• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH JOB INSECURITY TERHADA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PENGARUH JOB INSECURITY TERHADA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS VARIABEL-VARIABEL PREDICTORS

JOB INSECURITY TERHADAP TURNOVER

INTENTIONS (Studi Empiris Pada...

Article · October 2008

CITATIONS

0

READS

23

1 author:

Soni Agus Irwandi

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya

18PUBLICATIONS 3CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Soni Agus Irwandi on 01 December 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file. All in-text references underlined in blue are added to the original document

(2)

ANALISIS PENGARUH JOB INSECURITY TERHADAP TURNOVER INTENTIONS

(Studi Empiris Pada Akuntan Pendidik Perguruan Tinggi Di Indonesia)

ABSTRACT

The study purposed to re-examine the effect of antecedent job insecurity variable through job insecurity and the effect of job insecurity to turnover intentions by Ashford (1989) research model approach and Ameen et al.,(1995) questionnaire instrument.

The data collected were 247 (24,7%) respondents through the mail questionnaires. The respondent are academic accountant from universities in Indonesia. The data analysed by Structural Equation Model (SEM) multivariate technique using AMOS 4.01 and SPSS 10.0 programs.

The results of the study supported the hypothesis that role conflict, locus of control dan organizational change had effect toward job insecurity, but role ambiguity filed to show its significant effect to job insecurity and the results of the study also show the direct effect of job insecurity toward turnover intentions. The study found that perception and personality of each individual can cause the existence of negative effect at job insecurity and turnover intentions all at once, and indicate the great alternative job chance for academic accountant who insecure of his profession.

Keywords: Turnover, Turnover Intentions, Job Insecurity, Antecedent Job Insecurity, Role

Conflict, Role Ambiguity, and Locus Of Control, Organizational Change.

1. PENDAHULUAN

Sumber daya manusia (SDM) merupakan aspek penting dalam sebuah organisasi.

Seiring dengan semakin meningkatnya perekonomian maka manusia dianggap sebagai modal

(human capital) atau human asset bagi perusahaan, berdasarkan pengetahuan, ketrampilan

dan pengalaman. Akibat mahalnya pengembangan human capital maka dibutuhkan nilai

investasi yang signifikan oleh organisasi yang mempekerjakannya (Gilbert 1970; Weiss.

1972).

Akibat nilai ekonomis yang tinggi pada manusia maka setiap organisasi akan berusaha

untuk mempertahankan sumber daya manusia (karyawan) miliknya yang potensial agar tidak

terjadi perpindahan (employee movement). Keluarnya karyawan (turnover) merupakan salah

satu bentuk dari perpindahan, perpindahan tersebut akibat reaksi yang terjadi karena

(3)

Menurut Lee dan Mowday. (1987) turnover dapat terjadi karena keinginan karyawan

itu sendiri atau akibat lain seperti pemutusan hubungan kerja. Keinginan berpindah (turnover

intentions) adalah salah satu bentuk reaksi penyebab timbulnya turnover dan dapat mengarah

langsung pada turnover nyata, orang akan keluar dari pekerjaannya, meskipun belum

mempunyai alternatif pekerjaan lain, dengan alasan reward, keadilan (equity) dan rasa aman

dari konflik-konflik yang terjadi di dalam organisasi.

Penelitian Arnold dan Fieldman (1982) menemukan bahwa masa kerja, kepuasan kerja,

persepsi keamanan kerja (job security), dan keinginan seseorang untuk mencari alternatif

pekerjaan baru, memiliki hubungan signifikan dengan turnover. Selanjutnya Carrel et. al.,

(1995) dalam Harif Amali (2001), menemukan persepsi keamanan kerja (job security) yang

rendah adalah salah satu penyebab turnover karyawan.

Beberapa penelitian terdahulu yang menguji faktor-faktor penyebab turnover telah

dilakukan di berbagai lingkungan, seperti akuntan pendidik (Ameen et al., 1995), akuntan

publik (Poznanski dan Bline 1997; Pasewark dan Strawser. 1996), internal auditor (Kalbers

dan Fogarty 1995; Wayan. 2000), karyawan industri kesehatan, perawat, dan staf keuangan

non akuntan (Ashford et. al., 1989; Rasch dan Harrell. 1989).

Judge.(1993) menyatakan bahwa salah satu penyebab timbulnya keinginan berpindah

(turnover intentions) pada karyawan adalah pengaruh buruk dari pemikiran dysfunctional.

Pengaruh tersebut timbul karena terjadi konflik, perasaan tidak senang dan tidak puas

terhadap lingkungan kerja yang dapat memicu rasa tidak aman pada pekerjaan (job

insecurity). Teori hirarki kebutuhan yang dicetuskan oleh Abraham Maslow (1943b) dalam

Miner (1979), menyatakan kebutuhan akan rasa aman (safety and security) merupakan

kebutuhan dasar bagi setiap individu. Setiap individu akan berusaha memenuhi kebutuhan

itu sesuai menurut persepsinya. Penelitian Greenhalgh dan Rosenblatt. (1984) berhasil

merumuskan secara teoritis variabel job insecurity sebagai variabel yang menggambarkan

kebutuhan akan rasa aman pada lingkungan kerja.

Hasil penelitian Ashford et al. (1989) menunjukkan bahwa job insecurity berpengaruh

(4)

oleh temuan penelitian Ameen et al., (1995) di lingkungan akuntan pendidik Penelitian

Pasewark dan Strawser.(1996) mencoba mengembangkan penelitian Ashford et al., (1989) di

lingkungan akuntan publik. Penelitian itu menemukan pengaruh tidak langsung job

insecurity terhadap turnover intentions melalui variabel outcomesnya. Di Indonesia hasil

penelitian yang dilakukan Suwandi dan Indriantoro (1999); Wayan. (2000) pada lingkungan

staf akuntan publik dan internal auditor, mendukung hasil temuan penelitian Ashford. et al.,

(1989).

Ashford et. al., (1989), mengidentifikasi bahwa terbentuknya job insecurity disebabkan

antara lain karena perbedaan persepsi dan kepribadian masing- masing individu, persepsi dan

kepribadian merupakan teori dasar konstruk bagi variabel pemicu (antecedent) job

insecurity, variabel tersebut adalah role conflict, role ambiquity, locus of control dan

organizational changes.

Penelitian Ameen et al., (1995) dengan memodifikasi model Ashford menunjukkan

variabel antecedent job insecurity yaitu role conflict dan role ambiquity mempunyai

pengaruh tidak langsung terhadap turnover intentions. Hasil penelitian tersebut menunjukkan

implikasi, bahwa job insecurity dapat dieliminir dengan mengurangi pengaruh negatif

antecedent job insecurity.

