atas
130
Gambar 2.3 Siklus Penjaminan Mutu Pada Satuan Pendidikan
131
Gambar 2.4 Struktur Tim Penjami Mutu Pendidikan sekolah
Indikator mutu merupakan gambaran terhadap
layanan pendidikan dalam menunjukkan
132
Indikator output, terwujudnya peningkatan mutu pendidikan yang ditunjukkan dengan meningkatnya kompetensi pendidik dalam menjalankan proses pembelajaran mulai dari perencanaan hingga penilaian, pengembangan kegiatan ekstrakurikuler, meningkatnya pengelolaansarana prasarana dan keuangan, kerjasama dan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan; (3) Indikator outcome, adanya peningkatan hasil belajar peserta didik;hasil uji kompetensi dan penilaia kinerja pendidik dan tenaga kependidikan; prestasi satuan pendidikan beserta anggota; terwujudnya lingkungan belajar yang menyenangkan; adanya penghargaan serta dukungan finansial pemangku kepentingan; (4) Indikator Dampak, terbangunnya budaya mutu dengan
terlaksananya penjaminan mutu yang
133
BAB III
MODEL PENJAMINAN MUTU INTERNAL
SMK PEMBANGUNAN AMPEL
3.1. KONSEP PENJAMINAN MUTU INTERNAL
Pengembangan model penjaminan mutu internal
di SMK Pembangunan Ampel menggunakan
pengembangan model prosedural. Model prosedural adalah model deskriptif yang menggambarkan alur atau langkah-langkah prosedural yang harus diikuti untuk menghasilkan suatu produk tertentu (Suparman, 2014: 9). Desain pengembangan model penjaminan mutu internal disusun dengan pendekatan teori manajemen oleh George R Terry, 1958. Terry membagi fungsi manajemen dalam empat tahap, yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan evaluasi (controling).
Model prosedural yang digunakan sebagai acuan adalah siklus Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2016, 13-14). Siklus tersebut meliputi : 1) Pemetaan mutu pendidikan, 2) Penyusunan rencana peningkatan mutu, 3) Pelaksanaan pemenuhan mutu, 4) Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan pemenuhan mutu, 5) Penetapan standar mutu baru.
134
Gambar 3.1. Model Penjaminan Mutu Internal SMK Pembangunan Ampel
Fungsi Manajemen
Perencanaan
Standar Mutu 8 NSP
Pengorganisasian
Evaluasi
Visi Misi Sasaran Mutu
Pemetaan Mutu EDS
Koordinasi Standar 8 NSP
Teknik Analisis Medan Kekuatan
(Field Force Analisys)
Pelaksanaan TPM
Standar Pembiayaan
SOP&IK
TAM
Skala Prioritas Pelaksanaan Kegiatan
TPM
KKA KS
Rencana pemenuhan RKS
SOP&IK
135
3.2. TAHAP PERENCANAAN
Dalam tahap ini sekolah melakukan pemetaan
mutu. Pemetaan mutu merupakan kegiatan
136
Gambar 3.2. Pemetaan PMP Ditjen Dikdasmen EDS yang disediakan oleh LPMP dalam bentuk angket. Angket ini wajib diisi oleh kepala sekolah, guru, siswa, komite sekolah, dan pengawas. Pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan kondisi sekolah berdasarkan standar mutu 8 SNP. Salah satu angket dapat dilihat melalui gambar berikut :
137
Output dari pengisian angket tersebut akan menunjukkan kondisi sekolah terhadap pemenuhan 8 SNP dalam bentuk raport. Raport ini berbentuk grafik radar pencapaian SNP, seperti yang ditunjukkan gambar berikut ini :
Gambar 3.4. Raport Pencapaian SNP (EDS SMK Pembangunan 2016)
Untuk menjamin keakuratan data EDS, agar dapat menunjukkan kondisi riil sekolah, perlu dilakukan update data tiap standar dalam SNP. Update
data dilakukan berdasarkan acuan standar mutu SNP minimal tiap semester. Semua data yang telah diperbarui sesuai kondisi sekolah terkini kemudian dimonitor melalui supervisi kepala sekolah. Hasil EDS kemudian disosialisasikan melalui rapat koordinasi sekolah tahunan sebagai dasar penyusunan perencananaan kegiatan.
138
dalam menyusun RKS agar perencanaan yang tersusun sesuai dengan pemenuhan mutu dalam SNP.
Gambar 3.5. Rapat penyusunan RKS
139
Gambar 3.6. Koordinasi pada tiap standar (https://image.sladesharecdn.com)
Dibutuhkan koordinasi yang baik pada tiap standar untuk mendapatkan rencana kerja yang efektif dan efisien, terutama berkaitan dengan standar pembiayaan. Dalam realisasi semua program, standar pembiayaan berperan mengakomodasi rencana pendanaan.
