• Tidak ada hasil yang ditemukan

VALUASI EKONOMI JASA HIDROLOGIS TAMAN HUTAN RAYA NIPA-NIPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "VALUASI EKONOMI JASA HIDROLOGIS TAMAN HUTAN RAYA NIPA-NIPA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

VALUASI EKONOMI JASA HIDROLOGIS

TAMAN HUTAN RAYA NIPA-NIPA

Anita Indriasary

*1

, La Baco S.

2

1Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Universitas Halu Oleo

2Jurusan Ilmu Lingkungan, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan, Universitas Halu Oleo

*Email : anitayulardhi@gmail.com

ABSTRAK

The economic value of hydrological services produced by Forest Park Nipa-nipa not yet widely known, so the appreciation of forest conservation Forest Park Nipa-nipa still low and the pressure on forest conservation is still ongoing. This study aimed to analyze the regional hydrological services Tahura Nipa-nipa utilized by the community, analyze the value of the economic benefits of hydrological services Tahura region Nipa-nipa and analyze the factors that affect the value of the economic benefits of hydrological services Tahura Nipa-nipa.

This research was conducted in two District of the District of West Kendari (Kemaraya Village and Village Punggaloba) and the District of Kendari (Village Mount teak and Kampung Salo). Selection of the location determined by purposive sampling with the consideration that the area of Nipa-nipa Tahura located in District are some community members actively manage water. Sample respondents or informants for the location overall is 60 respondents were randomly chosen. The method used is the procurement cost approach and willingness to pay (Willingness To Pay), which reflects the minimum value of the economic benefits felt by masyarakay who were around the area Tahura Nipa-Nipa which directly utilize water from springs located on the Tahura region. The analysis used is descriptive analysis, analysis of WTP approach and linear regression analysis of two factors.

The results showed that the average value of willingness to pay each family (KK) for 60 respondents in two (2) sub-district as spring water conservation efforts in the region Tahura Nipa-nipa and the total value of WTP (Willingness To Pay) is Rp. 42.634 million / year and the potential value of water in the hydrological services utilization Tahura Region Nipa-nipa is Rp. 45.978 million / m3 / year. Results of calculation of economic value of hydrological services produced as a function of the existence of Nipa-nipa Tahura region is only a fraction of the total economic value of water contained within the Nipa-nipa Tahura because there are many other water users who are greater in line with their needs.

Keywords: economic value, hydrological services, Tahura Region Nipa-Nipa

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki keanekaragaman sumberdaya alam diantaranya lahan, mineral, batu bara, ikan, air dan lain-lain. Menurut Fauzi (2006) sumberdaya alam tersebut dibagi menjadi sumberdaya alam yang memiliki nilai intrinstrik yaitu nilai yang terkandung dalam sumberdaya, terlepas apakah sumberdaya tersebut dikonsumsi atau tidak. Dalam ilmu ekonomi, nilai intriskrik ini sering di abaikan sehingga menggunakan alat ekonomi konvensional semata untuk memahami pengelolaan sumberdaya alam sering tidak mengenai sasaran yang tepat.

Sumber air merupakan bagian dari kekayaan alam yang dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat secara lestari termaktub dalam pasal 33 ayat 3 UUD 1945. Ketetapan ini ditegaskan kembali dalam pasal 1 Undang-Undang Pokok agrarian tahun 1960 bahwa bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung

didalamnya termasuk wilayah Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah merupakan kekayaan nasional. Juga dijelaskan dalam Undang-Undang nomor 7 tahun 2004 tentang sumberdaya air pasal 3, bahwa sumberdayaair dikelola secara menyeluruh, terpadu dan berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan sumberdaya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

(2)

naik tiga kali lipat, sedangkan kebutuhan air naik tujuh kali lipat. Perbandingan antara jumlah penduduk dan kebutuhan air ini mengakibatkan terjadinya kelangkaan air karena kurangnya supply air dibandingkan dengan permintaannya.

Meskipun 70% permukaan bumi tertutup oleh air, namun tidak menjamin ketersediaan air yang cukup bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Hal ini disebabkan karena hanya sekitar 2,5 % dari air di muka bumi yang merupakan air tawar. Itupun tidak semuanya dapat dikonsumsi karena 2,5 % tersebut sudah termasuk air tanah yang sangat sulit diakses atau berupa es di daerah kutub. Indonesia merupakan salah satu negara sedang berkembang yang sering menghadapi masalah air, dimana pada musim kemarau terjadi krisis air di berbagai daerah.