Salah satu keterbatasan penelitian terdahulu adalah masih inkonsistennya hasil-hasil

penelitian mengenai pengaruh antecedent job insecurity terhadap job insecurity. Penelitian

Ameen et al (1995), Pasewark dan Strawser (1996), menunjukkan pengaruh positif role

conflict terhadap job insecurity. Penelitian Ashford et. al., (1989) dan Ameen et al., (1995)

menunjukkan bahwa role ambiquity berpengaruh positif terhadap job insecurity, sedangkan

penelitian Pasewark dan Strawser. (1996), menolak hasil kedua penelitian tersebut. Hasil

penelitian Ashford et al.,(1989) menunjukan bahwa locus of control berpengaruh negatif

terhadap job insecurity.. Selanjutnya penelitian Ashford et al.,(1989) organizational changes

berengaruh positif terhadap job insecurity.

Penelitian ini bermaksud menguji ulang pengaruh variabel antecedent job insecurity

(5)

pendekatan model Ashford et al.,(1989), dengan instrumen job insecurity hasil modifikasi

Ameen et al., (1996) untuk lingkungan akuntan pendidik. Alasan pemilihan model tersebut

antara lain karena (1) penelitian tersebut merupakan suatu riset monumental bagi penelitian

yang menggunakan variabel job insecurity (2) ada pengaruh langsung yang kuat job

insecurity terhadap turnover itentions berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu. Rumusan

masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :apakah variabel antecedent job insecurity (role

conflict, role ambiguity, locus of control, organizational change), memiliki pengaruh

terhadap job insecurity, dan apakah job insecurity memiliki pengaruh terhadap turnover

intentions

2. TELAAH TEORITIS DAN HIPOTESIS

2.1. Persepsi

Gibson et al.,(1995) mendefinisikan persepsi adalah proses dari seseorang dalam

memahami lingkungannya yang melibatkan pengorganisasian dan penafsiran dalam suatu

pengalaman psikologis. Teori ini termasuk dalam teori psikologi individu, perbedaan

persepsi masing-masing individu mengenai situasi kerja akan berpengaruh pada

produktivitas. Keberhasilan manajemen dalam mengelola, merencanakan dan

mengorganisasi kerja karyawan agar lebih efektif dan efisien, menjadi tidak berarti ketika

terjadi perbedaan persepsi para karyawan terhadap reward yang adil atas pekerjaan mereka.

Penilaian kinerja dan kondisi kerja yang memadai tidak menjamin kesamaan persepsi

cara pandang dan tidak dapat menjamin penafsiran yang menguntungkan dari para karyawan

atas kondisi kerja mereka. Oleh karena itu pihak manajemen perlu menilai cara karyawan

tersebut mempersepsikan pekerjaan. Persepsi atas baik atau buruknya suatu pekerjaan

merupakan penafsiran subyektif dari individu tersebut (Jewell dan Siegall 1990).

2.2. Sikap (Attitude)

. Perubahan sikap individu sangat mungkin terjadi agar konsisten dan selaras dengan

prilaku. Menurut Siegel dan Marconi.(1989) perubahan sikap stimulus-response,

(6)

terbentuk dari kesadaran adanya inkonsistensi antara sikap dengan prilaku. Sehingga

memotivasi individu untuk memperbaiki sikap dan prilakunya.

Sikap menurut Fishbein dan Ajzen.(1975), adalah sebagai berikut, (1) sikap dapat

dipelajari (2) sikap mendefinisikan predisposisi kita terhadap aspek-aspek yang terjadi di

dunia. (3) sikap memberikan dasar perasaan bagi hubungan antar pribadi kita dan

identifikasi dengan orang lain. (4) sikap diatur dan dekat dengan inti kepribadian. Beberapa

sikap selalu berulang dan bertahan seperti variabel psikologi, sikap adalah subyek perubahan.

Seringkali perubahan sikap memang diinginkan oleh pihak manajemen guna

mendukung tujuan organisasi yaitu tersedianya informasi dengan mudah, rasa takut

digunakan sebagai peringatan dan tekanan, menyelaraskan ketidakharmonisan antara sikap

dan perilaku, menggunakan pengaruh dari rekan sekerja, dan pendekatan

kerjasama.(Luthans, 1998). Pemahaman terhadap perubahan sikap karyawan akan membantu

pihak manajemen dalam memprediksi perilaku kerja dan mengantisipasi sikap negatif yang

dapat menghambat kinerja. Bagi karyawan pemahaman terhadap sikap dapat menolong

mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja yang dinamis.

2.3. Antecedents Job Insecurity.

Temuan Ashford et al.,(1989) mengidentifikasi empat variabel antecedent penyebab

timbulnya job insecurity. Variabel tersebut adalah role conflict, role ambiquity, locus of

control, organizational change. Penyimpangan yang terjadi pada empat variabel tersebut

dapat menghambat efisiensi dan efektifitas pengelolaan organisasi.

2.3.1 Role Conflict (Konflik Peran)

Konflik peran terjadi jika seseorang memiliki beberapa peran yang saling bertentangan

atau ketika sebuah posisi tunggal memiliki harapan potensial yang saling bertentangan.

Setiap peran mengacu pada sebuah identitas yang mendefinisikan siapa mereka dan

bagaimana mereka harus bertindak dalam situasi tertentu (Siegel dan Marconi 1989).

Mekanisme pengendalian tugas berdasarkan pada diri sendiri (self-control)

(7)

dikembangkan oleh manjemen. Konflik peran berhubungan dengan adanya dua tuntutan yang

saling bertentangan. Rizzo et al., (1970).

Akuntan pendidik sebagai profesional mempunyai struktur kerja yang baku, jika

terjadi gangguan terhadap koordinasi arus kerja dan informasi tentang kemajuan tugas,

kurang kewenangan dalam mengambil keputusan, akan menyebabkan timbulnya role conflict

Gibson et al.,(1995); Robbins. (1996), dan Luthans. (1998).. Bamber et al., (1989)

menemukan bahwa konflik peran yang timbul akan meningkatkan kecemasan dalam

menjalankan tugas dan memenuhi kewajiban dengan baik. Kelalaian organisasi dalam

memenuhi kewajiban dapat meningkatkan rasa job insecurity. maka hipotesis yang akan

diturunkan adalah sebagai berikut

H1 : Role conflict memiliki pengaruh positif terhadap job insecurity.

2.3.2. Role Ambiquity (Ketidak jelasan Peran)

Bamber et al., (1989) menyatakan bahwa faktor yang berhubungan dengan role

ambiquity meliputi koordinasi arus kerja, pelanggaran dalam rantai komando, deskripsi

jabatan, dan kecukupan arus komunikasi. Role ambiquity disebabkan karena banyaknya

tuntutan pekerjaan, tekanan waktu dalam tugas, dan ketidakpastian pengawasan oleh atasan

yang mengakibatkan karyawan harus menebak dan memprediksikan sendiri setiap

tindakannya. Role ambiquity tersebut dapat dieliminir antara lain dengan (1) memperkirakan

hasil (outcomes) atau tanggapan yang timbul dari suatu tindakan perilaku. (2) adanya

kejelasan terhadap syarat-syarat perilaku dapat membantu menjadi pedoman perilaku (Rizzo,

et al., 1970; dalam Sawyer. 1992).