Didalam menyusun RKS, selain koordinasi antar standar, untuk mendapatkan rencana dan strategi pemenuhan mutu yang efektif, dibutuhkan teknik analisis yang tepat. Laporan EDS mengidentifikasikan kelebihan sekolah dan bidang yang membutuhkan perbaikan. Menurut Sani (2015; 143) teknik yang digunakan untuk memanfaatkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan untuk mendapatkan solusi permasalahan dan strategi perencanaan yang efektif adalah analisis Medan Kekuatan (force field analisis).
140
memungkinkan masalah dapat diatasi dan dapat ditelaah dari hasil isian EDS. Faktor pelemah adalah faktor yang menyebabkan masalah semakin sulit untuk diatasi yang dapat ditelaah dari isian EDS. Langkah selanjutnya adalah membuat solusi dalam bentuk program atau kegiatan untuk meningkatkan faktor pendorong dan meminimalkan faktor pelemah. Dengan menggunakan teknik medan kekuatan, penyusunan RKS akan lebih efektif.
141
Gambar 3.8 Model Penjaminan Mutu Internal pada Tahap Perencanaan
3.3. TAHAP PENGORGANISASIAN
Tahap pengorganisasian merupakan cara untuk menempatkan orang berdasarkan kemampuan dan keahliannya dalam pekerjaan yang telah direncanakan. Pada tahap ini, kepala sekolah akan memilih orang yang akan bertanggung jawab pada tiap standar dalam pelaksanaan RKS. Pengorganisasian dalam sistem penjaminan mutu di SMK Pembangunan Ampel dilakukan dengan membentuk Tim Pengembang Mutu (TPM). TPM ditetapkan dalam Surat Keputusan (SK) Kepala Sekolah. Anggota TPM terdiri atas guru dan tenaga kependidikan.
Pemilihan anggota TPM sebaiknya berdasarkan kemampuan yang dimiliki personal. Selain itu anggota
Perencanaan Koordinasi Standar dalam 8 NSP
Teknik Analisis Medan Kekuatan ( Field Force Analisys)
Pemetaan Mutu
EDS
Rencana Pemenuhan
RKS
Up-date Data Tiap Semester
142
TPM dibagi menjadi 8 standar dalam SNP, agar jelas terhadap tugas masing-masing standar. Didalam SK TPM sebaiknya dilampiri uraian tugas ( job description) untuk masing-masing standar, sehingga anggota TPM paham akan tugasnya. Karena keterbatasan personil, tiap standar terdiri atas 1 orang penanggungjawab dan 1 orang anggota. Agar kinerja dapat maksimaldan fokus, penanggungjawab yang dipilih sebaiknya dari guru yang secara kedinasan menginduk di SMK Pembangunan Ampel (Format SK TPM terlampir).
TPM bertugas melaksanakan semua rencana yang tertuang dalam RKS. Untuk dapat melaksanakan rencana, dibutuhkan pedoman pelaksanaan agar semua program dapat dilaksanakan dengan efektif. Pedoman untuk melaksanakan tugas TPM berupa perangkat penjaminan mutu. Menurut Sani (2015 : 171) perangkat penjaminan mutu adalah alat yang digunakan untuk menjalankan fungsi dari suatu sistem atau program. Perangkat mutu tersebut berupa petunjuk kerja. Petunjuk kerja berisi rincian aktifitas yang diuraikan dalam Prosedur Operasional Standar (POS). POS disusun untuk masing–masing standar dalam SNP. Penanggungjawab tiap standar dalam TPM menyusun POS untuk pedoman melaksanakan rencana yang ada dalam RKS, sehingga semua rencana dapat dilaksanakan dengan efektif (format POS, terlampir)
143
kegiatan terhadap program, dan menilai pencapaian sasaran mutu yang ditetapkan sekolah. Untuk menjaga obyektifias penilaian, maka TAM bersifat indepedent, sehingga pemilihan personil TAM tidak diambil dari anggota TPM. TAM terdiri atas 1 orang ketua dan 1 orang anggota. Personil TAM diambil dari guru atau anggota komite sekolah. personil TAM dipilih secara khusus artinya mempunyai integritas dan memenuhi syarat sebagai auditor (format SK TAM, terlampir)
Untuk menjalankan fungsi sebagai auditor mutu, TAM membutuhkan perangkat audit. Perangkat audit merupakan alat yang digunakan untuk kegiatan menilai pencapaian sasaran mutu. Perangkat audit berupa Kertas Kerja Audit (KKA). KKA terdiri atas KKA Form 1 digunakan untuk memeriksa kelengkapan dokumen, KKA Form 2 digunakan untuk pengujian dilapangan, KKA Form 3 untuk meringkas kondisi audit dan kriteria temuan, dan KKA Form 4 untuk analisis hasil audit (format KKA 1 sampai dengan 4, terlampir).