Dalam UUD 1945 pasal 33 dijelaskan bahwa sumberdaya air merupakan bagian dari kekayaan alam dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat secara lestari. Ketetapan ini ditegaskan kembali dalam pasal 1 Undang-Undang Pokok Agraria tahun 1960 bahwa bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya termasuk wilayah Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah merupakan kekayaan nasional. Juga dijelaskan dalam Undang-Undang nomor 7 tahun 2004 tentang sumberdaya air pasal 3, bahwa sumberdaya air dikelola secara menyeluruh, terpadu dan berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan sumberdaya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Komoditi air bersih yang layak konsumsi telah menjadi sumberdaya yang sangat langka (resources scarcity), artinya dari segi kuantitas tinggi pada musim hujan tetapi dari segi kualitas rendah. Dipandang dari sudut ekonomi kelangkaan suatu sumberdaya dapat mengarahkannya menjadi barang ekonomi (economic good) yang akan mempengaruhi perilaku masyarakat di dalam mengalokasikannya (Brouwer dan Pearce, 2005).

Hutan merupakan faktor yang utama dalam menjaga kualitas dan ketersediaan air

sehingga ada tuntutan dan keinginan agar hutan sebagai daerah tangkapan utama yang berfungsi sebagai pengatur tata air dan perlu dikelola dengan baik. Sebagai pengguna air, pemerintah, swasta maupun masyarakat mempunyai tanggung jawab dalam melakukan kewajibannya untuk menjaga kelestarian hutan sehingga kontribusinya sebagai kompensasi agar kebutuhan akan sumber air dapat terpenuhi. Dan pengguna merasa yakin bahwa dana yang dihimpun untuk pengelolaan sumberdaya air digunakan dengan sebaik-baiknya untuk menjaga dan meningkatkan kualitas jasa air. Sebagai penyedia air dalam hal ini instansi yang terkait dengan pengelolaan kawasan lindung hendaknya juga dapat memanfaatkan kompensasi tersebut dengan sebaik-baiknya.

Kawasan Pelestarian Alam Tahura Murhum yang kini sudah mengganti nama menjadi Tahura Nipa-Nipa merupakan salah satu kawasan konservasi yang berada di dua wilayah administrasi yaitu Kota Kendari dan Kabupaten Konawe (Hasrul, 2007). Keberadaan hutan dengan berbagai manfaat yang dimilikinya memiliki korelasi yang cukup kuat dengan dinamika kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan. Pengelolaan hutan secara tepat dengan menerapkan asas lestari, dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan dimana akan berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara luas. Sebaliknya, pemanfaatan hutan oleh masyarakat sekitar hutan disinyalir dapat menimbulkan kerusakan hutan jika tidak ada pengelolaan kelestarian yang berimbang.

(3)

insentif ekonomi yang berupa retribusi (pungutan) yang berkaitan dengan lingkungan. Sehingga hutan yang berada di Kawasan Tahura Nipa-Nipa sangat berperan penting dalam penyediaan sumber air sehingga dapat dilakukan pengelolaan hutan yang dapat mewujudkan kelestarian lingkungan.

Pengelolaan Sumberdaya alam Tahura Nipa-Nipa ditujukan untuk memperoleh manfaat nyata (tangible benefits) maupun manfaat tidak nyata (intangible benefits). Agar dapat memahami sumberdaya alam ini, maka perlu dilakukan penilaian terhadap semua manfaat yang dapat dihasilkan oleh sumberdaya alam tersebut. Nilai barang dan jasa tersebut sangat diperlukan dalam proses pengambilan keputusan, bagi pengelolaan kawasan hutan.

Valuasi ekonomi sumberdaya alam bermanfaat untuk mengilustrasikan hubungan timbal balik antara ekonomi dan lingkungan yang diperlukan untuk melakukan pengelolaan sumberdaya alam yang baik dan menggambarkan keuntungan atau kerugian yang berkaitan dengan berbagai pilihan kebijakan dalam program pengelolaan sumberdaya alam. Hal ini juga bermanfaat dalam menciptakan keadilan dalam distribusi manfaat sumberdaya alam tersebut.