Role ambiquity dapat terjadi di perguruan tinggi jika organisasi tersebut mengalami

perubahan struktur dan perubahan peraturan kepegawaian, yang menyebabkan timbulnya

masalah-masalah seperti tuntutan dan tekanan atas pekerjaan yang lebih baik (Ameen et al.,

1995). Hal ini dapat menyebabkan timbulnya role ambiquity dan akhirnya akan

menimbulkan job insecurity. hipotesis dinyatakan.

H2 : Role ambiquity memiliki pengaruh positif terhadap job insecurity

(8)

Locus of control mencerminkan tingkat dimana individu tersebut percaya bahwa

perilaku mempengaruhi apa yang terjadi pada dirinya. Beberapa orang yakin atas

kepercayaan dirinya, dan keyakinan itu dapat mengendalikan apa yang terjadi atas diri

mereka sendiri tipe kepribadian ini disebut dengan tipe internal, sedangkan yang lain

meyakini bahwa apa yang terjadi pada dirinya dikendalikan oleh kekuatan luar seperti

kemujuran, tipe kepribadian ini disebut dengan tipe eksternal (Rotter. 1960,1966; dalam

Brownell, 1978; Gibson et al 1995; Roberts et.al. 1997).

Individu dengan locus of control internal mempunyai kemampuan menghadapi

ancaman-ancaman yang timbul dari lingkungannya (Brownell.1978; Roberts et al. 1997;

Pasewark dan Strawser.1996), dan berusaha memecahkan masalah dengan keyakinan mereka

yang tinggi. Maka ancaman job insecurity yang dirasakan dirinya lebih rendah. Sebaliknya

individu dengan locus of control eksternal lebih mudah merasa terancam dan tidak berdaya.

Seseorang mempunyai locus of control eksternal sering menganggap kegagalan

merupakan suatu yang berada di luar batas kemampuan dirinya. Hal tersebut akan

menimbulkan suatu perasaan cemas, khawatir dan gelisah akan menyebabkan timbulnya rasa

tidak aman dan tidak nyaman merupakan penyebab timbulnya job insecurity. Individu

tersebut akan menghadapi perubahan negatif dalam pekerjaannya dan job insecurity yang

dirasakan akan lebih tinggi. Sehingga hipotesis yang diturunkan adalah :

H3 : Derajat internal locus of control memiliki pengaruh negatif terhadap job

insecurity

2.3.4. Organizational Changes (Perubahan Organisasi)

Pengelolaan organisasi selalu dihadapkan pada berbagai realitas tantangan yang

disebabkan isu-isu yang berkenaan dengan perubahan organisasi, peraturan, kompetisi

global, pengetahuan, ledakan informasi, diversitas tenaga kerja, total quality, dan perubahan

teknologi.(Gibson. 1995; Luthans. 1998; Gugup. 1999).

Perubahan yang terencana (planned changes) dapat membawa dampak yang baik bagi

organisasi bila perubahan tersebut terjadi sebagai berikut (1) perubahan itu mengupayakan

(9)

lingkungan, (2) perubahan tersebut berupaya mengubah perilaku karyawan. (De Ven dan

Poole. 1995; Robbins. 1996). Sebaliknya perubahan tersebut dapat berdampak buruk jika

menimbulkan persepsi rasa tidak aman pada individu dari uraian tersebut menegaskan bahwa

pengembangan organisasi harus didasarkan perasaan (feelings), emosi (emotions), dan

pentingnya menempatkan keterlibatan (partisipasi) individu (Yousef. 2000).

Hall, R.H., (1987) mengemukakan bahwa keengganan berubah pada organisasi

didasarkan pada sifatnya yang konservatif. Sedangkan pada karyawan, keengganan untuk

berubah dipicu oleh timbulnya perasaan cemas, stres, dan tidak aman pada pekerjaan (job

insecurity) yang menyangkut kelangsungan kerja dirinya (Romzek, 1985; Jick, 1985). Hasil

penelitian lain memperkuat alasan penyebab rasa tidak aman dalam bekerja pada karyawan

di akibatkan antara lain karena : kehilangan posisi pekerjaan, status, keuntungan, dan

kesempatan (Walsh. 1985; Ashford et. al., 1989). Menurut Jacobsen. (1988) job insecurity

timbul karena rasa curiga, tidak berdaya, dan stres sebagai reaksi potensial akibat

pemberhentian kerja. Maka hipotesis yang akan dirumuskan adalah :

H4 : Organizational changes memiliki pengaruh positif terhadap job insecurity

2.4. Job Insecurity (Rasa Tidak Aman Pada Pekerjaan)

Job insecurity didefinisikan oleh Greenhalgh dan Rosenblatt (1984), sebagai rasa tidak

berdaya untuk mempertahankan kelangsungan (kerja) dalam kondisi kerja yang terancam.

Model Konstruk Greenhalgh dan Rosenblatt terdiri dari lima komponen dengan, empat

komponen pertama berfungsi mengukur tingkat ancaman yang dirasakan (saverity of threat)

untuk kelangsungan situasi kerja tertentu. Ancaman ini dapat terjadi pada aspek pekerjaan

atau pada keseluruhan pekerjaan (Ameen et al. 1995). Lima komponen tersebut adalah

sebagai berikut :

(1) Tingkat ancaman yang dirasakan pada berbagai aspek kerja. (2) Ancaman atas

kejadian seperti pemindahan kepekerjaan, atau dipecat. (3) Mengukur tingkat kemungkinan

terjadinya ancaman pada peristiwa-peristiwa negatif pada seluruh aspek kerja (4) Mengukur

(10)

meningkatkan job insecurity karyawan.(5) Ketidakberdayaan (powerlesness) yang dirasakan

individu, membawa konsekuensi pada cara mengatasi keempat komponen di atas. Artinya,

jika terjadi ancaman pada aspek kerja atau kejadian kerja, maka mereka akan menghadapinya

sesuai kemampuan yang dimiliki.

2.5. Turnover Intentions (Keinginan Pindah)

Turnover intentions diindikasikan sebagai sikap individu yang mengacu pada hasil

evaluasi mengenai kelangsungan hubungannya dengan organisasi dimana dirinya bekerja dan

belum terwujud dalam bentuk tindakan pasti (Suwandi dan Indrantoro.1999). Tinggi

rendahnya turnover karyawan pada suatu organisasi mengakibatkan tinggi rendahnya biaya

perekrutan, seleksi, dan pelatihan yang harus ditanggung organisasi (Mercer.1988). Hal ini

dapat mengganggu efisiensi operasional organisasi, apalagi karyawan yang pindah tersebut

memiliki pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang baik. Turnover dapat membawa

dampak positif apabila timbul kesempatan untuk menggantikan individu yang berkinerja

tidak optimal dengan individu yang memiliki ketrampilan, motivasi dan loyalitas yang tinggi

(Dalton dan Todor. 1981).

