• Tidak ada hasil yang ditemukan

Problematika Kurikulum Pendidikan Agama (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Problematika Kurikulum Pendidikan Agama (1)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Problematika Kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMP

Nama

: Ahmad Nuryamin

N I M

: 2014510094

Prodi

: Pendidikan Agama Islam

MatKul

: Pembelajaran PAI Mts

FAKULTAS AGAMA ISLAM

(2)
(3)

3.1

Kesimpulan ... ...

3.2

Saran ... ...

3.3 Daftar

Pustaka ...

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum,

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang pembelajaran PAI SMP dengan judul makalah Problematika Kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMP” yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan

(4)

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyusun makalah ini dan tak lupa kami juga ucapkan terima kasih kepada para pembaca makalah yang kami buat ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum.,

Jakarta, 2 April 2018

Penyusun

Ahmad Nuryamin

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan agama saat ini menuai berbagai kritik yang tajam karena ketidakmampuannya dalam menanggulangi berbagai isu penting dalam kehidupan masyarakat, seperti mempercayai kepercayaan keagamaan dan keragaman kultural yang beraneka ragam yang sering melahirkan ketidakharmonisan dan konflik berbau SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan).

(5)

Akan menjadi tidak adil bila munculnya kesenjangan antara harapan dan kenyataaan hanya ditimpakan kepada pendidikan agama disekolah, sebab pendidikan agama bukan satu-satunya faktor pembentuk watak dan kepribadian peserta didik, namun kenyataan peran guru pendidikan agama sebagai pengembang kurikulum sangat besar (berpengaruh) terhadap pembentukan kepribadian peserta didik.

BAB II PEMBAHASAN

A. Kurikulum Pendidikan Agama Islam

(6)

Mata pelajaran PAI merupakan salah satu mata pelajaran (subject matter) yang dikemas dalam sebuah kurikulum dan harus diikuti oleh peserta didik yang beragama Islam. Mata pelajaran PAI berfungsi sebaga pengajaran gama Islam, proses sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai agama Islam, rekonstruksi sosial dan sumber nilai dalam kehidupan masyarakat, dalam rangka membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, serta berkahlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antarumat beragama.

Pada sekolah menengah pertama (SMP), kurikulum PAI mempunyai kedudukan yang strategis untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, sejajar dengan mata pelajaran lainnya. Keberadaan PAI di SMP tidak terpisahkan dari pendidikan nasional, yang tujuannya untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, tekhnologi, dan seni, yang realisasinya membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta menjadikannya berakhlak mulia. Sejalan dengan tujuan ini, maka semua mata pelajaran yang diajarkan kepada peserta didik harus mengandung muatan pendidikan akhlak yang harus diperhatikan setiap guru. Di dalam rancangan kurikulum PAI pada SLTP (1999), telah diuraikan secara terinci tentang kemampuan dasar lulusannya sebagai berikut :

“Dengan landasan iman yang benar, siswa: (1) mampu membaca Al-Qur’an, menulis dan memahami terjemahan ayat-ayat pilihan; (2) mengetahui, memahami, dan meyakini unsur-unsur keimanan; (3) memahami sejarah Nabi Muhammad Saw dan perkembangan agama Islam; (4) memahami fikih ibadah, muamalah, munakahat, dan jinayat; (5) melaksanakan ibadah dalam kehidupan sehari-hari; dan (6) berbudi pekerti luhur/berakhlak mulia”. (Ditjen Binbaga Islam, 1999)

(7)

Dengan demikian tugas guru PAI dalam pembelajaran adalah meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik akan ajaran Agama Islam agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berskhlak mulia, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

B. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Pengembangan kurikulum menjadi kurikulum KTSP melibatkan berbagai pihak (sekolah, komite sekolah, dan guru) yang tidak hanya menuntut ketrampilan teknis dari pihak pengembang, tetapi kemampuan berbagai faktor yang memengaruhi pengembangannya. Pengembangan kurikulum KTSP, dalam konteks ini kurikulum PAI, disusun sebagai wujud pelayanan kepada masyarakat yang mempunya latar belakang budaya dan adat istiadat yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. Oleh karena itu pengembangan kurikulum PAI harus mampu melayani kebutuhan mereka, dengan memfokuskan pengembangan pada kompetensi tertentu yang berupa pengetahuan agama, keterampilan beragama, sikap yang utuh dan terpadu antara ilmu dan amal, serta kemampuan peserta didik mendemonstrasikan sebagai wujud hasil belajar dengan pendektan informal cultural religious agar lebih bisa diterima masyarakat.

C. Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran diperlukan pembelajaran yang efektif. Suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila pembelajaran tersebut dapat membelajarkan pesereta didik secara kondusif. Untuk itu diperlukan metode dan strategi pembelajaran yang bervariasi, yang meliputi sebagai berikut :

a) Student centered instruction, yaitu pembelajaran yang berpusat pada peserta didik seperti diskusi dlam berbagai variasi, kemudian dapat dikembangkan dengan adanya game yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih hidup. Peserta didik bersifat aktif sedang guru fasilitator.

b) Collaborative learning, yaitu cara beklajar siswa aktif melalui proses pembelajaaran yang dilakukan secara bersama-sama antara guru dan peserta didik atau antara peserta didik dengan peserta diidk yang lain.

(8)

yang diberi oleh gurunya, dan masing-masing anggota memiliki tugas dalam kelompoknya an saling memeriksa pekerjaan teman-temannya kemudian bisa dikembangkan menjadi variasi kelompok.

d) Self discovery learning, yaitu belajar melalui penemuan mereka sendiri, melalui penelitian dengan menemukan sendiri masalah yang harus dipelajari dan dipecahkan. Untuk itu, keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran merupakan hal sangat penting dan menentukan keberhasilan pembelajaran.

e) Quantum learning, yaitu strategi belajar dimana dalam belajar semua indera harus bekerja aktif, di mana semua komponen kecerdasan akan aktif bekerja menggunakan multimedia dan pendayagunaan kelompok belajar.

f) Contextual Teaching and Learning (CTL), yaitu strategi yang digunakan untuk membantu peserta didik untuk memahami makna dari materi pelajaran dengan mengaitkan mata pelajaran tersebut dengan konteks kehidupan mereka.

D. Kendala-kendala Pelaksanaan Pembelajaran

Kendala pembelajaran adalah hambatan yang menjadikan pelaksanaan pembelajaran tidak evektif. Kendala disini juga meliputi problem-problem yang sering dikeluhkan oleh peserta didik maupun guru selaku pelaksana kurikulum. Kendala-kendala dalam pembelajaran PAI dapat berasal dari guru, peserta didik, kepala sekolah, ketersediaan sarana dan prasarana, dan sebagainya.

a. Guru dan Peserta Didik

Untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran peran guru sebagai pelaksana kurikulum dan peserta didik sebagai subjek pembelajaran sangat berpengaruh. Kurangnya keterampilan guru melaksanakan pembelajaran yang mendidik terkait erat dengan kebiasaan yang sudah lama melekat dalam sistem sentntralisasi pendidikan, yaitu pembelajaran yang menekankan pada pencapaian target materi dan ranah kognitif (menghafal, memindahkan pengetahuan dari otak ke otak) yang disampaikan secara verbal. Padahal, sesungguhnya pembelajaran PAI menuntut porsi yang lebih besar pada aspek afektif. Namun kenyataannya, justru aspek ini yang menjadi kelemahan pembelajaran PAi selama ini.

(9)

rendah. Kondisi demikian seharusnya menjadi tantangan oleh guru PAI untuk mencari strategi yang mampu mengajak peserta didik memiliki etos dan tanggung jawab belajar sebagai kebutuhannya sendiri. Dalam pembelajaran, guru PAI harus punya niat untuk membimbing peserta didik selamat didunia dan akhirat. Untuk itu, guru PAI harus bisa menjadi teladan bagi peserta didiknya.

b. Kepala Sekolah

Komponen pendidikan yang harus bertanggung jawab terhadap keberhasilan maupun keberlangsungan proses pendidikan di sekolah adalah kepala sekolah. Oleh karena itu, kepala sekolah berkewajiban membantu guru-guru dalam usaha mereka mengembangkan keterampilan mengajarnya.

c. Sarana dan Prasarana

Pelaksanaan pembelajaran PAI tidak akan optimal tanpa adanya dukungan sarana prasarana yang memadai untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Data Islam. Sehingga pembelajaran yang dilaksanakan terpisah tersebut hanya terfokus pada sub mata pelajaran PAI saja.

2. Pemahaman aspek-aspek PAI maupun proses pelaksanaannya yang terpilah- pilah tersebut pada kenyataannya problem-problem yang muncul dilapangan,antara lain :

 Orientasi mempelajari al-Qur’an masih cenderung pada kemampuan membaca

teks, belum mengarah pada pemahaman arti dan penggalian makna secara tekstual dan kontekstual.