Sumberdaya hutan Taman Hutan Raya (tahura) Nipa-nipa memiliki manfaat tangible dan manfaatintangible. Manfaattangiblehutan berupa kayu dan non kayu yang dapat secara langsung dinilai melalui sistem pasar. Namun manfaat intangible hutan seperti manfaat hidrologis, rekreasi, perlindungan dan konservasi alam, pengendalian erosi dan kesuburan tanah sampai saat ini belum bisa dinilai dengan sistem pasar.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada Kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Nipa-Nipa di Kecamatan Kendari dan Kecamatan Kendari Barat. Pemilihan lokasi tersebut ditetapkan secara purposive sampling dengan pertimbangan bahwa Kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Nipa-Nipa berada di Kecamatan

tersebut dan sebagian besar masyarakat yang mengelola air secara aktif, penerima manfaat banjir, penerima manfaat erosi dan longsor serta yang telah menggunakan kawasan tersebut sebagai penyedia sumber air bersih.

Penelitian ini juga didasarkan pada pengambilan sample berdasarkan beberapa hal yaitu: Berdasarkan Wilayah (Seluruh Taman Hutan Raya (Tahura) Nipa-Nipa dan Seluruh Kecamatan yang berada atau berbatasan langsung dengan Taman Hutan Raya (Tahura) Nipa-Nipa). Berdasarkan Masyarakat/Penerima Manfaat (Pengguna air bersih yang bersumber dari Taman Hutan Raya baik itu pelanggan, pedagang air, tukang cuci dan kuli bangunan, Seluruh masyarakat yang tinggal di bantaran sungai Jasa Tahura untuk mencegah banjir, Seluruh masyarakat yang tinggal di tebing atau daerah kemiringan atau di bawah tebing penerima manfaat jasa Tahura untuk mencegah erosi dan tanah longsor).

Sampel dari penelitian ini adalah : Sampel wilayah yang meliputi kecamatan dan kelurahan dan Sampel responden atau informan untuk lokasi ditentukan sebanyak 2 kelurahan untuk tiap kecamatan yang dipilih secara acak sehingga total dari 2 kecamatan adalah 60 responden yang sudah mewakili pengguna air bersih, pencegah banjir, pencegah erosi dan longsor.

Variabel yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari variabel nilai dengan jumlah penggunaan air oleh masyarakat Tahura Nipa-Nipa yaitu sebagai berikut:

1. a. Penggunaan air untuk konsumsi rumah tangga b. Biaya pengadaan air

2. WTP / kesediaan membayar masyarakat terhadap jasa hutan sebagai penyedia air (banjir, erosi dan longsor).

(4)

YAP : Nilai ekonomi air dengan pendekatan harga pasar. YAWTP : Nilai Ekonomi air dengan pendekatan WTP YA : Nilai Ekonomi Air

YB : Nilai ekonomi jasa hidrologis dalam penanggulangan banjir dengan pendekatan WTP.

YEL : Nilai ekonomi jasa hidrologis dalam penanggulangan erosi dan longsor dengan pendekatan WTP

Y : Nilai ekonomi jasa hidrologis Tahura ( YA+ YB+ YEL)

X1 : Faktor tingkat pendidikan yang mempengaruhi nilai WTP (YAWTP, YBdan YEL).

X2 : Faktor jenis mata pencaharian yang mempengaruhi nilai WTP (YAWTP, YBdan YEL).

X3 : Faktor tingkat pendapatan yang mempengaruhi nilai WTP (YAWTP, YBdan YEL).

Data diperoleh dari wawancara dengan masyarakat yang dilakukan dengan cara perbincangan langsung dengan menggunakan kuisioner. Data diperoleh dari pendapat masyarakat khususnya masyarakat pengguna air, tokoh masyarakat dan aparat setempat (kantor desa dan kecamatan). Metode pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Penentuan lokasi terpilih dilakukan berdasarkan informasi dari instansi setempat dan tokoh masyarakat yang memahami kondisi Kawasan Tahura Nipa-Nipa

yaitu: Kantor Tahura Nipa-Nipa, kantor kecamatan, kantor desa dan ketua kelompok yang ada pada masyarakat setempat serta dari data sekunder yaitu laporan dan peta, serta dari pengamatan di lapang. Sampel yang dipilih adalah Kelurahan yang memiliki masyarakat pengguna air dari Kawasan Tahura Nipa-Nipa. Wilayah penelitian diwakili oleh 2 kecamatan yaitu Kecamatan Kendari dan Kecamatan kendari Barat masing-masing diwakili oleh 2 Kelurahan yaitu Kelurahan Kemaraya, Punggaloba, Gunung Jati dan Kampung Salo.