Turnover didefinisikan sebagai penarikan diri secara sukarela (voluntary) atau tidak

sukarela (involuntary) dari suatu organisasi (Robbins.1996). Voluntary turnover atau quit,

merupakan keputusan untuk meninggalkan organisasi, disebabkan oleh dua faktor yaitu

seberapa menarik pekerjaan yang ada saat ini serta tersedianya alternatif pekerjaan lain

(Shaw et.al.1998). Sebaliknya, involuntary turnover atau pemecatan menggambarkan

keputusan pemberi kerja (employer) untuk menghentikan hubungan kerja dan bersifat

uncontrollable bagi karyawan yang mengalaminya. Hasil beberapa penelitian terdahulu

mengemukakan bahwa intentions to leave adalah penyebab langsung turnover karyawan (Lee

dan Mowday. 1987; Michaels dan Spector. 1982).

2.6. Hubungan Job Insecurity dengan Turnover Intentions

Individu yang mengalami tekanan job insecurity memiliki alasan rasional untuk

(11)

aman bagi kariernya (Greenhalgh dan Rosenblatt, 1984 dalam Ashford, 1989). Karyawan

yang mengalami tekanan ataupun tidak mendapat tekanan, diduga bereaksi terhadap

pengaruh insecurity dengan mencari alternatif pekerjaan di tempat lain. Masalah serius yang

dihadapi organisasi jika jumlah individu yang meninggalkan organisasi tersebut tinggi

disebabkan oleh variabel kepribadian. Karakteristik individual yang mungkin relevan

berpengaruh adalah usia, jenis kelamin, pendidikan, lamanya kerja, profesionalisme, jarak

geografis dari tempat kerja dan keinginan untuk tetap tinggal dalam organisasi itu (Jewell

dan Siegall, 1990).

Hasil empiris menyatakan adanya pengaruh positif job insecurity terhadap turnover

intentions sebagaimana yang ditunjukkan oleh Ashford et al.,(1989), Ameen et al.,(1995)

Suwandi dan indriantoro,(1999) dan Wayan,(2000). maka hipotesis dirumuskan sebagai

berikut:

H5 : Job insecurity memiliki pengaruh positif terhadap turnover intention.

3. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data.

Sumber data penelitian diperoleh dari jawaban akuntan pendidik yang mengembalikan

kuisioner penelitian. Kerangka (framework) sampel menggunakan buku directory perguruan

tinggi swasta dan pedoman UMPTN 2001 terbitan Dikti Depdiknas memuat data perguruan

tinggi yang memiliki jurusan akuntansi.

3.2. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel.

Populasi penelitian adalah akuntan pendidik (dosen) yang mengajar di jurusan

akuntansi pada perguruan tinggi di Indonesia Alasan-alasan. Penggunaan Akuntan pendidik

sebagai unit analisis data antara lain (1) Keleluasaan profesi akuntan seperti public

accounting, private accounting, dan academic accounting (Weygandt et al.,1996). (2)

Penelitian Greenwalt dan Saftner.(1991) dalam Ameen et al.,(1995) yang menyatakan

bahwa: a) tantangan bagi kelangsungan jurusan akuntansi dipengaruhi oleh kuantitas,

(12)

berperan membentuk profesional di bidang akuntansi. (3) Ashford et al., (1989) dan

Vince.(2000) menyarankan untuk menggunakan populasi sampel yang berbeda dan akuntan

pendidik. (4) Penelitian turnover di lingkungan akuntan pendidik masih relatif sedikit dan

akuntan pendidik menghasilkan sumber daya manusia bagi ketiga profesi akuntansi.

Metode pemilihan data non-randomly dan menggunakan teknik pengambilan sampel

purposive Judgement sampling (Cooper dan Emory. 1999). Berdasarkan pertimbangan

responden adalah seorang akuntan pendidik berijazah sarjana S-1 jurusan akuntansi,

mempunyai nomor register akuntan (jika ada) dan merupakan dosen tetap jurusan akuntansi

di perguruan tinggi tersebut.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data (penyebaran) kuisioner melalui Snow Bolling dengan menempatkan

individu (pearson) sebagai jaringan untuk menyebar kan kuisioner pada responden yang lain.

Mail survey digunakan jika di perguruan tinggi tersebut tidak terdapat contact pearson yang

dapat dihubungi.

Data penelitian ini merupakan data homogen (hanya akuntan pendidik), sehingga tidak

semua perguruan tinggi yang memiliki jurusan akuntansi ( 240 jurusan akuntansi) di ikut

sertakan pada penelitian ini (Sekaran.1992; Cooper dan Emory. 1999), dengan pertimbangan

sebagai berikut : memperhitungkan aspek ekonomis dan aspek pemerataan, jumlah data

penelitian terdahulu sebanyak 64 (Ashford et al.,1989) sampai 174 sampel (Suwandi.dan

Indriantoro.1999). Jumlah data yang diperlukan sesuai syarat SEM (Structural Equation

Modelling) data tersedia minimum 100 data (Hair et al., 1998). Menurut Comrey dan

Lee.(1992) dan Boomsma.(1983) dalam Tabachnick dan Fidell.(1996) jumlah data ( 50)

dikategorikan very poor, 100 poor, 200 fair, 500 very good dan 200 data pada model SEM

adalah mencukupi. Kuisioner dikirimkan ke 80 perguruan tinggi di Indonesia. Setiap

perguruan tinggi menerima secara proporsional sebanyak 7 sampai dengan 20 kuisioner

dengan asumsi setiap 2-3 perguruan tinggi di daerah mendapat kiriman sebanyak satu

(13)

3.4. Pengujian Non-response Bias.

Uji nonresponse bias dilakukan dengan cara membandingkan karakteristik responden

yang berpartisipasi dengan responden yang tidak berpartisipasi, karena data yang tidak

mengembalikan atau nonresponse subyek tidak tersedia (data sekunder) maka respoden yang

mengembalikan setelah tanggal yang ditentukan dalam surat pengantar (late response),

dianggap sebagai responden yang tidak menjawab menggunakan alat analisis uji beda atau

t-test.

3.5. Definisi Operasional Variabel

Role conflict (konflik peran), variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen

yang dikembangkan oleh Rizzo et al., (1970), terdiri dari delapan item pertanyaan dengan

skala likert lima poin.

Role ambiquity (ketidakjelasan peran), pengukuran variabel ini menggunakan

instrumen yang dikembangkan oleh Rizzo et al., (1970) instrumen ini terdiri dari enam item

pertanyaan dengan skala lima likert poin.

Locus of Control (letak kendali), diiukur dengan menggunakan instrumen Rotter.

(1971) mempunyai sepuluh item pertanyaan yang masing-masing terdiri dari dua pertanyaan

tentang seseorang bertipe A (internal) atau bertipe B (eksternal). Dengan memberikan skor 1

diantara pertanyaan yang telah ditentukan yaitu (1B, 2A, 3A, 4B, 5B, 6A, 7A, 8A, 9B, dan

10A), skor terendah antara (1-4) menunjukkan individu dengan locus of control eksternal

tinggi, (5-6) menunjukkan nilai sedang, sebaliknya skor tertinggi antara (7-10) menunjukkan

individu dengan locus of control internal yang tinggi.

Organizational change (perubahan organisasi), menggunakan instrumen Pasewark

dan Strawser.(1996), yang terdiri dari 3 item pertanyaan dengan skala interval lima poin.