144
Gambar 3.9. Model Penjaminan Mutu Internal pada tahap Pengorganisasian
3.4. TAHAP PELAKSANAAN
Pelaksanaan program adalah pelaksanaan tugas dan pekerjaan sesuai dengan pembagian kerja dan menggerakkan seluruh sumber daya yang ada agar pekerjaan yang telah dilakukan berjalan sesuai apa yang direncanakan. Dalam penjaminan mutu, pekerjaan ini dilaksanakan sesuai dengan pembagian tugas untuk masing-masing standar dalam SNP. TPM sebagai pelaksana standar, merealisasikan semua program sekolah (RKS) yang dibuat berdasarkan EDS. Kegiatan pelaksanaan program meliputi pemenuhan mutu dengan mengacu pada indikator mutu 8 SNP. Dengan demikian, semua aktifitas sekolah dalam tahun pelajaran yang sedang berjalan, harus konsisten dengan program-program sekolah.
Dalam merealisasikan program sekolah, semua kegiatan membutuhkan pembiayaan. Perencanaan
SOP dan IK
Tim Pengembang
Mutu (TPM)
Tim Audit Mutu
(TAM)
Kepala Sekolah
145
pendanaan oleh standar pembiayaan menjadi peran penting. Dalam hal ini dibutuhkan koordinasi yang baik antara standar pembiayaan dengan 7 standar lain dalam SNP. Konsistensi terhadap alokasi dana yang telah direncanakan menjadi faktor utama untuk pencapaian tujuan yang efektif dan efisien. Pendanaan dalam jumlah yang besar biasanya terletak pada standar sarana prasarana, karena berkaitan dengan pengadaan barang dan fasilitas. Meskipun demikian, standar pembiayaan harus dapat meng-cover seluruh aktifitas sekolah. Untuk itu dibutuhkan skala prioritas dalam realisasi program. Skala prioritas disusun berdasarkan tingkat urgensi pencapaian sasaran mutu.
Gambar 3.10. Penentuan Skala Prioritas
146
jalannya program, dengan menilai kesesuaian dengan RKS. laporan kegiatan disertai dengan laporan pertanggungjawaban (LPJ) terhadap penggunaan dana. LPJ yang disusun disertai dengan bukti transaksi yang sah. Selain itu, TPM wajib mendokumenkan semua aktifitas kegiatan. Dokumentasi bisa dalam bentuk foto atau rekaman kegiatan. Hal ini dilakukan untuk kepentingan penilaian lapangan atas keterlaksanaan program sekolah.
Tahap pelaksanaan program dalam penjaminan mutu internal dapat dilihat seperti gambar 3.11 dibawah ini :
Gambar 3.11. Model Penjaminan Mutu Internal pada tahap Pelaksanaan
3.5. TAHAP EVALUASI
Tahap evaluasi adalah tahap dimana TAM sebagai auditor melakukan kegiatan pengawasan dan penilaian
Pelaksana Rencana Pemenuhan
147
secara obyektif atas efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program dan penggunaan sumber daya. Dalam penjaminan mutu, tahap evaluasi dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat ketercapaian standar mutu 8 SNP. Kegiatan evaluasi ini juga dilakukan untuk mengetahui kesenjangan dan permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan program.
Dalam melaksanakan kegiatan evaluasi, TAM membutuhkan perangkat audit mutu. Perangkat audit
mutu yang telah dijelaskan dalam tahap
pengorganisasian diatas, akan digunakan sebagai alat untuk melakukan evaluasi. Terdapat beberapa langkah dalam audit internal penjaminan mutu. Langkah pertama, adalah memeriksa kelengkapan dokumen (laporan kegiatan/LPJ) dengan menggunakan KKA Form 1. Langkah kedua, menggunakan KKA Form 2 untuk pengujian dilapangan. Pengujian dilapangan menggunakan teknik wawancara dengan TPM. Langkah ketiga, menggunakan KKA Form 3 untuk meringkas hasil audit dan merangkum temuan. Langkah terakhir menggunakan KKA Form 4 untuk menganalisis hasil audit. Auditor perlu melakukan analisis hasil audit dengan mendeskripsikan kondisi, kriteria, akibat. Selain itu, auditor perlu melakukan analisis akar masalah untuk menentukan penyebab terjadinya permasalahan, kemudian mengajukan rekomendasi atau saran untuk tindakan koreksi yang sebaiknya dilaksanakan oleh TPM.