Tabel 1. Jenis, sumber dan teknik pengumpulan data.

Jenis Data Sumber Data Metode Pengumpulan

Umum

(Tahura, administrasi, peta lokasi, dll)

Balai Tahura, BPS, Kecamatan dan Kelurahan

Searcing data, Balai Tahura, BPS, Kecamatan dan Kelurahan

Karakteristik (Responden) Responden/Instrumen Wawancara

Tingkat pendidikan Responden/Instrumen Wawancara

Jenis mata pencaharian Responden/Instrumen (alat) Wawancara

Tingkat pendapatan rata-rata Responden/Instrumen Wawancara

Penerima manfaat jasa air bersih termaksud jumlah pelanggan

Balai Tahura, PDAM Wawancara, Searcing data, Balai

Tahura, PDAM Penerima manfaat jasa pencegah

banjir

Masyarakat sekitar bantaran sungai

Interview/lapangan

Penerima manfaat jasa pencegah erosi dan longsor

Masyarakat yang tinggal ditebing atau dibawah tebing

Interview/lapangan

WTP air bersih Responden/Instrumen Wawancara

WTP banjir Responden/Instrumen Wawancara

WTP erosi dan longsor Responden/Instrumen Wawancara

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan beberapa analisis yaitu :

1. Untuk menganalisis jasa hidrologis digunakan analisa deskriptif.

(5)

a. Nilai air dihitung berdasarkan kebutuhan Rumah Tangga (makan, minum, mandi. cuci);

b. Nilai air dihitung berdasarkan harga PDAM. Dengan rumus : EPA = TP x Harga dasar;

c. Biaya pengadaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh air yaitu biaya pengadaan alat dan bahan (pipa, sambungan pipa, lem pipa dan bak penampung);

d. Nilai air dihitung berdasarkan WTP

WTP dapat diperoleh dari hasil perhitungan nilai ekonomi dengan mengikuti formula sbb :

Keterangan :

EPA : jumlah pemanfaatan air yang digunakan masyarakat (m3) TP : total pemanfaatan air dengan

jumlah air yang dikonsumsi untuk berbagai keperluan/penggunaan lahan selama satu tahun misalnya untuk rumah tangga, pertanian (m3)

WTP : Kesediaan membayar total AWPi : Kesediaan membayar

rata-rata

ni : Banyaknya responden yang bersedia membayar AWPi N : Banyaknya orang yang

diwawancarai sebagai sampel

3. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai manfaat ekonomi jasa hidrologis digunakan regresi linier dua faktor (Kesediaan Membayar/ WTP), yaitu : a. Model 1 : YAWTP= β0 + β1X1 + β2X2 + ε b. Model 2 : YBWTP= γ0 + γ1X1 + γ2X2 + ε c. Model 3 : YEL = α0 + α1X1 + α2X2 + ε

Keterangan :

X1 : Pendidikan (Tahun) X2 : Pendapatan (Rp) Y : Nilai Ekonomi β0, γ0, α0 : Konstanta β1, γ1, α1 : Koefisien Regresi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Masyarakat yang diteliti adalah masyarakat yang berada di sekitar wilayah Tahura Nipa-Nipa, yang terkait langsung dengan pemanfaatan air bersih yang bersumber dari kawasan Tahura Nipa-Nipa. Populasi Responden sebanyak 60 responden yang diambil dari 2 kelurahan untuk setiap kecamatan yang dipilih secara acak yang mewakili pengguna atau pengelola air bersih.

Adapun karakteristik responden yang diperoleh dari hasil penelitian antara lain; umur, tingkat pendidikan, mata pencaharian, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga dan jumlah penggunaan air. Dari hasil data tersebut akan menjadi langkah awal untuk menggali informasi mengenai berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk ketersediaan air dan berapa biaya yang akan dikeluarkan untuk menjaga banjir, erosi dan longsor.