Job insecurity (rasa tidak aman pada pekerjaan), diukur dengan menggunakan

instrumen job insecurity untuk akuntan pendidik Ameen et al., (1995) merupakan modifikasi

instrumen Ashford et al.,(1989). Instrumen ini mempunyai 43 item pertanyaan dengan skala

(14)

Turnover intentions (keinginan berpindah kerja), Konstruk ini diukur dengan

menggunakan instrumen Lee dan Mowday.(1987) yang terdiri dari 5 item pernyataan dengan

skala interval lima poin.

3.6. Teknik Analisis

3.6.1. Statistik Diskriptif :

Tujuannya untuk memberikan gambaran demografi responden penelitian yang

meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, jabatan fungsional akademik,

golongan/kepangkatan, masa kerja sebagai dosen, pekerjaan lain disamping dosen dan

karakteristik mengenai variabel penelitian.

3.6.2. Teknik Pengujian Hipotesis :

Teknik analisis yang digunakan penelitian terdahulu yaitu analisis pearson

corelations Ashford et al.,(1989); path analisis (analisis jalur) Ameen et al., (1995) .

Penelitian ini menggunakan teknik multivariat Structural Equation Model (SEM),

didasarkan pertimbangan bahwa SEM memiliki kemampuan untuk menggabungkan

measurement model dan structural model secara simultan dan efisien bila dibandingkan

dengan teknik multivariat lainnya (Hair et al. 1998) dan mampu menguji pengaruh langsung

(direct) dan tidak langsung (indirect) secara bersamaan. Software yang digunakan untuk

mengolah data penelitian adalah AMOS 4.01 dan program SPSS 10.0 sebagai alat ukur

statistik deskriptif.

4. HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Responden

Data penelitian dikumpulkan dengan mengirimkan kuisioner sebanyak 1000 eksemplar

pada sejumlah akuntan pendidik (dosen akuntansi) perguruan tinggi di Indonesia. Pengiriman

pertama dilakukan pada tanggal 22 Oktober 2001 dan diharapkan kembali pada tanggal 22

Januari 2002. Jumlah Kuisioner yang kembali sebanyak 249 buah, dengan rincian yang

(15)

responden mengirimkan jawaban melewati batas waktu tersebut. Sebanyak 247 kuisioner

yang dapat diolah dan dianalisis lebih lanjut, sedangkan 2 buah Kuisioner tidak dapat di ikut

sertakan antara lain karena tidak di isi secara lengkap atau tidak di isi. Sedangkan ringkasan

pengiriman dan pengembalian kuisioner ditunjukkan pada tabel 3 :

4.2. Uji Non Response Bias (T-Test)

Akibat terbatasnya informasi mengenai identitas responden yang tidak menjawab

kuisioner (non-response subyek), maka responden yang mengembalikan kuisioner setelah

tanggal 22 Januari 2002 dianggap mewakili jawaban non respon (late response).

Berdasarkan data pada tabel 5 tampak bahwa kelompok yang mengembalikan sebelum batas

waktu (early response) sebanyak 171 dan kelompok yang mengembalikan setelah batas

waktu sebanyak 76 responden.

4.3. Deskripsi Variabel Penelitian

Uji statistik deskriptif variabel ialah untuk memberikan gambaran mengenai

informasi karakteristik variabel penelitian (role conflict, role ambiquity, locus of control,

organizational change, job insecurity dan turnover intentions), antara lain meliputi kisaran

teoritis, kisaran sesungguhnya, rata-rata atau mean dan standar deviasi ditunjukkan oleh tabel

6.

4.4. Evaluasi Kriteria Goodnes-of-fit.

Asumsi Normalitas. Salah satu syarat menggunakan model SEM adalah mengevaluasi

normalitas data univariat dan multivariat. Dari hasil perhitungan normalitas univariat

variabel dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan normal hasil uji normalitas data

tampak pada tabel 7 .

Asumsi outlier. Berdasarkan hasil pengujian variabel penelitian tidak menunjukkan nilai z

score yang lebih besar atau sama dengan  3, kecuali variabel turnover intentions yang

menunjukkan nilai -3,05706 masih dalam rentang toleransi (marjinal) sehingga asumsi bebas

(16)

Berdasarkan hasil uji multivariate outlier terhadap 6 variabel yang menunjukkan

tidak ada nilai mahalanobis d squared yang lebih besar dari 2, sehingga disimpulkan data

observasi ini tidak teridentifikasi adanya multivariate outliers. Ditunjukkan tabel 9.

Asumsi multicollinearity dan singularity. Penelitian ini mengindikasikan tidak terdapat

multicollinearity dan singularity. Hasil pengujian program AMOS menunjukkan nilai

sebesar 3,3728e + 006

Uji Keandalan konstruk. Pengujian construct reliability dilakukan dengan melihat nilai

kritis 0,70 (Hair et.al. 1998) nilai batasan tersebut bersifat fleksibel. Artinya bila variabel

yang digunakan bersifat eksploratory, maka nilai reliabilitas yang berada dibawah nilai kritis

masih dapat diterima diitampilkan dalam tabel 10 :

4.5. Analisis Atas Full Structural Equation Model

4.5.1. Uji Kesesuaian Model

Hasil pengujian terhadap full model SEM, setelah melalui revisi tahap ke 2 secara

keseluruhan ditunjukkan oleh gambar 3 :

Analisis terhadap hasil uji kesesuaian model, dilakukan dengan membandingkan

kriteria indeks kesesuaian (goodnes-of-fit index) terhadap hasil analisis statistik uji hipotesis

seperti yang ditunjukkan oleh tabel 12. Dapat dsimpulkan bahwa semua kriteria yang

digunakan memiliki kesesuaian yang memadai, sehingga model dapat digunakan untuk

mengkonfirmasi hasil antara kesesuaian teoritis dan pengujian secara empiris.

4.6. Uji Hipotesis

Hipotesis 1 menyatakan bahwa role conflict memiliki pengaruh positif terhadap job

insecurity. Pada tabel 13 menunjukkan nilai C.R sebesar 2,374 pada tingkat signifikansi

sebesar 0,018 (p0,05), jauh berada di atas nilai kritis  1,96 nilai tersebut signifikan, maka

hipotesis yang diajukan dapat diterima.

Hipotesis 2 yang menyatakan bahwa role ambiquity memiliki pengaruh positif

terhadap job insecurity. Menunjukkan nilai C.R sebesar 1,700 dengan tingkat signifikansi

(17)

0,05 (5%). Nilai tersebut tidak signifikan maka hipotesis yang diajukan ditolak ditunjukkan

oleh tabel 13.

Hipotesis 3 menyatakan bahwa derajat internal locus of control memiliki pengaruh

negatif terhadap job insecurity. Hasilnya menunjukkan nilai C.R sebesar -3,225 pada tingkat

signifikansi sebesar 0,001. Nilai tersebut jauh melampaui nilai kritis  1,96 dan berada di

bawah nilai signifikansi 0,05. Nilai tersebut signifikan, sehingga hipotesis yang diajukan

dapat diterima.