 Aspek aqidah akhlak, ibadah dan syari’ah yang diajarkan hanya sebagaitata

aturan keagamaan dan kurang ditekankan sebagai proses pembentukan kepribadian sebagai konsekwensi dari pengajaran agama islam tersebut.

 Kurang terciptanya suasana religious di sekolah, yang seharusnya tercipta

sebagai manifestasi dari potret lingkup terkecil dari efek pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP.

(10)

Dua jam pelajaran di kelas memang tidaklah akan cukup untuk menyampaikan informasi keagamaan yang begitu komplek. Kalaulah kita tidak pandai mensiasatinya maka informasi yang diterima pelajar khawatir hanya akanmenyentuh aspek kognitif saja sementara aspek afektif dan psikomotor tidak dapattersentuh.

Upaya untuk mensiasati keterbatasan jam pelajaran dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, diantaranya adalah :

a. Menyelenggarakan Bina Rohani Islam (ROHIS)

Kegiatan Bina Rohani Islam (ROHIS), dapat dijadikan sebagai kegiatanekstra kurikuler yang wajib diikuti oleh seluruh pelajar yang beragama Islam.

b. Mengkondisikan Sekolah Dengan Kegiatan Keagamaan

Diantaranya bisa dilakukan melalui setiap hari sebelum belajar diusahakan setiap pelajar membaca Al-Qur’anantara 5 s.d 10 ayat. Siswa yang telah bisa membaca Al-Qur’an diharapkandapat membantu temannya yang masih belum bisa membaca Al-Qur’an.Sehingga saat menghadapi ujian praktek Pendidikan Agama Islam seluruh pelajar telah dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.

(11)

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran unutk mencapai tujuan pendidikan, yang salah satunya melalui mata pelajaran pendidikan agama.

Pengembangan kurikulum menjadi kurikulum KTSP melibatkan berbagai pihak (sekolah, komite sekolah, dan guru) yang tidak hanya menuntut ketrampilan teknis dari pihak pengembang, tetapi kemampuan berbagai faktor yang memengaruhi pengembangannya.

Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran diperlukan pembelajaran yang efektif, yaitu dengan beberapa metode dan strategi pembelajaran yang bervariasi, meliputi: pembelajaran tidak evektif. Kendala disini juga meliputi problem-problem yang sering dikeluhkan oleh peserta didik maupun guru selaku pelaksana kurikulum. Kendala-kendala dalam pembelajaran PAI dapat berasal dari guru, peserta didik, kepala sekolah, ketersediaan sarana dan prasarana, dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

LPK. 2003. Materi Pokok Sosialisasi KBK. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang, Depdiknas. Muhaimin.2004. Paradigma Pendidikan Islam. PT.Remaja Rosdakarya: Bandung.

Muhaimin. 2007. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

(12)

Raharjo, Rahmat. 2010. Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Magnum Pustaka.

Lihat Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:13.

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (PT.Remaja Rosdakarya: Bandung, 2004), hlm.105 Rahmat Raharjo, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Yogyakarta: Magnum Pustaka, 2010), hlm. 68.

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, Panduan pelaksanaan KBK(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 156.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, untuk mengukur efektivitas transmisi kebijakan moneter, berdasarkan eksekusi model ECM pada jalur suku bunga, nilai tukar dan kredit, diperoleh

Pnda penelitian ini dilnkuknn studi ekstraksi protein de- ngan berbngni v a riasi pe~banding~n bahan dengan pelarut air, va- riasi lama waktu ekstrnksi dan variasi

Jika batas atas dan bawah irisan berubah untuk sembarang irisan di D maka daerah D harus dibagi dua atau lebih... Luas D dihampiri oleh jumlah luas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) aktivitas amilase dan lipase mulai terdeteksi pada larva umur 1 hari, sedangkan protease mulai terdeteksi pada larva umur 2 hari, (2) pada

Indikator angka melek huruf diperoleh dari variabel kemampuan membaca dan menulis, sedangkan indikator rata-rata lama sekolah dihitung dengan menggunakan dua variabel secara

Bagi guru matematika, ditinjau dari kemampuan kritis siswa hendaknya guru dapat menggunakan metode pengajaran yang tepat guna menunjang peningkatan kualitas belajar

Kesesuaian teori dengan hasil regresi terjadi karena NPL mengalami penurunan dimana penurunan kredit bermasalah lebih besar dibandingkan dengan penurunan total kredit,

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan, maka peneliti menyarankan kepada guru khususnya guru sekolah dasar dapat menerapkan model pembelajaran