Umur

Umur merupakan salah satu faktor sosial yang berpengaruh terhadap aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari, sehingga umur selalu diidentikan dengan kemampuan seseorang dalam melakukan usaha atau kegiatan yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan fisik dalam bekerja dan berdampak terhadap produktivitas kerja. Kebanyakan orang beranggapan bahwa manusia dapat beraktivitas secara maksimal pada kisaran umur 35 – 56 tahun atau sering dikenal dengan umur produktif dan diatas 56 tahun adalah umur yang tidak produktif pada kegiatan tertentu. Masyarakat yang termasuk dalam kategori golongan usia produktif memiliki semangat dan lebih kreatif untuk mencari berbagai alternatif usaha untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan juga lebih kreatif dalam menerima teknologi untuk pengelolaan air bersih, sehingga asumsi bahwa umur seseorang memiliki pengaruh dalam penggunaan air.

(6)

kelompok umur yang sudah tidak produktif. Berdasarkan pada uraian tersebut maka dapat dikatakan bahwa jumlah responden yang masih produktif di lokasi penelitian masih sangat mendominasi yaitu sebesar 73,33 % dan 16,67%, hal ini akan berimplikasi terhadap kemampuan fisik dalam dalam menjaga dan pengelolaan air bersih.

Pendidikan

Tingkat pendidikan dapat menjadi salah satu ukuran kemampuan seseorang dalam mengidentifkasi, merumuskan dan menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi. Pendidikan yang memadai diharapkan akan mampu membedakan jenis sumberdaya yang dapat dikelola secara bebas dan dapat mengenal kebutuhan prioritas. Sehingga, tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pola fikir seseorang dalam bertindak. Asumsinya bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin memudahkan seseorang untuk menerima sesuatu yang baru dan tentunya akan lebih terampil dalam menerima setiap perubahan. Tingkat pendidikan responden dengan kualifikasi pendidikan paling banyak dijumpai di lokasi penelitian adalah kualifikasi pendidikan tingkat SMA sebanyak 29 orang (48,33%) kemudian disusul kualifikasi pendidikan SMP sebanyak 20 orang (33,33%) dan Tingkat Sarjana (S1) sebanyak 11 orang (18,33%). Hal ini menunjukan bahwa kualitas sumberdaya manusia di lokasi penelitian jika dilihat dari indikator pendidikan yang pernah ditempuh sudah termasuk dalam kategori baik. Berkaitan dengan hal tersebut maka untuk melakukan pengelolaan dan peningkatan kualitas air pada kawasan Tahura Nipa-Nipa masyarakat yang ada di lokasi penelitian khususnya yang berpendidikan SMA dan Sarjana dapat dibina dan dilatih dengan pengengetahuan teknis dan pemanfaatan kawasan konservasi, sehingga mereka menjadi motivator, mediator, fasilitator dan pelaku utama dalam proses pengelolaan sumbedaya air di kawasan Tahura Nipa-Nipa.

Mata Pencaharian

Mata pencaharian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mata pencaharian yang dilakukan oleh masyarakat sekitar kawasan

Tahura Nipa-Nipa yang menerima kontribusi hidrologis dari kawasan hutan. Mata pencaharian yang paling mendominasi di lokasi penelitian adalah wiraswasta sebanyak 38 orang (63,33 %) yang tersebar di Kelurahan Kemaraya, Punggaloba, Gunung Jati dan Kampung Salo. Mata pencaharian yang dimiliki oleh masyarakat dapat berdampak terhadap kondisi hidrologis. Asumsinya bahwa jika mata pencahariannya wiraswasta dan penghasilanya kecil, maka memiliki potensi yan sangat besar untuk berbalik mencari alternatif mata pencaharian yang lain untuk menunjang kehidupannya dan meningkatkan pendapatannya, sehingga dengan demikian mata pencaharian akan berhubungan dengan tingkat pendapatan.

Tingkat Pendapatan

(7)

Hutan Kemasyarakatan (HKm) yang disesuaikan dengan tujuan konservasi yan dilakukan pada zona-zona pemanfaatan Taman nasional atau Tahura.