Hipotesis 4 menyatakan bahwa organizational changes memiliki pengaruh positifif

terhadap job insecurity. Menunjukkan nilai C.R sebesar 2,827 pada tingkat signifikansi

0,005. Nilai tersebut melampaui nilai kritisnya  1,96 dan berada di bawah nilai signifikansi

0,05. Nilai tersebut signifikan, maka hipotesis alternatif yang diajukan dapat diterima.

Hipotesis 5 menyatakan bahwa job insecurity memiliki pengaruh positif terhadap

turnover intentions. Hasilnya menunjukkan nilai C.R sebesar 2,261 dengan tingkat

signifikansi sebesar 0,024. Nilai tersebut berada di atas nilai kritisnya  1,96 dengan nilai di

bawah signifikansi 0,05. Nilai tersebut signifikan sehingga hipotesis alternatif yang

menyatakan bahwa job insecurity memiliki pengaruh positif terhadap turnover intentions

dapat diterima.

5. KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini mempunyai latar belakang sebagai berikut: (1) aspek penting manusia

adalah memberi nilai ekonomis yang tinggi bagi organisasi (2) terjadi gap cukup lebar pada

akuntan pendidik, antara lain karena perbedaan cara pandang mengenai persepsi, tujuan,

status dan loyalitas (3) ketidak konsistenan hasil penelitian terdahulu antara pengaruh

antecedent job insecurity dan job insecurity terhadap turnover intentions. Pengujian hipotesis

berhasil menerima 4 hipotesis (H1, H3, H4, H5) dan menolak 1 hipotesis (H2) alasan alasan

(18)

Penelitian ini mengindikasikan role conflict yang terjadi dalam lingkungan

profesional disebabkan seorang akuntan pendidik lebih mengedepankan norma-norma,

aturan dan kode etik profesi dalam menangani persoalan ditemui dalam tugas, jika dalam

tugas dipengaruhi proses sosialisasi manajemen, seperti penerapan aturan kepegawaian maka

dapat memicu timbulnya role conflict. (Hall.1987). Mengelola role conflict secara benar

dalam pengendalian organisasi, dapat menghambat atau mengurangi terjadinya

penyimpangan role conflict yang dapat memicu timbulnya job insecurity, dan mempengaruhi

keinginan seseorang untuk pindah. Penerimaan hipotesis 1 secara konsisten mendukung hasil

penelitian Ameen et al., (1995), Pasewark & Strawser. (1996), Suwandi & Indriantoro.

(1999), dan Wayan. (2000).

Penolakan hipotesis 2 menunjukkan ketidak jelasan peran yang menyangkut job

description tugas fungsional bukan merupakan suatu ancaman bagi seorang akuntan

pendidik. Di dukung struktur kerja yang jelas, seperti beban wajib mengajar 12 sks/semester

yang dipandu oleh silabus pokok pengajaran dan satuan acara perkuliahan (SAP) sebagai alat

bantu untuk mengajar. Temuan Pasewark & Strawser. (1996) menyatakan bahwa auditor

yang dipandu oleh program audit secara tertulis, kertas kerja tahun sebelumnya, dan

supervisi meminimalkan atau mengeliminasi pengaruh negatif ketidak jelasan peran (role

ambiquity) pada staf akuntan. Penelitian ini gagal mengkonfirmasi hasil penelitian Ashford

et al., (1989), Ameen et al.,(1995), Suwandi & Indriantoro.(1999).

Temuan penelitian ini mengindikasikan locus of control timbul karena faktor-faktor

(1) keberhasilan diri dilingkungan akademik. (2) Kreativitas sebagai pendorong keberhasilan

diri. Kepribadian internal tidak memicu terjadinya job insecurity, melainkan menghambat

proses terjadinya job insecurity. Hasil demografi menunjukkan sebagian responden mampu

mengendalikan apa yang terjadi atas mereka dan menerimanya sebagai tanggung jawab

pribadi yang disebut dengan pribadi internal atau internalis (Robbins. 1996; Gibson et

al.,1995). Temuan penelitian ini secara konsisten mendukung penelitian Suwandi dan

(19)

Penerimaan hipotesis 4 penelitian ini mengindikasikan perubahan organisasi

(pengembangan organisasi), di persepsikan secara bervariasi oleh akuntan pendidik, sebagian

menganggap perubahan organisasi ditempatnya bekerja masih seperti pengembangan

teknologi administrasi dan perubahan struktur organisasi adalah penting, sebagai wacana

demi kemajuan organisasi itu sendiri. Sedangkan yang lain menganggap perubahan

organisasi cenderung negatif atau merugikan. (Jewell & Siegall.1998). temuan penelitian ini

mendukung penelitian Ashford et al.,(1989), Suwandi dan Indriantoro. (1999).

Penerimaan hipotesis 5 menunjukkan bahwa meningkatnya perputaran kerja di suatu

organisasi akan menimbulkan ketegangan, rasa tidak aman dan tidak nyaman dalam bekerja.

Bagi karyawan ancaman tersebut merupakan alasan rasional untuk mencari alternatif

pekerjaan lain yang dirasakan lebih aman, hal tersebut sekaligus berpeluang menimbulkan

biaya potensial yang tidak ekonomis bagi organisasi (Greenhalgh dan Rosenblatt.1984;

dalam Ashford.1989) terutama jika turnover tersebut menimpa karyawan yang memiliki

performance bagus (disfungsional turnover). Demografi menunjukkan rata-rata responden

memiliki pekerjaan sampingan selain dosen, mengingat begitu fleksibelnya profesi seorang

akuntan. Sehingga ancaman yang berasal dari lingkungan kerja tidak lagi dapat diterima,

maka meninggalkan profesi sebagai dosen dapat menjadi kenyataan. Penelitian ini berhasil

mendukung temuan penelitian Ashford et al., (1989), Ameen et al.,(1995), Pasewark dan

Strawser.(1996), Suwandi dan Indriantoro.(1999) dan Wayan. (2000).

5.2. Keterbatasan.

Penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang terjadi selama penelitian dan dapat

menyebabkan gangguan pada hasil penelitian oleh karena (1) Penelitian ini tidak

mengelompokan jawaban responden yang berasal dari perguruan tinggi swasta dan perguruan

tinggi negeri sehingga sukar untuk digeneralisasi apakah jawaban antara dosen PTS dan PTN

adalah sama. (2) Kehandalan validitas dan reliabilitas instrumen job insecurity dilingkungan

akuntan pendidik hasil modifikasi Ameen et al.(1995) belum teruji dengan baik (pertama kali

(20)

telah dilakukan pilot study dan uji validitas preventif (pendapat ahli), sedangkan sebab lain

kemungkinan karena faktor penerjemahan yang kurang baik. (3) Kendala dalam pemakaian

instrumen locus of control dari rotter (1960), (1966), (1970) dan (1971) yang menggunakan

skala ordinal, saat dilakukan estimasi measurement confimatory factor analysis (CFA),

instrumen tersebut tidak dapat diukur secara tepat per-indikator variabel laten.