148
Laporan hasil audit memuat penilaian auditor terhadap pelaksanaan tugas pokok,ketaatan terhadap peraturan dan efisiensi, serta memuat temuan dan rekomendasi tindak lanjut. Laporan tersebut merupakan ukuran kinerja auditor dan hanya disampaikan pada pihak yang berkepentingan, yaitu TPM dan kepala sekolah.
Gambar 3.12. Audit Internal (www.internalauditor.me)
149
Tahap evaluasi penjaminan mutu internal dapat dilihat dalam gambar 3.13 berikut ini :
Gambar 3.13. Model Penjaminan Mutu Internal pada tahap evaluasi
3.6. HASIL AKHIR YANG DIHARAPKAN
Tahap perencanaan menghasilkan pemetaan mutu yang akurat. Pengisian data EDS dilakukan dengan data yang update, sehingga menunjukkan kondisi riil sekolah. analisis data EDS akan mengidentifikasi pencapaian mutu sekolah berdasarkan standar mutu 8 SNP. Dengan menggunakan teknik analisis Medan Kekuatan dan koordinasi yang baik
dalam penyusunan RKS akan menghasilkan
perencanaan dan strategi yang efektif dan efisien.
Tahap Pengorganisasian menghasilkan Tim Pengembang Mutu (TMP) dan Tim Audit Mutu (TAM).
Evaluasi
KKA Form 1-4 Kegiatan
Audit
Laporan Hasil Audit
Sasaran Mutu Baru
150
TPM bertugas melaksanakan semua rencana yang tertuang dalam RKS, sedangkan TAM menilai kesesuaian pelaksanaan kegiatan terhadap program, dan menilai pencapaian sasaran mutu yang ditetapkan sekolah. Pemilihan anggota TPM dan TAM berdasarkan kompetensi personal, sehingga akan terpilih orang-orang yang mempunyai integritas yang tinggi dan
credible dalam menjalankan pekerjaan.
Tahap pelaksanaan menghasilkan kegiatan pemenuhan mutu dengan mengacu pada indikator mutu 8 SNP. Realisasi program RKS dilakukan melalui skala prioritas yang mengacu pada sasaran mutu. Hasil akhir dari tahap ini adalah pelaporan kegiatan yang representatif dan akuntabel, untuk dapat menjadi bahan penilaian pelaksanaan program.
Tahap evaluasi menghasilkan kegiatan
151
BAB IV
PENUTUP
4.1. KEBIJAKAN IMPLEMENTASI MODEL
PENJAMINAN MUTU INTERNAL
Dalam penjaminan mutu internal, koordinasi yang baik antar standar sangat dibutuhkan untuk mencapai sasaran mutu yang diharapkan. Kepala sekolah sebagai penanggungjawab pelaksanaan penjaminan mutu hendaknya menjadi penggerak dalam hal koordinasi. Setiap tahap dalam pelaksanaan penjaminan mutu hendaknya dipantau agar kegiatan yang dilaksanakan tidak terlepas dari rencana yang telah tersusun dalam RKS.
Dalam pengorganisasian khususnya staffing, baik pembentukan TPM maupun TAM, kepala sekolah
hendaknya menempatkan guru atau tenaga
kependidikan yang kompeten dan mempunyai integritas yang tinggi. Penempatan staff secara selektif akan berkontribusi positif pada pencapaian tujuan.
Peran TPM sangat penting dalam pelaksanaan penjaminan mutu. TPM hendaknya tetap menjaga keharmonisan dan koordinasi terhadap program kerja dalam melaksanakan pekerjaan. Selain itu, TPM diharapkan untuk konsisten terhadap pelaksanaan tiap tahap dalam model penjaminan mutu internal ini.
152
sasaran mutu sekolah. Memupuk budaya mutu dan rasa memiliki (sense of belong), akan sangat membantu dalam pencapaian peningkatan mutu sekolah.
Model penjaminan mutu internal ini, jika dilaksanakan dengan baik, selain meningkatkan mutu sekolah, juga akan sangat membantu dalam mempersiapkan akreditasi sekolah.
4.2. MONITORING DAN EVALUASI IMPLEMENTASI
MODEL PENJAMINAN MUTU INTERNAL
153
LAMPIRAN 3
RANGKUMAN HASIL WAWANCARA
No Aspek Pertanyaan Kep. Sek TPM1 Jawaban TPM 2 1 Perenca
naan Bagaimana dan kapan sekolah seluruh SMK di Boyolali
155 sekolah telah membentuk guru terlibat dalam tim ini, hanya
melibatkan guru yang menjabat struktural saja. Hal ini dilakukan karena memang kuantitas guru disini terbatas. Yang dilibatkan hanya guru yang
menginduk di sekolah ini, mengingat sebagian besar guru mengajar di beberapa berjalan kami usahakan
156
170