Jumlah Tanggungan Keluarga dan Jumlah Pengguna Air

Jumlah tanggungan keluarga akan berpengaruh terhadap jumlah penggunaan air

Jumlah Penggunaan Air dari Kawasan Tahura Nipa-Nipa Kecamatan Kendari dan Kecamatan Kendari Barat

Kawasan Tahura Nipa-Nipa merupakan salah satu kawasan konservasi yang dikenal sebagai kawasan hutan yang memiliki beberapa fungsi diantaranya fungsi ekologi (keanekaragaman hayati, iklim mikro, pencegah banjir, erosi), fungsi hidrologis (pengatur tata air), fungsi hidro-orologis (kesuburan tanah), dan fungsi estetika (obyek wisata). Beberapa komponen tersebut memiliki ketergantungan dan tidak dapat dipisahkan karena fungsinya saling mempengaruhi. Rata-rata penggunaan air /bulan = total penggunaan keseluruhan air per/m3 x 30 hari : 60 responden yaitu 324.18 m3. Dengan jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 60 KK yang keseluruhannya merupakan masyarakat yang tinggal di sekitar Kawasan Taman Hutan Raya Nipa-Nipa yang berada di Kecamatan Kendari Barat dan Kecamatan Kendari. Kemudian untuk mendapatkan jumlah penggunaan perbulan/m3 = total penggunaan keseluruhan air perhari x 30 hari = 3.707,70 m3dan untuk memperoleh jumlah penggunaan air/tahun = total pemakaian air/bulan x 1 tahun = 44.492,40 m3 atau rata-rata 741,54 m3/KK.

Nilai Ekonomi Air dari Kawasan Hutan Tahura Nipa-Nipa Kecamatan Kendari dan Kendari Barat

Nilai ekonomi air dari kawasan hutan Tahura Nipa-Nipa untuk kecamatan Kendari dan kecamatan Kendari Barat merupakan kawasan yang menggunakan jasa hidrologis dimana ada biaya pengadaan. Masyarakat sekitar Kawasan Hutan Tahura Nipa-Nipa menggunakan mata air untuk memenuhi kebutuhan air dalam kehidupan sehari-hari. Nilai ekonomi air dari Kawasan Tahura Nipa-Nipa dalam setahun = 76.948 m3, sedangkan

nilai yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk biaya pengadaan meliputi biaya pengadaan alat dan bahan (pipa, sambungan pipa, lem pipa, bak penampung, biaya tenaga kerja, biaya pengelolaan air, dan biaya kerusakan sebesar Rp. 15.000/bulan atau Rp. 900.000/tahun untuk 60 KK. Masyarakat juga membuat bak sebagai tempat penampungan air dari mata air pegunungan yang akan disalurkan pada setiap rumah masyarakat yang menggunakan air untuk kebutuhan sehari dengan cara menyambung pipa agar air dapat tersalur dari bak penampung menuju rumah masyarakat. Air juga terkadang mengalami kekeringan dimana hal ini dapat terjadi akibat kemarau panjang sehingga alternative utama yang masyarakat gunakan untuk mendapatkan air yaitu melalui sumur bor yang masyarakat sediakan guna mengantisipasi ketersediaannya air. Selain itu seringnya juga terjadi kerusakan pada pipa penyambung akibat wisatawan yang sering berkunjung pada air terjun Tahura Nipa-Nipa yang tanpa menyadari membuat pipa sambungan menjadi rusak oleh karena itu perlu adanya biaya kerusakan untuk memenuhi ketersediaan air.

(8)

pengadaan air/tahun dimana Rp. 472.320.000 – Rp. 1.575.000 = Rp. 470.745.000.