5.3. Implikasi teoritis.

Isu-isu dalam globalisasi menyebutkan perlunya memperhatikan faktor-faktor lain

diluar perubahan struktur dan perubahan bentuk organisasi, seperti perubahan teknologi,

perubahan perubahan peraturan, keanekaragaman karyawan, dan peran kapital intelektual

(Gugup Kismono, 1999). Untuk melihat dampaknya terhadap job insecurity.

Variabel antecedent job insecurity hanya berhasil menerangkan 12% varians job

insecurity sehingga memungkinkan penelitian berikutnya untuk menemukan varians lain

yang lebih mampu menjelaskan job insecurity dari variabel-variabel yang tidak

teridentifikasi pada penelitian ini, yang dapat menerangkan varian job insecurity lebih baik

Penelitian selanjutnya dapat mencoba memasukkan norma-norma dan etika profesional

kedalam instrumen job insecurity, antara lain dengan menambahkan konstruk etika profesi

guna lebih memperjelas terjadinya job insecurity pada lingkungan profesional.

Penelitian selanjutnya perlu mempertimbangkan kembali penggunaan instrumen

penelitian yang memiliki jumlah pertanyaan yang banyak, sehingga dapat menyebabkan

rendah tingkat respon rate dan dapat mengurangi internal validity.

Analisis SEM dengan menggunakan program AMOS mempunyai sensitivitas yang

tinggi terhadap normalitas data. Sehingga penelitian berikutnya dapat membandingkan

dengan program analisis SEM lain seperti Lisrel yang tidak terlalu sensitif terhadap asumsi

normalitas dan program PLS yang tidak mensyaratkan jumlah sampel minimal 100 (Hair et

al.,1998). Akhirnya penelitian ini membutuhkan telaah teoritis yang mendalam dan

penerjemahan instrumen yang tepat dan handal untuk meningkatkan validitas konten dari

(21)

5.4. Implikasi Praktis.

Temuan penelitian ini menunjukkan perlu menghambat terjadinya role conflict, agar

dapat mengurangi turnover intentions. Manajemen dapat mengatasi masalah tersebut dengan

pengendalian dan penggunaan kekuasaan seperti mengadakan kompromi, bersikap netral

(adil). Sebagaiman role conflict, role ambiquity juga dapat diatasi dengan koordinasi arus

kerja, kecukupan wewenang dan job description yang jelas serta informasi yang akurat dan

tepat waktu sesuai kebutuhan. Mensosialisasikan alasan-alasan terjadinya perubahan kepada

karyawan, mempercepat adaptasi dengan mengadakan pelatihan karyawan,

mempertimbangkan faktor lingkungan, desain struktural, dan faktor budaya adalah sebagai

cara yang tepat untuk mengurangi persepsi negatif terhadap perubahan organisasi.

Job insecurity dan turnover intentions merupakan variabel psikologi yang

dipengaruhi oleh perubahan sikap, perubahan sikap tersebut dapat menjadi penghambat

dalam prestasi kerja, penting bagi manjemen untuk memahami perubahan sikap tiap individu

guna mengurangi terjadinya penyimpangan (dysfunction) sikap pada karyawan.

(22)

Ameen,E.C, Jackson.C, Pasewark.WR, Strawser J,. 1995, “An Empirical Investigation of

The Antecedents and Consequences of Job Insecurity on The Turnover Intentions of

Academic Accountans”, Issues in Accounting Education, Vol 10 Issue 1, pp 65-79

Arnold, H.J.,& Feldman, D.C. 1982. “A multivariate analysis of the determinants of job turnover”. Journal of Applied Psychology.Vol.67, No.3. pp.350-360

Arbuckle, James L., Wothke,Werner.1999, Amos 4.0 User’s Guide, SmallWaters Corporation.

Ashford, S.J., Lee, C. & Bobko, P. 1989. “Content, causes, and consequences of job

turnover: A Theory based measure and substantive test”. Academy of Management Journal. Vol. 32, No.4. pp. 803-829.

Augusty, Ferdinand. 2000. Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Bao, B., D. Bao, and M. Vasarhelyi. 1986. “A Stochastic Model of Professional Accounting

Turnover”. Accounting Organization and Society.

Bamber, E Michael., Snowball, Doug., Tubbs, Richard M. 1989. “Audit Structure and its Relation to Role Conflict and Role Ambiquity : An Empirical Investigation”. The Accounting Review. Vol. LXIV, No.2. pp. 285-299.

Bollen, Kenneth A, 1989, Structural Equations with Latent Variables, John Wiley & Sons.Inc.

Brownell, Peter. 1978. Participation in Budgeting, Locus of Control and Organizational Effetiveness. Dissertation Doctor of Philosophy University of California, Berkeley. (Not Publicated)

Cohen, A.. 1993., “Organizational Commitment and Turnover : A Meta Analysis”, Academy

of Management Journal. Vol.36. pp. 1140-1157.

Comerford, Sue E, Abernethy, Margaret A. 1999. “Budgeting and the Management of Role

Conflict in Hospitals”. Behavioral Research in Accounting, Vol 11. pp.93-110

Dalton, D.R., & W.D.Todor. 1981., dalam Robbins, Stephen P. 1996. Organizational behavior : Concepts, Controversies, Applications.A Simon & Schuster Company. Vol.19, No.2. pp.193-219.

De Ven, Van. A.H. Poole, S.M. 1995, “Explaining Development and Change in Organization”. Academy of Management Review. Vol. 20, No.3. pp.510-540.

Dwi Fitria Puspa., Bambang Riyanto LS. 1999. “Tipe lingkungan Pengendalian Organisasi, Orientasi Profesional, Konflik Peran, Kepuasan Kerja, dan Kinerja : Suatu Penelitian

(23)

Cooper, Donald R dan Emory, W.C. 1998, Metode Penelitian Bisnis Jilid 1 dan II, Penerbit Erlangga

Fishbein, Martin., Ajzen, Icek.,1975, Belief, Attitude, Intentions and Behaviour: An Introduction to Theory and Research, Addison-Wesley publishing Company.

Gibson.,Ivancevich., Donelly., 1995, Organizations, 8 Ed, Richard D. Irwin, Inc.

Gilbert, Michael H.,1970, “The Asset Value of the Human Organization, Journal management Accounting, July 1970, pp.25-28.

Greenhalgh, L., & Rosenblatt, Z. 1984, “Job Insecurity: Toward Conceptual Clarity.” dalam

Suwandi & Nur Indriantoro. 1999. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.

Gugup Kismono 1999, “Perubahan Lingkungan, Transformsi Organisasi dan Reposisi Peran Fungsi Sumber Daya Manusia”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.14 No.2

Hair,Jr., Joseph F., R.E.Anderson., R.L.Tatham & W.C. Black. 1998. Multivariate Data Analysis., Fifth Edition, Prentice Hall International Inc. pp. 577-644.

Hall, R.H.1987. Organization : Structure, Processes and Outcomes, Edition 4, Englewood Cliffs N.J. Prentice Hall.

Harif Amali, R. 2001. “ Pengaruh Kepuasan Gaji, Kepuasan Kerja, dan Komitmen Organisasional terhadap Intensi Keluar: Pengujian Empiris Model Turnover Lum et

al.” Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 3, No.1. pp. 335-352.