Jika diasumsikan per KK dalam menggunakan air pertahunnya sebanyak Rp. 4.483.285.714, dengan jumlah penduduk KK sebagai pengguna air maka Kawasan Tahura Nipa-Nipa memberi nilai air sebesar 4.483.285.714 x 105 KK = Rp. 470.745.000/tahun kepada masyarakat Tahura Nipa-Nipa khususnya Kelurahan Kemaraya, Kelurahan Punggaloba, Kelurahan Gunung jati dan Kelurahan Kampung Salo dan jika dihitung penggunaan air dalam 1 kecamatan dengan jumlah penduduk jiwa maka jumlah penggunaan air oleh masyarakat kecamatan kendari barat dan kendari = 4.483.285.714 x 5.611 = Rp. 25.155.716.143/KK/tahun. Sedangkan biaya pengadaan air yang dikeluarkan oleh masyarakat sebanyak Rp. 15.000/bulan jika dikalikan 60 KK maka jumlah yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk ketersediaan air Kawasan Tahura Nipa-Nipa sebesar Rp. 1.575.000/bulan atau Rp. 18.900.000/tahun.

Willingness To Pay (WTP) Terhadap Jasa Hutan Sebagai Penyedia Air.

Masyarakat sekitar Kawasan Hutan Tahura Nipa-Nipa masih menggantungkan hidupnya dari sumber-sumber air yang berada di kawasan hutan tersebut. Tetapi berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai penggunaan air berdasarkan PDAM lebih besar dibandingkan nilai penggunaan air berdasarkan metode WTP yang digunakan, hal ini diketahui bahwa kurangnya kesadaran masyarakat atas peran air dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu juga sebagian masyarakat yang tinggal di wilayah ini bermata pencaharian sebagai petani sehingga untuk mengeluarkan biaya sangatlah kecil, sedangkan nilai yang dikeluarkan masyarakat tidak sebanding dengan nilai yang dikeluarkan suatu kawasan untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat. Sehingga rata-rata kesediaan membayar masyarakat atas potensi air yang ada sangat rendah yaitu berkisar Rp. 4.211.914.286/tahun. Air yang digunakan oleh masyarakat khususnya di empat kelurahan yaitu Kelurahan Kemaraya, Kelurahan Punggaloba, Kelurahan Gunung Jati dan Kelurahan Kampung Salo maka yang tinggal didaerah perbukitan rata-rata

menggunakan air dari Kawasan Tahura Nipa-Nipa karena air yang melalui PDAM tidak dapat dialirkan hingga kedaerah perbukitan. Sedangkan masyarakat yang tinggal dibawah perbukitan sebagian kecil sudah menggunakan PDAM. Sehingga dapat diketahui nilai air berdasarkan PDAM lebih besar dibandingkan nilai air berdasarkan WTP karena jumlah penduduk yang lebih banyak tinggal dibawah areal perbukitan. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan atau konservasi sumberdaya air dalam menghadapi berbagai persoalan yang berhubungan dengan berbagai macam penggunaan. Pengelolaan sumberdaya air secara berkelanjutan.

Dalam pengelolaan air di beberapa kelurahan dalam 2 Kecamatan juga dibantu oleh pihak koperasi dimana pihak pengelola koperasi adalah masyarakat Kelurahan itu sendiri. Masyarakat yang berada di Kecamatan Kendari dan Kecamatan Kendari Barat khususnya yang berada di Kelurahan Kemaraya, Kelurahan Punggaloba, Kelurahan Gunung Jati dan Kelurahan Kampung Salo juga menginginkan pengelolaan hutan yang berkelanjutan dengan upaya mengadakan program-program yang dapat memberikan dampak positif terhadap kawasan hutan khususnya Tahura Nipa-Nipa dalam menyediakan sumber air bersih bagi masyarakat sekitarnya misalnya dengan cara penanaman pohon, pembersihan lahan, pembersihan pada daerah-daerah yang sering dikunjungi wisatawan, membuat tempat pembuangan sampah disekitar ekowisata, dan membuat waduk.

PENUTUP

(9)

diduga mempengaruhi kondisi sosial ekonomi dalam memanfaatkan Kawasan Tahura Nipa-Nipa dalam kegiatan pengelolaan air misalnya kebijakan pemerintah dalam pengelolaan air. Keberlangsungan fungsi hidro-orologi Tahura Nipa-Nipa menurut penilaian masyarakat bahwa pembukaan areal di Kawasan Tahura Nipa-Nipa sebagai penyedia air dapat menjaga keberlangsungan dan ketersediaan air bersih untuk kebutuhan masyarakat sekitar serta agar dapat menjaga keberlangsungan ketersediaan berbagai jenis tumbuhan (flora) dan hewan (fauna).