I Wayan Suartana. 2000, “Anteseden dan Konsekuensi Job insecurity dan Keinginan

Berpindah”, Tesis UGM Tidak dipublikasikan.

Jacobsen, D. 1988. “A Personological Study Of The Job Insecurity Experience”. Social Behavior

Jewell, L.N. and Siegall, Marc.,1990, Contemporary Industrial/Organizational Psychology, West Publishing Company.

Jick, T.D. 1985., dalam Susan J. Ashford, Lee, C. & Bobko, P. 1989. “Content, causes, and consequences of job turnover: A Theory based measure and substantive test”.

Academy of Management Journal. Vol. 3. No.1.

Judge, Timothy A. 1993. “Does Affective Disposition Moderate The Relationship Between

Job Satisfaction and Voluntary Turnover”. Journal of Applied Psychology. Vol. 78, No.3. pp. 395-401.

Kalbers, P Lawrence & Timothy J. Fogarty. 1995. “Professionalism and Its Consequences :

(24)

Lee, T.W., & Mowday, R.T. 1987. “Voluntary Leaving an Organization : An Empirical

Investigation of The Steers & Mowday 1981 Model of Turnover”. Academy of Management Journal. Vol. 30. pp. 721-743.

Luthans, Fred. 1998. Organizational Behavior : Personality and Attitudes, Eight Edition, Mc Graw Hill International Edition.

Mercer, M. 1988. “Turnover, Reducing The Cost, Journal of Applied Psychology Mathieu,

J.E., & Zajac, D.M., (1990), A Review and Meta Analysis of The Antecedents,

Correlates and Consequences of Organizational Commitment”. Psychological

Bulletin.

Michaels, C.E., & Spector, P.E. 1982. “A Multivariate Analysis of The Determinants of Job Turnover”. Journal of Applied Psychology. Vol. 67. pp. 53-59.

Miner, John B. 1979. Theories of Organizational Behavior, The Dryden Press, Hinsdale, Illinois.

Pasewark, W.R. & Strawser, J.R. 1996. “The Determinants and Outcomes Associated with

Job Insecurity in a Professional Accounting Environment”. Behavioral Research in Accounting. Vol.8.

Poznanski, J. Peter & Dennis M. Bline. 1997. “Using Structural Equation Modeling to

Investigate The Causal Ordering of Job Satisfaction and Organizational Commitment

Among Staff Accountants”. Behavioral Research ini Accounting, Vol. 9. pp. 154-171.

Rizzo, JR., House, & Lirtzman. 1970. “Role Conflict and Ambiquity in Complex Organizations.” dalam Comerford, Sue E, Abernethy, Margaret A. 1999. Behavioral Research in Accounting, Vol 11. pp.93-110

Rotter, B jullian.1971., dalam Robbins, Stephen P. 1996., Organizational behavior : concepts, Controversies, Applications. A Simon & Schuster Company.

Romzek, B.S. 1985. “The Effect of Public Service Recognition, Job Insecurity, and Staff

Reduction on Organizational Involvement”. Public Administration Review.

Rasch, Ronald. H & Adrian Harrell. 1989. “The Impact of Individual Differences on MAS Personnel Satisfaction and Turnover Intentions”. Journal of Information System

Robertson, P.J., & J.I. Porros.1992.“Organizational Development Theory, Practice and

Research”. Consulting Psychologist Press

(25)

Roberts A, James, Lapidus, Chonko. 1997. “Sales People and stress: the moderating role of

locus of Control on Work Stressor and Felt Stress”. Journal Marketing Theory and Practice.

Sawyer, John E. 1992. “Goal and Clarity : Spesification of Multiple Constructs of Role

Ambiquity and a Structural Equation Model of Their Antecedents and

Consequences”. Journal of Applied Psychology. Vol. 77, No.2. pp. 130-142

Sekaran, Umar., 1992, Research Methods For Business: Skill Building Approach, Second Edition, John Wiley & Sons.

Shaw, D. Jason, John E. Delery, G. Douglas J., Gupta, Nina. 1998. “An organizational Level

Analysis of Voluntary and Involuntary Turnover”. Academy of Management Journal. Vol. 41, No.5. pp. 511-525.

Siegel, Gary., Marconi, Helene Ramanauskas., 1989, Behavioral Accounting, South-Western Publishing CO.

Suwandi & Indriantoro. 1999. “Model Turnover Pasewark & Strawser: Studi Empiris Pada Lingkungan Akuntansi Publik”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 2, No.2. pp.173-195.

Sofyan Syafri Harahap. 2001, Sietem Pegwasan Manajemen : Management Control System, Pustaka Quantum Jakarta.

Tabachnick, Barbara G., 1996, Using Multivariate Statistics, Third Edition, Harper Coliins College Publisher.

Walsh, J.P., Susan J.Ashford, dan Hill, T.E. 1985. “Feedback Obstruction : The Influence of

The Information Environment on Employee Turnover Intentions”. Human Relation.

Weiss, Marvin, 1972, “ Where ‘Human Resources Accounting’ Stands Today”, Journal Administrative Management, November 1972, pp.43-48.

Weygandt, Jerry J., Donald E. Kieso, dan Walter G. Kell. 1996. Accounting Priciples, 4th Edition, John Wiley and Sons, Inc.

Vince R. 2001, “Pengaruh Faktor Anteseden, Job Insecurity dan Konsekuensinya Terhadap

Keinginan Berpindah Karyawan: Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik

Indonesia”, Artikel Simposium Nasional Akuntansi IV

Yousef, Darwish A. 2000. “Organizatonal Commitment As a Mediator Relationship

Between Islamic Work Ethic And Attitudes Toward Organizational Change”.

Journal Human Relations. pp.513-537.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperlukan suatu sistem yang mampu memberikan informasi tentang pemotongan kayu menjadi potongan yang lebih kecil dengan

Indeks keandalan transformator daya adalah laju kegagalan atau fungsi Hazardous λ(t) dan MTTF (Mean Time To Failure), adapun metode statistik yang digunakan untuk

perkataan aqidah boleh difahamkan sebagai kepercayaan yang terikat erat d,an ters impul kuat da I am j iwa sehingga t idak.. mungkin akan bercerai,

Pap smear merupakan tes skrining yang digunakan untuk mendeteksi pertumbuhan Pap smear merupakan tes skrining yang digunakan untuk mendeteksi pertumbuhan abnormal

Dengan fasilitas ini, advertising Anda di WaralabaKu.com akan lebih terukur dan bila Anda ingin mencoba sebuah kampanye marketing baru di WaralabaKu ( seperti pemasangan

Sedangkan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah yang dimaksud E-Jurnal M3 berprinsip UTAMI, untuk mengetahui bagaimana Proses penerapan Pisabuji Balog pada

Pendekatan kontekstual yang dipilih dalam proses perancangan obyek arsitektural ini adalah metode kontekstual yang bersifat kontras karena fungsi infrastruktur pertanian

Hal ini menunjukan bahwa persentase respon variabel independen (variabel x) terhadap variabel dependen yaitu Dakwah Abu Takeru sebesar 61,2% dengan tingkat signifikansi