Perubahan-perubahan yang terjadi menurut penilaian masyarakat hanya terjadi pada saat musim hujan, pasokan air bersih yang disalurkan ke permukiman masyarakat menjadi terhambat karena pipa-pipa mereka terbawa oleh banjir, terkadang juga mengalami kerusakan akibat masyarakat yang seringnya wisata kepuncak air terjun, kemudian air yang dulunya masih agak jernih walaupun musim hujan tapi sekarang warnanya menjadi agak kuning akibat ranting-ranting pohon yang terbawa air serta erosi tanah yang berada di pinggiran sungai terbawa yang mengakibatkan tingkat sedimentasi lebih tinggi akan tetapi pada musim kemarau debit air atau pasokan air bersih tetap berjalan sebagaimana mestinya dan masyarakat sekitar masih merasa berkecukupan untuk penggunaan air bersih dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

Lain hal dengan pemerintah kehutanan membuat peraturan yang dimuat dalam perda nomor 5 tahun 2007 pada Bab I tentang Ketentuan Umum pada pasal 1 ayat 18 yang menyatakan “bahwa pemanfaatan jasa lingkungan adalah bentuk usaha yang memanfaatkan potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan mengurangi fungsi utamanya seperti pemanfaatan wisata alam, pemanfaatan air, pemanfaatan keindahan dan kenyamanan karena air merupakan sumberdaya alam yang sangat vital bagi hidup dan kehidupan mahluk serta sangat strategis bagi pembangunan perekonomian, menjaga kesatuan dan ketahanan nasional sehingga harus dikelola secara terpadu, bijaksana dan profesional.

DAFTAR PUSTAKA

Hasrul, Y. 2007.Nestapa Warga Kampung Baru di Bukit Tahura.RIC – Sulawesi. Kendari.

Ida Aju Pradnja Resosudarmo & Carol J.Pierce Colfer. 2003.Ke Mana Harus Melangkah ? Masyarakat, Hutan, dan Perumusan Kebijakan di Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Mukti Aji. 2008. Manajemen Kolaboratif : Alternatif Solusi Atas Konflik Pengelolaan Sumber Daya Alam.

Reksohadiprodjo, S dan Andreas Budi P.B. 1997. Ekonomi Lingkungan, Suatu Pengantar, Edisi Pertama, Cetakan kelima, BPFE, Yogyakarta.

Soemarwoto, O. 1997. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan. Bandung.

Suprayitno, 2008. Teknik Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam. Departemen Kehutanan. Pusat Diklat Kehutanan. Bogor

Tajjudin, D. 2000, Manajemen Kolaborasi, Pustaka LATIN. Bogor.

Tanjung, K.H. 2006. Hutan Adalah Jantung Ekosistem : Selamatkan.blogster.com.

(10)

Gambar

Tabel 1. Jenis, sumber dan teknik pengumpulan data.

Referensi

Dokumen terkait

Peran terapi tawa dalam menyum- bang pengontrolan tekanan darah dan penurunan kondisi stres, dirasakan oleh peserta pada kelompok eksperimen, penu- runan dan adaptasi

Ilmu sosiologi berupaya untuk membantu dunia kesehatan dalam melakukan penelitian (metode), identifikasi masalah sosial kaitannya dengan kesehatan (gaya hidup:

Sifat-sifat air yang dapat dipelajari dari Puisi “Air Mata”, “Air Cucian”, dan “Air Pasang” sebagai teladan kehidupan, seperti mengajarkan manusia untuk

Pada permainan karetan/pelencatan setiap pemain dituntut untuk tenggung jawab atas tugasnya dalam permainan karetan/pelencatan seperti ada yang bertugas megang tali

Adapun penaksir yang dibahas pada artikel ini adalah penaksir ratio-cum-product untuk rata-rata populasi pada sampling acak sederhana, penaksir ratio-cum-product tipe 1

Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan dalam Undang-undang Nomor 23 tahun

(Winarsunu, 2006:14) Dalam penelitian ini kelas yang diambil sebagai sampel adalah siswa kelas VIII A yang terdiri dari 35 siswa sebagai kelompok kontrol dengan

Pada saat terjadi gangguan akan mengalir arus yang sangat besar pada fasa yang terganggu menuju titik gangguan, dimana arus gangguan tersebut mempunyai harga yang